Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

BOTANI LAUT

PERAN MANGROVE TERHADAP EKOSISTEM PESISIR

OLEH
VIVI OKTAVIANI
1804111638

JURUSAN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat dan kasih-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah Botani Laut

“Peran Mangrove Terhadap Ekosistem Pesisir”. Tugas ini disusun sebagai salah

satu tugas dari mata kuliah Botani Laut, Fakultas Perikanan dan Kelautan,

Universitas Riau.

Ucapan terimakasih tak lupa penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir.

Efriyeldi, M.Si. selaku pembimbing dalam mata kuliah Botani Laut dan teman-

teman yang memberikan motivasi dan semangatnya dalam mengerjakan tugas ini.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak

terdapat kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran yang membangun untuk keberhasilan penulisan berikutnya. Sehingga

penulisan berharap makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Sungai Apit, September 2020

Vivi Oktaviani

i
DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR........................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR............................................................................. iii

DAFTAR TABEL.................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1


1.2 Perumusan Masalah.................................................................. 2
1.3 Tujuan dan Manfaat................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Mangrove.................................................................. 3
2.2 Klasifiksi..................................................................................... 4
2.3 Karakteristik Morfologi dan Fisiologi Tumbuhan Mangrove 4
2.4 Adaptasi Mangrove................................................................... 8
2.5 Jenis-Jenis Mangrove................................................................ 10
2.6 Sistem Rekproduksi Mangrove................................................ 14
2.7 Fungsi dan Peranan Mangrove Terhadap Ekosistem Pesisir 15
2.8 Permasalahan Penyebab Kerusakan Mangrove..................... 18

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan................................................................................ 18
3.2 Saran........................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Morfologi dan Struktur Ekosistem Mangrove.................................... 4


2. Bentuk-bentuk pengakaran................................................................. 7
3. Daun mangrove................................................................................... 8
4. Buah mangrove................................................................................... 8
5. Avicennia marina................................................................................ 11
6. Rhizophora apiculata......................................................................... 12
7. Sonneratia alba................................................................................... 13
8. Bruguiera cylindrical......................................................................... 13
9. Reproduksi mangrove......................................................................... 14

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Klasifikasi mangrove.......................................................................... 4

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

hidup.oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, di kawasan mangrove terjadi

interaksi komplek antara sifat fisika dan sifat biologi. Karena sifat fiiknya,

mangrove mampu berperan sebagai penahan ombak serta penahan intruksi dan

abrasi laut. Proses dekomposisi bakau atau mangrove yan terjadi mampu

menunjang kehidupan makhluk hidup di dlaamnya.keunikan lainnya adalah fungsi

serbaguna hutan mangrove sebagai penghasil masyarakat desa di daerah pesisir,

tempat berkembangnya biota laut tertentu dan flora-fauna pesisir, serta dapat

juadikembangkan sebgaai wahana wisata untuk kepentigan pendidikan dan

observasi atau penelitian

Ekosistem hutan mangrove adalah suatu sistem ekologi yan terdiri dari

komuniasvegetasi pantai tropis ang didominasi oleh beberapa jenispohon

mangrove yangm ampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai

berlumpur (D.G. Bengen, 2000).

Kerusakan ekosistem hutan mangrove adalah perubahan fisik biotik maupun

abiotik didalam ekosistem hutan mangrove menjadi tidak utuh lagiatau rusak yang

disebabkan oleh faktor alamdan faktor manusia (R. Tirtakusumah, 1994), Pada

umumnya kerusakan ekosistem hutan mangrove disebabkan oleh aktivitas

manusia dalam penyalahgunaan sumberdaya alam di wilayah pantai tidak

memperhatikan kelestarian, seperti: penebangan untukkeperluan kayu bakar yang

1
2

berlebihan, tambak, pemukiman, industri dan pertambangan (Pembuatan

Tanaman Rehabilitasi Hutan Mangrove Gerakan Rehabilitas Hutan Dan Lahan,

2004).

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

 Bagaimana peranan mangrove terhadap ekosistem pesisir?

 Apa faktor yang menyebabkan kerusakan mangrove yang berdampak

terhadap ekosistem pesisir?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari pembuatan makalah iniadalah untuk menegetahui pernan

ekositem mangrove terhadap ekosistem pesisir dan mengetahui faktor-faktor

penyebab kerusakan mangrove. Manfaat dari hasil pembuatan makalah ini adalah

sebagai bahan informasi dan masukan bagi pembaca dan untukmenambah

wawasan bagi penulis dalam menulis karya ilmiah berbentuk makalah.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Mangrove

Mangrove berasal dari kata mangal yang menunjukkan komunitas suatu

tumbuhan (Odum, 1983). Di Suriname, kata mangro pada mulanya merupakan

kata yang umum dipakai untuk jenis Rhizophora mangle (Chapman, 1976). Di

Portugal kata mang( ue digunakan untuk menunjukan sesuatu individu pohon dan

kata mangal untukkomunitas pohon tersebut. Di Perancis, padanan yang

digunakan untuk mangrove adalah kata menglier, (Macnae, 1968) menggunakan

kata mangrove untuk individu tumbuhan dan mangal untuk komunitasnya. Di lain

pihak, (Tomlinson, 1986)dalam (G.M. Wightman, 1989)menggunakan kata

mangrove baik untuk tumbuhan maupun komunitasnya, dan (Davis, 1940)dalam

Walsh (1974) menyebutkan bahwa mangrove merupakan istilah umum untuk

pohn yang hidup di daerah yang berlumpur, baah dan terletak di perairan pasang

surut daerah tropis.

Beberapa ahli mengemukakan defenisi hutan mangrove, seperti

(Soerianegara, 1982) menyatakan bahwa hutan mangrove adalah hutan yang

tumbuh di daerah pantai, biasanya terdapat di daerah teluk dan di muara sungai

yang dicirikan oleh:

 Tidak terpengaruh iklim

 Dipengaruhi pasang surut

 Tanahtergenang air laut

 Tanah redah pantai


4

 Hutan tidak mempunyai struktur tajuk

 Jenis-jenis pohonnya biasanya terdiri atas api-api (Avicenia Sp),

pedada (Sonnertia), bakau (Rhizophora Sp),lancang (Bruguiera Sp),

nyirih (Xylocarpus Sp), nipah (Nypa Sp) dan lain-lain.

2.2 Klasifikasi

(Setyawan, 2002) menyatakan secara taksonomi tumbuhan mangrove

diklasifikasi sebagai berikut:

Tabel 1. Klasifikasi mangrove

Kingdom Plantae

Divisi Mangnoliophyta

Class Magnoliopsida

Ordo Scrophulariales, Myrtales

Family Acanthaceae, Sonneratiaceae, Rhizophoraceae, Arecaceae

Genus Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Nypa

2.3 Karakteristik Morfologi dan Fisiologi Tumbuhan Mangrove

Morfologi dan struktur ekositem mangrove dapat dilihat pada gambar

dibawah ini.

Gambar 1. Morfologi dan Struktur Ekosistem Mangrove


5

Ciri-ciri tumbuhan mangrove menurut (Setyawan, 2002) adalah sebagai

berikut:

 Tumbuhan berpembuluh (vaskuller)

 Menggunakan air garam sebagai sumber air, daun kertas, tebal,

mengkilat, sukulen, memiliki jarinagn penyimpan air dan garam

 Mencegah masuknya sebagian besar garam ke dalam jaringan dan

dapat mengekskresikan atau menyimpan kelebihan garam

 Menghasilkan biji yang berkecambah saat masih di pohon induk

(vivipar) dan dapat tumbuh dengan cepat setelah jatuh dari pohon,

serta dapat mengapung

 Akar dapat tumbuh pada tanah anaerob

 Memiliki struktur akar tertentu (pnumatofora) yang menyerap oksigen

pada saat surut dan mencegah kelebihan air pada saat pasang.

Karakteristik Yang menarik dari spesies mangrove dapat dilihat dari sistem

perakaran dan buah. Tanah pada habitat mangrove adalah anaerobik (hampa

udara) bila berada di bawah air. Beberapa species memiliki sistem perakaran

khusus yang disebut akar udara yang cocok untuk kondisi tanah yang anaerobik.

Ada beberapa tip perakaran yaitu, akar tunjang,akar apas,akar lutut, dan akar

papan bener. Semua spesies mangrove memproduksi buah yang biasanya

disebarkan melalui air. Ada beberapa macam bentuk buah,seperti berbentuk

silinder (Rhiophoraceae), bulat (Sonneratia dan Xylocarpus) dan berbentuk

kacang (Avicenniaceae).

a. Sistem akar
6

Pohon mangrove memiliki siem perakaran yang khas. Bentuk perakaran

tumbuhan mangrove yang khas tersebut adalah sebagai berikut (Onrizal, 2010).

 Akar pasak (Pheumatophore)

Akar pasak berupa akar yang muncul dari sistem akar kabeel dan

memanjang keluar ke arah udara seperti pasak, contohnya pada

Avicennia, Xylocarpus, dan Sonneratia.

 Akar lutut (Kneet root)

Akar lutut merupakan modifiksi dari akar kabel yang pada umumnya

tumbuh ke arah permukaan substrat kemudian melengkung menuju ke

substrat lagi, contohnya pada Bruguiera spp.

 Akar tunjang (stilt root)

Akar tunjang merupakan akar (cabang-cabang akar) yang keluar dari

batang dan tumbuh ke dalam substrat, contohnya Rhizophora spp.

 Akar ppan (Buttress root)

Akar papan hampir sama dengan akar tunjang tetapi akar ini melebar

menjadi bentuk lempeng, mirip struktur silet, contohnya Heritiera.

 Akar gantung (Aerial root)

Akar gantung adalah akar yang tidak bercabang yang munul dari

batang atau cabang bagian bawah tetapi biasanya tidak mencapai

substrat, contohnya Rhizopora, Avicennia, dan Acanthus.

Bentuk-bentuk pengakaran yang sering dijumpai di hutan mangrove dapat

dilihat pada gambar berikut:


7

Gamabr 2. Bentuk-bntuk pengakaran

b. Daun

Daun merupakan oorgan yang penting pada tumbuhan dan pada umumnya,

setiap tumbuhan mempunyai sebgian besar daun. Daun hanya terdapat pada

bagian batang saja dan tdak pernah terdapat pada bagian lain tumbuhan. Bagian

batang tempat duduknya meletakkan daun dinamakan ketiak daun (axilla). Daun

biasanya tipis melebar dan kaya akan klorofil, oleh karena itu daun mangrove

biasanya berwarna hijau (Tjitrosoepomo, 1989).

Bentuk dan mangrove tipe lanceloate contohnya adalah Acanthus ilicifolius,

Avicenniaalba, Nypa fruticans. Bentuk daun eliptical contohnya dari famili

Euphorbiaceae adalah Exoecaria agallocha, Avicennia marina, Bruguiera

gymnorrhiza, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa,

Heritiera littoralis. Bentukdan oval contohnya Sonneratia caseolaris. Bentuk daun

obovate contohnya Ceriops tagal, Xylocarpus granatum, Sonneratia alba,

Aegiceras corniculatum, Ceriops decandra, Lumnitzera racemosa.bentuk daun tipe

cordate adalah Hibisscus tiliaceus, Thespesia populnea (Hidayat, 1994).


8

Gambar 3. Daun mangrove

c. Buah

Semua jenis mangrove menghasilkan buah peneyebaranna dilakukan oleh air

(arus). Bentuk-bentuk buah tersebut antara lain berbentuk bola, biji bunis, dan

silinder dan Nypa memiliki buah yang bertipe cryptovivipar, yaitu kecambahnya

masih terbungkus oleh kuli buah sebelum lepas dan tanaman induknya. Buah

Sonneratia dan Xylocarpus berbentuk sperti bola yang terdiri dari perkecambahan

normal (Noor, Y.R., M. Khazali, 1999)

Gambar 4. Buah mangrove

2.4 Adaptasi Mangrove

Hutan mangrove ini bukanlah hutan yang ulit untuk kita temui

keberadaannya.ada berbagia wilayah yang memiliki hutan mangrove. Hutan ini

tersebar luas di bagian memiliki ilkimcukup panas di dunia. Hutan ini terutama
9

banyak di temui di daerah sekitar garis khatulistiwa atau ekuator, yakni daerah

yang memiliki ilkim tropis, dan sedikit di daerah yang memiliki ilkim sub tropika.

Hutan mangrove menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia,

terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika.

Luas hutan mangrove di Indonesia 3,49 juta hektar, merupakan mangrove yang

terluas di dunia, namun 52% atau 1,82 juta hektar mangrove Indonesia dalam

kondisi rusak.

Bentuk adaptasi hutan mangrove

 Mengembangkan akar tunjang

Pengembangan akar tunjang ini dilakukanpadamangrove Rhizophora

spp. Mangrove ini umumnya hidup di zona terluar dari lingkungan hutan

mangrove. Pengembangan akar tunjang ini dilakukan untuk dapat

bertahan hidup dari derasnya gelombang laut menerpa.

 Menumbuhkan akar napas

Penumbuhan akar napas ini dilakukan pada mangrove jenis Avicennia

spp dan Sonneratia spp.akar napas ini muncul dari pekatnya lumpur dan

tujuannya untk mengambil oksigen dai udara.

 Penggunaan akar lutut

Untuk pohon kenek atau Bruguiera spp, bentuk adaptasi yang

dilakukan ialah akar lutut atau knee root.

 Akar papan

Adaptasi dengan menggunakan akar papan dilakukan pada tumbuhan

nirih atau Xylocarpus spp. Akar papan yang memiliki oleh tumbuhan ini

bentuknya panjang dan berkelok-kelok. Keduanya tersebut berguna


10

untuk menunjang tegaknya pohon di atas lumpur dan untuk mendapatkan

udara untuk bernapas.

 Lubang pori atau lentisel

Kebanyakan dari flora yang tumbuhdi hutan mangrove ini mempunyai

lentisel atau lubang pori.lubang ini bergunauntuk bernapas. Contohnya

ialah di tanaman pepagan.

 Mengeluarkan kelebihan garam

Mengeluarkan kelebihan garam merupakan bentuk adaptasi fisiologis.

Adaptasi ini dapat dilakukan oleh Avicennia spp, berguna untuk

mengatasi salinitas yang tinggi. Avicennia spp mengeluarkan kelebihan

garam lewat kelenjar di bawah daunnya.

 Pengembangan sitem perakaran yang hamir tidak tertembus oleh air

garam

Adaptasi ini dilakukan pada Rhizopora spp, dimana ketika air yang

telah terserap telah hampir tawar. Kandungan garam sekitar 90% hingga

97% tidak dapat melewati saringan akar-akar ini. Sementara untuk garam

yang sudah terserap di tubung pohon akan diakumulasikan di daun tua

dan akan terbuang sendiri pda saat daun tersebut gugur.

2.5 Jenis-Jenis Mangrove

 Pohon Api-Api (Avicennia marina)

Memiliki akar napas yang merupakan akar percabangan yang tumbuh

dengan jarak teratur secara vertikaldari akar horizontal yang terbenam di

dalam tanah. Reproduksinya bersifat kryptovivipary, yaitu biji tumbuh

keluar dari kulit biji saat masih menggantung pada tanaman induk, tetapi
11

tidak tumbuh keluar menembus buah sebelum biji jatuh ke tanah. Buah

berbentuk seperti mangga, ujung buah tumpul dan panjang 1 cm, daun

berbentuk ellips dengan ujung tumpul dan panjang daun sekitar 7 cm,

lebar daun 3-4 cm, permukaan atasdun berwarna hujai mengikat dan

pemurkaan bawah berwarna hijau abu-abu dan suram (Arisandi 2001).

Habitat dari pohon ini adalah paparanlumpur, tepi sungai, daerah kering,

toleranterhadap salinitas yang sangat tinggi.

Gambar 5. Avicennia marina

 Rhizophora apiculata

Ciri-ciri pohon tinggi dapat mencapai15 m, batang berkayu, silindris,

kulit luar batang berwarna abu-abu kecoklatan dengan celahvertikal,

muncul akar udara dari percabangannya. Daun: permukaan halus

mengkilap, ujung runcing dengan duri, bentuk lonjong ukuran panajng 3-

13 cm, pangkal berbentuk baji, permukaan bawah tulang daun berwarna

kemerahan, tangkai pendek. Karangan bunga: terletak di ketiak daun,

umumnya tersusun atas 2 bunga, yang bertangkai pendek, kelopak 4,

berwarna keputihan, putik 1 berbelah 2, panjang 0,5-1mm. Buah : warna

coklat, ukuran 2-3 cm, bentuk mirip buah jambu air, hipokotil silindris

berdiameter 1-2 cm, panjang dapat mencapai 20 cm, bagian ujung sedikit
12

berbintik-bintik, warna hijau keunguan. Akar: tunjang, habitat: tanah

basah, berlumpur, berpasir.

Gambar 6. Rhizophora apiculata

 Sonneratia alba

Pohon dengan tinggi mencapai 18 m dan mencapai 40 cm, melebar

nafas yang kokoh, meruncing, diameter pangkal mencapai 5 cm, tinggi

mncapai 40 cm. Batang silindris, tidak berbanir,kulit luar coklat keabu-

abuan sampai coklat kehitaman, bergelang, adakalanya besisik. Daun

tunggal, bersilang berhadpan atau berhadapan, membundar telur

sungsang, melonjong sampai menjorong, panjang 7,5-12 cm, lebar 2,7-

3,2 cm, pangkal runcing atau membaji, ujung tumpul runcing, permukaan

atas hijau sampai hijau tua, permukaan bawah hijau kekuningan, tangkai

pendek, hijau sampai hijau kemerahan, panjang sampai 0,5 cm,

kuncuphijau muda,.bunga soliter, membuat, panjang sampai 3 cm, lebar

sampai 2,5 cm, kelopak hiaju, cuping 6, petal 6, merah, tipis, benang sari

banyak, merah dan putih. Buah membulat dengan kelopak tidak luruh

seperti bintang.
13

Gambar 7. Sonneratia alba

 Bruguiera cylindrical

Pohon kecil, tinggi dapat mencapai 4 m, batang silindris, kulit luar

batang berwarna abu-abu. Percabangan biasanya monopodial. Daun:

tunggal, letak berlawanan, permukaan atas hijau muda, bentuk bulat

panjang, ukuran panjang 8-10 cm,tangkai daun 3-4,5 cm. Karangan

bunga: terletak di ketiak daun, tersusun atas tiga bunga, bunga kecil 8-10

mm, panjang tangkai 8 mm, mahkota berwarna putih, kelopak 8, hijau

kekuningan. Buah: ukuran 5-10 mm, hipokotil silindris dengan sedikit

bengkok pada bagian ujungnya, warna bagian pangkal hijau dan bagian

sedikit ungu kecoklatan, panjang 10-15cm, diameter 0,5 cm. Akar:

papan yang pendek. Habitat : pada derah sedikit tanah liat, dan kadang

kala pada daerah yang sedikit berbatuan.

Gambar 8. Bruguiera cylindrical


14

2.6 Sistem reproduksi Mangrove

Mangrove adalah tumbuhan berkayu yang hidupnya dipengaruhi oleh pasang

surut air laut. Reproduksi tumbuhan mangrove terjadi secara seksual, yakni

dengan adanya bunga berkelamin 1 maupun poligami, sehingga memerlukan

serangga, burung atau ingin untuk membantuk penyerbukan. Dalam kondisi

habitat yang berat, sangat sulit untuk berkembang biak sebagai mana tumbuhan

darat bisa. Suatu penyesuaian perkembangbiakannya adalah yang disebut

viviparitas (viviparity), yaknibahwa bijinya tumbuh menjadi tumbuhan muda

selagi masih melekat pada tumbuhan induknya. Saat lepas dari induknya iakan

menancap pada substrat dan hipokotil (hypocotyl) yang seperti paku tajam.

Adaptasi semacam ini kebanyakan jenis mangrove seperti Rhizophora spp,

Bruguiera spp, Ceriops spp, dan lain-lain. Selain vivipari, perkembangbiakan

mangrove juga ada yang secara kriptovivipari (Cryptovivipary) yaitu embrio

berkembang melalui buah tidakkeluar dari pericarp ( Aegialitis, Acanthus,

Avicennia, Laguncularia).

Gambar 9 . Reproduksi mangrove

Berikut ini penjelasan mengenai gambar diatas:

Untuk bisa bertahan dan berkembang menyebar di kondisi alam yang keras,

jenis-jenis bakau sejati mempunyai cara yaitu mekanisme reproduksi dengan buah
15

yang disebut vivipar, cara berbiakvivipar adalah dengan menyiapkan bakal pohon

(propagule) dari buah atau bijinya sebelum lepas dari pohon induk. Mangrove

menghasilkan buah yang mengecambah akar sewaktu masih tergantung pada

ranting pohon dan berada jauh di atas permukaan air laut. Bijnya mengeluarkan

tunas akar tunjang sebagai kecambah sehinga pada waktu telah matang dan jatuh

lepas dari tangkai nanti, telas siap untuk tumbuh.

Buah ini akan berkembang sampai tuntaas, siap dijatuhkan ke laut untuk

mendapat tumbuh menjadi pohon baru. Bakal pohon yang jatuh dapat langsung

menancap di tanah dan tumbh atau terapung-apung terbawa arus, sampaijauh dari

tempat pohon induknya, menari tempat yang lebih dangkal. Setelah matang dan

jatuh ke dalam air, bakal pohon bakau ini mengapung-apung sampai mencapai

tepi yang dangkal. Pada saat menentukan tempat dangkal, posisi bakal pohon

menjadi tegak vertikal kemudian menumbuhka akar-akar, cabang dan daun-daun

pertamanya, pada pertumbuhanbenih juga sangat bergantung pada faktor lainnya

seperti hal adanya hewan herbivora yang mungkin memangsanya, nutrien yang

cukup, air tawar dan adanya campur tangan manusia.

2.7 Fungsi dan Peranan Mangrove Terhadap Ekositem Pesisir

 Fungsi ekonomi

Dilihat dari segi ekonomisnya, hutan mangrove menghasilkan jenis

kayu yang berkualitas diakui baik, dan juga menghasilkan bukan kayu

umumnya mirip arang kayu, tanin, bahan pewarna, kosmetik, hewan,

serta bahan makanan dan juga minuman.

 Fungsi ekologis
16

Dilihat dari segi ekologisnya, hutan mangrove ini berguna sebagai

pelindung pantai dari abrasi ombak-ombak laut yang bisa mengikis

pinggir-pinggir pantai, habitat berbagai macam jenis hewan, hewan-

hewan yang hidup di sekitar pantai adalah biawakair, kepiting bakau,

udang lumpur, siput bakau, dan berbagai jenis ikan belodok dan juga

habitat bagi banyak tumbuhan atau flora.

Manfaat hutan mangrove terhadap ekosistem peisir menurut (Onrizal, 2008)

fungsi ekosistem mangrove mencakup fungsi fisik (menjaga garis pantai agar

tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut/abrasi,intruksi air laut, mempercepat

perluaan lahan, dan mengolah bahanlimbah), fungsi biologis (tempat pembenihan

ikan, udang, tempat pemijahan beberapa biota air, tempat bersarangnya burung,

habitat alami bagi berbagai jenis biota) dan fungsi ekonomi ( sumber bhan bakar,

pertambakan, tempat pembuatan garam, bahan bangunan, makanan, obat-obatan

dan minuman, asam cuka, perikanan, pertanian, pakan ternak, pupuk, produksi

kertas dan tanin juga yang lainnya).

2.8 Permasalahan Penyebab Kerusakan Mangove

Permasalahn yang ada sekarang terhadap hutan mangrove baik di dunia

maupun di Indonesia secara khusus adalah terjadinya kerusakan akibat

pemanfaatan yang melebihi kebutuhan dan meninggalkan asas keberlanjutan.

Faktor penyebab terjadinya kerusakan padahutan mangrove diantarana:

 Pemanfaatan yang tidak terkontrol, karena ketergantungan masyarakat

yang menempati wilayah pesisir sangat tinggi.

 Konversi hutan mangrove untuk berbagai kepentingan (perkebunan,

tambak, pemukiman, kawasan industri, wisata dll) tanpa


17

mempertimbangkan kelestarian dan fungsinya terhadap lingkungan

sekitar.

Akibat rusaknya hutan mangrove berasal dari intrusi air laut yang dimana

instrusi air laut adalah masuknya atau merembesnya air laut ke arah daratan

sampai mengakibatkanair tawar sumur/sungai menurun mutunya, bahkan menjadi

payau atau asin (Hariyanto, S., Irawan. B., 2008). Dampak instrusi air laut ini

sangat penting, karena air tawar yang tercemar intrusi air laut akan menyebabkan

keracunan bila diminum dan dapat merusak akar tanaman, rusaknya mangrove

juga karena turunnya kemampuan ekosistem mendegrasi (pengikisan) sampah

organik,minyak bumi dll. Menurunnya keanekaragaman hayati di wilayah pesisir

akibat turunnya sumber makanan, kurangnya tempat pemijahan dan bertelur biota

laut, yang akan berakibat pada produksi tangkapan akan menurun, dari kerusakan

ini maka kemampuan ekosistem flora pesisir pantai dalam menahan tiupan

aingin,dan gelombang air laut akan menurun dn terjadilah peningkatan

pencemaran pantai.

Pemecahan masalah terhadap rusaknya mangrove, dapat kita lakukan

dengan reboisasi kembali hutan mangrove, dan mengatur kembali tata ruang

wilayah pesisir seperti pemukiman, vegetasi yang jika bisa di tata akan

menghasilkan menjadi kota ekologi dan sekaligus menjadi tempat wisata alam,

dari ini kita harus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga

lingkungan dan memanfaatkan mangrove secara bertanggung jawab yang

berkaitan dengan pemberian pengetahuan dan penerapan terhadap konservasi, dan

penegakan hukum atas ekosistem pesisir yang akan melindungi pesisir dari segi

hukum.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

hidup.oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, di kawasan mangrove terjadi

interaksi komplek antara sifat fisika dan sifat biologi. Manfaat hutan mangrove

terhadap ekosistem peisir fungsi ekosistem mangrove mencakup fungsi fisik,

fungsi biologis dan fungsi ekonomi.

Hutan mangrove menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia,

terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika.

Luas hutan mangrove di Indonesia 3,49 juta hektar, merupakan mangrove yang

terluas di dunia, namun 52% atau 1,82 juta hektar mangrove Indonesia dalam

kondisi rusak. Akibat rusaknya hutan mangrove berasal dari pemanfaatan yang

tidak terkontrol dan Konversi hutan mangrove untuk berbagai kepentingan yang

tidak bertanggung jawab.

Pemecahan masalah terhadap rusaknya mangrove, dapat kita lakukan

dengan reboisasi kembali hutan mangrove, kita harus meningkatkan kesadaran

masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dan memanfaatkan mangrove

secara bertanggung jawab yang berkaitan dengan pemberian pengetahuan dan

penerapan terhadap konservasi.


19

3.2 Saran

Kita harus lebih mencintai bumi kita dengan menjaga apa yang telah

dilahirkan oleh bumi dan memanfaatkannya dengan sebaik mungkin, dengan

begitu maka kelangsungan hidup semua makhluk hidup akan terjaga.


20

DAFTAR PUSTAKA

Chapman, V. (1976). Mangrove Vegetation, dalam Panduan Pengenalan


Mangrove di Indonesia (Noor, R.Y.). PHKA/WI-IP. Bogor.

D.G. Bengen. (2000). Ekosistem dan sumber daya alam pesisir. In Pusat Sumber
Daya Pesisir dan Luatan.

Davis, J. (1940). The ecology and geo-logic role of mangrove in Florida. Carne-
gie Inst. Wash Publ. 517 : 303 – 412 de HAAN Fofonoff, N.P., Lewis,
E.L.1979. A practical salinity scale. J. Oceanografi 35, 63– 64. Publ. 517 :
303 – 412.

G.M. Wightman. (1989). Manggrove of the Northern territory. Norhtern


Territory Botanical Bulletin No. 7. Conservation commosssion of the
Norhthern territory, Palmerston, N.T. Australia.

Hariyanto, S., Irawan. B., S. T. (2008). Teori dan Praktik Ekologi. Airlangga
University.

Hidayat, E. B. (1994). Morfologi Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan.

Macnae, W. (1968). “A General Account of the Fauna and Flora of Mangrove


Swamp and Forest in the Indo-West Pasific Region”. (Vol. 6, Issue Adv.
Mar. Biol, pp. 73–270).

Noor, Y.R., M. Khazali, N. N. S. (1999). Panduan Pengenalan Mangrove di


Indonesia. Wetlands International Indonesia. Programe bogor.

Odum, E. P. (1983). Penamaan Kata Mangrove. Water Research.

Onrizal. (2008). Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove.

Onrizal. (2010). Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Manggrove.


Sumatera Utara. Dephut, Fakultas Pertanian.

Pembuatan tanaman Rehabilitasi Hutan Mangrove Gerakan Rehabilitas Hutan dan


Lahan, (2004).

R. Tirtakusumah. (1994). Pengelolaan hutan Mangrove Jawa Barat dan


Beberapa Pemikiran untuk Tindak Lanjut. Dalam Prosiding Seminar V
Ekosistem Mangrove di Jember. 30 Agutus 1994.

Setyawan, A. D. (2002). Ekosistem Mangrove Sebagai Kawasan Peralihan


Ekosistem Perairan Tawar dan Perairan Laut. Enviro. 1(2), 25–40.

Soerianegara, I. dan A. I. (1982). Ekologi Hutan Indonesia. Departemen


21

Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Tjitrosoepomo, G. (1989). Morfologi Tumbuhan. Universitas Gajah Mada. Press.


Yogyakarta.

Tomlinson. (1986). dan Field (1995 ) dalam Onrizal (1980). The Botany of
Manggrove. Cambridge University.
LAMPIRAN

1
1

Anda mungkin juga menyukai