Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari pada dasarnya kita tidak dapat melepaskan diri
dari masalah radioaktivitas. Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang
tidak stabil untuk memancarkan radiasi dan berubah menjadi inti yang stabil.
Proses perubahan ini disebut peluruhan dan inti atom yang tidak stabil disebut
radioaktivitas. Materi yang mengandung radionuklida disebut zat radioaktif..
Penemuan radioaktivitas merupakan sebuah ketidaksengajaan. Antoine Henri
Becquerel yang merupakan professor fisika di Museum Sains Paris berpikir, untuk
memastikan hal ini. Becquerel segera dapat melakukan penelitian menggunakan
materi pendar yang dikumpulkan oleh ayahnya.
Ketika Henri Becquerel mempelajari hal itu pada awal tahun 1896, ia
mempersoalkan apakah proses baliknya dapat terjadi yaitu dengan intensitas
tinggi, cahayanya menstimulasi bahan fluoresen untuk menghasilkan sinar-X, la
meletakkan garam uranium pada pelat fotografik yang ditu tupi kertas hitam,
kemudian sistem ini disinari cahaya matahari. la mendapatkan bahwa pelat
fotografi itu seperti berkabut sesudah dicuci. Akan tetapi, dia tetap bertanya-tanya
apakah hitamnya film hanya diakibatkan oleh radiasi yang diemisikan oleh garam
uranium akibat disinari oleh sinar matahari, atau apakah hitamnya film disebabkan
oleh sinar matahari.
Pada tanggal 26 Februari 1896, Becquerel menyiapkan lagi plat foto dan
garam uranium, tetapi karena saat itu matahari tidak bersinar, akhirnya disimpan
di dalam laci. Pada tanggal 1 Maret 1896, matahari tetap belum tampak, namun
plat foto tetap dicuci dengan harapan ada pengaruh radiasi yang lemah terhadap
plat film. Di luar dugaannya, ternyata pengaruh radiasi terhadap plat foto sangat
kuat. Hal ini berarti bahwa radiasi yang berpengaruh hanya berasal dari garam
uranium. Jadi Becquerel telah menemukan suatu gejala baru, dan gejala itu oleh
Madame Curie disebut radioaktivitas atau peluruhan (decay).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik radiasi beberapa zat radioaktif?
2. Bagaimana perbandingan daya tembus sinar beta dan gamma?
3. Bagaimana kemampuan berbagai bahan dalam menyerap radiasi?
4. Bagaimana hubungan antara jarak sumber radioaktif dengan aktivitas sumber?

C. Tujuan Eksperimen
Mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menyelidiki karakteristik radiasi beberapa zat radioaktif.
2. Menyelidiki dan membandingkan daya tembus sinar beta dan gamma.
3. Menyelidiki kemampuan berbagai material (bahan) dalam menyerao radiasi.
4. Menyelidiki hubungan antara jarak sumber radioaktif dengan aktivitas sumber.

D. Manfaat Eksperimen
Berdasarkan tujuan eskperimen di atas, maka manfaat praktikum aktivitas zat
radioaktif adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Mahasiswa mampu memahami bagaimana karakteristik radiasi beberapa zat
radiaktif.
b. Mahasiswa mampu mengetahui perbandingan daya tembus radiasi sinar beta
dan gamma.
c. Mahasiswa mampu mengetahui kemampuan berbagai bahan dalam
menyerap radiasi.
d. Mahasiswa mampu mengetahui hubungan jarak sumber radioaktif dengan
aktivitas sumber radiasi.
2. Secara Praktis
Ditinjau secara praktis, dengan adanya eksperimen ini kita dapat mengetahui
karakteristik radiasi yang ada di alam. Salah satu contoh penerapan radiasi benda
hitam dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada penggunaan pakaian. Dimana, pada
siang hari kita akan merasa lebih nyaman memakai baju berwarna putih daripada
baju berwarna hitam karena permukaan yang gelap merupakan penyerap dan
pemanar kalor yang baik dan permukaan putih merupakan penyerap dan pemancar
kalor yang buruk. Selain itu, radiaoaktif juga berperan dalam pengawetan
makanan. Dalam bidang pertanian, radiasi gamma digunakan untuk memperoleh
bibit yang unggul. Pada bidang kesehatan, sumber radioaktif banyak digunakan
pada kegiatan radiodiagnostik dan terapi penyakit kanker.
BAB II
LANDASAN TEORI

Dalam kehidupan sehari-hari pada dasarnya kita tidak dapat melepaskan


diri dari masalah radioaktivitas. Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang
tidak stabil untuk memancarkan radiasi dan berubah menjadi inti yang stabil.
Proses perubahan ini disebut peluruhan dan inti atom yang tidak stabil disebut
radioaktivitas. Materi yang mengandung radionuklida disebut zat radioaktif.
Penemuan radioaktivitas merupakan sebuah ketidaksengajaan. Bermula pada
tahun 1895 ketika Rontgen melakukan percobaan menggunakan tabung sinar
katoda yang dibungkus kertas hitam. Rontgen membungkus tabung dengan kertas
hitam agar tidak terjadi kebocoran fotoluminesensi dari dalam tabung keluar. Pada
saat membangkitkan sinar katoda, ia mengamati sesuatu yang diluar dugaan.
Fotoluminensi yang ada di atas meja mulai berpendar di dalam kegelapan.
Walaupun dijauhkan dari tabung pelat tersebut tetap berpendar. Dijauhkan pada
jarak 1 m dari tabung, pelat masih tetap berpendar. Rontgen berpikir pasti terdapat
sejenis radiasi baru yang belum diketahui terjadi di dalam tabung sinar katoda dan
membuat pelat fotoluminesensi berpendar. Rontgen menambahkan radiasi
tersebut sinar-X yang artinya radiasi yang belum diketahui. Rontgen
menyimpulkan, sinar-X dengan sifat bukan cahaya tampak, dapat menembus
bahan dan membuat foto film menjadi hitam. Rontgen mencatat pengamatan
pertamanya pada 8 November 1895 dan pada akhir bulan Desember 1896
diaplikasikan untuk mendiagnosis patah tulang tangan (Taufiq, 2010: 1-2).
Radioaktivitas terbagi atas dua yaitu radioaktivitas alam dan radioaktivitas
buatan. Radioaktivitas alam ditunjukkan oleh elemen-elemen yang ditemukan di
dalam alam. Radioaktivitas alam selalu ditemukan dalam elemen-elemen berat
dalam tabel periodic. Sedangkan radioaktivitas buatan ditunjuukan menggunakan
teknik modern maka transmutasi buatan dari elemen dapat dilakukan dan
menghasilkan radioaktivitas pada elemen-elemen yang lebih ringan dari pada
elemen-elemen radioaktivitas alam. Radiasi radioaktif memiliki sifat-sifat umum
dinatranya yaitu radiasi mempunyai daya tembus yang tinggi, radiasi
mempengaruhi pelat-pelat fotografi, menyebabkan sintilasi pada layar-layar yang
floresen, menimbulkan panas dan menghasilkan perubahan-perubahan kimia. Bila
radiasi dipancarkankan habis maka terbentuklah elemen-elemen baru yang
biasanya juga bersifat radioaktif. Dimana pemancaran dari radiasi-radiasi adalah
spontan (Muljono, 2003: 60).
Menurut Strathern (2001: 35-36) Henri Becquerel melanjutkan bidang
elektrokimia, kemudian meneliti flouresensi dan fosforesensi. Fluoresensi dan
fosforesensi adalah fenomena yang terjadi ketika suatu benda menyerap sebuah
gelombang panjang cahaya dan memancarkannya kembali. Ketika Becquerel
mendengar penemuan sinar-X Rontgen, ia ingat eksperimen ayahnya tentang
fluoresensi. Pada awal tahun 1896, Becquerel mulai meneliti garam potasium
uranil sulfat. Dari penelitian sebelumnya, ia tahu bahwa zat itu mampu
menghasilkan fluoresensi yang tinggi. Maka, ia menempatkan kristal garam ini
pada plat foto yang telah dibungkus kertas hitam kemudian ia meletakkan garam
tersebut di bawah sinar matahari. Becquerel menyadari bahwa sinar matahari akan
menimbulkan flouresiensi. Jika flouresiensi yang dihasilkan mengandung sinar-X,
Maka sinar itu akan menembus kertas hitam dan melekat pada plat fotonya.
Ketika Becquerel membuka plat foto itu dan mencucinya, becquerel menemukan
kabut putih yang menyebar di sekitar kristal tersebut. Melihat kejadian itu, hanya
ada satu kesimpulan yang dapat ditarik. Flouresensi menghasilkan sinar-X.
Dua tahun setelah itu, Marie Curie meneliti radiasi uranium dengan
menggunakan alat yang dibuat oleh Pierre Curie yaitu pengukur listrik piezo
(lempengan kristal yang biasanya digunakan untuk pengukuran arus listrik
lemah), dan Marie Curie berhasil membuktikan bahwa kekuatan radiasi uranium
sebanding dengan jumlah kadar uranium yang dikandung dalam campuran
senyawa uranium. Disamping itu, peristiwa peluruhan tersebut tidak dipengaruhi
oleh suhu atau tekanan dan radiasi uranium dipancarkan secara spontan dan terus-
menerus tanpa bisa dikendalikan. Marie curie juga meneliti campuran senyawa
lain, dan menemukan bahwa campuran senyawa thorium juga memancarkan
radiasi yang sama dengan campuran senyawa uranium, dan sifat pemancaran
radiasi seperti ini diberi nama radioaktivitas (Santiani, 2011: 21-22).
Rutherford dan rekan sekerjanya berhasil membedakan tiga jenis radiasi
yang dipancarkan oleh radionuklida, yakni zarah alfa, beta, dan gamma yang
akhirnya dikenal sebagai inti 42He , elektron dan foton. Energi gamma lebih besar
daripada energi zarah beta dan alfa. Radiasi yang energinya terkecil adalah zarah
alfa. Sebagai ilustrasi pada gambar 2.1 disajikan gerakan zarah alfa, beta dan
gamma dalam pengaruh medan magnet homogen B. Tampak bahwa sinar alfa dan
beta dibelokkan dalam pengaruh medan magnet B. Hal ini disebabkan sinar alfa
dan beta adalah zarah bermuatan positif dan negatif. Sedangkan sinar gamma
tidak dibelokkan dalam medan magnet, karena sinar gamma merupakan radiasi
elektromagnetik yang tidak bermuatan. Zarah alfa yang dipancarkan oleh bahan
radioaktif dapat dihentikan oleh sehelai papan tipis. Zarah beta mampu menembus
papan tipis namun dapat dihentikan oleh pelat aluminium. Sinar gamma dapat
menembus papan, pelat aluminium, maupun keping timbal yang tebal. Terdapat
lima jenis peluruhan radioaktif yakni: peluruhan gamma, peluruhan alfa,
peluruhan beta, penangkapan elektron, dan pemancaran positron (Wiyatmo, 2006:
62-64).

Pada

eksperimen ini digunakan dua buah radiasi yaitu radiasi beta dan radiasi gamma.
Gambar 2.1. Lintasan Sinar Alfa, Beta, dan Gamma dalam
Radiasi beta adalah jenis peluruhan radioaktif
Medan Megnet dimana
B partikel beta (elektron atau
positron) dipancarkan. Radiasi beta-minus ( β−¿¿ ) terdiri dari sebuah elektron yang
penuh energi. radiasi ini kurang terionisasi daripada alfa, tetapi lebih daripada
sinar gamma. Radiasi ini terjadi ketika peluruhan neutron menjadi proton dalam
nukleus, melepaskan partikel beta dan sebuah antineutrino. Radiasi beta plus (β+)
adalah emisi positron. Jadi, tidak seperti β⁻, peluruhan β+ tidak dapat terjadi
dalam isolasi, karena memerlukan energi, massa neutron lebih besar daripada
massa proton. Sedangkan radiasi gamma atau sinar gamma adalah sebuah bentuk
berenergi dari radiasi elektromagnetik yang diproduksi oleh radioaktivitas atau
proses nuklir atau subatomik lainnya seperti penghancuran elektron-positron.
Radiasi gamma terdiri dari foton dengan frekuensi lebih besar dari 1019 Hz.
Radiasi gamma bukan elektron atau neutron sehingga tidak dapat dihentikan
hanya dengan kertas atau udara, penyerapan sinar gamma lebih efektif pada
materi dengan nomor atom dan kepadatan yang tinggi. Bila sinar gamma bergerak
melewati sebuah materi maka penyerapan radiasi gamma proporsional sesuai
dengan ketebalan permukaan materi tersebut (Damayanti, 2018: 16).
Menurut Azam, dkk (2007: 73) ada sejumlah peralatan yang dapat
digunakan untuk mendeteksi efek-efek pada partikel dan foton (sinar gamma)
yang dipancarkan ketika inti radioaktif meluruh. Untuk mengamati radioaktivitas
diperlukan suatu peralatan yaitu detektor. Alat ini dapat berinteraksi cukup efisien
dengan sinar radioaktif. Salah satu dari peralatan tersebut adalah detektor isian gas
yaitu detektor Geiger-Muller. Detektor atau pencacah untuk mendeteksi radiasi α ,
β , dan γ . Detektor ini diciptakan oleh Geiger-Muller, peneliti dari Jerman Barat
pada tahun 1928. Detektor GM berbeda dengan detektor proporsional dalam
beberapa hal. Proses penggandaan ionisasi (avalanche) tidak hanya terjadi di
dekat anoda saja melainkan hampir di seluruh ruangan. Selain itu avalanche juga
disebabkan oleh efek fotolistrik akibat eksitasi atom-atom molekul isian gas.
Dengan demikian penggandaan ionisasi cepat menjalar ke seluruh isi tabung
detektor dan berkelanjutan. Dengan demikian tinggi pulsa tidak lagi bergantung
pada tenaga radiasi partikel pengion, sehingga cocok untuk pencacahan radiasi
partikel beta ( β ).
Alat pencacah Geiger Muller bekerja berdasarkan prinsip ionisasi gas.
Tabung Geiger Muller terbuat dari bahan gelas atau kaca yang diisi dengan gas
dan dua elektroda. Salah satu elektroda berbentuk silinder logam dan yang lain
berbentuk kawat tipis yang dipasang berhimpit dengan sumbu utama silinder
(kawat sentral). Tabung ini kemudian diisi dengan sejumlah gas yang dapat
terionisasi dengan baik. Pada kedua elektroda tersebut kemudian diterapkan
potensial listrik DC. Potensial listrik ini diatur secukupnya sampai terjadi
runtuhan elektron sekunder pada kawat sentral yang akan menyebar sepanjang
kawat tersebut. Penyebab runtuhan ini adalah elektron atomik-dalam yang
tereksitasi dalam tumbukan sehingga menghasilkan foton dalam daerah ultra-ungu
yang dipancarkan saat elektron ini kembali ke tingkat energi semula. Foton yang
terlepas ini cukup mempunyai energi untuk mengionisasi atom-atom gas yang ada
disekitarnya. Ionisasi akan berhenti sejenak ketika ion positif yang bergerak lebih
lambat dari elektron semakin menumpuk sehingga menurunkan kuat medan listrik
dalam tabung. Setiap ionisasi pengion yang datang akan menghasilkan satu pulsa.
Pulsa-pulsa yang dihasilkan akan merniliki puncak yang sama tidak tergantung
energi radiasi dari pengion (Setiawan, 2008: 2).
Menurut Nogoro (2019: 92-93) Inverser Square Law atau disebut juga
hukum kuadrat terbalik dalam fisika, hukum kuadrat terbalik adalah setiap hukum
fisika yang menyatakan bahwa kuantitas atau intensitas fisik tertentu berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak dari sumber kuantitas fisik tersebut. Pada tahun
1879 seorang ahli fisika dari Austria, Josef Stefan melakukan eksperimen untuk
mengetahui karakter universal dari radiasi benda hitam. Beliau menemukan
bahwa daya total per satuan luas yang dipancarkan pada semua frekuensi oleh
suatu benda hitam panas (intensitas total) adalah sebanding dengan pangkat empat
dari suhu mutlaknya.
Menurut Tim Penyusun (2021: 4-5) salah satu hukum alam yang paling
umum adalah hukum kebalikan kuadrat. Seorang saintis menyatakan bahwa
hukum kebalikan kuadrat merupakan karakteristik dari apa saja yang berasal dari
sumber tiitk dan bergerak luru secara kontinu. Cahaya dan bunyi berperilaku
menurut hukum kebalikan kuadrat ketika keduanya keluar dari sebuah sumber
titik. Intensitas cahaya dan bunyi menjadi seperempat kali lebih kecil bila kita
bergerak sejauh 2 kali sumber. Inilah sebabnya mengapa relasi tersebut dikenal
dengan hukum kebalikan kuadrat.
BAB III
METODE EKSPERIMEN

A. Hari / Waktu
Hari / Tanggal : Sabtu / 20 November 2021
Waktu : 08.00 – 11.50 WITA
B. Alat dan Bahan
1. Dudukan Sampel (10 posisi) (1 buah)
2. Kabel untuk G.M. (BNC/BNC Connectors) (1 buah)
3. Tabung Geiger Muller (1 buah)
4. Set Penghalang Aluminium (1 buah)
5. Set Penghalang Timbal (1 buah)
6. Ratemeter ST360 (1 buah)
7. Sumber Radioaktif Beta (1 buah)
8. Sumber Radioaktif Gamma (1 buah)
9. Mikrometer Sekrup (1 buah)
10.PC dengan aplikasi ST360 (1 buah)
11.Penahan Sampel (1 buah)
12.Penggaris (1 buah)

C. Identifikasi Variabel
Kegiatan 1. Mengenal Zat Radioaktif
1. Variabel Kontrol : Tegangan (V) dan jarak sumber radiasi (cm)
2. Variabel Manipulasi : Sumber radiasi beta dan gamma
3. Variabel Respon : Aktivitas zat radioaktif (cps)
Kegiatan 2. Mengukur Daya Tembus Sinar β dan γ
1. Variabel Kontrol : Jenis penghalang (cm), sumber radiasi beta
dan gamma, tegangan (V), serta jarak sumber
radiasi (cm)
2. Variabel Manipulasi : Ketebalan bahan penghalang (mm)
3. Variabel Respon : Aktivitas zat radioaktif (cps)
Kegiatan 3. Hukum Kebalikan Kuadrat
1. Variabel Kontrol : Sumber radiasi beta dan gamma,
serta
tegangan (V)
2. Variabel Manipulasi : Jarak sumber radiasi (cm)
3. Variabel Respon : Aktivitas zat radioaktif (CPS)

D. Definisi Operasional Variabel


a. Jenis Sumber Radiasi merupakan zat radioaktif berbentuk padat yang
terbungkus secara permanen dalam kepingan yang terikat kuat. Sumber radiasi
yang digunakan dalam eksperimen ini yaitu sumber radiasi beta dan gamma.
b. Jarak Sumber Radiasi merupakan letak sumber radiasi dari tabung G-M yang
diubah dan alat yang digunakan untuk mengukur adalah mistar dengan satuan
cm.
c. Jenis Penghalang merupakan bahan yang digunakan untuk menyerap intensitas
radiasi yang dipancarkan oleh zat radioaktif. Jenis penghalang yang digunakan
adalah aluminium dan timbal, yang ketebalannya diukur dengan menggunakan
mikrometer sekrup dengan satuan mm.
d. Tegangan merupakan besarnya tegangan n yang diberikan kepada detektor
Geiger Muller agar mampu berkerja yang diatur pada aplikasi ST360 dengan
satuan volt (V).
e. Aktivitas Zat Radioaktif terjadi pada saat sumber radioaktifnya memancarkan
radiasi yang dideteksi oleh tabung Geiger Muller yang memiliki satuan
cacahan terhadap waktu (CPS) dan ditampilkan secara digital pada layar
monitor komputer.

E. Prosedur Kerja
Kegiatan I. Mengenal Aktivitas Zat Radioaktif
1. Komputer dengan aplikasi dipastikan telah dalam keadaan siap merekam data.
2. Salah satu sumber radioaktif (Beta) diletakkan pada rak sampel 2.
3. Data direkam dengan cara klik tombol mulai (berbentuk berlian berwarna
hijau). Komputer akan merekam data dan terhenti secara otomatis sesuai
dengan jumlah data yang diinginkan.
4. Data hasil rekaman disimpan dengan format nama yang sesuai dengan jenis
percobaan (misal: keg_1_beta).
5. Langkah 1 sampai 4 diulangi untuk sumber radiasi gamma dan untuk radiasi
latar belakang.(Catatan: radiasi latar belakang adalah radiasi yang terbaca pada
detektor G-M tube pada rak sampel dalam keadaan kosong).
Kegiatan II. Mengukur Daya Tembus Sinar Beta dan Gamma
1. Komputer dengan aplikasi dipastikan telah dalam kondisi siap merekam data.
2. Salah satu sumber radioaktif (beta) diletakkan pada rak sampel 2.
3. Bahan penghalang aluminium dipilih mulai dari yang paling tipis dan
diletakkan pada posisi 1 rak sampel. Sebelumnya, ketebalan penghalang-
penghalang yang akan digunakan diukur terlebih dahulu.
4. Data direkam dengan cara klik tombol mulai (berbentuk berlian berwarna
hijau). Komputer akan rekam data dan terhenti secara otomatis sesuai dengan
jumlah data yang diinginkan.
5. Data hasil rekaman disimpan dengan format nama yang sesuai dengan jenis
percobaan (misal: keg_2_beta_Al_M).
6. Langkah 3-5 diulang untuk bahan aluminium dengan ketebalan yang lain.
7. Langkah 3-6 diulang namun bahan aluminium diganti dengan timbal.
8. Langkah 2-7 diulang dengan menggunakan sumber radiasi gamma.
Kegiatan III. Hukum Kebalikan Kuadrat
1. Komputer dengan aplikasi dipastikan telah dalam kondisi siap merekam data.
2. Salah satu sumber radioaktif (beta) diletakkan pada rak kedua sampel. Jarak
sampel diukur dari ujung tabung GM dengan mistar.
3. Data direkam dengan cara klik tombol mulai (berbentuk berlian berwarna
hijau).Komputer akan merekam data dan terhenti secara otomatis sesuai
dengan jumlah data yang diinginkan.
4. Data hasil rekaman disimpan dengan format nama yang sesuai dengan jenis
percobaan (misal : keg_3_beta_1).
5. Langkah 2-4 diulang dengan posisi sumber radiasi diubah-ubah, yaitu pada rak
sampel 4,6 dan 8 serta diukur jarak sampel dari ujung GM dengan mistar.
6. Langkah 2-5 diulang untuk sumber radiasi gamma (catatan : gunakan posisi
yang sama digunakan di sumber radiasi beta).

F. Prinsip Kerja
Prinsip kerja eksperimen ini menggunakan prinsip kerja alat pendeteksi
radiasi yang dipancarkan, yakni detektor Geiger Muller. Detektor tersebut terdiri
atas tabung logam silindris yang diisi dengan jenis gas tertentu dengan tekanan
rendah (sekitar 10 cmHg). Seutas kawat diletakkan di sepanjang sumbu silinder
dan dipertahankan pada beda potensial yang sangat tinggi, sekitar 900 volt, relatif
terhadap tabung.
Ketika sebuah partikel radioaktif bermuatan tinggi masuk melalui jendela
tipis pada salah satu ujung tabung, beberapa atom gas dalam tabung akan
mengionisasi radiasi yang masuk ke tabung G-M. Sehingga akan menghasilkan
ion positif dan ion negatif. Ion positif akan ditarik menuju dinding tabung sebagai
katoda dan ion negatif menuju kawat sebagai anoda. Ion negatif inilah yang
dijadikan cacahan yang terbaca di ratemeter.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. Hasil Pengamatan
Kegiatan 1: Mengenal aktivitas zat radioaktif
Tabel 4.1.1. Aktivitas zat radioaktif pada radiasi beta, dan radiasi gamma, dan
tanpa penghalang
Sumber Radiasi Beta : Sr - 90
Sumber Radiasi Gamma : Ba – 133
Sumber radiasi beta Sumber radiasi gamma Radiasi latar belakang
(cps) (cps) (cps)
124 112 124 19 15 14 0 1 2
114 143 129 9 16 16 0 1 0
131 118 138 15 15 7 0 2 1
141 110 125 14 13 22 2 1 0
149 116 131 12 11 18 1 1 1
128 127 132 10 13 15 0 1 0
162 125 108 12 14 8 1 0 0
104 134 126 10 11 15 1 2 1
119 125 123 10 9 10 0 2 2
121 124 116 20 17 11 0 0 1
CPS maksimum 162 CPS maksimum 22 CPS maksimum 2
CPS rata-rata 125,967 CPS rata-rata 13,367 CPS rata-rata 0,8
Standar deviasi 12,336 Standar deviasi 3,653 Standar deviasi 0,761

Kegiatan 2: Mengukur daya tembus sinar β , dan γ


1. Sumber radiasi Beta : Sr-90
Waktu paruh : 28,8 Tahun
Aktivitas mula-mula : 0,1 µ Ci
Aktivitas tanpa penghalang : 125,967

Tabel 4.2.1. Daya tembus sinar beta Sr-90 pada Aluminium


a. Jenis penghalang : Aluminium
Tebal = │ Tebal = │ Tebal = │ Tebal =
0,480±0,005│ mm 1,500±0,005│ mm 2,220±0,005│ mm │3,060±0,005│mm
78 87 78 21 12 13 6 4 12 2 3 0
87 79 86 24 22 20 7 5 5 0 2 0
76 85 76 20 30 17 3 9 6 2 1 0
80 82 79 23 19 14 3 1 5 0 0 0
83 76 69 21 24 22 8 6 3 4 1 1
81 69 85 18 18 25 4 6 7 3 1 1
81 87 79 11 30 15 2 7 7 0 0 0
87 75 68 17 24 19 7 8 5 0 3 1
86 75 59 19 22 20 6 6 5 0 1 1
74 70 82 19 19 23 6 4 5 2 0 1
Cps rata-rata 78,63 Cps rata-rata 20,03 Cps rata-rata 5,6 Cps rata-rata 1,0
Standar dev 6,830 Standar dev 4,514 Standar dev 2,191 Standar dev 1,145

Tabel 4.2.2. Daya tembus sinar beta Sr-90 pada Timbal


b. Jenis penghalang : Timbal
Tebal = Tebal = │ Tebal = │ Tebal = │
│2,030±0,005 │mm 3,050±0,005│ mm 4,730±0,005│mm 7,320±0,005│mm
0 0 0 2 1 2 2 0 1 0 0 0
0 4 1 1 2 1 0 1 0 1 0 1
0 0 0 1 0 0 0 1 2 2 2 1
1 0 0 1 1 2 0 1 0 1 2 0
0 2 0 1 1 2 1 1 1 2 1 0
1 0 3 0 2 1 1 0 1 1 2 2
1 0 2 0 0 0 4 1 0 0 0 0
0 1 0 1 0 1 2 1 1 1 0 2
1 0 1 1 1 1 2 3 0 2 0 0
1 0 2 2 0 2 0 0 2 1 0 0
Cps rata-rata 0,7 Cps rata-rata 1,0 Cps rata-rata 0,967 Cps rata-rata 0,8
Standar dev 1,022 Standar dev 0,743 Standar dev 0,999 Standar dev 0,847

2. Sumber radiasi Gamma : Ba -133


Waktu paruh : 10,5 Tahun
Aktivitas mula-mula : 1µ Ci
Aktivitas tanpa penghalang : 13,367

Tabel 4.2.3. Daya tembus sinar gamma Ba - 133 pada Aluminium


a. Jenis penghalang : Aluminium
Tebal = Tebal = │ Tebal = │ Tebal =
│0,480±0,005│mm 1,500±0,005│mm 2,220±0,005│mm │ 3,060±0,005 │mm
9 9 6 13 10 4 7 6 5 5 6 4
10 5 14 2 4 9 7 8 3 8 3 2
7 10 11 8 4 7 6 4 3 5 7 6
5 11 10 5 4 3 2 5 5 7 5 5
6 10 4 11 6 8 8 9 3 7 6 6
7 8 9 11 6 4 4 4 3 4 3 7
7 10 10 4 3 4 9 5 6 5 5 4
5 10 9 10 10 12 8 9 11 4 4 11
6 10 10 7 8 4 6 7 6 4 4 6
8 5 8 10 13 7 4 7 4 7 4 3
Cps rata-rata 8,3 Cps rata-rata 7,03 Cps rata-rata 5,8 Cps rata-rata 5,233
Standar dev 2,336 Standar dev 3,253 Standar dev 2,219 Standar dev 1,832

Tabel 4.2.4. Daya tembus sinar gamma Ba -133 pada Timbal


b. Jenis penghalang : Timbal
Tebal = │ Tebal = │ Tebal = │ Tebal = │
2,030±0,005│mm 3,050±0,005│mm 4,730±0,005│mm 7,320±0,005│ mm
2 4 6 1 4 0 0 0 3 1 3 0
4 3 1 3 1 1 1 2 4 0 0 0
1 0 0 0 2 1 1 1 1 2 0 3
2 5 3 2 4 0 3 3 1 1 2 0
5 4 2 1 1 3 3 3 2 1 3 1
1 2 1 5 1 1 0 1 1 1 0 0
3 2 1 3 3 4 2 1 0 1 0 1
1 3 2 1 0 0 4 1 6 2 1 2
4 3 4 0 2 1 2 2 1 0 1 1
5 1 4 3 2 4 1 2 4 1 1 1
Cps rata-rata 2,63 Cps rata-rata 1,8 Cps rata-rata 1,867 Cps rata-rata 1,0
Standar dev 1,608 Standar dev 1,471 Standar dev 1,432 Standar dev 0,947

Kegiatan 3: Hukum kebalikan kuadrat


Tabel 4.3.1. Hukum kebalikan kuadrat pada sumber radiasi beta
Sumber radiasi beta
Jarak (D) = │ Jarak (D) = │ Jarak (D) = │ Jarak (D) =
4,20±0,05│ cm 6,20±0,05│cm 8,20±0,05│ cm │10,20±0,05│ cm
58 47 51 31 27 37 24 23 18 10 13 11
39 60 53 34 26 27 14 24 25 19 18 11
60 59 51 24 41 34 21 24 20 23 17 19
58 48 43 27 25 32 25 17 26 13 9 12
40 54 53 33 34 34 19 16 27 15 12 10
57 53 44 22 31 26 16 30 19 21 16 18
65 56 62 24 42 25 16 17 20 15 14 19
54 59 47 19 30 29 19 27 26 17 10 18
52 64 60 20 45 26 16 20 30 26 13 20
57 49 61 27 28 35 17 21 23 8 18 9
cps rata-rata 53,8 cps rata-rata 29,83 cps rata-rata 21,3 cps rata-rata 15,13
Standar dev 6,875 Stadar dev 6,265 Standar dev 3,428 Standar dev 54,539

Tabel 4.3.2. Hukum kebalikan kuadrat pada sumber radiasi gamma


Sumber radiasi gamma
Jarak (D) = │ Jarak (D) = │ Jarak (D) = │ Jarak (D)=
4,20±0,05│ cm 6,20±0,05│cm 8,20±0,05│ cm │10,20±0,05│ cm
10 2 6 2 4 4 4 2 1 0 4 4
7 7 5 4 4 7 4 2 7 4 2 3
5 5 3 2 6 2 1 2 3 2 4 2
9 6 6 7 3 6 4 1 4 2 2 3
7 8 4 4 3 3 7 3 1 3 1 4
5 3 11 1 3 3 2 2 3 3 2 4
7 7 9 6 2 7 2 2 4 5 5 2
10 2 6 7 6 5 0 2 1 1 2 1
6 9 6 4 4 3 1 2 3 1 7 1
3 7 9 6 8 5 3 5 1 7 6 3
cps rata-rata 6,33 cps rata-rata 4,367 cps rata-rata 2,63 cps rata-rata 3,0
Standar dev 2,397 Stadar dev 1,866 Standar dev 1,691 Standar dev 1,781
B. Analisis Data
Kegiatan 1: Mengenal Aktivitas Zat Radioaktivitas
1. Untuk Sumber Radiasi Beta
a. Range (R)
R=datatebesar−dataterkecil
R=162−104
R=58
b. Banyak Kelas (BK)
BK =1+3,3 log (n)
BK =1+3,3 log (30)
BK =5,87 ≈ 6
c. Panjang Kelas
R
PK =
BK
58
PK =
6
PK =¿ 9,87 ≈ 10
d. Tabel Rentang Frekuensi
Tabel 4.1.1 Distribusi frekuensi aktifitas zat radioaktif Beta
Rentang CPS Frekuensi
104 – 113 4
114 – 123 7
124 – 133 13
134 – 143 45
144 – 153 1
154 – 163 1
Jumlah 30

e. Grafik
14

12

Frekuensi
10

0
104 - 113 114 - 123 124 - 133 134 - 143 144 - 153 154 - 163

Rentang CPS

Grafik 4.1.1 Aktivitas Zat Radioaktif untuk sumber radiasi beta ( β )

2. Untuk Sumber Radiasi Gamma


a. Range (R)
R=data tebesar−dataterkecil
R=22−7
R=15
b. Banyak Kelas (BK)
BK =1+3,3 log (n)
BK =1+3,3 log (30)
BK =5,87 ≈ 6
c. Panjang Kelas
R
PK =
BK
15
PK =
6
PK =¿ 2,55 ≈ 3

d. Tabel Rentang Frekuensi


Tabel 4.1.2 Distribusi frekuensi aktifitas zat radioaktif Beta
Rentang CPS Frekuensi
7–9 4
10 – 12 9
13 – 15 10
16 – 18 4
19 – 21 2
22 – 24 1
Jumlah 30

e. Grafik
12

10
Frekuensi

0
7-9 10 - 12 13 - 15 16 - 18 19 - 21 22 - 24

Rentang CPS

Grafik 4.1.2. Aktivitas Zat Radioaktif untuk sumber radiasi gamma ( γ )

3. Untuk Sumber Radiasi Latar Belakang


a. Range (R)
R=data tebesar−dataterkecil
R=2−0
R=2
b. Banyak Kelas (BK)
BK =1+3,3 log (n)
BK =1+3,3 log (30)
BK =5,87 ≈ 6

c. Panjang Kelas
R
PK =
BK
2
PK =
6
PK =¿ 0,34 ≈ 1
d. Tabel Rentang Frekuensi
Tabel 4.1.3. Distribusi frekuensi aktifitas zat radioaktif Beta
Rentang CPS Frekuensi
0 12
1 12
2 6
3 0
4 0
5 0
Jumlah 30

e. Grafik
14
12
Frekuensi

10
8
6
4
2
0
0 1 2 3 4 5 6

Rentang CPS

Grafik 4.1.3 Aktivitas Zat Radioaktif untuk sumber radiasi latar belakang

Dari tabel diatas aktivitas maksimum dan aktivitas rata-rata dari masing-
masing sumber,serta standar deviasinya adalah:
 Untuk sumber radiasi Beta
a. Aktivitas maksimum (cps maksimum) : 162
b. Aktivitas rata-rata (cps rata-rata) : 125,967
c. Standar deviasi : 12,336
 Untuk sumber gamma
a. Aktivitas maksimum (cps maksimum) : 22
b. Aktivitas rata-rata (cps rata-rata) : 13,367
c. Standar deviasi : 3,653
 Untuk sumber latar belakang
a. Aktivitas maksimum (cps maksimum) : 2
b. Aktivitas rata-rata (cps rata-rata) : 0,8
c. Standar deviasi : 0,761

Berdasarkan hasil analisis berdasarkan jumlah cps rata-rata yang


dihasilkan untuk ketiga sumber radiasi, diperoleh bahwa sumber radiasi beta
memiliki aktivitas zat radioaktif yang lebih besar dibandingkan sumber
radiasi gamma dan latar belakang. Dengan urutan aktivitas zat radioaktif
dari yang paling besar sampai yang paling kecil yaitu, sumber radiasi beta,
sumber radiasi gamma, dan sumber radiasi latar belakang.

Kegiatan 2: Mengukur daya tembus sinar beta dan sinar gamma


1. Grafik hubungan antara ketebalan penghalang dengan ln (I0/It)
a. Untuk sumber radiasi beta dengan ketebalan aluminium
Tabel 4.2.1. Hubungan antara ketebalan penghalang aluminium dengan
ln (I0/It) pada sumber radiasi beta ( β )
I0 It Ketebalan (mm) Ln (I0/It)

125,967 78,63 0,48 0,471

125,967 20,03 1,50 1,839

125,967 5,6 2,20 3,113

125,967 1,0 3,06 4,836


5
4.5 f(x) = 1.69359274228004 x − 0.5005706589959
R² = 0.990162728578582
4
3.5
3
ln (I0/It)

2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Ketebalan (mm)

Grafik 4.2.1 Hubungan Penghalang Aluminium dengan ln (I0/It)


pada sumber radiasi Beta ( β )

b. Untuk Sumber Radiasi beta dengan ketebalan timbal


Tabel 4.2.2 Hubungan Hubungan antara ketebalan penghalang timbal
dengan ln (I0/It) pada sumber radiasi beta ( β )
I0 It Ketebalan (mm) Ln (I0/It)

125,967 0,7 2,03 5,19

125,967 1,0 3,05 4,84

125,967 0,967 4,73 4,87

125,967 0,8 7,32 5,06


5.3

5.2

5.1

5
f(x) = − 0.00721000551240086 x + 5.0212356442172
ln (I0/It)

R² = 0.0100489758090955
4.9

4.8

4.7

4.6
1 2 3 4 5 6 7 8

Ketebalan (mm)

Grafik 4.2.2. Hubungan Penghalang Timbal dengan ln (I0/It) pada sumber


radiasi Beta ( β )

c. Untuk sumber radiasi gamma dengan ketebalan aluminium


Tabel 4.2.3 Hubungan Hubungan antara ketebalan penghalang
aluminium dengan ln (I0/It) pada sumber radiasi gamma ( γ )

I0 It Ketebalan (mm) Ln (I0/It)

13,367 8,3 0,48 0,476

13,367 7,03 1,50 0,643

13,367 5,8 2,20 0,835

13,367 5,233 3,06 0,938


1
0.9 f(x) = 0.184908928371885 x + 0.387814839646888
R² = 0.983259447193017
0.8
0.7
0.6
ln (I0/It)

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Ketebalan (mm)

Grafik 4.2.3 Hubungan ketebalan Aluminium dengan ln (I0/It) pada


sumber radiasi gamma ( γ )
d. Untuk sumber radiasi gamma dengan ketebalan timbal
Tabel 4.14 Hubungan antara ketebalan penghalang timbal dengan ln
(I0/It) pada sumber radiasi gamma ( γ )
I0 It Ketebalan (mm) Ln (I0/It)

13,367 2,63 2,03 1,626

13,367 1,8 3,05 2,005

13,367 1,867 4,73 1,968

13,367 1,0 7,32 2,593


3

2.5
f(x) = 0.163750011853928 x + 1.34675371331205
R² = 0.888927715058761
ln (I0/It) 2

1.5

0.5

0
1 2 3 4 5 6 7 8
Ketebalan (mm)

Grafik 4.2.4 Hubungan ketebalan timbal dengan ln (I0/It) pada sumber


radiasi gamma ( γ )
2. Berdasarkan data serta grafik yang diperoleh dapat dilihat bahwa sumber
radiasi gamma yang diberi penghalang berupa aluminium memiliki daya
tembus paling besar. Dimana kita ketahui bahwa sinar gamma merupakan
sinar yang memiliki daya tembus yang tinggi sehingga dapat menembus
bahan alumunium dan timbal. Berbeda dengan sinar beta yang memiliki
daya tembus kecil dengan maksimal radiasinya terjadi pada bahan
alumunium. Sedangkan sumber radiasi beta merupakan sumber radiasi
yang memiliki daya tembus paling kecil.
3. Berdasarkan analisis data serta grafik yang diperoleh, dapat dilihat bahwa
pengaruh antara ketebalan penghalang terhadap daya tembus radiasi
adalah berbanding terbalik. Dimana semakin besar ketebalan penghalang
maka radiasi yang dihasilkan akan semakin kecil. Begitupun sebaliknya,
semakin kecil ketebalan penghalang maka radiasi yang dihasilkan akan
semakin besar. Daya tembus radiasi juga dipengaruhi oleh jenis sinar yang
digunakan. Karena untuk masing-masing sinar juga memiliki karakteristrik
radiasi yang dipancarkan.
4. Nilai µ untuk setiap bahan penghalang (absorber) berdasarkan grafik
I t=I 0 e−μt
It −μt
=e
I0
It −μt
∫ =∫ e
I0
It
ln =−μt
I0
It
ln =μt
I0
y=mx
mx=μt
a. Sumber radiasi Beta
 Aluminium (Al)
y=mx
y=1,6936 x
μ=1,6936
 Timbal (Tb)
y=mx
y=−0,0069 x
μ=−0,00669
b. Sumber radiasi Gamma
 Aluminium (Al)
y=mx
y=0,1849 x
μ=0,1849
 Timbal (Tb)
y=mx
y=0,1638 x
μ=0,1638
Berdasarkan data dan grafik yang diperoleh, diketahui bahwa
koefisien daya tembus bahan pada masing-masing sumber radiasi berbeda-
beda. Untuk bahan aluminium dan timbal pada sumber radiasi beta
diperoleh koefisien sebesar 1,6936 dan -0,00669. Sedangkan, pada sumber
radiasi gamma untuk aluminium dan timbal diperoleh koefisien daya
tembusnya pada masing-masing penghalang sebesar 0,1849 dan 0,1638.

Kegiatan 3 : Hukum Kebalikan Kuadrat


1. Tabel 4.3.1 Hubungan antara jarak radiasi dengan cps rata-rata untuk sinar
radioaktif yang digunakan
Sumber Jarak (D) Jarak Kuadrat Cps Cps Rata-Rata ×
Radioaktif (cm) ( D 2) Rata-Rata D2
4,2 17,64 53,8 949,032
6,2 38,44 29,83 1146,6652
Beta
8,2 67,24 21,3 1432,212
10,2 104,04 15,13 1574,1252
4,2 17,64 6,33 111,6612
6,2 18,44 4,367 167,86748
Gamma
8,2 67,24 2,63 176,8412
10,2 104,04 3,0 312,12
Berdasarkan tabel diatas, Hasil kali antara cps rata-rata dan jarak kuadrat
hampir konstan. Dimana CPS rata-rata berbanding terbalik dengan jarak,
semakin jauh jarak yang digunakan, semakin kecil CPS rata-rata yang
dihasilkan. Begitupun sebaliknya, semakin dekat jarak yang digunakan, maka
semakin besar nilai CPS rata-rata yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan
hukum kebalikan kuadrat.
2. Grafik hubungan antara cps rata-rata dengan jarak sumber dari tabung
G-M
60

50

40
CPS Rata-Rata

30

20

10

0
3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jarak Sumber (D) (cm)

Grafik 4.3.1 Hubungan antara CPS rata-rata dengan jarak dari sumber
sinar radiasi beta ( β )

5
CPS Rata-Rata

0
3 4 5 6 7 8 9 10 11

Jarak Sumber (D) (cm)

Grafik 4.3.2 Hubungan antara CPS rata-rata dengan jarak dari sumber
sinar radiasi gamma ( γ )
3. Plot hubungan antara cps rata-rata dengan kebalikan jarak kuadrat
60

50

40
CPS Rata-rata

30

20

10

0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06

Kebalikan Jarak Kuadrat (1/D2)

Grafik 4.3.3 Hubungan antara CPS rata-rata dengan kebalikan jarak


kuadrat dari sumber radiasi beta ( β )

5
CPS Rata-Rata

0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06

Kebalikan Jarak Kuadrat (1/D2)

Grafik 4.3.4 Hubungan antara CPS rata-rata dengan kebalikan jarak


kuadrat dari sumber radiasi gamma ( γ )
4. Dengan grafik logaritma, memplot hubungan antara cps rata-rata dengan
jarak sumber tabung G-M (D).
60

50
CPS Rata-Rata

40

30

20

10

0
3 4 5 6 7 8 9 10 11

Jarak Sumber (D) (cm)

Grafik 4.3.5 Hubungan antara CPS rata-rata dengan jarak dari sumber
radiasi beta ( β )

5
CPS Rata-Rata

0
3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jarak Sumber (D) (cm)

Grafik 4.3.6 Hubungan antara CPS rata-rata dengan jarak dari sumber
radiasi gamma ( γ )

Pada pengamatan berdasarkan grafik hubungan antara cps rata-rata dengan


jarak diperoleh bahwa perilaku radiasi tunduk pada kebalikan kuadrat yang
dimana pada hukum kebalikan kuadrat menyatakan bahwa suatu kekuatan
fisika selalu berbanding terbalik dari kuadrat jarak sumbernya. Dimana
semakin jauh jarak sumber radiasi maka aktivitas radiasi akan semakin kecil,
begitupun sebaliknya. Semakin dekat jarak sumber radioaktif maka aktivitas
radiasinya akan semakin besar.

C. Pembahasan
Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tidak stabil untuk
memancarkan radiasi dan berubah menjadi inti yang stabil. Proses perubahan
ini disebut peluruhan dan inti atom yang tidak stabil disebut radioaktivitas.
Materi yang mengandung radionuklida disebut zat radioaktif (Taufiq. 2010: 1-
2). Eksperimen ini memiliki 4 tujuan yaitu untuk mengetahui karakteristik dari
berbagai zat radioaktif, membandingkan daya tembus sinar beta dan gamma,
mengetahui kemampuan bahan dalam menyerap radiasi serta mengetahui
hubungan jarak sumber radioaktif dan aktivitas zat radioaktif.
Adapun prinsip kerja detektor Geiger-Mueller yaitu dengan memanfaatkan
adanya proses ionisasi sekunder yang berasal dari ionisasi primer akibat
interaksi zarah radiasi dengan medium gas isian detektor setelah diberi beda
potensial tertentu. Adanya beda potensial pada anoda dan katoda akan
menimbulkan medan listrik sehingga pasangan ion-elektron mendapat
tambahan energi kinetik yang cukup besar, sehingga gerak ion-elektron dalam
perjalanannya menuju elektroda (ion menuju katoda dan elektron ke arah
anoda) dapat mengionisasi gas isian sehingga pasangan ion-elektron sekunder
dan bila ion-elektron sekunder masih kelebihan energi akan menumbuk gas
isian lagi yang menyebabkan ionisasi tersier dan seterusnya, dan akhirnya akan
terjadi jumlah pasang ion-elektron yang banyak sekali atau sering disebut
peristiwa avalanche. Pengumpulan elektron pada anode selanjutnya
dikeluarkan melewati tahanan sehingga timbul denyut atau pulsa listrik yang
besarnya sebanding dengan intensitas radiasi yang datang (Sayono, 2007).
Pada kegiatan pertama yaitu mengenal zat radioaktif yang dilakukan
dengan merekam data cacahan untuk sumber radiasi beta ( β ), gamma ( γ ) serta
latar belakang. Dari hasil data serta analisi diperoleh grafik sehingga dapat
diketahui sumber radiasi yang memiliki aktivitas paling tinggi adalah sumber
radiasi beta, kemudian gamma, dan sumber radiasi yang memiliki aktivitas
paling rendah adalah sumber radiasi latar belakang. Hal ini dibuktikan dengan
CPS maksimum yang diperoleh untuk sumber radiasi beta sebesar 149, untuk
sumber radiasi gamma sebesar 22, serta untuk sumber radiasi latar belakang
sebesar 2. Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori dimana yang sinar beta
memilikiaktivitas paling tinggi (Damayanti, 2018: 16).
Pada kegiatan ke dua yaitu mengukur daya tembus sinar β dan sinar γ
yang dilakukan dengan menggunakan dua jenis penghalang radiasi yaitu
aluminium (Al) dan timbal (Pb) dengan ketebalan yang berbeda-beda yang
telah diukur menggunakan mikrometer sekrup. Berdasarkan data yang
diperoleh dapat dilihat bahwa semakin tebal penghalang yang digunakan maka
semakin kecil daya tembus dari sumber radiasi tersebut. Begitupun sebaliknya,
semakin tipis penghalang yang digunakan maka semakin besar daya tembus
sumber radiasi tersebut. Berdasarkan grafik diperoleh bahwa untuk sumber
radiasi gamma maupun sumber radiasi beta, aktivitas zat radioaktif meningkat
seiring dengan peningkatan ketebalan penghalang yang digunakan. Dari kedua
jenis penghalang yang digunakan, aluminium memiliki kemampuan menyerap
sumber radiasi yang lebih baik dibandingkan timbal
Berdasarkan hasil dari analisis grafik hubungan antara ketebalan
penghalang dengan CPS rata-rata diperoleh nilai koefisien untuk daya tembus
sumber radiasi beta dengan jenis penghalang aluminium sebesar 1,6936 dan
untuk jenis penghalang timbal sebesar -0,00669. Sedangkan nilai koefisien
untuk daya tembus sumber radiasi gamma dengan jenis penghalang aluminium
sebesar 0,1849 dan untuk jenis penghalang timbal sebesar 0,1638. Hasil yang
diperoleh memiliki perbedaan dengan teori dimana secara teori daya tembus
yang paling besar adalah gamma kemudian beta (Wiyatmo, 2006: 62-64).
Sedangkan dari hasil eksperimen diperoleh daya tebus sumber radiasi beta
lebih besar dibandingkan sumber radiasi gamma. Hal ini disebabkan karena
adanya kesalahan pada saat proses pengambilan data serta adanya noise pada
alat yang digunakan.
Pada kegiatan tiga yaitu untuk mengetahui apakah perilaku dari sumber
radiasi bersesuaian dengan hukum kebalikan kuadrat. Berdasarkan data yang
diperoleh, dapat dilihat bahwa perilaku radiasi tunduk pada hukum kebalikan
kuadrat dimana menurut hukum kebalikan kuadrat semakin jauh jarak sumber
radioaktif dari ujung tabung G-M maka aktivitas sumber radiasi akan semakin
kecil (Nogoro, 2019: 92-93). Hal ini terlihat pada hasil plot grafik hubungan
antara jarak sumber dengan CPS rata-rata, dimana semakin jauh jarak sumber
radiasi maka CPS rata-rata akan men urun seiring dengan bertambahnya jarak
sumber radiasi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :
1. Masing-masing sumber radiasi memiliki karekteristik yang berbeda.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat dinyatakan bahwa sumber radiasi
beta sebagai zat radioaktif dengan aktivitas zat yang paling tinggi diantara
tiga sumber radiasi yang digunakan, yaitu gamma dan latar belakang.
2. Berdasarkan hasil yang diperoleh, daya tembus sinar beta lebih kecil
dibanding daya tembus sinar gamma. Sinar beta batas maksimum daya
tembusnya terjadi pada bahan aluminium. Sedangkan, sinar gamma karena
berupa elektromagnetik, maka jenis serta ketebalan bahan tidak
mempengaruhi hasil cacahannya.
3. Jika dibandingkan dengan timbal, aluminium memiliki kemampuan
menyerap radiasi yang lebih tinggi.
4. Hubungan antara jarak sumber radioaktif dengan aktivitas sumber
bersesuaian dengan hukum kebalikan kuadrat, dimana semakin jauh jarak
sumber maka aktivitas sumbernya semakin kecil. Begitupun sebaliknya, jika
semakin dekat jarak sumber maka aktivitas sumbernya semakin besar.

B. Saran
Pengembangan pemahaman mengenai aktivitas zat radioaktif kedepannya
sebaiknya lebih ditingkatkan lagi dan diperluas. Hal ini untuk memperluas
wawasan mengenai zat radioaktif untuk mengetahui dampak baik dan buruk
dari zat radioaktif agar kedepannya penggunaannya dapat dioptimalkan dan
dapat dihindari kemungkinan-kemungkinan buruk yang dapat diakibatkan zat
radioaktif. Dan kepada praktikan selanjutnya diharapkan agar lebih menguasai
materi/teori tentang “Aktivitas Zat Radioaktif’ serta metode eksperimen
sebelum memasuki laboratorium agar praktikum berjalan dengan baik dan
teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Azam, M., F. Shoufika Hilyana dan Evi Setiawati. 2007. Penentuan Efisiensi Beta
Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller. Jurnal Sains &
Matematika (JSM). Vol.15, No.2. Hal: 73.

Damayanti, Defi., Imas Ratna E. 2018. Pengaruh Penggunaan Iradiasi Gamma


Terhadap Plastik Polipropilen di Tinjau dari Sifat Mekaniknya. Semminar
Nasional TEKNOKA. Vol.3. Hal: 16.

Muljono. 2003. Fisika Modern. Yogyakarta: Andi. Hal: 60.

Nogoro dan Gian Villany Golwa. 2019. Analisa Temperatur Optimal Pada Proses
Pelepasan Daya Rekat Coating Epoxy dan Plastik di Permukaan
Beton/Semen Dengan Metode Induksi Panas. Jurnal Teknik Mesin. Vol.
08, No. 2. Hal: 92-93.

Santiani. 2011. Nuklir, Fisika Inti dan Politik Energi Nuklir. Malang: Itimedia.
Hal: 21-22.

Setiawan, Andreas., Tabita Endah W., dan Ferdy S. Rondonuwu. 2008. Desain
Ratemeter Digital Sebagai Pencacah Geiger Muller Dengan Mikrokendali
AT89C51. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains. Hal:
2.

Strathern, Paul. 2001. Curie & Radioaktivitas. Jakarta: Erlangga. Hal: 35-36.

Taufiq, H. 2010. Radioaktivitas. Semarang: Alprin. Hal: 1-2.

Tim Penyusun. 2021. Penuntun Eksperimen Fisika Modern. Makassar:


Laboratorium Fisika Modern Jurusan Fisika FMIPA UNM. Hal:

Wiyatmo, Yusman. 2006. Fisika Nuklir Dalam Telaah Semi-Klasik & Kuantum.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 62-64.
DOKUMENTASI
REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai