Anda di halaman 1dari 5

EL NINO merupakan fenomena dimana meningkatnya suhu permukaan laut yang

biasanya dingin. Akibtanya, perairan yang tadinya subur dan kaya akan ikan menjadi sebaliknya.
Pemberian nama El-Nino pada fenomena ini diakibatkan oleh karena kejadian ini seringkali
terjadi pada bulan Desember. El-Nino sendiri dapat diartikan sebagai anak lelaki yang berasal
dari bahasa Spanyol. Karena lautan dan atmosfer adalah dua sistem yang saling terhubung maka
penyimpangan kondisi laut ini menyebabkan penyimpangan pada kondisi atmosfer yang pada
akhirmya berakibat pada terjadinya penyimpangan iklim. Yang mana para ahli menemukan
bahwa selain fenomena menghangatnya suhu permukaan laut, terjadi pula fenomena sebaliknya
yaitu mendinginnya suhu permukaan laut akibat menguatnya upwelling.

Proses terjadinya El Nino

1. Perairan Pasifik bagian tengah dan timur mengalami pemanasan suhu.

Awal dari terjadinya fenomena El Nino adalah adanya peningkatan suhu permukaan air laut pada
samudera pasifik bagian timur dan tengah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yang
menyebabkan peningkatan suhu kelembaban pada atmosfer yang berada di atas perairan tersebut.

2. Pembentukan awan

Oleh karena peningkatan suhu permukaan air laut di samudera pasifik bagian tengah dan timur
dan peningkatan suhu kelembaban atmosfer yang ada diatasnya akan mendorong terjadinya
pembentukan awan dan akan meningkatkan curah hujan di daerah yang berada pada kawasan
tersebut.

3. Terhambatnya pertumbuhan awan

Setelah proses pembentukan awan, maka di bagian barat Samudera Pasifik akan mengalami
peningkatan tekanan udara yang menyebabkan pertumbuhan awan diatas lautan timur Indonesia
menjadi terhambat. Hal ini menyebabkan di beberpa wilayah di Indonesia mengalami penurunan
curah hujan yang cukup signifikan.

Proses terjadinya El Nino diatas merupakan awal dari terjadinya fenomena La Nina, sehingga
dapat dikatakan fenomena El Nino dan La Nina merupakan fenomena alam yang terjadi secara
berturut-turut.

Dampak El Nino terhadap kondisi cuaca global

a) Angin pasat timuran melemah

b) Sirkulasi Monsoon melemah

c) Akumulasi curah hujan berkurang di wilayah Indonesia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan bagian
Utara. Cuaca di daerah ini cenderung lebih dingin dan kering.

d) Potensi hujan terdapat di sepanjang Pasifik Ekuatorial Tengah dan Barat serta wilayah Argentina.
Cuaca cenderung hangat dan lembab.
Dampak El Nino terhadap geografi lautan Indonesia

Istilah El Nino merujuk pada menghangatnya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik bagian
tengah dan barat pada garis ekuator. Sementara pada saat yang bersamaan, suhu permukaan air
laut di perairan Indonesia lebih dingin dari normalnya. Apabila suhu tinggi, maka tekanan udara
rendah, sebaliknya apabila suhu rendah, maka tekanan udara tinggi. Berdasarkan teori tersebut,
tekanan udara di sekitar Samudra Pasifik ekuator rendah, sedangkan tekanan udara di sekitar
perairan Indonesia tinggi. Hal ini menyebabkan massa udara bergerak dari tempat bertekanan
udara tinggi ke tempat bertekanan udara rendah, dalam hal ini ialah dari perairan Indonesia ke
Samudra Pasifik ekuator. Massa udara yang terbawa ke Samudra Pasifik ekuator tersebut
membawa uap air dan berpotensi terhadap pembentukan awan hujan. Awan hujan tersebut
seharusnya berada di wilayah Indonesia. Hal ini menyebabkan curah hujan di sebagian wilayah
Indonesia berkurang dan pola cuaca di sebagian wilayah berubah. Oleh sebab itu, pada musim ini
Indonesia mengalami musim kemarau, kekerringan. Akibat dari pergeseran pola curah hujan serta
lamanya sinar matahari bersinar ke Indonesia. Dengan begitu, tingkat evaporasi air laut di lautan
Indonesia semakin tinggi, dengan intensitas radiasi energy matahari dan temperature yang tinggi
pula.

Pengertian La Nina
Dalam bahasa latin La Nina berarti "gadis cilik". La Nina merupakan suatu kondisi dimana
terjadi penurunan suhu muka laut di kawasan Timur equator di Lautan Pasifik, La Nina tidak
dapat dilihat secara fisik, periodenya pun tidak tetap.

Proses Terjadinya La Nina


Pada saat terjadi La Nina angin passat timur yang bertiup di sepanjang Samudra Pasifik menguat
(Sirkulasi Walker bergeser ke arah Barat). Sehingga massa air hangat yang terbawa semakin
banyak ke arah Pasifik Barat. Akibatnya massa air dingin di Pasifik Timur bergerak ke atas dan
menggantikan massa air hangat yang berpindah tersebut, hal ini biasa disebut upwelling. Dengan
pergantian massa air itulah suhu permukaan laut mengalami penurunan dari nilai normalnya. La
Nina umumnya terjadi pada musim dingin di Belahan Bumi Utara Khatulistiwa.

Intensitas La Nina : dilihat dari anomali suhu muka laut (SST)

a. La Nina Lemah , yang ditetapkan jika SST bernilai <- 0.5 dan berlangsung
minimal selama 3 bulan berturut-turut.
b. La Nina sedang, yang ditetapkan jika SST bernilai antara - 0.5 s/d -1 dan
berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
c. La Nina kuat, yang ditetapkan jika SST bernilai > -1 dan berlangsung minimal
selama 3 bulan berturut-turut.

1. Kondisi La Nina
Pada tahun La Nina jumlah air laut bertemperatur rendah yang mengalir di sepanjang Pantai
Selatan Amerika dan Pasifik Timur meningkat. Wilayah Pasifik Timur dan Tengah menjadi lebih
dingin dari Pasifik Barat.
Ketika terjadi La Nina :

 Angin passat Timuran menguat, sehingga massa udara dingin meluas hingga Samudera
Pasifik bagian tengah dan Timur.
 Ini menyebabkan perubahan pola cuaca. Daerah potensi hujan meliputi wilayah Perairan
Barat.

2. Kondisi Normal

Pada tahun-tahun normal, Suhu Muka Laut (SST) di sebelah Utara dan Timur Laut Australia
≥28°C sedangkan SST di Samudra Pasifik sekitar Amerika Selatan ±20°C (SST di Pasifik Barat
8° - 10°C lebih hangat dibandingkan dengan Pasifik Timur).

 Angin di wilayah Samudra Pasifik Ekuatorial (Angin passat Timuran) dan air laut di
bawahnya mengalir dari Timur ke Barat. Arah aliran timuran air ini sedikit berbelok ke
Utara pada Bumi Belahan Utara dan ke Selatan pada Bumi Belahan Selatan.
 Daerah yang berpotensi tumbuh awan-awan hujan adalah di Samudra Pasifik Barat,
wilayah Indonesia dan Australia Utara.

Mendeteksi La Nina
Meskipun rata-rata La Nina terjadi setiap tiga hingga tujuh tahun sekali dan dapat berlangsung
12 hingga 36 bulan, ia tidak mempunyai periode tetap sehingga sulit diprakirakan kejadiannya
pada enam hingga sembilan bulan sebelumnya. La Nina adalah sesuatu yang alami dan telah
mempengaruhi wilayah Samudra Pasifik selama ratusan tahun. Namun demikian secara umum
terdapat tiga parameter yang biasa digunakan untuk mendeteksi terjadinya La Nina :

1. SOI (Indeks Osilasi Selatan)


SOI adalah nilai indeks yang menyatakan perbedaan Tekanan Permukaan Laut (SLP) antara
Tahiti dan Darwin, Australia.
Dengan :

1. Pdiff = selisih antara rata-rata satu bulan SLP Tahiti dan rata-rata SLP Darwin
2. Pdiffav = rata-rata jangka panjang Pdiff di bulan yang dimaksud
3. SD(Pdiff) = Standar Deviasi jangka panjang dari Pdiff di bulan yang dimaksud

La Nina dideteksi ketika nilai SOI positip selama periode yang cukup lama (setidak-tidaknya
tiga bulan).
2. Suhu Muka Laut
La Nina terutama ditandai dengan mendinginnya suhu muka laut di Pasifik Equator

 SST lebih rendah dibandingkan dengan rata-ratanya.


 penyimpangan suhu muka laut di daerah tersebut bernilai negatif.

3. Angin Passat
Gambar 4. Sirkulasi angin secara global di bumi

Selama kejadian La Nina, angin passat timur menguat. Perairan di sekitar Indonesia dan
Australia menjadi lembab dan basah.

Proses terjadinya La Nina

La Nina merupakan fenomena yang merupakan dampak dari terjadinya fenomena El Nino.
Secara umum, berikut adalah proses terjadinya fenomena La Nina:

1. Peningkatan Kecepatan angin di sepanjang samudera pasifik.

La Nina merupakan peristiwa dimana terjadi penurunan suhu permukaan laut di Samudera
Pasifik bagian timur. Yang menyebabkan peningkatan kecepatan angin pasat timur yang bertiup
di sepanjang samudera pasifik.

2. Massa air hangat terbawa ke arah Pasifik Barat

Dengan adanya peningkatan kecepatan angin pasat timur yang bertiup di sepanjang samudera
pasifik, menyebabkan massa air hangat yang terbawa ke arah samudera pasifik barat akan lebih
banyak.

3. Terjadinya Upwelling
Massa air hangat yang terbawa ke samudera pasifik barat yang lebih banyak tersebut akan
mengakibatakan massa air yang terdapat di samudera pasifik bagian timur akan bergerak ke atas
dan menggantikan massa air hangat yang terbawa ke samudera yang telah terbawa ke samudera
pasifik bagian barat tersebut.

Massa air hangat yang terbawa ke samudera pasifik bagian barat ini akan mempengaruhi kondisi
cuaca di Indonesia.

Kondisi ini dinamakan kondisi upwelling. karena pengantian massa inilah yang menyebabkan
penurunan suhu permukaan air laut di samudera pasifik bagian timur dibandingkan dengan
kondisi normal.

Dampak Fenomena El Nino dan La Nina

Fenomena El Nino menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang,
tingkat berkurangnya curah hujan ini sangat tergantung dari intensitas El Nino tersebut. Namun
karena posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh
wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino.

Dampak dari penurunan curah hujan akibat dari fenomena El Nino adalah dapat menimbulkan
kekeringan panjang di Indonesia, dan meningkatkan terjadinya kebakaran hutan dan kabut asap
yang dihasilkanya.

Sedangkan dampak yang dapat ditimbulkan dari peningkatan curah hujan adalah akan
menimbulkan banjir dan tanah longsor karena hujan yang terus menerus terjadi.

Anda mungkin juga menyukai