ABSTRAK
Dewasa ini sering dilaksanakannya berbagai penelitian tentang
etnopedadogie atau pendidikan dalam kearifan lokal, yang hasil penelitiannya
dimanfaatkan untuk mningkatkan karakter yang dimiliki oleh peserta didik.
Penanaman nilai karakter ini, relatif lebih dapat dirasakan karena berdasarkan
suatu kearifan lokal yang ada, serta terjadi dalam masyarakat. Salah satu bentuk
dari tradisi yang mengandung nilai pendidikan karakter adalah tradisi ngaasin
yang dilaksanakan oleh Desa Pakraman Bukih, Desa Belancan, Kintamani,
Bangli. Sebagai salah satu tradisi yang masi dijalankan dan dilaksanakan oleh
masyarakat tepatnya setiap malam terakhir sebelum acara panyineban, tentunya
mengandung nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat dimanfaatkan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan saat ini. Untuk memecahkan permasalahan dan
mengkaji nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam tradisi ini menggunakan
dua teori yaitu teori semiotik dan etnopedagogi. Sedangkan, metode yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan analisis
deskriptif (deskriptif kualitatif). Pendidikan karakter yang terdapat dalam tradisi
ngaasin yang dilaksanakan oleh Desa Pakraman Bukih yaitu: a) kesadaran akan
Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa (Spritual), b) menumbuhkan
prilaku sikap sosial, c) menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesatuan, d)
menciptakan rasa kemandirian, e) meningkatkan kedisiplinan, dan f) mengajarkan
rasa keadilan sejak dini.
ABSTRACT
Nowadays, various studies on ethnopedadogies or education in local
wisdom are often carried out, the results of which are used to improve the
character possessed by students. The cultivation of this character value is
relatively more felt because it is based on an existing local wisdom, and occurs in
the community. One form of tradition that contains the value of character
education is the ngaasin tradition carried out by Pakraman Bukih Village,
Belancan Village, Kintamani, Bangli. As one of the traditions that is still carried
out and carried out by the community, precisely every last night before the
panyineban event, of course it contains character education values that can be
utilized in improving the quality of education today. To solve problems and
examine the value of character education contained in this tradition, two theories
are used, namely semiotic theory and ethnopedagogy. Meanwhile, the method
1
Subasita: Jurnal Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali E-ISSN 2723-4274
Vol.2, No.2, November 2021
2
Subasita: Jurnal Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali E-ISSN 2723-4274
Vol.2, No.2, November 2021
3
Subasita: Jurnal Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali E-ISSN 2723-4274
Vol.2, No.2, November 2021
4
Subasita: Jurnal Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali E-ISSN 2723-4274
Vol.2, No.2, November 2021
5
Subasita: Jurnal Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali E-ISSN 2723-4274
Vol.2, No.2, November 2021
6
Subasita: Jurnal Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali E-ISSN 2723-4274
Vol.2, No.2, November 2021
7
Subasita: Jurnal Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali E-ISSN 2723-4274
Vol.2, No.2, November 2021
sikap peduli tentunya hal ini tidak kebersamaan dan kesatuan agar
akan terjadi lagi sehingga generasi bangsa dapat memiliki generasi
penerus bangsa memiliki rasa muda yang menjunjung rasa
simpati dan empati terhadap apa persatuan.
yang terjadi di lingkungannya. d. Menciptakan rasa kemandirian,
c. Menumbuhkan rasa kebersamaan menurut Indrayani (2013),
dan kesatuan, dalam tradisi seorang peserta didik (pelajar)
ngaasin dimana kegiatannya yang dapat dikatakan memiliki
terdapat kegiatan-kegiatan yang sikap madiri memiliki beberapa
menumbuhkan rasa persaudaraan, indikator yaitu: 1) memiliki rasa
kebersamaan dan kesatuan. tanggung jawab dan tidak
Pelaksanaan ngaasin yang tergantung pada orang lain, 2)
melibatkan berbagai komponen memilki rasa ingin tahu yang
sehingga memerlukan adanya rasa besar, dan 3) memiliki sikap
kebersamaan dan kestauan agar percaya diri. Rasa kemandirian
pelaksanaan upacara dapat akan muncul dari dalam diri
berjalan dengan baik dan lancar. seseorang serta mendapatkan
Selain itu Nampak pula dalam suatu pengaruh dari
hasil tradisi ngaasin yang berupa lingkungannya, kemandirian
kumpulan surudan (hasil sesajen) dalam tradisi ngaasin Nampak
dari anggota masyarakat itu bagaimana krama desa secara
dimakan secara bersama-sama mandiri dan sukarela
oleh prajuru desa dan anggota melaksanakan ngaasin walaupun
daa truna, sehingga tanpa adanya pemanggilan oleh
memunculkan rasa kebersamaan pengurus (prajuru desa), selain
dan persatuan dalam mengambil itu sikap mandiri juga ditunjukkan
suatu kegiatan. Kebersamaan dan oleh anggota daa truna yang
kesatuan juga dapat diartikan secara mandiri membuat malang
bahwasannya setiap anggota hasil ngaasin, setiap anggota
memiliki hak dan kewajiban yang sukarela dan bertanggungjawab
sama. Kewajiban yang berupa membantu nyacarang
melaksanakan ayah-ayahan dan (membagikan), serta secara
mendapatkan hak berupa kawes mandiri mengambil malang.
dan malang sisa kegiatan acara Dalam menjalankan tugasnya juga
makan bersama. Dengan adanya setiap komponen senantiasa
hak dan kewajiban yang sama mengerjakan tanpa tergantung
tentunya akan memunculkan rasa dari orang lain, yang artinya
kebersamaan dan kesatuan, mereka mampu mengerjakan
apalagi dalam dewasa saat ini setiap tugas dan kewajibannya
banyaknya berita-berita yang dengan baik. Rasa kemandirian
dapat dikatakan kurang penting dimikiki oleh pelajar
bertanggung jawab atau lebih karena dengan munculnya rasa
dikenal dengan nama berita hoaks mandiri seorang pelajar akan
yang menyebabkan munculnya dapat mendapatkan pengalaman
rasa curiga dalam anggota dan prestasi yang lebih baik lagi.
masyarakat. Sehingga generasi Selain itu juga dengan memiliki
muda khususnya para pelajar rasa mandiri seseorang akan
perlu ditanamkan rasa merasa percaya diri seperti
8
Subasita: Jurnal Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali E-ISSN 2723-4274
Vol.2, No.2, November 2021
anggota daa truna setiap sebelum prajuru desa baik itu bendesa
persembahyangan melaksanakan maupun paduluan desa, anggota
tari baris jojor dan rejang dewa, daa truna tidak akan langusng
dengan menumbuhkan percaya mengambil lungsuran hasil dari
diri sejak dini anggota daa truna ngaasin. Memiliki rasa kesabaran
diharapkan senantiasa mandiri dan disiplin penting dimiliki oleh
baik di dalam masyarakat maupun setiap orang agar dalam
sekolah. menjalankan kegiatan dan
e. Meningkatkan kedisiplinan, kehidupan dapat berjalan dengan
disiplin merupakan salah satu baik serta sesuai dengan peraturan
syarat yang dimiliki seseorang dan norma yang berlaku.
untuk mencapai kesuksesan, f. Mengajarkan rasa keadilan sejak
sehingga kedisiplinan harus dini, setiap manusia tentunya
dimiliki oleh setiap pelajar. ingin senantiasa mendapatkan
Bahkan dibeberapa sekolah, rasa keadilan. Keadilan menjadi
menuntut agar setiap warga salah satu topic yang hangat untuk
sekolah termasuk guru dan diperbincangkan, karena banyak
pegawai hadir tepat waktu, baik orang yang merasa dalam hidup
hadir ke sekolah maupun hadir di ini belum mendapatkan suatu
dalam kelas dalam setiap keadilan, secara harfiah keadilan
pembelajaran. Seorang yang dan pemerataan itu berbeda.
dikatakan memiliki sikap displin Sesuatu yang merata belum tentu
memiliki beberapa indikator adil, sehingga keadilan sering
seperti: mengikuti peraturan yang diperdebatkan. Dalam tradisi
ditetapkan, tertib dalam ngaasin terdapat keadilan dalam
melaksanakan setiap tugas, hadir pengaturan hak dan kewajiban
tepat waktu, serta mengerjakan setiap komponen yang terlibat di
tugas dan kewajiban dengan baik. dalamnya. Dimana jika dilihat
Berdasarkan indikator inilah dari segi tugas dan kewajiban daa
seseorang dikatan memiliki rasa truna dan prajuru desa memiliki
kedisiplinan. Dalam tradisi ayah-ayah yang cukup relatif
ngaasin yang dilaksanakan lebih berat dari pada krama biasa,
disetiap upacara sehingga diadakannya ngaasin
(ngusabha/piodalan) dengan sebagai bentuk keadilan dari
mengambil waktu di malam krama desa atas segala bentuk
terakhir upacara sebelum acara ayah-ayah dalam setiap
panyineban. Kegiatan ngaasin ini berlangsungnya upacara agama
senantiasa dilakukan tepat waktu, atau ngusabha desa. Keadilan
serta setiap krama desa mengikuti juga terlihat dari malang yang
tradisi ini dengan baik serta didapatkan oleh anggota daa
dengan rasa tulus, iklas, serta truna, selain itu jika ada anggota
syukur karena kegiatan upacara yang berhalangan hadir karena
dapat dikatakan hampir selesai. suatu alasan tertentu juga
Sikap yang dimiliki oleh daa mendapatkan haknya, namun
truna juga merupakan salah satu yang tidak hadir tanpa suatu
bentuk disiplin yang patut ditiru alasan yang jelas terkena sanksi
dimana jika belum adanya berupa dedosaan.
pemeberitahuan (arah-arah) dari
9
Subasita: Jurnal Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali E-ISSN 2723-4274
Vol.2, No.2, November 2021
10