Anda di halaman 1dari 10

SAWERIGADING

Volume 23 No. 1, Juni 2017 Halaman 15—24

MAKNA PERIBAHASA DAYAK MAANYAN:


KAJIAN SEMANTIK
(Proverbs Meaning in Dayak Maanyan: a Semantic Study)

Andi Indah Yulianti


Balai Bahasa Sulawesi Selatan
Jalan Sultan Alauddin Km. 7, Talasalapang, Makassar
Telepon (0411) 882401; Faksimile (0411) 882403
Pos-el: ndah_8082@yahoo.com
Diterima: 13/2/17, direvisi: 16/6/17, disetujui: 10/8/17

Abstract
Dayak Maanyan culture is reflected in the language used and proverbs that appear in commmunication. This
study will analyze the semantics meaning in Dayak Maanyan proverbs. This study uses qualitative method
with semantics theory. The object of this study is Dayak Maanyan proverbs and collecting data uses literature
technique, observation, and interview. Furthermore, in data processing, the data Dayak Maanyan’s proverbs
contain advices, innuendos, praises, and diplomatics languages which are often used in traditional events.
Dayak Maanyan’s proverbs reveal much about the people behaviour of Maanyan tribe.
Keywords: proverbs; meaning; semantic; Dayak Maanyan

Abstrak
Budaya Dayak Maanyan tercermin dari bahasa yang digunakan serta peribahasa yang dimunculkan dalam
tindak komunikasi. Penelitian ini akan menganalisis sisi semantik dalam peribahasa Dayak Maanyan. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan teori semantik. Objek penelitian ini adalah peribahasa daerah yang
berbahasa Dayak Maanyan. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik kepustakaan, observasi
lapangan, dan wawancara. Selanjutnya, dalam pengolahan data, langkah dan kegiatan yang dilakukan adalah
menyusun dan mengolah data yang terkumpul menurut topik-topik pembahasan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peribahasa Dayak Maanyan dikenal sebagai petatah-petitih yang mengandung nasihat, sindiran, pujian,
dan bahasa-bahasa diplomatis yang sering digunakan dalam acara adat. Peribahasa Dayak Maanyan dalam
penelitian ini mengungkapkan banyak hal tentang perilaku masyarakatnya.
Kata kunci: peribahasa, makna, semantik, Dayak Maanyan

PENDAHULUAN menyatakan bahwa para penutur bahasa yang


Menurut Sapir-Whorf (dalam Chaer, menjadi pengamat semesta tidak dapat sampai
2002: 52), pola budaya seseorang menentukan pada gambaran yang sama tentang semesta itu
pola pikir seseorang, sedangkan pola pikir apabila mereka tidak memiliki latar belakang
seseorang menentukan tindak berbahasanya. budaya yang sama. Sebagai fenomena budaya,
Tindak berbahasa menentukan cara pandang sesungguhnya bahasa memuat nilai-nilai budaya.
orang itu terhadap dunia. Bahasa membentuk Dengan kata lain, nilai-nilai budaya terefleksikan
pikiran dan bukan hanya menyampaikan hasil melalui bahasa. Hubungan antara bahasa,
pikiran. Pola perilaku berbahasa berhubungan pola pikir, dan budaya merupakan hubungan
dengan pola pikir, komunikasi, perilaku budaya enkulturasi dalam memenuhi kebutuhan hidup.
serta makna dari penutur bahasa itu. Sapir-Whorf Oleh sebab itu, tidak diragukan lagi hubungan

15
Sawerigading, Vol. 23, No. 1, Juni 2017: 15—24

antara budaya dan bahasa yang terefleksi dalam tamsil ibarat, atau petatah-petitih (1983: 1-3).
tindak kesantunan, tindak tutur, kaidah bertutur, Peribahasa bukan saja bunga bahasa melainkan
baik dalam budaya khusus (subculture) maupun suatu kalimat yang memberikan pengertian luas,
dalam varian budaya (subculture variant). dalam, dan tepat yang disampaikan dengan cara
Pada masyarakat zaman dahulu—bahkan halus dan berkias. Sementara itu, Cernates (dalam
sampai sekarang-- kata-kata atau bahasa yang Danandjaja, 1997: 28) menyatakan peribahasa
memiliki nilai sastra menjadi bagian yang tak adalah kalimat pendek yang disarikan dari
terpisahkan. Mereka yang menguasai kata-kata pengalaman panjang. Berdasarkan pengertian
indah dan bertuah dianggap tinggi kedudukannya. peribahasa, maka struktur peribahasa Indonesia
Para pemimpin zaman dahulu selalu dikelilingi adalah frasa, klausa, dan kalimat (Djajasudarma,
oleh para pujangga karena kata-katanya 2007: 4).
dianggap mewakili kebenaran dan mempunyai Peribahasa adalah bagian penting dari
kekuatan yang dianggap dapat menembus ruang tradisi lisan dan cenderung memiliki persamaan
dan waktu. Bagi masyarakat Dayak Maanyan makna antara satu daerah dengan daerah lain.
yang dapat menghayati bahasanya dalam tindak Hampir semua peribahasa menyajikan rima
komunikasi, muatan budaya dalam bahasa yang sederhana, dan bermakna dalam. Selama
Dayak tidak dapat disangkal lagi. Budaya Dayak berabad-abad peribahasa telah dijadikan alat
Maanyan tercermin dari bahasa yang digunakan pendidikan yang bersifat informal karena
serta peribahasa yang dimunculkan dalam tindak diajarkan di lingkungan keluarga dan diterapkan
komunikasi. Oleh karena itu, sangatlah wajar sebagai pegangan hidup. Menurut Dianawati
apabila peribahasa Dayak Maanyan dikaji untuk (2008: 3), peribahasa adalah ungkapan dari
mengungkap kaitan makna antara peribahasa suatu bentuk budaya atau sastra yang paling
Dayak Maanyan dengan perilaku masyarakat ringkas, sebab peribahasa berasal dari ungkapan
Dayak Maanyan. Berdasarkan paparan yang pengalaman hidup seseorang yang berlangsung
telah disebutkan di atas, masalah yang akan dari generasi ke generasi.
diangkat dalam penelitian ini adalah (1) jenis- Sebagai salah satu bentuk tradisi lisan,
jenis peribahasa dalam bahasa Dayak Maanyan, peribahasa mempunyai tiga sifat hakiki, yaitu
dan (2) makna peribahasa dalam bahasa Dayak (1) peribahasa harus berupa satu kalimat
Maanyan. peribahasa, tidak cukup hanya berupa satu kata
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) tradisional saja, (2) peribahasa ada dalam bentuk
menjelaskan jenis-jenis peribahasa dalam bahasa yang sudah standar, dan (3) peribahasa adalah
Dayak Maanyan, dan (2) mendeskripsikan makna vitalitas atau daya hidup tradisi lisan yang dapat
peribahasa dalam bahasa Dayak Maanyan. dibedakan dengan bentuk-bentuk klise tulisan
yang berbentuk syair, iklan, reportase olahraga,
KERANGKA TEORI dan sebagainya (Brundvand dan Danandjaja,
Peribahasa Dayak Maanyan 1997: 28).
Peribahasa dalam suku Dayak lebih dikenal Djamaris (1990: 26) menyatakan bahwa
sebagai petatah-petitih yang mengandung peribahasa bersifat universal, berlaku untuk
nasihat, sindiran, pujian dan bahasa-bahasa semua orang pada segala zaman dan dapat pula
diplomatis yang sering digunakan dalam acara ditafsirkan sesuai dengan suasana dan situasi
adat. Peribahasa termasuk salah satu folklor penggunaannya yang mempunyai arti kiasan,
yang diciptakan dari tradisi (lore) dalam suatu merupakan suatu perumpamaan yang halus,
kelompok masyarakat (folk) (Danandjaja, 1997: tepat dan jelas, dan dianggap pula sebagai
17). J.S. Badudu (1983: 1-3) memberi batasan bahasa diplomasi. Selain sebagai bahasa
bahwa peribahasa adalah kata yang mengandung diplomasi, peribahasa dapat pula dianggap
arti kiasan, seperti peribahasa, perumpamaan, sebagai teknik pengajaran kosakata seperti yang

16
Andi Indah: Makna Peribahasa Dayak ...

dinyatakan oleh Tarigan (1985: 156) bahwa METODE


peribahasa merupakan suatu teknik pengajaran Metode analisis data adalah cara-cara
kosakata dan dapat pula menunjang pengajaran khas yang ditempuh peneliti untuk memahami
semantik karena di setiap peribahasa terkandung problematik satuan lingual yang diangkat
bukan hanya makna kamus, tetapi juga makna sebagai objek penelitian (Sudaryanto, 1993: 57).
majas yang merupakan garapan semantik dan Penelitian ini menggunakan metode kualitatif,
pengajaran semantik. yaitu penggunaan kata-kata atau kalimat dalam
Makna sebuah peribahasa akan selalu suatu struktur yang logis, untuk menjelaskan
bersifat universal, berlaku untuk semua orang konsep-konsep dalam hubungan satu sama lain
dan segala zaman. Sebuah peribahasa juga (Danandjaja, 1990: 98). Lebih lanjut, penelitian
dapat ditafsirkan dalam bermacam makna sesuai ini bersifat deksriptif yang artinya data terurai
dengan suasana dan situasi peribahasa tersebut dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar dan
digunakan. Fungsi yang sangat menonjol dari semua hal yang berupa sistem tanda tidak ada
sebuah peribahasa adalah nasihat. Nasihat yang yang diremehkan sehingga akan memberikan
disampaikan menggunakan peribahasa akan suatu pemahaman yang lebih komprehensif
lebih banyak memberi hasil dari pada nasihat (Semi, 1993: 25).
yang disampaikan dengan terus terang karena Dalam pengumpulan data, peneliti
ada kalanya nasihat yang terus terang tersebut menggunakan teknik kepustakaan, observasi
menggunakan bahasa yang kurang berterima lapangan, dan wawancara. Selanjutnya, dalam
karena dapat menyinggung dan melukai perasaan pengolahan data, langkah dan kegiatan yang
orang yang dinasihati. Hal ini berkaitan erat dilakukan adalah menyusun dan mengolah
dengan bentuk peribahasa yang menggunakan data yang terkumpul menurut topik-topik
bentuk-bentuk kias dan bersifat umum. pembahasan, kemudian dianalisis berdasarkan
teori semantik yang digunakan. Objek penelitian
Semantik ini adalah peribahasa daerah yang berbahasa
Menurut Metzler (dalam Andirawati, Dayak Maanyan dengan memilih lebih dari satu
2014: 29), semantik adalah bagian linguistik informan dalam pengumpulan datanya. Informan
yang membahas makna dari ungkapan yang yang dipilih berdasarkan pertimbangan atau
berhubungan dengan bahasa. Senada dengan kriteria tertentu, yakni usia informan 35—60
Metzler, Pateda (2011: 104) menyatakan bahwa tahun, pendidikan minimal sekolah dasar, dan
semantik adalah ilmu bahasa yang menyelidiki banyak mengetahui tentang latar belakang budaya
makna. Sedangkan Saussure (dalam Aslinda dan Dayak Maanyan. Di samping itu, informan
Syafyahya, 2007: 5) berpendapat bahwa semantik menguasai bahasa daerahnya (penutur asli) dan
adalah ilmu yang membicarakan makna atau memiliki kesempatan memberi informasi.
arti suatu bahasa. Makna adalah pengertian atau
konsep yang terdapat pada sebuah tanda linguistik PEMBAHASAN
yang digunakan untuk menganalisis makna
sebuah kata, jenis kata, dan komponen kata. Makna denotatif dan makna konotatif
Dari beberapa definisi semantik di atas, dalam peribahasa Dayak Maanyan dipaparkan
peneliti dapat menyimpulkan bahwa semantik melalui contoh-contoh berikut.
adalah cabang lingustik yang menjelaskan Contoh 1
tentang makna kata dan kalimat serta membahas Anipe katelen karah karengkup
makna ungkapan yang berhubungan dengan Makna denotatif: ular ditelan, tempurung
bahasa. Jadi pengetahuan semantik sangat kura-kura pun diambil
penting agar tidak terjadi kesalahan dalam
memahami makna bahasa.

17
Sawerigading, Vol. 23, No. 1, Juni 2017: 15—24

Makna konotatif: memaksakan kehendak orang besar atau orang kaya, meminjam wibawa
pada orang lain orang yang terkenal, padahal dia sendiri tidak
Pada contoh 1 terdapat makna denotatif, ada apa-apanya. Ungkapan ini diberikan agar
yaitu Anipe katelen karah karengkup’ ular seseorang tidak berlaku demikian, sebaiknya
tertelan, tempurung kura-kura pun terambil’. bertindak atau bertingkah laku sesuai dengan
Katelen dan karengkup memiliki referen pada keberadaan dirinya sendiri.
tindakan memakan/menelan apa. Kata menelan Contoh 3
memiliki referen pada makanan, benda, dan Batan hang ambau gajah
sebagainya. Makna denotatif: luka di atas gajah
Sementara itu, makna konotatifnya Makna konotatif: seseorang yang terluka
adalah memaksakan kehendak pada orang di atas luka lama
lain. Ungkapan ini menggambarkan seseorang Pada contoh 3 terdapat makna denotatif,
yang mempunyai sifat menang sendiri atau batan hang ambau gajah yaitu luka di atas gajah.
diktator, selalu memaksa keinginannya bila Kata batan ‘luka’ merupakan nomina yang
perlu tanpa berunding dengan orang lain dan menunjukkan kondisi belah pada kulit. Referen
dapat pula melukiskan seseorang yang serakah dari ‘luka’ adalah penderitaan atau rasa sakit
atau bersifat monopoli, misalnya pembagian pada kulit (gajah) yang dapat dirasakan oleh
harta orang tua atau warisan yang selalu ingin pancaindra. Sementara itu, nomina batan hang
dimilikinya sendiri. Ungkapan ini berlaku untuk ambau gajah bermakna konotatif. Ungkapan
segala peristiwa misalnya, pada rapat-rapat desa ini menggambarkan seseorang yang terkena
dan orang yang di dalam tiap pembicaraannya musibah pada saat sedang menderita. Misalnya
selalu ingin menang dan tak mau kalah. Hal seorang ayah yang sedang menderita sakit,
ini juga dapat terjadi dalam kegiatan sosial, pada saat bersamaan anaknya meninggal dunia.
kegiatan perniagaan, dan lain-lain. Ungkapan Ungkapan ini menunjukkan rasa prihatin dari
ini juga mengandung semacam pesan atau orang lain terhadap seseorang yang mengalami
nasihat kepada seseorang agar jangan serakah, penderitaan. Dapat dibayangkan seseorang
baik kepada orang lain, maupun terhadap sanak yang sudah mempunyai koreng besar, suatu hari
famili sendiri. terluka lagi di atasnya atau luka di atas luka.
Contoh 2 Contoh 4
Amukakang ngampir pusi, putak liat hang Dunrung ruah rare, petan sangkuh benet
ime gunung Makna denotatif: pedang bermata dua,
Makna denotatif: kayu kecil berdekatan sumpitan bermata tombak
dengan kayu besar, tanah liat ada di bawah Makna konotatif: seseorang yang
Makna konotatif: orang kecil berdekatan mempunyai banyak sumber usaha dan
dengan orang besar semuanya berhasil
Pada contoh 2 terdapat makna denotatif Pada contoh 4 terdapat makna denotatif,
yaitu amukakang adalah sejenis kayu kecil dunrung ‘pedang’ dan petan ‘sumpit’. Pedang dan
yang tumbuh di daerah suku Dayak Maanyan, sumpit merupakan senjata yang biasa digunakan
sedangkan pusi adalah sejenis kayu yang besar. untuk berburu atau berperang. Semakin tajam
Jadi, amukakang berdampingan dengan pusi. mata pedang dan mata sumpit kesempatan untuk
Tanah liat di bawah gunung artinya tanah liat memenangkan peperangan atau mendapatkan
yang begitu sedikit dan dapat dilindungi atau hasil buruan semakin besar. Namun, dunrung
terlindung oleh gunung. Sementara itu, makna dan petan dapat pula bermakna konotatif. Mata
konotatif dari peribahasa di atas, yaitu perasaan dua berarti semua sisi dapat digunakan untuk
seseorang yang besar atau seolah-olah seperti

18
Andi Indah: Makna Peribahasa Dayak ...

menebas musuh, sedangkan sumpit yang bermata salah sejak awalnya, seterusnya pelaksanaan
tombak berarti di ujung sumpitannya sendiri pekerjaan itu akan salah, tidak mungkin
yang memang merupakan alat berperang serta diperbaiki lagi seperti mayat yang tak mungkin
berburu binatang, juga terpasang mata tombak dibuka lagi petinya guna memperbaiki mayat
yang dapat digunakan untuk menusuk korban yang ada di dalamnya. Ungkapan ini dilontarkan
pada jarak dekat. Dari uraian di atas, dapat ditarik pada suatu pekerjaan yang terlanjur salah, tidak
simpulan arti ungkapan ini adalah gambaran sesuai dengan rencana asalnya sebab awalnya
mengenai seseorang yang mempunyai banyak sudah melakukan kesalahan. Ungkapan ini
sumber usaha dan semuanya berhasil dengan merupakan nasihat atau pesan agar sebelum
baik. Ungkapan ini menunjukkan perasaan melaksanakan suatu pekerjaan hendaknya
bangga atau sanjungan terhadap seseorang dipikirkan dari berbagai segi, sehingga pekerjaan
yang berhasil dalam usahanya sehingga dapat selanjutnya tidak salah lagi dan tak menimbulkan
dijadikan contoh bagi lainnya. penyesalan.
Contoh 5 Contoh 7
Haut wehu, ilahuah iselem Ipahanrai sasameh punggur
Makna denotatif: Sudah terlanjur basah Makna denotatif: saling bersandar pada
lebih baik mandi sekalian bahkan sampai batang kayu lapuk
menyelam Makna konotatif: Meminta bantuan
Makna konotatif: jika sudah terlanjur, kepada orang yang tidak mampu
jangan tanggung-tanggung Ungkapan ini berarti bahwa seseorang
Kalau sudah melibatkan diri dalam suatu mengharapkan bantuan orang lain, padahal
pekerjaan, jangan kepalang tanggung, lebih baik tempat meminta bantuan itu tergolong orang
pekerjaan itu diselesaikan walau apapun yang yang tidak mampu. Misalnya, seseorang hidup
terjadi, risiko apapun harus dihadapi. Begitulah atau tinggal pada satu keluarga yang memberi
arti ungkapan di atas, biasanya, dilontarkan oleh makan, membelikan pakaian seragam sekolah,
orang yang menyatakan bahwa dirinya bertekad dan lain-lain padahal keluarga itu hidup dalam
bulat akan menyelesaikan suatu masalah atau kemiskinan. Ungkapan ini biasanya diucapkan
kasus sampai tuntas, sekalipun sudah diketahui orang lain, misalnya oleh keluarga mampu
berisiko tinggi. Hal ini dilakukan sebab sudah yang ingin mencari jalan keluar mengenai cara
terlanjur melibatkan diri, diselesaikan atau tidak memberi bantuan terhadap keluarga tersebut
diselesaikan risikonya sama. Ungkapan ini biasa atau setidak-tidaknya memberikan bantuan pada
dialami pada orang mulai dewasa dan tua. orang yang menumpang terhadap keluarga yang
Contoh 6 tidak mampu itu.
Hala etang bangkai hala pada ulah rarung Contoh 8
Makna denotatif: kalau salah mengatur Jarang teka wua mua
mayat, maka salah pula membuat dan Makna denotatif: jarang buah kalau tidak
bentuk peti matinya musimnya
Makna Konotatif: jika salah di awal, maka Makna konotatif: Perasaan jengkel
akan salah seterusnya mendorong seseorang melakukan sesuatu
Bentuk peti mati, bergantung pada bentuk Di daerah suku Dayak Maanyan atau
mayat yang akan dimasukkan nantinya. Kalau Kalimantan Tengah umumnya, dahulu sebelum
salah pengaturan mayatnya, maka peti mati teknologi pertanian maju, musim buah terjadi
yang digunakannya tidak sesuai. Ungkapan ini tiga sampai empat tahun sekali. Hingga kini
menunjukkan bahwa sesuatu pekerjaan yang terutama di desa-desa atau pelosok yang

19
Sawerigading, Vol. 23, No. 1, Juni 2017: 15—24

masih belum menggunakan sistem cangkokan sering dijumpai sehingga ungkapan ini berlaku
atau teknologi pertanian lainnya, masih sebagai nasihat atau pesan kepada seseorang
tergantung dengan musim sehingga musim agar menghargai semua budi baik orang lain
buah dapat dikatakan jarang sekali. Ungkapan serta harus tahu membalasnya, sekalipun kepada
ini menyatakan “jarang buah kalau tidak orang yang miskin. Ungkapan ini dapat pula
pada musimnya” berarti sesuatu itu terjadi ditujukan pada orang yang bersikap sombong
sangat jarang. Ungkapan ini sebenarnya hanya atau menganggap dirinya lebih berharga dari
menunjukkan perasaan jengkel untuk mendorong orang miskin, sebagai manifestasi rasa tidak
seseorang agar berbuat sesuatu. Misalnya pada senang kepada orang sombong yang sudah
waktu pesta kawin, biasanya ada acara minum dibantu dalam kesulitannya, tetapi melupakan
tuak atau baram (minuman keras tradisional di atau sengaja tak menghiraukan lagi.
Kalimantan Tengah). Kalau minum harus adil, Contoh 10
yaitu saat mengangkat gelas untuk minum dan Manu matei hang wuang wasian
menghabiskannya dilakukan bersama-sama, Makna denotatif: ayam mati di ladang,
kemudian gelasnya diisi lagi. Akan tetapi, di tempat yang banyak makanan dia mati
mungkin ada yang sampai tiga atau empat kali juga.
sudah mengangkat dan meminum tuaknya dan Makna konotatif: orang yang gagal karena
ada yang sejak awal tidak mengangkat dan kebodohannya sendiri.
meminum tuak bagiannya, maka yang melihat
ada yang mengatakan “jarang teka wua mua”. Ungkapan ini mempunyai makna
Berarti orang itu minumnya jarang dari orang yang terperosok (menanggung risiko) akibat
lain dan mungkin tidak pernah meminum sama kebodohannya sendiri. Biasanya ungkapan
sekali. Perasaan jengkel itu dicetuskan lewat ini ditujukan lebih banyak kepada anak muda
ungkapan ini, juga dapat digunakan dalam yang sedang menuntut ilmu. Seseorang yang
berbagai peristiwa dan kondisi lainnya. sudah dibekali dengan berbagai fasilitas
belajar, misalnya buku-buku lengkap, alat-
Contoh 9 alat penunjang belajar lengkap, tempat tinggal
Jue ang kawaleh surat wuwut sudah ada bahkan memadai, sosial ekonomi
Makna denotatif: burung Merak tidak baik, tetapi ternyata pulang kampung dengan
membalas surat burung Bubut membawa kegagalan. Pada saat inilah orang tua
Makna konotatif: orang kaya tidak melontarkan ungkapan ini, sesuatu telah terjadi.
membalas budi orang miskin Sekalipun demikian, ungkapan ini bisa juga
Pada contoh 9, burung merak digambarkan berlaku sebagai petuah, artinya sebelum sesuatu
sebagai burung yang indah, bersih, cantik, hal terjadi. Jadi jangan sampai manu matei hang
dan menawan. Burung ini melambangkan wuang wasian, orang tua menghendaki jangan
kesempurnaan seseorang. Sedangkan burung sampai adanya kegagalan di atas segala fasilitas
bubut adalah burung yang sederhana, tak yang tersedia. Ungkapan ini sebenarnya bisa
memperlihatkan kelebihannya bahkan kalau di berlaku dalam segala bentuk suasana, bukan
hutan burung ini sukar ditemui kecuali hanya hanya dalam suasana pendidikan, melainkan
suaranya yang terdengar. Ungkapan ini diartikan juga suasana yang lain, seperti suasana di bidang
sebagai orang kaya yang tidak membalas budi pertanian, perkebunan, dan lain-lain. Misalnya,
baik orang miskin karena yang miskin dianggap seseorang yang gagal dalam bertani padahal
rendah derajatnya. Percuma membalas budi tanah yang subur tersedia, bibit tersedia, tetapi
baik orang yang rendah dan miskin sebab tak yang bersangkutan malas mengerjakannya.
sesuai atau seimbang dengan harga dirinya.
Dalam kehidupan sosial, sifat semacam ini

20
Andi Indah: Makna Peribahasa Dayak ...

Contoh 11 ungkapan ini sebagai tanda selalu merendah dan


Munu iwek, nyambelum wawui tidak sombong.
Makna denotatif: membunuh babi Contoh 13
peliharaan, memelihara babi hutan/liar. Nyambelum ramai hang kapit gantang
Makna konotatif: menyusahkan diri sendiri Makna denotatif: menghidupkan dammar
demi menyenangkan orang lain. (lampu) di dalam gantang
Iwek ‘babi piaraan’ memang untuk Makna konotatif: pekerjaan yang sia-sia
dipelihara, sedangkan wawui ‘babi hutan’ tidak Kalau api dinyalakan di dalam gantang
pernah dipelihara karena bukan peliharaan maka api tidak mungkin menyala; jadi ungkapan
dan biasa hidup bebas di dalam hutan. Tetapi ini menunjukkan suatu pekerjaan yang sia-sia.
dalam ungkapan ini, babi peliharaan yang sudah Memang yang bersangkutan awalnya, tidak
ada malah dibunuh, demi memelihara babi mengetahui bahwa pekerjaan itu sia-sia. Setelah
hutan berarti menyusahkan diri sendiri, demi di akhir usahanya barulah diketahui bahwa
menyenangkan orang lain. Ungkapan ini biasanya pekerjaannya atau usahanya itu tidak berhasil.
juga berlaku sebagai nasihat agar selalu berhati- Dalam kehidupan suku Dayak Maanyan,
hati dalam pekerjaan karena dalam kehidupan ungkapan ini memang sering dilontarkan, sebab
kurang wajar kalau diri sendiri menjadi korban ungkapan ini berlaku untuk segala macam
atau musuh. Orang yang dibantu malah lebih bentuk situasi, baik usaha dalam ekonomi,
senang dari yang membantu. Kalau sampai sosial, budaya, maupun yang lainnya. Gantang
terjadi demikian, berarti kurang cermat dalam adalah nama alat untuk mengukur atau takaran
mempertimbangkan sesuatu tindakan. Biasanya secara tradisional. Kehidupan petani jelas
orang tua sering menasihati dengan ungkapan ini tergambar dalam ungkapan ini, sebab gantang
kepada orang muda untuk bertindak benar. menggambarkan kehidupan petani.
Contoh 12 Contoh 14
Mait karewau dahulu ukui Nyalah karewau napait hangurung
Makna denotatif: menarik kerbau dahulu Makna denotatif: Seperti kerbau ditarik di
ekor (menarik kerbau, ekor dahulu) hidungnya
Makan konotatif: orang yang hidupnya Makna konotatif: jangan gegabah
sulit dan tidak pernah merasa tenang. mengikuti ajakan seseorang.
Kerbau tergolong satwa besar, kalau Seekor kerbau kalau ditarik hidungnya,
disuruh berjalan lebih dahulu menarik ekornya. maka ia akan menurut saja, dibawa kemana pun
Dengan kata lain, menyuruh pantatnya berjalan akan mengikuti. Demikian pula arti ungkapan,
lebih dahulu, jelas tidak akan bisa berjalan seorang yang selalu ingin menurut ajakan orang
dengan sempurna dan sangat berat sebab lain, baik ajakan yang positif maupun negatif.
kebiasaan hewan ini jika berjalan pasti lebih Sekali pun ia sendiri cukup mengetahui ajakan
dahulu kepalanya bukan sebaliknya. Masyarakat atau keinginan orang lain, jangan hanya menurut
suku Dayak Maanyan membuat ungkapan ini saja, perlu dipertimbangkan baik buruknya,
untuk suatu keluarga atau seseorang yang sulit untung ruginya, dan lain-lain. Bukan saja nasihat
hidupnya, tidak pernah merasa tenang, kehidupan orang tua kepada anaknya, melainkan ungkapan
ekonomi Senin-Kamis, sebelum ada rezeki yang ini bisa pula dari seseorang untuk temannya yang
datang. Dari hari ke hari tahun ke tahun hidup lain, atau dari siapa saja dan ditujukan kepada
merangkak. Ungkapan ini bisa timbul dari diri siapa saja dalam kondisi apa pun. Ungkapan ini
yang bersangkutan sebagai tanda perasaan sedih bagi masyarakat Dayak Maanyan dilontarkan
kepada orang lain. Meskipun hidup seseorang sebagai nasihat, agar seseorang tidak gegabah
berkecukupan, tetapi bisa juga melontarkan

21
Sawerigading, Vol. 23, No. 1, Juni 2017: 15—24

dalam menuruti ajakan orang lain. Akan tetapi, misalnya ada orang yang tinggal atau hidup pasti
ungkapan ini juga dapat dilontarkan pada saat mereka merasa tidak tenang. Itulah kira-kira arti
peristiwa itu sudah terjadi sebagai ungkapan ungkapan ini, yaitu seseorang yang hidupnya
perasaan. Ungkapan ini sifatnya menasihati atau selalu merasa was-was, kurang aman, atau
memperingatkan seseorang untuk mengubah kurang tenang. Segala macam dapat menjadi
tingkah laku seseorang terutama dalam menuruti penyebab was-was dalam hidup, mungkin
ajakan orang lain. kesulitan ekonomi atau permusuhan dengan
Contoh 15 orang lain. Ungkapan ini biasa diucapkan oleh
Nyalah Using Na Sibawu Hang Para orang yang bersangkutan kepada orang lain.
Makna denotatif: seperti kucing digosok Pernyataan ini mengungkapkan perasaan kurang
pantatnya dengan lombok. tenang dalam hidup karena yang bersangkutan
Makna konotatif: jangan bersikap sukar mengatasinya.
berlebihan dalam pergaulan. Contoh 17
Ungkapan ini menggambarkan seorang Nyalah nampare rakit
yang lincah, tidak suka jika hanya duduk saja Makna denotatif: seperti memadamkan api
di tempatnya. Julukan ini biasanya ditujukan (kebakaran)
kepada gadis yang tidak bisa tenang, selalu Makna konotatif: dalam mengerjakan
jalan ke sana ke mari, bahkan disertai dengan sesuatu harus dipikirkan secara matang
suka berbicara lucu dan sebagainya. Tingkah Dapat dibayangkan jika ada kebakaran
laku gadis seperti ini bukan tingkah laku yang maka perhatian seseorang pasti tertuju ke api
negatif, sebab seorang yang lincah ada baiknya, dan ingin memadamkannya segera dengan jalan
bahkan gampang mempunyai teman banyak. apa pun. Pada saat itu, seseorang bekerja dengan
Akan tetapi, ada yang menganggapnya kurang serba cepat bahkan tanpa sempat berpikir
baik sebab gadis yang terlalu lincah bisa menjadi panjang, yang penting kebakaran harus segera
negatif di mata para pemuda dan kadang-kadang ditanggulangi agar apinya dapat dipadamkan.
kurang disenangi. Di sinilah orang tua memberi Dari uraian di atas, ungkapan ini berarti seseorang
nasihat agar jangan “nyalah using na sibawu yang bersikap atau bekerja bagaikan mengejar
hang para”, pokoknya yang sedang-sedang saja. yang penting cepat selesai. Orang tua biasanya
Julukan ini ditujukan kepada gadis-gadis yang menasihati anak-anaknya agar bekerja dengan
sukar mengubah tingkah lakunya, baik sikap, teliti, rapi, dan dipikir dahulu, walau lambat
perbuatan, maupun yang lainnya. selesai asal hasilnya baik. Misalnya, mencuci
Contoh 16 piring, sebaiknya pelan-pelan agar dapat bersih
Nyalah welum hang umbung pungur dan tidak jatuh yang akhirnya pecah.
Makna denotatif: bagaikan hidup di bawah Contoh 18
kayu yang lapuk (tapi masih tegak) Nyalah nyeje tawu lawang
Makna konotatif: orang yang hidupnya Makna denotatif: seperti menekan
selalu was-was dan tidak tenang (memasukkan) labu kering ke dalam air
Kayu yang sudah lapuk sewaktu-waktu Makna konotatif: pekerjaan yang sangat
pasti akan patah atau roboh, lebih-lebih kalau sulit dikerjakan
angin bertiup kencang. Di Kalimantan Tengah Labu kering adalah buah labu putih yang
yang terdiri atas hutan belantara, banyak terdapat sudah tua, dikosongkan isinya lalu dibersihkan,
kayu yang masih berdiri, tetapi sudah lapuk di bagian atas atau di dekat tangkai dibuat
yang dalam bahasa Dayak Maanyan disebut dua buah lubang untuk jalan memasukkan
pungur. Kayu lapuk sewaktu-waktu bisa rebah, tali. Labu ini digunakan untuk mengambil

22
Andi Indah: Makna Peribahasa Dayak ...

air atau menyimpan air minum. Orang-orang Makna konotatif: perjuangan yang hampir
di pedalaman Kalimantan Tengah umumnya berhasil
mengenal apa yang dinamakan “tawu”, hanya Ungkapan tradisional suku Dayak
mungkin sebutannya yang berbeda (Dayak Maanyan ini menggambarkan seseorang yang
Ngaju: baluh). Labu kering ini apabila diisi baik tua maupun muda, yang tengah berjuang
air, karena isinya kosong dan besar, biasanya demi kehidupan pribadi dan keluarganya.
sulit hingga kadang-kadang terpaksa ditekan Perjuangan itu hampir berhasil, namun pada
dengan dua tangan. Oleh karena begitu sulitnya saat itu juga mengalami rintangan dan semua
setiap pekerjaan, orang selalu mengandaikannya jadi gagal. Biasanya ungkapan ini diucapkan
sebagai menekan labu kering ke dalam air. untuk menggambarkan keprihatinan terhadap
Secara khusus ungkapan ini diucapkan seorang seseorang. Ungkapan ini sangat populer ketika
guru terhadap muridnya yang sulit mengerti orang tua menyampaikannya kepada kawula
pelajaran, juga dari orang tua terhadap anaknya muda yang sedang mencari hidup layak di tengah
yang bandel sebagai luapan perasaan jengkel. masyarakat. Sering pula ungkapan ini diucapkan
Contoh 19 dalam keluarga, untuk menasihati anak-anak
Reren rarin kala ambah jungkau mutung dalam menempuh perjuangan, misalnya, di
kisak kasik bapang nyereu jewe dalam menuntut ilmu.
Makna denotatif: Hilir mudik seperti ayah
membakar kayu di ladang, ke sana ke mari PENUTUP
seperti bapak membakar ranting. Peribahasa Dayak Maanyan lebih dikenal
Makna konotatif: pekerjaan yang sebagai petatah-petitih yang mengandung
dilakukan secara gegabah. nasihat, sindiran, pujian, dan bahasa-bahasa
Di Kalimantan Tengah (daerah Dayak diplomatis yang sering digunakan dalam
Maanyan), penduduk pada umumnya bertani acara adat. Peribahasa Dayak Maanyan dalam
sistem ladang. Mereka membuat ladang penelitian ini mengungkapkan banyak hal
yang besar dan luas. Karena begitu besarnya, tentang perilaku masyarakatnya.
membakar ladang (sesudah kayunya ditebang) Makna sebuah peribahasa akan selalu
merupakan suatu pekerjaan yang tidak gampang. bersifat universal dan berlaku untuk semua
Pekerjaan ini memerlukan kecepatan, lari orang dan segala zaman. Sebuah peribahasa juga
sana sini dan tidak perlu terlalu memikirkan dapat ditafsirkan dalam bermacam makna sesuai
tempat membakar yang tepat. Ungkapan ini dengan suasana dan situasi peribahasa tersebut
menunjukkan seseorang yang kerjanya tiba- digunakan. Fungsi yang sangat menonjol dari
tiba tanpa dipikirkan secara mendalam terlebih sebuah peribahasa adalah nasihat. Nasihat
dahulu. Ungkapan ini sering digunakan yang disampaikan menggunakan peribahasa
untuk menggambarkan sikap seseorang yang akan lebih banyak memberi hasil daripada
bekerja atau bertindak selalu gegabah, tetapi nasihat yang disampaikan dengan terus terang
berfungsi pula sebagai nasihat atau pesan agar karena adakalanya nasihat yang terus terang
setiap bertindak dan melakukan sesuatu mesti tersebut menggunakan bahasa yang justru
dipikirkan dulu akibatnya. melukai perasaan orang yang dinasihati. Hal ini
Contoh 20 berkaitan erat dengan bentuk peribahasa yang
Siung tudi pungur pungga menggunakan bentuk-bentuk kias dan bersifat
Makna denotatif: seekor burung tiung umum.
(beo) yang hinggap di pohon kayu lalu
tumbang.

23
Sawerigading, Vol. 23, No. 1, Juni 2017: 15—24

DAFTAR PUSTAKA Djajasudarma, Fatimah. (2007). Nilai Budaya


Andirawati, Ayu. (2014). “Penggunaan Nama dan Ungkapan dalam Peribahasa Sunda.
Anggota Tubuh dalam Peribahasa Jerman Jakarta: Depdikbud.
dan Padanannya dalam Bahasa Indonesia. Pateda, Mansoer. 2011. Linguistik: Sebuah
Skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa Pengantar. Bandung: Angkasa.
Jerman. Yogyakarta: Universitas Negeri Semi, Atar. (1993).Metode Penelitian Sastra.
Yogyakarta. Bandung: Angkasa.
Chaer, Abdul. (2002). Pengantar Semantik Sudaryanto. (1993). Metode dan Teknik
Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta. Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian
Aslinda dan Syafyahya. (2007). Pengantar Wahana Kebudayaan secara Linguistik.
Sosiolinguistik. Bandung: Refika Aditama. Yogyakarta: Duta Wacana University
Danandjaja, James. (1990). Folklor Indonesia. Press.
Jakarta: Pustaka Graviti. Tarigan, Henri Guntur. (1985). Pengajaran
Dianawati, Ajen. (2008). 2700 Peribahasa Semantik. Bandung: Angkasa Bandung.
Indonesia. Jakarta: PT. Wahyu Media.
Djamaris, Edwar. (1990). Menggali Khazanah
Sastra Melayu Klasik. Jakarta: Balai
Pustaka.

24

Anda mungkin juga menyukai