Anda di halaman 1dari 1

Ijin bertanya. Nama saya Naila Zaqiya NIM 3201420061 dari Kabupaten Pekalongan.

Di
daerah saya masih banyak ditemukan tindak kriminalitas yang melibatkan pemuda yaitu
kasus kekerasan, pencurian, dan masih banyak lagi perilaku menyimpang lainnya tapi masih
belum ditangani oleh pihak berwajib seperti minum minuman keras, perkelahian, dan
perjudian yang selama ini masih belum ada upaya yang jelas dari pihak-pihak terkait baik itu
pemerintah atau Lembaga lainnya untuk menanggulangi hal tersebut. Walaupun beberapa
tahun kemaren sudah ada sosialisasi akan hal tersebut, akan tetapi masih tetap saja adanya
tindak kriminalitas yang dilakukan oleh pemuda di usia produktif, apalagi sekarang masih
adanya covid-19 ini, kriminalitas di kabupaten pekalongan malah meningkat. Nah
bagaimana caranya agar tidak terjadi lagi tindak kriminalitas tersebut.

Menurut saya hal ini sudah termasuk tahap KKN lebih spesifiknya Kolusi karena
persekongkolan antara dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu tindakan yang
seolah-olah wajar, tetapi bertujuan memperoleh keuntungan dengan cara merugikan
pihak lain. Nah, upaya penanganan kkn harus menjadi komitemn Bersama semua
komponen. Untuk memberantas kkn tidak bisa dilkaukan sendiri-sendiri dan bersifat
eksternal saja. Semua komponen bangsa harus melihat kkn sebagai sebuah skandal.
Atas dasar itu perlu disusun program Bersama untuk mulai mengikis skandal itu dari
kehidupan Bersama. Ini berarti kkn tidak bisa diberantas hanya dengan menaikan
gaji PNS dan UMR (upah minimum rata-rata). Seiring dengan itu penegakan
hukum bagi para pelaku kkn juga perlu ditegakkan. Untuk itu para hakim, jaksa
dan polisi sebagai benteng terakhir dari penegak hukum harus memiliki integritas
diri dan kredibilitas moral yang kokoh. Di sini tugas departemen pendidikan dan
departemen agama bekerja sama dengan lembaga-lembaga keagamaan menjadi
penting, yakni menyediakan format, kurikulum dan materi pendidikan agama
yang kena-mengena dengan pembentukan spiritual manusia Indonesia untuk
dipedomani di sekolah-sekolah dan juga keluargakeluarga. Jadi jangan hanya
menekankan pada aspek formal liturgis melulu, sebab di situ bisa terjadi
korupsi. Urus juga pendidikan akhlak manusia. Jadi pendidikan kita harus
berdimensi humanis, menekankan prinsip dialog (bukan komando) dan berbasis
budaya lokal

Anda mungkin juga menyukai