Anda di halaman 1dari 9

MAKNA UMPAMA/UNGKAPAN MASYARAKAT PAKPAK

DESCRIBE PAKPANESE EXPRESSION MEANINGS

Nurelide
Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara
Jalan Kolam (Ujung) Nomor 7 Medan, Estate, Deliserdang, Sumatera Utara
Nurelide71@yahoo.com

Naskah Diterima Tanggal : 10 November 2014


Naskah Direvisi Terakhir Tanggal : 15 Desember 2014

Abstract
Pakpak traditional expressions is a part of dispersed culture and passed
on from generations traditionally among different social groups, whether
in word speech forms with action even only behaviour or actions, such as
proverbs, expressions, and puzzles. This research is aimed to describe
Pakpaknese expression meanings. The methode used in this study is
descriptive qualitative method. The findings described meaning in
Pakpaknese traditional expressions based on folklore approach. Meanings
in Pakpaknese traditional expressions are used in specific time, place, and
circumstances. Such as tribes context, politeness, courage, health, family,
and sincerity.

Keywords: meaning, traditional expressions, Pakpak

Abstrak
Ungkapan tradisional masyarakat Pakpak merupakan bagian dari
kebudayaan yang tersebar dan diwariskan secara turun–temurun secara
tradisional di antara kelompok-kelompok masyarakat dengan versi yang
berbeda-beda, baik dalam bentuk tuturan kata yang disertai dengan
perbuatan maupun dengan perilaku atau tindakan saja, misalnya
peribahasa, ungkapan, teka-teki. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan
makna ungkapan masyarakat Pakpak. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini
menjelaskan makna dalam ungkapan tradisional masyarakat Pakpak
berdasarkan pendekatan folklor. Makna dalam ungkapan tradisional
masyarakat Pakpak digunakan dalam waktu tertentu, tempat dan ruang
lingkup tertentu, misalnya dalam konteks adat, sopan santun, keberanian,
ketauladanan, kesehatan, kekeluargaan, keikhlasan.

Kata kunci: makna, ungkapan tradisional, Pakpak

1. Pendahuluan Indonesia ini mempunyai ungkapan


1. 2 Latar Belakang pribahasa. Ungkapan pribahasa ini
Dalam kehidupan sehari-hari merupakan daya magis tersendiri bagi
ungkapan/pribahasa masyarakat Pakpak masyarakat Pakpak. Ungkapan ini barangkali
sering diucapkan. Setiap suku di manapun di jarang terpublikasikan oleh masyarakat

MEDAN MAKNA Vol. 12 No. 2 Hlm. 169 - 177 Desember 2014 ISSN 1829-9237
Pakpak itu sendiri di setiap acara pesta, adat, tradsisional Pakpak, maka permasalahan
upacara atau keseharian di rumah tangga. yang perlu dibahas meliputi: (1) bagaimana
Cervantes melalui Danandjaya bentuk ungkapan masyarakat pakpak? (2) apa
mendefinisikan Ungkapan adalah kalimat makna ungkapan masyarakat pakpak?
pendek yang disarikan dari pengalaman yang
panjang (2002:28). Sedangkan Semi 1.2 Landasan Teori
menyebutkan Kiasan adalah memberi makna Kiasan atau pengiasan adalah
lain dari suatu ungkapan, atau memisalkan penuturan sesuatu yang menghasilkan atau
sesuatu untuk mengatakan sesuatu yang lain menimbulkan makna kias (Semi, 1993:50).
(1993: 50). Sependapat dengan pendapat di Pendapat yang senada disampaikan Brunvad
atas Danandjaya mengatakan perumpamaan melalui Danandjaya menyebutkan pribahasa
biasanya dimulai dengan kata. Seperti atau yang sesungguhnya adalah ungkapan
bagai. Ungkapan berfungsi sebagai sistem tradisional yang mempunyai sifat-sifat: (1)
proyeksi, adat pengesahan pranata kalimatnya lengkap, (2) bentuknya biasanya
kebudayaan, sebagai alat pendidikan atau kurang mengalami perubahan, (3)
sosialisasi anak, dan sebagai gaya sosial. mengandung atau kebijaksanaan (2002:29).
(2002:28 ). Dengan demikian ungkapan Menurut bentuk hubungannya, ada
bagian dari kebudayaan yang tersebar dan dua macam kiasan, yaitu (1) kiasan
diwariskan secara turun-temurun secara taklangsung, dan (2) kiasan langsung. Kiasan
tradisional di antara kelompok-kelompok taklangsung, antar benda dan perumpamaan
masyarakat dengan versi yang berbeda-beda, perlambangannya dihubungkan dengan kata-
baik dalam bentuk tuturan kata disertai kata seperti: bagaikan, seperti, bak, laksana.
dengan perbuatan dalam perilaku atau Misalnya, “Wajahnya bagaikan bulan
tindakan saja. purnama. “ Kiasan langsung adalah kiasan
Ungkapan tradisional sebagai bagian atau perlambangan yang langsung
dari tradisi atau kultur budaya yang ada di menyebutkan kiasan atau lambangnya tanpa
daerah Pakpak antara lain: ungkapan yang menggunakan kata juga. Misalnya “lautan
berhubungan dengan kegiatan sehari-hari, manusia”. Kata lautan di sini melambangkan
ungkapan yang berhubungan dengan flora, atau mengiaskan sesuatu dalam jumlah besar,
Ungkapan yang berhubungan dengan fauna. dalam hal ini sejumlah besar manusia
Ungkapan yang berhubungan dengan flora (Teeuw, 1993:50). Berdasarkan pendapat di
misalnya: Bage golingen tabu “Seperti atas penulis akan menguraikan makna
menggulingkan labu”. Ungkapan ini untuk ungkapan masyarakat pakpak, dan
menyebutkan seseorang yang tidak punya mengklasifikasikan ungkapan yang
pendirian atau tidak percaya diri sehingga digunakan masyarakat Pakpak.
mudah untuk diperdayakan oleh orang lain.
Ungkapan itu muncul secara verbal 1.3 Metode Penelitian
dari seorang yang memiliki kearifan dalam Metode yang digunakan dalam
berpikir dan santun dalam berbahasa serta penelitian ini adalah metode deskriptif
memiliki kompetensi daya cipta, karya kualitatif. Metode deskriptif mengutamakan
susastra yang baik. Dengan kata lain, bentuk pemaparan informasi atau data tentang
ungkapan tradisional tersebut memiliki nilai ungkapan tradisional daerah Pakpak. Selain
atau makna eufemisme. Eufemisme, yaitu metode deskriptif penelitian ini juga
salah satu cara berkomunikasi di dalam menggunakan metode kepustakaan (library
kehidupan bermasyarakat. Eufemisme dapat research). Metode tersebut dilakukan untuk
menciptakan situasi dan suasana berbahasa memperoleh data-data dan informasi tentang
yang jelas dengan maksud yang baik pula objek penelitian (Semi, 1993:8). Pemilihan
(Kridalaksana, 2008:52). metode kepustakaan dilakukan dengan
Untuk memperoleh gambaran yang pertimbangan bahwa data-data yang
menyeluruh tentang makna ungkapan dianalisis bersumber pada umpama

MEDAN MAKNA Vol. 12 No. 2 Hlm. 169 - 177 Desember 2014 ISSN 1829-9237
masyarakat Pakpak. Selain itu, bahan-bahan Senada dengan pendapat Danandjaya,
referensi diperoleh dari sumber-sumber perumpamaan biasanya dimulai dengan kata
tertulis, yaitu buku-buku, majalah, :“Seperti” atau “bagai”. Ungkapan berfungsi
ensiklopedi, surat kabar, artikel, dan website sebagai seperti umumnya tradisi lain,
yang merupakan bahan pustaka. ungkapan tradisional berfungsi sebagai sistim
Ratna menjelaskan metode kualitatif proyeksi, alat pengesahan pranata-pranata
memberikan perhatian terhadap data alamiah, kebudayaan, sebagai alat pendidikan atau
data dalam hubungannya dengan konteks sosialisasi anak, dan sebagai alat
keberadaannya. (2004:47). Pengolahan data memamerkan kepandaian dan sebagai gengsi
dalam penelitian ini menggunakan sosial. Berkaitan dengan ungkapan pribahasa
pendekatan folklor. Selanjutnya, tahap tersebut ada beberapa ungkapan dalam
penyajian hasil pengolahan data dalam budaya kita (Suku Pakpak) antara lain :
penelitian menggunakan metode deskripsi, 1.Ungkapan yang berhubungan dengan
yaitu memaparkan proses pengolahan kegiatan sehari-hari 2.Ungkapan yang
penelitian dari awal hingga akhir, berhubungan dengan Flora 3.Ungkapan yang
pendahuluan, tinjauan pustaka, analisis, dan berhubungan dengan Fauna. Bersama ini ada
penutup yang berisi simpulan dan saran. beberapa ungkapan pribahasa pakpak yang
cukup lugas dan mudah kita mengerti,
2. Pembahasan kiranya makna dari ungkapan ini bisa
Nilai dan norma budaya tradisi lisan menambah pengetahuan dalam kehidupan
sebagai warisan masa lalu harus dipahami sehari-hari bagi kita khususnya ( suku
maknanya pada komunitas masa lalu, Pakpak ) dan suku lain pada umumnya di
bagaimana nilai dan norma budaya itu dapat mana saja berada, mudah- mudahan
direvitalisasi dan realisasikan pada generasi bermanfaat.
masa kini, untuk mempersiapkan generasi
masa depan yang damai dan sejahtera. 2.1 Ungkapan yang Berhubungan dengan
Proyeksi masa depanlah yang mendorong Kegiatan Kita Sehari-hari
perlunya model revitalisasi untuk tradisi lisan Ungkapan tradisional Pakpak selalu
dan kearifan lokal sebagai kandungannya berkaitan dengan lingkungan hidupnya.
(Sibarani, 2012:248) Kedekatan dengan alam telah mengabadikan
Dalam kehidupan sehari-hari banyak nama hewan dan tumbuh-tumbuhan
ungkapan pribahasa pakpak ini sering kita dalam ungkapannya. Cara hidup sehari-hari
ucapkan atau bahkan sama sekali tidak masyarakat juga turut dijadikan bahan dalam
terucap, setiap suku dimanapun di Indonesia merangkai ungkapan tradisionalnya. Dengan
ini mempunyai ungkapan pribahasa. demikian, ungkapan tradisional Pakpak
Ungkapan pribahasa ini merupakan daya merupakan perwujudan langsung dari
magis tersendiri bagi kita suku pakpak. aktivitas sehari-hari masyarakat dalam
Ungkapan ini, mungkin jarang terpublikasi mempertahankan kehidupannya (Nurelide,
oleh budaya kita sendiri disetiap acara pesta, 2004:100).
adat, upacara-upacara atau keseharian di Secara simbolis, pemakaian ungkapan
rumah tangga, ungkapan pribahasa ini, dapat itu memberi arahan tertentu kepada setiap
menambah khasanah panjang ungkapan warga Pakpak. Hal-hal yang dianggap baik
pribahasa pakpak yang selama ini mungkin haruslah ditiru dan sebaliknya yang buruk
tidak pernah kita dengar. Menurut KBBI harus dihindarkan masyarakat. Nasihat itu
ungkapan tradisional termasuk ungkapan disimbolikkan dengan mempergunakan alam
lisan (verbal folklore) ungkapan adalah yang ada disekitarnya. Dengan demikian,
perkataan atau kelompok kata khusus untuk masyarakat memperoleh keuntungan ganda
menyatakan maksud sesuatu dengan arti atau dalam hal nasihat dan sekaligus
makna, sedangkan tradisional adalah sesuatu mengingatkan diri pada keadaan hutan
yang diwariskan secara turun- temurun.

MEDAN MAKNA Vol. 12 No. 2 Hlm. 169 - 177 Desember 2014 ISSN 1829-9237
tempat mereka hidup. Kita simak beberapa akhirnya tidak mendapatkan sedikit pun
ungkapan dan makna di bawah ini : hasil.

1. Ulang Bage Urupen Sitangis “Jangan 6. Mengite Babah Golok I Teruhna Ranjo
seperti membantu orang yang sedang Parang dan ranjau adalah tajam sehingga
menangis”. setiap orang takut memijaknya. Ungkapan ini
Seseorang yang menangis pada saat dikatakan kepada orang yang berbuat
kemalangan biasanya membuat orang lain kesalahan besar yang sulit untuk dimaafkan
juga ikut menangis. Setelah orang menangis maupun dibela.
yang pertama menjadi diam lalu membiarkan
orang lain tersebut terus menangis. 7. Ipalkoh Sangkalen Mengena Penggel
Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang “Dipukul talenan telinga terasa”
selalu memerintah orang lain tetapi dia Talenan alat atau landasan untuk memotong,
sendiri tidak ikut mengerjakan sesuatu, yang mencincang, mengiris sesuatu. Ungkapan ini
seharusnya dikerjakan bersama. meminta kita untuk selalu menuruti, was-was
dan tanggap terhadap nasehat yang berguna
2. Mula Enggo Meridi Taptap Mo “Kalau yang diberikan oleh orang yang
sudah mandi harus basah” berpengalaman seperti: orang tua, abang,
kakak atau pimpinan.
Kalau mandi haruslah basah ungkapan ini
mengatakan, apabila mengerjakan sesuatu 8. Lbbe Ideger Asa Ndabuh “Setelah
haruslah diselesaikan sampai selesai atau digoyah baru jatuh”
tuntas. Dikatakan kepada orang yang sulit untuk
mengerti tentang sesuatu atau pura-pura tidak
3. Ndates Penangkihen, Ndates Ma Mula tahu dan bisa juga dikatakan kepada
Ndabuh “Tinggi panjatan, tinggi pula jika seseorang yang sangat kikir. Setelah diberi
jatuh”. isyarat tertentu atau dijelaskan secara terus
Makna ungkapan ini adalah jika kita terang baru mengerti permasalahan.
memanjat lebih tinggi, semakin tinggi juga
kita akan jatuh. Semakin tinggi kedudukan 9. Bage Peman Tengger “Seperti tungguan
seseorang, maka semakin tinggi pula tenger”
tanggung jawab, tantangan dan resiko yang Tengger adalah sejenis buah kayu yang
harus dihadapi. walaupun telah membusuk tidak jatuh.
Ungkapan yang menyatakan tidak adanya
4. Antan Sulangat Merio kepastian terhadap suatu keputusan
Sulangat adalah penangkapan ikan khas
Pakpak yang terbuat dari benang, kawat, dan 10. Termela-melaken Cining i Abe
kasa. Ungkapan ini mengatakan agar dalam Untuk apa malu bekas luka di wajah.
melakukan segala sesuatu harus diukur dari Ungkapan ini menyatakan kita harus
kemampuan kita atau kita harus mengenal memberitahukan yang sebenarnya. Kiasan ini
diri kita yang sebenarnya dalam mengerjakan mengartikan adanya kejujuran atau
sesuatu atau dalam memutuskan sesuatu yang keterusterangan seseorang terhadap siapa
melibatkan orang banyak. dirinya dan apa yang dilakukannya.

5. Tarik-tarik Mengeraok Menjemput Poda 11. Menenceng Bage Basi “Memaksa masuk
“Hendak meraup banyak, mendapat sedikit seperti besi”
pun tidak” Dikatakan kepada orang yang selalu
Kiasan ini ditujukan kepada orang tamak, d memaksakan kehendaknya kepada orang lain
imana ia mengharapkan hasil banyak, walaupun orang lain tersebut tidak
kedudukan yang tinggi, keuntungan, menyukainya.

MEDAN MAKNA Vol. 12 No. 2 Hlm. 169 - 177 Desember 2014 ISSN 1829-9237
tidak percaya diri, sehingga mudah
12. Dua Kali Mangan Mak Dua Kali diperlakukan dengan sewenang-wenang oleh
Merborih “Dua kali makan dua kali cuci orang lain. Sindiran tersebut dilakukan oleh
tangan” orang tua kepada yang muda.
Ungkapan ini seberapa kali kita berbuat
sesuatu, sebegitu juga kita mempertanggung 3. Bagi Menaka Buluh Sikedekna I Tingkah
jawabkannya atau menyelesaikannya. Makna “Seperti membelah bambu yang kecil
lain apabila kita memulai sesuatu tindakan dipijak”
maka kita pula yang harus Bambu dari pangkal ke pucuk biasanya
menyelesaikannya. mempunyai ketebalan yang berbeda, untuk
menjaga keseimbangan maka membelah
2.3 Ungkapan yang Berkaitan dengan diawali dari pucuk. Ungkapan ini digunakan
Flora untuk mengingatkan orang kaya kuat atau
Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan orang tua atau tokoh-tokoh adat agar
sebagai medium simbolisme dalam ungkapan memberi nasehat atau keputusan secara adil
masyarakat Pakpak sebagai manusia yang bagi anak atau orang yang lebih lemah
memanfaatkan alam untuk kehodupan yang kedudukannya.
lebih baik. Memanfaatkan alam relevan 4. Bagi Ketuk Tandang “seperti kantong
dengan sistem budaya Pakpak dalam bertandang”
menanam berbagai jenis pohon. Masyarakat Ungkapan ini dikatakan kepada seseorang
Pakpak tidak melakukan tebas bakar, tetapi yang terlalu banyak bicara tetapi tidak
dengan cara tebang pilih sehingga unsur hara banyak bertindak. Misalnya seseorang yang
dan biotik dalam tanah tidak terganggu oleh sering menasehati orang lain tetapi ia sendiri
perladangan yang dilakukan. Simak beberapa tidak berbuat seperti isi nasehatnya tersebut.
ungkapan yang berkaitan dengan flora Atau orang yang selalu menggurui orang
sebagai berikut: lain. Makna ungkapan ini memberikan
nasihat agar berhati-hati memberikan
1. Ari-Arian Bagi Mangan I Opih “Sehari- nasihatnya. Maksudnya seorang penasehat
hari seperti makan di pelepah pinang” jangan suka banyak bicara tetapi tidak
Kebiasaan seperti layaknya makan di atas berbuat seperti yang pernah dinasehatkan
pelapah pinang. Pribahasa ini diperuntukkan kepada orang lain. Orang yang selalu
bagi seseorang yang mau enak sendiri artinya melanggar isi nasehatnya kepada orang lain
seseorang yang sangat gemar meminta ternyata mendapat sorotan dalam kehidupan
bantuan dari teman atau orang lain tanpa masyarakat Pakpak.
adanya melakukan usaha demi peningkatan
diri 5. Bage Tongkoh Iarngo “Seperti tunggul
kayu di tengah semak arngo”
2. Bagi Golingan Tabu “Seperti gulingan Ungkapan ini dikatakan kepada seseorang
labu” yang kurang dihargai di tengah-tengah
Labu karena bulat mudah untuk masyarakat pada hal cukup banyak jasa yang
menggulingkannya. Ungkapan ini dipakai diberikannya.
untuk menyebutkan seseorang yang tidak
punya pendirian atau tidak percaya diri 6.Bagi Menangkih Keppeng1.
sehingga mudah untuk diperdayakan orang Ungkapan ini ditujukan kepada seseorang
lain. Ungkapan bage golingen tabu memberi yang selalu berusaha walaupun kurang
arah yang baik kepada orang yang tidak berkemampuan dan dia tidak pernah putus
percaya diri. Ungkapan ini membandingkan
manusia seperti menggulingkan labu. Makna
yang terkandung adalah sindiran terhadap
1
seseorang yang tidak punya pendirian atau Keppeng adalah sejenis pohon hutan yang rasa
buahnya asam

MEDAN MAKNA Vol. 12 No. 2 Hlm. 169 - 177 Desember 2014 ISSN 1829-9237
asa apa dan bagaimanapun hasil yang
diperolehnya. 12. Bage Batang-batang Petindih Tan Dates
Si Teridahnya
7. Ulang Bege Takur-takur2 Ungkapan ini ditujukan kepada seseorang
yang suka menonjolkan diri karena
Ungkapan ini ditujukan kepada seseorang kepintarannya berbicara tanpa mengingat
yang sangat malas membantu orang lain atau adanya orang lain yang lebih berhak. Atau
orang yang sangat egoistis. Ungkapan ini seseorang yang suka mengambil hak orang
biasanya diucapkan pada saat-saat adanya lain baik untuk berbicara atau mendapatkan
pertemuan desa atau nasehat orang tua sesuatu.
terhadap anak-anak agar saling membantu
satu sama lainnya. 2.3 Ungkapan yang Berhubungan dengan
Fauna
8. Bage Kiroroh Bulung Lateng3 “Bagai Ungkapan menggunakan penamaan
memasak daun lateng” hewan dan bagian tubuhnya memeri
gambaran yang nyata, bahwa masyarakat
Ungkapan ini diperuntukkan sebagai nasehat Pakpak mengenal hewan yang hidup di
kepada orang muda yang belum sekitarnya. Dengan demikian, kepedulian
berpengalaman supaya tidak sembrono dalam masyarakat Pakpak terhadap habita hewan
berprilaku atau bertindak. Untuk bertindak dapat pula dilihat dalam ungkapan
perlu dipikirkan terlebih dahulu sebelum tradsionalnya. Berikut beberapa ungkapan
melakukannya. Apabila bertindak dengan yang berhubungan dengan fauna sebagai
tidak berhati-hati maka akibatnya akan fatal berikut:
dan harus ditanggung sendiri.
1. Gajah Merubat Pelanduk Terkapit
9. Bage Nderu Persege “Seperti bentuk “Gajah beradu, kancil yang terjepit”
Tampah”
Orang besar berkelahi anak kecil ikut
Ungkapan ini ditujukan kepada seseorang menjadi sasaran atau para pimpinan yang
yang seolah-olah baik atau seolah-olah berselisih mengakibatkan kesulitan pada
ringan tangan membantu orang lain, tetapi rakyat jelata.
kenyataannya sangat berat tangan atau
enggan membantu sesamanya. 2. Ulang Bagi Biahat Merdokar
Jangan seperti harimau beranak. Harimau
10.Ulang Bage Mencekep Reba-reba. beranak suka memangsa, lebih buas, tidak
boleh didekati oleh binatang lain. Ungkapan
Jangan seperti memegang daun Reba-reba ini ditujukan pada orang yang selalu marah,
Ungkapan ini ditujukankan kepada seseorang muka merah, kejam, tidak pandang bulu dan
yang tidak pernah serius melakukan sesuatu brutal, sifat yang tidak perlu untuk ditiru oleh
pekerjaan. Akibatnya dia sendiri tidak manusia.
mendapat hasil malah mungkin akan celaka.
3.Ulang Bage Berrek Kelegon “Jangan
seperti beludru di musim kemarau”
2
Takur-takur sejenis tumbuhan semak yang menjalar. Beludru pada musim kemarau biasanya
Bunganya berbentuk seperti ceret dan tertutup, berkumpul pada sisa air di selokan.
walaupun tertutup biasanya bila hujan datang air tetap
masuk kedalamnya. Mirip dengan tumbuhan kantung Ungkapan ini dikatakan kepada seseorang
semar. yang tidak mandiri dan tidak percaya diri
3
Daun jelatang sepintas kelihatan sama dengan daun sehingga selalu harus dibantu orang lain.
lain yang di hutan, namun daun ini bila tersenggol Juga ditujukan pada orang yang selalu
akan menimbulkan rasa gatal-gatal.

MEDAN MAKNA Vol. 12 No. 2 Hlm. 169 - 177 Desember 2014 ISSN 1829-9237
berkumpul tanpa melakukan usaha-usaha “Jangan seperti menolong anjing yang
untuk peningkatan diri. sedang terjepit”

4.Ulang Bage Perdalanen Biang Tonggal Ungkapan ini ditujukan misalnya dalam
“Jangan seperti perjalanan anjing jantan” suatu perkara. Apabila ada orang ketiga yang
campur tangan untuk menyelesaikan
Anjing jantan biasanya kalau berjalan selalu sengketa sering dijadikan sasaran kemarahan
singgah, sehingga lama sampai ke tempat pihak yang bertikai. Maksud hati berbuat
tujuan karena selalu memperhatikan anjing baik, malah sebaliknya mendapat pukulan,
betina. Ungkapan ini ditujukan pada anak makian maupun hinaan.
laki-laki yang menjelang remaja (mulai masa
pacaran). Para Pemuda jika pergi kesuatu 9. Ulang Mendurung I lae Meletuk “Jangan
tempat hendaknya jangan terlalu sering menangguk ikan di air yang keruh”
singgah, tetapi harus sampai ketujuan
terlebih dahulu baru kemudian direncanakan Menangguk ikan di air yang keruh biasanya
perjalanan berikutnya. lebih gampang, karena ikannya sudah dalam
keadaan mabuk. Makna ungkapan ini
5.Ulang Bage Rengkaber “Jangan seperti ditujukan kepada seseorang agar tidak
kalelawar” membuat situasi panas menjadi lebih panas.
Dapat juga sebagai nasehat agar jangan
Ungkapan ini ditujukan kepada seorang membuat orang lain susah atau sedih menjadi
pemuda yang suka keluyuran pada malam semakin lebih susah atau sedih.
hari dan pada waktu siang tidak ke mana- 10. I Kerut Menci Ekur Kocing
mana atau tidak bekerja tetapi tidur atau di
rumah saja. Orang besar atau kedudukan tinggi tidaklah
kekal adanya, sebaliknya juga bisa terjadi
6. Mbue Kunu Ukum Benben, Sadape Tapi pada orang kecil atau berkedudukan rendah.
Renggicing Malah yang semula kedudukannya rendah
akan mengantikan atau mengalahkan yang
Ungkapan ini ditujukan pada kemampuan sebesar atau kedudukan tinggi.
manusia yang tidak diukur dari jumlah yang 11. Naruh Oda Merneneh Tapi Pekastuk
banyak tetapi terutama diukur oleh Ungkapan ini ditujukan kepada setiap orang
kepandaian seseorang. Jadi walaupun sedikit bahwa ternyata dalam kehidupan nyata pasti
tetapi mempunyai peran yang cukup berarti setiap orang pernah bertengkar atau
bagi masyarakat sebagai suatu hal yang berselisih pendapat antar sesama dimana
positif. saja.
12. Bage Torang Perotor-otor “Seperti
7. Ulang Bage Olong Nangka “Jangan musang berjalan beriringan”
seperti ulat nangka”. Ungkapan ini dikatakan kepada suami istri
yang apabila bepergian selalu bersama-sama
Ulat nangka biasanya berjalan lompat- dan setia sekata
lompat. Pribahasa ini ditujukan kepada orang
yang selalu pindah-pindah tempat tinggal 2.4 Pepatah untuk Perkawinan
dari tempat satu ke tempat yang lain atau Selain ungkapan ada juga pepatah
tidak betah menetap pada suatu tempat. ketika pernikahan, ini disampaikan
Dapat juga diumpamakan kepada seorang disampaikan para orang-orang tua ada
gadis yang centil yang selalu minta berbunyi : “Kade mo lem-lem pagemu pucuk
diperhatikan. bincoli kabir kabiren ,kade mo kelleng atemu
anak daholi janah maholi mahan abingen”.
8. Ulang Bage Menolong Biang Terkapit Maka kelahiran anak khususnya anak laki-

MEDAN MAKNA Vol. 12 No. 2 Hlm. 169 - 177 Desember 2014 ISSN 1829-9237
laki menjadi dambaan. Dan setiap Pasangan alam, aktivitas sehari-hari dan aktivitas
dua insan ini mengingat pepatah ini, hati lingkaran hidup dan adat istiadat lainnya. Hal
mereka semakin rasa tersayat, sambil ini terbukti dari nama fauna atau flora
bertanya-tanya dalam hati apa yang jadi maupun istilah-istilah yang digunakan selalu
penghambat Hingga akhirnya mereka terkait dengan unsur-unsur tersebut.
mendapat petunjuk agar mendatangi “puhun” Hal-hal yang dianggap baik dan
atau pamannya untuk memohon Doa (Pasu- buruk, baik dalam berfikir maupun
pasu). Mereka lalu mempersiapkan oleh-oleh berperilaku yang ideal atau dapat ditiru atau
sebagaimana adat yang berlaku, sebagai sebaliknya harus dihindari dikonotasikan
suatu penghormatan yakni Oles metrin dan dengan alam (tumbuhan, hewan, tanah,
Ikan Simalum-malum lalu mereka berangkat gunung, sungai), mata pencaharian seperti
menuju rumah paman sebagai kula-kulanya. bertani, menangkap ikan, meramu dan
Setelah Paman mereka menerima berburu, adat istiadat dan kegiatan sehari-
pemberian dari anak Pemupus Tendina, lalu harinya.
Pamannya pun menyediakan balasan sesuai Makna yang terkandung dalam
yang diinginkan mereka. Pagi harinya ungkapan/pribahasa disimpulkan bahwa
(perkeke mataniari) Keluarga Pamannya ungkapan yang selalu digunakan berfungsi
memberi mereka makan yang disebut Nakan sebagai enkultulrasi, inkulturasi adaptasi dan
Merasa dan Ikan Sampur dengan tujuan sosialisasi bagi masyarakat Pakpak umumnya
artinya : Asa merasa janah sampur mono dan bagi pendengar khususnya. Dengan
pasu-pasu Lalu diberikan oles Pertempi demikian masyarakat Pakpak dapat
(Pengendong) beras dua liter dalam sumpit, mengetahui alam ingkungan sekitarnya,
telur ayam satu biji, kepada istri dari “bere” mengetahui bagaimana seseorang
nya (keponakannya) tersebut, disertai dengan menjalankan hak dan kewajibannya sesuai
mengucapkan Pepatah Pakpak .”Tubuhen dengan kedudukannya di tengah keluarga
Lak-lak moke tubuhen Cengkeru Saludang inti, klen, komunitas maupun sebagai
angkipangkipen , tubuhen anak mo kene anggota masyarakat Pakpak umumnya.
tubuhen Berru janah ulang sakit-sakiten “ Dengan kata lain dengan memahami makna
yang merupakan restu agar kiranya kelak ungkapan, seseorang dapat berperilaku sesuai
mereka memperoleh putera dan puteri yang dengan budaya yang dianggap ideal.
sehat. Dengan demikian berarti ungkapan-
Setelah selang beberapa lama, ungkapan yang selalu digunakan dalam
permohonan dan Doa mereka dikabulkan berbagai aktivitas social berperan sebagai
oleh Yang Maha Kuasa. Keluarga yang telah salah kontrol sosial yang dikenal oleh
lama menantikan keturunan, karena si Istri masyarakat Pakpak, baik dalam lingkungan
melahirkan seorang anak Laki-laki. Tak keluarga, komunitas maupun sebagai anggota
terhingga kegembiraan keluarga dan suku bangsa. Dengan memahami dan
termasuk orang tua mereka masing-masing. melakukan makna dari ungkapan yang ada
seseorang dapat memperoleh pujian atau
3. Simpulan dukungan. Sebaliknya seseorang yang
Ungkapan masyarakat Pakpak pada melanggar dapat memperoleh sanksi berupa
umumnya tidak terlepas dari lingkungan ejekan, kucilan, atau pelecehan.

DAFTAR PUSTAKA
Berutu, Lister. 2013. Umpama, Perumpamaan dan Koning-Koningen Suku Pakpak. Medan:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Budaya Pakpak
Danandjaja, James . Folklore Indonesian: Ilmu gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta:
Graffiti Press. 2002
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia

MEDAN MAKNA Vol. 12 No. 2 Hlm. 169 - 177 Desember 2014 ISSN 1829-9237
Luxemburg, Jan Van dkk.1992. Pengantar Ilmu sastra, (diterjemahkan oleh Dick Hartoko).
Jakarta: Gramedia.
Nurelide,dkk. 2004. Medan Makna Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan No 1/2004.
Departemen Pendidikan Nasional Pusat bahasa, Balai Bahasa Medan.
Pudentia, MPSS.1998. Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Penelitian Sastra: Teori, Metode, dan Teknik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Semi, Atar.1993. Anatomi Sastra: Angkasa Raya
Sibarani, Robert, 2012. Kearifan lokal Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi Lisan. Jakarta:
Asosiasi Tradisi Lisan
Teeuw,A.1998. Sastra dan Ilmu Sastra.Bandung: PT Karya Nusantara
http://pakpakonlines.blogspot.com/2010/09/makna-dan-ungkapan.html

MEDAN MAKNA Vol. 12 No. 2 Hlm. 169 - 177 Desember 2014 ISSN 1829-9237

Anda mungkin juga menyukai