METEOROLOGI PERTANIAN
PRAKTEK
METEOROLOGI PERTANIAN
630.251 5
i
BAB V. PENYAJIAN INFORMASI CUACA PERTANIAN
BAB VI. KEAKURASIAN INFORMASI CUACA PERTANIAN
BAB VII. DAMPAK DAN KEGUNAAN INFORMASI CUACA
PERTANIAN
ii
tepat waktu penyampaiannya, ketelitian informasi juga diperlukan.
Namun demikian dalam hal informasi cuaca, ukuran ketelitian sangat
relatif bergantung kepada kepekaan kegiatan yang memerlukan. Oleh
karena itu untuk menyatakan ukuran ketelitian informasi cuaca
diperlukan kriteria dan batasan, yang lazimnya disebut sebagai batas
toleransi. Uraian dan contoh tentang batas toleransi tersebut dimuat
dalam Bab VI.
Pada dasarnya informasi cuaca dalam pertanian dimaksudkan
untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan efisiensi pertanian.
Namun demikian dalam pertanian sering dihadapi kesulitan dengan
adanya cuaca tertentu yang pada suatu saat diperlukan tetapi cuaca pada
saat itu justru berpotensi mendukung timbulnya sesuatu yang dapat
mengganggu kegiatan pertanian pada saat itu. Dengan kata lain, cuaca
pada saat itu di satu sisi menguntungkan dan di sisi yang lain dapat
merugikan. Beberapa contoh cuaca yang demikian dan contoh
kegunaan cuaca untuk memperoleh peningkatan efisiensi pertanian
diuraikan dalam Bab VII.
Dengan maksud agar dapat mudah difahami oleh para
Pembaca, khususnya masyarakat petani, dalam buku ini digunakan
bahasa dan istilah-istilah dalam bahasa Indonesia yang sederhana
dengan merujuk kepada istilah-istilah meteorologi yang telah
dibakukan. Namun demikian Penulis yakin bahwa Pembaca akan
banyak menemui istilah-istilah meteorologi yang dirasa masih asing.
Oleh karena itu dengan maksud untuk memudahkan para Pembaca
mengenali istilah-istilah yang dipandang masih asing tersebut, dalam
buku ini istilah yang dirasa masih asing dilengkapi dengan istilah
asingnya yang ditulis dalam kurung di belakangnya dengan huruf yang
iii
dicetak miring (Italic). Sebagai kelengkapannya istilah-istilah tersebut
disusun dalam Daftar Istilah yang disajikan sebagai lampiran dalam
buku ini.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih banyak
kekurangannya; oleh karena itu Penulis sangat mengharapkan kritik,
koreksi, dan masukan guna penyempurnaan isi di kemudian hari.
Ucapan terimakasih Penulis sampaikan kepada Ir. Sri Woro B.
Harijono, M.Sc., Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika, yang telah
merestui penulisan buku ini. Ucapan terimakasih juga Penulis
sampaikan kepada Prof. DR. Mezak A. Ratag, Kepala Pusat Penelitian
dan Pengembangan Badan Meteorologi dan Geofisika yang telah
memberikan koreksi, fasilitas, dan lain-lain sehingga penyusunan buku
ini dapat dilakukan dengan tepat waktu.
Selanjutnya tidak lupa penulis menyampaikan penghargaan dan
terimakasih kepada semua pihak, utamanya para staf Pusat Penelitian
dan Pengembangan serta Pusat SISDATIN Klimatologi dan Kualitas
Udara Badan Meteorologi dan Geofisika yang telah memberikan
bantuan data, bahan, dan lain-lain sehingga penyusunan buku ini dapat
terselesaikan sampai penerbitannya.
Penulis
iv
Daftar Gambar
v
Gambar 3.7. Termometer tanah di Banjarbaru (Foto: 2007,
Yunus)
Gambar 3.8. Mata angin
Gambar 3.9. Cup Anemometer di Banjarbaru (Foto: 2007,
Yunus)
Gambar 3.10. Thermohigrograf di Jakarta (Foto: 2007, Yunus)
Gambar 3.11. Evaporimeter Panci Terbuka
Gambar 3.12. Alat penakar hujan Hellmann di Jakarta (Foto:
2007, Yunus)
Gambar 3.13. Tornado
Gambar 3.14. Posisi PPAT paling selatan dan paling utara
Gambar 3.15. Peta angin pasat pada waktu matahari di selatan
(atas), dan pada waktu matahari di utara (bawah)
(Logwood J.G.)
Gambar 3.16. Daerah sumber dan arah gerak siklon tropik
(Neuwolt, 1985)
Gambar 3.17. Foto siklon tropik dari satelit cuaca
Gambar 5.1. Bagan alur pembuatan keputusan dan nilai
ekonomi (Mc.Quigg)
Gambar 5.2. Contoh grafik suhu, banyak awan, tekanan dari
Stasiun Meteorologi Medan
Gambar 5.3. Contoh kecepatan angin sepanjang garis
khatulistiwa dari 90 BT 140 BT
Gambar 5.4. Contoh isoplet keseringan arah dan kecepatan
angin mengikut bulan (Sumber: WMO 100)
Gambar 5.5. Mawar angin (windrose)
vi
Gambar 5.6. Peta isobar permukaan
Gambar 5.7. Contoh klimagram
Gambar 7.1. Bagan analisis penggunaan lahan dalam pertanian
(Lansberg)
Gambar 7.2. Contoh grafik penilaian curah hujan kumulatif
selama bulan Januari 2004 di Cangkuang, Cirebon
(Sumber: Pengolahan data)
vii
Daftar Tabel
ix
Tabel 4.3. Matriks Unsur Cuaca Macam nilai yang
diinformasikan
Tabel 4.4. Matriks Cuaca Satuan waktu informasi
Tabel 4.5. Nilai a, b, dan n/N untuk beberapa tempat
(Oldeman)
Tabel 4.6. Nilai N untuk tempat-tempat di sekitar khatulistiwa
Tabel 4.7. Lama hari siang di beberapa tempat di Indonesia
Tabel 4.8. Nilai Ra untuk beberapa tempat (Oldeman)
Tabel 4.9. Nilai Suhu maksimum dan minimum untuk beberapa
tempat (Oldeman)
Tabel 4.10. Contoh perhitungan nilai kumulatif
Tabel 4.11. Contoh menghitung frekuensi
Tabel 4.12. Nilai banyak awan siang dan malam
Tabel 5.1. Keseringan curah hujan bulan januari di Jakarta
Tabel 5.2. Pasangan unsur pertanian dengan unsur cuaca
Tabel 5.3. Contoh nilai-nilai cuaca sesaat yang perlu
diinformasikan
Tabel 5.4. Contoh nilai-nilai cuaca harian yang perlu
diinformasikan
Tabel 5.5. Contoh nilai-nilai cuaca mingguan yang perlu
diinformasikan
Tabel 5.6. Contoh nilai-nilai cuaca bulanan yang perlu
diinformasikan
Tabel 5.7. Informasi prakiraan cuaca yang diperlukan sesuai
fase kegiatan
x
Tabel 6.1. Batas toleransi keakurasian alat
Tabel 6.2. Batas akurasi beberapa unsur cuaca untuk prakiraan
Tabel 7.1. Cuaca yang menguntungkan dan merugikan bagi tanah
dan tanaman
Tabel 7.2. Cuaca yang merugikan dan yang menguntungkan bagi
tanaman dalam musim hujan dan musim kemarau
Tabel 7.3. Macam dan hubungan kegiatan dalam domain
Tabel 7.4. Contoh keseringan curah hujan (mm) di Sukabumi
xi
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI
Bab 1 PENDAHULUAN
1.1. Bidang Ilmu
1.2. Definisi
1.2.1. Cuaca
1.2.2. Iklim
1.2.3. Musim
1.3. Komponen Meteorologi Pertanian
xiii
Bab 3SISTEM CUACA PERTANIAN
3.1. Cuaca Pertanian
3.2. Pengamatan Cuaca Pertanian
3.3. Stasiun Cuaca Pertanian
3.4. Unsur Cuaca Pertanian
3.4.1. Sinaran surya
3.4.2. Suhu
3.4.3. Angin
3.4.4. Kelembapan
3.4.5. Penguapan dan Penguappeluhan
3.4.6. Hujan
3.4.6.1. Badai Guntur
3.4.6.2. Tornado
3.5. Berbagai Kriteria
3.5.1.Musim Tumbuh
3.5.2.Derajat Hari
3.5.3.Selang Kering, Selang Basah
3.5.4.Beda suhu siang dan malam
3.6. Iklim Lingkungan
3.6.1. Sistem Cuaca Kawasan Tropik
3.6.2. Sistem Cuaca Wilayah Indonesia
3.6.3. Ikhtisar Cuaca Sinoptik di BerbagaiWilayah
xiv
4.2.3.4. Penyediaan Informasi Cuaca
Berlangsung
4.2.3.5. Penyediaan Informasi Cuaca Yang
Akan Datang
4.2.3.6. Penyediaan Informasi Adanya Selang
Kering dan Selang Basah
xv
7.3. Teknik Penggunaan Informasi Meteorologi
7.3.2. Teknik Penggunaan Informasi Cuaca Sedang
Berlangsung
7.3.3. Teknik Penggunaan Informasi Prakiraan
Cuaca
7.4. Modifikasi
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISTILAH
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2. Definisi
Untuk mengawali pembahasan tentang meteorologi pertanian,
kiranya sangat perlu untuk lebih dahulu difahami pengertian tentang
istilah cuaca, iklim, dan musim.
Sampai saat ini masih banyak ketidaksamaan pengertian tentang
cuaca dan iklim, dan banyak orang mencampuradukkannya sehingga
perbedaan arti antara kata istilah cuaca dan iklim menjadi kabur. Yang
demikian itu memang terdapat di mana-mana bahkan dalam lingkup
dunia. W.J. Gibbs, dalam Buletin WMO Volume 36 bulan Oktober 1987
halaman 290-297 mengingatkan akan dampak penggunaan istilah dan
pengertian cuaca dan iklim yang tidak jelas. Gibbs menyarankan agar
sebaiknya menengok kembali definisi yang telah ditetapkan dalam
Konferensi Iklim Dunia (World Climate Conference) tahun 1979.
Kutipan tentang definisi cuaca dan iklim yang ditetapkan dalam
konferensi tersebut seperti berikut :
Weather is associated with the complete state of the
atmosphere at a particular instant in time, and with the
evolution of this state through the generation, growth and decay
of individual disturbances.
Climate is the synthesis of weather events over the whole of
period statistically long enough to establish its statistical
ensemble properties (mean values, variances, probabilities of
extreme events, etc.) and is largely independent of any
instantaneous state.
Praktek Meteorologi Pertanian
5
Selain itu Gibbs juga mengidentifikasi bahwa banyak orang
menggunakan pengertian iklim sebagai cuaca rata-rata. Pengertian
tersebut dinilai tidak sesuai dengan definisi yang ditetapkan dalam
Konferensi Iklim Dunia tahun 1979 tersebut. Untuk menghidari kesalah
pahaman tersebut Gibbs menyarankan pengertian secara teknis bahwa :
1.2.1. Cuaca
udara 1010 milibar (hektopaskal), angin 270 atau dari barat dengan
o
terjadi pada pagi hari dan paling tinggi 30 C terjadi pada siang hari;
o
terjadi pada pagi hari Senin dan paling tinggi 33 C pada hari Jumat siang.
o
1.2.2. Iklim
Dari jenis atau ciri yang dibentuk oleh lingkungan dikenal tipe
iklim, yakni :Iklim Benua (Continental Climate), Iklim Bahari
(Maritime/ Marine Climate), Iklim Monsun (Monsoon Climate), Iklim
Mediteran (Mediterranian Climate), Iklim Tundra (Tundra Climate),
dan Iklim Gunung (Mountain Climate).
1.2.3. Musim
Musim berbeda dengan cuaca dan iklim. Musim adalah selang
waktu dengan cuaca yang paling sering terjadi atau mencolok, misalnya
musim hujan adalah rentang waktu yang banyak terjadi hujan; musim
kemarau rentang waktu yang sedikit hujan, musim dingin rentang waktu
dengan suhu udara selalu rendah, musim panas rentang waktu dengan
suhu udara selalu tinggi.
Di Indonesia yang paling dikenal adalah musim yang didasarkan
atas seringnya atau banyaknya curah hujan, sehingga dikenal musim
hujan dan musim kemarau.
Untuk menandai musim hujan dan musim kemarau tersebut
Badan Meteorologi dan Geofisika menggunakan kriteria banyaknya
curah hujan selama setiap sepuluh hari atau yang disebut dasarian.
Penetapan dasarian dimulai dari tanggal 1 Januari. Dasarian pertama
Jawa:
Pandeglang barat Juni II Sep. III 10 25
Sukabumi selatan Juni III Sep. III 9 27
Indramyu timur April III Nop. II 17 16
Cilacap Mei III Okt. I 15 27
Batang, Kendal Mei III OKtr. III 15 20
Boyolali Mei I Okt. III 17 19
Sumatra
Lampung selatan April III Nop. III 21 17
Bengkulu utara Juni III Agu. III 7 28
Aceh tengah Mei III Okt. I 13 23
Kalimantan :
Kapuas barat Juli I Sept.III 6 27
Banjar tengah Mei I Okt. I 18 22
Balikpapan Juli I Okt. I 9 31
Sulawesi :
Gowa, Maros Mei II Okt. III 16 20
Mamuju Juli II Nop. I 10 22
Manado Juli III Sep. III 6 27
Bali :
Boleleng utara Maret III Des. III 26 10
Karangasem utara Maret II Des. I 26 11
NTB :
Lombok barat Mei II Nop. III 15 14
Sumbawa barat April I Des. I 24 12
Maluku :
Halmaer Juli III Okt. III 12 25
Ambon utara Mei I Nop. III 21 19
Tual Juli I Nop. III 15 23
Papua :
Manokwari Juli I Nop. I 12 18
Jayapura Mei II Nop. III 19 17
Merauke Mei I Des. II 22 14
Kegiatan Pertanian
Tanah
Tanaman Cuaca/iklim
Gambar 2.1. Bagan kaitan timbal balik antara tanaman, tanah, dan cuaca / iklim
Pola tanam bersifat tetap untuk jangka panjang; oleh karena itu
selain didasarkan atas sifat fisis tanah dan lingkungan, lebih banyak
didasarkan atas ciri kecuacaan atau klimatologi wilayah yang
bersangkutan. Bila faktor tanah sudah dimasukkan, selanjutnya untuk
membuat rencana pola tanam perlu dikenali lebih dahulu sifat tanaman
atas tanggapnya kepada cuaca / iklim. Sifat ketanggapan tersebut
ditetapkan sebagai syarat cuaca / iklim yang diperlukan. Kemudian
dilakukan analisis unsur cuaca / iklim untuk mencari pola sebarannya
mengikut waktu. Dalam hal ini analisis sebaran keseringan terjadinya
nilai unsur cuaca di atas atau di bawah persyaratan lebih membantu
dibandingkan analisis nilai rata-rata. Dari hasil analisis tersebut dicari
selang waktu dengan perubahan cuaca yang sesuai dengan persyaratan
cuaca bagi tanaman yang bersangkutan.
2.3.1. Pembibitan
Penyiapan bibit dilakukan di tempat-tempat tertentu yang
cuacanya sesuai yang diperlukan bagi bibit tanaman. Tempat tersebut
ada yang di dalam ruangan dengan kondisi cuaca tiruan yang
disesuaikan dengan yang diperlukan tanaman, misalnya di ruang rumah
hijau (green house), atau di ruang terbuka yang diberi peneduh penahan
sinar matahari, penutup untuk membuat kelembapan tinggi, pelindung
angin, dan lain-lain.
2.3.3. Pemeliharaan
2.3.4. Panen
Kegiatan memanen juga perlu direncanakan dengan memilih
waktu dengan cuaca tertentu yang memungkinkan dilakukannya
pemanenan. Selama menjelang panen, diperlukan data cuaca harian dan
prakiraan cuaca harian mingguan meliputi sinaran matahari, suhu,
2.4. Pascapanen
2.5. Transportasi
Alat ukur cuaca yang sesuai adalah jenis perekam atau otomat.
Namun demikian ada unsur cuaca yang masih perlu dilakukan
pengamatan secara penglihatan, misalnya pengamatan jenis awan.
Gambar 3.4. Alat rekam suryaan matahari jenis Campbel Stokes (Banjarbaru)
(Foto: 2007, Yunus)
3.4.2. Suhu
Gambar 3.6. Perubahan harian suhu dan kelembapan nisbi udara di Jakarta Juli 2007
(Sumber: BMG).
dengan:
Th = suhu pada ketinggian h meter dari permukaan laut, dan Th = suhu
o
3.4.3. Angin
Karena perbedaan suhu dan tekanan antara suatu tempat dan
pada tempat lain, terjadilah gerakan udara yang disebut angin. Selan-
jutnya bila tidak ada penjelasan lainnya, istilah angin digunakan untuk
mengatakan gerak udara dalam arah mendatar.
Angin permukaan adalah angin yang terukur oleh sensor angin
pada ketinggian antara 6 dan 10 meter dari permukaan bumi.
Angin dicirikan dengan arah datangnya dan kecepatannya. Arah
angin dinyatakan dengan derajat. Angin dari utara arahnya dinyatakan
360 derajat; dari timur 90 derajat; dari selatan 180 derajat; dari barat 270
derajat. Arah 0 derajat digunakan untuk angin yang sangat lemah.
Kecepatan angin dinyatakan dalam km/jam, m/detik, atau dalam knot
( 1 knot = 1 mil/jam = 1,8 km/jam ).
V = 0,836 B /2
3
dengan:
V = kecepatan angin dinyatakan dalam m/dt, dan B besarnya skala.
saat itu :
p = pd + e
Udara yang suhunya tinggi mempunyai kemampuan menyimpan
uap air lebih banyak dibandingkan dengan udara yang suhunya lebih
rendah. Oleh karena itu apabila ke dalam udara yang suhu dan
tekanannya tetap dimasukkan uap air sebanyak-banyaknya, pada suatu
saat uap air yang ada dalam udara tidak lagi bertambah karena sebagian
ada yang mengembun kembali menjadi air. Dalam keadaan seperti itu
udara disebut jenuh dengan uap air. Pada saat jenuh tersebut tekanan uap
udara mengandung m gram uap air dan m gram udara kering maka
v d
3.4.6. Hujan
Curah hujan adalah butir-butir air atau kristal es yang keluar dari
awan. Bila curahan dapat mencapai bumi disebut hujan; apabila
setelah keluar dari dasar awan tidak sampai ke bumi karena habis
menguap segera setelah keluar dari awan disebut virga.
Butir air yang dapat keluar dari awan dan mencapai bumi
sekurang-kurangnya bergaris tengah 200 mikrometer; bila kurang dari
200 mikrometer, butir-butir air tersebut sudah habis menguap sebelum
mencapai bumi (1 mikrometer = 0,001 cm).
Parameter yang penting dari hujan bagi pertanian adalah
intensitasnya, banyaknya, dan keseringan terjadinya.
Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan selama waktu
hujan. Bila selama hujan banyaknya curah hujan = r mm dan hujan
berlangsung selama t menit, maka intensitas rata-rata I:
I = r/t (mm/menit)
dengan:
I = intensitas hujan, r banyaknya curah hujan selama waktu hujan, dan
t= selang waktu hujan. Misalkan hujan berlangsung selama 5 menit, dan
banyaknya hujan selama waktu hujan tersebut 15 mm maka intensitas
I =15/5 = 3 mm/menit.
3.4.6.2. Tornado
Tornado atau angin puyuh adalah pusaran turus udara yang
terdapat pada awan Kumulonimbus dan tampak seperti awan corong
(funnel cloud) atau awan juntaian. Panjang diameter pusaran dapat
mencapai beberapa ratus meter. Arah putaran biasanya siklonik (bila di
daerah belahan bumi utara bearah mengiri atau berlawanan arah putaran
jarum jam, dan bila di belahan bumi selatan putarannya menganan atau
searah dengan putaran jarum jam).
Kecepatan angin di sekitarnya dapat mencapai 150 sampai 500
km/jam. Dengan kecepatan yang demikian besar angin puyuh
Panjang musim
Tanaman tumbuh (hari)
Padi 90 150
Tembakau 90 120
Lokasi jam feb mar apr mei jun jul agu sep okt nop des
B.Aceh 090 100 101 097 089 105 115 105 098 089 088 073
Padang 085 087 085 082 076 087 089 085 083 081 079 083
Jakarta 065 071 078 080 083 083 086 091 087 085 082 074
S.baya 088 077 085 081 081 088 096 108 113 110 102 094
Kupang 067 069 080 094 089 088 093 103 109 112 105 082
Pontianak 081 096 083 094 095 101 106 109 101 097 090 088
Kendari 107 126 121 117 109 104 117 143 140 147 123 121
Ambon 075 077 077 073 061 054 057 048 062 068 073 075
Jayapura 067 064 065 066 065 065 068 066 066 061 068 063
Manado 079 082 089 091 095 094 095 100 114 105 094 083
Sumber : diolah dari Almanak BMG 1994.
Di atas laut atau daerah pantai beda suhu siang dan malam hari
lebih kecil dibandingkan dengan di atas daerah daratan. Di atas daerah
ngarai perbedaan suhu pada siang dan malam hari dapat sangat besar.
Beda suhu tersebut dapat dikenali dari tingginya suhu maksimum dan
suhu minimum harian. Selain berkaitan dengan lokasi, beda suhu
maksimum dan minimum berkaitan dengan musim.
Di daerah-daerah tertentu besarnya beda suhu malam dan siang
hari dapat digunakan untuk menandai kadar musim.
Gambar 3.15. Peta angin pasat pada waktu matanari di selatan (atas), dan pada waktu
matahari di utara (bawah). (Logwood J.G.).
Siklon tropik. Sesuai dengan namanya siklon tropik adalah siklon yang
terdapat di kawasan tropik, tetapi sifat-sifatnya berbeda dengan siklon
yang ada di kawasan luartropik. Siklon tropik temasuk cuaca usikan
(disturbance) berskala besar. Imbasnya sampai ratusan kilometer dan
hidupnya dapat berhari-hari. Sumber siklon tropik terdapat di lautan
yang luas di antara garis lintang 6 dan 15 derajat. Siklon tropik dapat
mudah terbentuk apabila suhu permukaan laut lebih dari 29 C dan suhu
udara di atasnya sekitar 32 C. Pada keadaan suhu tersebut penguapan
laut dapat terjadi besar-besaran sehingga udara di atasnya mempunyai
kelembapan tinggi. Bila tempat tersebut terganggu, umumnya oleh angin
timuran khatulistiwa, terjadilah golakan dan putaran karena mendapat
dorongan perputaran bumi.
Gambar 3.16. Daerah sumber dan arah gerak siklon tropik. (Neuwolt, 1985)
Lokasi jan feb mar apr mei jun jul agu sep okt nop des
Daerah Maluku bagian tengah dan utara sampai Papua bagian barat
dan utara. Pada daerah tersebut terdapat banyak pulau kecil dan
menghadap laut Pasifik baratlaut. Daerah Maluku bagian tengah dan
utara serta Papua bagian utara berhadapan dengan lautan Pasifik barat.
Daerah tersebut hampir sepanjang tahun ditempati massa udara
yang dibawa oleh pasat dari tekanan tinggi subtropik Pasifik baratdaya
dan pasat dari tekanan tinggi subtropik Pasifik tenggara.
Pada waktu musim dingin utara bertiup angin barat yang
berasal dari pasat timurlaut yang berbelok ke timur, dan pasat tenggara
yang berbelok ke timur. PPAT tidak jelas karena adanya barisan
Pengkuran
Unsur Seketika Perlahan Seketika Perlahan
nilai
sesaat;
Sinaran kumulatif
matahari --- X X X
sehari
Hujan kumulatif X X X X
Dari matriks dalam Tabel 4.1. dan Tabel 4.2. diperoleh macam
nilai unsur cuaca yang perlu diinformasikan, seperti yang tercantum
dalam Tabel 4.3.dan Tabel 4.4.
Beng kulu
Padang
Medan
Banda
Jambi
Bulan
Aceh
Jan 11j 49' 11j 56' 12j 13' 12j 11' 12j 20'
Feb 11j 56' 11j 59' 12j 10' 12j 08' 12j 16'
Mar 12j 04' 12j 05' 12j 08' 12j 07' 12j 08'
Apr 12j 13' 12j 11' 12j 05' 12j 06' 12j 03'
Mei 12j 21' 12j 16' 12j 03' 12j 05' 11j 57'
Jun 12j 26' 12j 20' 12j 02' 12j 05' 11j 55'
Jul 12j 26' 12j 19' 12j 02' 12j 04' 11j 54'
Agu 12j 24' 12j 15' 12j 03' 12j 05' 11j 58'
Sep 12j 10' 12j 09' 12j 06' 12j 05' 12j 04'
Okt 12j 02' 12j 04' 12j 08' 12j 07' 12j 10'
Nop 11j 54' 11j 59' 12j 10' 12j 09' 12j 17'
Des 11j 49' 11j 56' 12j 13' 12j 10' 12j 20'
sederhana:
Xr = (Xi )/n
Si = Si-1 + Pi - Ei
dengan:
Si = kadar air tanah pada hari ke-i; Si-1 = kadar air tanah pada satu hari
sebelum hari ke-i; Pi = curah hujan selama hari ke-i; dan Ei = banyaknya
pengupan pada selama hari ke-i.
even cuaca
pemilihan pengambilan
aternatip keputusan
nilai ekonomi
Gambar 5.2. Contoh grafik suhu, banyak awan, tekanan dari Stasiun Met. Medan.
b. Diagram Spasial
Penyajian diagram spasial dilakukan dengan merajah nilai unsur
yang pada diagram yang absisnya memuat skala jarak, dalam satu, dua
atau tiga dimensi. Diagramnya menyatakan nilai unsur sebagai fungsi
jarak, F = F(x) untuk satu dimensi; F = F(x,y) untuk dua dimensi, dan F =
F(x,y,z) untuk tiga dimensi.
Gambar 5.3. Contoh kecepatan angin sepanjang garis khatulistiwa dari 90 BT 140
BT
c. Diagram Isoplet
Diagram isoplet menggambarkan fungsi dua peubah. Bila ada
nilai yang berkaitan dengan dua peubah atau unsur cuaca, nilai tersebut
dirajah dalam bentuk diagram kisi-kisi yang ke satu arah dengan skala
salah satu peubah atau unsur dan ke arah lain dengan skala peubah atau
unsur satunya. Kemudian dibuat garis-garis isoplet yakni garis yang
menghubungkan nilai-nilai sama. Dengan isoplet tersebut dikenali
daerah-daerah paling tingg dan paling rendah. Biasanya nilai yang
dirajah adalah nilai keseringan (frekuensi), misalnya keseringan
pasangan (x,y).
Gambar 5.4. Contoh isoplet keseringan arah dan kecepatan angin mengikut bulan
(Sumber: WMO 100).
b. Peta Tematik
Dengan lebih dahulu mengenali sifat ketanggapan kegiatan atau
tanaman kepada cuaca, diagram atau peta tematik secara sederhana
dapat dibuat. Misalkan untuk memulai menanam jagung diperlukan
syarat curah kumulatif mulai 1 Agustus sampai pada tanggal 1
September harus paling sedikit 80 mm, dan suhu rata-rata antara 24
dan 28 C, maka diagram tematik untuk jagung dapat dibuat dengan
O
5.1.4. Klimagram
Analisis klimagram dilakukan untuk data dari satu stasiun. Data
klimagram menunjukkan perkembangan pasangan dua unsur atau lebih.
Umumnya hanya diambil dua atau tiga unsur saja, karena makin banyak
unsur yang diambil makin sulit penggambarannya. Pasangan unsur
tersebut dipilih sesuaikan dengan syarat kegiatan atau batas operasional.
Misalnya :
Tabel 5.2. Pasangan unsur pertanian dengan unsur cuaca
Unsur pertanian Unsur cuaca klimagram
Kelembapan tanah, Hujan, penguappeluhanan
Irigasi Hujan, penguapan,
Pertumbuhan tanaman Radiasi, hujan,
Penyakit Suhu, kelembapan, angin
penguapan
5
4
3
2
1
hujan
Sesaat - - - -
Rata2 - - - - - - - - - - -
Rata2 maks. - - - - - - - - - - -
Rata2 min. - - - - - - - - - - -
Maks. mutlak - - - - - - - - - - -
Min. mutlak - - - - - - - - - - -
Kumulatif dari
- - - - - - - -
waktu lalu
Paling banyak - - - - - - - - - - -
Kisaran - - - - - - - - - -
Lebih dari - - - - - - - - - - -
Kurang dari - - - - - - - - - - -
Misalnya,
Cuaca pada pukul 1200 WIB : Langit cerah. Suhu 28 C; tekanan
1012,6 hPa; angin 300 dengan kecepatan 10 knot; Kelembapan
nisbi 80%. Tidak ada hujan selama satu jam terakhir. Penguapan
selama satu jam terakhir 0,5 mm. Intensitas sinaran 20 watt/m2.
Lama penyinaran sampai pukul 12 sebanyak 40 %. Lain-lain :
awan Cu 5/8.
W R S
Nilai T P H E
I
aW kW JR HR IR LS
S
Sesaat - - - - - - - - - - -
Rata2 - - - - - - -
Rata2 maks. - - - - - - - - - - -
Rata2 min. - - - - - - - - - - -
Maks. mutlak - - - - - - - - -
Min. mutlak - - - - - - - - - -
Kumulatif dari
waktu lalu - - - - - - -
Paling banyak - - - - - - - - - -
Kisaran - - - - - - - - -
Keseringan
lebih dari - - - - - - - - - -
Keseringan
kurang dari - - - - - - - - - -
Misalnya,
Cuaca hari ini, tgl 17-8-2004: Rata-rata suhu 28 C, dengan
maksimum (mutlak) 32 C dan minimum (mutlak) 22 C.
O
Tekanan berkisar antara 1005,7 hPa dan 1013,1 hPa dengan rata-
rata 1010,2 hPa.
Arah angin terbanyak 310, kecepatannya paling tinggi 25
dengan 8 kali (80 %) lebih dari 8 knot. Kelembapan nisbi berkisar
W R S
Nilai T P H E
I
aW kW JR HR IR S LS
Sesaat - - - - - - - - - - -
Rata2 - - - -
Rata2 maks. - - - - - - - - - -
Rata2 min. - - - - - - - - - -
Maks. mutlak - - - - - - - - -
Min. mutlak - - - - - - - - - -
Kumula tif
dari waktu - - - - - - - -
Paling banyak - - - - - - - - - -
Kisaran - - - - - - -
Keseringan
lebih dari - - - - - - - -
Keseringan
kurang dari - - - - - - - - -
Misalnya,
Cuaca minggu pertama bulan Agustus 2004:
Rata-rata suhu 28 C setiap hari, dengan rata-rata maksimum 32
O
Sesaat - - - - - - - - - - -
Rata2 - - - -
Rata2 maks. - - - - - - - - - -
Rata2 min. - - - - - - - - - -
Maks. mutlak - - - - - - - - -
Min. mutlak - - - - - - - - - -
Paling banyak - - - - - - - - - -
Kisaran - - - - - - -
Keseringan
lebih dari - - - - - - - -
Keseringan
- - - - - - - - -
kurang dari
knot, dengan keseringan 200 kali (56%) lebih tinggi dari 10 knot
dan 110 kali (30%) lebih kecil dari 5 knot.
Kelembapan nisbi rata-rata 60 %, dan berkisar antara 40 dan
80%.
Hujan terjadi pada minggu pertama dan ketiga dengan jumlah
curah hujan 60 mm, dan 8 hari hujan, rata-rata intensitas
10 mm/menit dengan paling sering (12 kali) lebih dari 8
mm/menit.
Penguapan sebanyak 100 mm, dengan rata-rata 4 mm/hari.
Sinaran surya rata-rata 300 watt/m2/hari dengan berkisar antara
260 310 watt/m2/hari; laman suryaan rata-rata 6 jam/hari (60%)
dan berkisar antara 4 8 jam/hari (40 80%).
Lain-lain : rata-rata awan 3/8 setiap hari dengan paling banyak
awan Cu.
Catatan :
Dalam informasi lebih dari dan kurang dari, nilai-nilai
batasnya disesuaikan dengan batas-batas keperluan, atau nilai
signifikan, misalnya batas layu, batas kering, dll.
(b) Angin
Kesalahan pengukuran:
(c) Awan
Kesalahan pengukuran :
Banyaknya awan + 1/8 (1 okta);
Ketinggian dasar awan + 15 m untuk ketinggian sampai 150 m;
+ 10% untuk ketinggian dari 150 m sampai 300 m; + 20%
untuk ketinggian lebih tinggi dari 300 m.
Masukan untuk
Operasional Luaran
dasar
ekonomi
Hambat
an luar
Tanah Tanaman
Unsur
cuaca/
iklim Yang Yang Yang Yang
menguntungkan merugikan menguntungkan merugikan
(1) (2) (3) (4)
Bila informasi cuaca < xxxx > (domain cuaca), sedangkan syarat
dan kondisi pertanian seperti < yyyy > (domain antara) maka
sesuai dengan informasi cuaca yang ada <pppp > keputusan yang
diambil adalah < zzzz > (domain pertanian).
Keseringan 80% > = 200 250 175 164 142 90 87 48 40 100 125 180
Batas atas 220 274 183 169 157 101 100 58 48 118 160 189
Gambar 7.2. Contoh grafik penilaian curah hujan kumulatif selama bulan Januari
2004 di Cangkuang, Cirebon. (Sumber: Pengolahan data)
7.4. Modifikasi
Adanya unsur cuaca / iklim atau intensitas unsur cuaca / iklim
tidak selalu sesuai dengan yang diperlukan tanaman. Namun demikian
kita dapat membuat sesuai meskipun hanya dalam skala terbatas.
Misalnya :
menggunakan rumah kaca atau rumah hijau yang dapat diatur masuk /
keluarnya sinaran, suhu, kelembapan, disesuaikan dengan yang
diperlukan oleh tanaman di dalamnya. Banyak cara lain yang bisa
dilakukan agar dapat mengatur sinaran matahari, suhu, dan
kelembapan.
membuat penahan angin atau penahan sinaran matahari dengan
pohon penghalang atau tanaman-tanaman yang menjalar;
membuat atap atau penutup untuk menjaga udara agar tetap lembap.
Int. hujan
Hari hujan
Curah hujan
Lembap min.
Lembap rata2
Tabel A1.1. Data Klimatologi
CUACA PERTANIAN
Suhu min
Suhu
Suhu maks
Jml
Rt2
Bulan
SD
12
1
.
176
.
.
..
..
3
2
1
Probabilitas
52
Minggu ke
jml
0,1
0,7
0,8
0,9
Angin arah Suhu maks
Hari hujan
Tabel A1.2. Data Frekuensi / Probabilitas
Int. hujan
Evaporasi
Lama suryaan
..
..
3
2
1
31
03
02
01
Tanggal Jam
Mi
Mi
jml
jml
.24
Rt2
Rt2
Ma
Ma
Suhu maks Suhu maks
Suhu Suhu
Bulan : Tahun : ..
Tabel A2.2. Data Rata-Rata Hari
Lembap min. Lembap min.
Evaporasi Evaporasi
Tanggal : . Bulan : Tahun : ..
Evapotranspiras Evapotranspiras
177
178
..
..
3
2
1
..
..
3
2
1
52
Minggu ke-
31
Tanggal
Suhu Suhu
Tahun : ..
Suhu min Suhu min
Evaporasi Evaporasi
Evapotranspiras Evapotranspiras
12
12
Bulan ke Bulan ke
Tahun : ..
Tahun : ..
Lembap min.
Curah hujan
Hari hujan
Tabel A3.3. Data Cuaca Prakiraan Bulanan
Int. hujan
Evaporasi
Evapotranspiras
Int. sinaran
Lama suryaan
179
Tabel A4.1. Data Tanaman Kesesuaian Iklim
Kacang hijau
Tipe iklim
Palawija
Kentang
Kedelai
jagung
Tomat
Cabe
Kubis
Padi
A
B
C
..
..
dst
Kriteria:
A = (.., .., dst.); kriteria B = (.., .., dst.); kriteria C = (..,
.., ., dst.)
Kacang hijau
Palawija
Kentang
Kedelai
jagung
Tomat
Cabe
Kubis
Padi
k 1
k 2
.
dst
pj
p 2
.
dst
Batas kumulatip
k 1
k 2
.
dst
pj
p 2
.
dst
DATA
CEK DATA
KOSONG, TAKSIR No
DG UNSUR LAIN
Yes
HITUNG FREKUENSI
PRINT TABEL /
GRAFIK
DATA HARIAN
CEK DATA
KOSONG, TAKSIR No
DG UNSUR LAIN
Yes
HITUNG KUMULATIP
MAJU, KUMULATIP
MUNDUR
PRINT TABEL /
GRAFIK
PENGAMATAN
CEK DATA
KOSONG, TAKSIR No
DG UNSUR LAIN
Yes
DATA LENGKAP
PRINT TABEL /
GRAFIK
DATA TIAP
JAM
CEK DATA
KOSONG, TAKSIR No
DG UNSUR LAIN
Yes
DATA RATA2
PRINT TABEL /
GRAFIK
DATA RATA2 /
KUMULATIP
SEHARI
CEK DATA
KOSONG, TAKSIR No
DG UNSUR LAIN
Yes
HITUNG KUMULATIP
PRINT TABEL /
GRAFIK
DATA KLIM
tabel 1.1.
DATA PERT.
tabel 4.1.
CEK KESESUAIAN No
Yes
JENIS TANAMAN
DATA KLIM
tabel 1.2.
DATA PERT.
tabel 4.2.
CEK KESESUAIAN No
Yes
POLA TANAM
ASSESSMENT
PERT.
PRAKIRAAN CUACA
(UNSUR YANG SESUAI)
Yes
BUAT RENCANA
CEK JENIA
TANAMAN
CUACA SAMPAI
SAAT No
SEKARANG
Yes
TETAPKAN:
WAKTU MULAI / UPAYA
PENANGGULANGAN /
ALTERNATIP