PEMBAHASAN
2.2. La Niña
ENSO merupakan singkatan dari El Niño Southearn Oscillation. Fenomena ENSO
terdiri dari tiga fase yaitu El Niño, La Niña dan Netral. ENSO sendiri merupakan fenomena
alam berupa fluktuasi suhu muka laut di sekitar bagian tengah dan timur ekuator Samudra
Pasifik yang berinteraksi dengan perubahan kondisi atmosfer di atasnya. Fluktuasi suhu muka
laut tersebut kemudian akan menghasilkan episode El Niño, La Niña, dan fase netral yang
berevolusi secara bergantian.
La Niña berasal dari bahasa Spanyol yang berarti "anak perempuan". La Niña adalah
sebuah fenomena alam yang dikendalikan oleh perbedaan suhu muka air laut, antara
Samudera Pasifik bagian tengah timur dengan wilayah perairan Indonesia. Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, fenomena La Niña terjadi
ketika suhu muka laut (SML) di Samudra Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan
hingga di bawah suhu normal. Pendinginan yang tidak biasa ini bahkan bisa terjadi hingga
anomali suhu melebihi -0,5 derajat celcius sehingga suhu permukaan laut di sepanjang timur
dan tengah Samudera Pasifik yang dekat atau berada di garis khatulistiwa mengalami
penurunan sebanyak 3°C hingga 5°C dari suhu normal.
Pendinginan ini berpotensi mengurangi tumbuhnya awan di Samudera Pasifik tengah
dan juga angin pasat atau trade winds berhembus lebih kuat di sepanjang Samudera Pasifik
dari Amerika Selatan ke Indonesia, membuat massa air hangat terbawa ke arah pasifik barat.
Karena massa air hangat berpindah tempat, air yang lebih dingin di bawah laut pasifik
bergerak naik ke permukaan untuk mengganti massa air hangat yang berpindah dan
menyebabkan SML turun. Hal ini kemudian yang menyebabkan musim hujan terjadi lebih
lama. La Niña merupakan anomali sistem iklim global yang terjadi dengan periode ulang
3
4
berkisar antara 2-7 tahun di Samudra Pasifik dan atmosfer, langit di atasnya berubah dari
keadaan netral (normal). Umumnya, La Niña berlangsung dalam durasi selama beberapa
bulan hingga 2 tahun. Menurut catatan yang ada, La Nina pernah terjadi selama 15 kali, yang
jika dirata-ratakan, terjadi sekitar 6 tahun sekali.
b. Bidang kelautan
Risiko dampak perubahan iklim akan berkaitan dengan adaptasi yang harus dilakukan.
Terjadinya peningkatan permukaan air laut akan berdampak pada masyarakat pesisir dan
daerah dataran rendah di seluruh dunia dengan timbulnya fenomena banjir, erosi pantai dan
perendaman, serta hilangnya pulau-pulau kecil. Curah hujan yang tinggi membuat budidaya
perikanan dan tambak di laut lepas menjadi lebih lancar karena air laut menjadi lebih tawar.
Selain untuk budidaya perikanan, curah hujan yang ekstrem juga mengancam transportasi laut
saat badai laut. Dan usaha garam mengalami penurunan dari sisi produksi.
7
c. Kondisi tanah
Fenomena La Niña yang memberikan dampak perubahan iklim secara global dan
berpengaruh pada kondisi tanah di Indonesia. La Niña menyebabkan tinggi nya curah hujan di
hampir sebagian besar wilayah Indonesia. Aliran air yang di bawah tanah akan semakin
melimpah dan direstorasi sehingga masalah penurunan muka tanah dapat diatasi. Tidak ada
kemungkinan jika kondisi tanah juga akan menyebabkan terjadinya banjir dan longsor di
sejumlah wilayah akibat curah hujan yang tinggi.