Anda di halaman 1dari 14

WAYANG GARING:

FUNGSI DAN UPAYA MEREVITALISASI WAYANG


KHAS BANTEN

Wayang Garing: The Function and The Revitalization Efforts


of Bantenese Iconic Culture

Nur Seha dan Ovi Soviaty Rivay

Kantor Bahasa Provinsi Banten, Jalan Bhayangkara Nomor 129, Serang, Banten
Telepon: 081296238797, 081284851435
Pos-el: dzihni@yahoo.com, opisopiatiripai@yahoo.com

Naskah masuk: 9 Maret 2015, disetujui: 21 April 2015, revisi akhir: 28 April 2015

Abstrak: Mayoritas masyarakat belum mengenal wayang garing Banten dengan baik. Dengan demikian,
upaya pelestarian dan pemahaman tentang wayang khas Banten ini belum maksimal. Hal itu disebabkan
wayang garing lahir dan berkembang hanya di wilayah Kabupaten Serang, Banten. Untuk itu diperlukan
kajian atau penelitian ilmiah sebagai bahan informasi dan apresiasi terhadap keberadaan wayang garing.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan melestarikan wayang garing asal Kabupaten Serang, Banten.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
perekaman, wawancara, pengamatan, dan studi pustaka. Teori yang digunakan adalah teori fungsi Wellek
dan Warren. Penelitian ini pun mencermati upaya revitalisasi wayang garing sebagai penguatan kearifan
lokal Banten. Simpulan dari tulisan ini adalah wayang garing berfungsi sebagai alat pemenuhan kebutuhan
hidup bagi Kajali, satu-satunya pelaku wayang garing Banten. Fungsi lainnya adalah pemertahanan bahasa
Jaseng (Jawa Serang) dan wayang khas Banten, serta dapat menjadi alternatif media pengajaran bahasa
dan sastra Banten. Upaya revitalisasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah menyelenggarakan
bengkel wayang garing, sosialisasi, dan kaderisasi.
Kata kunci: wayang garing, Banten, revitalisasi

Abstract: The majority of people have not known Bantenese Wayang Garing (the Bantenese pup-
pet) well. Hence, conservation effort and understanding of the typical Bantenese puppet have not
been maximized. These are due to the puppet born and developed only in Serang regency, Banten.
Based on the fact, it is necessary to conduct a study or scientific research as substantial informa-
tion and appreciation of the existences of the puppet. The study is aimed at describing and pre-
serving the puppet in Serang regency, Banten. The data collection technique is carried out by
recordings, interviews, observations and literature studies.The applied theory is functions by Wellek
and Warren. The research is also paying close attention to the revitalization efforts as the way to
strengthen the local wisdom of Banten. From the research it can be concluded that the puppet has
its function as subsistence for Kajali, the only puppeteer in Banten. It can also be a tool for the
retention of Jaseng (JawaSerang) language, the preservation of Banten iconic puppet and a me-
dia of teaching Bantenese language and literature. The revitalization efforts which can be done by
the government are conducting workshops, giving socialization, and finding regeneration to con-
tinue this iconic traditional culture.
Key words: wayang garing, Banten, revitalization

77
METASASTRA, Vol. 8 No. 1, Juni 2015: 7790

1. Pendahuluan Penanganan masalah kebahasaan dan


kesastraan tertuang dalam Undang-Undang
Sastra daerah merupakan salah satu
Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
manifestasi karakteristik yang dimiliki atau
Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
dihasilkan oleh masyarakat tertentu. Nilai-
Kebangsaan. Hal ini menguatkan penetapan
nilai budaya yang terkandung dalam sastra
alokasi fungsi bahasa dalam politik bahasa
daerah merupakan entitas yang melandasi
dan juga ancangan perencanaan bahasa
eksistensi masyarakat tersebut. Studi-studi
yang harus dilaksanakan di Indonesia. Salah
mengenai sastra daerah memiliki relevansi
satu amanat yang dituangkan dalam
yang tinggi dengan kebutuhan membangun
undang-undang ini adalah masalah
jati diri, kemandirian, tanggung jawab
pelindungan bahasa dan sastra. Program
sosial, dan dinamika perubahan
pembinaan dan pengembangan yang
masyarakat. Hasil studi sangat
dilaksanakan dengan baik, terutama
dimungkinkan pemanfaatannya karena tiga
terhadap bahasa dan sastra yang hampir
faktor penting. Pertama, arah
punah, akan bermuara pada pelestarian
pembangunan daerah dapat disesuaikan
bahasa dan sastra itu. Sehubungan dengan
dengan kebutuhan dan potensi sosial
itu, perencanaan bahasa dan sastra daerah
budaya, dalam hal ini sastra daerah yang
memerlukan pemahaman tentang situasi
dimiliki. Kedua, meluasnya arus gaya hidup
faktual, misalnya, tentang pemakaian,
profan dan budaya massa yang bersifat
kemahiran petutur, sarana pemerolehan,
homogenitas sebagai akibat dari globalisasi,
dan korpus data yang tersedia. Hal itu
bisa ditangkal dengan mengeksplorasi
terlihat pada bunyi pasal berikut.
kearifan budaya lokal yang pluralis sebagai
sistem budaya alternatif. Ketiga, munculnya Pasal 42
degradasi potensi dan kelestarian sumber (1) Pemerintah daerah wajib
daya alam dan lingkungan yang dapat mengembangkan, membina, dan
diantisipasi dengan menggali nilai-nilai melindungi bahasa dan sastra daerah
budaya yang terkonsep dalam pranata- agar tetap memenuhi kedudukan
pranata lokal, nilai-nilai tradisi, dan sastra dan fungsinya dalam kehidupan
lisan (Kusnadi, 2008: 12). bermasyarakat sesuai dengan
Setakat ini arus globalisasi memiliki perkembangan zaman dan agar
dampak langsung terhadap keberadaan dan tetap menjadi bagian dari kekayaan
keterpakaian sastra daerah di berbagai budaya Indonesia.
tempat. Hal itu paling tidak dapat dilihat (2) Pengembangan, pembinaan, dan
dari beberapa hal. Pertama, globalisasi telah pelindungan sebagaimana dimaksud
meredefinisi batas-batas sastra secara lebih pada ayat (1) dilakukan secara
luas karena hubungan sastra yang satu bertahap, sistematis, dan
dengan sastra yang lain menjadi lebih berkelanjutan oleh pemerintah
terbuka. Kedua, sifat ekspansi globalisasi daerah di bawah koordinasi lembaga
telah menyebabkan subordinasi sastra kebahasaan.
daerah semakin kuat. Ketiga, arus globalisasi
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
menyebabkan hilangnya saluran enkulturasi
pengembangan, pembinaan, dan
nilai dan norma-norma daerah.
pelindungan sebagaimana dimaksud
Kebudayaan daerah dalam hal ini tidak
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
dapat lagi menjadi acuan dalam sikap dan
Pemerintah.
praktik sosial yang diwujudkan karena
sistem referensi mulai diambil dan Seperti yang telah dikemukakan, upaya
bersumber pada wacana modern yang pelindungan dimaksudkan untuk mencegah
dibangun oleh institusi modern untuk suatu bahasa dan sastra punah, tidak
kepentingan yang bervariasi (Abdulah, dituturkan lagi. Upaya ini memang lebih
1999: 2). banyak ditujukan untuk bahasa dan sastra

78
NUR SEHA DAN OVY SOVIATY R.: WAYANG GARING: FUNGSI DAN UPAYA MEREVITALISASI ...

yang terancam punah. Namun, bahasa dan dapat disaksikan dengan Kajali sebagai satu-
sastra yang jauh dari ancaman kepunahan satunya dalang yang tetap bertahan.
pun perlu menjadi sasaran upaya ini. Kita Apendi, putra kandung Kajali tidak terlihat
tidak perlu menunggu suatu bahasa dan keinginannya untuk meneruskan wayang
sastra terancam punah karena tidak ada garing. Ia hanya terlihat menemani Kajali
lagi generasi muda yang tertarik untuk saat berkeliling atau menghadiri
mempelajarinya. pertunjukan. Keberadaan wayang garing
Proses kepunahan bahasa dan sastra yang hanya didukung oleh seorang dalang,
dapat ditandai oleh penurunan vitalitasnya. yaitu Kajali cukup mengkhawatirkan.
Bahasa dan sastra yang terancam punah Padahal wayang garing merupakan
pada umumnya tidak memiliki daya hidup wayang khas Banten yang lahir dari putra
atau vitalitas yang tinggi. Oleh karena itu, asli Banten dan tumbuh di Banten. Berdasar
antisipasi yang harus dilakukan untuk pada hal tersebut, upaya mengungkap
mengatasi kepunahan sebuah bahasa dan fungsi wayang garing bagi masyarakat
sastra daerah adalah melakukan publikasi dianggap sangat penting. Hal itu bertujuan
kajian ilmiah mengenai bahasa dan sastra agar pemerintah dapat merumuskan
daerah, juga melakukan upaya revitalisasi. langkah-langkah untuk dapat merevitalisasi
Usia dalang Kajali yang tidak lagi muda dan wayang garing sebagai kearifan lokal
belum adanya penerus dalang wayang Banten.
garing dapat menjadi faktor utama tidak
berkembang dan populernya wayang khas 2. Kajian Teori
Banten ini. Hal ini dapat mengarah pada
proses penurunan vitalitas, bahkan proses Kebudayaan berasal dari kata budaya
kepunahan sastra lisan Banten. yang dalam kamus bahasa Indonesia berarti
Salah satu sastra daerah Banten yang pikiran atau akal budi. Dengan demikian,
mengalami proses penurunan vitalitas budaya dapat dikatakan sebagai hasil atau
adalah wayang garing. Wayang garing buah pemikiran yang dilakukan oleh
adalah pergelaran wayang kulit tanpa seseorang pada masa tertentu. Menurut
iringan gamelan dan tembang para Bernett Taylor (dalam Riyanto, dikutip
Ndraha, 2011: 43), Culture of civilization,
pesinden. Hanya dalang seorang diri yang
memainkan lakon para wayang diiringi taken in is wide technograpic sense, is that com-
bebunyian yang berasal dari mulut dan plex whole which includes knowledge, belief, art,
permainan tangan dalang yang beradu morals, custom, and any order capabilities and
dengan benda-benda di sekitarnya. Wayang habits acquired by man as a member society.
ini kerap hadir pada acara hajatan Dalam terjemahan bebasnya dapat kita
pahami bahwa pada hakikatnya peradaban
pernikahan dan sunatan di Kabupaten
Serang, Banten. Istilah garing diberikan kebudayaan merupakan perpaduan
masyarakat yang berarti kering (dalam kompleks dari pengetahuan, keyakinan, seni,
bahasa Jawa Serang) karena pergelaran ini moral, dan tradisi serta keahlian-keahlian
tidak ada apa-apanya: tidak ada gamelan lain dan kebiasaan yang didapat manusia
dan tidak ada tembang dari para sinden. sebagai anggota masyarakat. Ndraha
(dalam Riyanto, 2011) membagi tingkatan
Bisa dibayangkan betapa sibuk dalang
nyepeng dan nyekel wayang saat tampil, budaya dalam dua katagori.
sambil mulutnya menirukan bunyi gamelan a. Aspek kuantitatif: semakin banyak yang
dan menyanyikan tembang Sunda serta terlibat dalam menganut, memiliki, dan
Jawa. Sesekali tangan kanan atau kirinya menaati suatu nilai akan semakin tinggi
memukul kotak wayang atau kecrek untuk tingkat budaya yang terrcipta seperti
menambah suara latar lakon yang sedang budaya global, budaya regional, budaya
dimainkannya. bangsa, budaya daerah, dan budaya
Pergelaran wayang garing saat ini masih setempat.

79
METASASTRA, Vol. 8 No. 1, Juni 2015: 7790

b. Aspek kualitatif: semakin mendasar tidak pernah terlepas dari seni. Bahkan
penataan nilai akan semakin kuat perkembangan terakhir, sekarang
budaya yang tercipta. perjuangan dalam menyiasati kehidupan
dikaitkan dengan seni, seperti seni bela diri,
Dengan dua pengertian budaya
seni menjaga lisan, dan seni menata kalbu.
tersebut, Ndraha (dalam Riyanto, 2011)
melanjutkan bahwa budaya dapat memiliki Keterkaitan seni dalam kehidupan
fungsi sebagai berikut: manusia ini menunjukkan bahwa begitu
a. cita rasa dan identitas masyarakat, pentingnya seni dalam memberikan
keselarasan dan kesimbangan. Seni
b. pengikat suatu masyarakat, merupakan wujud inti dari budaya dan
c. sumber inspirasi, peradaban manusia yang kita bingkai
d. kekuatan penggerak, sebagai aset yang tak ternilai dari sebuah
e. kekuatan untuk menciptakan nilai bangsa. Begitu pula halnya dengan Banten,
tambah, daerah ini sejak dulu telah maju dan
berkembang dengan keluhuran seni dan
f. pola perilaku yang berisi norma dan
budayanya.
aturan,
Kementerian Pendidikan dan
g. warisan,
Kebudayaan bidang Direktorat Internalisasi
h. substitusi berbagai tata nilai, Nilai dan Diplomasi Budaya, pada registrasi
i. mekanisme adaptasi terhadap warisan budaya tak benda nasional,
perubahan, dan menyatakan bahwa wayang garing masuk
j. proses yang menjadikan bangsa dalam warisan budaya dari Kabupaten
kongruen. Serang dengan nomor kode 2010000119
kategori seni pertunjukan. Pada laman
Memahami budaya tidak akan terlepas Kemendikbud tersebut diinformasikan
dari memahami seni atau kesenian. Kesenian bahwa kesenian wayang kulit yang terdapat
yang berkata dasar seni dalam bahasa di Kabupaten Serang hingga kini belum
Indonesia adalah kesangggupan akal untuk diketahui dari mana asalnya. Sementara itu,
menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi keberadaan kesenian ini sudah dikenal luas
atau indah. Banyak pengertian tentang masyarakat sejak Kesultanan Banten berdiri.
kesenian yang dilahirkan oleh para tokoh
kesenian yang semuanya menunjuk pada Dari catatan sejarah disebutkan bahwa
hasil karya seni (art) bagi para penghayat wayang kulit termasuk salah satu alat
seni. Menurut Joko Tri P. (dalam Riyanto, komunikasi dalam penyebaran agama Islam
2011: 95), seni atau kesenian merupakan di Banten, khususnya Kabupaten Serang.
karya seniman dengan maksud memberikan Penduduknya saat itu masih memeluk
rasa indah kepada para penghayatnya dan Hindu/Budha sehingga kesenian ini sangat
bagi para seniman itu sendiri. digemari. Terlebih cerita atau lakon yang
dibawakan mengenai cerita-cerita
Kesenian dapat memberikan suguhan pewayangan, seperti Mahabharata dan
kehidupan kejiwaan seseorang karena yang Ramayana. Cerita-cerita seperti ini oleh
menjadi objek atau sasarannya adalah alam, Sunan Gunung Jati dan putranya, Sultan
kejiwaan, kehidupan, dan semua yang Maulana Hasanuddin, telah diubah
terkait dalam kehidupan manusia. Kesenian sedemikian rupa, disesuaikan dengan
juga merupakan sebuah tatanan dan nilai kepentingan penyiaran agama Islam pada
sebuah masyarakat dapat terlihat. Kita masa itu. Contohnya, seperti cerita tentang
tentunya masih ingat bagaimana peradaban Jimat Kalisodo (Jimat Dua Kalimat
Yunani Kuno, Romawi Kuno, atau Mesir Syahadat) dan Wahyu Widayat.
Kuno yang pada zamannya merupakan
tolok ukur kemajuan nalar berpikir manusia. Pada zaman Kesultanan Banten,
Dengan demikian, sejak dulu kita memang wayang kulit sangat disenangi masyarakat.

80
NUR SEHA DAN OVY SOVIATY R.: WAYANG GARING: FUNGSI DAN UPAYA MEREVITALISASI ...

Kegemaran masyarakat menonton kesenian tersebut menetap di Carenang, Serang. Oleh


tradisional ini berlangsung hingga sekitar karena tidak memiliki modal, penerusnya
tahun 1957. Waktu itu, kesenian ini sering terpaksa mengerjakan sendiri peran-peran
dipentaskan di Alun-alun Serang dalam penabuh gamelan dan pesindennya. Itulah
rangka memperingati perayaan hari besar asal mula munculnya wayang garing.
nasional dan hari besar Islam. Wayang Meski berasal dari pedesaan Kabupaten
garing lahir seiring pudarnya ambisi untuk Serang, wayang garing Kajali tidak hanya
menciptakan wayang yang benar-benar tampil di wilayah sekitar Serang. Pada acara
khas Banten, menyusul runtuhnya persiapan pelaksanaan Jakarta International
Kesultanan Banten (1820). Hal itu diperkuat Theater Festival (JITval) 2013 yang
pula oleh pernyataan R. Noer Iman Prijatna merupakan acara kerja sama antara Federasi
Kamadjaja WP, sebagai Ketua Pepadi Teater Indonesia (FTI) dan Direktorat
Banten, bahwa upaya menciptakan wayang Pembinaan Kesenian, Kementerian
Banten muncul pada masa Sultan Ageng Pendidikan dan Kebudayaan, wayang
Tirtayasa (16511672). Saat itu seni garing bersama teater rakyat gekbreng dari
wayang dihidupkan untuk merangsang Sukabumi; topeng blantek dan sahibul
kreativitas dalang untuk menciptakan hikayat dari Jakarta; wayang tarling dari
wayang Banten. Sultan menginginkan Indramayu; sulap, akrobat, dan pantomim
Banten memiliki wayang dengan formasi dari Bekasi; Teater Cermin dari Jakarta; tiga
yang lengkap, seperti wayang kulit Jawa, monolog dari Jakarta, Yogyakarta, dan
tetapi ceritanya tentang perjalanan sultan- Surabaya tampil memeriahkan acara Pasar
sultan Banten atau cerita tentang babad Tontonan (Paston). Acara tersebut digelar
Banten. di Galeri Nasional, Jalan Merdeka Timur,
Awalnya kesenian wayang ini Gambir, Jakarta Pusat pada hari Sabtu
formasinya masih lengkap: ada penabuh tanggal 1 Desember 2012.
dan pesinden, digelar sebagai hiburan Selain JITval, Kajali juga pernah tampil
sehabis panen. Perkembangan selanjutnya, pada pergelaran Cipta Budaya di Plaza
wayang pun ditampilkan pada peringatan Planetarium Taman Ismail Marzuki Jakarta
hari-hari besar, penyambutan tamu, dan pada hari Minggu tanggal 24 November
acara pernikahan. Begitu besar perhatian 2012. Kajali membawakan lakon berjudul
Sultan pada kesenian ini, ketika seni wayang Bambang Sinar Warisan yang bercerita
berkembang, Kesultanan Banten memberi tentang Grubug, Petruk, dan Gareng.
subsidi ekonomi kepada para dalang. Ketiganya adalah putra Semar yang
Tentunya dengan harapan para dalang mencalonkan diri menjadi wakil rakyat.
tersebut mampu menciptakan seni wayang Demi satu kursi yang diperebutkan,
khas Banten. Ketika hubungan antara terjadilah persaingan dan ketegangan di
Kesultanan Banten dengan Kompeni pecah antara ketiganya, terutama dalam
dan timbul peperangan sejak tahun 1652, memperoleh dukungan dan doa dari Semar,
subsidi untuk para dalang ini terganggu ayah mereka.
karena pertempuran melawan Belanda
Pada wawancara dengan Yadi Ahyadi
memerlukan biaya yang tidak sedikit.
dari Bantenologi (14 November 2014),
Subsidi pun benar-benar terputus setelah
terungkap pula bahwa hampir sebulan
Kesultanan Banten dihancurkan Gubernur
sekali Kajali mengadakan pertunjukan
Jenderal Belanda, Herman William Deandels
wayang garing di Jakarta pada acara yang
pada 21 November 1808.
dihelat oleh komunitas Tionghoa. Hal yang
Kehidupan para dalang pun terpuruk. paling menarik adalah saat Kajali menerima
Untuk menopang kehidupannya, para penghargaan sebagai pelestari nilai tradisi
dalang yang masih tersisa berkeliling dari di Universitas Indonesia yang diberikan oleh
satu kampung ke kampung lain untuk Prof. Agus Munandar.
mengamen. Salah satu di antara para dalang

81
METASASTRA, Vol. 8 No. 1, Juni 2015: 7790

Tokoh-tokoh yang ada dalam wayang Jawa Timur. Tokoh ini dikisahkan
garing memiliki kesamaan dengan tokoh sebagai anak bungsu Semar.
wayang kulit pada umumnya, seperti tokoh
Pandawa adalah sebutan bagi putra-
Punakawan, Pandawa, dan Kurawa. Dalam
putra dari Prabu Dewantari yang terdiri atas
wayang garing, Punakawan sering muncul
Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan
dalam lakon Goro-Goro, yaitu babak
Sadewa.
pertunjukan yang berisi lelucon atau
sindiran. Punakawan adalah tokoh yang a. Yudistira
menggambarkan para pembantu dan Yudistrira adalah salah satu tokoh
pengasuh setia Pandawa. Tokoh protagonis dalam Mahabarata. Ia
Punakawan yang muncul dalam wayang adalah seorang raja yang memerintah
garing adalah sebagai berikut. Kerajaan Kuru dengan pusat
a. Semar pemerintahannya di
Hastinapura.Yudistira adalah anak
Semar merupakan tokoh Punakawan
tertua dari lima bersaudara. Ia selalu
paling utama dalam perwayangan Jawa
mengedepankan musyawarah sebagai
dan Sunda. Tokoh ini dikisahkan sebagai
pendekatan untuk menyelesaikan
pengasuh sekaligus penasihat bagi para
masalah dibandingkan dengan
kesatria dalam pementasan
kekerasan.
Mahabarata. Semar juga merupakan
lambang tokoh yang bijaksana serta b. Bima
memiliki kemampuan emosional yang Bima dianggap sebagai tokoh
tinggi. Setiap wejangannya mengarah kepahlawanan. Ia dikenal sebagai tokoh
pada ranah spiritual. Bagi Semar, hal- yang kuat dan menakutkan bagi para
hal yang bersifat fisik tidaklah penting. musuhnya. Bima memiliki senjata gada
Semar hanya mengupayakan bernama Rujakpala.
kehidupannya menjadi lebih sempurna c. Arjuna
dengan cara menerima apa adanya. Arjuna merupakan putra ketiga dari
b. Gareng Prabu Dewantari. Di antara lima
Gareng adalah Punakawan yang berkaki bersaudara, Arjunalah putra yang pal-
pincang. Hal itu merupakan simbol dari ing tampan, sampai-sampai ia sanggup
sifat Gareng yang selalu hati-hati dalam menaklukkan hati seorang wanita
melangkahkan kaki. Selain itu, cacat hanya dari mimpi. Arjuna memiliki
fisik Gareng adalah tangan yang patah empat belas orang istri.
sebagai simbol bahwa Gareng tidak suka d. Nakula
mengambil hak milik orang lain. Nakula merupakan nama lain dari
c. Petruk Dewa Siwa. Nakula merupakan anak
Petruk lahir sebagai anak Dewa Gandra keempat. Dia memiliki saudara kembar
dengan nama Bambang Penyulikan. bernama Sadewa.
Pada mulanya Petruk sakti dan tangguh e. Sadewa
sehingga sangat sombong. Hingga suatu Sadewa merupakan kembaran dari
ketika dia bertempur dengan lawan Nakula. Dia memiliki keistimewaan
yang sama-sama sakti serta tangguh. Ia mampu mengetahui rahasia takdir.
kemudian dilerai oleh Semar yang
mengangkatnya sebagai anak. Adapun Kurawa beserta simpatisannya,
secara keseluruhan ditempatkan sebagai
d. Bagong
simbol dan sifat-sifat manusia. Hal itu antara
Bagong adalah nama salah satu tokoh lain disimbolkan dengan nama mereka yang
Punakawan dalam kisah perwayangan berawalan dur yang berarti jelek atau jahat.
yang berkembang di Jawa Tengah dan Dalam dunia pewayangan mereka dibuat

82
NUR SEHA DAN OVY SOVIATY R.: WAYANG GARING: FUNGSI DAN UPAYA MEREVITALISASI ...

dengan kondisi yang mengisyaratkan watak menutupi kebutuhan hidup keluarganya.


jahat. Beberapa tokohnya adalah sebagai Keahlian Kajali memainkan wayang garing
berikut. bermula pada tahun 1963 dari uaknya yang
a. Duryudana bernama Matdasik. Dari Matdasiklah ia
belajar teknik pewayangan dan nyekel
Duryudana adalah tokoh antagonis
(cepengan), vokal kecil untuk tokoh wanita,
yang utama dalam Mahabarata.
dan vokal besar untuk tokoh pria.
Duryudana merupakan reinkarnasi dari
iblis kali. Secara harfiah, nama Dahulu, pementasan wayang garing
Duryudana dalam bahasa Sanskerta dipertunjukkan pada acara hajatan, ruwat
bermakna sulit dilakukan atau tidak bumi, pernikahan, sunatan, panen raya, dan
terkalahkan. Duryudana dianggap selamatan. Sebelum pementasan, biasanya
tokoh paling tua di antara para Kurawa. Kajali menyediakan purwanten atau sesaji
tujuh rupa, pisang, roti, buah, serta
b. Dursasana
minuman kopi pahit dan manis
Nama Dursasana memiliki makna sulit (wawancara dengan Kajali, 25 November
dikuasai atau sulit diatasi. Dursasana 2014). Adapun menurut Apendi, anak
merupakan salah satu dari seratus tokoh Kajali, sesaji yang disediakan adalah
Kurawa yang memiliki sifat yang bekakak ayam, kue, minuman, kembang
tercela. Kata-katanya kasar dan tingkah kaca suri, kain putih (ruwat), kemenyan,
lakunya tidak bisa tenang. rokok, 4 buah ketupat, 4 butir telur, dan
c. Dursilawati beras seberat satu fitrah (transkrip
Dursilawati merupakan Kurawa wawancara dengan Apendi, 25 November
wanita. 2014).
Cemuris merupakan tokoh khas yang Pada saat pertunjukan berlangsung,
ada dalam wayang garing. Kajali Kajali kerap memanggil dan menyebut
mengabadikan tokoh Cemuris sebagai tokoh nama hadirin tertentu, seperti pemangku
orang kecil yang ulet dan kuat oleh deraian hajat, pejabat negara, dan panitia acara
kesulitan hidup. Cemuris digambarkan untuk memberikan saweran dalam
sebagai anak Semar dan sebagai tokoh pertunjukannya. Terkadang terselip
penyedap dalam pergelaran wayang garing. celetukan-celetukan Kajali yang dapat
Cemuris bagaikan anak dalam pewayangan mengocok perut penonton hingga suasana
Kajali. Melalui tokoh Cemurislah, Kajali menjadi riuh.
bercerita tentang perjuangan hidup. Pendukung pertunjukan wayang
garing, di antaranya dalang, waditra, dan
busana. Dalang merangkap sebagai
pesinden dan perawit. Dalam pertunjukan
wayang garing tidak ada peralatan gamelan
dan pesinden yang mengiringi pertunjukan
wayang. Semua suara musik dan nyanyian
dilakukan sendiri oleh dalang. Oleh karena
itu, dalam wayang garing, dalang
merupakan pemain tunggal yang sangat
penting dan sentral. Waditra yang
Gambar 1. Kajali memainkan lakon dipergunakan dalam pertunjukan wayang
Cemuris garing adalah seperangkat wayang kulit;
Kajali adalah satu-satunya praktisi kain putih sebagai layar; batang pisang yang
wayang garing yang masih bertahan. Lahir digunakan sebagai dasar untuk
di Wadgalih tahun 1947, Kajali juga bertani menancapkan wayang; kotak wayang yang
dan membuat genteng rumah untuk digunakan sebagai alat penyimpanan
wayang; cempala yang dibuat dari bahan

83
METASASTRA, Vol. 8 No. 1, Juni 2015: 7790

kayu yang digunakan untuk memukul kotak bahwa implikatur yang terjadi karena
wayang dalam pertunjukan; kecrek atau pelanggaran maksim kerja sama, yaitu
keprak yang terbuat dari logam besi atau maksim cara, hubungan, dan kualitas.
perunggu yang berfungsi sebagai penguat Selain itu, terdapat pula pelanggaran prinsip
penonjolan-penonjolan gerak wayang; kesopanan, yaitu menggunakan maksim
belencong atau lampu yang digunakan pujian untuk kepentingan pribadi.
sebagai penerang pada pertunjukan wayang Selanjutnya adalah penelitian Aspek Sosial
garing di malam hari. Untuk busana, tidak Budaya dalam Cerita Rakyat Banten (Seha
ada busana yang spesifik yang digunakan dan Rukmini, 2012). Dalam penelitian ini
oleh dalang wayang garing (Bahrudin, terungkap bagaimana profil pemimpin,
2011). jawara, ulama, dan kearifan lokal Banten
Wayang garing merupakan sastra lisan lainnya. Terakhir, Bahrudin (2011) dalam
Banten yang ditandai dengan ciri-ciri skripsi berjudul Perkembangan Kesenian
tuturan yang disampaikan dalang dalam Tradisional Wayang Garing (Studi Budaya
pergelarannya menggunakan bahasa Lokal di Kecamatan Carenang)
daerah Banten, yaitu Jawa Serang. Teori memaparkan sejarah wayang, ketokohan,
fungsi yang digunakan dalam tulisan ini bentuk pertunjukan, aspek-aspek penting,
adalah pernyataan Wellek dan Warren urutan penyajian/pementasan, dan fungsi
(1985) bahwa fungsi sastra sesungguhnya wayang garing di Banten.
seperti yang diungkapkan oleh Horace,
yaitu dulce et utile (indah, menyenangkan, 3. Hasil dan Pembahasan
dan berguna). Selanjutnya, Teeuw (1984)
menyebutkan bahwa fungsi pragmatik Bahasa Jawa Serang merupakan sarana
sastra adalah utile dan dulce, yaitu ekspresi sastra lisan wayang garing yang
menggabungkan yang bermanfaat dan yang masih bertahan di Banten. Saat penelitian
enak. Dalam bahasa Indonesia kata tersebut dilakukan, belum ada komunitas tradisi yang
dapat dipadankan dengan kata khusus melestarikan dan mengembangkan
adiluhung, yakni adi berdasarkan bentuk wayang garing. Ditemukan juga kenyataan
atau struktur fisiknya tampak indah, bahwa Kajali belum mendokumentasikan
menarik, bagus, dan penuh pesona, sehingga secara tertulis lakon-lakon yang
menyenangkan dan luhung berdasarkan isi dimainkannya. Padahal Kajali adalah satu-
dan struktur mentalnya bernilai atau ada satunya dalang wayang garing yang ada di
nilai kemanfaatannya ataupun Banten dan usianya 68 tahun. Berdasarkan
kegunaannya bagi kehidupan. Jadi, fungsi kenyataan tersebut, keberadaan wayang
sastra adalah menyenangkan dan berguna khas Banten ini cukup mengkhawatirkan.
(Santosa, 2012: 69). Praktisi wayang garing hanyalah Kajali
Beberapa penelitian mengenai sastra seorang diri yang mampu memainkan
lisan Banten yang dapat dijangkau oleh lakon, kadang dibantu Apendi anaknya
penulis, di antaranya adalah Fungsi Teater untuk sekadar menemani. Informan
Rakyat Ubrug bagi Masyarakat Banten penelitian ini terdiri atas tiga orang: (1)
(Seha dkk., 2014) yang mengemukakan Kajali, dalang berusia 68 tahun, lahir di desa
bahwa ubrug sebagai salah satu sastra lisan Wadgalih Serang Banten; berprofesi sebagai
Banten yang masih hidup dan dapat dalang, buruh tani, dan pembuat genteng;
menjadi sarana efektif untuk mampu berbahasa Jawa Serang dan
menyampaikan pesan-pesan moral, Indonesia. (2) Yadi Ahyadi, lelaki berusia 38
pembangunan, dan media hiburan bagi tahun; berprofesi sebagai peneliti dan
masyarakat Banten. Adapun Implikatur penerjemah naskah kuno di Bantenologi:
Percakapan pada Kesenian Ubrug Mang mampu berbahasa Jawa Serang dan
Cantel (Oktaviantina dkk., 2014) adalah Indonesia. (3) Apendi (anak kandung
penelitian kedua yang menyimpulkan Kajali), lelaki berusia 28 tahun; berprofesi

84
NUR SEHA DAN OVY SOVIATY R.: WAYANG GARING: FUNGSI DAN UPAYA MEREVITALISASI ...

sebagai buruh pabrik; mampu berbahasa Kajali mencoret nama penonton tersebut
Jawa Serang dan Indonesia. dari kertas catatannya. Namun jika ia tak
Yadi Ahyadi adalah pemerhati wayang jua memberi saweran, Kajali selalu
garing yang kerap berinteraksi dan menyebutnya dengan berulang. Yadi
mengikuti beberapa pergelaran wayang memahami, hal itu dilakukan dengan tujuan
garing. Dari penelusuran informasi dan mendapat uang lebih banyak dari tarif yang
wawancara dengan praktisi, pemerhati, telah didapatkannya. Semua itu tak lain
serta partisipasi penulis pada pergelaran untuk memenuhi kebutuhan hidup Kajali
wayang garing terungkap bahwa wayang dan keluarganya.
garing memiliki fungsi yang signifikan. Wayang garing juga berfungsi sebagai
Fungsi utama wayang garing adalah untuk media hiburan yang murah meriah bagi
memenuhi kebutuhan hidup Kajali selaku masyarakat. Tarif yang sangat terjangkau
dalang dan keluarganya. dan jumlah personil yang hanya seorang diri,
Kajali sebagai satu-satunya dalang membuat wayang garing tidak terlalu
wayang garing yang ada di Banten merepotkan bagi pemangku hajat
merupakan potret mini kemiskinan warga pernikahan dan sunatan. Selain itu,
Banten yang berupaya terus tumbuh dan pertunjukan wayang garing yang
bertahan di tengah gerusan budaya global. memanfaatkan bahasa Jawa Serang sebagai
Kecintaannya pada seni tradisi wayang bahasa pengantarnya ditampilkan secara
memaksanya untuk terus bergelut dan santai, rileks, dan interaktif. Terkadang
berteman dengan perjalanan getir wayang dalang atau Kajali menyapa semua
khas Banten ini. Pergumulan Kajali dengan penonton yang ia kenal sambil menyodorkan
wayang garing tidak serta merta membuat saweran atau partisipasi penonton.
kehidupan sehari-harinya masuk dalam Perilaku Kajali di panggung saat
kategori layak. Tarif Kajali untuk sekali pergelaran pun tidaklah sama dengan
pertunjukan di sekitar Serang berkisar dalang-dalang wayang kulit yang ada. Ia
Rp100.000,00Rp300.000,00; di Tangerang keluar jauh dari pakem pewayangan yang
dan sekitarnya Rp300.000,00; di luar ada, bahkan menurut Prijatna (Ketua Pepadi
provinsi kurang lebih Rp600.000,00. Untuk Banten) terkesan edan. Terkadang Kajali
menambah penghasilan, Kajali menjadi pamit kepada penonton untuk ke belakang,
buruh tani dan membuat genteng. minum, atau hal lainnya yang tidak akan
Peralatan wayang garing yang dimiliki dilakukan para dalang wayang kulit lainnya.
Kajali pun tak pernah diperbarui. Wayang- Namun, justru hal tersebut menjadi
wayangnya kelihatan lusuh, kain putih kekhasan wayang garing Banten dan juga
yang berfungsi sebagai layar tidak lagi putih hiburan bagi para penikmat wayang garing.
warnanya, dan alat sederhana lainnya pun Sikap egaliter, apa adanya, santai, dan rileks
tampak jauh dari kata terawat. Hal itu menjadikan wayang garing tetap menjadi
dikarenakan keterbatasan ekonomi yang alternatif pertunjukan di Banten.
dihadapi Kajali. Tak mengherankan jika Penggunaan bahasa Jawa Serang dalam
dalam setiap pergelarannya Kajali selalu pertunjukan wayang garing adalah hal yang
mencatat nama-nama pemangku hajat, tidak dapat dipisahkan. Kajali sebagai satu-
tokoh masyarakat, panitia, dan pejabat satunya dalang wayang garing lahir dan
pemerintah untuk berpartisipasi besar di desa Wadgalih, Kabupaten Serang,
memberikan saweran selama pergelaran Banten dan bahasa daerah yang
berlangsung. Menurut Yadi, terkadang hal dikuasainya adalah Jawa Serang. Dalam
itu membuat beberapa penonton merasa pergelaran wayang garing, Kajali telah
tidak nyaman karena namanya selalu terbiasa berbahasa Jawa Serang saat
dipanggil Kajali di sela-sela pergelaran. memainkan lakon para wayangnya,
Ketika penonton yang namanya dipanggil meskipun tidak menutup kemungkinan ia
telah memberikan saweran uang, barulah juga menggunakan bahasa Indonesia atau

85
METASASTRA, Vol. 8 No. 1, Juni 2015: 7790

Sunda jika pertunjukan diadakan di luar sebagian generasi muda.


Serang, Banten. Hal itu menandakan bahwa Wayang garing dapat menjadi media
fungsi wayang garing yang lainnya adalah alternatif bagi para pendidik untuk
sebagai media pemertahanan bahasa daerah mengajarkan bahasa dan sastra Banten.
Banten, yaitu Jawa Serang. Selama Mereka dapat meluangkan waktu bersama
masyarakat masih memberi ruang siswa untuk menonton pertunjukan wayang
pertunjukan bagi wayang garing seperti di garing agar mereka dapat mengenal,
hajatan pernikahan dan sunatan, bahasa memahami, dan mengapresiasi budaya
Jawa Serang yang menjadi bahasa daerahnya sendiri. Melalui kegiatan tersebut,
pengantarnya pun tidak akan punah. siswa dan generasi muda dapat melihat
Pemakaian bahasa Jawa Serang salah satu karakter dan jati diri daerah
menguatkan karakter wayang garing hingga dapat berperan aktif melestarikan
sebagai salah satu identitas masyarakat wayang garing sebagai kekayaan budaya
Banten yang terbuka, egaliter, ceplas-ceplos, Banten. Utamanya lagi, mereka dapat
dan santai. Tidak ada jarak yang mempelajari bahasa daerah Banten, yaitu
menghalangi Kajali sebagai dalang dan Jawa Serang.
penonton yang berasal dari berbagai lapisan Penerapan KTSP 2006 dan Kurikulum
masyarakat. Kajali terkesan tidak peduli 2013 sangat memungkinkan pendidik
terhadap jabatan atau status sosial yang menggunakan wayang garing sebagai me-
dimiliki orang-orang yang menikmati dia pembelajaran bahasa dan sastra. Siswa
pergelarannya. Tanpa malu, sungkan, dan dan pendidik tidak hanya sekadar
takut Kajali berkali-kali menyebut atau mengetahui, tetapi terlibat langsung dalam
memanggil nama penonton yang belum pergelaran. Pendidik dapat menugasi siswa
memberikan saweran. Entah penonton itu mengamati dan membuat laporan
tokoh masyarakat, panitia, bahkan pejabat pergelaran wayang garing yang ditonton,
pemerintah setempat yang hadir. lalu mengadakan diskusi secara
Pemertahanan bahasa Jawa Serang berkelompok untuk membuat naskah
dalam pertunjukan wayang garing singkat pergelaran lakon wayang garing
membawa dampak positif bagi pelestarian yang melibatkan dua atau tiga tokoh
dan perkembangan bahasa daerah Banten, wayang. Siswa dapat mengeksplorasi lakon
khususnya Jawa Serang. Bahasa Jawa sesuai dengan karakter yang disukai.
Serang menjadi daya ungkap Kajali dalam Wayang golek Sunda, wayang kulit
mengekspresikan lakon para wayang. Jawa, wayang menak dari Cirebon dan
Fungsi wayang garing selanjutnya, Banjar, wayang parwa dari Bali, dan
yakni sebagai media pembelajaran bahasa wayang sasak dari Lombok Nusa Tenggara
dan sastra daerah Banten bagi para siswa Barat adalah wayang-wayang yang telah
dan generasi muda. Budaya pop yang hadir diakui eksistensinya oleh UNESCO sebagai
di tengah kehidupan masyarakat saat ini warisan budaya tak benda. Sejatinya,
menjadi tantangan bagi pemangku budaya wayang garing yang juga telah diakui
lokal yang merupakan identitas dan jati diri eksistensinya oleh Direktorat Internalisasi
bangsa Indonesia. Para siswa dan generasi Nilai dan Diplomasi Budaya, Kementerian
muda lebih suka menikmati budaya pop Pendidikan dan Kebudayaan mendapat
yang dikemas sangat menarik dan masuk apresiasi yang layak dari masyarakat
dengan sangat mudah ke area-area privat Banten, khususnya sebagai ikon wayang
penikmatnya. Dengan demikian, secara khas Banten yang dapat menambah
langsung atau tak langsung mereka belajar khazanah budaya Banten. Oleh karena itu,
bahasa dan sastra dari bangsa asal budaya fungsi terakhir dari wayang garing adalah
tersebut. Seperti saat pop Korea pemertahanan wayang khas Banten. Hal itu
digandrungi, kursus dan jurusan bahasa membutuhkan dukungan pemerintah
Korea menjadi alternatif tujuan belajar setempat demi kelanggengan budaya lokal

86
NUR SEHA DAN OVY SOVIATY R.: WAYANG GARING: FUNGSI DAN UPAYA MEREVITALISASI ...

yang menjadi kearifan lokal Banten.


Setelah membaca paparan mengenai
fungsi wayang garing, tidaklah terlalu
berlebihan jika keberadaan wayang garing
harus diapresiasi dan dimanfaatkan sebagai
aset Banten yang berharga. Melihat wayang
garing, artinya berkaca pada karakter
masyarakat lapisan bawah Banten yang
egaliter, berani keluar dari pakem (berani
beda), ceplas-ceplos, dan apa adanya. Gambar 2. Proses pembelajaran
Keberadaan wayang garing yang sepi mendalang
dari popularitas, membuatnya ada dalam Selain teori, mereka diajak
ruang hidup segan, mati tak mau. Dengan mempraktikkan pergelaran wayang garing
demikian, perlu adanya upaya pemerintah dengan tahapan pertama, yaitu melihat
untuk mempertahankan wayang khas pergelaran wayang garing Kajali. Para
Banten ini agar tak punah atau hilang dari peserta secara berkelompok juga
khazanah sastra lisan Banten serta tidak menciptakan tokoh-tokoh wayang sesuai
hanya mengendap pada memori generasi dengan keinginannya dan membuat wayang
mendatang bahwa Banten pernah memiliki tersebut menggunakan bahan-bahan yang
wayang khas, yaitu wayang garing. Upaya telah disiapkan.
yang dapat dilakukan pemerintah, baik
pusat maupun daerah, di antaranya sebagai
berikut.

3.1 Revitalisasi
Revitalisasi, dalam KBBI (2008: 1172)
berarti proses, perbuatan menghidupkan
atau menggiatkan kembali. Salah satu upaya
revitalisasi yang telah diawali oleh Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Gambar 3. Proses pembuatan wayang
bekerja sama dengan Kantor Bahasa
Setelah berlatih bersama-sama melalui
Provinsi Banten adalah kegiatan
pendampingan, puncaknya mereka tampil
Revitalisasi Tradisi Lisan Banten: Wayang
secara tunda (off air) di salah satu televisi
Garing bagi Guru dan Siswa SMA/SMK Se-
lokal Banten dengan membawakan lakon-
Provinsi Banten yang dilaksanakan pada
lakon yang sangat menarik bagi seorang
bulan November 2014 di Kota Serang,
dalang pemula.
Banten. Pada kegiatan ini peserta dapat
mengenal dan memahami wayang garing 3.2 Sosialisasi
melalui materi yang diberikan narasumber
yang berasal dari praktisi dan pemerhati Ada beberapa faktor yang membuat
wayang garing serta pejabat pemerintah wayang garing tetap disukai penggemarnya.
terkait. Materi yang diberikan adalah Pertama, tidak merepotkan tuan rumah
sejarah dan unsur wayang garing, janturan, yang mengundang kesenian itu karena tidak
kandha carita, cepengan, sabetan, sulukan, banyak peralatan yang dibutuhkan. Tuan
dhodogan, keprakan, pocapan, dan pakeliran. rumah hanya harus menyiapkan batang
pisang, layar, beserta lampu. Dalang
wayang garing dapat membawa wayang
dengan naik ojek atau angkutan umum,
bahkan dengan sepeda ontel jika jaraknya

87
METASASTRA, Vol. 8 No. 1, Juni 2015: 7790

dekat. Kedua, tuan rumah tidak harus


mengeluarkan banyak biaya untuk jamuan
dan upah dalang karena hanya
menanggung akomodasi dan upah seorang
dalang. Soal tarif bergantung pada jarak
tempat pertunjukan. Faktor ketiga,
pertunjukan wayang garing disampaikan
secara santai, rileks, dan juga bersifat
interaktif.

Gambar 5. Pertunjukan wayang garing


oleh siswa SMA
Upaya sosialisasi awal yang dilakukan
Badan Bahasa dan Kantor Bahasa Banten
adalah bekerja sama dengan salah satu
televisi swasta di Banten, yaitu menyiarkan
secara tunda 8 (delapan) pergelaran
wayang garing dari peserta revitalisasi bulan
Gambar 4. Peserta dan hasil kreasi
November 2014 lalu. Tayangan tersebut
wayang
diharapkan dapat menjadi pintu gerbang
Pertunjukan wayang garing menjadi awal bagi pengenalan dan sosialisasi
ajang soaialisasi budaya kepada wayang garing kepada masyarakat. Selain
masyarakat. Sosialisasi adalah proses belajar itu, penggunaan internet dan media sosial
seorang anggota masyarakat untuk untuk mendekatkan wayang garing dengan
mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dapat pula dilakukan. Seperti
masyarakat dalam lingkungannya dan pengunggahan acara revitalisasi wayang
upaya memasyarakatkan sesuatu sehingga garing dan pergelaran langsung wayang
menjadi dikenal, dipahami, dan dihayati garing Kajali menjadi hal menarik jika
oleh masyarakat (KBBI, 2008: 1331). diakses secara mudah melalui media
Sementara itu, upaya yang dapat dilakukan Youtube.
pemerintah setelah pelatihan dan
pembinaan adalah berupa festival atau
lomba yang dapat diadakan di tempat
strategis dengan tujuan agar masyarakat
umum mengetahui dan mengapresiasi
pergelaran wayang garing. Wayang garing
yang ditampilkan harus dikemas dengan
menarik agar dapat menarik minat
masyarakat. Dalang wayang garing yang
tampil tidak melulu harus Kajali, namun
dapat pula para generasi muda yang
memiliki kepedulian terhadap tradisi lisan Gambar 6. Para dalang wayang garing
Banten, khususnya wayang garing. hasil acara revitalisasi

3.3 Regenerasi
Keberlangsungan sastra lisan Banten
wayang garing tidak dapat berdiri sendiri
tanpa regenerasi dan kaderisasi. Hal itu

88
NUR SEHA DAN OVY SOVIATY R.: WAYANG GARING: FUNGSI DAN UPAYA MEREVITALISASI ...

dapat dilakukan melalui pelatihan dan penerus dan pelanggeng wayang garing.
pembinaan, kajian atau penelitian, festival, Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat
dan lomba, hingga membentuk komunitas- dinyatakan bahwa wayang garing di
komunitas kecil dari para peserta pelatihan ambang kepunahan. Padahal fungsi
dan pembinaan. Langkah awal wayang garing yang terungkap pada
pembentukan komunitas telah diawali saat penelitian ini sangat signifikan. Selain untuk
penutupan acara revitaliasi, yaitu memenuhi kebutuhan hidup sang dalang,
terbentuknya komunitas Generasi Pencinta wayang garing dapat berfungsi sebagai me-
Tradisi. dia hiburan, pemertahanan bahasa dan
wayang khas Banten, serta media
4. Simpulan pembelajaran bahasa dan sastra daerah
Banten.
Dengan membaca dan memahami
begitu banyak budaya dan tradisi yang
dipahami, kita dapat mengambil banyak
nilai luhur. Merevitalisasi bentuk budaya
tradisi bukan berarti untuk kembali pada
kejayaan masa lalu, melainkan untuk
mengambil semangatnya dan
menjadikannya sebagai spirit dalam
menghadapi segala tantangan dan kendala
hari ini. Belajar juga mengenai bagaimana
keuletan para pendahulu dalam
menghadapi persaingan dagang, bagaimana
mereka memanfaatkan kekayaan sumber Gambar 7. Seluruh peserta revitalisasi
daya alam, dan yang tak kalah penting bersama Kadindik Prov. Banten
adalah bagaimana mereka menghargai dan
Melalui upaya awal yang telah
mengagungkan jasa-jasa leluhur sebagai
dilakukan Badan Bahasa dan Kantor Bahasa
acuan semangat untuk berjuang lebih maju.
Provinsi Banten, pemerintah dapat
Bagi kita yang hidup pada zaman melakukan upaya sosialisasi dan regenerasi
sekarang, semangat seperti itu merupakan agar wayang garing tetap bertahan menjadi
pondasi berpikir dan bertindak dalam wayang khas asli Banten yang lestari dan
berjuang menghadapi tantangan hari ini. ramai peminat. Salah satu hal yang dapat
Setiap kendala yang ada merupakan ujian dilakukan adalah memasukkan sastra lisan
yang membuat semua tetap semangat dan wayang garing sebagai muatan lokal atau
berikhtiar. Merasakan semangat dan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah
keagungan para leluhur Banten dalam menengah di Banten, khususnya Kabupaten
bertutur, bersikap, dan bertindak pada masa Serang. Hal serupa pernah dilakukan
lalu akan membawa kita pada sikap yang pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang
optimis untuk terus maju. yang memasukkan ubrug (teater tradisional
Masyarakat Banten memiliki wayang Banten) sebagai muatan lokal di seluruh
garing yang merupakan wayang khas SMAN di Pandeglang. Dengan demikian,
Banten yang perlu dipertahankan dan pada akhirnya sastra lisan Banten tidak
dilestarikan. Keberadaan wayang garing sekadar menjadi seni tradisi yang dipajang
hanya didukung oleh satu-satunya dalang di etalase budaya yang hampir punah,
Kajali yang masih setia memainkan lakon namun dapat menjadi media pendidikan
wayang garing dari satu pergelaran ke yang efektif bagi pengajaran bahasa dan
pergelaran lain. Tidak ada naskah-naskah sastra daerah di Banten.
tertulis mengenai lakon-lakon yang pernah
dimainkan Kajali, juga belum ditemukan

89
METASASTRA, Vol. 8 No. 1, Juni 2015: 7790

Daftar Pustaka
Abdulah, Irfan (Ed.). 1999. Bahasa Nusantara: Posisi dan Penggunaannya Menjelang Abad Ke-21.
Jakarta: Pustaka Pelajar.
Bahruddin. 2011. Perkembangan Tradisional Wayang Garing (Study Budaya Lokal di Kecamatan
Carenang). Skripsi. Makassar: IAIN Sultan Maulana Hasanuddin.
Dwiana, Ignatius. 2013. Pertunjukan Wayang Garing. Yan Chrisna Dwi Atmaja (Ed). http://
www.satuharapan.com/read-detail/read/pertunjukan-wayang-garing-ka-ja-li. Diunduh pada
tanggal 11 Desember 2014
Hadi, M.H. Samsul. 2010. Wayang Garing: Wayang Banten Tanpa Gamelan dan Pesinden. http://
wayang.wordpress.com/2010/03/06/wayang-garing-wayang-banten-tanpa-gamelan-dan-
pesinden/. Diunduh pada tanggal 11 Desember 2014.
http://warisanbudayaindonesia.info/detail/warisan/141/Wayang_Garing. Diunduh pada tanggal 11 Desember
2014.
Ismail, Mustafa. 2012. Gekbreng dan Wayang Garing Warnai Pasar Tontonan. http://www.tempo.co/
read/news/2012/12/01/111445259/Gekbreng-dan-Wayang-Garing-Warnai-Pasar-Tontonan.
Diunduh pada tanggal 11 Desember 2014.
Kusnadi. 2008. Cerita Rakyat Pesisiran Jawa Timur: Perspektif Antropologis. Atavisme: Jurnal Ilmiah
Kajian Sastra. Vol. 11 Edisi JuliDesember.
Oktaviantina, Adek Dwi dkk. 2014. Implikatur Percakapan pada Kesenian Ubrug Mang Cantel. Prosiding
Seminar Internasional Bahasa Ibu: Pelestarian dan Pesona Bahasanya. Bandung: Unpad Press.
Riyanto, A.P. 2011. Keluhuran Budaya Banten di Keteguhan Seorang Ibudalam Siti Zuhro. Ratu Atut
Chosiyah dan Signifikansi Pemimpin Perempuan. Jakarta: Gramedia.
Santosa, Puji. 2012. Kearifan Budaya dan Fungsi Kemasyarakatan dalam Sastra Lisan Kafoa.
Metasastra: Jurnal Penelitian Sastra. Volume 5, Nomor 1, Juni.
Seha, Nur dkk. 2014. Fungsi Teater Rakyat Ubrug bagi Masyarakat Banten. Atavisme. Vol. 17, No. 1,
Edisi Juni.
Seha, Nur dan Rukmini. 2012. Aspek Sosial Budaya dalam Cerita Rakyat Banten. Prosiding Pertemuan
dan Presentasi Ilmiah Hasil Penelitian Bidang Bahasa, Pendidikan, dan Kebudayaan. Jakarta:
Balitbang Kemendikbud.
Tim Redaksi Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.

90

Anda mungkin juga menyukai