Anda di halaman 1dari 6

DESKOVI : Art and Design Journal ISSN 2655-464X online

Volume 1, Nomor 1, Desember 2018, 29-34 ISSN 2654-5381 print

INTEGRITAS KEARIFAN LOKAL BUDAYA


MASYARAKATACEH DALAM
TRADISI PEUSIJUK
Nana Noviana

Universitas Syiahkuala Banda Aceh


e-mail : nonanaviana@gmail.com

Diterima: 15 Agustus 2018. Disetujui : 10 November 2018. Dipublikasikan : 1 Desember 2018


©2018 – DESKOVI Universitas Maarif Hasyim Latif. Ini adalah artikel dengan akses terbuka di
bawah lisensi CC BY 4.0 (https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)

ABSTRAK

Budaya merupakan suatu proses yang dinamis serta memiliki nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang berlaku
dalam tata cara pergaulan masyarakat tertentu. Dari budaya tersebut maka terciptalah ragam kebiasaan masyarakat,
diantaranya bahasa daerah, kesenian tari, musik, dan upacara adat, semua ini adalah hasil dari bagian budaya.
Penelitian ini berjudul Integritas kearifan lokal budaya masyarakat Aceh dalam tradisi peusijuek . Peusijuek
mengandung nilai-nilai agama yang sangat filosofis sehingga peusijuek dianggap sangat sakral dan mesti
dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang diyakini perlu adanya peusijuek. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui tradisi peusijuek dalam budaya masyarakat Aceh Barat. Penelitian ini menggunakan metode sejarah
sebagai metode penelitian yang umum digunakan untuk hal-hal sejarah yaitu berupa studi kepustakaan dan
pengalaman empiris. Teknik pengumpulan data menggunakan data sekunder dan teknik observasi partisipan.
Teknik analisis data adalah verifikasi dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah tradisi Peusijuek
merupakan salah satu tradisi adat masyarakat Aceh yang telah berasimilasi dengan ajaran Islam, sehingga masih
dipertahankan sampai saat ini. Di antara unsur yang telah diubah adalah mantra-mantra yang digunakan dalam
prosesi peusijuek telah diganti dengan doa-doa yang berbahasa Arab. Dalam pelaksanaan peusijuk ini ada tiga hal
yang paling penting yaitu, perangkat alat serta bahan peusijuek, gerakan atau langkah-langkah dan do’a.

Kata kunci: adat istiadat, integritas, peusijuk

ABSTRACT

Culture is a dynamic process and has the values and norms of life that apply in certain social relations procedures.
From this culture, a variety of community habits are created, including regional languages, dance, music, and
traditional ceremonies, all of these are the result of the cultural part. This research is titled The integrity of the
local wisdom of the culture of Aceh people in the tradition of Peusijuek. Peusijuek contains very philosophical
religious values so that the peusijuek is considered very sacred and must be carried out in activities that are
believed to peusijuek. The purpose of this study was to find out the tradition of peusijuek in the culture of West
Aceh society. This study uses historical methods as a research method that is commonly used for historical matters
in literature studies and empirical experience. The technique of collecting data uses secondary data and
participant observation techniques. Data analysis techniques are verification and conclusion. The results of this
study are that the Peusijuek tradition is one of the traditional traditions of the Aceh people who have been
assimilated with Islamic teachings, so that it is still maintained today. Among the elements that have been changed
are the mantras used in the peusijuek procession have been replaced with Arabic-language prayers. In the
implementation of this peusijuk there are three most important things, namely, the device and the material for
peusijuek, movements or steps and prayers.
Keywords: culture, integrity, peusijuk

PENDAHULUAN maksudnya dalam meneliti budaya perlu


memperhatikan aspek-aspek lokatif atau kedaerahan
Budaya adalah sesuatu yang hidup, berkembang yang masing-masing lokasi sering berbeda satu sama
dan bergerak menuju titik tertentu.penelitian budaya lain. (Endraswara, 2007)
bersifat dinamis artinya harus senantiasa mengikuti riak Budaya merupakan suatu kebiasaan atau
kebudayaan itu sendiri yang sangat labil. Sifat dialektis, prilaku masyarakat di daerah tertentu, budaya juga

29
Nana Noviana / DESKOVI : Art and Design Journal, Vol. 1, No.1, Desember 2018, 29-34

merupakan suatu proses yang dinamis serta memiliki Nilai Agama dan Budaya (Marzuki, 2011), bahwa
nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang berlaku Peusijuek (bahasa Aceh) atau menepung tawari adalah
dalam tata cara pergaulan masyarakat tertentu. Dari salah satu tradisi masyarakat Aceh yang masih
budaya tersebut maka terciptalah ragam kebiasaan dilestarikan sampai sekarang. Peusijuek dikenal
masyarakat, diantaranya bahasa daerah, kesenian tari, sebagai bagian dari adat masyarakat Aceh. Peusijuek
musik, dan upacara adat, semua ini adalah hasil dari secara bahasa berasal dari kata sijuek (bahasa Aceh
bagian budaya. (Setyobudi 2007:1). yang berarti dingin), kemudian ditambah awalan peu
Kesenian tradisi merupakan salah satu identitas (membuat sesuatu menjadi), berarti menjadikan sesuatu
suatu kelompok masyarakat yang dihasilkan dengan agar dingin, atau mendinginkan (Dhuhri, 2009, p. 642).
keahlian khusus sifat serta bentuk perwujudan beraneka Peusijuek adalah prosesi adat yang dilakukan
ragam, sesuai dengan tempat kelahiran kesenian itu. pada kegiatan-kegiatan tertentu dalam kehidupan
Setiap kesenian sebagai unsur kebudayaan, lahir dari masyarakat Aceh, seperti peusijuek pada upacara
masyarakat sehingga ia menggambarkan karakter yang perkawinan, upacara tinggal di rumah baru, upacara
diyakini dan dianut oleh masyarakat pendukung. hendak merantau, pergi/naik haji, peusijuek
Aceh selain terkenal dengan pesona alamnya keureubeuen (kurban), peusijuek perempuan diceraikan
yang indah dan kekayaan akan budayanya, Aceh juga suami, peusijuek orang terkejut dari sesuatu yang luar
begitu terkenal dengan mempercayai beberapa mitos biasa (harimau, terjatuh dari pohon, kena tabrakan
yang memang sangat identik dengan negara Indonesia. kendaraan yang mengucurkan darah berat),
Mitos yang berkembang terus dipercayai hingga hari perkelahian, permusuhan, sehingga didamaikan
ini. Tidak terdapat sejarah pasti akan beragam mitos (Ismail, 2003, pp. 161–162).
yang ada di dalam kehidupan masayarakat Aceh yang Di samping itu peusijuek juga dilakukan oleh
terkenal begitu ramah dan saling mendukung satu sama anggota masyarakat terhadap seseorang yang
lainnya. memperoleh keberuntungan, misalnya berhasil lulus
Kearifan lokal merupakan gagasan setempat sarjana, memperoleh kedudukan tinggi dalam
yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, pemerintahan dan masyarakat, memperoleh
yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat. penghargaan anugerah bintang penghargaan tertinggi,
Kearifan lokal dipengaruhi oleh kebudayaan dari peusijuek kendaraan baru, dan peusijuek-peusijuek
masing-masing daerah. Kearifan lokal terlahir dari lainnya (Dhuhri, 2009, p. 162).
nilai-nilai dan perilaku dalam tatanan kehidupan Prosesi peusijuek sudah menjadi budaya yang
masyarakat dalam proses yang tidak singkat dan terus dipertahankan, peusijuek mengandung nilai-nilai
keberlangsungannya secara turun temurun. agama yang sangat filosofis sehingga peusijuek
Sartini dalam jurnalnya menggali kearifan dianggap sangat sakral dan mesti dilakukan pada
lokal nusantara sebuah kajian filsafat (Sartini, 2004) kegiatan-kegiatan yang diyakini perlu adanya
mengemukakan bahwa kearifan lokal berfungsi sebagai peusijuek. Bahkan sampai kepada yang sangat ekstrim,
konservasi dan pelestarian sumberdaya alam, peusijuek dianggap amalan agama yang tidak boleh
pengembangan sumber daya manusia, pengembangan ditinggalkan.
kebudayaan dan ilmu pengetahuan, sebagai petuah, Fenomena yang terjadi saat ini dimasyarakat
kepercayaan, sastra dan pantangan, bermakna sosial, Aceh adalah krisis kridebilitas dan erosi kepercayaan
bermakna etika dan moral dan bermakna politik. sehingga sedikit demi sedikit mulai meninggalkan
Pada masyarakat Aceh adat istiadat telah kebiasaan tradisi ke-Acehan yang ikut terseret dalam
memberikan tempat yang istimewa dalam perilaku arus erosi tersebut. Sebagian kecil Masyarakat Aceh
sosial dan agama. Hal ini dibuktikan dengan beranggapan dengan munculnya argumen bahwa
ungkapan “Hukom ngon Adat Hanjeut Cre Lagee zat peusijuk tersebut bukan merupakan budaya islam.
Ngon Sifeut”. Artinya adat dengan hukum syariat Islam Namun, segala argumen yang dicetuskan tidak
tidak dapat dipisahkan (sudah menyatu) seperti zat memiliki dalil, bukti bahkan sumber yang kuat untuk
dengan sifatnya, sehingga kaidah Islam sudah menyatakan bahwa Adat Aceh mengandung nilai
merupakan bagian dari pada adat. Akan tetapi adat kesyirikan.
istiadat Aceh yang bernafaskan Islam sebelumnya Dalam bukunya Identitas Aceh dalam
banyak terdapat pengaruh Hindu. Hal ini terlukiskan perspektif Syariat dan Adat (Ali, 2013, pp. 15–18)
pada zaman dahulu Aceh sebagai tempat persinggahan menjelaskan bahwa nilai ke-Acehan tentunya dilihat
lalu lintas pelayaran internasional, dalam rangka dari segi perilaku orang Aceh yang tertuang dalam
hubungan perdagangan bahkan ada yang sampai pemahaman dan sikap beragama, adat istiadat, hukum,
menetap di Aceh. Masuknya pengaruh Hindu ke dalam akhlak, kesenian, cara beribadat dan sebagainya.
kebudayaan dan adat istadat Aceh, disebabkan karena Penerapan adat istiadat di Aceh punya landasan
pernah terjadi suatu hubungan yang luas antara Aceh tersendiri yaitu dari ijtihadi Ulama dan tokoh
dan India pada masa lampau. Sehingga ada beberapa masyarakat Aceh pada zaman dahulu. Hal ini tentunya
kepercayaan dari masyarakat Aceh salah satunya bukan karna mengikuti agama dan budaya orang lain.
seperti peusijuek (Tepung Tawar). Syariat Islam yang universal sudah pasti terjadinya
Menurut Marzuki dalam jurnalnya Tradisi persamaan-persamaan dalam pelaksanaannya dengan
peusijuk dalam masyarakat Aceh : Integritas Nilai- agama, budaya atau kepercayaan orang lain. Terjadinya

30
Nana Noviana / DESKOVI : Art and Design Journal, Vol. 1, No.1, Desember 2018, 29-34

persamaan dalam praktek ajaran bukan berarti syariat menuju kesempurnaan ajaran Islam dalam masyarakat.
Islam mengikuti ajaran agama lain. Di Aceh Menurut sebagian sejarawan, islamisasi sudah
pelaksanaan nilai-nilai syariat Islam terbungkus dalam mencapai kesempurnaan baru sejak masa Iskandar
pelaksanaan adat istiadat yang sebahagiannya terjadi Muda, terutama masa Nuruddin ar Raniry, sebagian
persamaan dalam praktek dengan pelaksanaan yang yang lain juga berpendapat bahwa islamisasi baru
dilakukan oleh penganut agama lain. mencapai kesempurnaan jauh sebelum masa Sulthan
Atas dasar latar belakang tersebutlah penulis Iskandar Muda, yaitu pada masa kerajaan Pasee,
merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah samudra Pasai (Dhuhri, 2009, p. 635).
bagaimanakah integritas kearifan lokal budaya masyarakat Sebagian kebiasaan atau adat masyarakat
Aceh dalam tradisi peusijuk. Aceh yang dianggap tidak bertentangan dengan Islam
masih dilestarikan dan diperbolehkan oleh para ulama
Perkembangan Peusijuk pada zaman awal Islam di Aceh. Sebagian praktik-
Tradisi peusijuek menurut sejarahnya, ini praktik animisme dan ajaran Hindu juga masih
merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Hindu. diizinkan untuk dipraktikkan dengan mengubah ritual-
Kebudayaan Hindu di Aceh sendiri disebabkan karena ritual tersebut sesuai dengan ajaran Islam.
hubungan antara Aceh dan India di masa lampau, Ini merupakan bukti bahwa Islam masuk ke
sehingga secara tidak langsung budaya Hindu yang Aceh dan Indonesia pada umumnya secara damai,
dibawanya mulai mempengaruhi kebudayaan bukan dengan pedang. Ini juga membuktikan bahwa
masyarakat Aceh. Salah satunya adalah dengan adaya ajaran Islam sangat elastis dan dapat membaur dengan
Tradisi Peusijuek ini. Dilihat dari gerakan-gerakan berbagai peradaban dan budaya di dunia. Oleh karena
pada saat prosesi peusijuek sangat unik, gerakan- itu tidak mengherankan bila kita mendapatkan adanya
gerakan ini hampir menyerupai gerakan pada saat sebutan Islam Maroko, Islam Jawa, dan lain-lain,
pemujaan-pemujaan dalam agama Hindu. Tetapi, karena memang Islam dapat menerima dan menghargai
gerakan ini terjadi hanya mengikuti arah memercikkan budaya dan peradaban manusia dimanapun, sesuai
air dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri dan sesekali dengan misinya Islam rahmatan lil’alamin.
disilang. Islam di Indonesia bukan semata replika dari
Banyak para Tengku (Ulama/ Majelis adat) Islam Timur Tengah atau Asia Selatan, lebih dari itu ia
berpendapat bahwa adanya kesamaan ritual peusijuek merupakan tradisi intelektual dan spritual dari dunia
dengan praktik pemujaan dalam agama Hindu bukan muslim yang paling dinamis dan kreatif (Woodword,
berarti bahwa peusijuek tersebut adalah ritual agama 2006, p. 365). Berdasarkan penelitiannya di
Hindu. Karena ritual itu sendiri sangat berbeda baik Yogyakarta, peneliti Amerika, Woodword menilai
dari segi tujuan, cara, dan isi dari peusijuek tersebut. Di bahwa Islam di Jawa pada dasarnya juga Islam bukan
antara unsur yang telah diubah yaitu mantra-mantra Hindu atau Hindu-Budha, sebagaimana dituduhkan
yang digunakan dalam prosesi peusijuek telah diganti kalangan muslim puritan dan banyak sejarawan
dengan do’a - do’a yang dibaca merupakan doa-doa antropolog (kolonial), Islam Jawa bukan merupakan
keselamatan, baik dalam Bahasa Arab maupun penyimpangan dari Islam. Kemungkinan hal ini juga
berbahasa Aceh. Doa-doa biasanya disesuaikan dengan terjadi di wilayah-wilayah lain di Indonesia seperti
momen dari peusijuek. Doa-doa tersebut meminta Aceh. Sehingga tesis Woodword ini berlaku untuk
keselamatan, kedamaian dan kemudahan rizki dari beberapa wilayah di Indonesia yang masih
Allah. mempertahankan tradisi Islam.
Tradisi peusijuk belum bisa diketahui Peusijuek merupakan salah satu tradisi adat
kebenarannya bahwa tradisi tersebut adalah masyarakat Aceh yang telah berasimilasi dengan ajaran
peninggalan budaya Hindu yang masih dianut oleh Islam, sehingga masih dipertahankan sampai saat ini.
umat islam khususnya masyarakat Aceh. Walaupun ada Di antara unsur yang telah diubah adalah mantra-
beberapa orang menganggap tradisi peusijuk ini hampir mantra yang digunakan dalam prosesi peusijuek telah
mirip dengan tradisi agama Hindu, namun dalam segi diganti dengan doa-doa yang berbahasa Arab.
cara, isi dan tujuannya sangat berbeda berbeda. Pada masa Sultan Alaudin Riayat Syah, beliau
Masyarakat Aceh percaya, bahwa tradisi mengundang 70 orang ulama besar terkemuka untuk
Peusijuek ini merupakan hasil kearifan budaya lokal menyusun qanun Syara‟ al asyi guna menjadi pedoman
yang diajarkan nenek moyang. Dimana budaya dan dan pegangan bagi kalangan kerajaan, tentang
agama harus dijalankan secara berdampingan dengan kedudukan adat dalam syariat, di sinilah terjadi
segala kebaikan yang ada di dalamnya. Sehingga ia perubahan mantra-mantra menjadi doa-doa dalam
harus hormati dan dijaga keberadaannya. peusijuek (Dhuhri, 2009, p. 640).
Membicarakan sejarah peusijuek tidak Perjalanan panjang peusijuek ini diwarnai
terlepas dari sejarah Islamisasi Aceh. Islam masuk ke berbagai hambatan, kaum reformis melalui organisasi
Aceh secara damai dibawa oleh para pedagang dari PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) pada tahun
Arab sekitar abad ke-7 M. Para sejarawan sepakat 1939, yang dibentuk oleh Abu Daud Beureueh
bahwa Islam masuk ke Aceh secara damai, bukan mengeluarkan maklumat yang berisikan ajakan kepada
dengan pedang atau penaklukan. Sehingga proses umat Islam di Aceh untuk meninggalkan amalan-
islamisasi di Aceh membutuhkan waktu yang panjang, amalan yang dianggap syirik dan tidak ada dasarnya

31
Nana Noviana / DESKOVI : Art and Design Journal, Vol. 1, No.1, Desember 2018, 29-34

dalam al Quran dan Hadist (Dhuhri, 2009, p. 641). mengharuskan dilakukannya studi pustaka, apalagi
Perselisihan ini terus berlanjut antar kaum reformis dan pada penelitian yang bersifat kualitatif, maka
tradisionalis. Hingga pada tahun 1965, melalui sebuah penggunaan literature cukup dominan.
badan yang dibentuk oleh pemerintah pada saat itu,
yaitu MPU (Majelis Permusyawaratan Ulama), 2. Observasi partisipan
dikeluarkanlah suatu fatwa tentang larangan membahas Observasi partisipan marupakan
masalah-masalah khilafiah (perbedaan pendapat) di pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun
tempat-tempat umum, di khotbah-khotbah, serta data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan
memberikan kebebasan menjalani pemahaman agama dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat
menurut keyakinan masing-masing (Dhuhri, 2009, p. dalam keseharian responden.
642).
Dalam bukunya identitas Aceh dalam Teknik Analisis Data
perspektif syariat dan adat (Ali, 2013, pp. 44–53) Teknik analisis data dapat diperoleh
mengatakan bahwa Rasulullah SAW juga pernah berdasarkan kemungkinan adanya penarikan
melakukan peusijuek yang mungkin cara dan peralatan kesimpulan dan pengambilan tindakan yang bersifat
atau bahan-bahan yang digunakan berbeda dengan naratif yaitu dengan menarik kesimpulan/verifikasi
dilakukan di Aceh. Dalil-dalil hadis yang dengan melakukan pengorganisasian untuk
membolehkan peusijuek; Hadis Rasulullah pada saat membentuk mana data yang relevan dengan tujuan
Rasulullah menikahkan Siti Fatimah dengan Saidina penulisan dan mana yang tidak.
Ali. Rasulullah mengambil air dengan tangan kanannya
lalu memercikkan ke dada keduanya dan PEMBAHASAN
menggosokkan ke kuduk Saidina Ali dan Fatimah .
(kitab al-Ma’jam Kabir karangan Imam Thabrany). Pelaksanaan Peusijuk
namun, kini sudah tidak menggunakan telapak tangan Dalam pelaksanaan peusijuek ini ada tiga hal
tetapi dengan daun-daun kayu/sisijuek. yang paling penting yaitu, perangkat alat serta bahan
Hingga sampai saat ini, peusijuek masih terus peusijuek, gerakan/langkah-langkah dan do’a. Untuk
bertahan dan dilestarikan keberadaannya oleh perangkat dan bahan peusijuek biasanya terdiri dari
masyarakat Aceh, sebagai sebuah budaya Islam. talam, bu leukat (keutan), u mirah (kelapa merah),
Peusijuek masih dilakukan baik oleh perorangan breueh padee (beras), teupong taweue (tepung yang
maupun kelompok. dicampur air), on sisijuek (sejenis daun cocor bebek),
manek manoe (jenis daun-daunan), naleueng sambo
METODE PENELITIAN (sejenis rumput), glok (tempat cuci tangan) dan sangee
(tudung saji). Namun untuk tempat peletakannya juga
Pendekatan dan Jenis Penelitian biasanya digunakan dalong sebagai tempat meletakkan
Studi pustaka adalah kajian teoritis, referensi bahan-bahan perangkat peusijuk tadi. Bagi masyarakat
serta literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan Aceh setiap bahan peusijuk ini memiliki filosofi dan
budaya, nilai dan norma yang berkembang pada situasi arti khusus didalamnya.
sosial yang diteliti. (Sugiono, 2012). Penelitian ini Tata cara pelaksanaan peusijuek dilakukan
bersifat deskriptif dengan menggunakan metode dengan urutan, pertama menaburkan beras padi (breuh
sejarah (historis) sebagai metode yang lazim digunakan padee), kedua, menaburkan air tepung tawar, ketiga
untuk hal-hal yang berkaitan dengan sejarah. menyunting nasi ketan (bu leukat) pada telinga sebelah
Namun disamping studi kepustakaan, peneliti juga kanan dan terakhir adalah pemberian uang (teumutuek)
menggunakan pengalaman empiris sebagai sumber yang (Dhuhri, 2009, p. 161).
didasarkan pada observasi yang mendalam. Empiris Tara cara ini umumnya hampir sama dalam
merupakan suatu gagasan yang bersifat rasional yang setiap prosesi peusijuek, tetapi juga kadang-kadang
dibentuk oleh individu melalui pengalamannya. (Izzatur, terdapat beberapa perbedaan menurut kegiatan yang
2015). diadakan peusijuek tersebut. Biasanya perlengkapan
peusijuek terdiri dari: talam satu buah, breuh padee
Teknik Pengumpulan Data (beras) satu mangkok, bu leukat (ketan) satu piring
Adapun teknik pengumpulan data yang besar bersama tumpoe (penganan berupa kue yang
digunakan sebagai berikut : dibuat dari tepung dan pisang) atau kelapa merah,
1. Data Sekunder ( Studi kepustakaan ) teupong taweu (tepung) dan air, oun sineujuek (daun
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau yang khusus digunakan untuk prosesi peusijuek), on
dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah manek mano (jenis daun-daunan), on naleung samboo
ada (peneliti sebagai tenaga kedua). Data sekunder (sejenis rerumputan yang memiliki akar yang kuat),
dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Metode glok ie (tempat cuci tangan), dan sangee (tudung saji).
library research (penelitian kepustakaan), penelitian Tumbuh-tumbuhan itu diikat menjadi sebuah berkas
terapan ini tidak dilepaskan dari teori-teori terutama kecil dan dengan itu dipercikkanlah orang yang hendak
pada landasan berfikir (kerangka teori). Untuk didinginkan atau obyek itu. Kemudian orang tersebut
keperluan ini, diperlukan berbagai literature yang disuntingkan (peusunténg) ketan kuning di belakang

32
Nana Noviana / DESKOVI : Art and Design Journal, Vol. 1, No.1, Desember 2018, 29-34

daun telinganya atau boleh juga disuap untuk dimakan. yang bagi sebagian masyarakat telah menganggap dan
menjadikannya bagian dari Islam.
Pada tingkat masyarakat biasa, peusijuek Meskipun demikian ulama di Aceh
hanya merupakan kegiatan rutinitas adat biasa walau membolehkan dan masih tetap mempertahankan
diyakini mesti dilaksakan. Kebanyakan masyarakat peusijuek tersebut. Ada yang membolehkan dengan
tidak memahami isi atau makna dari prosesi peusijuek mengungkapkan dalil-dalil dari kitab kuning,
tersebut. Biasanya prosesi peusijuek dilakukan oleh berdasarkan perbuatan Rasulullah SAW. Diriwayatkan
orang yang sudah tua atau dipandang memiliki bahwa Rasulullah SAW pernah memercikkan air ketika
kelebihan dalam masyarakat, seperti seorang Tengku Ali dan Fatimah menikah. Riwayat lain juga dikatakan
(ustadz), atau Umi Chik. (Ustadzah), wanita yang sudah bahwa Rasulullah pernah mendoakan cucu beliau
tua yang menguasai ilmu agama). Hanya orang-orang Hasan dan Husen dengan percikan air (informasi dari
yang melakukan peusijuek tersebut biasanya yang Tengku-Tengku dalam pengajian).
memahami tujuan dan doa-doa yang dibacakan pada Menurut Marzuki, ia belum menemukan dalil
peusijuek. Tidak ada pengkaderan orang yang tertulis dari pernyataan-pernyataan untuk alasan
melakukan peusijuek tersebut, dan semakin hari pembolehan atau dasar peusijuek tersebut. Sebagian
semakin sulit dicari orang yang paham betul cara yang lain juga memberikan alasan dibolehkan karena
peusijuek dan mengetahui makna-makna simbolis dari perbuatan peusijuek tersebut intinya adalah berdoa dan
peusijuek. tidak ada unsur-unsur syirik dengan bahan-bahan yang
Terdapat tiga unsur penting dari peusijuek, digunakan dalam upacara peusijuek tersebut. Karena
pertama bahan yang digunakan, dari dedaunan, semua doa dan harapan hanya ditujukan kepada Allah
rerumputan, padi, tepung, air, nasi ketan dan tumpoe. SWT. Dengan bahan-bahan yang digunakan dalam
Kedua gerakan yang dilakukan pada saat dipeusijuek, peusijuek seperti dedaunan, padi,beras, dan air
ketiga, doa yang dibacakan menurut acara peusijuek, merupakan lambang atau simbol yang digunakan untuk
dan keempat teumutuek (pemberian uang). sebuah harapan dari bentuk dan sifat dari masing-
Bahan-bahan yang digunakan dalam peusijuek masing benda yang dipilih untuk digunakan, sehingga
berbeda-beda menurut kegiatan yang dilakukan yang dipeusijuek mengikuti sifat dari bahan tersebut.
peusijuek. bahan yang sering digunakan antara lain: (1) Menurut Wibowo (Wibowo, 2013), makna
Dedaunan dan rerumputan, melambangkan dari penyelenggaraan peusijuek adalah :
keharmonisan, keindahan, dan kerukunan dan diikat 1. Talam mengandung makna bahwa orang yang
menjadi satu sebagai lambang dari kekuatan. (2) beras dipeusijuek tetap bersatu dalam lingkungan
dan padi, melambangkan kesuburan kemakmuran, dan keluarga yang ditinggalkan.
semangat. (3) air dan tepung melambangkan kesabaran 2. Clok (calok) mengandung makna bahwa orang
dan ketenangan. (4) nasi ketan, sebagai pelekat, yang dipeusijuek itu tetap berada dalam lingkungan
lambang persaudaraan (Kurdi, 2011). keluarga yang di lingkungan keluarga (persatuan)
Gerakan-gerakan pada saat prosesi peusijuek dan berhemat.
sangat unik, gerakan-gerakan ini hampir menyerupai 3. Tudung saji (sangee) mengandung makna
gerakan pada saat pemujaan-pemujaan dalam agama diharapkan untuk mendapatkan perlindungan dari
Hindu. Tetapi, gerakan ini terjadi hanya mengikuti arah Allah swt dari segala tipu daya yang menyesatkan.
memercikkan air dari kiri ke kanan dan dari kanan ke 4. Beras padi mengandung makna bahwa orang
kiri dan sesekali disilang. Banyak para Tengku dipeusijuek semakin tua semakin berilmu, juga
berpendapat bahwa adanya kesamaan ritual peusijuek merupakan makan pokok atau benih untuk
dengan praktik pemujaan dalam agama Hindu bukan menghasilkan.
berarti bahwa peusijuek tersebut adalah ritual agama 5. Tepung tawar mengandung makna bahwa tepung
Hindu. Karena ritual itu sendiri sangat berbeda baik berwarna putih merupakan perlambang kebersihan
dari segi tujuan, cara, dan isi dari peusijuek tersebut. dan kesejukan jiwa bagi orang yang dipeusijuek.
Doa-doa yang dibacakan pada saat peusijuek 6. On manek-mano mengandung makna bahwa sesuai
merupakan doa-doa keselamatan, baik dalam Bahasa dengan deretan bunga diharapkan digalang
Arab maupun berbahasa Aceh. Doa-doa biasanya persatuan dan kesatuan serta keteraturan.
disesuaikan dengan momen dari peusijuek. Doa-doa 7. On sijuek mengandung makna obat penawar/
tersebut meminta keselamatan, kedamaian dan kesejukan meresap kalbu.
kemudahan rizki dari Allah. 8. Naleung Samboe mengandung makna dengan
Teumetuek (pemeberian uang) dilakukan sifatnya yang kokoh sulit untuk dicabut, pelambang
setelah semua prosesi peusijuek. biasanya yang sebagai kekokohan pendirian dan etika, baik dalam
melakukan peusijuek memberikan amplop berisi uang, kehidupan bermasyarakat maupun agama.
dan diikuti kerabat-kerabat juga memberikan uang 9. Bu leukat mengandung makna zat perekat,
kepada yang dipeusijuek. Ini biasanya terjadi pada pelambang sebagai daya tarik untuk tetap meresap
peusijuek perkawinan, calon jamaah haji dan khitanan. dalam hati orang yang dipeusijuek semua ajaran dan
Peusijuek merupakan salah satu contoh nasihat ke jalan yang diridhai oleh Allah swt.
asimilasi Islam dan budaya lokal di Indonesia.
Peusijuek merupakan produk budaya atau Islam budaya

33
Nana Noviana / DESKOVI : Art and Design Journal, Vol. 1, No.1, Desember 2018, 29-34

manek manoe (jenis daun-daunan), naleueng sambo


(sejenis rumput), glok (tempat cuci tangan) dan sangee
(tudung saji).
Rasulullah SAW juga pernah melakukan
peusijuek, Dalil-dalil hadis yang membolehkan
peusijuek; Hadis Rasulullah pada saat Rasulullah
menikahkan Siti Fatimah dengan Saidina Ali.
Rasulullah mengambil air dengan tangan kanannya lalu
memercikkan ke dada keduanya dan menggosokkan ke
Gambar 1. Alat dan Bahan Peusijuek
kuduk Saidina Ali dan Fatimah . (kitab al-Ma’jam
Sumber. Dokumentasi pribadi T.Dadek
Kabir karangan Imam Thabrany). Namun, kini sudah
tidak menggunakan telapak tangan tetapi dengan daun-
Fungsi dan Makna Peusijuk
daun kayu/sisijuek.
Tradisi Peusijuek pada dasarnya difungsikan
Masyarakat Aceh percaya, bahwa tradisi
untuk memohon keselamatan, ketentraman, dan
Peusijuek ini merupakan hasil kearifan budaya lokal
kebahagiaan dalam kehidupan. Namun fungsi
yang diajarkan nenek moyang. Dimana budaya dan
peusijeuk juga dibagi menjadi beberapa jenis di
agama harus dijalankan secara berdampingan dengan
antaranya seperti, pada upacara perkawinan, upacara
segala kebaikan yang ada di dalamnya. Sehingga ia
tinggal di rumah baru, upacara hendak merantau,
harus hormati dan dijaga keberadaannya.
pergi/naik haji, peusijuek keureubeuen (kurban),
peusijuek orang terkejut dari sesuatu yang luar biasa
DAFTAR PUSTAKA
(terjatuh dari pohon, kena tabrakan kendaraan yang
menyucurkan darah berat), perkelahian, permusuhan,
Ali, F. (2013). Identitas Aceh Dalam Perspektif
sehingga didamaikan (Ismail, 2003, pp. 161–162).
Syariat dan Adat. Banda Aceh: Badan Arsip
Di samping itu peusijuek juga dilakukan oleh
Perpustakaan Aceh.
anggota masyarakat terhadap seseorang yang
Dhuhri, S. (2009). Peusjuek: sebuah Tradisi Ritual
memperoleh keberuntungan, misalnya berhasil lulus
sosial Masyarakat Pasee dalam Perspektif
sarjana, memperoleh kedudukan tinggi dalam
Tradisionalis dan Reformis. In International:
pemerintahan dan masyarakat, memperoleh
The 3rd Internationsal Conference On
penghargaan anugerah bintang penghargaan tertinggi,
Development of Aceh (ICDA-) (pp. 636–638).
peusijuek kendaraan baru, dan peusijuek-peusijuek
Lhokseumawe: Unimal Press.
lainnya (Dhuhri, 2009, p. 162).
Endraswara, S. (2007). Metodologi Penelitian
Dalam bukunya identitas Aceh dalam
Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada
perspektif syariat dan adat (Ali, 2013) mengemukakan
University Press.
bahwa makna dari tahap-tahap yang digunakan dalam
Ismail, B. (2003). Mesjid dan Adat Meunasah sebagai
peusijuek adalah pertama setelah membaca basmallah
Sumber Energi Budaya Aceh, Jurnal
kemudian kedua menaburkan beras dan padi, sifat padi
diterbitkan. Banda Aceh: Gua Hira.
itu semakin berisi semakin merunduk, maka
Izzatur, R. (2015). Pengertian Empiris dan Contohnya.
diharapkan bagi yang di peusijuek supaya tidak
Retrieved from
sombong bila mendapat keberhasilan serta mengharap
www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-
agar mendapatkan kesuburan, kemakmuran, dan
empiris-dan-contohnya
semangat seperti taburan beras padi yang begitu
Kurdi, M. (2011). Filosofi Peusijuek dalam
semarak berjatuhan. Kemudian ketiga menyuapi nasi
Masyarakat Aceh. Retrieved from
ketan (bu leukat) dan menyuntingnya pada telinga
http://muliadikurdi.com
sebelah kanan, dipilih nasi ketan karena mengandung
Marzuki. (2011). Tradisi Peusijuk dalam Masyarakat
zat perekat, sehingga jiwa raga yang di peusijuek tetap
Aceh : Integritas Nilai-Nilai Agama dan
berada dalam lingkungan keluarga atau kelompok
Budaya. Jurnal El-Harakah UIN Malang.
masyarakatnya. Lalu yang terakhir adalah pemberian
Sartini. (2004). Menggali Kearifan Lokal Nusantara
uang (teumutuep) secara filosofi teumeutuep memiliki
Sebuah Kajian Filsafat. Jurnal Filsafat, 111–
makna sedekah, sedangkan sedekah salah satu pilar
120.
dalam mencapai kemakmuran dalam masyarakat.
Sugiono. (2012). Pengertian Empiris Dan Contohnya.
Retrieved from
KESIMPULAN
www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-
empiris-dan-contohnya
Dalam pelaksanaan peusijuek ini ada tiga hal
Wibowo, A. B. (2013). Peusijuek dalam Masyarakat
yang paling penting yaitu, perangkat alat serta bahan
Aceh. Retrieved from
peusijuek, gerakan/langkah-langkah dan do’a. Untuk
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbaceh/2
perangkat dan bahan peusijuek biasanya terdiri dari
013/12/19/peusijuek-dalam-masyarakat-
talam, bu leukat (keutan), u mirah (kelapa merah),
aceh/#respond
breueh padee (beras), teupong taweue (tepung yang
dicampur air), on sisijuek (sejenis daun cocor bebek),

34

Anda mungkin juga menyukai