Anda di halaman 1dari 214

PRAKTEK

METEOROLOGI PERTANIAN
PRAKTEK
METEOROLOGI PERTANIAN

Drs. Soerjadi Wirjohamidjojo


Yunus S. Swarinoto, S.Si

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA


Drs. Soerjadi Wirjohamidjojo

Praktek Meteorologi Pertanian

xvi +192 hlm: 16x21 cm


ISBN: 978 - 979 - 1241 - 05 - 2
1. Meteorologi dalam Pertanian

1. Judul II. Yunus S. Swarinoto, S.Si

630.251 5

Penulis : Drs. Soerjadi Wirjohamidjojo


Yunus S. Swarinoto, S.Si

Penerbit : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika


Jl. Angkasa 1 No.2 Kemayoran, Jakarta, Indonesia 10720
Telp. (6221) 4246321; Faks. (6221) 4246703

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2007


KATA PENGANTAR

Buku yang diberi judul PRAKTEK METEOROLOGI


PERTANIAN ini berisi uraian tentang macam dan penggunaan
informasi cuaca untuk kegiatan pertanian. Buku tersebut dimaksudkan
untuk disajikan kepada masyarakat meteorologi dan masyarakat
pertanian khususnya, dan masyarakat lain pada umumnya, untuk dapat
memberi tambahan pengetahuan tentang meteorologi yang berkaitan
dengan kegiatan pertanian.
Uraian dalam buku ini tidak dimaksudkan sebagai suatu petun-
juk teknis tentang bagaimana penyelenggaraan kegiatan meteorologi
dalam pertanian, melainkan hanya membicarakan tentang apa dan
bagaimana cuaca dan informasi cuaca diperlukan dalam kegiatan per-
tanian.
Isi buku disusun dalam tujuh Bab dengan sistematika penulisan
sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. KEGIATAN PERTANIAN
BAB III. SISTEM CUACA PERTANIAN
BAB IV. PENYEDIAAN INFORMASI CUACA PERTANIAN

i
BAB V. PENYAJIAN INFORMASI CUACA PERTANIAN
BAB VI. KEAKURASIAN INFORMASI CUACA PERTANIAN
BAB VII. DAMPAK DAN KEGUNAAN INFORMASI CUACA
PERTANIAN

Bab I, sebagai pembukaan memuat uraian tentang kedudukan


Informasi Cuaca dalam bidang Ilmu Meteorologi. Selanjutnya
membahas secara khusus pengertian umum tentang cuaca, iklim, dan
musim serta tentang kegiatan pertanian dan sensitivitasnya kepada
cuaca.
Dalam pertanian, informasi meteorologi termasuk salah satu
yang selalu diperlukan. Semua informasi tersebut dibuat dengan
maksud untuk membantu kegiatan pertanian. Uraian mengenai berbagai
kegiatan pertanian tersebut dimuat dalam Bab II.
Dalam Bab III diuraikan tentang cuaca pertanian, yakni cuaca
yang diperlukan dan yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pertanian.
Uraian tentang cuaca pertanian tersebut dipandang perlu, mengingat
bahwa setiap kegiatan pertanian dan setiap fase kehidupan tumbuhan
mempunyai tanggap dan kepekaan berbeda kepada cuaca. Bagaimana
proses penyediaan informasi cuaca dalam pertanian dibahas dalam Bab
IV.
Informasi cuaca pertanian, perlu diketahui oleh masyarakat
pertanian dalam waktu tepat, karena setelah ditanam, tanaman sangat
bergantung kepada cuaca. Penjelasan tentang penyajian dan
penyampaian informasi cuaca tersebut dimuat dalam Bab V.
Informasi pada umumnya dipandang sebagai sumberdaya yang
digunakan untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu selain harus

ii
tepat waktu penyampaiannya, ketelitian informasi juga diperlukan.
Namun demikian dalam hal informasi cuaca, ukuran ketelitian sangat
relatif bergantung kepada kepekaan kegiatan yang memerlukan. Oleh
karena itu untuk menyatakan ukuran ketelitian informasi cuaca
diperlukan kriteria dan batasan, yang lazimnya disebut sebagai batas
toleransi. Uraian dan contoh tentang batas toleransi tersebut dimuat
dalam Bab VI.
Pada dasarnya informasi cuaca dalam pertanian dimaksudkan
untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan efisiensi pertanian.
Namun demikian dalam pertanian sering dihadapi kesulitan dengan
adanya cuaca tertentu yang pada suatu saat diperlukan tetapi cuaca pada
saat itu justru berpotensi mendukung timbulnya sesuatu yang dapat
mengganggu kegiatan pertanian pada saat itu. Dengan kata lain, cuaca
pada saat itu di satu sisi menguntungkan dan di sisi yang lain dapat
merugikan. Beberapa contoh cuaca yang demikian dan contoh
kegunaan cuaca untuk memperoleh peningkatan efisiensi pertanian
diuraikan dalam Bab VII.
Dengan maksud agar dapat mudah difahami oleh para
Pembaca, khususnya masyarakat petani, dalam buku ini digunakan
bahasa dan istilah-istilah dalam bahasa Indonesia yang sederhana
dengan merujuk kepada istilah-istilah meteorologi yang telah
dibakukan. Namun demikian Penulis yakin bahwa Pembaca akan
banyak menemui istilah-istilah meteorologi yang dirasa masih asing.
Oleh karena itu dengan maksud untuk memudahkan para Pembaca
mengenali istilah-istilah yang dipandang masih asing tersebut, dalam
buku ini istilah yang dirasa masih asing dilengkapi dengan istilah
asingnya yang ditulis dalam kurung di belakangnya dengan huruf yang

iii
dicetak miring (Italic). Sebagai kelengkapannya istilah-istilah tersebut
disusun dalam Daftar Istilah yang disajikan sebagai lampiran dalam
buku ini.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih banyak
kekurangannya; oleh karena itu Penulis sangat mengharapkan kritik,
koreksi, dan masukan guna penyempurnaan isi di kemudian hari.
Ucapan terimakasih Penulis sampaikan kepada Ir. Sri Woro B.
Harijono, M.Sc., Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika, yang telah
merestui penulisan buku ini. Ucapan terimakasih juga Penulis
sampaikan kepada Prof. DR. Mezak A. Ratag, Kepala Pusat Penelitian
dan Pengembangan Badan Meteorologi dan Geofisika yang telah
memberikan koreksi, fasilitas, dan lain-lain sehingga penyusunan buku
ini dapat dilakukan dengan tepat waktu.
Selanjutnya tidak lupa penulis menyampaikan penghargaan dan
terimakasih kepada semua pihak, utamanya para staf Pusat Penelitian
dan Pengembangan serta Pusat SISDATIN Klimatologi dan Kualitas
Udara Badan Meteorologi dan Geofisika yang telah memberikan
bantuan data, bahan, dan lain-lain sehingga penyusunan buku ini dapat
terselesaikan sampai penerbitannya.

Jakarta, 31 Juli 2007

Penulis

iv
Daftar Gambar

Gambar 2.1. Bagan kaitan timbal-balik antara tanaman,tanah,


dan cuaca / iklim
Gambar 2.2. Penyiapan lahan
Gambar 2.3. Kegiatan menanam padi
Gambar 2.4. Penyemprotan hama
Gambar 2.5. Masa panen
Gambar 2.6. Penjemuran hasil panen
Gambar 2.7. Transportasi hasil panen
Gambar 3.1. Stasiun Pengamatan Cuaca Pertanian
Gambar 3.2. Alat ukur cuaca telemetri di Jakarta
(Foto: 2007, Yunus,)
Gambar 3.3. Piranograf di Pakanbaru (Foto: 2007, Yunus)
Gambar 3.4. Alat rekam suryaan matahari jenis Campbel
Stokes di Banjarbaru (Foto: 2007, Yunus)
Gambar 3.5. Pias perekam lamanya penyuryaan
Gambar 3.6. Perubahan harian suhu dan kelembapan nisbi
udara di Jakarta 96745 (Sumber: BMG Juli 2007)

v
Gambar 3.7. Termometer tanah di Banjarbaru (Foto: 2007,
Yunus)
Gambar 3.8. Mata angin
Gambar 3.9. Cup Anemometer di Banjarbaru (Foto: 2007,
Yunus)
Gambar 3.10. Thermohigrograf di Jakarta (Foto: 2007, Yunus)
Gambar 3.11. Evaporimeter Panci Terbuka
Gambar 3.12. Alat penakar hujan Hellmann di Jakarta (Foto:
2007, Yunus)
Gambar 3.13. Tornado
Gambar 3.14. Posisi PPAT paling selatan dan paling utara
Gambar 3.15. Peta angin pasat pada waktu matahari di selatan
(atas), dan pada waktu matahari di utara (bawah)
(Logwood J.G.)
Gambar 3.16. Daerah sumber dan arah gerak siklon tropik
(Neuwolt, 1985)
Gambar 3.17. Foto siklon tropik dari satelit cuaca
Gambar 5.1. Bagan alur pembuatan keputusan dan nilai
ekonomi (Mc.Quigg)
Gambar 5.2. Contoh grafik suhu, banyak awan, tekanan dari
Stasiun Meteorologi Medan
Gambar 5.3. Contoh kecepatan angin sepanjang garis
khatulistiwa dari 90 BT 140 BT
Gambar 5.4. Contoh isoplet keseringan arah dan kecepatan
angin mengikut bulan (Sumber: WMO 100)
Gambar 5.5. Mawar angin (windrose)

vi
Gambar 5.6. Peta isobar permukaan
Gambar 5.7. Contoh klimagram
Gambar 7.1. Bagan analisis penggunaan lahan dalam pertanian
(Lansberg)
Gambar 7.2. Contoh grafik penilaian curah hujan kumulatif
selama bulan Januari 2004 di Cangkuang, Cirebon
(Sumber: Pengolahan data)

vii
Daftar Tabel

Tabel 1.1. Awal musim hujan dan awal musim kemarau di


beberapa tempat di Indonesia
Tabel 3.1. Skala Beaufort dan kecepatan angin
Tabel 3.2. Suhu udara dan tekanan uap air maksimum (em)
Tabel 3.3. Musim tumbuh berbagai tanaman dengan
menggunakan kriteria curah hujan
Tabel 3.4. Beda suhu maksimum dan minimum (TmaksTmin)
dibeberapa tempat (persepuluhan C)
Tabel.3.5. Keseringan dan musim siklon tropik di berbagai
daerah
Tabel 3.6. Curah hujan rata-rata bulanan di berbagai tempat
Tabel 3.7. Sebaran curah hujan musiman dalam Musim
Kemarau diberbagai tempat
Tabel 4.1. Matriks hubungan tanggap tanah dan tanaman
terhadap Cuaca
Tabel 4.2. Matriks hubungan antara unsur cuaca dan nilai yang
perlu diinformasikan berkenaan dengan dampaknya
kepada tanah dan tanaman

ix
Tabel 4.3. Matriks Unsur Cuaca Macam nilai yang
diinformasikan
Tabel 4.4. Matriks Cuaca Satuan waktu informasi
Tabel 4.5. Nilai a, b, dan n/N untuk beberapa tempat
(Oldeman)
Tabel 4.6. Nilai N untuk tempat-tempat di sekitar khatulistiwa
Tabel 4.7. Lama hari siang di beberapa tempat di Indonesia
Tabel 4.8. Nilai Ra untuk beberapa tempat (Oldeman)
Tabel 4.9. Nilai Suhu maksimum dan minimum untuk beberapa
tempat (Oldeman)
Tabel 4.10. Contoh perhitungan nilai kumulatif
Tabel 4.11. Contoh menghitung frekuensi
Tabel 4.12. Nilai banyak awan siang dan malam
Tabel 5.1. Keseringan curah hujan bulan januari di Jakarta
Tabel 5.2. Pasangan unsur pertanian dengan unsur cuaca
Tabel 5.3. Contoh nilai-nilai cuaca sesaat yang perlu
diinformasikan
Tabel 5.4. Contoh nilai-nilai cuaca harian yang perlu
diinformasikan
Tabel 5.5. Contoh nilai-nilai cuaca mingguan yang perlu
diinformasikan
Tabel 5.6. Contoh nilai-nilai cuaca bulanan yang perlu
diinformasikan
Tabel 5.7. Informasi prakiraan cuaca yang diperlukan sesuai
fase kegiatan

x
Tabel 6.1. Batas toleransi keakurasian alat
Tabel 6.2. Batas akurasi beberapa unsur cuaca untuk prakiraan
Tabel 7.1. Cuaca yang menguntungkan dan merugikan bagi tanah
dan tanaman
Tabel 7.2. Cuaca yang merugikan dan yang menguntungkan bagi
tanaman dalam musim hujan dan musim kemarau
Tabel 7.3. Macam dan hubungan kegiatan dalam domain
Tabel 7.4. Contoh keseringan curah hujan (mm) di Sukabumi

xi
Daftar Isi

KATA PENGANTAR
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI

Bab 1 PENDAHULUAN
1.1. Bidang Ilmu
1.2. Definisi
1.2.1. Cuaca
1.2.2. Iklim
1.2.3. Musim
1.3. Komponen Meteorologi Pertanian

Bab 2 KEGIATAN PERTANIAN


2.1. Perencanaan Pola Tanam
2.2. Pengolahan Tanah
2.3. Budidaya Tanaman
2.3.1. Pembibitan
2.3.2. Penanaman
2.3.3. Pemeliharaan
2.3.4. Panen
2.4. Pascapanen
2.5. Transportasi

xiii
Bab 3SISTEM CUACA PERTANIAN
3.1. Cuaca Pertanian
3.2. Pengamatan Cuaca Pertanian
3.3. Stasiun Cuaca Pertanian
3.4. Unsur Cuaca Pertanian
3.4.1. Sinaran surya
3.4.2. Suhu
3.4.3. Angin
3.4.4. Kelembapan
3.4.5. Penguapan dan Penguappeluhan
3.4.6. Hujan
3.4.6.1. Badai Guntur
3.4.6.2. Tornado
3.5. Berbagai Kriteria
3.5.1.Musim Tumbuh
3.5.2.Derajat Hari
3.5.3.Selang Kering, Selang Basah
3.5.4.Beda suhu siang dan malam
3.6. Iklim Lingkungan
3.6.1. Sistem Cuaca Kawasan Tropik
3.6.2. Sistem Cuaca Wilayah Indonesia
3.6.3. Ikhtisar Cuaca Sinoptik di BerbagaiWilayah

Bab 4 PENYEDIAAN INFORMASI CUACA PERTANIAN


4.1. Informasi Meteorologi Pertanian
4.2. Penyediaan Informasi
4.2.1. Penyediaan Informasi Hasil Pengamatan
4.2.2. Menaksir Data
4.2.3. Penyediaan Informasi Klimatologi
4.2.3.1. Homogenitas Data
4.2.3.2. Analisis Statistik
4.2.3.3. Batas Operasional

xiv
4.2.3.4. Penyediaan Informasi Cuaca
Berlangsung
4.2.3.5. Penyediaan Informasi Cuaca Yang
Akan Datang
4.2.3.6. Penyediaan Informasi Adanya Selang
Kering dan Selang Basah

Bab 5 PENYAJIAN INFORMASI CUACA PERTANIAN


5.1. Penyajian Informasi Klimatologi
5.1.1. Tabel Frekuensi (Keseringan)
5.1.2. Diagram Grafik
5.1.3. Peta
5.1.4. Klimagram
5.2. Penyajian Informasi Cuaca Berlangsung
5.3. Penyajian Informasi Cuaca Prakiraan
5.3.1. Penyajian Prakiraan Jangka Pendek (Harian)
5.3.2. Penyajian Prakiraan Jangka Sedang
(Mingguan)
5.3.3. Penyajian Prakiraan (Tinjauan) Cuaca
Bulanan
5.3.4. Penyajian Prakiraan Cuaca Jangka Panjang
(Musim)

Bab 6 KEAKURASIAN INFORMASI CUACA PERTANIAN


6.1. Kompetensi Pengamat
6.2. Keakurasian Alat Pengamatan
6.3. Keakurasian Hasil Pengamatan Cuaca
6.4. Keakurasian Prakiraan Cuaca

Bab 7 DAMPAK DAN KEGUNAAN INFORMASI CUACA


PERTANIAN
7.1. Dampak Cuaca / Iklim
7.2. Fungsi dan Penerapan Informasi Meteorologi
Pertanian

xv
7.3. Teknik Penggunaan Informasi Meteorologi
7.3.2. Teknik Penggunaan Informasi Cuaca Sedang
Berlangsung
7.3.3. Teknik Penggunaan Informasi Prakiraan
Cuaca
7.4. Modifikasi

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR ISTILAH

LAMPIRAN

BIOGRAFI PENULIS

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

Seperti yang telah dikemukakan dalam Pengantar, buku ini


diberi judul Praktek Meteorologi Pertanian. Namun demikian istilah
meteorologi pertanian yang dimaksud hanya dalam pengertian terbatas
mengenai cuaca dan penggunaannya dalam kegiatan pertanian.

1.1. Bidang Ilmu


Dalam Buku Meteorological Vocabulary, Organisasi
Meteorologi Dunia memberi definisi bahwa klimatologi pertanian
adalah klimatologi yang membahas tentang pengaruh iklim kepada
kegiatan pertanian. Kutipan lengkapnya adalah:
Agricultural Climatology is climatology applied to the effect of
climate on agricultural activities.
Sedangkan dalam Glossary of Meteorology yang diterbitkan oleh
American Meteorological Society menyebutkan bahwa:
Meteorologi pertanian adalah meteorologi dan
mikrometeorologi yang digunakan khusus dalam pertanian.
Selain itu didefinisikan juga klimatologi pertanian, bahwa:

Praktek Meteorologi Pertanian


1
Klimatologi pertanian adalah klimatologi dalam pengaruhnya
kepada produksi tanaman, termasuk utamanya tentang musim
tumbuh, hubungan antara laju pertumbuhan dan hasil panen
kepada berbagai faktor iklim, batasan-batasan iklim untuk
pertanaman, irigasi, dan pengaruh iklim kepada perkembangan
dan penyebaran penyakit tanaman.

Pembahasan utamanya kepada hal yang berkaitan dengan lahan


dan lapisan udara dari permukaan tanah sampai puncak tanaman yang
termasuk dalam bidang iklim mikro. Kutipan dari definisi tersebut
sebagai berikut:
In general, climatology as applied to the effect of climate on
crops. It includes especially the length of growing season, the
relation of growth rate and crop yields to the various climate
factors and hence the optimum and limiting climates for any
given crop, the value of irrigation, and the effect of climatic and
weather conditions on the development and spread of crop
diseases. In discipline is primarily concerned with the space
occupied by crops, namely the soil and the layer of air up to the
tops of the plants, in which conditions are governed largely by the
microclimate.

Selain itu disebutkan pula bahwa


Agricultural meteorology, in general, meteorology and
micrometeorology as applied to the specific problems of
agriculture.

Definisi lain yang dikemukakan McIntosch dalam buku


Meteorological Glossary, Universitas Edinburg menyebutkan bahwa :

Praktek Meteorologi Pertanian


2
Agroklimatologi adalah ilmu tentang iklim yang relevan
dengan masalah pertanian, misalnya tentang keterlibatannya suatu jenis
data yang sering tidak termasuk dalam klimatologi umum.
Selengkapnya apa yang dikemukakan sebagai berikut :

Agroclimatology, the study of those aspects of climate which


are relevant to the problems of agriculture. Such study involves
types of data e.g. earth temperature and accumulated
temperature, which are often nor considered in more general
climatology

Dalam Buku Meteorological Vocabulary yang diterbitkan


Organisasi Meteorologi Dunia tersebut juga ditunjukkan sistematika
pembidangan meteorologi yang ringkasnya sebagai berikut :

Meteorologi sebagai bidang ilmu dibagi menjadi Meteorologi


Teori, Meteorologi Terapan, Meteorologi Gabungan, dan Meteorologi
Praktik.

Meteorologi Pertanian termasuk cabang Meteorologi Terapan.


Bidang meteorologi lain yang termasuk dalam Meteorologi Terapan
adalah Meteorologi Sinoptik, Meteorologi Penerbangan, Meteorologi
Maritim, Hidrometeorologi, dan Meteorologi Kesehatan. Meteorologi
Praktik membahas tentang Pengamatan, Analisis, Prakiraan, dan
Pelayanan Meteorologi. Namun demikian dari definisi dan
pembidangan seperti yang telah diuraikan kiranya tidak mudah
dipisahkan antara meteorologi terapan dan meteorologi praktik.
Pembahasan dalam meteorologi terapan memerlukan pula penjelasan
tentang ha-hal yang termasuk dalam meteorologi praktik.

Sebagai bagian dari Meteorologi Praktik, Pengamatan

Praktek Meteorologi Pertanian


3
Meteorologi membahas tentang sistem pengamatan untuk memperoleh
data yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan informasi
selanjutnya. Analisis Meteorologi membahas tentang tatacara untuk
mengetahui sifat dan menginterpretasi perilaku unsur meteorologi, dan
Prakiraan Meteorologi membahas tentang perkembangan cuaca dan
penaksiran cuaca di waktu kemudian. Selanjutnya Pelayanan
Meteorologi membahas tentang informasi dan penyajian informasi
meteorologi kepada pengguna.

Informasi meteorologi pada dasarnya dibagi dalam tiga macam,


yakni informasi cuaca waktu lampau, informasi cuaca yang sedang
berlangsung, dan informasi cuaca yang akan terjadi pada waktu
kemudian. Karena setiap kegiatan mempunyai tanggap kepada cuaca
berbeda-beda maka macam informasi yang diperlukan juga berbeda.
Oleh karena itu Pelayanan Meteorologi juga berbeda untuk setiap
kegiatan, baik materi maupun cara penyajiannya, sesuai dengan
kegiatannya. Berbagai macam pelayanan meteorologi antara lain
pelayanan kepada masyarakat penerbangan, pelayanan meteorologi
kepada masyarakat kelautan, pelayanan meteorologi kepada masyarakat
pertanian, pelayanan meteorologi kepada masyarakat umum.

Dengan menggunakan pengertian-pengertian dasar tersebut


dalam buku ini dibahas tentang informasi cuaca yang diperlukan dalam
kegiatan pertanian. Pertanian sangat peka terhadap cuaca. Selain
diperlukan dalam meningkatkan efisiensi kegiatan pertanian, cuaca
berpotensi memberikan dampak kepada pertanian. Informasi cuaca
mempunyai andil besar dalam pembuatan rencana dan operasi kegiatan
pertanian. Namun demikian dalam pelayanan meteorologi pertanian
sering dialami kesulitan karena kegiatan pertanian banyak macamnya

Praktek Meteorologi Pertanian


4
dan masing-masing mempunyai sensitivitas kepada cuaca / iklim yang
berbeda-beda. Oleh karena itu pelayanan meteorologi dalam pertanian
memerlukan tatacara tertentu.

1.2. Definisi
Untuk mengawali pembahasan tentang meteorologi pertanian,
kiranya sangat perlu untuk lebih dahulu difahami pengertian tentang
istilah cuaca, iklim, dan musim.
Sampai saat ini masih banyak ketidaksamaan pengertian tentang
cuaca dan iklim, dan banyak orang mencampuradukkannya sehingga
perbedaan arti antara kata istilah cuaca dan iklim menjadi kabur. Yang
demikian itu memang terdapat di mana-mana bahkan dalam lingkup
dunia. W.J. Gibbs, dalam Buletin WMO Volume 36 bulan Oktober 1987
halaman 290-297 mengingatkan akan dampak penggunaan istilah dan
pengertian cuaca dan iklim yang tidak jelas. Gibbs menyarankan agar
sebaiknya menengok kembali definisi yang telah ditetapkan dalam
Konferensi Iklim Dunia (World Climate Conference) tahun 1979.
Kutipan tentang definisi cuaca dan iklim yang ditetapkan dalam
konferensi tersebut seperti berikut :
Weather is associated with the complete state of the
atmosphere at a particular instant in time, and with the
evolution of this state through the generation, growth and decay
of individual disturbances.
Climate is the synthesis of weather events over the whole of
period statistically long enough to establish its statistical
ensemble properties (mean values, variances, probabilities of
extreme events, etc.) and is largely independent of any
instantaneous state.
Praktek Meteorologi Pertanian
5
Selain itu Gibbs juga mengidentifikasi bahwa banyak orang
menggunakan pengertian iklim sebagai cuaca rata-rata. Pengertian
tersebut dinilai tidak sesuai dengan definisi yang ditetapkan dalam
Konferensi Iklim Dunia tahun 1979 tersebut. Untuk menghidari kesalah
pahaman tersebut Gibbs menyarankan pengertian secara teknis bahwa :

Weather is the state of the atmosphere over one given region


during one given period (minute, hour, day, month, season, year,
decade, etc.), dan
Climate is the statistical probability of the occurrence of
various states of the atmosphere over a given region during a
given calendar period.

1.2.1. Cuaca

Dari apa yang dikemukakan Gibbs dan hasil Konferensi Iklim


Dunia dapat diambil sarinya bahwa cuaca adalah keadaan atmosfer
pada setiap waktu kesatuan. Dengan demikian kita dapat mengatakan
tentang cuaca saat ini, cuaca pukul 12, cuaca nanti sore, cuaca tanggal 17
Agustus 1945, cuaca besok pagi, cuaca minggu ini, cuaca minggu depan,
cuaca bulan depan, dan seterusnya apabila waktu-waktu tersebut
diartikan sebagai satu satuan waktu. Jadi cuaca menyatakan keadaan
yang berlangsung pada saat atau selama waktu kesatuan. Nilai atau kadar
cuaca dinyatakan dengan nilai unsur-unsurnya secara simultan antara
lain suhu, tekanan, angin, kelembapan, termasuk adanya fenomena yang
ada pada waktu kesatuan yang dimaksud. Dengan demikian cara
mengemukakan nilai-nilai unsur cuaca berbeda apabila waktu
kesatuannya berbeda. Untuk menyatakan cuaca pada suatu saat
digunakan nilai-nilai unsur cuaca saat itu, sedangkan untuk menyatakan

Praktek Meteorologi Pertanian


6
cuaca dalam waktu kesatuan yang lebih panjang menggunakan nilai-
nilai unsur cuaca paling rendah, paling tinggi, paling dirasakan. Sebagai
contoh :
Cuaca pukul 12.00 : Pada pukul 12.00 suhu udara 28 C, tekanan
o

udara 1010 milibar (hektopaskal), angin 270 atau dari barat dengan
o

kecepatan 20 km/jam. Kelembapan udara 80 %, dan langit cerah tidak


ada awan.

Cuaca hari kemarin : Kemarin suhu udara paling rendah 21 C o

terjadi pada pagi hari dan paling tinggi 30 C terjadi pada siang hari;
o

tekanan udara berubah-ubah antara 1010 mb dan 1012 mb; angin


arahnya berubah-ubah dari 360 (dari utara) pada pagi hari menjadi 90
o o

(dari timur) dan kecepatannya berubah-ubah dari 5 km/jam sampai 12


km/jam. Kelembapan udara berkisar dari 60 % pada siang dan sore hari
sampai mencapai 80% pada malam dan pagi hari. Langit berawan
sepanjang hari dan pada sore hari sebentar-sebentar turun hujan deras.

Cuaca minggu lalu : Minggu lalu suhu udara paling rendah 21 C o

terjadi pada pagi hari Senin dan paling tinggi 33 C pada hari Jumat siang.
o

Tekanan udara berubah-ubah antara 1010 mb dan 1012 mb setiap


harinya. Dari hari Senin sampai Rabu angin arahnya berubah-ubah dari
360 (dari utara) pada pagi hari menjadi 90 (dari timur) dan kecepatannya
o o

berubah-ubah dari 5 km.jam sampai 12 km/jam, dan dari Kamis sampai


Minggu angin arahnya berubah-ubah dari 180 (dari selatan) pada pagi
o

hari menjadi 270 (dari barat); kecepatannya berubah-ubah dari 10


o

km.jam sampai 15 km/jam. Setiap hari kelembapan udara berkisar dari


60 % pada siang dan sore hari sampai mencapai 80% pada malam dan
pagi hari. Tiga hari pertama langit berawan sepanjang hari dan pada tiga
hari berikutnya hujan setiap sore hari.

Praktek Meteorologi Pertanian


7
Nilai rata-rata tidak sesuai untuk menyatakan keadaan karena
nilai tersebut hanya berupa bilangan hasil perhitungan bukan hasil
pengukuran.

1.2.2. Iklim

Iklim mengandung pengertian kebiasaan cuaca yang terjadi di


suatu tempat atau daerah, dan juga memberi pengertian bahwa iklim
adalah ciri kecuacaan suatu tempat atau daerah, dan bukan cuaca rata-
rata. Oleh karena itu tidak mungkin kita mengatakan iklim hari ini, iklim
besok pagi, iklim minggu depan, dan seterusnya.; tetapi kita dapat
mengatakan: iklim zaman dahulu, iklim selama ini, iklim di waktu
mendatang. Jadi iklim berkaitan dengan periode waktu panjang tidak
tentu.

Ciri kecuacaan suatu tempat atau daerah ditetapkan berdasarkan


kriteria keseringan atau probabilitas nilai-nilai satu atau lebih unsur
iklim yang ditetapkan, misalnya : hujan, suhu, suhu dan hujan, suhu dan
angin, hujan dan penguapan.

Setiap daerah mempunyai iklim yang berbeda. Perbedaan


tersebut karena bumi bentuk bulat dari bumi sehingga sinar matahari
tidak dapat diterima serbasama oleh setiap permukaan bumi. Selain itu
permukaan bumi yang beranekaragam jenisnya dan beranekaragam
bentuk topografinya tidak sama caranya menanggapi sinaran matahari
yang diterimanya.

Untuk mengenali tentang iklim digunakan tinjauan dari berbagai


aspek, antara lain dari aspek waktu, skala, wilayah, dan jenis. Dari aspek
waktu dikenal Iklim Prasejarah, Iklim Sejarah, Iklim Quaterner. Iklim

Praktek Meteorologi Pertanian


8
prasejarah adalah iklim zaman dahulu yang penetapannya didasarkan
atas cerita-cerita sebelum adanya fakta-fakta sejarah. Iklim sejarah
adalah iklim yang penetapannya berdasarkan cerita-cerita yang tertulis
atau benda-benda sejarah. Iklim Quartener ditetapkan berdasarkan data
zaman quartener dengan menggunakan data lapisan bumi atau geologi.

Dari skala yang dipelajari iklim dibedakan dalam Iklim Mikro,


Iklim Meso, Iklim Ruangan. Iklim Mikro adalah iklim dalam skala kecil
dalam ukuran panjang orde meter dan ukuran waktu menit: Iklim Meso
adalah iklim dalam ukuran panjang orde kilometer dan ukuran waktu
dalam orde jam atau lebih. Iklim Ruangan adalah iklim yang dibuat
dalam ruangan tertutup, misalnya dalam rumah kaca,

Dari aspek wilayah dibedakan Iklim Kutub (polar Climate), klim


Tengah (Temperate Climate), Iklim Subtropis (Subtropical Climate),
Iklim Tropis (Tropical Climate), Iklim Khatulistiwa (Equatorial Climate
). Namun demikian batas antar wilayah tidak jelas.

Iklim Kutub dicirikan dengan suhu sangat rendah; Koppen


memberi kriteria suhu paling tinggi di bawah 2 OC atau 52 OF tetapi lebih
O O
tinggi dari 0 C atao 32 F.

Iklim Tengah merupakan jenis iklim yang terdapat di lintang


tengah antara kawasan kutub dan kawasan tropik, tetapi batasnya tidak
jelas.

Iklim Tropis merupakan jenis iklim di kawasan tropik yang


dicirikan dengan suhu selalu tinggi dan variasi tahunannya kecil, hujan
hampir dapat terjadi di sembarang waktu dalam setahun.

Iklim Subtropis dicirikan utamanya kemarau di musim panas dan

Praktek Meteorologi Pertanian


9
hujan di musim dingin.

Iklim Khatulistiwa dicirikan dengan variasi suhu harian kecil


dan hujan di sembarang waktu dan dalam setahun hujan dua kali
maksimum.

Dari jenis atau ciri yang dibentuk oleh lingkungan dikenal tipe
iklim, yakni :Iklim Benua (Continental Climate), Iklim Bahari
(Maritime/ Marine Climate), Iklim Monsun (Monsoon Climate), Iklim
Mediteran (Mediterranian Climate), Iklim Tundra (Tundra Climate),
dan Iklim Gunung (Mountain Climate).

Iklim Benua, iklim yang dimiliki daratan luas skala benua,


dicirikan dengan julat yang besar dari suhu tahunan dan suhu harian,
kelembapan nisbi rendah serta (umumnya) curah hujan sedang, kecil
atau yang tak menentu. Suhu tahunan ekstrem terjadi langsung setelah
matahari berbalik. Dalam keadaan ekstrem Iklim Benua menyebabkan
terjadinya penggurunan.

Iklim Bahari adalah jenis iklim yang dicirikan dengan perbedaan


yang kecil antara suhu tahunan dan suhu udara harian. Iklim tersebut
terdapat di pulau-pulau yang kecil, dan di bagian dunia yang menghadap
angin, misalnya kepulauan Inggris utamanya di bagian paling barat.

Iklim Monsun jenis iklim di kawasan monsun. Dicirikan dengan


perubahan unsur-unsur iklim secara musiman. Hujan banyak pada waktu
matahari di atas kawasan yang bersangkutan. Umumnya dimiliki
tempat-tempat di kawasan tropik.

Iklim Mediteran merupakan jenis iklim yang dicirikan dengan


panas, kering, musim panas yang cerah dan musim dingin banyak hujan.

Praktek Meteorologi Pertanian


10
Jenis iklim mediteran mempunyai ciri yang hampir berlawanan dengan
iklim monsun.

Iklim Tundra adalah iklim yang sesuai dengan tumbuh dan


hidupnya tumbuhan lumut, dicirikan dengan suhu sangat rendah tetapi
tidak tertutup salju.
Iklim Gunung adalah iklim di tempat-tempat tinggi, dicirikan
dengan makin ke atas suhu makin rendah, demikian pula tekanan makin
rendah. Selain itu penyuryaan matahari banyak, makin ke atas sampai
ketinggian tertentu hujan makin banyak, dan di atasnya hujan makin
berkurang. Daerah ketinggian dengan hujan makin berkurang disebut
daerah sungsangan hujan (rainfall inversion). Hujan banyak terdapat di
daerah yang menghadap angin.

1.2.3. Musim
Musim berbeda dengan cuaca dan iklim. Musim adalah selang
waktu dengan cuaca yang paling sering terjadi atau mencolok, misalnya
musim hujan adalah rentang waktu yang banyak terjadi hujan; musim
kemarau rentang waktu yang sedikit hujan, musim dingin rentang waktu
dengan suhu udara selalu rendah, musim panas rentang waktu dengan
suhu udara selalu tinggi.
Di Indonesia yang paling dikenal adalah musim yang didasarkan
atas seringnya atau banyaknya curah hujan, sehingga dikenal musim
hujan dan musim kemarau.
Untuk menandai musim hujan dan musim kemarau tersebut
Badan Meteorologi dan Geofisika menggunakan kriteria banyaknya
curah hujan selama setiap sepuluh hari atau yang disebut dasarian.
Penetapan dasarian dimulai dari tanggal 1 Januari. Dasarian pertama

Praktek Meteorologi Pertanian


11
adalah satuan waktu sepuluh hari dari tanggal 1 Januari sampai dengan
tanggal 10 Januari; dasarian kedua dari tanggal 11 Januari sampai
dengan 20 Januari. Untuk bulan yang mempunyai banyak hari 31,
dasarian ketiga ditetapkan dari tanggal 21 sampai dengan 31. Untuk
bulan Februari, dasarian ketiga dari tanggal 21 sampai dengan 28 atau 29
Februari.

Awal musim didefinisikan sebagai dasarian awal mulainya


musim. Awal musim hujan adalah dasarian pertama yang curah
hujannya 50 mm atau lebih. Awal musim kemarau adalah dasarian
pertama yang curah hujannya kurang dari 50 mm.

Panjang musim adalah banyaknya dasarian dari awal musim


sampai akhir musim. Baik awal musim maupun panjang musim tidak
sama setiap tahunnya, bergantung kepada kondisi dan tatanan cuaca
lainnya dalam skala besar. Panjang musim di setiap tempat berbeda-
beda. Sesuai dengan letak geografinya unsur cuaca / iklim Indonesia
mempunyai variasi musiman. Variasi musiman tersebut dapat jelas
terlihat pada curah hujan. Oleh karena itu di Indonesia dikenal musim
hujan dan musim kemarau. Kedua musim tersebut dibedakan dari
banyaknya curah hujan. Pada umumnya sewaktu matahari ada di
belahan bumi selatan dari bulan Oktober sampai Maret, curah hujan
lebih banyak dibandingkan sewaktu matahari di atas belahan bumi utara
dari bulan April sampai September; tetapi di tempat tertentu tidak
demikian.

Sebagai contoh, rata-rata awal dan panjang musim di beberapa


tempat di Indonesia untuk periode 1971 - 2000 seperti tercantum dalam
Tabel 1.1. berikut :

Praktek Meteorologi Pertanian


12
Tabel 1.1. Awal musim hujan dan awal musim kemarau di beberapa tempat di
Indonesia untuk periode 1971 - 2000.

Lokasi/ daerah Awal musim Panjang musim


(das. ke) (dasarian)

kemarau hujan kemarau hujan

Jawa:
Pandeglang barat Juni II Sep. III 10 25
Sukabumi selatan Juni III Sep. III 9 27
Indramyu timur April III Nop. II 17 16
Cilacap Mei III Okt. I 15 27
Batang, Kendal Mei III OKtr. III 15 20
Boyolali Mei I Okt. III 17 19

Sumatra
Lampung selatan April III Nop. III 21 17
Bengkulu utara Juni III Agu. III 7 28
Aceh tengah Mei III Okt. I 13 23

Kalimantan :
Kapuas barat Juli I Sept.III 6 27
Banjar tengah Mei I Okt. I 18 22
Balikpapan Juli I Okt. I 9 31

Sulawesi :
Gowa, Maros Mei II Okt. III 16 20
Mamuju Juli II Nop. I 10 22
Manado Juli III Sep. III 6 27

Bali :
Boleleng utara Maret III Des. III 26 10
Karangasem utara Maret II Des. I 26 11

NTB :
Lombok barat Mei II Nop. III 15 14
Sumbawa barat April I Des. I 24 12

Praktek Meteorologi Pertanian


13
Lanjutan Tabel 1.1
NTT :
Manggarai barat April III Okt. III 18 19
Kupang barat Maret III Des. I 25 11

Maluku :
Halmaer Juli III Okt. III 12 25
Ambon utara Mei I Nop. III 21 19
Tual Juli I Nop. III 15 23

Papua :
Manokwari Juli I Nop. I 12 18
Jayapura Mei II Nop. III 19 17
Merauke Mei I Des. II 22 14

Sumber: BMG. (2005)

Namun demikian kriteria musim tersebut bersifat umum. Dalam


pertanian kriteria musim disesuaikan dengan jenis tanaman.

Dari kata musim banyak digunakan istilah variasi musiman.


Variasi musiman adalah berubahnya nilai unsur cuaca secara bergantian
dalam waktu selama waktu setahun. Di Indonesia selain terlihat jelas
pada curah hujan, di banyak tempat variasi musiman juga terlihat pada
arah angin meskipun tidak sama perubahannya di setiap tempat.
Misalnya di Sumatera Barat variasi musiman angin berupa perubahan
dari angin baratdaya dan timurlaut, di Jawa terlihat dari perubahan angin
barat dan angin timur. Variasi-variasi tersebut berkaitan dengan monsun
Asia dan monsun Australia. Di beberapa daerah misalnya di Jawa bagian
timur, Bali, Nusa Tenggara serta daerah lain yang berdekatan dengan
Australia, variasi musiman suhu maksimum dan minimum juga terlihat
jelas.

Praktek Meteorologi Pertanian


14
1.3. Komponen Meteorologi Pertanian
Salah satu persoalan yang sangat penting dalam masalah Negara
adalah penyediaan pangan bagi penduduknya. Untuk mengatasinya
telah banyak upaya dengan meningkatkan teknologi pertanian; namun
sejauh peningkatan teknologi tersebut masih ada kendala yang tidak
mudah diatasi dengan teknologi, yakni masalah cuaca / iklim. Tanaman
masih belum dapat dipisahkan dari faktor cuaca / iklim. Kegagalan
panen masih banyak terjadi karena ketidak cukupan cuaca / iklim yang
diperlukan bagi tanaman. Meteorologi pertanian mempunyai andil besar
dalam masalah penyediaan pangan tersebut.

Iklim telah tersedia secara alami; namun manusia meskipun


dengan ilmu dan teknologinya, tidak mampu mengendalikan kecuali
dalam skala yang terbatas. Oleh karena itu upaya yang bijaksana dalam
meningkatkan keberhasilan usaha produksi pertanian yang maksimal
adalah menyesuaikan kegiatan usahanya dengan perilaku cuaca / iklim
yang ada. Tanaman selain memerlukan tanah tertentu dan kecukupan zat
hara, juga memerlukan air dan radiasi matahari yang cukup dalam waktu
bersamaan. Dari sifat tersebut dapat dikemukakan bahwa paling tidak
ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam produksi pertanian
tanaman, yaitu :
a. Kebutuhan dan tanggap tanaman kepada cuaca dan iklim, tanah,
dan air;
b. Karateristik lokasi dari unsur tanah (fisik maupun kimiawi);
c. Karakteristik lokasi dari unsur cuaca dan iklim.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut maka fungsi meteorologi


dalam pertanian yang perlu mendapat perhatian, khususnya dalam hal
sebagai berikut (WMO 134) :

Praktek Meteorologi Pertanian


15
(1) Pemonitoran (termasuk teknik, pengumpulan data, analisiS,
percobaan);
(2) Dampak cuaca/iklim kepada pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, kualitas dan kuantitas produksi;
(3) Dampak cuaca / iklim kepada timbulnya penyakit tanaman,
kerusakan tanaman, kehilangan produksi;
(4) Dalam fungsinya sebagai sumberdaya iklim;
(5) Dalam kaitannya dengan penyimpanan produksi;
(6) Dalam kaitannya dengan modifikasi dan iklim tiruan;
(7) Dalam kaitannya dengan Operasi managemen;
(8) Dalam kaitannya dengan kehutanan;
(9) Dalam kaitannya dengan nilai ekonomi.

Kegiatan pertanian, kehidupan tanaman, berlangsung secara


terus-menerus fase demi fase, dan setiap fase memerlukan kondisi
cuaca tertentu. Demikian pula cuaca terus-menerus berlangsung dan
juga selalu berubah. Namun demikian perubahan tersebut tidak selalu
sejalan dengan yang diperlukan bagi tanaman dalam fase itu. Dengan
demikian memonitor, termasuk menganalisis dan memprediksi cuaca /
iklim perlu dilakukan agar dapat dilakukan penilaian dan upaya
penyesuaian dengan adanya cuaca yang terjadi atau yang akan terjadi.

Dalam setiap fase kehidupan tanaman terpengaruh oleh kondisi


lingkungan termasuk tanah, air, cuaca. Oleh karena itu yang perlu
diketahui adalah sejauh mana kondisi lingkungan tersebut
mempengaruhi atau akan mempengaruhi kehidupan tanaman.

Adanya fenomena ekstrem misalnya badai, embun beku, polusi,


dapat secara langsung merusak tanaman. Upaya pecegahan atau

Praktek Meteorologi Pertanian


16
pelindungan perlu dilakukan. Dalam hal tersebut informasi klimatologi
tentang keseringan sesuatu fenomena ekstrem di suatu tempat , gawar
(warning) dan prediksi akan adanya fenomena ekstrem sangat
diperlukan.

Sebagai sumberdaya, cuaca / iklim perlu dianalisis dan


digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pertanian.

Praktek Meteorologi Pertanian


17
BAB 1

Kegiatan Pertanian

Kegiatan pertanian adalah upaya yang berkaitan dengan


pembudidayaan tanaman. Kegiatan pertanian sangat beragam, demikian
pula nilai cuaca dan iklim yang diperlukan.

Kegiatan pertanian erat kaitannya dengan cuaca, musim, dan


iklim. Dalam kegiatan pertanian terdapat tiga komponen utama yang
ikut mengambil bagian, yakni tanah, tanaman, dan cuaca / iklim.
Ketiganya mempunyai hubungan timbal balik dan saling bergantung
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.1.

Tanah

Tanaman Cuaca/iklim

Gambar 2.1. Bagan kaitan timbal balik antara tanaman, tanah, dan cuaca / iklim

Praktek Meteorologi Pertanian


19
Untuk mengerjakan tanah perlu dipilih cuaca dan musim yang
sesuai. Untuk membuat pola tanam perlu memperhatikan iklim yang
ada. Bila suatu tanaman sudah ditanam, kehidupan selanjutnya sangat
berkaitan dengan cuaca yang ada.

Kondisi tanah menentukan jenis, kesuburan tanaman; sebaliknya


tanaman membuat perubahan kepada tanah. Karena pemanasan
matahari tanah menjadi panas dan panas tersebut dipancarkan ke udara
di atasnya, sehingga mengubah cuaca dan iklim mikro.

Besarnya keseimbangan panas dan sinaran berkaitan pula


dengan jenis tanaman dan jenis tanah. Selanjutnya cuaca dan iklim
memberikan dampak kepada tanah dan pertumbuhan tanaman.
Demikian seterusnya kondisi tanaman dapat membentuk sifat cuaca dan
iklim. Dari bagan kaitan timbal balik tersebut terlihat perlunya
memperhatikan ketiga unsur (tanah, tanaman, dan iklim) secara
berimbang dalam upaya melaksanakan kegiatan pertanian. Namun
demikian dalam tulisan ini hanya dibicarakan dari segi cuaca dan iklim.
Keragaman kegiatan pertanian memerlukan informasi cuaca dan iklim
yang bersifat spesifik di lokasi pertanian.

Pada dasarnya cuaca / iklim dimanfaatkan untuk membuat


perencanaan, yakni perencanaan stratejik dan perencanaan operasional,
serta pengendalian pelaksanaan kegiatan pertanian. Perencanaan
stratejik meliputi perencanaan tataguna lahan, perencanaan pola tanam.
Perencanaan operasional meliputi perencanaan penyiapan tanah,
pembibitan, penanaman, pemeliharaan. Pelaksanaan kegiatan meliputi
pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen, pasca
panen, transportasi.

Praktek Meteorologi Pertanian


20
Untuk membuat perencanaan tataguna lahan dan pola tanam
diperlukan informasi klimatologi yang memberi gambaran tentang
kebiasaan cuaca di daerah yang dimaksudkan. Nilai-nilai cuaca yang
diperlukan utamanya adalah nilai rata-rata, nilai kisaran, dan nilai
keseringan.

Untuk membuat perencanaan operasional, diperlukan informasi


cuaca yang sedang berlangsung dan prakiraan cuaca dari jangka waktu
sedang sampai jangka panjang (musim).

Untuk melaksanakan kegiatan misalnya pada waktu


pengolahan tanah, diperlukan informasi cuaca yang sedang berlangsung
dan prakiraan cuaca jangka pendek (harian) sampai sedang (mingguan).

Dari masa pengolahan tanah, pembibitan dan seterusnya


prakiraan cuaca harian digunakan sebagai bahan pertimbangan
pelaksanaan kegiatan harian, misalnya waktu mengolah tanah,
penyemprotan hama, pemupukan, penjemuran, dan lain-lain. Dengan
informasi cuaca / iklim tersebut, perlakuanperlakuan untuk
penanggulangan dapat ditetapkan.

2.1. Perencanaan Pola Tanam

Cuaca selalu berubah dan berbeda setiap waktu dan di setiap


tempat. Perubahan tersebut ada yang tidak beraturan dan ada yang
beraturan. Yang tidak beraturan umumnya berlangsung dalam waktu
pendek yang ditimbulkan oleh proses-proses sementara dalam atmosfer.
Sedangkan yang beraturan berkaitan dengan perubahan-perubahan alam
dalam skala besar, misalnya yang utama karena, perputaran bumi pada
porosnya, peredaran bumi mengelilingi matahari, perubahan fisik

Praktek Meteorologi Pertanian


21
matahari. Perubahan-perubahan tersebut berbentuk perubahan harian
(daily variation), perubahan musiman (seasonal variation), perubahan
tahunan (annual variation), dan seterusnya.

Pola tanam bersifat tetap untuk jangka panjang; oleh karena itu
selain didasarkan atas sifat fisis tanah dan lingkungan, lebih banyak
didasarkan atas ciri kecuacaan atau klimatologi wilayah yang
bersangkutan. Bila faktor tanah sudah dimasukkan, selanjutnya untuk
membuat rencana pola tanam perlu dikenali lebih dahulu sifat tanaman
atas tanggapnya kepada cuaca / iklim. Sifat ketanggapan tersebut
ditetapkan sebagai syarat cuaca / iklim yang diperlukan. Kemudian
dilakukan analisis unsur cuaca / iklim untuk mencari pola sebarannya
mengikut waktu. Dalam hal ini analisis sebaran keseringan terjadinya
nilai unsur cuaca di atas atau di bawah persyaratan lebih membantu
dibandingkan analisis nilai rata-rata. Dari hasil analisis tersebut dicari
selang waktu dengan perubahan cuaca yang sesuai dengan persyaratan
cuaca bagi tanaman yang bersangkutan.

Bagi tanaman semusim, perencanaan tanam perlu disusun


dengan lebih cermat mengingat fase-fase pertumbuhan dan
perkembangannya memerlukan waktu tertentu dan persayaratan
tertentu. Sebagai contoh untuk menetapkan pola tanam padi pada lahan
basah yang memerlukan adanya curah hujan lebih atau sama dengan 75
mm setiap dasarian sampai waktu menjelang panen, dan kurang dari 50
mm pada waktu panen. Ketidaksesuaian antara fase kehidupan dan
perubahan cuaca dapat menimbulkan kegagalan kegiatan pertanian.

Praktek Meteorologi Pertanian


22
2.2. Pengolahan Tanah
Sebelum suatu tanaman ditanam perlu disiapkan tanah yang
memungkinkan dilakukannya penanaman tanaman. Pekerjaan
pengolahan tanah dilakukan setelah tanah cukup lembap atau pada saat
tanah masih dalam keadaan lembap sehingga mudah diolah.

Gambar 2.2. Penyiapan lahan

2.3. Budidaya Tanaman


Budidaya tanaman umumnya meliputi pembibitan, penanaman,
pemeliharaan, dan panen.

2.3.1. Pembibitan
Penyiapan bibit dilakukan di tempat-tempat tertentu yang
cuacanya sesuai yang diperlukan bagi bibit tanaman. Tempat tersebut
ada yang di dalam ruangan dengan kondisi cuaca tiruan yang
disesuaikan dengan yang diperlukan tanaman, misalnya di ruang rumah
hijau (green house), atau di ruang terbuka yang diberi peneduh penahan
sinar matahari, penutup untuk membuat kelembapan tinggi, pelindung
angin, dan lain-lain.

Praktek Meteorologi Pertanian


23
2.3.2. Penanaman

Setelah bibit cukup kuat kemudian ditanam pada lahan yang


telah disiapkan. Kondisi tanah yang diperlukan tanaman berbeda-beda
untuk setiap jenis tanaman, misalnya untuk menanam padi ada jenis
yang memerlukan tanah berair, ada jenis padi yang memerlukan tanah
yang hanya lembap saja. Selama penanaman dibutuhkan keadaan langit
cerah atau berawan.

Gambar 2.3. Kegiatan menanam padi.

Pemilihan waktu tanam sangat penting karena setelah tanaman


ditanam cuaca sangat berpengaruh kepada pertumbuhan selanjutnya.
Oleh karena itu lebih dahulu perlu diketahui prakiraan cuaca
selanjutnya setelah masa tanam.

2.3.3. Pemeliharaan

Setelah bibit ditanam dilakukan pemupukan, pengairan,


penyemprotan hama, dan lain-lain.

Praktek Meteorologi Pertanian


24
Gambar 2.4. Penyemprotan hama

Selama masa pemeliharaan diperlukan data pada hari itu apakah


keadaannya memungkinkan pekerjaan pemeliharaan dilakukan.
Misalkan bila untuk melakukan penyemprotan atau pemupukan
diperlukan cuaca langit cerah atau berawan dan angin tidak lebih dari 10
km/jam maka pekerjaan ditunda apabila cuaca yang diperlukan tersebut
tidak memenuhi. Selain itu prakiraan cuaca harian mingguan suhu,
angin, kelembapan, hujan di tempat pertanian juga diperlukan untuk
membuat rencana pekerjaan hari-hari berikutnya.
Petani harus mengetahui benar syarat kegiatan dan kebutuhan
tanaman selama fase pemeliharaan. Kesulitan mungkin dapat terjadi
apabila di suatu tempat saat itu terdapat bermacam-macam jenis
tanaman dan dalam fase yang berbeda.

2.3.4. Panen
Kegiatan memanen juga perlu direncanakan dengan memilih
waktu dengan cuaca tertentu yang memungkinkan dilakukannya
pemanenan. Selama menjelang panen, diperlukan data cuaca harian dan
prakiraan cuaca harian mingguan meliputi sinaran matahari, suhu,

Praktek Meteorologi Pertanian


25
angin, kelembapan, dan hujan.

Gambar 2.5. Masa panen

2.4. Pascapanen

Selama masa panen dan pascapanen diperlukan informasi cuaca


meliputi data cuaca harian dan prakiraan cuaca harian mingguan suhu,
angin, kelembapan, dan hujan untuk kegiatan pengeringan.

Tidak sedikit jenis hasil tanaman yang masih memerlukan cuaca


tertentu setelah dipanen, misalnya untuk pengeringan. Hasil panen dapat
rusak dalam penjemuran karena kehujanan.

Praktek Meteorologi Pertanian


26
Gambar 2.6. Penjemuran hasil panen

2.5. Transportasi

Kegiatan pertanian tidak dimaksudkan hanya untuk memenuhi


kebutuhan sendiri secara langsung, tetapi juga dilakukan untuk maksud
mencari keuntungan. Oleh karena lebih dahulu perlu ditetapkan jenis
tanaman apa yang akan ditanam. Selain itu juga diperlukan perencanaan
penyimpanan dan pengangkutan hasil-hasil tanaman. Selain informasi
di lokasi pertanian, untuk keperluan agribisnis diperlukan informasi
cuaca di tempat lain. Informasi tersebut berguna untuk memberi
pertimbangan penetapan pengiriman hasil pertanian, dan lain-lain.

Berbagai jenis transportasi perlu dipilih dalam pengiriman hasil


panen sesuai dengan jenis dan jumlah barang yang akan diangkut.
Demikian pula cara pengemasan perlu disesuaikan dengan kodisi cuaca
waktu pengiriman.

Praktek Meteorologi Pertanian


27
Gambar 2.7. Transportasi hasil panen

Praktek Meteorologi Pertanian


28
BAB 3

SISTEM CUACA PERTANIAN

Biasanya apabila seseorang membicarakan tentang sarana


produksi pertanian, terlintas dalam pikiran bahwa yang dimaksud
adalah tanah dan modal, bibit, pupuk, peptisida. Dengan sarana produksi
yang baik diharapkan akan memperoleh produksi pertanian yang
maksimal. Tetapi dalam kenyataan sering dialami panen tidak
memenuhi harapan meskipun sarana produksi seperti yang telah
disebutkan di atas memenuhi persyaratan yang diperlukan. Ada yang
dilupakan, ialah cuaca / iklim. Cuaca dan iklim seharusnya di
masukkan sebagai salah satu sumberdaya sarana produksi pertanian.

Pengaruh lingkungan yang bergantung kepada tanah adalah


faktor edafik. Tanah merupakan lapisan bumi yang terkena pelapukan
oleh cuaca, dipengaruhi oleh organisme yang hidup, tanaman dan hewan
pada lapisan tanah tersebut. Jadi ada hubungan yang erat antara tanah
dan organisme, dan kedua-duanya dipengaruhi oleh iklim dan topografi.
Sesungguhnya sangat sulit atau bahkan tidak mungkin memisahkan
pengaruh faktor edafik karena adanya saling berkaitan dengan faktor lain
yang menyusun habitat. Tanaman memerlukan tanah untuk memenuhi
kebutuhan dasar bagi pertumbuhan akar, ketersediaan air, ketersediaan
zat hara, dan ketersediaan udara.

Praktek Meteorologi Pertanian


29
Perubahan ketersediaan kebutuhan dasar tersebut dapat
mengakibatkan keterbatasan fungsi dan penyebaran organisme.

Bila kondisi permukaan bumi dan atmosfer secara global


membentuk iklim dalam skala makro, pertumbuhan dan perkembangan
tanaman selain memerlukan faktor iklim makro, sebaliknya tanaman
dapat membentuk iklim di sekitarnya yang dikenal dengan iklim
mikro.

3.1. Cuaca Pertanian

Setiap orang, setiap benda, setiap kegiatan mempunyai tanggap


dan kepekaan berbeda kepada cuaca. Suatu tanaman sudah layu apabila
satu hari tidak turun hujan, sedangkan tanaman lain dapat tahan lebih
lama. Bagi seseorang atau sesuatu kegiatan, adanya cuaca tertentu
mungkin dirasakan sebagai yang menguntungkan, tetapi bagi orang atau
kegiatan lain justru dirasakan sebagai yang merugikan. Misalkan pada
musim kemarau yang banyak hujan, bagi para petani palawija merasa
untung karena tanamannya dapat tumbuh subur, tetapi bagi petani
bawang merah merasa rugi karena bawangnya tidak baik kualitasnya.

Kegiatan pertanian mempunyai tanggap dan kepekaan tersendiri


kepada cuaca. Cuaca yang diperlukan dan yang berdampak kepada
kegiatan pertanian disebut cuaca pertanian..

Unsur cuaca yang penting dalam pertanian, yang selanjutnya


disebut unsur utama, antara lain sinaran matahari, suhu (termasuk suhu
udara dan suhu tanah), angin, kelembapan udara, hujan, penguapan dan
penguappeluhan.

Praktek Meteorologi Pertanian


30
Selain sifat dan nilai unsur cuaca utama, misalnya perubahan
dan tinggi rendahnya suhu udara, perubahan angin, perubahan
kelembapan, proses-proses dalam atmosfer yang berkaitan dengan nilai
unsur cuaca tersebut dapat menghasilkan sesuatu keadaan dan atau
gejala yang disebut fenomena cuaca. Berbagai macam fenomena
cuaca dikelompokkan dalam empat golongan, yakni fenomena
hidrometeor, fenomena litometeor, fenomena fotometeor, dan fenomena
elektrometeor.

Hidrometeor adalah fenomena, kecuali awan, yang timbul dan


wujudnya berkaitan dengan air; misalnya embun, kabut, hujan, salju.

Litometeor adalah fenomena yang timbul dan wujudnya


berkaitan dengan butir-butir kecil dari benda yang tidak mengandung air,
misalnya debu, asap.

Fotometeor adalah fenomena optik yakni peristiwa yang timbul


dan wujudnya berkaitan dengan pembiasan, pemantulan, penguraian,
dan interferensi cahaya matahari atau cahaya bulan selama melewati
atmosfer. Peristiwa tersebut terjadi berkaitan dengan adanya perbedaan
suhu dan kerapatan lapisan-lapisan udara, atau karena adanya partikel
atau butir-butir air, butir atau kristal es di dalam udara. Fotometeor dapat
timbul pada waktu udara cerah atau panas (misalnya fatamorgana,
mirats, benda-benda yang terlihat bergoyang). Selain itu dapat timbul
pada awan atau di dalam awan, atau di dalam hidrometeor atau
litometeor (misalnya halo yakni lingkaran cahaya yang tampak di sekitar
matahari atau bulan, pelangi. busur kabut, cincin Bishop). Karena udara
berlapis-lapis maka peristiwa pembiasan, pemantulan, penguraian, dan
interferensi di dalam udara terjadi berkali-kali sehingga benda yang kita
lihat tidak tampak seperti atau pada tempat yang sebenarnya. Makin jauh

Praktek Meteorologi Pertanian


31
letaknya kesalahan lihat tersebut makin besar.

Elektrometeor adalah fenomena elektrik yang timbul dan


wujudnya berkaitan dengan kadar muatan listrik udara, misalnya kilat,
badai guntur (thunderstorm), aurora. Terjadinya kilat dan badai guntur
berkaitan dengan awan Kumulonimbus. Oleh karena itu badai guntur
termasuk fenomena campuran antara fenomena hidrometeor dan
elektrometeor. Badai guntur dipandang sebagai fenomena yang luar
biasa dan mempunyai dampak sangat luas, baik dalam sistem cuaca
maupun kepada sistem lainnya.

Berbagai fenomena cuaca yang penting dalam pertanian adalah:

fenomena hidrometeor, misalnya kabut, hujan, salju, embun beku;


fenomena litometeor, misalnya debu;
fenomena elektrometeor, misalnya kilat, badai guntur.
Keadaan dan fenomena cuaca yang sangat kuat dan berpotensi
mengganggu atau merusak disebut fenomena ekstrem. Berbagai
keadaan dan fenomena yang digolongkan sebagai fenomena ekstrem
dalam pertanian antara lain suhu udara sangat rendah, suhu udara sangat
tinggi, angin kencang, kabut tebal, hujan lebat, salju, embun beku, badai
guntur, debu letusan gunung.

3.2. Pengamatan Cuaca Pertanian

Kondisi kritis bagi tanaman adalah saat tanam, karena setelah


tanaman ditanam kehidupan selanjutnya banyak bergantung kepada
cuaca di tempat penanaman. Oleh karena itu pengamatan cuaca sangat
diperlukan.

Praktek Meteorologi Pertanian


32
Pengamatn cuaca untuk pertanian dilakukan setiap waktu yang
diperlukan. Waktu pengamatan ditentukan dengan menggunakan waktu
standar setempat. Di Indonesia menggunakan standar waktu daerah yang
bersangkutan (WIB , WITA atau WIT).

3.3. Stasiun Cuaca Pertanian

Dalam buku ini dibedakan antara Stasiun Meteorologi Pertanian


dan Stasiun Cuaca Pertanian. Stasiun Meteorologi Pertanian adalah unit
organisasi meteorologi tempat dilakukannya penyediaan dan pelayanan
informasi meteorologi bagi keperluan pertanian, sedangkan Stasiun
Cuaca Pertanian adalah tempat berikut peralatannya untuk melakukan
pengamatan dan pengukuran cuaca di tempat kegiatan pertanian.

Stasiun Cuaca Pertanian adalah tempat dan perangkat peralatan


yang digunakan untuk memperoleh data cuaca pertanian. Oleh karena itu
Stasiun Cuaca Pertanian sebaiknya terdapat di daerah pertanian.
Perangkat peralatan yang diperlukan meliputi salah satu, beberapa atau
keseluruhan dari macam alat yang digunakan untuk mengukur besarnya
nilai-nilai unsur cuaca pertanian. Lokasi penempatan alat-alat ukur
disesuaikan dengan keperluannya. Bila pengamatan atau pengukuran
dimaksudkan untuk memperoleh data yang umum atau mewakili daerah
yang luas perangkat alat pengamatan di tempatkan di tempat terbuka.
Bila pengamatan atau pengukuran dimaksudkan untuk memperoleh data
yang khusus untuk tempat tertentu perangkat alat pengamatan di
tempatkan di tempat yang dimaksud.

Praktek Meteorologi Pertanian


33
Gambar 3.1. Stasiun Pengamatan Cuaca Pertanian.

Pengamatan cuaca pertanian ada yang dilakukan oleh pengamat


dengan menggunakan alat-alat ukur yang tersedia, dan ada yang hanya
dilakukan oleh alat ukur otomatik.

Praktek Meteorologi Pertanian


34
Gambar 3.2. Alat ukur cuaca telemetri, Jakarta
(Foto: 2007, Yunus)

Alat ukur cuaca yang sesuai adalah jenis perekam atau otomat.
Namun demikian ada unsur cuaca yang masih perlu dilakukan
pengamatan secara penglihatan, misalnya pengamatan jenis awan.

3.4. Unsur Cuaca Pertanian

Secara umum, kadar cuaca dinyatakan dengan besarnya nilai


parameter atau unsur cuaca serta adanya fenomena cuaca yang terjadi.
Unsur cuaca utama adalah : suhu, tekanan, angin, dan kelembapan. Dari
unsur utama tersebut diturunkan berbagai unsur lain, misalnya suhu titik
embun, suhu potensial.

Praktek Meteorologi Pertanian


35
Dalam pertanian unsur cuaca yang perlu diinformasikan adalah:
sinaran surya (termasuk banyaknya dan intensitas sinaran, lamanya
peyuryaan), suhu ( termasuk suhu udara, suhu titik embun, suhu tanah),
angin, kelembapan udara, penguapan dan penguap peluhan, serta
fenomena yang ada (termasuk hujan, kabut, embun, badai guntur).

3.4.1. Sinaran Surya

Apabila air cukup tersedia, pertumbuhan dan produksi tanaman


hampir seluruhnya ditentukan oleh sinaran matahari dan suhu udara.
Kebutuhan tanaman akan sinaran matahari juga berbeda-beda menurut
jenis tanaman dan fase pertumbuhannya. Hasil penelitian yang telah
banyak dilakukan seperti yang dilakukan oleh Irsal dkk. (1982, 1983)
menunjukkan bahwa pemanfaatan sinaran matahari oleh padi gogo
selama pertumbuhan reproduktif jauh lebih efisien ( > 2 kali)
dibandingkan dengan selama pertumbuhan vegetatif. Pengurangan
radiasi matahari sekitar 60% sejak fase pengisian polong menurunkan
hasil biji 17 - 20%; tetapi pengurangan dengan proporsi yang sama sejak
pertumbuhan vegetatif menurunkan hasil biji 37 46% (Baharsyah
1980).

Parameter yang digunakan untuk menyatakan nilai sinaran


matahari adalah bondong sinaran (flux radiation) atau banyaknya
sinaran, intensitas sinaran dan lama penyuryaan (sunshine duration).

Bondong sinaran atau banyaknya sinaran adalah ukuran jumlah


sinaran yang diterima alat selama selang waktu pengukuran. Umumnya
satuan waktu yang digunakan per hari, dan satuan ukuran nilainya dalam
watt atau miliwatt.

Praktek Meteorologi Pertanian


36
Intensitas sinaran adalah ukuran banyaknya sinaran per satuan
luas per satuan waktu, yang dinyatakan dengan satuan watt atau miliwatt
per cm atau kalori per cm per menit.
2 2

Untuk mengukur bondong dan intensitas sinaran matahari


digunakan alat solarimeter atau radiometer. Solarimeter banyak jenisnya
sesuai dengan macam sinaran yang diukur, antara lain pirheliometer,
piranometer, pirgeometer, pirradiometer, netpirradiometer; tetapi pada
prinsipnya sama, yakni menggunakan dua logam yang satu berwarna
hitam pekat dan satunya berwarna putih mengkilat. Logam yang
berwarna hitam menyerap semua sinaran dan yang mengkilap
memantulkan semua sinaran yang jatuh padanya sehingga antara kedua
logam tersebut terjadi perbedaan suhu dan menimbulkan perbedaan
potensial listrik. Dari arus listrik yang timbul ditaksir besarnya sinaran.
Pirheliometer adalah alat peukur sinaran langsung dari matahari
yang jatuhnya tegaklurus. Dengan pirheliometer diperoleh nilai
intensitas sinaran matahari yang sampai di tempat alat.

Gambar 3.3. Piranograf (Pekanbaru)


(Foto: 2007, Yunus)

Praktek Meteorologi Pertanian


37
Piranometer adalah alat peukur sinaran global atau sinaran
langit, yaitu sinaran yang tidak langsung dari matahari. Alat tersebut
prinsipnya sama dengan pirheliometer tetapi bagian logam yang
langsung menghadap matahari ditutup.
Pirgeometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur sinaran
dari bawah yang berasal dari bumi.
Pirradiometer digunakan untuk mengukur sinaran total,
sekaligus baik sinaran matahari maupun sinaran semesta.
Netpirradiometer digunakan untuk mengukur banyaknya
sinaran yang masuk dan yang keluar pada suatu permukaan mendatar.
Lamanya penyuryaan adalah waktu selama matahari bersinar
dengan kekuatan tertentu. Lama penyuryaan dinyatakan dengan satuan
jam atau persen (%). Untuk mengukur lama penyinaran digunakan alat
rekam lama suryaan. Alat rekam lama suryaan ada yang terbuat dari bola
gelas (Campbel Stokes).

Gambar 3.4. Alat rekam suryaan matahari jenis Campbel Stokes (Banjarbaru)
(Foto: 2007, Yunus)

Praktek Meteorologi Pertanian


38
Bola gelas tersebut diletakkan menghadap ke matahari sehingga
sinar matahari terpusatkan dan memungkinkan pias kertas yang
diletakkan di bawahnya terbakar. Karena matahari bergerak maka pada
kertas dapat dilihat jejak bekas terbakar. Panjangnya jejak tersebut
menyatakan lamanya penyuryaan. Bila langit cerah selama sehari
sehingga kertas terbakar sepanjang batas yang ditetapkan, lamanya
penyuryaan diberi nilai 100 %.

Gambar 3.5. Pias perekam lamanya penyuryaan

3.4.2. Suhu

Suhu yang diperlukan bagi kegiatan pertanian meliputi suhu


udara lingkungan atau suhu permukaan dan suhu tanah. Sumber utama
yang menimbulkan panasnya atmosfer adalah sinaran matahari. Apabila
sinaran matahari mengenai suatu benda sebagian sinaran dipantulkan,
sebagian diteruskan, dan sebagian diserap. Penyerapan sinaran
mengakibatkan benda tersebut mengalami berbagai macam proses, di
antaranya memancarkan kembali sinaran dalam bentuk panas yang
menurut Stefan-Boltzmann, apabila benda bersifat sebagai benda hitam,
yakni benda yang mempunyai sifat menyerap dan memancarkan kem-
bali semua sinaran yang diserap, banyaknya sinaran yang dipancarkan
sebanding dengan suhunya dipangkat empat, seperti berikut :
4
B = T

Praktek Meteorologi Pertanian


39
dengan:
adalah bilangan tetapan pembanding yang disebut tetapan Stefan
5 4
Boltzmann ; besarnya = 5,673 x 10 erg / cm2 / K / detik; dan T
adalah suhu benda dalam derajat Kelvin. Oleh karena itu apabila
banyaknya sinaran matahari yang diterima berubah, suhunya juga
berubah.
Untuk menyatakan tingginya suhu udara digunakan satuan
derajat. Ada tiga satuan derajat yang lazim digunakan dalam
meteorologi, yakni derajat Celcius ( C) , derajat Fahrenheit ( F), dan
derajat Kelvin (K). Hubungan antara satuan-satuan tersebut sebagai
berikut :
a K = (a - 273) C
b F = 5(b - 32)/9 C

(a). Suhu Udara Permukaan


Suhu udara yang dimaksud adalah suhu udara di dekat
permukaan dan suhu udara atas. Pengukuran suhu udara permukaan
dilakukan pada ketinggian sekitar 1,2 meter dari permukaan bumi
dengan menggunakan termometer.
Setiap bagian atmosfer mempunyai suhu yang berbeda;
demikian pula berbeda pada setiap saat. Perbedaan tersebut terjadi
karena berbeda jumlah sinaran yang diterima dan karena berbagai faktor
lainnya; antara lain karena kedudukan matahari, tinggi rendahnya
tempat, struktur dan jenis permukaan. Dalam arah mendatar di dekat
permukaan bumi ke arah kutub suhu makin berkurang.
Daerah tropik mempunyai suhu rata-rata paling tinggi karena
matahari terus-menerus di atas kawasan khatulistiwa sehingga kawasan

Praktek Meteorologi Pertanian


40
tersebut banyak menerima sinaran. Karena bumi berputar pada porosnya
dan beredar mengelilingi matahari maka suhu udara di dekat permukaan
bumi mempunyai perubahan harian dan perubahan musiman.
Di kawasan tropik perubahan harian sangat kelihatan dan
menjadi ciri khas kawasan tersebut. Sedangkan mendekati kutub
perubahan musiman sangat terlihat. Hampir di semua tempat di kawasan
tropik suhu udara mencapai maksimum sekitar atau beberapa waktu
setelah matahari mencapai titik tertinggi (kulminasi) atau setelah pukul
12 waktu setempat. Di Indonesia umumnya maksimum tercapai sekitar
pukul 13 waktu setempat.

Gambar 3.6. Perubahan harian suhu dan kelembapan nisbi udara di Jakarta Juli 2007
(Sumber: BMG).

Dalam arah mendatar di dekat permukaan bumi suhu udara


berkurang mengikut ketinggian tempat; besarnya pengurangan ber-
gantung kepada keadaan lingkungan. Oldeman (1982) mengemukakan
bahwa di Indonesia pengurangan suhu mengikuti ketinggian tempat

Praktek Meteorologi Pertanian


41
tersebut secara umum mengikuti rumus :
Th = Th - 0,5 h
o

dengan:
Th = suhu pada ketinggian h meter dari permukaan laut, dan Th = suhu
o

pada ketinggian ho.


Untuk mengukur suhu udara digunakan termometer atau
termograf. Karena maksud pengukuran adalah suhu udara lingkungan
maka termometer atau termograf ditempatkan dalam ruangan atau
bangunan yang tidak langsung terkena sinar matahari, yang dinamakan
sangkar meteorologi. Penempatan termometer pada ketinggian yang
sesuaikan dengan tujuan pengukuran; umumnya pada ketinggian antara
30 sampai 120 cm dari permukaan tanah. Yang diukur adalah suhu pada
setiap saat; selain itu juga diukur suhu maksimum, dan suhu minimum
selama selang waktu sehari.
(b). Suhu Tanah
Pengukuran suhu tanah dilakukan dengan memasang
termometer di dalam tanah pada kedalaman sesuai dengan tujuan
pengukuran; tetapi umumnya digunakan kedalaman standar, yakni 5, 10,
20, 50, dan 100 cm dari permukaan tanah. Umumnya pemilihan lokasi
penempatan alat dimaksudkan agar hasil pengukuran dapat mewakili
luas tanah sekitar 100 m . Dalam pencatatan suhu tanah dilengkapi
2

dengan keterangan tentang jenis dan ciri fisik tanah.

Praktek Meteorologi Pertanian


42
Gambar 3.7. Termometer tanah (Banjarbaru)
(Foto: 2007, Yunus)

3.4.3. Angin
Karena perbedaan suhu dan tekanan antara suatu tempat dan
pada tempat lain, terjadilah gerakan udara yang disebut angin. Selan-
jutnya bila tidak ada penjelasan lainnya, istilah angin digunakan untuk
mengatakan gerak udara dalam arah mendatar.
Angin permukaan adalah angin yang terukur oleh sensor angin
pada ketinggian antara 6 dan 10 meter dari permukaan bumi.
Angin dicirikan dengan arah datangnya dan kecepatannya. Arah
angin dinyatakan dengan derajat. Angin dari utara arahnya dinyatakan
360 derajat; dari timur 90 derajat; dari selatan 180 derajat; dari barat 270
derajat. Arah 0 derajat digunakan untuk angin yang sangat lemah.
Kecepatan angin dinyatakan dalam km/jam, m/detik, atau dalam knot
( 1 knot = 1 mil/jam = 1,8 km/jam ).

Praktek Meteorologi Pertanian


43
Gambar 3.8. Mata angin

Angin mempunyai energi yang besarnya setara dengan


kecepatannya; makin kencang makin besar energi yang dibawanya.
Berkaitan dengan energi tersebut oleh Beaufort angin dibedakan
tingkatnya dari kekuatannya dan dinyatakan dengan skala yang dikenal
dengan skala Beaufort. Hubungan antara skala Beaufort dan kecepatan
angin dikemukakan oleh G.C. Simpson (Meteorological Office
Publication No. 180, London, 1906) dalam rumus :

V = 0,836 B /2
3

dengan:
V = kecepatan angin dinyatakan dalam m/dt, dan B besarnya skala.

Praktek Meteorologi Pertanian


44
Tabel 3.1. Skala Beaufort dan kecepatan angin

Skala Tingkat Kecepatan


Tanda-tanda di darat
Beaufort Knot Km/jam

0 tenang <1 <1 Asap mengepul vertikal tetapi


alat anemometer tidak berputar

1 Teduh 13 2 - 5 Asap mengepul miring,tetapi alat


anemometer tidak berputar

2 Sepoi 46 6 11 Terpaan angin terasa di muka,


lemah anemomete berputar perlahan

3 Sepoi 7 - 10 12 19 Daun-daun kecil dipohon


lembut bergerak bendera dapat berkibar

4 Sepoi 11 16 20 29 Debu dan kertas dapat terbang;


sedang ranting pohon bergerak

5 Sepoi 17 -21 30 39 Pohon-pohon kecil terlihat


segar condong, genangan air di tanah
terlihat berombak kecil

6 Sepoi 22 - 27 4- - 50 Batang pohon terlihat bergerak;


kuat suara berdesing dari kawat
telpon dapat terdengar; payung
dapat terangkat

7 Angin ribut 28 - 33 51 61 Pohon pohon bergerak;


lemah berjalan terasa berat

8 Angin 34 - 40 62 74 Batang pohon dapat patah,


ribut sampai pohon tumbang

9 Angin ribut 42 - 75 87 Dapat membawa kerusakan


kuat cerobong pot-pot beterbangan

10 Badai 88 Kerusakan lebih besar; tetapi di


101 darat jarang terjadi

11 Badai 102 Kerusakan berat; tetapi sangat


amuk 120 jarang terjadi di darat

12 topan > 120 Hampir tidak pernah terjadi

Praktek Meteorologi Pertanian


45
Selain dari kecepatan, arah, dan kekuatannya, angin juga
dikenali dari berbagai sifat lain, misalnya dari tempatnya, dari waktu
berlangsungnya. Nama angin yang biasa bertiup di suatu tempat disebut
angin lokal atau angin setempat; antara lain angin laut, angin darat, angin
gunung, angin lembah.

Angin berkaitan dengan kondisi lingkungan dan berkaitan pula


dengan adanya pengaruh sistem cuaca lain, misalnya perenggan (front),
monsun, siklon tropik, pusaran (vortice), badai guntur.
Angin yang berkaitan dengan kondisi lingkungan, misalnya
angin yang terdapat di daerah dekat pantai, di pegunungan, umumnya
berubah berkala harian. Di daerah dekat pantai pada siang hari angin
banyak datang dari arah laut, dan pada malam hari banyak dari arah
darat. Di tempat dekat gunung, pada siang hari angin banyak bertiup ke
arah gunung, dan pada malam hari banyak ke arah lembah.
Angin yang berkaitan dengan perenggan (front) arahnya berubah
mengikut gerak perpindahan perenggan.
Angin yang berkaitan dengan monsun berubah arahnya secara
musiman. Misalnya di Bandar Udara Cengkareng karena adanya
monsun Asia musim dingin, dalam bulan Januari banyak angin dari arah
barat sedangkan dalam bulan Juli karena adanya monsun Asia musim
panas dan monsun Australia, arah angin banyak dari timur.
Angin yang berkaitan dengan siklon tropik kecepatannya besar
dan arahnya berubah mengikut gerak perpindahan siklon tropik tersebut.
Angin yang berkaitan dengan pusaran kecepatannya lebih
rendah dari yang berkaitan dengan siklon tropik, dan arahnya berubah
mengikut gerak perpindahan pusaran.

Praktek Meteorologi Pertanian


46
Angin yang berkaitan dengan badai guntur arah dan
kecepatannya dapat berubah dengan cepat. Pada waktu pembentukan
awan badai guntur arah angin banyak menuju ke arah tempat di bawah
awan, sedangkan pada waktu awan badai guntur dalam fase menghilang
angin kencang dapat terjadi dari arah tempat awan badai guntur.
Angin juga dapat berubah-ubah pada waktu terik matahari.
Perubahan kecepatannya dapat besar dan dalam waktu singkat, disebut
langkisau (gust). Sesaat sesudah terjadi langkisau biasanya diikuti
keadaan lengang atau tak ada angin.
Alat untuk mengukur arah angin disebut sirip angin (windvane).
Alat untuk mengukur kecepatan angin disebut anemometer. Umumnya
sirip angin dan anemometer disatukan dalam satu perangkat.
Pemasangan anemometer disesuaikan dengan keperluannya, namun
untuk angin permukaan anemometer dipasang pada ketinggian standar
yakni 10 m dari permukaan tanah.

Gambar 3.9. Cup Anemometer (Banjarbaru)


(Foto: 2007, Yunus)

Praktek Meteorologi Pertanian


47
3.4.4. Kelembapan
Udara mengandung uap air yang banyaknya tidak tetap. Uap air
berasal dari berbagai sumber, antara lain dari penguapan laut, penguapan
sungai, penguapan danau, dan penguap-peluhan dari tumbuh-tumbuhan.
Untuk menyatakan kadar uap air di dalam udara digunakan istilah
kelembapan. Banyaknya uap air di dalam udara bergantung ke-pada
banyak faktor, antara lain ketersediaan air dan sumber uap, suhu udara,
tekanan udara, angin.
Dalam kajian sifat udara untuk keperluan tertentu, udara
dibedakan dari kandungan uap air di dalamnya dan dikenal istilah udara
basah dan udara kering. Udara basah digunakan untuk menyatakan udara
yang mengandung uap air, dan udara kering bagi udara yang tidak
mengandung uap air. Jadi udara basah adalah campuran udara kering dan
uap air. Baik udara kering maupun uap air keduanya berbentuk gas yang
mempunyai tekanan. Tekanan atmosfer atau yang lazim disebut tekanan
udara, adalah jumlah tekanan dari udara kering dan tekanan uap air yang
ada di dalam atmosfer saat itu. Jika tekanan udara kering secara terpisah
besarnya p , dan tekanan uap air pada saat itu e, maka tekanan udara pada
d

saat itu :
p = pd + e
Udara yang suhunya tinggi mempunyai kemampuan menyimpan
uap air lebih banyak dibandingkan dengan udara yang suhunya lebih
rendah. Oleh karena itu apabila ke dalam udara yang suhu dan
tekanannya tetap dimasukkan uap air sebanyak-banyaknya, pada suatu
saat uap air yang ada dalam udara tidak lagi bertambah karena sebagian
ada yang mengembun kembali menjadi air. Dalam keadaan seperti itu
udara disebut jenuh dengan uap air. Pada saat jenuh tersebut tekanan uap

Praktek Meteorologi Pertanian


48
air mencapai maksimum. Jadi makin tinggi suhunya makin tinggi
tekanan uap air maksimum yang dapat dicapai.
Tabel 3.2. Suhu udara dan tekanan uap air maksimum (em)
T\d 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
40 73.77 77.80 82.01 86.42 91.03 95.85 100.8 106.1 111.6 117.4
30 42.43 44.92 47.55 50.30 53,20 56.23 59.42 62.76 66.26 69.93
20 23.37 24.86 26.43 28.08 29.83 31.67 33.60 35.64 37.79 40.05
10 12.27 13.11 14.01 14.96 15.97 17.04 18.17 19.36 20.63 21.96
0 6.107 6.566 7.054 7.575 8.129 8.719 9.346 10.01 10.72 11.47
-0 6.107 5.623 5.173 4.757 4.372 4.015 3.685 3.379 3.097 2.837
6.107 5.678 5.276 4.898 4.545 4.214 3.906 3.617 3.348 3.097
-10 2.597 2.376 2.172 1.984 1.811 1.652 1.506 1.371 1.248 1.135
2.862 2.644 2.440 2.251 2.075 1.911 1.759 1.618 1.487 1.366
-20 1.032 0.937 0.850 0.770 0.698 0.632 0.572 0.517 0.466 0.421
1.254 1.150 1.053 0.964 0.882 0.807 0.737 0.672 0.613 0.588
-30 0.379 0.342 0.307 0.276 0.248 0.223 0.200 0.179 0.160 0.143
0.508 0.462 0.420 0.381 0.346 0.313 0.284 0.257 0.232 0.209

Ada tiga macam ukuran yang digunakan untuk menyatakan nilai


kelembapan udara, yakni kelembapan nisbi (relative humidity),
kelembapan mutlak (absolute humidity) atau nisbah campur (mixing
ratio), dan kelembapan spesifik (specific humidity). Kelembapan nisbi
adalah nilai perbandingan antara tekanan uap air yang ada pada saat
pengukuran dan besarnya tekanan uap air maksimum yang dapat dicapai
pada suhu dan tekanan udara pada saat itu. Apabila tekanan uap air pada
saat itu sebesar e milibar, dan tekanan uap maksimum em milibar maka
kelembapan nisbi :
H = e/em x 100 %
Kelembapan mutlak atau nisbah campur adalah perbandingan
antara massa uap air dan massa udara kering dalam tiap satuan volume
udara. Misalkan dalam 1m3 udara terdapat m uap air dan m udara kering,
v d

maka kelembapan mutlak atau nisbah campurnya sebesar :


r = mv / md

Praktek Meteorologi Pertanian


49
Kelembapan spesifik adalah perbandingan antara massa uap air
dan massa udara dalam tiap satuan volume udara. Misalkan dalam 1m 3

udara mengandung m gram uap air dan m gram udara kering maka
v d

berat udara sebesar (mv + md ) gram, dan kelembapan spesifik sebesar:


q = mv / (mv + md )

Alat ukur kelembapan adalah psikrometer atau hygrometer. Ada


juga alat ukur kelembapan dan sekaligus dapat mengukur atau merekam
suhu udara. Alat ukur yang demikian itu disebut sebagai termohigrograf.

Gambar 3.10. Termohigrograf (Jakarta)


(Foto: 2007, Yunus)

3.4.5. Penguapan dan Penguappeluhan


Penguapan adalah proses keluarnya uap dari permukaan air.
Besarnya penguapan dinyatakan dengan bilangan dalam millimeter
yang menyatakan banyaknya air yang hilang karena menguap melalui

Praktek Meteorologi Pertanian


50
tiap satuan luas tiap satuan waktu. Misalkan banyaknya penguapan
sebesar 1 mm/hari berarti air yang berubah menjadi uap tiap 1 m selama
2

sehari sebanyak 1 m X 1mm = 1000.000 mm = 1 liter. Laju penguapan


2 3

termasuk hal penting dalam pertanian. Penguapan yang melalui


permukaan benda bukan air, misalnya permukaan tanah, daun, dan lain
sebagainya disebut sebagai penguappeluhan.
Besarnya laju penguapan dan laju penguappeluhan bergantung
banyak faktor, antara lain sinaran matahari, suhu, angin, kelembapan,
tekanan atmosfer, jenis permukaan, jenis tanah.
Untuk mengukur besarnya penguapan digunakan alat
evaporimeter. Evaporimeter yang lazim digunakan adalah evaporimeter
panci terbuka (open pan evaporimeter). Evaporimeter panci terbuka
terdiri atas bak yang diisi air dan dilengkapi dengan alat ukur tingginya
permukaan air. Misalkan pada pukul 07.00 pagi permukaan setinggi
a mm dan pada pukul 07.00 malam setinggi b maka banyaknya
penguapan selama 12 jam hari itu sebanyak (b a) mm.

Gambar 3.11. Evaporimeter Panci Terbuka

Praktek Meteorologi Pertanian


51
Evaporimeter panci terbuka dipasang di tempat terbuka yang
kira-kira sejauh empat kali tinggi pepohonan atau bangunan di
sekelilingnya agar dapat diperoleh besarnya penguapan yang
sebenarnya.

3.4.6. Hujan
Curah hujan adalah butir-butir air atau kristal es yang keluar dari
awan. Bila curahan dapat mencapai bumi disebut hujan; apabila
setelah keluar dari dasar awan tidak sampai ke bumi karena habis
menguap segera setelah keluar dari awan disebut virga.
Butir air yang dapat keluar dari awan dan mencapai bumi
sekurang-kurangnya bergaris tengah 200 mikrometer; bila kurang dari
200 mikrometer, butir-butir air tersebut sudah habis menguap sebelum
mencapai bumi (1 mikrometer = 0,001 cm).
Parameter yang penting dari hujan bagi pertanian adalah
intensitasnya, banyaknya, dan keseringan terjadinya.
Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan selama waktu
hujan. Bila selama hujan banyaknya curah hujan = r mm dan hujan
berlangsung selama t menit, maka intensitas rata-rata I:
I = r/t (mm/menit)
dengan:
I = intensitas hujan, r banyaknya curah hujan selama waktu hujan, dan
t= selang waktu hujan. Misalkan hujan berlangsung selama 5 menit, dan
banyaknya hujan selama waktu hujan tersebut 15 mm maka intensitas
I =15/5 = 3 mm/menit.

Praktek Meteorologi Pertanian


52
Banyaknya hujan (R) adalah jumlah air hujan yang sampai ke
permukaan bumi selama selang waktu pengukuran. Umumnya
dinyatakan dengan satuam millimeter (mm) atau inci (inc). Bila selama
satu hari banyaknya hujan (R) = 1 mm berarti bahwa selama hari itu air
2
hujan yang tertampung pada permukaan bumi setiap luas 1 m sebanyak
1 m2 X 1mm = 1.000.000 mm3 = 1 liter.
Kepadatan hujan (D) adalah ukuran untuk menyatakan seringnya
hujan atau banyaknya hari hujan selama kurun waktu tertentu, misalnya
dalam sebulan banyaknya hari 30, terjadi 9 hari hujan maka kepadatan
hujan 9/30. Rumus umumnya ditulis :
D = h/B
dengan:
D menyatakan kepadatan hujan, h banyaknya hari hujan, B banyaknya
hari dalam sebulan. Hari hujan adalah hari ada hujan lebih dari
0,5 mm.
Untuk mengukur banyaknya curah hujan digunakan alat ukur
hujan. Alat ukur hujan dipasang di tempat yang bebas sehingga air yang
tertampung murni dari awan yang menghasilkan.

Praktek Meteorologi Pertanian


53
Gambar 3.12. Alat penakar hujan Hellmann (Jakarta)
(Foto: 2007, Yunus)

Hujan diberi nama menurut ciri-cirinya. Hujan yang berupa es


dinamakan hujan batu; umumnya berasal dari awan Kumulonimbus
yang tinggi. Hujan yang butir-butir airnya kecil disebut hujan gerimis;
umumnya berasal dari awan Stratus atau Altostratus. Hujan yang turun
sangat deras dan berlangsung sekejap dinamakan hujan curah (shower);
umumnya berasal dari awan Kumulonimbus. Hujan yang berlangsung
terus-menerus dan lebat disebut hujan jujuh (continues rain); umumnya
berasal dari awan Altostratus tebal atau Nimbostratus. Di kawasan luar
tropik hujan jujuh sering terjadi di atas perenggan sangkaran (occluded
front) atau perenggan campuran massa udara dingin dan massa udara
panas. Hujan yang sangat sedikit sehingga tidak terekam alat ukur
disebut hujan suri. Hujan yang banyak mengandung debu atau bahan-
bahan lain sehingga memberi kesan warna merah disebut hujan merah.
Disamping curah hujan terdapat fenomena yang penting dalam
kegiatan pertanian, antara lain badai guntur, tornado.

Praktek Meteorologi Pertanian


54
3.4.6.1. Badai Guntur
Badai guntur termasuk fenomena yang sangat mengganggu
dalam penerbangan tetapi bermanfaat bagi pertanian, karena kilat yang
ditimbulkan dapat menghasilkan nitrogen yang diperlukan bagi
kesuburan tanah. Terjadinya badai guntur berkaitan dengan timbulnya
awan Kumulonimbus tertentu yang juga dikenal dengan nama awan
guntur.
Selain dapat menimbulkan longsoran udara, awan guntur
menghasilkan loncatan muatan listrik yang sangat kuat yang disebut
kilat. Kilat terjadi berkali-kali, mulai dari sedikit dan makin bertambah
sering. Hujan deras terjadi beberapa menit setelah frekuensi kilat
mencapai maksimum. Kilat dapat menimbulkan petir dan guntur.
Waktu hidupnya sel badai guntur, yakni mulai dari tumbuhnya
kemudian menjadi tingkat muda sampai tingkat tua dan akhirnya mati,
selama sekitar 2 jam.

3.4.6.2. Tornado
Tornado atau angin puyuh adalah pusaran turus udara yang
terdapat pada awan Kumulonimbus dan tampak seperti awan corong
(funnel cloud) atau awan juntaian. Panjang diameter pusaran dapat
mencapai beberapa ratus meter. Arah putaran biasanya siklonik (bila di
daerah belahan bumi utara bearah mengiri atau berlawanan arah putaran
jarum jam, dan bila di belahan bumi selatan putarannya menganan atau
searah dengan putaran jarum jam).
Kecepatan angin di sekitarnya dapat mencapai 150 sampai 500
km/jam. Dengan kecepatan yang demikian besar angin puyuh

Praktek Meteorologi Pertanian


55
mempunyai daya pengrusak yang cukup tinggi. Angin puyuh dapat
terjadi di sembarang tempat; tetapi yang paling sering adalah di Australia
tengah dan Amerika Serikat bagian tengah. Di Amerika Serikat rata-rata
terjadi 140 sampai 150 angin puyuh dalam setahun. Umumya banyak
terjadi di awal musim semi pada siang dan sore hari. Di Indonesia angin
puyuh mudah terjadi pada awal dan akhir musim hujan di atas daerah
dataran yang luas, meskipun tidak sering.

Gambar 3.13. Tornado.

3.5. Berbagai Kriteria


Dalam pertanian sering digunakan batasan-batasan berdasarkan
nilai unsur cuaca yang mempunyai arti tertentu bagi kegiatan pertanian
atau tanaman, antara lain musim tumbuh (growing season), derajat hari
(degrre day), selang kering (dry spell), selang basah (wet spell).

3.5.1. Musim Tumbuh


Musim tumbuh adalah selang waktu dalam setahun dengan
cuaca tertentu yang memungkinkan suatu tanaman dapat tumbuh secara
optimal. Dari definisi tersebut dapat difahami bahwa setiap jenis
tanaman mempunyai musim tumbuh yang berbeda-beda karena masing-

Praktek Meteorologi Pertanian


56
masing mempunyai tanggap dan syarat cuaca yang berbeda. Pada
umumnya, utamanya di kawasan tropik, penentuan musim tumbuh
menggunakan kriteria curah hujan. Oldeman (1982) menggunakan
kriteria curah hujan 75 mm dalam sebulan atau 25 mm dalam satu
dasarian. Sebagai contohdengan menggunakan kriteria curah tersebut
musim tumbuh beberapa tanaman seperti tercantum dalam tabel 3.3.
berikut :
Tabel 3.3. Musim tumbuh berbagai tanaman dengan menggunakan kriteria curah hujan

Panjang musim
Tanaman tumbuh (hari)

Pisang 300 365

Jeruk 240 365

Kapas 150 180

Kentang 100 150

Jagung 100 140

Padi 90 150

Tembakau 90 120

Dari panjang panjang musim tumbuh dapat dipilih daerah-


daerah mana yang sesuai dengan tanaman yang bersangkutan.

3.5.2. Derajat Hari


Derajat hari adalah besarnya selisih nilai suhu rata-rata harian
dari normalnya yang digunakan sebagai standar. Satu derajat hari adalah
selisih suhu rata-rata sehari (di bawah atau di atas) sebesar satu derajat
(C atau F) dari suhu standar. Umumnya nilai derajat hari dihitung
secara kumulatif. Makin banyak menunjukkan makin seringnya suhu
menyimpang dari suhu standar yang dapat digunakan untuk membuat

Praktek Meteorologi Pertanian


57
penilaian cuaca yang mempunyai akibat tertentu kepada tanaman atau
kegiatan pertanian umumnya. Misalkan dalam periode sepuluh hari nilai
derajat hari 15 positif berarti selama sepuluh hari tersebut penyimpangan
suhu sebesar 15 derajat di atas standar atau rata-rata 1,5 derajat setiap
hari.

3.5.3. Selang Kering, Selang Basah


Selang kering (dry spell) adalah selang waktu dalam hari yang
berturut-turut tidak tercatat ada hujan; dan selang basah (wet spell)
adalah selang waktu dalam hari yang berturut-turut tercatat ada hujan.
Namun demikian definisi tersebut bersifat umum; diberbagai Negara
menggunakan kriteria yang berbeda. Misalkan di Amerika Serikat
selang kering diartikan sebagai selang waktu selama dua minggu yang
setiap harinya tidak ada hujan yang tercatat. Di Inggris didefinisikan
sebagai selang waktu limabelas hari yang setiap harinya tidak tercatat
hujan lebih dari 0,04 inci (1 mm). Dengan terjadinya selang kering atau
selang basah dapat memberi dampak tertentu kepada tanaman atau
kegiatan pertanian umumnya, misalnya tanaman menjadi layu karena
selang kering atau tanaman menjadi busuk karena ada selang basah.

3.5.4. Beda Suhu Siang dan Malam


Suhu udara berkaitan dengan banyaknya sinar matahari dan
banyaknya sinaran yang dipancarkan bumi. Pada siang hari jumlah
sinaran matahari dan sinaran bumi banyak jumlahnya, sedangkan pada
malam hari tidak ada sinaran matahari melainkan hanya sinaran bumi
yang jumlahnya makin berkurang menjelang pagi. Oleh karena itu pada
siang hari suhu udara selalu lebih tinggi dibandingkan suhu udara pada
malam hari. Perbedaan suhu malam dan siang hari berkaitan dengan
lingkungan.

Praktek Meteorologi Pertanian


58
Tabel 3.4. Beda suhu maksimum dan minimum (Tmaks Tmin) di beberapa tempat
(persepuluhan C)

Lokasi jam feb mar apr mei jun jul agu sep okt nop des

B.Aceh 090 100 101 097 089 105 115 105 098 089 088 073
Padang 085 087 085 082 076 087 089 085 083 081 079 083
Jakarta 065 071 078 080 083 083 086 091 087 085 082 074
S.baya 088 077 085 081 081 088 096 108 113 110 102 094
Kupang 067 069 080 094 089 088 093 103 109 112 105 082
Pontianak 081 096 083 094 095 101 106 109 101 097 090 088
Kendari 107 126 121 117 109 104 117 143 140 147 123 121
Ambon 075 077 077 073 061 054 057 048 062 068 073 075
Jayapura 067 064 065 066 065 065 068 066 066 061 068 063
Manado 079 082 089 091 095 094 095 100 114 105 094 083
Sumber : diolah dari Almanak BMG 1994.

Di atas laut atau daerah pantai beda suhu siang dan malam hari
lebih kecil dibandingkan dengan di atas daerah daratan. Di atas daerah
ngarai perbedaan suhu pada siang dan malam hari dapat sangat besar.
Beda suhu tersebut dapat dikenali dari tingginya suhu maksimum dan
suhu minimum harian. Selain berkaitan dengan lokasi, beda suhu
maksimum dan minimum berkaitan dengan musim.
Di daerah-daerah tertentu besarnya beda suhu malam dan siang
hari dapat digunakan untuk menandai kadar musim.

3.6. Iklim Lingkungan


Meskipun kegiatan pertanian umumnya dilakukan setempat,
namun dalam cuaca dan iklim yang mempengaruhinya tidak lepas dari
cuaca dan iklim dalam skala besar. Misalnya adanya hujan di suatu

Praktek Meteorologi Pertanian


59
tempat, selain berkaitan dengan sistem cuaca dan iklim di tempat
tersebut berkaitan dengan musim. Musim di tempat tersebut berkaitan
dengan sistem cuaca dan iklim di daerah lain.

3.6.1. Sistem Cuaca Kawasan Tropik


Dari aspek astronomi dan geografi yang dimaksud kawasan
tropik adalah daerah antara rasi bintang Cancer (23 derajat lintang
utara) dan rasi bintang Capricorn (23 derajat lintang selatan). Namun
demikian dalam meteorologi definisi tersebut kurang memadai karena
cuaca tidak mengenal batas geografi yang tetap. Dalam meteorologi,
kawasan tropik didefinisikan sebagai daerah di antara garis petemuan
angin pasat belahan bumi selatan paling utara dan angin pasat belahan
bumi selatan paling selatan. Letak garis tersebut tidak tetap dan tidak
selalu jelas. Garis tersebut sering disebut sebagai khatulistiwa
meteorologi.

Gambar 3.14. Posisi PPAT paling selatan dan paling utara

Meskipun disebutkan sebagai pias dalam kenyataannya tidak


menunjukkan wujud yang utuh dan tidak tetap. Pias Pumpun Antar-
Tropik (PPAT) bergeser ke utara selatan mengikut gerak matahari,

Praktek Meteorologi Pertanian


60
namun demikian pergeseran setiap harinya tidak teratur dan tidak sama
di setiap tempat. Di atas lautan Atlantik dan Pasifik timur PPAT lebih
banyak berada di belahan bumi utara dan gerak pergeserannya kecil,
berbeda dengan yang ada di kawasan tropik Asia yang pergeserannya
antara 15 LS sampai 20 LU dan sering tidak jelas.

Pasat. Ciri kecuacaan kawasan tropik utamanya dibentuk oleh sinaran


matahari, karena kawasan tropik mendapat sinaran matahari paling
banyak di antara yang diterima kawasan di luarnya. Karena sinaran
matahari tersebut suhu udara kawasan tropik cukup tinggi dan lebih
tinggi dari sekitarnya.

Perbedaan suhu tersebut menimbukan kecenderungan udara dari


kawasan sekitarnya bergerak menuju ke kawasan tropik, sehingga
kawasan tropik menjadi daerah pumpunan angin.

Perbedaan tekanan antar daerah tersebut mendorong udara di


daerah tekanan tinggi cenderung mengalir ke daerah tekanan rendah.
Karena bumi berputar dari barat ke arah timur, udara di sekitar daerah
tekanan tinggi subtropik di belahan bumi utara yang menuju daerah
tekanan rendah khatulistiwa dibelokkan ke kanan menjadi angin timur,
sedangkan yang menuju ke arah daerah tekanan rendah kutub berbelok
ke timur menjadi angin barat yang disebut angin baratan kutub. Di
belahan bumi selatan, udara dari daerah tekanan tinggi subtropik yang
menuju ke arah tekanan rendah khatulistiwa dibelokkan ke kiri menjadi
angin tenggara, sedangkan yang menuju ke arah daerah tekanan rendah
kutub berbelok ke timur menjadi angin timuran kutub.

Aliran udara dari daerah tekanan tinggi subtropik ke arah


khatulistiwa berlangsung secara terus-menerus, dan dikenal dengan

Praktek Meteorologi Pertanian


61
nama angin pasat. Di daerah tropik belahan bumi utara dikenal bertiup
pasat timur laut, dan di daerah tropik belahan bumi selatan bertiup pasat
tenggara. Angin pasat berlangsung terus-menerus sepanjang tahun.

Gambar 3.15. Peta angin pasat pada waktu matanari di selatan (atas), dan pada waktu
matahari di utara (bawah). (Logwood J.G.).

Pasat yang paling jelas terdapat di lautan Atlantik dan Pasifik


bagian timur dan tengah. Di Asia, termasuk di Indonesia pasat sering
tidak tampak karena adanya angin musim (monsun).
Pumpunan angin pasat membentuk jalur yang disebut Pias
Pumpun Antartropik (Intertropikal Convergence Zone). Di daerah
sekitar PPAT terdapat banyak awan dan hujan.
Monsun. Kata monsun berasal dari bahasa Arab mousim ialah nama
angin musiman di Arab yang dalam selang waktu enam bulan bertiup
dari timurlaut dan enam bulan berikutnya dari arah baratdaya. Kemudian
istilah itu digunakan di daerah lain, bahkan di Eropa sekarang juga
menggunakannya untuk angin barat dengan European Monsoon.

Praktek Meteorologi Pertanian


62
Sebab utama terjadinya monsun sebenarnya adalah perbedaan variasi
tahunan suhu daratan luas (benua) dan lautan sekitarnya. Perbedaan suhu
tersebut kemudian diikuti dengan perbedaan tekanan dengan lebih
tinggi di atas daratan pada musim dingin dan sangat rendah di musim
panas. Daerah yang mempunyai sistem monsun umumnya adalah
kawasan tropik, antara lain Australia Utara, Afrika, Spanyol, Texas dan
pantai barat Amerika serikat, Asia Selatan, Asia Timur. Monsun yang
paling nyata adalah yang terdapat di Asia Selatan dan Timur. Di India
monsun yang terkenal adalah monsun barat daya, dan di Indonesia yang
dikenal adalah monsun barat dan monsun timur meskipun tidak untuk
semua daerah di Indonesia.
Monsun mempunyai kaitan penting dalam iklim global. Seperti
yang dikemukakan oleh Yasunari, T. (1991), sistem monsun dapat
dipandang sebagai mesin pemanas dengan bahan bakar air. Berbagai
cara telah banyak digunakan untuk mempelajari tentang monsun,
misalnya dengan m,enggunakan nilai-nilai indeks angin (J.C. Sadler and
J.T. Lim, 1977), indeks kemantapan udara dan kelengasan (J. Charney
and J. Shukla, 1977), model sinoptik (P.S. Pant, 1977).
Selain dengan kriteria yang dikemukakan Ramage, kini daerah monsun
juga didefinisikan dengan menggunakan kiteria posisi Pias Pumpun
Antartropik (PPAT). Digunakannya PPAT sebagai kriteria daerah
monsun karena daerah yang dilewati PPAT selalu mengalami perubahan
arah angin yang memenuhi kriteria Ramage tersebut. Dengan demikian
maka selain daerah yang telah disebutkan, maka daerah monsun lebih
umum terletak di kawasan antara tempat PPAT paling utara (dalam bulan
Juli) dan tempat PPAT paling selatan (dalam bulan Januari), termasuk
daerah Pasifik timur, Amerika selatan, dan Atlantik barat.

Praktek Meteorologi Pertanian


63
Dari aspek penyinaran matahari dan kondisi lingkungan
setempat, cuaca kawasan tropik umumnya dibentuk oleh interaksi antara
sistem cuaca lokal dan sistem cuaca kawasan di luarnya. Sistem cuaca
yang spesifik di kawasan tropik adalah pola peredaran atmosfer,
pumpunan (convergence) angin, siklon tropik, monsun, dan pasat.

Siklon tropik. Sesuai dengan namanya siklon tropik adalah siklon yang
terdapat di kawasan tropik, tetapi sifat-sifatnya berbeda dengan siklon
yang ada di kawasan luartropik. Siklon tropik temasuk cuaca usikan
(disturbance) berskala besar. Imbasnya sampai ratusan kilometer dan
hidupnya dapat berhari-hari. Sumber siklon tropik terdapat di lautan
yang luas di antara garis lintang 6 dan 15 derajat. Siklon tropik dapat
mudah terbentuk apabila suhu permukaan laut lebih dari 29 C dan suhu
udara di atasnya sekitar 32 C. Pada keadaan suhu tersebut penguapan
laut dapat terjadi besar-besaran sehingga udara di atasnya mempunyai
kelembapan tinggi. Bila tempat tersebut terganggu, umumnya oleh angin
timuran khatulistiwa, terjadilah golakan dan putaran karena mendapat
dorongan perputaran bumi.

Gambar 3.16. Daerah sumber dan arah gerak siklon tropik. (Neuwolt, 1985)

Praktek Meteorologi Pertanian


64
Daerah lautan yang mempunyai syarat cukup untuk timbulnya
siklon tropik adalah lautan Pasifik Baratdaya, lautan Atlantik, laut Arab,
laut India di teluk Banggala, laut Arafura di sebelah utara Australia. Di
Pasifik Baratdaya mencapai 208 siklon tropik per tahun; di lautan
Atlantik-Caribia 85 kali per tahun; di teluk Benggala 75 kali per tahun; di
lautan India Baratdaya 41 kali per tahun; di laut Arafura 31 kali per
tahun; di sebelah barat Australia 23 kali per tahun dan di Pasifik
Timurlaut 10 kali per tahun.
Di dalam siklon tropik tekanan udara sangat rendah sampai dapat
mencapai 900 mb atau 900 hPa. Landaian tekanan dari luar ke arah
dalam sangat besar. Di bagian pusat dalam daerah dengan jejari sekitar
10 km udara cerah tak berawan dan tak ada angin. Daerah tersebut
dikenal dengan nama mata badai. Di bagian tepi terdapat angin sangat
kencang dan berawan padat disertai hujan lebat. Kecepatan angin sampai
lebih dari 200 knot, dan hujan dalam sehari dapat mencapai 800 2.000
mm.
Bagian dari siklon tropik yang paling banyak hujannya dan
berangin paling kencang terdapat di depan sebelah kanan dari arah
gerakan siklon tropik; oleh karena itu bagian tersebut dinamakan sektor
bahaya.

Praktek Meteorologi Pertanian


65
Tabel. 3.5. Keseringan dan musim siklon tropik di berbagai daerah

Daerah sumber Rata-rata/ thn Musim timbulnya

Pasifik baratdaya 208 Juni Oktober

Laut Caribia 85 Juni September

Teluk Carpentaria 31 Desember Maret

Lautan India timur 23 Desember Maret

Teluk Benggala 75 Mei Juli

Laut Arab 19 Mei Juli

Diolah dari berbagai sumber.

Umumnya siklon tropik mempunyai gerakan dari timur ke barat


dan menjauhi khatulistiwa. Bila siklon tropik kuat dan ada perenggan di
kawasan luartropik, siklon tropik berbalik mengikuti arah gerakan
perenggan. Di belahan bumi utara arah berbaliknya ke timur laut, dan di
belahan bumi selatan ke arat tenggara. Bila angin baratan khatulistiwa
kuat, siklon tropik bergerak ke arah barat hampir sejajar khatulistiwa.
Karena salah satu syarat terbentuknya siklon tropik adalah suhu
laut yang tinggi dan beda suhu udara di atasnya lebih dari 2 derajat
Celsius, maka musim siklon tropik adalah pada waktu posisi matahari di
atas daerah sumber yang bersangkutan. Di Pasifik Baratdaya musim
siklon tropik pada bulan Juni sampai Oktober; di Laut Arafura bulan
Desember sampai Maret; di teluk Benggala bulan Mei sampai Agustus.
Oleh penduduk sekitarnya, siklon tropik di laut Arafura disebut willy-
willy. Siklontropik biasanya diberi nama berurutan mengikut abjad
dalam tiap musim siklon tropik.

Praktek Meteorologi Pertanian


66
Gambar 3.17. Foto siklon tropik dari satelit cuaca

Bagi daerah-daerah tertentu adanya siklon tropik dapat


menimbulkan bencana dan kerusakan tanaman atau mengganggu
kegiatan pertanian, namun siklon tropik menjadi sumber hujan bagi
kawasan tersebut, misalnya di Filipina.
Di Indonesia tidak pernah timbul siklon tropik, tetapi karena
daerah lautan sekitar Indonesia yakni lautan Pasifik baratdaya, laut
Arafura, laut India, dan teluk Benggala merupakan tempat siklon tropik
maka sistem cuaca di Indonesia juga berkaitan dengan adanya siklon
tropik di tempat-tempat tersebut.

3.6.2. Sistem Cuaca Wilayah Indonesia


Indonesia terletak dalam kawasan tropik khatulistiwa yang
membentang antara 6 LU sampai 12 LS serta antara 95 BT sampai 141
O O O

Praktek Meteorologi Pertanian


67
O
BT. Daerah tersebut dikelilingi oleh lautan luas yakni lautan India dan
lautan Pasifik. Indonesia disebut pula sebagai negara kepulauan yang
luas dan topografinya beragam. Selain itu bentuk pulau dan letaknya
juga beragam. Kesemuanya itu menjadi faktor penting dalam
pembentukan cuaca di Indonesia.
Dari letaknya yang di kawasan tropik Indonesia mendapat
banyak sinaran matahari sepanjang tahun. Pemanasan yang banyak
tersebut memberi ciri kepada udara di atasnya selalu panas dan selalu
cenderung bergerak ke atas atau bergolak. Udara yang panas mempunyai
sifat mampu menahan banyak uap air; sehingga udara selalu mempunyai
kelembapan nisbi yang tinggi.
Kedudukan matahari yang bergeser ke utara dan ke selatan
secara bergantian setiap tahun memberi ciri adanya perubahan
pemanasan yang dikenal dengan perubahan musiman. Perubahan
musiman pemanasan tersebut selanjutnya menimbulkan pula
perubahan cuaca. Oleh karena itu di Indonesia cuaca mempunyai
perubahan musiman atau tahunan (annual variation), sehingga dikenal
musim hujan, musim kemarau. Karena letaknya membentang di sekitar
khatulistiwa maka matahari lintasan matahari hampir tetap sepanjang
hari sehingga panjang hari siang dan hari malam hampir sama. Adanya
siang dan malam hari menimbulkan perbedaan mencolok pada
banyaknya sinaran yang diterima bumi. Pada siang hari bumi
menerima banyak sinaran dari matahari daripada malam hari di mana
bumi banyak memancarkan sinaran ke angkasa. Dengan demikian
pada siang hari suhu udara tinggi dan pada malam hari lebih rendah.
Sifat yang demikian disebut berubah harian atau variasi harian (diurnal
variation).

Praktek Meteorologi Pertanian


68
Variasi harian. Karena letak wilayah Indonesia di sekitar khatulistiwa,
maka wilayah tersebut menerima sinaran matahari terus-menerus
sepanjang tahun tetapi berbeda mencolok pada waktu siang dan malam
hari. Perbedaan sinaran siang dan malam hari memberi ciri yang kuat
berupa variasi harian unsur cuaca, terutama pada suhu, tekanan, angin,
dan kelembapan. Variasi harian suhu yang nyata adalah variasi harian
dengan maksimum pada siang hari dan minimum pada malam menjelang
pagi hari. Variasi harian tekanan mempunyai maksimum dua kali dan
minimum juga dua kali. Maksimum terjadi pada sekitar pukul 10.00 pagi
dan 10.00 malam, sedangkan minimum pada sekitar pukul 04.00 pagi
dan pukul 04.00 sore. Variasi harian angin terdapat di tempat-tempat
tertentu, misalnya di kawasan pantai variasi harian ditandai dengan
adanya angin darat dan angin laut, di pegunungan dengan angin lembah
dan angin gunung. Variasi harian kelembapan nisbi udara berkebalikan
dengan variasi harian suhu, yakni minimum pada saat suhu mencapai
maksimum dan maksimum pada waktu suhu mencapai minimum.
Variasi harian curah hujan sangat bergantung kepada tempatnya; di atas
daratan hujan lebih banyak terjadi pada siang dan sore hari, sedangkan di
atas laut dan teluk sering terjadi pada waktu malam dan menjelang pagi
hari. Namun demikian variasi harian tersebut berubah karena adanya
gangguan dari sistem yang lebih besar, misalnya monsun. Oleh karena
itu perubahan dari kebiasaan harian dapat digunakan untuk
mengidentifikasi sistem yang lebih besar, misalnya di Jakarta bila hujan
terjadi pada menjelang pagi pertanda adanya monsun barat.

Variasi musiman. Sesuai dengan letak geografinya Indonesia


mempunyai variasi musiman. Variasi musiman tersebut dapat jelas
terlihat pada curah hujan. Oleh karena itu dikenal musim hujan dan
musim kemarau. Kedua musim tersebut dibedakan dari banyaknya curah

Praktek Meteorologi Pertanian


69
hujan. Pada umumnya sewaktu matahari ada di belahan bumi selatan
dari bulan Oktober sampai Maret, curah hujan lebih banyak
dibandingkan sewaktu matahari di atas belahan bumi utara dari bulan
April sampai September. Dalam tabel berikut ditunjukkan sebaran
jumlah curah hujan bulanan di beberapa tempat yang berbeda variasinya.
Tabel 3.6. Curah hujan rata-rata bulanan (1981 1990) di berbagai tempat

Lokasi jan feb mar apr mei jun jul agu sep okt nop des

B.Aceh 253 200 159 115 96 60 28 12 39 102 241 230


Padang 292 196 319 275 272 168 234 227 355 440 503 327
Jakarta 394 245 191 143 127 85 60 53 57 95 116 244
S.baya 352 261 278 142 107 78 24 5 37 36 103 257
Kupang 429 352 201 46 34 15 11 1 15 19 135 221
Pontianak 251 155 310 275 284 169 204 130 309 369 358 238
Kendari 158 191 221 252 281 233 188 94 83 49 108 207
Ambon 118 120 135 145 393 500 474 327 189 116 74 134
Jayapura 275 256 234 257 179 198 89 108 124 172 183 287
Manado 230 391 328 226 271 235 113 78 134 190 215 307
Sumber : Almanak BMG 1994.

Variasi musiman juga terlihat pada arah angin meskipun tidak


sama arah anginnya; misalnya di Sumatera Barat variasi musiman
berupa perubahan dari angin baratdaya dan timurlaut, di Jawa terlihat
dari perubahan angin barat dan angin timur. Variasi-variasi tersebut
berkaitan dengan monsun Asia dan monsun Australia. Di beberapa
daerah misalnya di Jawa bagian timur, Bali, Nusa tenggara serta daerah
lain yang berdekatan dengan Australia, variasi musiman suhu
maksimum dan minimum juga terlihat jelas. Minoru Tanaka (1994)
mengemukakan bahwa daur musim kemarau yang diidentifikasi dengan

Praktek Meteorologi Pertanian


70
menggunakan jumlah liputan awan di Jawa dan sekitarnya mempunyai
variasi kisaran sampai 35% sedangkan daur intra musiman sekitar 5%.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat M.J. Manton dan J.L. Mc.Bride
yang mengemukakan bahwa dalam daerah monsun lebih banyak
struktur skala meso.
Tabel 3.7. Sebaran curah hujan musiman Musim Kemarau di berbagai tempat (1971 -
2000)

No. Nama Lokasi Curah Hujan Musim

1 Pandeglang bagian barat 335 453


2 Lampung tengah bagian selatan 574 776
3 Kapuas bagian barat 247 334
4 Barru, Pangkajene kepulauan 289 391
5 Buleleng bagian utara 301 -407
6 Lombok barat bagian barat 286 386
7 Manggarai bagian barat 243 329
8 Halmahera tengah 414 560
9 Manokwari bagian baratlaut 430 -582
Sumber: BMG, 2006.

Bila definisinya seperti yang telah disebutkan, maka Indonesia


tentunya juga mempunyai monsun. Kalau di India ada monsun baratdaya
(southwest monsoon) dan monsun timur laut (northeast monsoon), di
Indonesia dikenal monsun barat dan monsun timur meskipun ada
sebagian daerah di kawasan Indonesia bagian barat yang merasakan
adanya monsun baratdaya dan monsun timurlaut.
Monsun Indonesia. Indonesia bukan daerah monsun. Tetapi karena
adanya monsun Asia dan monsun Australia, sistem cuaca di Indonesia
banyak dikendalikan oleh kedua monsun tersebut sehingga juga
mempunyai ciri monsunal.

Praktek Meteorologi Pertanian


71
Karena perbedaan pemanasan lautan India dan benua Asia secara
bergantian setiap tahun, maka timbul kecenderungan adanya aliran
massa udara lautan ke benua dan sebaliknya. Pada waktu musim panas di
benua Asia terdapat aliran dari Lautan India ke benua Asia dan
menimbulkan monsun yang dikenal dengan monsun panas Asia.
Dengan adanya kecenderungan arah aliran udara dari baratdaya
maka di India monsun panas juga disebut monsun baratdaya. Sebaliknya
pada waktu musim dingin di Asia terdapat kecenderungan aliran dari
benua Asia ke lautan India. Monsun yang timbul disebut monsun dingin,
dan karena kecenderungan arah alirannya dari timur laut, disebut pula
monsun timurlaut.
Selain monsun Asia, di Australia Utara juga terdapat monsun.
Pada waktu musim dingin di belahan bumi selatan atau musim panas di
belahan bumi utara di Australia bertiup angin timur, sedangkan pada
waktu musim panas di belahan bumi selatan atau musim dingin di Asia,
di Australia Utara bertiup angin barat dari arah lautan India. Benua
Australia yang pada musim dingin menjadi daerah bertekanan udara
tinggi bersamaan waktu dengan benua Asia musim panas atau
berlangsungnya monsun panas. Sebaliknya benua Australia yang pada
musim panas menjadi daerah bertekanan udara rendah bersamaan
waktu dengan benua Asia musim dingin atau berlangsungnya monsun
dingin. Adanya tekanan rendah di benua Australia menimbulkan
sebagian aliran monsun dingin Asia memasuki wilayah Indonesia; dan
adanya tekanan tinggi di Australia yang bertepatan dengan
berlangsungnya monsun panas Asia memperkuat angin pasat tenggara
memasuki wilayah Indonesia.
Sifat monsunal Indonesia dimiliki oleh angin dan awan serta
hujan. Meskipun berbeda nilainya, curah hujan di Indonesia mempunyai

Praktek Meteorologi Pertanian


72
variasi tahunan monsunal, yakni sebagian tahun banyak hujan dan
disebut musim hujan, dan sebagian lainnya kurang hujan disebut musim
kemarau. Namun demikian karena wilayah Indonesia cukup luas, dan
struktur wlayah sangat beragam ciri monsunal tersebut berbeda-beda di
setiap daerah. Misalnya, aliran monsun dingin Asia memasuki wilayah
Sumatera bagian tengah sampai utara dengan arah angin dari timur laut,
dan monsun panas dengan arah angin dari barat daya.
Di atas Kalimantan sampai Maluku bagian utara pada waktu
monsun dingin angin bertiup dari barat laut. Angin tersebut berasal dari
angin pasat timur laut yang berbelok menjadi angin barat; sedangkan
pada waktu monsun panas angin di atas wilayah tersebut bertiup dari
arah tenggara sampai selatan baratdaya sebagai kepanjangan dari angin
pasat tenggara.
Di atas Sumatera bagian selatan, Jawa sampai Nusa Tenggara
Timur pada waktu monsun dingin angin bertiup dari barat sampai barat
laut sebagai pembelokan dari monsun timurlaut dan pembelokan dari
angin pasat timur laut serta angin baratdaya yang berasal dari
pembelokan angin pasat tenggara. Pada waktu monsun panas, di atas
kawasan tersebut bertiup angin tenggara sampai timur yang berasal dari
angin pasat tenggara.
Di atas wilayah Maluku bagian tengah, selatan, dan Papua, pada
waktu monsun dingin angin bertiup dari barat sampai baratlaut yang
berasal dari berbeloknya angin pasat timurlaut dan dari barat sampai
baratdaya yang berasal dari berbeloknya angin pasat tenggara.
Sedangkan pada waktu monsun panas, angin dari arah tenggara sampai
barat-baratdaya yang berasal dari berbeloknya angin pasat tenggara.
PPAT di kawasan Indonesia. PPAT berada di kawasan Indonesia dari

Praktek Meteorologi Pertanian


73
bulan Oktober sampai April. Jadi dalam musim hujan pada umumnya,
tetapi tidak merupakan pertemuan aliran antisiklonal utara dan selatan
yang sama. Pergeseran umumnya dari utara ke selatan, namun daerah
awan berkembang dari barat ke timur.
PPAT dapat digunakan sebagai indikator aktivitas monsun; atau
sebaliknya aktivitas monsun menentukan keberadaan dan kondisi PPAT.
Namun demikian PPAT di bagian-bagian daerah Indonesia dibentuk
oleh sistem angin yang berbeda.
Di bagian barat (Sumatera bagian barat sampai Nangroe Aceh
Darusalam) PPAT terdapat di antara massa udara monsun timurlaut
sebagai kepanjangan dari monsun dingin Asia Tenggara, massa udara
lautan India utara sebagai kepanjangan dari monsun Asia Selatan, dan
massa udara dari lautan India Selatan sebagai kepanjangan pasat belahan
bumi selatan. Pada waktu musim dingin Asia, PPAT memasuki wilayah
ini dari utara mulai bulan Oktober sampai Desember, selanjutnya
bergerak ke selatan menjauhi khatulistiwa. Dalam bulan Januari sampai
Maret, PPAT sering tidak jelas karena berbaur dengan palung dekat
khatulistiwa ; kadang-kadang terlihat dua daerah lajur awan dari garis
geser angin. Bila terdapat dua garis geser angin, di antara garis tersebut
adalah lajur baratan khatulistiwa. Letaknya berubah-ubah sehingga
angin permukaan di suatu tempat juga berubah-ubah dari tenggara dan
dari baratlaut.
Setelah mencapai paling jauh di selatan khatulistiwa, kemudian
kembali ke utara dan dilanjutkan dengan aktifnya monsun baratdaya
(Asia Summer Monsoon) mulai bulan Mei. Setelah itu PPAT bergerak ke
utara keluar dari wilayah Indonesia, dan kemudian angin baratdaya
bertiup mantap di hampir seluruh wilayah tersebut .

Praktek Meteorologi Pertanian


74
Di bagian tengah (Riau sampai Sulawesi), PPAT merupakan
pertemuan angin pasat Pasifik Barat setelah termodifikasi di laut Cina
Selatan dan berbelok ke timur ketika mendekati dan sampai melewati
khatulistiwa, dengan angin pasat dari selatan setelah berbelok ke arah
timur. Daerah golakan tidak tepat di atas PPAT melainkan di atas garis
geser angin (shearline) di depan dan di belakang (sebelah menyebelah)
PPAT. Bila terjadi arus lintas khatulistiwa (cross equatorial flow) daerah
golakan aktif di depan atau di samping selatan PPAT. Pergeseran ke
selatan tidak sama; di bagian timur lebih besar karena berkaitan erat
dengan tekanan rendah Australia Utara. Letak Sulawesi Selatan yang
membujur ke selatan dan bukit-bukit di sepanjang semenanjung tersebut
mempunyai andil besar kepada aktivitas PPAT di kawasan tersebut.
Di bagian selatan (Nusa Tenggara sampai Merauke), PPAT dari
Januari sampai Maret. PPAT tersebut terbentuk dari angin baratdaya
yang berasal dari daerah tekanan tinggi di Lautan India Timur sebelah
barat Australia dan angin timurlaut dari daerah tekanan tinggi di Pasifik
Barat yang membelok ke timur setelah melintasi khatulistiwa. PPAT
sering masuk ke dalam lembang tropis di atas teluk Carpentaria di
sebelah selatan pulau Timor dan di sebelah utara Australia. Daerah awan
dan hujan hampir berimpit dengan daerah PPAT. Mendekati Papua
bagian selatan Merauke, PPAT terbentuk oleh angin pasat belahan bumi
selatan dari sistem tekanan tinggi subtropik Pasifik Selatan Barat dan
Pasifik Utara Barat.
Di bagian timur (Maluku sampai Papua bagian utara) posisi
PPAT mudah berubah kadang-kadang agak ke utara dan kadang-kadang
membujur arah baratdaya - timurlaut melintasi pulau Papua. Dalam
analisis sering sulit membedakan dengan garis geser angin (shearline).

Praktek Meteorologi Pertanian


75
Dalam waktu monsun dingin selatan PPAT menjauh ke utara, tetapi di
kawasan timur tersebut ditempati garis geser angin yang terbentuk dari
angin pasat selatan yang berbelok ke timur pada waktu mendekati
khatulistiwa. Oleh karena itu dalam bulan Juli September banyak awan
dan hujan di kawasan tersebut.

3.6.3. Ikhtisar Cuaca Sinoptik Di Berbagai Wilayah


Indonesia memiliki cuaca yang beragam sifatnya mengikut
kondisi setempat, namun punya kesamaan, yakni mempunyai satu
variasi, variasi harian; dan variasi musiman. Untuk mengenali sistem
cuaca dan iklim suatu tempat selain perlu dikenali faktor cuaca sinoptik
lingkungan, perlu diperhatikan pula faktor lingkungan setempat. Di
Indonesia faktor lingkungan setempat tersebut banyak ragamnya, yang
sekurang-kurangnya dapat digunakan untuk mengenali massa udara apa
yang memasuki wilayah yang diperhatikan, dan apa sifat aliran udara
yang ada. Faktor-faktor tersebut menjadi pangkal dan pendorong
terbentuknya cuaca, khususnya curah hujan di masing-masing daerah.
Aceh. Aceh yang terletak di ujung barat-utara langsung menghadap
lautan India dan bertetangga dengan sistem cuaca teluk Benggala dan
Banglades. Dalam sistem tekanan, daerah tersebut terletak dalam daerah
tekanan rendah khatulistiwa (doldrums). Dalam waktu peralihan musim
doldrums terlihat jelas; angin sangat berubah arah (variable).
Musimnya dikuasai oleh monsun Asia Selatan yang pada musim
dingin Asia angin bertiup dari timurlaut dengan massa udara yang sifat
asalnya dari Tibet, dingin dan kering, kemudian termodifikasi di laut
India utara. Oleh karena itu bergantung banyak kepada udara di atas laut
tersebut. Kalau laut panas banyak menghasilkan hujan dan bila lautnya
dingin hujan berkurang.

Praktek Meteorologi Pertanian


76
Pada musim panas belahan bumi utara angin bertiup dari arah
baratdaya karena monsun baratdaya (South-West monsoon). Pada waktu
monsun Asia musim panas aktif dan kuat, angin baratdayanya berkurang
dan menjadi dari selatan sampai selatan tenggara; curah hujan juga
berkurang. Pada saat itu di laut sebelah barat India sering timbul
lembangtropis; curah hujan banyak di pantai barat dan utara India. Tetapi
bila monsun Asia tersebut lemah, angin dari arah baratdaya sampai barat.
Ada yang mengatakan bahwa angin barat tersebut adalah angin baratan
khatulistiwa atau sebagai kepanjangan dari komponen peredaran
Walker. Angin baratan tersebut memicu timbulnya lembangtropis
sampai siklontropis di teluk Benggala. Imbas dari lembangtropis dan
siklontropis dirasakan di daerah Aceh berupa banyak hujan dengan angin
kencang, serta gelombang laut yang tinggi. Masa timbulnya
lembangtropis tersebut antara bulan Mei sampai September. Oleh karena
itu berbeda dengan di daerah tengah atau timur yang banyak cuaca
gangguan dalam bulan Oktober Maret, di sana perlu waspada dalam
waktu antara Mei dan September.

Daerah Sumatra Bagian Utara (Sumatera Utara bagian utara dan


Riau daratan). Daerah tersebut terletak di sebelah utara Bukit Barisan;
di sebelah utaranya dibatasi oleh selat Malaka. Letaknya sejajar dengan
semenanjung Malaysia.
Di atas daerah tersebut bertiup angin musim timurlaut yang
berasal dari monsun Asia Dingin dan angin musim selatan-baratdaya
yang berasal dari monsun Asia Panas dan dari pasat selatan. Tetapi
angin selatan baratdaya tersebut tidak terlalu kuat karena terhambat
Bukit Barisan. Namun demikian angin pasat yang kuat dapat
menimbulkan efek fohn yang dapat dirasakan di Sumatera Utara

Praktek Meteorologi Pertanian


77
bagian utara yang nama lokalnya angin bohorok. Angin bohorok
bersifat kering dan panas, dan dapat terjadi antara bulan Juli
September.
Angin timurlaut mulai masuk daerah tersebut bulan Nopember
dan berlangsung sampai bulan Februari. Dalam bulan Maret April
angin sangat berubah-ubah, dan selanjutnya menjadi angin tenggara
sampai baratdaya dari bulan Mei sampai September. Kemudian dalam
bulan Oktober juga berubah-ubah menjelang bertiupnya angin timuran.
Dengan demikian bulan Maret - April adalah bulan menjelang
pergantian dari angin timurlaut menjadi angin tenggara-baratdaya, dan
Oktober-Nopember bulan menjelang pergantian angin tenggara-
baratdaya menjadi angin timur.
Angin timur berkaitan dengan monsun dingin Asia. Bila terdapat
pusaran di laut Cina Selatan, angin timur tersebut berbelok ke arah timur
menjadi angin utara atau sampai baratlaut.
Angin timur dari monsun dingin Asia menimbulkan banyak
hujan di sepanjang pantai utara / timur Malaysia. Hujan berkurang di
sebelah selatan termasuk di daerah Su3matera bagian utara tersebut.
Angin tenggara baratdaya berkaitan dengan monsun dingin Australia
dan monsun panas Asia. Dengan demikian adanya angin tersebut
bergantung kepada kedua aktivitas monsun tersebut. Bila monsun
panas Asia kuat dan mosun Australia lemah banyak bertiup angin
baratdaya; bila monsun panas Asia lemah dan monsun dingin Australia
kuat banyak bertiup angin tenggara. Bila kedua-duanya kuat, angin
bertiup dari arah timur; dan bila kedua-duanya lemah angin berubah-
ubah arah sampai barat. Dalam bulan dengan angin berubah-ubah,
banyak timbul curah hujan. Dalam bulan tersebut di selat Malaka

Praktek Meteorologi Pertanian


78
terjadi banyak golakan yang ditimbulkan oleh pumpunan angin yang
membawa sifat massa udara dari laut India Utara dan dari Laut Cina
Selatan. Akibat percampuran tersebut sering timbul gebos berupa
garis yang panjang (squall line) yang dikenal dengan nama
Sumatran. Gebos tersebut umumnya terjadi pada malam menjelang
pagi hari.

Daerah Riau lautan dan Kalimantan Barat. Letaknya di dan


menghadap laut Cina Selatan merupakan kawasan segitiga emas
tempat bertemunya aliran pasat Pasifik Barat, aliran udara dari daratan
Cina, aliran udara dari lautan India, dan aliran pasat tenggara
(Australia).
Pada waktu monsun dingin Asia berlangsung, massa udara
daratan Cina dan massa udara subtropik Pasifik Barat daya bertemu di
daerah tersebut. Massa udara yang berasal dari Cina bersifat dingin dan
kering, sedangkan yang dari Pasifik lebih panas dan mantap (stable).
Keduanya termodifikasi di atas laut Cina Selatan yang panas. Oleh
karena itu sifat kedua massa udara tersebut mempunyai peran besar
dalam pembentukan cuaca. Indikator adanya pertemuan kedua massa
udara tersebut berupa perenggan (front) yang ujungnya bagian selatan
dapat mencapai di atas Laut Cina Selatan. Pada citra satelit perenggan
tersebut mudah dikenali. Biasanya datangnya perenggan tersebut
diawali dengan seruak (surge) monsun.
Musim monsun dingin adalah musim angin timurlaut di daerah
Riau dan Kalimantan Barat. Tetapi pada saat monsun lemah atau
istirahat (break), angin timurlaut berbelok ke timur sewaktu di atas laut
Cina selatan dan sering membentuk pusaran. Adanya pusaran

Praktek Meteorologi Pertanian


79
menghambat gerak monsun ke selatan. Pusaran tersebut sering terjadi
dalam bulan Desember.
Bila monsun dingin kuat, angin bertiup dari arah timurlaut
dengan kencang (> 10 knot) dan sampai melewati khatulistiwa dan
dikenal dengan alir lintas khatulistiwa (cross equatorial flow).
Pada waktu monsun panas Asia lebih rumit. Pada pertengahan
musim monsun (Juli-Agustus), sering empat aliran (dari tenggara
sebagai kepanjangan pasat selatan, dari monsun baratdaya lautan India,
dari Pasifik Barat Daya, dan dari Asia bagian timur) masuk ke wilayah
tersebut.
Oleh karena itu pada musim monsun panas tersebut sering
terjadi pusaran di atas laut Cina Selatan. Pada saat ada pusaran sering
terlihat dua lajur awan dari baratdaya ke arah timurlaut dan lajur awan
dari tenggara ke arah baratlaut, dan terkesan sebagai PPAT yang
bercabang.
Bila monsun panas kuat letak pusaran lebih ke utara, dan bahkan
sering bergabung dengan siklontropis yang berasal dari Pasifik
Baratdaya. Bulan Maret - April dan September - Oktober daerah tersebut
merupakan daerah doldrums dengan angin berubah-ubah.
Daerah Sumatera Selatan Laut Jawa dan sekitarnya. Daerah
Sumatera Selatan, Laut Jawa dan sekitarnya boleh dikatakan sebagai
daerah yang benar-benar memiliki sebutan monsun barat identik
dengan musim hujan karena memang benar-benar angin bertiup dari
barat pada waktu musim hujan; dan musim timur adalah musim
kemarau karena benar-benar angin bertiup dari arah timur pada waktu
musim kemarau. Mulai bulan Oktober angin berangsur bertiup dari

Praktek Meteorologi Pertanian


80
barat sampai bulan Maret berkaitan dengan monsun dingin Asia; dan
berangsur menjadi dari timur berkaitan dengan monsun Australia
musim dingin.
PPAT di daerah tersebut merupakan batas angin timurlaut dari
Pasifik Barat yang dibelokkan ke timur karena melintasi khatulistiwa
menjadi angin barat, dan angin pasat tenggara belahan bumi selatan
(Australia) yang terbelokkan ke timur karena pertukaran momentum
dari angin barat tersebut.
Aliran udara di bagian selatan dari PPAT pada waktu menuju ke
selatan lebih bersifat siklonal dibandingkan di bagian utara. Di bagian
timur aliran terpotong oleh jasirah Sulawesi Selatan.
Bulan Maret - Mei daerah tersebut menjadi daerah doldrums;
angin berubah-ubah dan berangsur menjadi angin tenggara sampai
selatan.
Pada waktu Australia musim dingin, angin pasat dari tenggara
dibelokkan menjadi angin baratdaya, sedangkan pasat utara menjadi
baratlaut. Bila terdapat siklontropis di sebelah timur Filipina, PPAT
membujur pada arah baratdaya - timurlaut menuju ke arah tempat
siklontropis.

Daerah Kalimantan dan Sulawesi. Daerah Kalimatan dan Sulawesi


mempunyai cuaca sinoptik lingkungan yang sama, tetapi Kalimantan
yang berupa pulau besar dan Sulawesi yang mempunyai struktur
jazirah, dan banyak teluk mempunyai reaksi yang berbeda.
Massa udara di atas daerah Kalimantan dan Sulawesi pada waktu
musim monsun Asia Dingin berasal dari Laut Cina Selatan dan Pasifik

Praktek Meteorologi Pertanian


81
baratdaya, serta massa udara yang telah melewati lautan India bagian
timur.
Pada waktu musim dingin belahan bumi utara, angin timurlaut
pasat bergabung dengan angin timur monsun di laut Cina selatan,
kemudian pada waktu mendekati khatulistiwa berbelok ke timur
menjadi angin baratlaut.
Jasirah Sulawesi Selatan yang melintang tegaklurus angin
baratan selama monsun dingin Asia seolah-olah menjadi pemisah
sehingga aliran menjadi lebih asiklonal ke arah selatan.
Pada musim dingin Australia (belahan bumi selatan), hampir
seluruh daerah dialiri udara yang bersifat benua tropis Australia.
Pada musim dingin selatan tersebut angin dari arah tenggara
sampai selatan - tenggara. Makin ke utara cenderung berbelok ke arah
timurlaut karena seringnya terdapat lembangtropis atau siklontropis di
sebelat timur Filipina.

Daerah Maluku bagian tengah dan utara sampai Papua bagian barat
dan utara. Pada daerah tersebut terdapat banyak pulau kecil dan
menghadap laut Pasifik baratlaut. Daerah Maluku bagian tengah dan
utara serta Papua bagian utara berhadapan dengan lautan Pasifik barat.
Daerah tersebut hampir sepanjang tahun ditempati massa udara
yang dibawa oleh pasat dari tekanan tinggi subtropik Pasifik baratdaya
dan pasat dari tekanan tinggi subtropik Pasifik tenggara.
Pada waktu musim dingin utara bertiup angin barat yang
berasal dari pasat timurlaut yang berbelok ke timur, dan pasat tenggara
yang berbelok ke timur. PPAT tidak jelas karena adanya barisan

Praktek Meteorologi Pertanian


82
pegunungan yang tinggi di sepanjang Papua.
Pada waktu musim panas utara daerah tersebut menjadi daerah
geser angin dari tenggara menjadi baratdaya.
Pada waktu musim dingin utara, massa udara di atas daerah
tersebut diwarnai massa udara laut Cina Selatan dan Pasifik baratlaut,
kadang-kadang juga yang berasal dari lautan India bagian timur (dekat
Australia).
Selama musim dingin utara tersebut angin bertiup dari baratlaut
dan dari selatan sampai baratdaya. PPAT sering melompat jauh dari utara
ke selatan. Pada waktu terdapat lembangtropis atau siklontropis di
Australia Utara PPAT jauh di sebelah selatan; kemudian bila
lembangtropis atau siklontropis tersebut hilang PPAT dengan cepat
pindah ke utara.
Pada musim dingin selatan (Australia), udara di atas daerah
tersebut diwarnai oleh campuran sifat udara lautan India bagian timur
dan Pasifik selatan baratdaya.
Selama musim dingin selatan (Australia) tersebut daerah Maluku
menjadi daerah angin berubah-ubah atau dalam daerah geser angin
(shearline) sebagai perubahan dari angin tenggara menjadi angin
baratdaya. Daerah geser angin terdapat melintang kearah timurlaut dari
sekitar pulau Buru.

Daerah NAD bagian barat-selatan sampai Bengkulu. Daerah


Sumatera bagian barat menghadap langsung ke lautan India bagian
barat, sehingga sistem cuaca daerah tersebut banyak diwarnali oleh sifat
udara lautan.

Praktek Meteorologi Pertanian


83
Pada waktu musim dingin utara (Asia) diatas lautan India
ditempati oleh daerah tekanan tinggi subtropik meskipun letaknya agak
ke selatan; tetapi pada waktu musim dingin selatan (Australia), daerah
tekan tinggi subtropik tersebut terbagi menjadi dua, satu di bagian barat
dan satunya di bagian timur dekat Australia. Yang di bagian timur sering
menjadi satu dengan tekanan tinggi daratan Australia. Kedua daerah
tekanan tinggi tersebut membentuk palung tekanan rendah yang
ujungnya sebelah utara terletak di dekat sebelah barat-selatan Sumatera.
Ujung palung tersebut menjadi daerah pusaran yang adanya hampir
terus-menerus.
Pada musim dingin utara udara di daerah tersebut campuran dari
udara yang diwarnai sifat udara laut Cina Selatan dan lautan India.
Pada waktu musim dingin Asia tersebut angin bertiup dari arah baratlaut
yang berasal dari angin timurlaut yang dibelokkan ke timur setelah
melintasi khatulisti3wa, dan angin baratdaya yang berasal dari angin
tenggara dari pasat selatan lautan India yang dibelokkan ke timur pada
waktu mendekati khatulistiwa. PPAT sering tidak mudah dibedakan
dengan garis geser angin (shearline).
Pada musim panas Asia atau musim dingin selatan udara di atas
daerah tersebut diwarnai oleh sifat udara laut India dan sifat udara
benua tropis Australia yang sudah lama di atas lautan India bagian
timur.
Selama musim panas Asia atau musim dingin selatan tersebut,
angin berubah-ubah dari tenggara sampai baratdaya. Sering menjadi
tempat garis geser angin yang mempermudah timbulnya pusaran di atas
ujung palung tekanan rendah.

Praktek Meteorologi Pertanian


84
Daerah Selat Sunda dan Jawa bagian selatan. Daerah Selat Sunda dan
Jawa bagian selatan menghadap lautan India bagian timur. Daerah
tersebut membujur sejajar khatulistiwa dan bagian pinggir dari daerah
tekanan tinggi subtropik selatan.
Pada waktu menjelang akhir musim dingin utara, udara di daerah
tersebut diwarnai oleh sifat udara laut Cina Selatan yang sudah melalui
banyak daerah dan udara tropik lautan India bagian timur. Tetapi pada
waktu musim dingin selatan, udara diwarnai oleh sifat udara benua
Australia dan udara tropik lautan India bagian timur. Makin ke timur sifat
udara benua tropis lebih terlihat.
Dari bulan Januari Februari daerah tersebut ditempati oleh
PPAT yang merupakan daerah pumpunan angin dari barat-baratlaut yang
berasal dari angin monsun timurlaut kemudian berbelok menjadi angin
barat setelah melintasi khatulistiwa, dan angin baratdaya yang berasal
dari angin pasat tenggara (selatan yang berbelok ke timur).
Pada musim dingin selatan, PPAT sudah ke utara, dan angin
berubah menjadi dari tenggara sampai timur yang berasal dari angin
pasat dari subtropik selatan. Di bagian barat daerah tersebut terdapat
imbas dari adanya palung tekanan rendah yang terbentuk oleh daerah
tekanan tinggi subtropik lautan India barat dan timur masih terasakan.
Daerah Jawa Timur sampai Nusa Tenggara Timur. Daerah Jawa
Timur sampai Nusa Tenggara Timur merupakan daerah yang paling
nyata antara musim hujan dan musim kemarau.
Perubahan tekanan udara secara musiman sampai mencapai
5 milibar, dan terlihat lebih jelas dibandingkan dengan daerah lain.

Praktek Meteorologi Pertanian


85
PPAT di daerah tersebut hanya dalam waktu pendek (Januari
Februari) yang terbentuk sebagai pupunan angin barat dari belahan bumi
utara dan angin baratdaya dari lautan India bagian timur.
Pada musim panas udara diwarnai dengan sifat massa udara
benua tropik Australia. Angin bertiup dari tenggara sampai timur.
Daerah Papua bagian selatan. Daerah Papua bagian selatan merupakan
daerah tertutup yang dibatasi oleh barisan gunung yang tinggi yang
menghadap ke laut Banda dan laut Arafura.
Pada waktu musim dingin utara udara di atas daerah tersebut
diwarnai oleh campuran udara lautan Pasifik barat dan udara lautan India
bagian timur serta dari sifat lautan Pasifik selatan baratdaya.
Selama musim dingin utara angin bertiup dari arah baratlaut
yang berasal dari pasat utara yang terbelokan menjadi angin baratlaut
setelah melintasi khatulistiwa, dan angin barat yang berasal dari daerah
tekanan tinggi lautan India bagian timur. Angin baratan kuat timbul
berkaitan dengan adanya lembangtropik atau siklontropik willy-willy.
Pada musim dingin selatan (Australia) udara diwarnai oleh sifat
lautan Pasifik selatan baratdaya. Angin bertiup dari arah tenggara
sebagai bagian pasat daerah tekanan tinggi subtropik selatan.

Praktek Meteorologi Pertanian


86
BAB 4

PENYEDIAAN INFORMASI CUACA


PERTANIAN

Informasi meteorologi adalah semua hasil atau keterangan yang


diperoleh dari pengamatan, pengolahan, analisis, dan prakiraan
meteorologi. Informasi meteorologi dapat dibedakan menjadi dua, yakni
informasi cuaca dan informasi klimatologi. Informasi cuaca meliputi
keterangan tentang cuaca yang sedang berlangsung, dan keterangan
tentang cuaca yang diperkirakan atau diprakirakan akan terjadi di waktu
berikutnya, sedangkan informasi klimatologi adalah keterangan tentang
kebiasaan cuaca yang terjadi di suatu tempat.
Informasi cuaca yang sedang berlangsung dan informasi
klimatologi berupa data yang sekurang-kurangnya memuat keterangan
yang menunjukkan nilai sesaat, nilai maksimum-minimum, nilai
kisaran, dan nilai keseringan.
Informasi prakiraan cuaca sekurang-kurangnya memuat
keterangan tentang akan terjadinya nilai-nilai maksimum dan minimum,
awal dan akhir terjadinya, dan nilai kemungkinan atau probabilitas atau
kecenderungan di waktu berikutnya.

Praktek Meteorologi Pertanian


87
4.1. Informasi Meteorologi Pertanian
Informasi meteorologi yang khusus untuk kegiatan operasi
pertanian disebut informasi meteorologi pertanian. Informasi
meteorologi pertanian mempunyai andil besar dalam pembuatan
rencana dan operasi kegiatan pertanian.
Cuaca dan iklim dapat disiasati dan dimanfaatkan untuk
meningkatkan efisiensi operasi kegiatan pertanian. Namun demikian
di sisi lain cuaca berpotensi memberikan dampak merugikan kepada
produksi pertanian, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Banyaknya curah hujan yang berlebihan misalnya, dapat
mengakibatkan genangan dan tidak efektifnya penggunaan pupuk;
kelembapan yang tinggi baik bagi sejumlah tanaman, tetapi juga baik
bagi pertumbuhan hama dan penyakit yang dapat mengganggu
tanaman.
Hal lain yang sering dihadapai dalam penyediaan dan penyajian
serta pemanfaatan informasi meteorologi pertanian adalah keragaman
kegiatan dan tanaman di suatu daerah, baik jenis maupun fase kehidupan
tanaman. Masing-masing mempunyai persyaratan tertentu yang
berbeda-beda. Dengan kondisi yang demikian terjadinya cuaca pada
suatu saat mungkin menguntungkan bagi salah satu kegiatan atau
tanaman dalam fase itu, tetapi pada saat yang sama justru merugikan
bagi kegiatan dan jenis tanaman yang lain dalam fase yang lain pula.
Oleh karena itu dari segi meteorologi akan lebih baik apabila di satu
daerah terdapat satu jenis kegiatan atau satu jenis tanaman dalam fase
kehidupan yang sama atau berbagai jenis tanaman yang pada waktu
bersamaan dalam fase yang memerlukan persayaratan cuaca / iklim
yang sama.

Praktek Meteorologi Pertanian


88
Informasi meteorologi pertanian dapat dibagi menjadi dua, yakni
informasi cuaca pertanian dan informasi klimatologi pertanian.
Informasi cuaca pertanian meliputi keterangan tentang cuaca
pa-da saat itu atau yang sedang berlangsung, dan cuaca pada waktu
beriku-nya atau cuaca yang diprakirakan akan terjadi di wilayah
kegiatan pertanian. Informasi cuaca pertanian disediakan untuk
digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan
operasi pertanian yang sedang dilakukan dan yang segera akan
dilakukan.
Informasi klimatologi meliputi keterangan tentang kebiasaan
cuaca di tempat kegiatan pertanian. Informasi klimatologi pertanian
disediakan untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pembuatan rencana atau pola kegiatan pertanian dalam jangka waktu
panjang, misalnya untuk perencanaan tataguna lahan, perencanaan pola
tanam.
Dalam memanfaatkan cuaca dan iklim kepada pihak pertanian
diharapkan sudah mempunyai kriteria keperluan dan persyaratan cuaca /
iklim bagi kegiatannya, yang selanjutnya disebut batas operasional.
Dengan batas operasional tersebut pemanfaatan informasi meteorologi
dapat lebih efektif.
Pada dasarnya informasi cuaca / iklim pertanian dimaksudkan
agar dapat memberi jawaban atas pertanyaan berikut.
Bagaimana cuaca dan iklim yang ada;
Cuaca yang bagaimana yang diperlukan tanah dan tanaman
selama fase pertumbuhannya atau selama kegiatan pertanian
dilakukan;

Praktek Meteorologi Pertanian


89
Cuaca dan iklim yang bagaimana yang berdampak kepada tanah
dan tanaman atau kegiatan pertanian;
Cuaca dan iklim yang mana yang perlu dihindari agar tidak
terkena dampak yang merugikan bagi tanah dan tanaman atau
kegiatan pertanian;
Cuaca dan iklim yang bagaimana yang dapat dimanfaatkan
sehingga dampak yang menguntungkan dapat diperoleh;
Cuaca dan iklim yang bagaimana yang dapat digunakan untuk
menentukan perlu tidaknya dilakukan upaya penanggulangan
dan atisipasi.

4.2. Penyediaan Informasi


Sesuai dengan sensitivitas dan jenis kegiatan pertanian,
penyediaan informasi meteorologi memerlukan tatacara tertentu.
Penyediaan informasi meteorologi pertanian memerlukan
berbagai sarana, prasarana dan perangkat analisis. Selain itu
penyediaan informasi dilakukan melalui berbagai proses mulai dari
kegiatan pengamatan cuaca, kegiatan pengolahan dan analisis cuaca,
pertukaran informasi, dan teknik serta metode penyediaan dan
penyajian informasi.
Untuk mengetahui perkembangan cuaca diperlukan data hasil
pengamatan. Kemudian dilakukan analisis, yakni mengatur data,
menghitung, menggambarkan hasil perhitungan, dan lain-lain,
sehingga dapat diketahui tentang kadar cuaca saat itu dan
perkembangannya.
Untuk memberikan informasi cuaca bagi kegiatan pertanian

Praktek Meteorologi Pertanian


90
perlu pertimbangan bahwa :
1. Kegiatan pertanian berkaitan dengan tanaman, tanah, cuaca /
iklim;
2. Tanah, tanaman, dan cuaca / iklim mempunyai hubungan
timbal balik;
3. Tanah dan tanaman menanggapi cuaca secara seketika dan
atau secara perlahan-lahan;
4. Tahapan tanam-menanam mulai dari masa pengolahan
tanah, masa pembibitan, masa penanaman bibit, masa
pemeliharaan, masa panen, dan masa pasca panen.
5. Tanaman mempunyai tanggap berbeda pada masa yang
berbeda;
6. Cuaca / iklim memberi umpan kepada tanah dan tanaman;
7. Cuaca ada yang seketika dirasakan tanaman atau kegiatan
pertanian pada saat itu, tetapi ada pula yang baru dirasakan
setelah berkali-kali terjadi atau kadarnya bertambah atau
berkurang secara kumulatif.
Dengan dasar pertimbangan tersebut maka penyediaan informasi
meteorologi perlu disesuaikan. Penyediaan informasi meteorologi
pertanian ada yang perlu dilakukan di tempat kegiatan, dan ada pula
yang dapat dilakukan di pusat-pusat informasi meteorologi di luar
tempat kegiatan.

4.2.1. Penyediaan Informasi Hasil Pengamatan


Hasil pengamatan berupa data atau keterangan yang

Praktek Meteorologi Pertanian


91
menunjukkan keadaan pada saat pengamatan di tempat pengamatan.
Nilai unsur yang diamati menunjukkan keadaan pada saat pengamatan
dan ada yang menunjukkan nilai kumulatif dari waktu sebelumnya
sampai saat pengamatan. Cara pengukuran disesuaikan dengan sifat
unsur cuaca yang diukur dan ketanggapan tanaman kepada nilai unsur
tersebut. Sebagai contoh, sinaran matahari berlangsung secara terus-
menerus. Tanah menanggapi secara perlahan-lahan, sedangkan tanaman
untuk proses fotosintesa menggunakannya setiap penyinaran
berlangsung. Oleh karena itu pengukuran sinaran matahari perlu
dilakukan dengan menggunakan alat rekam yang dapat mencatat nilai
sinaran setiap saat. Suhu udara nilainya berubah setiap saat, dan tanah
serta tanaman menang- gapinya secara perlahan-lahan. Selain itu nilai
suhu udara pada suatu saat sering diperlukan pada saat itu. Oleh karena
itu pengukuran suhu udara perlu dilakukan dengan alat thermometer
rekam dan thermometer biasa yang dapat digunakan sewaktu-waktu
diperlukan. Hujan terjadinya sewaktu-waktu; tanah dan tanaman
menanggapi seketika atau secara perlahan-lahan, sedangkan hasil
pengukuran curah hujan menunjukkan banyaknya curah hujan
kumulatif. Dengan demikian pengkuran curah hujan perlu dilakukan
dengan alat rekam.
Lebih lengkapnya bagaimana hubungan ketanggapan dan
kesesuaian pengukuran unsur cuaca yang terkait disusun dalam tabel
berikut.

Praktek Meteorologi Pertanian


92
Tabel 4.1. Matriks hubungan tanggap tanah dan tanaman terhadap cuaca

Cuaca Tanggap tanah Tanggap tanaman

Pengkuran
Unsur Seketika Perlahan Seketika Perlahan
nilai

sesaat;
Sinaran kumulatif
matahari --- X X X
sehari

Suhu sesaat --- X --- X

Angin sesaat X X X ---

Kelembapan sesaat --- X X X

Penguapan kumulatif --- X --- X

Hujan kumulatif X X X X

Matriks dalam Tabel 4.1. tersebut menggambarkan unsur cuaca


dan sifat nilainya yang dapat dirasakan oleh tanah dan tanaman.
Selanjutnya dari sifat-sifat, baik sifat unsur cuaca maupun sifat
ketanggapan tanah dan tanaman disusun nilai-nilai cuaca pertanian yang
perlu diinformasikan seperti yang tercantum dalam Tabel 4.2.

Praktek Meteorologi Pertanian


93
Tabel 4.2. Matriks hubungan antara unsur cuaca dan nilai yang perlu diinformasikan
berkenaan dengan dampaknya kepada tanah dan tanaman

Dari matriks dalam Tabel 4.1. dan Tabel 4.2. diperoleh macam
nilai unsur cuaca yang perlu diinformasikan, seperti yang tercantum
dalam Tabel 4.3.dan Tabel 4.4.

Praktek Meteorologi Pertanian


94
Tabel 4.3. Matriks Unsur Cuaca Macam nilai yang diinformasikan

Praktek Meteorologi Pertanian


95
Tabel 4.4. Matriks Cuaca Satuan waktu informasi

4.2.2. Menaksir Data


Data cuaca dihasilkan dari pengamatan dan pengukuran di
stasiun pengamatan cuaca setiap saat; tetapi laporan data mungkin
berupa nilai rata-rata tiap jam, tiap hari, mingguan, sepuluh harian,
bulanan, dan seterusnya. Dengan laporan tersebut sering pula dijumpai
bahwa kita memerlukan nilai yang lain diluar yang dilaporkan. Untuk

Praktek Meteorologi Pertanian


96
memenuhi keperluan tersebut umumnya dilakukan interpretasi atau
penaksiran. Banyak metode penaksiran yang dapat digunakan, baik
metode dinamik maupun metode statistik. Namum demikian dalam
buku ini tidak dibahas tentang metodemetode tersebut. Sekedar
sebagai contoh diberikan rumus-rumus penaksiran yang telah digunakan
oleh Peneliti, tetapi masih bersifat umum. .Secara lebih spesifik untuk
daerah pertanian tertentu, masih perlu disesuaikan.

1). Menaksir Data Sinaran Surya


a. Menaksir sinaran surya dengan lama suryaan
Sering dijumpai bahwa di suatu stasiun pengamatan ada alat
peukur sinaran surya tetapi tidak ada alat ukur lama suryaan, atau
sebaliknya; sedangkan kita memerlukan data yang tidak ada dalam
pengukuran. Dalam hal demikian dapat dilakukan penaksiran dengan
menggunakan hubungan antara kedua unsur tersebut dengan dasar
bahwa makin lama suryaan makin banyak sinaran yang datang. Oldeman
memperoleh rumus korelasi sebagai berikut :
Rg = (a + bn/N). Ra
dengan:
2
Rg = sinaran total per hari (kal/cm ); a dan b = konstanta. yang berbeda-
beda untuk setiap tempat; n = lama suryaan dalam sehari (jam); N =
lama matahari di atas ufuk secara astronomis; dan R = banyak sinaran
a

atmosfer yang mungkin diterima pada bidang horizontal. Nilai a, b, N


dan Ra tetap tetapi berbeda untuk setiap tempat yang berbeda.
Oldeman (FAO) menggunakan nilai-nilai untuk beberapa tempat di
Indonesia :

Praktek Meteorologi Pertanian


97
Tabel 4.5. Nilai a, b, dan n/N untuk beberapa tempat (Oldeman)

N bergantung kepada lintang tempat, diambil dari tabel yang


sebagiannya sebagai berikut :
Tabel 4.6. Nilai N untuk tempat-tempat di sekitar khatulistiwa

Untuk Indonesia dapat digunakan lama hari siang seperti yang


contohnya terdapat dalam Tabel 4.7. atau langsung dengan
menggunakan data lama suryaan (dalam %) yang dihasilkan dari
pengukuran alat ukur lama suryaan (Campble Stokes). Ra diambil dari
tabel yang dibuat berdasarkan konstanta matahari sebesar 2
kal/cm2/menit, yang sebagian seperti yang tercantum dalam Tabel 4.8.

Praktek Meteorologi Pertanian


98
Tabel 4.7. Lama hari siang di beberapa Tempat di Indonesia

Beng kulu
Padang
Medan
Banda

Jambi
Bulan

Aceh
Jan 11j 49' 11j 56' 12j 13' 12j 11' 12j 20'
Feb 11j 56' 11j 59' 12j 10' 12j 08' 12j 16'
Mar 12j 04' 12j 05' 12j 08' 12j 07' 12j 08'
Apr 12j 13' 12j 11' 12j 05' 12j 06' 12j 03'
Mei 12j 21' 12j 16' 12j 03' 12j 05' 11j 57'
Jun 12j 26' 12j 20' 12j 02' 12j 05' 11j 55'
Jul 12j 26' 12j 19' 12j 02' 12j 04' 11j 54'
Agu 12j 24' 12j 15' 12j 03' 12j 05' 11j 58'
Sep 12j 10' 12j 09' 12j 06' 12j 05' 12j 04'
Okt 12j 02' 12j 04' 12j 08' 12j 07' 12j 10'
Nop 11j 54' 11j 59' 12j 10' 12j 09' 12j 17'
Des 11j 49' 11j 56' 12j 13' 12j 10' 12j 20'

Sumber: Almanak BMG.

Tabel 4.8. Nilai Ra untuk beberapa tempat (Oldeman)

b. Menaksir Lama Suryaan Dengan Banyaknya Awan


Bila yang ada hanya data pengamatan banyaknya liputan awan,
maka lama suryaan dapat ditaksir dari banyaknya liputan awan. Hal
tersebut didasarkan pengertian bahwa awan menghalangi sinaran
yangsampai ke permukaan bumi, sehingga makin banyak awan makin
kecil lama suryaan.
Dari hasil penelitiannya, Reddy (1974) yang dikutip Oldeman
mengemukakan hubungan antara lama suryaan (n/N) dengan

Praktek Meteorologi Pertanian


99
keseringan adanya awan sebagai berikut :
n/N = 1 - f1 + f2
dengan:
-0,25a
f1 = a.e ;
f2 = 0,02 + 0,08 cos L;
a = (CL + CM + CH)/8;
CL = banyaknya awan rendah, CM banyaknya awan tengah, CH=
banyaknya awan tinggi, (dalam okta); dan L = lintang tempat (dalam
derajat).
Misalkan untuk tempat di khatulistiwa yang rata-rata perbulan
banyaknya awan CL = 5, CM = 4, CH = 3, maka a = (3+4+1)/8 = 1,
sehingga lama suryaan rata-rata :
n/N = 1- f1 + f2
-0,25
= 1- (1.e ) + (0,02 + 0,08 cos 0)
1 - 0,77 + (0,02 + 0,08. 1 )
= 0,33

2). Menaksir Suhu Udara


Suhu udara mempunyai peran banyak dalam proses-proses yang
ada dalam atmosfer, tanah, dan tanaman. Oleh karena itu pengukuran
suhu udara perlu dilakukan. Pengukuran suhu mudah dilakukan dengan
alat yang sederhana (termometer). Dalam skala mikro, suhu udara sangat
bervariasi menurut lokasinya; tetapi dalam skala lebih besar suhu udara
bervariasi mengikut ketinggian tempat; dan dalam skala lebih besar lagi
suhu bervariasi mengikut lintang geografi.

Praktek Meteorologi Pertanian


100
a. Menaksir suhu dengan ketinggian.
Dalam troposfer suhu udara rata-rata berkurang mengikut
ketinggian. Di kawasan khatulistiwa laju penurunannya sekitar 6 C
/1000 m. Jadi apabila di bagian bawah dekat permukaan bumi suhu udara
rata-ratanya 25 C, maka pada ketinggian 3 km sekitar 7 C. Untuk
tempat-tempat di permukaan bumi suhu udara juga turun mengikut
ketinggian tempat tetapi laju penurunannya berbeda-beda bergantung
kepada jenis permukaan.
Di Indonesia pengurangan suhu mengikut ketinggian tempat
tersebut secara umum mengikuti rumus :
Th = Tho - 0,5 h
dengan:
Th = suhu pada ketinggian h meter dari permukaan laut, dan Tho = suhu
pada ketinggian ho, dan h dinyatakan dalam ratusan meter. Jadi apabila
di tempat yang ketinggiannya 100 m di atas permukaan laut suhunya
28C, di tempat yang ketinggiannya 1000 m di atas permukaan laut
sebesar :
T1000 = 28 - 0,5 .1000/100
= 23 C
Selain itu Oldeman juga menghitung hubungannya suhu
maksimum dan suhu minimum dengan ketinggian untuk tempat-tempat
di antara 5 LU dan 8 LS yang hasilnya sebagai berikut.

Praktek Meteorologi Pertanian


101
Tabel 4.9. Nilai Suhu maksimum dan minimum untuk beberapa tempat (Oldeman)

b. Menaksir Suhu Udara Dengan Lintang Geografi


Karena elevasi matahari berbeda di setiap lintang geografi maka
suhu udara berubah mengikut lintang. Ke arah mendekati kutub suhu
udara rata-rata makin berkurang. Ciri yang paling mencolok adalah pada
variasi harian. Variasi harian di kawasan tropik besar, sedangkan
mendekati kutub makin kecil; sebaliknya variasi tahunan atau musiman
di kawasan tropik kecil dan mendekati kutub makin besar. Bagi kegiatan
pertanian di kawasan tropik termasuk di Indonesia, variasi harian suhu
udara tersebut sangat perlu diperhatikan, karena ada kaitannya dengan
musim. Di Indonesia dalam musim kemarau amplitudo variasi harian
lebih besar dibandingkan dalam musim hujan.

3) Menaksir Penguapan dan Penguappeluhan


Penguapan dan penguappeluhan unsur penting dalam pertanian.
Selain menentukan kelembapan tanah juga mempunyai dampak kepada
kehidupan tanaman.

Praktek Meteorologi Pertanian


102
a. Menaksir Penguapan Dengan Sinaran dan Suhu Udara
Air menguap karena adanya energi. Dengan menggunakan
satuan ukuran kedalaman, untuk menguapkan 1 mm air diperlukan
2
energi sekitar 59 kalori/cm . Tentu saja energi tersebut diperoleh dari
sinaran matahari. Apabila di Indonesia sinaran matahari selama sehari
2
sekitar 350 kalori/cm /hari maka besarnya penguapan sebanyak sekitar
5 mm/hari. Oldeman dan Irsal (1977) mengemukakan bahwa hubungan
antara penguapan yang diukur dengan panci penguapan (EO) dan
banyaknya sinaran matahari global (Rg) sebagai berikut :

EO= 0,012 Rg + 0,26


(bila suhu maksimum lebih tinggi dari 31 C)

EO= 0,009 Rg + 0,55


(bila lebih rendah dari 31 C).
dengan:
2
EO dinyatakan dalam mm/hari dan Rg dalam kalori/cm /hari.

b. Taksiran Penguappeluhan Dengan Sinaran dan Suhu Udara


Penguppeluhan adalah penguapan melalui permukaan benda,
misalnya permukaan tanah, permukaan daun, permukaan batang, dan
lain-lain. Seperti halnya penguapan, untuk penguappeluhan diperlukan
energi dari sinaran matahari. Banyaknya penguappeluhan tanah
bergantung kepada kelembapan tanah sehingga banyaknya
penguappeluhan menjadi terbatas; padahal daya penguappeluhannya
masih ada. Oleh karena itu untuk menyatakan besar penguappeluhan
digunakan parameter penguappeluhan potensial yang oleh Penman

Praktek Meteorologi Pertanian


103
(1948), didefinisikan sebagai banyaknya air yang maksimum dapat
diuapkan oleh tutupan tanah dengan rumput pendek apabila banyak air
yang membasahi tanah tak terbatas jumlahnya. Banyaknya
penguappeluhan dapat ditaksir kira-kira sama dengan penguapan yang
diukur dengan menggunakan alat ukur penguapan panci terbuka. Dalam
hubungannya dengan sinaran, Penman menunjukkan bahwa :
PET = 0,5 + Rg/59
dengan:
PET (potensial evapotranspiration) dinyatakan dalam mm/hari, dan Rg
2
adalah banyaknya sinaran yang dinyatakan dalam kal/cm /hari.

4) Menaksir Data Curah Hujan


a. Menaksir Nilai Keseringan Hujan Dengan Nilai Rata-Rata
Sering diperlukan nilai keseringan atau probabilitas dari banyak
curah hujan tertentu, tetapi laporan data hujan hanya nilai rata-rata,
misalnya rata-rata bulanan. Hasil penelitian Oldeman (1977) untuk
beberapa tempat di Indonesia menyebutkan bahwa :
P75 = 0,82 Pr - 30
dengan:
P75 = curah hujan dengan probabilitas 75%, dan Pr curah hujan rata-rata
bulanan. Misalkan curah hujan rata-rata bulanan dalam bulan
Januari 200 mm, maka curah hujan dengan probalitas 75% adalah:
(0,82. 200 - 30) = 134 mm.

b. Menaksir Banyaknya Curah Hujan Dengan Lama Suryaan


Bila laporan curah hujan tidak ada, dapat ditaksir dengan

Praktek Meteorologi Pertanian


104
menggunakan data lama suryaan. Hal tersebut dilandasi pengertian
bahwa hujan berasal dari awan; dan adanya awan yang menutupi langit
memberi akibat sinaran berkurang. Makin banyak dan makin tebal awan
serta makin lama adanya awan akan makin sedikit lama suryaan.
Hubungan tersebut oleh Oldeman dinyatakan sebagai:
n = 13,8 3,35 log (Pr +10)
dengan:
n = rata-rata lama suryaan, Pr = curah hujan rata-rata bulan. Atau ditulis:
(13,8 + n)/3,35
Pr = -10 + e
Jadi misalnya lama suryaan rata-rata 3 jam, maka curah hujan rata-rata
bulan tersebut sebesar:
(13,8 + 3)/3,35
Pr = -10 + (2,7)
(16,8/3,35)
= -10 + (2,7)
5
-10 + (2,7) -10 + 144
134 mm

4.2.3. Penyediaan Informasi Klimatologi


Penyediaan informasi klimatologi melalui dua tahap, yakni
penyediaan data dan analisis statistik.

4.2.3.1. Homogenitas Data


Untuk menyediakan informasi klimatologi diperlukan data hasil
pengamatan dalam kurun waktu yang panjang. Untuk informasi
klimatologi kawasan tropik tentang hujan diperlukan data 30 tahun atau
lebih, dan untuk unsur iklim lainnya dapat lebih dari lima tahun. Data
harus homogen, yakni dihasilkan dari pengamatan di tempat yang tetap

Praktek Meteorologi Pertanian


105
dan lingkungan yang tidak berubah serta dari waktu pengamatan yang
secara terus-menerus. Apabila dalam kenyataan data tidak homogen
maka dilakukan analisis agar data menjadi seperti homogen. Umumnya
ketidakhomogenan data karena pada suatu waktu tidak ada pengamatan.
Ada berbagai macam cara untuk menghomogenkan data, antara lain
yang sederhana dengan metode statistik korelasi, metode
kecenderungan (trend), dan metode beda hingga.
Untuk mengetahui apakah data sudah homogen dapat dilakukan
dengan menguji nilai simpangannya terhadap batas yang ditetapkan.
Menghomogenkan data karena ada kekosongan data dapat
dilakukan dengan membandingkan data homogen dari hasil
pengamatan stasiun pengamatan lain yang berdekatan. Misalkan dari
stasiun pengamatan A terdapat sederet data ai (I = 1, 2, . ), dan dari
stasiun pengamatan B terdapat sederet data bi (I = 1,2,.. ). Beda data
dari A dan B adalah:
d = [ (bi ai)] / n
q= (bi) / (ai)
Apabila data bj tidak ada dapat ditaksir dengan menggunakan
data ajdari stasiun A dengan menggunakan rumus:
bj = aj + d atau Bj= q + aj
dengan:
d = { (ai) } / n; dan
qj = b j / a j
Contoh:
Stasiun A mempunyai data hujan homogen selama 30 tahun dari tahun

Praktek Meteorologi Pertanian


106
1971 sampai dengan 2000 sehingga dari data tersebut dapat dibuat
normalnya. Stasiun B yang tempatnya dekat dengan stasiun A
mempunyai data dari homogen selama 20 tahun dari tahun 1971 sampai
1990. Untuk membuat normalnya bagi stasiun B dilakukan sebagai
berikut :
Ai Bi
1971 1990 88,9 76,8
1971 2000 73,6 ***
(a). di = 76,8 88,9 = 12,1 maka Bj = 73,6 12,1 = 61,5
atau :
(b). q = Bi/Ai = 76,8 / 88,9 = 0,86 maka Bj = 0,86 . 73,6 = 63,3
Metode tersebut dapat digunakan untuk pengisian data yang hilang.

4.2.3.2. Analisis Statistik


Analisis Statistik dimaksudkan untuk mencari jawaban sampai
seberapa besar tingkat perkembangan nilai suatu unsur cuaca dilihat dari antara
lain nilai mutlaknya, nilai keseringan terjadinya, dan nilai kumulatifnya. Data
yang dianalisis dan cara analisis disesuaikan dengan sifat unsurnya. Banyak
cara analisis yang digunakan, namun untuk keperluan kegiatan pertanian
setempat dapat diambil cara yang sederhana saja.

1). Hitung Nilai Rata-Rata

Cara menghitung rata-rata (X ) dapat dilakukan dengan


r

sederhana:
Xr = (Xi )/n

Praktek Meteorologi Pertanian


107
dengan:
X adalah nilai ke-i dari unsur yang ada. Untuk mendapatkan nilai rata-
i

rata yang baik upayakan banyaknya nilai sebanyak waktu yang


dimaksud; misalnya nilai rata-rata harian dalam sebulan, hendaknya
banyaknya data sebanyak 30, nilai rata-rata maksimum-minimum;
tengarai nilai-nilai maksimum-minimum mutlak.

2). Hitung Nilai Kumulatif


Analisis nilai kumulatif dilakukan untuk unsur yang nilainya
diukur secara kumulatif selama waktu tertentu, misalnya hujan,
penguapan.
Nilai kumulatif dapat diperoleh dengan menjumlahkan nilai
yang pertama dan yang berikutnya. Apabila nilai tersebut pada waktu t1,
t2, t3,..ti, ti+1,..tn masing-masing X1, X2, X3,..Xi, Xi+1,..Xn, maka
nilai kumulatif sampai pada waktu tj adalah X = X1+ X2+ X3+..Xi+
Xi+1+.. +Xn = Xi(I = 1,2, j). Untuk memudahkan lihat contoh dalam
tabel berikut:
Tabel 4.10. Contoh perhitungan nilai kumulatif

Curah Curah hujan


Tanggal
hujan kumulatif
1 4 4
2 0 4
3 10 14
4 20 34
5 5 39
6 15 54
. . .
. . .
dst. dst. dst.

Praktek Meteorologi Pertanian


108
3). Hitung Nilai Keseringan
Dalam pertanian, nilai keseringan terjadinya nilai-nilai cuaca
lebih penting bila dibandingkan dengan nilai rata-rata. Nilai keseringan
diperoleh dengan menghitung banyak terjadinya nilai-nilai lebih dari
atau kurang dari nilai tertentu yang dipilih. Untuk menghitung
keseringan atau probabilitas, data diurutkan mulai dari yang kecil;
kemudian dihitung berapa banyaknya nilai-nilai yang diperhatikan (fi).
Ada kalanya nilai keseringan dinyatakan dalam % dan disebut nilai
keseringan nisbi:
F = fi/m
dengan:
m = banyaknya data. Untuk data yang banyak jumlahnya, yang lazim
digunakan dalam klimatologi,
F = fi/(m+1)
Sebagai contohnya perhatikan tabel berikut :
Tabel 4.11. Contoh menghitung frekuensi
Nilai F F
Tanggal Suhu f F
terurut
1 22 21 21 = 2 2/10 2/10 10/10
2 21 21
3 23 22 22 = 1 1/10 3/10 8/10
4 23 23 23 = 3 3/10 6/10 7/10
5 26 23
6 29 23
7 23 26 26 = 2 2/10 8/10 4/10
8 28 26
9 26 28 28 = 1 1/10 9/10 2/10
10 21 29 29 = 1 1/10 10/10 1/10

Praktek Meteorologi Pertanian


109
4.2.3.3. Batas Operasional
Tanah dan tanaman menanggapi cuaca secara seketika dan atau
secara perlahan-lahan. Kenyataan tersebut mengisyaratkan bahwa
keadaan tanah dan keadaan tanaman bergantung kepada cuaca saat itu
dan cuaca yang berlangsung berikutnya.
Apabila pada suatu ketika terjadi hujan deras, sehingga saat itu
terjadi banjir dan tanah longsor, tidak berarti bahwa saat itu dapat
menanam tanaman, dan bahkan mungkin batang-batang padi menjadi
rusak. Demikian pula misalnya setelah musim hujan kemudian pada
saat itu hujan berhenti maka sinaran matahari dan suhu tinggi saat itu
tidak langsung membuat tanah menjadi kering, tetapi secara berangsur
sehingga mungkin baru satu atau beberapa minggu kemudian tanah
mencapai kelembapan tertentu. Dengan demikian tanah dapat
dimanfaatkan dan tanaman dapat tumbuh baik apabila cuaca sudah
sampai pada batas nilai tertentu. Nilai tertentu yang memungkinkan
kegiatan pertanian dilakukan dengan optimal disebut batas
operasional.
Kegiatan pertanian banyak macamnya, misalnya mengolah
tanah, menabur bibit, menanam, memelihara tanaman, dan lain-lain.
Setiap kegiatan memerlukan cuaca yang berbeda. Oleh karena itu batas
operasional berbeda untuk setiap kegiatan, berbeda untuk berbagai
macam jenis tanah, berbeda untuk setiap jenis tanaman, berbeda untuk
setiap fase pertumbuhan tanaman, dan lain sebagainya.
Untuk membuat batas operasional perlu lebih dahulu dikenali
keadaan unsur kegiatan pertanian dalam kaitannya dengan cuaca, yang
sekurang-kurangnya dapat menjawab pertanyaan:

Praktek Meteorologi Pertanian


110
Apa yang terjadi apabila nilai cuaca setinggi itu?
Apa yang terjadi apabila nilai cuaca mencapai maksimum
dan atau minimum setinggi itu?
Apa yang terjadi bila sampai pada suatu saat nilai cuaca
mencapai nilai kumulatif tertentu?
Apa yang terjadi apabila keseringan nilai cuaca sudah sekian
kali ?
Untuk mengenalinya dilakukan percobaan atau perhitungan
statistik korelasi antara cuaca dan kegiatan yang dimaksud, kemudian
dari hasilnya ditetapkan definisi nilai batas. Nilai batas tersebut ada
yang menyebutnya nilai indeks Sebagai contoh, tanaman umumnya
dapat tumbuh apabila ditanam pada tanah yang dalam kondisi curah
hujan sekurang-kurangnya setengah dari banyaknya penguappeluhan
potensial. Dari kriteria tersebut kemudian dibuat definisi tentang
musim tumbuh (growing season) (FAO). Batas musim tumbuh
tersebut mungkin berbeda untuk daerah yang berbeda dan berbeda
untuk jenis tanaman yang berbeda. Robertson (1970), menetapkan awal
hari tumbuh untuk padi dengan kriteria neraca air yang dalam rumus
ditulis :

Si = Si-1 + Pi - Ei

dengan:
Si = kadar air tanah pada hari ke-i; Si-1 = kadar air tanah pada satu hari
sebelum hari ke-i; Pi = curah hujan selama hari ke-i; dan Ei = banyaknya
pengupan pada selama hari ke-i.

Praktek Meteorologi Pertanian


111
4.2.3.4. Penyediaan Informasi Cuaca Berlangsung
Informasi cuaca berlangsung memuat keterangan tentang cuaca
dari beberapa waktu yang lalu sampai saat informasi dibuat. Informasi
tersebut berguna untuk membuat penilaian (assessment). Baik untuk
penilaian cuaca sendiri maupun untuk penilaian dampaknya kepada
pertanian, misalnya penilaian keadaan tanah, keadaan tanaman, keadaan
hama, ketersediaan air, dan lain sebagainya.
Penilaian umumnya dilakukan dengan membandingkan
terhadap syarat atau batas operasional masing-masing tanaman atau
kegiatan. Penilaian yang mudah dengan merajah data cuaca
berlangsung pada diagram yang memuat grafik syarat atau batas
operasional.

4.2.3.5. Penyediaan Informasi Cuaca Yang Akan Datang


Informasi cuaca yang akan datang atau prakiraan cuaca
diperlukan untuk menetapkan rencana atau langkah-langkah yang
perlu dilakukan. Prakiraan cuaca dibuat dalam skala waktu pendek
sampai panjang sesuai dengan yang diperlukan. Umumnya prakiraan
cuaca dibuat dalam skala waktu harian, tiga harian, mingguan, sepuluh
harian, bulanan, musiman, dan seterusnya. Prakiraan cuaca tersebut
digunakan untuk menetapkan perencanaan operasional dan melakukan
antisipasi dan penanggulangan akibat cuaca yang diperkirakan akan
terjadi.
Pada dasarnya, baik prakiraan cuaca harian, mingguan, bulanan,
maupun yang lebih panjang, unsur yang diprakirakan sama, yakni
meliputi unsur-unsur cuaca berikut:

Praktek Meteorologi Pertanian


112
(a) Keadaan langit (termasuk awan dan lamanya penyinaran
matahari);
(b) Cuaca (termasuk adanya fenomena, misalnya hujan, badai
guntur, embun, dan lain-lain);
(c) Suhu udara (suhu maksimum, suhu minimum, kisaran);
(d) Angin (arah angin, kecepatan angin, kisaran);
(e) Kelembapan (kelembapan maksimum, kelembapan minimum;
(f) Kondisi keringnya udara.
Satuan nilai unsur yang diprakirakan berbeda, sesuai dengan
panjangnya waktu prakiraan. Nilai-nilai prakiraan yang lebih
bermanfaat adalah nilai kemungkinan atau probabilitas.
Berbagai nilai unsur yang perlu diprakirakan adalah seperti
berikut:
(a) Keadaan langit :
Tabel 4.12. Nilai banyak awan siang dan malam

Nilai banyak awan Untuk siang hari Untuk malam hari


< 2/10 Cerah dengan lama Cerah
suryaan lebih dari 90%

2 - 3/10 Cerah dengan lama Cerah


suryaan lebih dari 75%

4 6/10 Berawan sebagian, Berawan sebagian


dengan lama suryaan
lebih dari 50%
7 9/10 Umumnya berawan Umumnya berawan
dengan lama suryaan
kurang dari 50%
> 9/10 Berawan dengan lama Berawan
suryaan kurang dari 10%

Praktek Meteorologi Pertanian


113
(b) Suhu udara :
Suhu udara yang diprakirakan adalah suhu maksimum dan suhu
minimum pada ketinggian dekat permukaan tanah. Dengan
demikian suhu maksimum dapat lebih tinggi dari suhu udara
lingkungan dan suhu minimum dapat lebih rendah. Jadi dapat
berbeda dengan suhu lingkungan yang biasanya diinformasikan
kepada masyarakat umum.
(c) Angin:
Prakiraan angin meliputi arah dan kecepatannya, dengan nilai
kisaran. Nilai kecepatan angin dinyatakan dalam knot atau
km/jam atau dengan menggunakan nilai skala Beaufort.
(d) Kelembapan:
Prakiraan kelembapan udara dengan menyebutkan nilai
maksimum pada malam hari dan minimum pada siang hari.
(e) Hujan :
Yang diprakirakan tentang hujan adalah ada atau tidak adanya,
dan peluang (chance) kemungkinan terjadinya.
(f) Embun:
Untuk daerah-daerah tertentu adanya embun cukup berarti bagi
tanaman. Ada yang dirasa menguntungkan karena dapat
membasahi rumput dan menaikkan kelembapan tanah, tetapi
juga ada yang merugikan misalnya embun beku yang dapat
membuat tanaman atau rumput menjadi kering seperti terbakar.
Oleh karena itu prakiraan terjadinya embun sangat diperlukan.
(g) Kering udara :
Bagi berbagai tanaman kondisi keringnya udara menentukan

Praktek Meteorologi Pertanian


114
kualitas hasil, misalnya tembakau, kapas. Ukuran keringnya
udara diambil dari laju kehilangan air, banyaknya hari tidak ada
hujan, atau nilai-nilai lain yang sesuai dengan kegiatan pertanian
di tempat yang bersangkutan..
Nilai-nilai unsur cuaca yang diprakirakan disesuaikan dengan
jangka waktu prakiraan dan dengan batas-batas nilai yang diperlukan
bagi kegiatan pertanian.
Untuk prakiraan jangka pendek harian nilai yang diprakirakan
adalah nilai sesaat, nilai maksimum dan nilai minimum dalam satu hari,
lamanya cuaca berlangsung.
Untuk prakiraan jangka panjang nilai yang diprakirakan adalah
nilai maksimum, nilai minimum, nilai kisaran, nilai keseringan atau
probabilitas atau kecenderungan terjadinya lebih atau kurang dari nilai
yang ditetapkan, lamanya cuaca berlangsung.
Untuk prakiraan jangka musiman, selain seperti yang termuat
dalam prakiraan jangka panjang diprakirakan pula awal musim,
panjangnya musim. Tentang kriteria awal musim disesuaikan dengan
yang diperlukan bagi kegiatan pertanian.
Cara menentukan awal dan akhir musim dapat menggunakan
perhitungan kumulatif maju atau kumulatif bertambah dan kumulatif
mundur atau kumulatif berkurang. Cara tersebut digunakan berdasarkan
alasan bahwa unsur cuaca selama satu musim berawal dan berlanjut
makin besar sampai mencampai maksimum dan kemudian turun sampai
mencapai nilai minimum dalam musim berikutnya.
Pengambilan kumulatif maju dimulai dari saat yang dipilih.
Misalnya untuk menetapkan awal musim hujan atau musim tumbuh
untuk sesuatu tanaman atau mulainya suatu kegiatan dimulai dari

Praktek Meteorologi Pertanian


115
tanggal 1 September dengan nilai kumulatif 150 mm. Tanggal saat
dicapainya nilai kumulatif 150 mm adalah awal dari musim yang
dimaksud. Pengambilan kumulatif mundur dimulai dari saat yang
dipilih, misalnya dengan tanggal tertentu atau saat nilai kumulatif maju
mencapai nilai tertentu, dan berakhir sampai mencapai nilai kumulatif
tertentu misalnya 200 mm. Saat dicapainya nilai kumulatif mundur 200
mm ditetapkan sebagai akhir musim yang dimaksud. Morris dan
Zandstra (1979) yang dikutip Oldeman (1982) memilih nilai kumulatif
curah hujan dasarian 75 mm dimulai dari dasarian pertama bulan Januari
untuk menetapkan awal musim tumbuh untuk tanaman lahan kering dan
200 mm sebagai awal musim pengolahan tanah untuk penanaman padi
lahan basah di Thailand. Akhir musim ditetapkan pada nilai kumulatif
mundur mencapai 300 mm dihitung dari nilai kumulatif maju 500 mm.

4.2.3.6. Penyediaan Informasi Adanya Selang Kering dan Selang


Basah
Informasi adanya selang kering dan selang basah dilakukan
dalam sesuatu musim tumbuh dengan kriteria curah hujan selama
sehari. Kriteria selang kering dan selang basah tidak bersifat umum.
Untuk mengidentifikasi selang kering dan selang basah digunakan data
curah hujan harian kemudian dicari periode-periode yang selama itu
tidak ada hujan kurang dari dan yang lebih dari yang ditentukan.
Misalnya Oldeman (1982) menetapkan selang kering menggunakan
kriteria curah hujan dalam satu dasarian tidak ada hari berturut-turut
dengan hujan lebih dari 3 mm, dan selang basah hari berturut-turut
dengan hujan lebih dari 3 mm.

Praktek Meteorologi Pertanian


116
BAB 5

PENYAJIAN INFORMASI CUACA


PERTANIAN

Informasi cuaca diberikan kepada berbagai pihak. Oleh karena


itu macam informasi dan cara penyajiannya perlu disesuaikan dengan
pihak penggunanya. Misalnya untuk kegiatan penerbangan informasi
cuaca yang diberikan meliputi cuaca di Bandar udara, cuaca di
sepanjang jalur penerbangan, cuaca untuk keperluan pendaratan pesawat
terbang. Prakiraan cuaca umumnya meliputi wilayah yang luas dan
jangka waktu prakiraan pendek 3 sampai 24 jam. Namun demikian
karena semua penerbangan mempunyai kegiatan yang sama dan
persyaratan yang standar penyajian infromasi cuaca dapat dilakukan
lebih mudah dan seragam. Berbeda dengan kegiatan penerbangan,
penyajian informasi cuaca tidak mudah diseragamkan karena kegiatan
pertanian berbeda di setiap tempat dan pada satu tempat yang sama
terdapat banyak macam dan jenis tanaman yang berada dalam fase
kehidupan yang berbeda.
Dalam pertanian informasi meteorologi umumnya disediakan
bagi para pembuat keputusan, para penyuluh pertanian, para petani, dan
pihak-pihak yang berkaitan dengan operasi pertanian.
Pembuat keputusan lebih banyak memerlukan informasi
klimatologi dan informasi cuaca berlangsung serta informasi prakiraan

Praktek Meteorologi Pertanian


117
untuk dasar penentuan kebijakan dan mengantisipasi kemungkinan
dampak yang dapat ditimbulkan secara luas. Informasi meteorologi
digunakan sebagai bahan masukan disamping informasi bukan
meteorologi untuk bahan pertimbangan pembuatan keputusan.

even cuaca

Informasi cuaca even bukan cuaca

Informasi bukan cuaca

pemilihan pengambilan
aternatip keputusan

nilai ekonomi

Gambar 5.1. Bagan alur pembuatan keputusan dan nilai ekonomi(Mc.Quigg).

Penyuluh pertanian lebih banyak memerlukan informasi cuaca


berlangsung dan prakiraan cuaca untuk membuat penilaian keadaan
yang hasilnya digunakan dasar pembuatan petunjuk pelaksanaan
operasional kegiatan pertanian di wilayahnya.
Para petani lebih banyak memerlukan informasi cuaca saat itu
dan prakiraan cuaca untuk digunakan dasar melaksanakan kegiatan
operasional di tempatnya.
Penyajiannya dengan menggunakan bahasa umum yang mudah
difahami.

Praktek Meteorologi Pertanian


118
5.1. Penyajian Informasi Klimatologi
Informasi klimatologi disiapkan dengan melakukan analisis data
waktu lampau. Pada umumnya analisis dimaksudkan antara lain untuk
mengetahui perilaku cuaca selama waktu adanya data yang dianalisis.
Dari analisis dapat dibuat informasi tentang nilai keseringan terjadinya,
nilai kumulatifnya, dan lain-lain. Umumnya analisis dilakukan dengan
menggunakan metode statistik. Unsur cuaca yang dianalisis dan kriteria-
kriteria yang diambil disesuaikan dengan syarat-syarat yang diperlukan
bagi kegiatan pertanian yang bersangkutan. Secara garis besar urutan
proses sebagai berikut:
1) Menyiapkan form untuk menampilkan data dalam tabel,
2) Menghitung / menaksir nilai unsur-unsur yang tidak
diperoleh dari pengukuran dengan rumus-rumus tertentu.
3) Menampilkan hasil analisis dalam bentuk tabel, grafik, atau
dalam bentuk peta.

5.1.1. Tabel Frekuensi (Keseringan)


Nilai keseringan terjadinya nilai unsur cuaca sangat membantu
dalam pembuatan rencana dan penentuan keputusan. Tabel memuat
keseringan nilai satu unsur atau gabungan dari dua atau lebih nilai unsur.

Praktek Meteorologi Pertanian


119
Contoh:
Tabel 5.1. Contoh Keseringan curah hujan. Bulan Januari di Jakarta.
Curah hujan Banyaknya Keseringan Keseringan Batas
sehari (mm) kejadian (%) kumulatip (%) tertinggi
<1 2 4 4 0,5
15 6 12 16 4,7
6 10 10 20 32 9,8
11 15 26 52 84 14,3
16 20 4 8 92 18,5
> 20 2 4 96 25
Jumlah 50 100

5.1.2. Diagram / Grafik


Dalam pelayanan informasi klimatologi, selain ikhtisar data
dalam bentuk tabel biasanya diisajikan dalam bentuk diagram atau
grafik dan dalam bentuk peta. Diagram dan peta klimatik khusus untuk
suatu kegiatan tertentu disebut diagram dan peta iklim tematik.
Diagram dan peta iklim klimatik dibuat untuk satu atau lebih unsur
cuaca dan kriteria dipilih berdasarkan nilai kaitan dan batas yang
ditetapkan bagi kegiatan pertanian.
Ada dua macam diagram, yakni grafik temporal yang
menggambarkan sebaran nilai mengikut waktu, dan diagram spasial
yang menggambarkan sebaran nilai mengikut ruang.
a. Diagram Temporal
Data dirajah dan dibuat diagram yang absisnya skala waktu dan
ordinatnya skala nilai unsur yang dianalisis. Diagram yang dibuat
disesuaikan dengan keperluan atau syarat batas operasional pertanian.
Misalnya, data suhu dirajah dalam peta yang absisnya skala waktu dan
ordinatnya skala nilai suhu. Diagramnya menyatakan nilai unsur sebagai
fungsi waktu, F = F(t).
Praktek Meteorologi Pertanian
120
Contoh:

Gambar 5.2. Contoh grafik suhu, banyak awan, tekanan dari Stasiun Met. Medan.

b. Diagram Spasial
Penyajian diagram spasial dilakukan dengan merajah nilai unsur
yang pada diagram yang absisnya memuat skala jarak, dalam satu, dua
atau tiga dimensi. Diagramnya menyatakan nilai unsur sebagai fungsi
jarak, F = F(x) untuk satu dimensi; F = F(x,y) untuk dua dimensi, dan F =
F(x,y,z) untuk tiga dimensi.

Praktek Meteorologi Pertanian


121
Contoh:

Gambar 5.3. Contoh kecepatan angin sepanjang garis khatulistiwa dari 90 BT 140
BT

c. Diagram Isoplet
Diagram isoplet menggambarkan fungsi dua peubah. Bila ada
nilai yang berkaitan dengan dua peubah atau unsur cuaca, nilai tersebut
dirajah dalam bentuk diagram kisi-kisi yang ke satu arah dengan skala
salah satu peubah atau unsur dan ke arah lain dengan skala peubah atau
unsur satunya. Kemudian dibuat garis-garis isoplet yakni garis yang
menghubungkan nilai-nilai sama. Dengan isoplet tersebut dikenali
daerah-daerah paling tingg dan paling rendah. Biasanya nilai yang
dirajah adalah nilai keseringan (frekuensi), misalnya keseringan
pasangan (x,y).

Praktek Meteorologi Pertanian


122
Contoh:

Gambar 5.4. Contoh isoplet keseringan arah dan kecepatan angin mengikut bulan
(Sumber: WMO 100).

d. Diagram Nilai Vektor


Diagram nilai vector umumnya digunakan untuk
menggambarkan peubah yang mempunyai dua parameter., misalnya
angin yang mempunyai besaran arah dan kecepatan.

Gambar 5.5. Mawar angin (windrose)

Praktek Meteorologi Pertanian


123
5.1.3. Peta
a. Peta Sebaran
Untuk menunjukkan sebaran nilai-nilai suatu unsur cuaca digunakan
peta potongan horizontal, dengan memilih suatu bidang sebagai
bidang rujukan. Nilai yang dirajah dapat nilai sesaat, keseringan atau
nilai-nilai lain.
Dari sebaran nilai yang dirajah dibuat garis-garis yang
menghubungkan nilai sama dan disebut garis iso. Garis iso untuk
tekanan disebut isobar, untuk suhu disebut isotherm, untuk
curah hujan disebut isohyet.
Bidang rujukan dipilih sesuai dengan unsur cuaca yang
bersangkutan. Untuk tekanan udara permukaan menggunakan
bidang rujukan permukaan laut. Nilai-nilai tekanan direduksi ke
tekanan pada permukaan laut.
Contoh:
Tampilan sebaran tekanan tekanan dari banyak tempat dengan
menggunakan peta dengan bidang rujukan permukaan laut. Untuk
menggambarkan sebaran tekanan dibuat isobar-isobar. Dari pola
isobar dapat dikenali daerah dengan tekanan tinggi dan daerah
dengan tekanan rendah.

Praktek Meteorologi Pertanian


124
Gambar 5.6. Peta isobar permukaan

Untuk suhu dan curah hujan menggunakan bidang permukaan


topografi.

b. Peta Tematik
Dengan lebih dahulu mengenali sifat ketanggapan kegiatan atau
tanaman kepada cuaca, diagram atau peta tematik secara sederhana
dapat dibuat. Misalkan untuk memulai menanam jagung diperlukan
syarat curah kumulatif mulai 1 Agustus sampai pada tanggal 1
September harus paling sedikit 80 mm, dan suhu rata-rata antara 24
dan 28 C, maka diagram tematik untuk jagung dapat dibuat dengan
O

meletak-tindihkan (overlay) kedua diagram temporal hujan dan


diagram temporal suhu. Dari diagram tindihan tersebut dapat dilihat
misalnya apakah syarat yang diperlukan dapat dipenuhi dan kapan
waktu pemenuhan tersebut.
1) Peta klimatik dibuat untuk masing-masing unsur memuat sebaran
keseringan klimatologi nilai-nilai yang dipilih.

Praktek Meteorologi Pertanian


125
2) Peta tematik adalah overlay dari beberapa peta klimatik tertentu
sesuai dengan unsur kegiatan pertanian.
3) Skala peta sama untuk semua unsur.

5.1.4. Klimagram
Analisis klimagram dilakukan untuk data dari satu stasiun. Data
klimagram menunjukkan perkembangan pasangan dua unsur atau lebih.
Umumnya hanya diambil dua atau tiga unsur saja, karena makin banyak
unsur yang diambil makin sulit penggambarannya. Pasangan unsur
tersebut dipilih sesuaikan dengan syarat kegiatan atau batas operasional.
Misalnya :
Tabel 5.2. Pasangan unsur pertanian dengan unsur cuaca
Unsur pertanian Unsur cuaca klimagram
Kelembapan tanah, Hujan, penguappeluhanan
Irigasi Hujan, penguapan,
Pertumbuhan tanaman Radiasi, hujan,
Penyakit Suhu, kelembapan, angin

penguapan

5
4
3
2
1

hujan

Gambar 5.7. Contoh klimagram 1, 2, 3, .dst. menyatakan waktu satuan, misalnya


hari, minggu, dasarian, bulan, dst.

Praktek Meteorologi Pertanian


126
5.2. Penyajian Informasi Cuaca Berlangsung
Dari hasil analisis tersebut diperoleh nilai-nilai unsur yang
perlu disajikan. Nilai tersebut antara lain: suhu (T); tekanan udara (P);
angin meliputi arah (aW) dan kecepatan (kW); kelembapan (H); curah
hujan (R) meliputi jumlah curah hujan (JR), hari hujan (HR), dan
intensitas hujan (IR); penguapan (E); sinaran surya (S) meliputi
intensitas sinaran (IS) dan lama suryaan (LS). Nilai-nilai yang
dilaporkan adalah nilai sesaat, nilai ekstrem, nilai rata-rata, nilai
kumulatip, nilai paling banyak, nilai dibawah atau diatas suatu nilai
yang dipilih, yang dapat diringkas seperti pada tabel contoh berikut:
Informasi Cuaca Sesaat. Dalam informasi sesaat, yang disajikan untuk
T, P, W, H, IS, adalah nilai sesaat; sedangkan untuk IR adalah nilai sesaat
dan nilai kisaran. Untuk JR, E, dan LS adalah nilai kumulatip dari waktu
sebelumnya.
Catatan: Tentang P (tekanan udara) umumnya tidak diperlukan bagi
pertanian, kecuali dalam hal khusus yang berkaitan dengan kegiatan
yang menggunakan pesawat terbang.

Praktek Meteorologi Pertanian


127
Tabel 5.3. Contoh nilai-nilai cuaca sesaat yang perlu diinformasikan
W H R S
Nilai T P E
I
aW kW JR HR IR S LS

Sesaat - - - -

Rata2 - - - - - - - - - - -

Rata2 maks. - - - - - - - - - - -

Rata2 min. - - - - - - - - - - -

Maks. mutlak - - - - - - - - - - -

Min. mutlak - - - - - - - - - - -

Kumulatif dari
- - - - - - - -
waktu lalu

Paling banyak - - - - - - - - - - -

Kisaran - - - - - - - - - -

Lebih dari - - - - - - - - - - -

Kurang dari - - - - - - - - - - -

Misalnya,
Cuaca pada pukul 1200 WIB : Langit cerah. Suhu 28 C; tekanan
1012,6 hPa; angin 300 dengan kecepatan 10 knot; Kelembapan
nisbi 80%. Tidak ada hujan selama satu jam terakhir. Penguapan
selama satu jam terakhir 0,5 mm. Intensitas sinaran 20 watt/m2.
Lama penyinaran sampai pukul 12 sebanyak 40 %. Lain-lain :
awan Cu 5/8.

Praktek Meteorologi Pertanian


128
Informasi Cuaca Harian. Dalam informasi harian, yang
disajikan untuk T, adalah nilai rata-rata sehari, nilai maksimum dan
minimum. Untuk P adalah nilai rata-rata sehari dan nilai kisarannya.
Untuk aW adalah nilai paling banyak/sering terjadi selama
sehari, dan untuk kW adalah nilai maksimum (mutlak) dan nilai
keseringan lebih dari dan atau kurang dari. Untuk H adalah nilai rata-
rata sehari dan nilai kisaran.
Untuk JR adalah nilai kumulatip selama sehari, dan untuk IR
adalah nilai rata-rata selama waktu hujan pada hari tersebut. Tidak ada
laporan untuk HR. Untuk E adalah nilai kumulatip selama sehari.
Untuk IS dan LS adalah nilai kumulatip selama sehari.

Praktek Meteorologi Pertanian


129
Tabel 5.4. Contoh nilai-nilai cuaca harian yang perlu diinformasikan

W R S
Nilai T P H E
I
aW kW JR HR IR LS
S

Sesaat - - - - - - - - - - -

Rata2 - - - - - - -

Rata2 maks. - - - - - - - - - - -

Rata2 min. - - - - - - - - - - -

Maks. mutlak - - - - - - - - -

Min. mutlak - - - - - - - - - -

Kumulatif dari
waktu lalu - - - - - - -

Paling banyak - - - - - - - - - -

Kisaran - - - - - - - - -

Keseringan
lebih dari - - - - - - - - - -

Keseringan
kurang dari - - - - - - - - - -

Misalnya,
Cuaca hari ini, tgl 17-8-2004: Rata-rata suhu 28 C, dengan
maksimum (mutlak) 32 C dan minimum (mutlak) 22 C.
O

Tekanan berkisar antara 1005,7 hPa dan 1013,1 hPa dengan rata-
rata 1010,2 hPa.
Arah angin terbanyak 310, kecepatannya paling tinggi 25
dengan 8 kali (80 %) lebih dari 8 knot. Kelembapan nisbi berkisar

Praktek Meteorologi Pertanian


130
antara 50 dan 80 % dengan rata-rata 70 %.
Curah hujan sebanyak 50 mm terjadi antara pukul 12 dan 14
dengan rata-rata intensitas selama waktu hujan 10 mm/menit.
Penguapan selama sehari sebesar 6 mm.
Banyaknya sinaran 300 watt/m2, dan lama suryaan 7 jam atau
80%.
Lain-lain : Rata-rata awan 3/8 tiap jam dengan paling banyak
dari awan Cu.

Informasi Cuaca Mingguan. Dalam informasi mingguan, yang


disajikan untuk T, adalah nilai rata-rata seminggu, nilai rata-rata
maksimum seminggu, rata-rata minimum seminggu, nilai maksimum
dan minimum mutlak dalam minggu yang dimaksudkan, nilai
keseringan lebih dari dan atau kurang dari.
Untuk P adalah nilai rata-rata seminggu dan nilai kisarannya.
Untuk aW adalah nilai paling banyak selama seminggu, dan untuk kW
adalah nilai mutlak dan nilai keseringan lebih dan atau kurang dari.
Untuk H adalah nilai rata-rata seminggu dan nilai kisaran. Untuk
JR adalah nilai kumulatip selama seminggu, untuk HR adalah
banyaknya hari hujan dalam minggu yang dimaksud, dan untuk IR
adalah nilai rata-rata selama waktu hujan dalam minggu tersebut dan
keseringan intensitas lebih dari.
Untuk E adalah nilai kumulatip selama seminggu, dan nilai rata-
rata per hari. Untuk IS dan LS adalah nilai rata-rata per hari dan kisaran
selama seminggu.

Praktek Meteorologi Pertanian


131
Tabel 5.5. Contoh nilai-nilai cuaca mingguan yang perlu diinformasikan

W R S
Nilai T P H E
I
aW kW JR HR IR S LS

Sesaat - - - - - - - - - - -

Rata2 - - - -

Rata2 maks. - - - - - - - - - -

Rata2 min. - - - - - - - - - -

Maks. mutlak - - - - - - - - -

Min. mutlak - - - - - - - - - -

Kumula tif
dari waktu - - - - - - - -

Paling banyak - - - - - - - - - -

Kisaran - - - - - - -

Keseringan
lebih dari - - - - - - - -

Keseringan
kurang dari - - - - - - - - -

Misalnya,
Cuaca minggu pertama bulan Agustus 2004:
Rata-rata suhu 28 C setiap hari, dengan rata-rata maksimum 32
O

C dan rata-rata minimum 22 C; maksimum mutlak 33 C dan


minimum mutlak 15C. Hari dengan suhu rata-rata sehari > 23
C sebanyak 8 kali dan < 18 C sebanyak 4 kali.
Tekanan berkisar antara 1005,7 hPa dan 1013,1 hPa dengan

Praktek Meteorologi Pertanian


132
rata-rata 1010,2 hPa.
Arah angin terbanyak 310, kecepatannya paling tinggi 30 knot
dengan 60 kali (70%) lebih dari 10 knot, dan 10 kali (12%)
kurang dari 4 knot dengan rata-rata 10 knot. Kelembapan nisbi
berkisar antara 50 dan 80 % dengan rata-rata 70 % .
Curah hujan sebanyak 50 mm, dengan 4 hari hujan, dan rata-rata
intensitas 10 mm/menit dengan sebanyak 4 kali
intensitasnyalebih dari 8 mm/menit.
Penguapan selama seminggu sebanyak 30 mm dengan rata-rata
4 mm/hari.
Intensitas sinaran berkisar dari 300 350 watt/m2 dengan rata-
rata 310 watt/m2/hari; serta lama suryaan berkisar antara 30%
dan 80% dengan rata-rata 60 %/hari.
Lain-lain : Rata-rata awan 3/8 tiap jam dengan paling banyak
dari awan Cu.

Informasi Cuaca Bulanan. Dalam informasi bulanan, yang


disajikan untuk T adalah nilai rata-rata sebulan, nilai rata-rata
maksimum sebulan, rata-rata minimum sebulan, nilai maksimum dan
minimum mutlak dalam bulan yang dimaksudkan, nilai keseringan lebih
dari dan atau kurang dari.
Untuk P adalah nilai rata-rata sebulan dan nilai kisarannya.
Untuk aW adalah nilai paling banyak selama sebulan, dan untuk kW
adalah nilai mutlak dan nilai keseringan lebih dari dan atau kurang dari.
Untuk H adalah nilai rata-rata sebulan dan nilai kisaran. Untuk
JR adalah nilai kumulatip selama sebulan, untuk HR adalah banyaknya
hari hujan dalam bulan yang dimaksud, dan untuk IR adalah nilai rata-

Praktek Meteorologi Pertanian


133
rata selama waktu hujan dalam bulan tersebut, dan keseringan intensitas
rata-rata lebih dari.
Untuk E adalah nilai kumulatip selama sebulan, dan nilai rata-
rata per hari. Untuk IS dan LS adalah nilai rata-rata per hari dan kisaran
selama sebulan.
Tabel 5.6. Contoh nilai-nilai cuaca bulanan yang perlu diinformasikan
W R S
Nilai T P H E
I
aW kW JR HR IR S LS

Sesaat - - - - - - - - - - -

Rata2 - - - -

Rata2 maks. - - - - - - - - - -

Rata2 min. - - - - - - - - - -

Maks. mutlak - - - - - - - - -

Min. mutlak - - - - - - - - - -

Kumula tif dari


- - - - - - - -
waktu lalu

Paling banyak - - - - - - - - - -

Kisaran - - - - - - -

Keseringan
lebih dari - - - - - - - -

Keseringan
- - - - - - - - -
kurang dari

Praktek Meteorologi Pertanian


134
Misalnya,
Cuaca bulan Agustus 2004 :
Rata-rata suhu 28 C, dengan rata-rata maksimum 32 C rata-rata
o

minimum 22 C, maksimum mutlak 33 C minimum mutlak 20


C; hari dengan suhu rata-rata sehari > 23 C sebanyak 8 kali dan
< 18 C sebanyak 4 kali.
Rata-rata tekanan 1010,2 hPa berkisar antara 1005,7 hPa dan
1013,1 hPa.
Arah angin terbanyak 310 dengan kecepatan paling tinggi 20
o

knot, dengan keseringan 200 kali (56%) lebih tinggi dari 10 knot
dan 110 kali (30%) lebih kecil dari 5 knot.
Kelembapan nisbi rata-rata 60 %, dan berkisar antara 40 dan
80%.
Hujan terjadi pada minggu pertama dan ketiga dengan jumlah
curah hujan 60 mm, dan 8 hari hujan, rata-rata intensitas
10 mm/menit dengan paling sering (12 kali) lebih dari 8
mm/menit.
Penguapan sebanyak 100 mm, dengan rata-rata 4 mm/hari.
Sinaran surya rata-rata 300 watt/m2/hari dengan berkisar antara
260 310 watt/m2/hari; laman suryaan rata-rata 6 jam/hari (60%)
dan berkisar antara 4 8 jam/hari (40 80%).
Lain-lain : rata-rata awan 3/8 setiap hari dengan paling banyak
awan Cu.

Catatan :
Dalam informasi lebih dari dan kurang dari, nilai-nilai
batasnya disesuaikan dengan batas-batas keperluan, atau nilai
signifikan, misalnya batas layu, batas kering, dll.

Praktek Meteorologi Pertanian


135
Untuk informasi musiman, dibuat seperti dalam informasi
bulanan, dengan ditambah definisi tentang satuan waktu musim.
Misalnya musim hujan adalah periode dari tgl. 1 Oktober sd. 30
Maret; musim kemarau dari tanggal 1 April sd. 30 September.

5.3. Penyajian Informasi Cuaca Prakiraan


Prakiraan cuaca berupa prakiraaan jangka pendek (1 3 hari),
prakiraan jangka sedang (mingguan), prakiraan tinjauan (outlook)
bulanan, dan prakiraan jangka panjang (musiman).
Pada dasarnya, seperti yang tercantum dalam bab 4.2.5, baik
prakiraan cuaca harian, mingguan, bulanan, maupun yang lebih panjang,
unsur yang diparkirakan sama, yakni meliputi unsur-unsur cuaca
(a) Keadaan langit (termasuk awan dan lamanya penyinaran
matahari);
(b) Cuaca (termasuk adanya fenomena, misalnya hujan, badai
guntur, embun, dan lain-lain);
(c) Suhu udara (suhu maksimum, minimum, kisaran);
(d) Angin;
(e) Kelembapan;
(f) Kondisi keringnya udara.

Dalam prakiraan nilai rata-rata kurang tepat untuk


diinformasikan. Sebaliknya nilai kisaran dan nilai keseringan sangat
perlu diinformasikan.

Praktek Meteorologi Pertanian


136
5.3.1. Penyajian Prakiraan Jangka Pendek (Harian)
Prakiraan jangka pendek umumnya dibuat untuk masa laku 1
sampai 3 hari. Prakiraan cuaca harian, diperlukan oleh para petani untuk
menyesuaikan kegiatan sehari-hari dengan cuaca yang ada dan yang
segera ada. Isi dan nilai unsur yang diprakirakan disesuaikan dengan
yang dimaksud adalah wilayah pertanian padi maka nilai-nilai unsur
cuaca yang diinformasikan sesuai dengan nilai-nilai yang
dipersyaratkan bagi tanaman padi. Penyajiannya dilakukan sehari
sebelum masa laku prakiraan.
Contoh Prakiraan Cuaca Harian:
Cuaca hari esok, tgl 1 Agustus 2007: Suhu akan berkisar antara
22 C (minimum) dan 28 C (makksimum).
Arah angin terbanyak 310, kecepatannya paling tinggi 25
dengan 8 kali (80 %) lebih dari 8 knot. Kelembapan nisbi
berkisar antara 50 dan 80 %. Hujan dapat terjadi antara pukul
12 dan 14 dengan intensitas selama waktu hujan 10 mm/menit.
Penguapan selama sehari sebesar 6 mm.
Banyaknya sinaran 300 watt/m2, dan lama suryaan 7 jam atau
80%.
Lain-lain : Langit sebentar-sebentar berawan dengan banyaknya
awan berkisar antara 3 - 4/8 tiap jam dan paling banyak dari
awan Cu. Peluang hujan 30 %.

5.3.2. Penyajian Prakiraan Cuaca Jangka Sedang (Mingguan)


Prakiraan cuaca mingguan dibuat untuk selama seminggu yang
akan datang. Penyajiannya dilakukan paling kurang satu hari sebelum
minggu yang dimaksud. Prakiraan perlu selalu ditinjau, dan bila perlu

Praktek Meteorologi Pertanian


137
dapat dilakukan penyesuaian atau amandemen.
Contoh Prakiraan Cuaca Mingguan:
Cuaca minggu depan dari 1 7 Agustus 2007.
Suhu pada siang hari berkisar dari 26 C dan 30 C dan
maksimum mutlak 34 setiap hari, dengan rata-rata maksimum
32 C dan rata-rata minimum 22 C; maksimum mutlak 33 C
dan minimum mutlak 15 C. Hari dengan suhu rata-rata sehari
> 23 C sebanyak 8 kali dan < 18 C sebanyak 4 kali.
Tekanan berkisar antara 1005,7 hPa dan 1013,1 hPa dengan
rata-rata 1010,2 hPa.
Arah angin terbanyak 310, kecepatannya paling tinggi 30 knot
dengan 60 kali (70%) lebih dari 10 knot, dan 10 kali (12%)
kurang dari 4 knot dengan rata-rata 10 knot. Kelembapan nisbi
berkisar antara 50 dan 80 % dengan rata-rata 70 % .
Curah hujan sebanyak 50 mm, dengan 4 hari hujan, dan rata-rata
intensitas 10 mm/menit dengan sebanyak 4 kali intensitasnya
lebih dari 8 mm/menit.
Penguapan selama seminggu sebanyak 30 mm dengan antara 4
- 6 mm/hari.
Intensitas sinaran berkisar dari 300 350 watt/m2 serta lama
suryaan berkisar antara 30% dan 80%.
Lain-lain : Liputan awan 3/8 4/8 tiap jam dengan paling
banyak dari awan Cu.

5.3.3. Penyajian Prakiraan (Tinjauan) Cuaca Bulanan


Prakiraan cuaca bulanan lebih bersifat tinjauan karena sulit

Praktek Meteorologi Pertanian


138
menentukan batas cuaca dalam bulan. Umumnya informasi berisi
keterangan tentang kecenderungan unsur-unsur cuaca pertanian.

5.3.4. Penyajian Prakiraan Cuaca Jangka Panjang (Musim)


Di kawasan subtropik prakiraan musim meliputi suhu, angin,
kelembapan, hujan, salju, penguapan. Di kawasan tropik (Indonesia)
umumnya prakiraan musim tentang hujan, antara lain :
a. prakiraan awal musim, diperlukan untuk menetapkan masa
penyiapan lahan, waktu tanam.
b. prakiraan panjangnya dan kadar musim, diperlukan untuk
menetapkan alternatip-alternatip penanggulangan apabila cuaca
yang tidak diharapkan terjadi.
c. prakiraan cuaca di tempat lain, untuk digunakan sebagai
pertimbangan a.l. bagi agribisnis, ekspor, pemasaran.
Catatan :
Dari pihak pertanian perlu menetapkan kriteria atau batas
cuaca operasional, misalnya syarat cukup bagi tanah untuk
memulai penaburan, syarat cukup bagi irigasi, batas ambang
untuk timbulnya penyakit, dll.

Untuk dapat dipelajari, informasi cuaca perlu disajikan. Cara


penyajian berbagai macam menurut media penyampaiannya.; tetapi
bentuk paparannya dibuat secara tetap dan baku.

Praktek Meteorologi Pertanian


139
Tabel 5.7. Informasi prakiraan cuaca yang diperlukan sesuai fase kegiatan

Menjelang dan dalam Menjelang dan dalam


Unsur cuaca
musim hujan musim kemarau
Hujan Kapan musim hujan tiba? Kapan musim kemarau tiba?
Berapa jumlah curah Berapa jumlah curah
hujannya? hujannya?
Berapa kepadatan hujan? Berapa kepadatan hujan?
Berapa banyak hujan pada Berapa banyak hujan pada
malam /siang hari? malam / siang hari?
Berapa intensitasnya Berapa intensitasnya?
Adakah kemungkinan dry Adakah kemungkinan wet
spell dan berapa lama? spell dan berapa lama?
Sinaran mata hari Berapa lama penyinaran Berapa lama penyinaran
matahari? matahari?
Berapa banyak liputan Berapa banyak liputan
awan? awan?
Berapa intensitasnya? Berapa intensitasnya?
Kelem bapan Berapa besarnya kisaran Berapa besarnya kisaran
kelembapan udara? kelembapan udara?
Angin Dari mana arah yang paling Dari mana arah yang paling
sering? sering?
Berapa kecepatan angin Berapa kecepatan angin
pada waktu pagi, siang, pada waktu pagi, siang,
sore? sore?
Berapa banyak angin ribut? Berapa banyak angin kering /
panas?
Suhu Tidak terlalu signifikan Berapa suhu minimum dan
maksimum?
Berapa suhu titik embun
minimum ?
Kapan terjadi ibun beku
(frost)?
Note:
Di daerah tertentu informasi prakiraan suhu udara dan embun sangat
diperlukan, utamanya pada musim kemarau. (mis. di daerah ngarai,
pegunungan, perkebunan sayur, perkebunan tembakau).

Praktek Meteorologi Pertanian


140
BAB 6

PENYAJIAN INFORMASI CUACA


PERTANIAN

Informasi meteorologi sangat bermanfaat dalam pertanian. Oleh


karena itu mutu informasi menjadi hal yang sangat penting.
Keakurasian informasi dinilai dari kompetensi pengamat,
keakurasian alat pengamatan / pengukuran, keakurasian hasil
pengamatan, dan keakurasian prakiraan cuaca. Pengendalian mutu perlu
dilakukan secara teratur. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menjaga
keakurasian informasi meteorologi utamanya adalah :
(a) Pemeriksaan kompetensi dan kualitas pengamat cuaca;
(b) Secara terus-menerus membandingkan hasil pengamatan saat ini
dengan hasil pengamatan sebelumnya;
(c) Secara berkala dan teratur melakukan pemeriksaan pemasangan,
pengujian, dan kalibrasi alat pengamatan;
(d) Pemeriksaan kelengkapan laporan hasil pengamatan,
penyimpangan prakiraan, dan koreksi klimatologi.
Karena setiap fase kegiatan pertanian dan jenis pertanian
mempunyai tanggap kepada cuaca berbeda-beda, maka untuk memberi
penilaian tingkat keakurasian digunakan batas toleransi yakni
kisarannilai yang ditetapkan yang masih diperbolehkan bagi suatu

Praktek Meteorologi Pertanian


141
informasi untuk masing-masing fase kegiatan dan jenis pertanian yang
bersangkutan.

6.1. Kompetensi Pengamat


Pengamat cuaca mempunyai peran sangat penting dalam
penyediaan informasi cuaca, karena hasil pengamatan yang dilakukan
digunakan secara langsung untuk pengambilan keputusan pertanian.
Selain itu data hasil pengamatan dan pengukuran digunakan sebagai
bahan dasar untuk pembuatan informasi selanjutnya. Oleh karena itu
kompetensi Pengamat sangat diperlukan. Kompetensi tersebut dinilai
antara lain dari kecakapan berikut :
Kemampuan merawat alat dengan cara yang benar;
Ketelitian dalam mengganti dan memasang pias alat-alat
rekam pada waktu dan posisi yang tepat, sehingga rekaman
pengukuran menunjukkan keadaan yang sebenarnya;
Kemampuan melakukan teknik pengamatan yang sesuai;
Pencatatan hasil pengukuran yang benar.
Perawatan alat yang tidak benar dapat mengakibatkan kurangnya
ketelitian alat.
Pengamatan dan penggantian pias pada waktu yang tidak sesuai
dengan yang telah ditetapkan mengakibatkan data yang terbaca tidak
menunjukkan pada saat pengamatan yang sebenarnya.
Dalam melakukan pengamatan, prosedur pengamatan dan
pembacaan alat-alat ukur harus diikuti karena setiap alat mempunyai
ciri yang berbeda-beda yang menunjukkan kekhususan alat yang
bersangkutan.

Praktek Meteorologi Pertanian


142
Hasil-hasil pengamatan dan pengukuran harus dicatat dengan
benar sesuai dengan yang diperoleh. Dengan demikian data dan
informasi cuaca dapat dihasilkan dan disajikan dengan benar.

6.2. Keakurasian Alat Pengamatan


Menurut ketentuan WMO dalam buku Guide To
Meteorological Instrument And Observing Practices, akurasi alat
pengamatan adalah kedekatan nilai hasil pengamatan / pengukuran
dengan nilai yang sebenarnya atau yang ditetapkan. Keakurasian alat
dinilai dari penempatan atau pemasangan alat, dan ketelitian hasil
pengukuran.
Penempatan alat harus di tempat yang sesuai dengan maksud
pengukuran unsur yang bersangkutan dan sifat alat. Bagi alat-alat yang
peka terhadap sinar matahari (misalnya thermometer, termograf,
termohigrograf, barometer, barograf), harus dipasang pada bangunan
atau diberi pelindung yang menghalangi sinar matahari langsung dan
yang berventilasi seperti di tempat terbuka. Ada pula alat yang harus
dipasang di tempat jauh dari halangan pohon atau bangunan, misalnya
penakar hujan.
Untuk memperoleh ketelitian, alat perlu dikalibrasi secara
berkala dengan alat standar. Alat standar adalah alat yang ditetapkan
untuk digunakan sebagai rujukan bagi semua alat yang digunakan
untuk pengukuran di lapangan. Keakurasian nilai pengukuran
ditetapkan sesuai dengan unsur yang diukur. Sebagai contoh
keakurasian nilai hasil pengukuran alat yang direkomendasikan
tercantum dalam Tabel 6.1. berikut :

Praktek Meteorologi Pertanian


143
Tabel 6.1. Batas toleransi keakurasian alat

Macam alat Batasan Maksimum toleransi


o
Te r m o m e t e r suhu > 18 C 0,2 oC
maksimum suhu < 18 oC 0,3 oC
Te r m o m e t e r suhu > 18 oC 0,3 oC
minimum 18 oC > suhu > 35 oC 0,6 oC
suhu < 35 oC 0,8 oC
Te r m o m e t e r Suhu > 0 oC 0,2 oC + 0,1 oC
biasa
Barometer --- 0,05 hPa
Anemometer --- 1 knot

6.3. Keakurasian Hasil Pengamatan Cuaca


Hasil pengamatan / pengukuran adalah bagian paling penting
dalam informasi cuaca pertanian. Oleh karena itu pengujian hasil
pengamatan perlu ditempatkan pada bagian pertama. Namun demikian
karena alat mempunyai kepekaan terbatas, hasil pengukuran tidak selalu
tepat benar. Selain itu dampak nilai unsur cuaca tingkatnya berbeda-
beda. Oleh karena itu keakurasian disesuaikan dengan ketanggapan
pertanian.

(a) Suhu Udara


Suhu selalu lebih tinggi daripada titik embun;
Perubahan dalam satu jam < 2 C;
Bila ada perubahan > 2 C harus ditinjau apakah ada perubahan
fenomena cuaca lain di sekitar tempat pengamatan;
Kesalahan pengukuran + 1 C.

(b) Angin
Kesalahan pengukuran:

Praktek Meteorologi Pertanian


144
Arah angin + 10 derajat
Kecepatan angin + 2 km/jan untuk angin yang kecepatannya
kurang dari 19 km/jan (10 knots); + 10% untuk angin yang
kecepatannya lebih dari 19 km/jam.

(c) Awan
Kesalahan pengukuran :
Banyaknya awan + 1/8 (1 okta);
Ketinggian dasar awan + 15 m untuk ketinggian sampai 150 m;
+ 10% untuk ketinggian dari 150 m sampai 300 m; + 20%
untuk ketinggian lebih tinggi dari 300 m.

6.4. Keakurasian Prakiraan Cuaca


Batas penyimpangan dan tingkat keakurasian prakiraan cuaca
pertanian yang diperlukan berbeda sesuai dengan macam prakiraan dan
unsur yang diprakirakan, serta macam kegiatan pertanian yang
dilakukan. Namun demikian secara umum dapat digunakan ukuran
berikut:

Praktek Meteorologi Pertanian


145
Tabel 6.2. Batas akurasi beberapa unsur cuaca untuk prakiraan

Unsur Batas Peluang


penyimpangan kebenaran
yang ditetapkan prakiraan

Arah angin + 30 80 % dari kasus

Kecepatan angin + 9 km/jam (5 80 % dari kasus


knots) sampai 46
km/jam (25 knots)
+ 20% untuk
kecepatan > 46
km/jam (25 knots)

Endapan Terjadi atau 80 % dari kasus


tidak terjadi

Banyak awan + 2 okta 70 % dari kasus

Suhu udara + 1 C 70 % dari kasus

Praktek Meteorologi Pertanian


146
BAB 7

DAMPAK DAN KEGUNAAN


INFORMASI CUACA PERTANIAN

Cuaca dan iklim mempunyai nilai ekonomi cukup besar dalam


pertanian. Seperti yang digambarkan oleh McQuig dan Landsberg
dalam diagram berikut unsur cuaca / iklim mempunyai kedudukan
sebagai masukan dasar (basic input) yang cukup berarti.

dari Masukan Pengendali


kedua
ekonomi

Masukan untuk
Operasional Luaran
dasar
ekonomi

Hambat
an luar

Gambar 7.1. Bagan analisis penggunaan lahan dalam pertanian (Lansberg)


Keterangan:
Arus transformasi
Arus informasi (pemonitoran)
Masukan dasar meliputi : Sinaran, suhu, curah hujan, penguapan, angin, CO2, tanah.
Masukan kedua meliputi : manusia, tenaga, cadangan air, mesin, energi, fertilizer.
Hambatan luar meliputi : hama, penyakit, polusi udara.
Pengendali meliputi : culyivation, peptisida, penahan ibun beku, penahan angin, penahan sinaran,
nutricient, irigasi.
Luaran meliputi : crop, yield, waste.
Kekompleksan operasional : genetics, photosynthesis, fenologi, transpirasi

Praktek Meteorologi Pertanian


147
Cuaca dan iklim diperlukan bagi kegiatan pertanian pada
umumnya dan khususnya bagi tanaman. Tetapi di sisi lain juga dapat
menimbulkan kerugian. Berbagai dampak dan kemanfaatan cuaca /
iklim dalam pertanian meliputi :
(1) Dampak cuaca / iklim kepada pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, kualitas, dan kuantitas produksi;
(2) Dampak cuaca / iklim kepada timbulnya penyakit tanaman,
kerusakan tanaman, kehilangan produksi;
(3) Dalam fungsinya sebagai sumberdaya iklim;
(4) Dalam kaitannya dengan penyimpanan produksi;
(5) Dalam kaitannya dengan modifikasi dan iklim tiruan;
(6) Dalam kaitannya dengan operasi managemen;
(7) Dalam kaitannya dengan kehutanan;
(8) Dalam kaitannya dengan nilai ekonomi
Cuaca / iklim memberi dampak kepada tanah dan tanaman.
Dengan demikian yang sekurang-kurangnya perlu diketahui tentang
cuaca dan iklim adalah:
Bagaimana cuaca dan iklim yang ada;
Cuaca dan iklim yang bagaimana yang berdampak kepada tanah
dan tanaman;
Cuaca dan iklim yang mana yang perlu dihindari agar tidak
terkena dampak yang merugikan bagi tanah dan tanaman;
Cuaca dan iklim yang bagaimana yang dapat dimanfaatkan
sehingga dampak yang menguntungkan dapat diperoleh;
Cuaca dan iklim yang bagaimana yang dapat digunakan untuk

Praktek Meteorologi Pertanian


148
menentukan perlu tidaknya dilakukan upaya penanggulangan;
Cuaca yang bagaimana yang diperlukan tanah dan tanaman
selama fase pertumbuhannya.

Tidak setiap waktu cuaca yang ada diperlukan oleh tanaman,


bahkan mungkin merugikan. Oleh karena itu apabila ada cuaca yang
merugikan perlu dilakukan antisipasi atau penanggulangan. Bagi petani
perlu memperhitungkan alternatif dan menyiapkan upaya antisipasi
apabila cuaca yang tidak diharapkan terjadi.

7.1. Dampak Cuaca / Iklim


Kegiatan pertanian berkaitan banyak dengan cuaca / iklim.
Dampak cuaca / iklim kepada kegiatan pertanian dapat dikategorikan
menjadi:
(a) dampak langsung;
(b) dampak tidak langsung.
Selanjutnya dampak lansung ada yang dirasakan seketika, dan
ada yang dirasakan secara lambat.
Dampak langsung seketika umumnya ditimbulkan oleh adanya
fenomena ekstrem, misalnya curah hujan yang lebat atau terus-menerus
dapat menimbulkan tanah longsor saat itu; angin kencang menimbulkan
kerusakan batang tanaman, adanya embun beku yang mengenai tanaman
membuat daun dan batang tanaman menjadi kering.
Untuk dapat menanggulangi atau mengantisipasi dampak
tersebut lebih dahulu perlu diketahui berapa kemungkinan terjadinya
fenomena ekstrem tersebut serta berapa besar nilai ekstremnya.

Praktek Meteorologi Pertanian


149
Cuaca terus-menerus berlangsung sehingga kadarnya ada yang
terus-menerus meningkat atau menurun, tetapi umumnya berfluktuasi
atau berubah berkala harian, musiman, tahunan, antar tahunan, dan
seterusnya. Karena perubahan tersebut, maka komponen-komponen
pertanian menanggapinya secara terus-menerus pula, misalnya tanah
menjadi kering tidak karena saat itu saja suhunya tinggi atau saat itu
tidak hujan, tetapi tanah menjadi kering karena beberapa waktu suhu
selalu tinggi dan selama itu tidak ada hujan.
Sering terjadi bahwa kerusakan tanaman tidak karena cuaca saat
itu secara langsung. Cuaca / iklim tidak hanya diperlukan tanaman saja
tetapi hama, penyakit, tumbuhan parasit juga memerlukan cuaca / iklim.
Tidak jarang timbulnya hama, penyakit, parasit tersebut justru pada saat
adanya cuaca yang diperlukan bagi tanaman dan kegiatan
pertanian. Jadi gangguan tidak timbul dari cuaca, tetapi karena cuaca
saat itu justru mendukung kesuburan hidupnya hama, penyakit,
dan parasit yang selanjutnya hama, penyakit, dan parasit tersebut
mengganggu tanaman.
Setiap orang atau setiap kegiatan mempunyai tanggap dan
kepekaan berbeda kepada cuaca. Bagi seseorang atau sesuatu kegiatan
adanya cuaca tertentu mungkin dirasakan sebagai yang menguntungkan,
tetapi bagi orang atau kegiatan lain justru dirasakan sebagai yang
merugikan. Misalkan pada musim kemarau yang banyak hujan
menguntungkan bagi petani sayuran, tetapi dirasa merugikan bagi
perusahaan industri garam.
Dalam tabel berikut ini diberikan contoh macam cuaca yang
menguntungkan dan merugikan seperti yang dimaksud.

Praktek Meteorologi Pertanian


150
Tabel 7.1. Cuaca yang menguntungkan dan merugikan bagi tanah dan tanaman

Tanah Tanaman
Unsur
cuaca/
iklim Yang Yang Yang Yang
menguntungkan merugikan menguntungkan merugikan
(1) (2) (3) (4)

Sinaran Sinaran Sinaran Lama penyi Lama penyi


matahari banyak banyak naran banyak , naran banyak
meningkat kan meningkatkan fotosintesa tanaman cepat
kualitas tanah laju berlangsung layu
pengeringan lama

Suhu Meningkat kan Merubah Meningkatkan Fluktuasi besar


kualitas tanah struktur tanah proses tanaman
pertumbuhan stress. Daun
banyak yg
gugur. Suhu
rendah bahaya
ibun

Angin Tanah dapat Ablasi, Bila lemah Bila kencang


didinginkan penggerusan; membantu merusak
tanah mudah kecepatan batang, daun
menjadi kering penyerbukan

Kelem Kelem bapan Kelembapan Kelembapan Kelembap an


bapan tinggi, kelem rendah, tinggi tinggi gulma
bapan tanah penguapan tumbuhan dan hama-
terjaga tinggi. dapat tumbuh penyakit
Kandungan air subur mudah timbul.
tanah rendah

Curah Hujan banyak, Hujan banyak, Hujan banyak, Hujan banyak


hujan, tanah gembur banjir, erosi, mudah melimpas kan
dan menjadi tanah longsor menyerap hara pupuk
subur dari tanah

Praktek Meteorologi Pertanian


151
Tabel 7.2.Cuaca yang merugikan dan yang menguntungkan bagi tanaman dalam
musim hujan dan musim kemarau

Musim hujan Musim kemarau


Unsur Upaya
cuaca/ Yang Yang Yang Yang karena
iklim menguntung- merugikan menguntung- merugikan ( ..)
kan kan
(1) (2) (3) (4)

Sinaran Intensi tas Lama Lama penyi Intensitas (1)(3)


mata tinggi penyinaran naran lebih Menanam
hari karena kurang banyak rendah pohon
matahari karena pelindung
dekat di tutupan (2)(4)
atas Indo awan menyesu
nesia ai kan ta
naman,
waktu
tanam

Angin Angin Sering Tidak ada Di daerah (1)(2)(3)


umum nya terjadi angin angin ribut tertentu (4)
rendah ribut yang angin Menanam
merusak kencang pohon pe
tanaman dan kering lindung;
bertiup menyesu
terus- ai kan ta
menerus naman,
waktu
tanam

Kelem Kelem Kelem Kelem Kelem (1)(2)(3)


bapan bapan bapan bapan bapan (4)
tinggi, tiinggi, rendah rendah, Menanam
pengu apan gulma dan gulma dan penguapan pohon pe
potensi al hama- hama- tinggi. lindung.
tinggi, kadar penyakit penyakit Kandungan Menyesu
kelem mudah tidak mudah air tanah aikan ta
bapan terjadi terjadi rendah naman,
tanah waktu
terjaga tanan

Sumber diolah dari .(M.W. Baradas 1982).

Praktek Meteorologi Pertanian


152
Lanjutan tabel 7.2.

Musim hujan Musim kemarau


Unsur Upaya
cuaca/ Yang Yang Yang Yang karena
iklim menguntung- merugikan menguntung- merugikan ( ..)
kan kan
(1) (2) (3) (4)

Curah Banyak Kelebihan, Tidak ada Jumlahnya (1)(4)


hujan, jumlah nya, banjir; banjir sedikit, Sistem
meme nuhi pestisida sering waduk,
kebu tuhan banyak menimbul irigasi;
tanaman terbuang kan keke (2)(4).
akan air karena ringan Gunakan
limpasan air informasi
cuaca
utk. atur
waktu,
antisipasi.

Selang Menambah Dapat - - Gunakan


kering sinaran menimbul informasi
(dry matahari kan cuaca
spell) tanaman untuk
stress pengatur
kekurang an irigasi,
an air penyiram
an,
penyem
protan,
antisipasi

Selang - - Menam bah Dapat Gunakan


basah ke cukupan merusak informasi
(wet air kualitas cuaca
spell) hasil panen, untuk
pengatur
an irigasi,
dan
antisipasi

Sumber diolah dari .(M.W. Baradas 1982).

7.2. Fungsi dan Penerapan Informasi Meteorologi Pertanian


Seperti yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya,
informasi meteorologi digolongkan menjadi tiga, yakni informasi
tentang kebiasaan cuaca waktu lampau atau klimatologi, informasi

Praktek Meteorologi Pertanian


153
tentang cuaca yang sedang berlangsung, dan informasi tentang cuaca
yang diperkirakan atau yang diprakirakan akan terjadi di waktu
berikutnya.
Informasi tersebut merupakan salah satu bahan yang
bermanfaat untuk menetapkan rencana dan pengambilan keputusan
dalam bidang pertanian. Informasi klimatologi berguna untuk antara
lain menetapkan rencana stratejik jangka panjang, misalnya untuk
menetapkan rencana tataguna lahan, menetapkan pola tanam, sebagai
bahan penyusunan desain dan teknologi pertanian. Informasi cuaca
sedang berlangsung digunakan untuk antara lain membuat penilaian
apakah cuaca sampai saat itu mempunyai kecenderungan di bawah atau
di atas persyaratan atau batas operasional pertanian yang ditetapkan.
Dengan demikian informasi tersebut berfungsi sebagai isyarat dan
pengendali untuk melaksanakan kegiatan operasional pertanian dan
mencegah terhadap kemungkinan akibat yang dapat ditimbulkan oleh
cuaca sampai saat itu. Informasi tentang cuaca yang diperkirakan atau
yang diprakirakan akan terjadi di waktu berikutnya berguna untuk
menetapkan rencana dan pengambilan keputusan untuk
penanggulangan dan antisipasi akibat yang berkaitan dengan kondisi
cuaca yang akan terjadi.
Dalam pertanian penentuan masa tanam sangat penting karena
sesudah tanaman ditanam kehidupan selanjutnya bergantung kepada
cuaca yang ada. Oleh karena itu informasi cuaca berupa prakiraan
cuaca atau prakiraan musim diharapkan mempunyai keyakinan yang
tinggi. Informasi tentang nilai keseringan dari unsur cuaca sangat
bermanfaat bagi pertanian. Namun karena kegiatan pertanian banyak
macamnya dan tidak sama sensitifitasnya kepada cuaca, maka adanya

Praktek Meteorologi Pertanian


154
dan tinggi rendahnya nilai unsur cuaca pada suatu saat dirasa
menguntungkan bagi sesuatu kegiatan atau tanaman tetapi dirasa
merugikan bagi kegaiatan atau tanaman lain.
Selama siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan
sampai panen selalu memerlukan air. Air memegang peranan penting
dalam pertumbuhan tanaman sampai perkembangan dan sampai
produksinya. Dalam kehidupan tanaman air mempunyai berbagai
fungsi, antara lain:
a. Sebagai komponen utama jaringan tanaman;
b. Sebagai pengangkut unsur hara dari tanah ke akar kemudian ke
bagian-bagian tanaman lainnya;
c. Sebagai komponen dari bahan organik yang terbentuk dari proses
fotosintesis;
d. Sebagai pengatur suhu tanaman, karena air mempunyai kemampuan
menyerap panas dalam proses transpirasi.
Kepekaan tanaman kepada kekurangan air berbeda dari
tanaman yang satu dan tanaman yang lain dan berbeda pula dari satu
fase dan fase pertumbuhan lain.
Curah hujan merupakan sumber air alami yang sangat
bermanfaat. Namun demikian keberadaanya yang sering tidak pada saat
yang diperlukan bagi suatu jenis tanaman dan tidak sesuai dengan masa
pertumbuhan tanaman pada saat itu.
Sinaran matahari yang mengenai klorofil pada tanaman
berhijau daun merupakan energi yang digunakan dalam proses
fotosintesis, proses yang menjadikan sumber dari semua bahan organik

Praktek Meteorologi Pertanian


155
tanaman. Hasil fotosintesis tersebut menjadi bahan utama dalam
pertumbuhan tanaman dan produksinya. Penyerapan cahaya oleh
pigmen lain menimbulkan terjadinya pemecahan dan penyebaran dari
bahan-bahan dalam berbagai organ tanaman melalui proses
fotoperiodisme. Banyak percobaan dengan tanaman menunjukkan
eratnya hubungan antara laju fotosintesis dan sinaran matahari. Pada
dasarnya semua bahan kering berasal dari fotosintesis; maka terdapat
hubungan yang erat antara sinaran matahari dan pertumbuhan serta
produksi tanaman. Selain itu hubungan antara fotosintesis dan cahaya
dipengaruhi pula oleh indeks luas daun. Penembusan cahaya matahari
ke dalam tajuk bergantung kepada besar dan bentuk daun, oprientasi,
pengaturan daun, serta penyerapan cahaya oleh bagian lain dari
tanaman selain daun.
Peningkatan fotosintesis juga dapat meningkatkan pembungaan
dan pembuahan; sebaliknya penurunan intensitas sinaran dapat
memperpanjang masa vegetatif tanaman. Sebagai contoh (Hanafi, 1994)
produksi padi meningkat dengan adanya jumlah sinaran matahari:
a) Hubungan antara produksi padi dan sinaran;
Y = 0,0572 X + 1655,82;
r = 0,35 ns

X = total sinaran 45 hari sebelum panen.


b) Hubungan jumlah anakan produktip dengan total sinaran;
Y = 0,0004 X + 910,241;
ns
r = 0,2015
X = total sinaran 45 hari sebelum panen.

Praktek Meteorologi Pertanian


156
Untuk menerapkan informasi meteorologi perlu dilakukan
berbagai langkah, yakni :
Mengumpulkan data cuaca di tempat kegiatan;
Mengenali hubungan antara unsur cuaca dan unsur tanah;
Mengenali hubungan antara unsur cuaca dan unsur tanaman;
Mengenali unsur cuaca yang menguntungkan dan yang merugikan;
Menandai bata-batas nilai cuaca yang menguntungkan dan yang
merugikan.
Penerapan informasi pertanian melibatkan tiga kegiatan dalam
tiga domain, yakni domain cuaca, domain pertanian, dan domain
antara.
Domain cuaca memuat kegiatan penyediaan informasi tentang
klimatologi, tentang cuaca sampai saat sekarang, tentang cuaca saat ini,
serta penyediaan informasi tentang cuaca yang akan datang atau
prakiraan.
Dalam domain pertanian terdapat kegiatan penyediaan informasi
tentang syarat dan kondisi atau batas operasional pertanian (lahan,
tanaman, hama), serta pengambilan keputusan berdasarkan tingkat
pemenuhan syarat dan batas operasional yang ada.
Dalam domain antara terdapat kegiatan penyediaan informasi
tentang alternatif atau pilihan berdasarkan kriteria kesesuaian cuaca dan
iklim yang diinformasikan dalam domain cuaca.
Dengan demikian rangkaian ketiga domain tersebut membentuk
suatu alur pengambilan keputusan. Rangkaian tersebut memberi
pengertian:

Praktek Meteorologi Pertanian


157
Berbagai hubungan antar domain seperti tercantum dalam tabel
berikut.

Bila informasi cuaca < xxxx > (domain cuaca), sedangkan syarat
dan kondisi pertanian seperti < yyyy > (domain antara) maka
sesuai dengan informasi cuaca yang ada <pppp > keputusan yang
diambil adalah < zzzz > (domain pertanian).

Praktek Meteorologi Pertanian


158
Tabel 7.3. Macam dan hubungan kegiatan dalam domain
Domain Domain Domain Domain pertanian
cuaca pertanian antara
BILA CUACA PERTANIAN MAKA TINDAKAN YANG
YANG TERKAIT DILAKUKAN
KLIMATOLOGI SYARAT PILIH TETAPKAN Wilayah jenis
hidupnya tanaman
tanaman
SYARAT selama TETAPKAN Pola tanam
pertumbuhan
CUACA ASSESSMENT: GUNAKAN LAKUKAN / TIDAK
SAMPAI SAAT Kondisi tanah prakiraan DILAKUKAN
SEKA RANG cuaca
(unsur cuaca
yang sesuai)
ASSESSMENT:
Kondisi tanaman
ASSESSMENT:
Kondisi hama
CUACA SAAT JENIS GUNAKAN TETAPKAN waktu mulai
INI TANAMAN cuaca sampai
saat sekarang
TETAPKAN upaya
penanggulangan
TETAPKAN alternatip
PRAKIRAAN ASSESSMENT: GUNAKAN TETAPKAN Rencana :
CUACA Kondisi tanah cuaca saat ini mengerjakan lahan
ASSESSMENT:
Kondisi tanaman
ASSESSMENT:
Kondisi hama
TETAPKAN Rencana :
pembibitan
Rencana : tanam
TETAPKAN Rencana :
pemupukan
TETAPKAN Rencana :
penyemprotan
TETAPKAN Rencana :
pengairan
TETAPKAN Rencana :
panen
TETAPKAN Rencana :
penjemuran
TETAPKAN Rencana :
penyimpanan
TETAPKAN Rencana :
pengiriman, dll.

Praktek Meteorologi Pertanian


159
7.3.Teknik Penggunaan Informasi Meteorologi Pertanian
7.3.1.Teknik Penggunaan Informasi Klimatologi
Informasi klimatologi memuat keterangan tentang ciri atau
kebiasaan nilai-nilai cuaca di suatu tempat atau daerah. Ciri tersebut
diperoleh dengan menganalisis data dari waktu sebelumhya sampai
yang ada pada saat terakhir. Oleh karena itu nilai yang diperoleh
bergantung kepada banyaknya data yang dianalisis.
Informasi klimatologi digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk menetapkan kebijakan dan rencana tetap jangka panjang,
misalnya penetapan tataguna lahan, pola tanam, dan lain-lain. Ciri yang
baik untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan adalah sekurang-
kurangnya nilai keseringan adanya, keseringan kadarnya dalam batas-
batas tertentu dari unsur-unsur cuaca yang bersangkutan. Selanjutnya
dengan menganalisis hubungan ciri cuaca tersebut dengan kegiatan
pertanian, dibuat kesimpulan apa yang dapat dilakukan.
Sebagai contoh, informasi tentang curah hujan berdasarkan data
dari stasiun cuaca sebagai berikut :
Tabel 7.4. Contoh keseringan curah hujan (mm) di Sukabumi.
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des

Keseringan 80% > = 200 250 175 164 142 90 87 48 40 100 125 180

Batas atas 220 274 183 169 157 101 100 58 48 118 160 189

Misalkan direncanakan penggunaan lahan untuk pertanian,


maka perlu dipilih jenis tanaman yang mana yang sesuai dengan kondisi
klimatologi tersebut. Untuk itu perlu diketahui sifat-sifat tanaman,
misalnya:

Praktek Meteorologi Pertanian


160
Padi memerlukan curah hujan lebih dari 75 mm selama pertumbuhan-
nya 3 4 bulan;
Jagung memerlukan curah hujan tidak lebih dari 125 mm selama
pertumbuhannya 2 3 bulan;
Tembakau memerlukan curah hujan antara 40 dan 60 mm selama
pertumbuhannya, 3 4 bulan.

Dari sifat ketiga jenis tanaman tersebut data klimatologi


memberi informasi bahwa bulan Oktober sampai Mei memenuhi untuk
hidupnya padi; bulan Juni sampai Nopember sesuai dengan persyaratan
tanaman jagung, dan bulan Agudtus sampai September sesuai dengan
yang diperlukan tembakau tetapi lamanya yang hanya dua bulan tidak
memenuhi. Dengan demikian informasi klimatologi memberi
pertimbangan bahwa daerah tersebut sesuai untuk padi dan jagung, dan
tidak sesuai untuk tembakau.
Dengan memperhatikan umur tanaman, informasi klimatologi
memberi pertimbangan pola tanam, bahwa padi dapat ditanam dua
sampai tiga kali, dan jagung dapat ditanam satu sampai dua kali dalam
setahun. Selanjutnya dengan mengetahui sifat-sifat vegetatif tanaman
padi dan jagung ditentukan kapan mulai mengerjakan tanah, kapan
mulai menanam.

7.3.2. Teknik Penggunaan Informasi Cuaca Sedang Berlangsung


Cuaca terus berlangsung, demikian juga hidupnya tanaman dan
kegiatan pertanian umumnya. Perkembangan cuaca ikut menentukan
perkembangan tanaman dan kegiatan pertanian. Oleh karena itu
pemantauan cuaca secara terus-menerus diperlukan untuk mengetahui
atau menilai sampai sejauh mana perkembangan cuaca tersebut

Praktek Meteorologi Pertanian


161
mempengaruhi kondisi tanaman dan komponen-komponen kegiatan
pertanian lainnya.
Untuk melakukan penilaian cuaca sebaiknya diketahui syarat
atau batas-batas cuaca bagi tanaman atau komponen kegiatan pertanian
lainnya. Dengan membandingkan persyaratan-persyaratan atau batas-
batas operasional kegiatan pertanian, dapat diketahui dan direncanakan
apa yang perlu dilakukan. Misalkan perkembangan adanya hujan yang
terus bertambah sehingga tanah mencapai batas cukup untuk diolah,
atau hujan yang makin kurang sehingga diperlukan tambahan air dari
irigasi.
Teknik analisis dapat dilakukan secara sederhana dengan
membuat grafik nomogram (untuk satu unsur cuaca) atau klimatogram
(untuk kombinasi dua atau lebih unsur cuaca). Sebagai contoh dapat
dilihat pada Gambar 7.2. berikut.

Gambar 7.2. Contoh grafik penilaian curah hujan kumulatif selama bulan Januari
2004 di Cangkuang, Cirebon. (Sumber: Pengolahan data)

Teknik yang lebih modern dihitung dengan menggunakan model


atau rumus matematik, atau dengan menggunakan nilai indeks. Model

Praktek Meteorologi Pertanian


162
dan indeks tersebut pada dasarnya menggabungkan antara nilai unsur
cuaca dan unsur pertanian, misalnya model neraca air untuk menilai
dampak curah hujan dan penguapan kepada kelembapan tanah. Model
tersebut dinyatakan dengan rumus sebagai berikut (Sutrisno 1982):
Kai = Kai -1 + RRi 0,75 Eo (Kai -1 / Kamaks)
dengan indeks i menyatakan hari atau satuan waktu saat pengamatan ke-
i, dan i-1 menyatakan satu satuan waktu sebelum saat pengamatan. Kai =
estimasi kandungan air tanah pada hari ke-i; Kai -1 = kandungan air tanah
pada hari kei-1; Kamaks= kapasitas maksimum kandungan air yang ada
dalam tanah; RRi = curah hujan sampai hari ke-i; Eo = banyak penguapan
dari pengukuran panci terbuka A.
Model penilaian dengan indeks, misalnya Indeks Monsun
Umum (General Monsoon Indeks = GMI) seperti yang digunakan oleh
Achutim et.al. (1982) untuk menghitung musim tumbuh, dengan rumus
sebagai berikut:
GMI NW = 0,15 P11 + 0,3 P12 + 0,3 P1 + 0,25 P2
dan
GMI SE = 0,15 P4 + 0,3 P5+ 0,3 P6 + 0,25 P7
dengan GMI NW = indeks monsun barat laut; GMI SE = indeks monsun
tenggara; dan Pi = banyaknya curah hujan bulan ke- i ( i = 1 adalah
bulan Januari, i = 2 adalah bulan Februari dan seterusnya).

7.3.3. Teknik Penggunaan Informasi Prakiraan Cuaca


Dalam menggunakan Informasi Prakiraan perlu disadari bahwa
prakiraan adalah informasi yang tidak pasti. Artinya bahwa dalam
informasi tersebut terkandung kesalahan atau nilai kemungkinan

Praktek Meteorologi Pertanian


163
(probability). Nilai kemungkinan berkisar dari 0 sampai 100%. Namun
demikian dalam kenyataan umumnya prakiraan mempunyai nilai
kemungkinan kurang dari 100%. Tetapi karena kepekaan sesuatu
kegiatan atau tanaman terhadap cuaca ada yang rendah ada yang tinggi
atau sangat sensitif, maka dalam menggunakan informasi prakiraan
tidak perlu harus diperhitungkan dengan nilai kemungkinan yang tinggi.
Misalkan hari ini sawah sudah berair, kemudian besok pagi
direncanakan akan menanam padi. Dalam keadaan demikian apakah
besok ada hujan atau tidak tidak mempunyai pengaruh apapun selain
para penanam basah kehujanan bila hujan. Itu berarti bahwa kepekaan
kegiatan menanam padi tersebut terhadap hujan rendah. Oleh karena itu
prakiraan cuaca tidak harus mempunyai nilai kemungkinan tinggi.
Berbeda dengan kalau direncanakan menjemur gabah. Kalau
kehujanan kualitas gabahnya menjadi rendah, oleh karena itu harus ada
upaya mengantisipasi agar kalau sewaktu-waktu ada hujan dapat
ditanggulangi misalnya dengan menyediakan plastik untuk penutup.
Jadi penjemuran peka terhadap adanya hujan, sehingga diperlukan
prakiraan cuaca yang mempunyai nilai kemungkinan yang tinggi. Tetapi
di sisi lain, bila kegiatan mempunyai kepekaan makin tinggi diperlukan
nilai kemungkinan prakiraan cuaca yang tinggi, juga diperlukan upaya
antisipasi yang nilai investasnya makin tinggi. Oleh karena itu di dalam
menggunakan informasi prakiraan perlu dihitung berapa nilai
kemungkinan prakiraan yang diperlukan agar biaya antisipasi tidak
tinggi dan keuntungan masih dapat diperoleh. Berikut contoh teknik
penggunaan informasi prakiraan cuaca secara sederhana.
Secara sederhana pengambilan keputusan berdasarkan
informasi prakiraan cuaca dapat menggumakan rumus Benefit / Cost

Praktek Meteorologi Pertanian


164
Ratio (R) sebagai berikut :
R = (Hd C) / (Ht I)
Dengan Hd = nilai hasil kegiatan apabila dilakukan upaya
penanggulangan; C = nilai biaya untuk penanggulangan; Ht = nilai hasil
kegiatan apabila cuaca memenuhi syarat yang diperlukan (tidak ada
penanggulangan); I = biaya investasi bila tidak ada penanggulangan).
Bila R > 1, dapat dilakukan penanggulangan,
Bila R < 1, tidak perlu bertindak (tidak melakukan apa-apa).
Contoh :
Pak Ali seorang petani bawang merah. Sebelum bertanam ia
menanyakan tentang kemungkinan cuaca ke BMG.
Dia mendapat informasi bahwa musim kemarau akan mulai pada
minggu pertama bulan Juni, dan berlangsung sampai minggu
terakhir bulan September. Selama musim kemarau hujan akan
terjadi 5 sampai 8 hari hujan setiap bulannya, dan banyaknya curah
hujan setiap hari hujan kurang dari 15 mm/hari.
Setelah mendapat informasi tersebut dia mengingat-ingat sifat
tanaman bawang merah. Dia sudah cukup berpengalaman sehingga
dia tahu benar sifat tanaman bawang merah, antara lain dikatakan
bahwa :
tanaman bawang merah mulai tanam sampai panen memerlukan
waktu 90 hari;
waktu tanam harus pada minggu kedua dari awal musim
kemarau.
bahwa bawang merah dapat tumbuh dengan baik apabila hari
Praktek Meteorologi Pertanian
165
hujan tidak lebih dari 10 hari setiap bulannya dan curah hujannya
tidak lebih dari 15 mm/hari hujan.
Dengan membandingkan persyaratan yang diperlukan tanaman
bawang merah dan informasi cuaca dari BMG tersebut dia
menyimpulkan bahwa cuaca dalam musim tanam yang akan datang
cukup baik.
Selain itu dia juga mempunyai pandangan bahwa informasi
prakiraan tidak dijamin 100% benar, melainkan pasti ada
kemungkinan kesalahan.
Dengan dasar informasi dan pandangan tersebut Pak Ali membuat
perhitungan yang ringkasnya sebagai berikut :
Biaya tanam dari bibit sampai panen:
I = Rp. 4.000.000,00 / ha
Diperhitungkan apabila cuaca seperti yang diprakirakan, hasil panen
sebanyak 2 ton / ha. Bila harga bawang Rp.5.000.000,00 / ton maka
nilai jualnya:
Ht = 2 x Rp. 5.000.000,00
= Rp.10.000.000,00 / ton
Dengan demikian keuntungan yang akan diperoleh :
(Ht) (I) = Rp. 6.000.000,00.
Kemudian dia mengambil asumsi kebenaran prakiraan cuaca 80%,
jadi ada kemungkinan salah 20%. Berdasarkan pengalaman dia
memperhitungkan bila kemungkinan yang 20% itu terjadi hasilnya
hanya 50%, atau 1 ton / ha, dan nilai jualnya menjadi:
Ht = 1 x Rp. 5.000.000,00
= Rp. 5.000.000.,00 / ha.

Praktek Meteorologi Pertanian


166
Dengan demikian keuntungan yang akan diperoleh sebesar :
(HtI)= Rp. 5.000.000,00 Rp. 4.000.000,00
= Rp.1.000.000,00.
Tetapi dia juga membuat perhitungan apabila cuaca yang
kemungkinan 80% itu terjadi dapat diatasi dengan membuat parit
yang agak dalam meskipun hasilnya diperkirakan hanya 80%.
Untuk membuat parit tersebut diperlukan biaya tambahan sebesar
Rp.2000.000,00 sehingga biaya investasi seluruhnya menjadi:
C = Rp.4000.000,00 + Rp. 2000.000,00
= Rp. 6.000.000,00
Hasil yang diperkirakan dengan membuat parit :
Hd = 80% X Rp.10.000.000,00
= Rp. 8.000.000,00
Dan keuntungan :
Hd C = Rp. 8.000.000,00 Rp. 6.000.000,00
= Rp. 2.000.000,00
Dengan rumus B / C ratio dihitung :
B/.C ratio= R
= (Hd C) / (Ht I)
=Rp. 2000.000,00/Rp. 1.000.000,00
=2
Jadi R > 1, maka ia memutuskan untuk memperdalam parit.
Dengan membuat parit maka perhitungan spekulasi menjadi :
Bila prakiraan cuaca benar 100% dan memperdalam parit akan
untung Rp.10.000.000,00 Rp. 6.000.000,00 = Rp. 4.000.000,00.
Bila prakiraan cuaca benar 80% dan memperdalam parit akan

Praktek Meteorologi Pertanian


167
untung Rp.8.000.000,00 Rp.6.000.000,00 = Rp.2.000.000,00.
Bila prakiraan cuaca benar 80% dan tidak memperdalam parit akan
untung Rp.5.000.000,00 Rp.4.000.000,00 = Rp.1.000.000,00.
Jadi menetapkan ketelitian prakiraan 80% dan membuat parit lebih
dalam lebih baik daripada tidak, karena masih akan ada
kemungkinan mendapat keuntungan antara Rp.2.000.000,00 dan
Rp.4.000.000,00 / ha atau lebih banyak apabila tidak
memperdalam parit.

7.4. Modifikasi
Adanya unsur cuaca / iklim atau intensitas unsur cuaca / iklim
tidak selalu sesuai dengan yang diperlukan tanaman. Namun demikian
kita dapat membuat sesuai meskipun hanya dalam skala terbatas.
Misalnya :
menggunakan rumah kaca atau rumah hijau yang dapat diatur masuk /
keluarnya sinaran, suhu, kelembapan, disesuaikan dengan yang
diperlukan oleh tanaman di dalamnya. Banyak cara lain yang bisa
dilakukan agar dapat mengatur sinaran matahari, suhu, dan
kelembapan.
membuat penahan angin atau penahan sinaran matahari dengan
pohon penghalang atau tanaman-tanaman yang menjalar;
membuat atap atau penutup untuk menjaga udara agar tetap lembap.

Praktek Meteorologi Pertanian


168
BIOGRAFI

Soerjadi Wirjohamidjojo, lahir diCepu tanggal 16


Agustus 1937. Setelah tamat SMA di Madiun tahun
1956, melanjutkan sekolah di Akademi Meteorologi
dan Geofisika. Pada tahun 1958 bekerja di Lembaga
Meteorologi dan Geofisika (sekarang Badan
Meteorologi dan Geofisika). Pada tahun 1965
melanjutkan sekolah di Institut Teknologi Bandung
pada jurusan Geofisika dan Meteorologi. Setelah
tamat tahun 1971, kembali lagi ke Badan Meteorologi dan Geofisika
sampai tahun 1993. Pendidikan lain diperoleh dari latihan-latihan
pendek yang diselenggarakan oleh berbagai badan internasional antara
lain WMO (World Meteorological Organisation). Selama bekerja di
Badan Meteorologi dan Geofisika melaksanakan tugas-tugas sebagai
pengamat, penganalisis, dan peneliti cuaca, serta sebagai pengajar
tentang meteorologi di Balai Pendikdikan dan Latihan Meteorologi dan
Geofisika, Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Kursus
Analisis Dampak Lingkungan di Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia
Universitas Indonesia, dan di berbagai Lembaga Penelitian lain. Selain
itu sejak 1993 sebagai dosen matematika pada Institut Sains dan
Teknologi Al Kamal Jakarta, dan pada tahun 1997 sampai dengan 2002

Praktek Meteorologi Pertanian


189
sebagai Ketua Sekolah Tinggi teknologi YUPPENTEK Tangerang. Kini
masih aktif sebagai peneliti bidang meteorologi.

Praktek Meteorologi Pertanian


190
Yunus Subagyo Swarinoto. Lahir di Blitar, Jawa
Timur, pada tanggal 24 Oktober 1957. Setelah tamat
dari Sekolah Menegah Atas Negeri di Blitar,
melanjutkan studi di Jakarta. Lulus Pendidikan
Pengamat Meteorologi dari Pusat Pendidikan dan
Latihan Meteorologi dan Geofisika Jakarta pada
tahun 1977. Lulus Sarjana Muda Ilmu Publisistik
dari Sekolah Tinggi Publisistik (sekarang IISIP)
Jakarta pada tahun 1984. Lulus Pendidikan Prakirawan Meteorologi dari
Akademi Meteorologi dan Geofisika Jakarta pada tahun 1986. Lulus
Sarjana (S1) dari Universitas Indonesia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Jurusan Fisika Bidang Studi Fisika Atmosfer dan
Meteorologi pada tahun 1996. Lulus Magister (S2) Ilmu Geografi Fisik
dari Program Pascasarjana Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Indonesia Depok tahun 2006. Sejak tahun 1978
bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kantor Pusat Badan
Meteorologi dan Geofisika (BMG) Jakarta pada Sub Bidang Riset
Klimatologi. Tahun 2002 diangkat menjadi Koordinator Sub Bidang
Analisa Klimatologi dan Kualitas Udara. Kemudian pada tahun 2004
diangkat menjadi Kepala Sub Bagian Tata Usaha Pusat Penelitian dan
Pengembangan Badan Meteorologi dan Geofisika. Selanjutnya pada
tahun 2006 diangkat menjadi Kepala Bidang Manajemen Data
Klimatologi dan Kualitas Udara di Pusat SISDATIN Klimatologi dan
Kualitas Udara. Ikut serta dalam Riset Unggulan Terpadu (RUT) V pada
tahun 1998 bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT). Kemudian berpartisipasi dalam RUT VIII pada
tahun 2000 bekerjasama dengan Kementrian Riset dan Teknologi
(KMRT). Berpartisipasi dalam Riset Unggulan Strategis Nasional
(RUSNAS) pada tahun 2001 bekerjasama dengan BPPT. Sejak

Praktek Meteorologi Pertanian


191
November 2004 masuk ke dalam jenjang fungsional peneliti sebagai
Peneliti Madya Bidang Klimatologi. Pengetahuan tambahan dalam
bidang klimatologi didapat dari dinas luar negeri untuk seminar/
training/ workshop dari beberapa negara antara lain: Amerika Serikat
(2001, 2002, 2005), Australia (2006), China (2005), Filipina (1991,
1997, 2006), India (2005), Jepang (1998, 1999, 2000, 2001, 2002,

Praktek Meteorologi Pertanian


192
DAFTAR PUSTAKA

Asnani, G.C. 1993. Tropical Meteorology. Volume I. Indian Institute of


Tropical Meteorology, Pune, India, 602 hal.
Baradas. M.W. (1984). Pokok-Pokok Pengelolaan Cuaca Untuk Pertanian
di Daerah Tropika Basah Indonesia. Kertas Kerja No. 41.
INS/7.8/042 Mei 1984. .Badan Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.
Barry, R.G. & R.J., Chorley. 1998. Atmosphere, Weather, and
Climate. Seventh Edition, Routledge Publisher, London, 409 hal.
Boer R. dkk. (2003). Nilai Ekonomi Prakiraan Iklim. Workshop Pemanfaatan
Informasi Iklim untuk Pertanian di Sumatra Barat. Padang 11-13
Agustus 2003.
Carlson, T.N. 1981. Tropical Meteorology. The Pennsylvania State University,
Department of Meteorology, An Independent Learning Opportunity,
Commonwealth Educational System, 405 hal.
Chang, C.P. & T.N., Krishnamurty. 1987. Monsoon Meteorology.
The Oxford Monographics on Geology and Geophysics No. 7, Oxford
University Press, New York, 544 hal.
Chang, C.P. 2005. The Maritime Continent Monsoon dalam The Global
Monsoon System: Research and Forecast, Chang, C.P., Wang, B., N.C.G.
Lau (Ed.). WMO/TD No. 1266 (TMRP Report No. 70), Secretariat of the
World Meteorological Organization, Geneva, hal. 156-178.

Praktek Meteorologi Pertanian


169
Conrad, V & L.W. Pollak. 1950. Methods in Climatology. Harvard University
Press, Cambridge, 458 hal.
Hanafi. (1994). Analisis Data Iklim Dalam Bidang Perkebunan,
Kehutanan dan Pertanian. Makalah Pelatihan Tenaga Pengamat
Meteorologi Tingkat Menengah. ITB Bandung, 8-11 februari 1994.
IRRI (1975). Research Highlight for 1975.
Irman Irawan dkk. (2005). Paket Modul Pelatihan Iklim Untuk
Pertanian di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar. Pusat
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Inventarisasi Pengembangan
Sumberdaya Alam. BPPT Jakarta.
Julian, P.R. & M.C., Robert. 1978. A Study of the Southern
Oscillation and Walker Circulation Phenomenon. Mon. Wea. Rev., 106,
1433 1450.
Krishnamurty, T.N. 1979. Compendium of Meteorology. World
Meteorological Organization, No. 364, Geneva, Switzerland, 428 hal.
Marwoto & Sri Wahyuni Indriani. (2000). Pengendalian Hama
Thrips Secara Terpadu Pada Tanaman Kacang Hijau. Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Vol. 19 Nomor 4. 2000. hal. 130-135.
Balai LITBANG Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang.
Murakami, M. 1992. Asian Monsoon. Meteorological Society of Japan,
Academic Press Inc., Tokyo, Japan, 541 hal.
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Penerbit PT Ghalia Indonesia,
Jakarta, 544 hal.
Nieuwolt S. (1985). Klimatologi Kawasan Tropik. Dewan Bahasa dan Pustaka.
Malaysia.
Oke T.R. (1992). Boundary Layer Climates. Methuen. London and
New York.

Praktek Meteorologi Pertanian


170
Oldeman, L.R., (1975). An Agroclimatic Map of Java. Central
Research Institute for Agriculture. Bogor.
Oldeman, L.R. & Frere, M. (1982). A Study of the Agroclimatology
of the Humid Tropics of South-East Asia. WMO-No.597. Technical
Note No. 179.
Ramage, C.S. 1971. Monsoon Meteorology. International Geophysics Series,
Academic Press Inc., New York.
Sutrisno (1982). Indonesian Inter Agency Climate Impact
Assessment System. Proceeding Of The Workshop On Practical Farm
Weather Management And Climate Impact Assessment. Project
INS/82/004 (Meteorological Programme for Increased Food
Production) WMO.
Swarinoto, Y.S. & Basuki. 2004. Kaitan Curah Hujan Musiman dan Produksi
Tanaman Pangan di Propinsi Jawa Timur. Dalam Arsil Saleh (Ed.)
Prosiding: Seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumber Daya
Tanah dan Iklim, Departemen Pertanian Republik Indonesia, hal.: 345-
355.
Timbul Manik (2003). Aplikasi Informasi Iklim untuk Pertanian :
Penentuan Periode Musim Tanam Berdasarkan Analisis Peluang Hujan
di Sumatra Barat. Workshop Pemanfaatan Informasi Iklim untuk
Pertanian di Sumatra Barat. Padang 11-13 Agustus 2003.
Trewartha, Glenn T. & Horn H. Lyle (1980). Introduction to Climate.
McGraw Hill International Book Company.
Wilks, D.S. 1995. Statistical Methods in the Atmospheric Sciences. Academic
Press Inc., San Diego, CA, 467 hal.
Wirjohamidjojo Soerjadi (1984). Survey on The Inter Agency
Agrometeorological Service In Indonesia. Practical Farm Weather
Management And Climate Impact Assessment. Project
INS/82/004/Jakarta.

Praktek Meteorologi Pertanian


171
Wirjohamidjojo Soerjadi (2006). Meteorologi Praktik. Badan
Meteorologi & Geofisika. ISBN 979-99507-8-3.
Wirjohamidjojo, Soerjadi, Susanto, Patoni, & Hadijanto, Soeroso. (1993).
Kamus Hidrometeorologi. Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. ISBN 979-459-357-5.
Wirjohamidjojo, Soerjadi (1993). Pengalamanku Tentang Cuaca di
Indonesia. Buku IV. BMG Jakarta.
WMO (1983). Guide to Climatological Practices. WMO No. 100.
WMO (1993). Guide to Agricultural Meteorological Practices. WMO No.
134. August 1993.
Yusmin. (2007). Iklim Sebagai Sumberdaya Produksi Pertanian.
Majalah Warta GEMA TIRTA Nomor 1 Tahun I, Januari 2007. Jakarta.

Praktek Meteorologi Pertanian


172
DAFTAR ISTILAH

alir lintas khatulistiwa (cross equatorial flow).


bondong sinaran (flux radiation)
cuaca (weather)
derajat hari (degree day)
evaporimeter:panci terbuka (open pan evaporimeter)
gebos garis (squall line)
hujan curah (shower)
hujan jujuh (continues rain)
iklim (climate)
Iklim Bahari (Maritime/ Marine Climate)
Iklim Benua (Continental Climate),
Iklim Gunung (Mountain Climate)
Iklim Khatulistiwa (Equatorial Climate)
Iklim Kutub (Polar Climate)
Iklim Mediteran (Mediterranian Climate)
Iklim Monsun (Monsoon Climate)
Iklim Subtropis (Subtropical Climate
Iklim Tengah (Temperate Climate)

Praktek Meteorologi Pertanian


173
Iklim Tropis (Tropical Climate)
Iklim Tundra (Tundra Climate)
kelembapan mutlak (absolute humidity)
kelembapan nisbi (relative humidity)
kelembapan spesifik (specific humidity)
kelembapan tanah (soil moisture)
klimagram (climagram)
lama penyuryaan (duration sunshine)
musim (season)
musim tumbuh (growing season)
neraca air (water balance)
nisbah campur (mixing ratio)
penampang tegak horizontal (horizontal cross section).
penguapan (evaporation)
penguappeluhan (evapotranspiration)
perenggan sangkaran (occluded front)
peta klimatik (climatic map)
Pias Pumpun Antartropik (Intertropical Convergence Zone)
PPAT (ITCZ)
selang basah (wet spell)
selang kering (dry spell)
sirip angin (windvane)
sinaran matahari (sun radiation)
sinaran surya (solar radiation)

Praktek Meteorologi Pertanian


174
175
Lama suryaan
Int. sinaran
Evapotranspirasi
Evaporasi
FORMAT PENYAJIAN INFORMASI

Int. hujan
Hari hujan
Curah hujan
Lembap min.
Lembap rata2
Tabel A1.1. Data Klimatologi
CUACA PERTANIAN

Angin < 3 knot


Angin 3 knot
Angin arah

Praktek Meteorologi Pertanian


A. TABEL DATA
LAMPIRAN

Suhu min
Suhu
Suhu maks

Jml

Rt2
Bulan

SD
12
1

.
176
.
.

..
..
3
2
1
Probabilitas

52
Minggu ke

jml
0,1
0,7
0,8
0,9
Angin arah Suhu maks

Angin 3 knot Suhu

Angin < 3 knot Suhu min

Curah hujan Angin arah

Hari hujan Angin 3 knot

Evaporasi Angin < 3 knot

Evapotranspiras Lembap rata2

Lama suryaan Lembap min.

Tabel A1.3. Data kumulatip (minggu) Curah hujan

Hari hujan
Tabel A1.2. Data Frekuensi / Probabilitas

Int. hujan

Evaporasi

Keterangan: Minggu ke-1 : Mulainya kumulatip maju


Evapotranspiras

Minggu ke- 52: Mulainya kumulatip mundur


Int. sinaran

Lama suryaan

Praktek Meteorologi Pertanian


.
.

..
..
3
2
1

31
03
02
01
Tanggal Jam

Mi
Mi

jml
jml
.24

Rt2
Rt2

Ma
Ma
Suhu maks Suhu maks

Suhu Suhu

Praktek Meteorologi Pertanian


Suhu min Suhu min

Angin arah Angin arah

Angin 3 knot Angin 3 knot

Angin < 3 knot Angin < 3 knot

Lembap rata2 Lembap rata2


Tabel A2.1. Data Cuaca Harian

Bulan : Tahun : ..
Tabel A2.2. Data Rata-Rata Hari
Lembap min. Lembap min.

Curah hujan Curah hujan

Hari hujan Hari hujan

Int. hujan Int. hujan

Evaporasi Evaporasi
Tanggal : . Bulan : Tahun : ..

Evapotranspiras Evapotranspiras

Int. sinaran Int. sinaran

Lama suryaan Lama suryaan

177
178
..
..
3
2
1
..
..
3
2
1

52
Minggu ke-

31
Tanggal

Suhu maks Suhu maks

Suhu Suhu

Tahun : ..
Suhu min Suhu min

Angin arah Angin arah

Angin 3 knot Angin 3 knot

Angin < 3 knot Angin < 3 knot

Lembap rata2 Lembap rata2


Bulan : Tahun : ..

Lembap min. Lembap min.

Curah hujan Curah hujan

Hari hujan Hari hujan


Tabel A3.1. Data Cuaca Prakiraan Harian

Int. hujan Int. hujan


Tabel A3.2. Data Cuaca Prakiraan Mingguan

Evaporasi Evaporasi

Evapotranspiras Evapotranspiras

Int. sinaran Int. sinaran

Lama suryaan Lama suryaan

Praktek Meteorologi Pertanian


..
..
3
2
1
..
..
3
2
1

12
12
Bulan ke Bulan ke

Indeks ENSO Suhu maks

Indeks SOI Suhu

Tahun : ..
Tahun : ..

Praktek Meteorologi Pertanian


Indeks MONSUN Suhu min

Indeks UAP Angin arah

Awal musim Angin 3 knot

Panjang Musim Angin < 3 knot

C.H. Semusim Lembap rata2

Lembap min.

Curah hujan

Hari hujan
Tabel A3.3. Data Cuaca Prakiraan Bulanan

Tabel A3.4. Data Cuaca Prakiraan Musiman

Int. hujan

Evaporasi

Evapotranspiras

Int. sinaran

Lama suryaan

179
Tabel A4.1. Data Tanaman Kesesuaian Iklim

Kacang hijau
Tipe iklim

Palawija
Kentang

Kedelai
jagung

Tomat

Cabe
Kubis
Padi


A
B
C
..
..
dst

Kriteria:
A = (.., .., dst.); kriteria B = (.., .., dst.); kriteria C = (..,
.., ., dst.)

Tabel A4.2. Data Umur Tanaman Sesuai Iklim


(dalam minggu)
Batas kumulatip

Kacang hijau
Palawija
Kentang

Kedelai
jagung

Tomat

Cabe
Kubis
Padi

k 1
k 2
.
dst
pj
p 2
.
dst

ki = kumulatif maju; pi = kumulatif mundur

Praktek Meteorologi Pertanian


180
Tabel A4.3. Data Kesesuaian Hama dan Penyakit

Batas kumulatip

k 1
k 2
.
dst
pj
p 2
.
dst

Praktek Meteorologi Pertanian


181
B. BAGAN ALUR PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK
1. Pembuatan Data Klimatologi Frekuensi / Probabilitas

DATA

CEK DATA
KOSONG, TAKSIR No
DG UNSUR LAIN

Yes

HITUNG FREKUENSI

PRINT TABEL /
GRAFIK

2. Pembuatan Data Klimatologi Kumulatif (mingguan)

DATA HARIAN

CEK DATA
KOSONG, TAKSIR No
DG UNSUR LAIN

Yes

HITUNG KUMULATIP
MAJU, KUMULATIP
MUNDUR

PRINT TABEL /
GRAFIK

Praktek Meteorologi Pertanian


182
3. Pembuatan Data Cuaca Harian

PENGAMATAN

CEK DATA
KOSONG, TAKSIR No
DG UNSUR LAIN

Yes

DATA LENGKAP

PRINT TABEL /
GRAFIK

4. Pembuatan Data Cuaca Rata-Rata Hari

DATA TIAP
JAM

CEK DATA
KOSONG, TAKSIR No
DG UNSUR LAIN

Yes

DATA RATA2

PRINT TABEL /
GRAFIK

Praktek Meteorologi Pertanian


183
5. Pembuatan Data Cuaca Kumulatif (mingguan)

DATA RATA2 /
KUMULATIP
SEHARI

CEK DATA
KOSONG, TAKSIR No
DG UNSUR LAIN

Yes

HITUNG KUMULATIP

PRINT TABEL /
GRAFIK

6. Pembuatan Prakiraan Cuaca Musiman


If indeks ENSO, dll. (tabel 3.4) = < > then Prakiraan
musim (tabel 3.4) = <>
7. Pembuatan Prakiraan Cuaca Bulanan
If Prakiraan musim (tabel 3.4) = < > then Prakiraan
Bulanan (tabel 3.3) = <>
8. Pembuatan Prakiraan Cuaca Mingguan
If Prak.Bulanan (tabel 3.3) = < > then Prakiraan Mingguan
(tabel 3.2= <>
9. Pembuatan Prakiraan Cuaca Harian
If Prakiraan Mingguan (tabel 3.2) = < > then Prakiraan
Harian (tabel 3.1) = <>
(Catatan : skema 3.1. sampai dengan 3.4. tersebut untuk model
statistik; bila model dinamik dimulai dari satuan waktu kecil,
misalnya: hari).

Praktek Meteorologi Pertanian


184
10. Penentuan Jenis Tanaman (komuditi) Sesuai Iklim
If tipe iklim (tabel 4.1) = < misalnya C >, go to < misalnya
Jagung >

DATA KLIM
tabel 1.1.

DATA PERT.
tabel 4.1.

CEK KESESUAIAN No

Yes

JENIS TANAMAN

Praktek Meteorologi Pertanian


185
11. Penenetuan Pola Tanam (Tumpang Sari)
If kumulatif (tabel 4.2) = < misalnya k atau p >, go toi i

<misalnya jagung >;


If kumulatif (tabel 4.2) = < misalnya k atau p >, go to <
j j

misalnya padi >; where k + k+ . + p + p + . = 52 minggu


i j i j

DATA KLIM
tabel 1.2.

DATA PERT.
tabel 4.2.

CEK KESESUAIAN No

Yes

POLA TANAM

12. Pembuatan Rencana


CUACA
SAMPAI SAAT
SEKARANG

ASSESSMENT
PERT.

PRAKIRAAN CUACA
(UNSUR YANG SESUAI)

CUACA SAAT INI No

Yes

BUAT RENCANA

Praktek Meteorologi Pertanian


186
13. Penentuan Waktu Mulai / Penanggulangan / Alternatif

CUACA SAAT INI

CEK JENIA
TANAMAN

CUACA SAMPAI
SAAT No
SEKARANG

Yes

TETAPKAN:
WAKTU MULAI / UPAYA
PENANGGULANGAN /
ALTERNATIP

Praktek Meteorologi Pertanian


187
BIOGRAFI

Soerjadi Wirjohamidjojo, lahir diCepu tanggal 16


Agustus 1937. Setelah tamat SMA di Madiun tahun
1956, melanjutkan sekolah di Akademi Meteorologi
dan Geofisika. Pada tahun 1958 bekerja di Lembaga
Meteorologi dan Geofisika (sekarang Badan
Meteorologi dan Geofisika). Pada tahun 1965
melanjutkan sekolah di Institut Teknologi Bandung
pada jurusan Geofisika dan Meteorologi. Setelah
tamat tahun 1971, kembali lagi ke Badan Meteorologi dan Geofisika
sampai tahun 1993. Pendidikan lain diperoleh dari latihan-latihan
pendek yang diselenggarakan oleh berbagai badan internasional antara
lain WMO (World Meteorological Organisation). Selama bekerja di
Badan Meteorologi dan Geofisika melaksanakan tugas-tugas sebagai
pengamat, penganalisis, dan peneliti cuaca, serta sebagai pengajar
tentang meteorologi di Balai Pendikdikan dan Latihan Meteorologi dan
Geofisika, Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Kursus
Analisis Dampak Lingkungan di Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia
Universitas Indonesia, dan di berbagai Lembaga Penelitian lain. Selain
itu sejak 1993 sebagai dosen matematika pada Institut Sains dan
Teknologi Al Kamal Jakarta, dan pada tahun 1997 sampai dengan 2002

Praktek Meteorologi Pertanian


188
sebagai Ketua Sekolah Tinggi teknologi YUPPENTEK Tangerang. Kini
masih aktif sebagai peneliti bidang meteorologi.

Praktek Meteorologi Pertanian


189
Yunus Subagyo Swarinoto. Lahir di Blitar, Jawa
Timur, pada tanggal 24 Oktober 1957. Setelah tamat
dari Sekolah Menegah Atas Negeri di Blitar,
melanjutkan studi di Jakarta. Lulus Pendidikan
Pengamat Meteorologi dari Pusat Pendidikan dan
Latihan Meteorologi dan Geofisika Jakarta pada
tahun 1977. Lulus Sarjana Muda Ilmu Publisistik
dari Sekolah Tinggi Publisistik (sekarang IISIP)
Jakarta pada tahun 1984. Lulus Pendidikan Prakirawan Meteorologi dari
Akademi Meteorologi dan Geofisika Jakarta pada tahun 1986. Lulus
Sarjana (S1) dari Universitas Indonesia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Jurusan Fisika Bidang Studi Fisika Atmosfer dan
Meteorologi pada tahun 1996. Lulus Magister (S2) Ilmu Geografi Fisik
dari Program Pascasarjana Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Indonesia Depok tahun 2006. Sejak tahun 1978
bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kantor Pusat Badan
Meteorologi dan Geofisika (BMG) Jakarta pada Sub Bidang Riset
Klimatologi. Tahun 2002 diangkat menjadi Koordinator Sub Bidang
Analisa Klimatologi dan Kualitas Udara. Kemudian pada tahun 2004
diangkat menjadi Kepala Sub Bagian Tata Usaha Pusat Penelitian dan
Pengembangan Badan Meteorologi dan Geofisika. Selanjutnya pada
tahun 2006 diangkat menjadi Kepala Bidang Manajemen Data
Klimatologi dan Kualitas Udara di Pusat SISDATIN Klimatologi dan
Kualitas Udara. Ikut serta dalam Riset Unggulan Terpadu (RUT) V pada
tahun 1998 bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT). Kemudian berpartisipasi dalam RUT VIII pada
tahun 2000 bekerjasama dengan Kementrian Riset dan Teknologi
(KMRT). Berpartisipasi dalam Riset Unggulan Strategis Nasional
(RUSNAS) pada tahun 2001 bekerjasama dengan BPPT. Sejak

Praktek Meteorologi Pertanian


190
November 2004 masuk ke dalam jenjang fungsional peneliti sebagai
Peneliti Madya Bidang Klimatologi. Pengetahuan tambahan dalam
bidang klimatologi didapat dari dinas luar negeri untuk seminar/
training/ workshop dari beberapa negara antara lain: Amerika Serikat
(2001, 2002, 2005), Australia (2006), China (2005), Filipina (1991,
1997, 2006), India (2005), Jepang (1998, 1999, 2000, 2001, 2002,

Praktek Meteorologi Pertanian


191

Anda mungkin juga menyukai