NILAI- NILAI BUDAYA JAWA DALAM SYAIR-SYAIR TEMBANG KARYA
KI NARTO SABDO Imam Panida Rendi Luqman Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unisma rendi.luqman@gmail.com
Abstrak: penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran objektif tentang
nilai-nilai budaya Jawa dalam syair-syair tembang karya Ki Nartosabdo. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan (1) nilai moral religius, (2) nilai keindahan atau estetika, (3) nilai kerukunan budaya Jawa. Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dalam bentuk analisis isi. Data penelitian ini berupa analisis lirik-lirik tembang karya Ki Nartosabdo, sedangkan sumber data yang digunakan dalam analisis ini berupa kata-kata yang yang terangkum dalam kalimat lirik sebuah tembang. Kegiatan analisis dimulai tahap mengumpulkan tembang-tembang dalam bentuk lirik, audio, maupun audio visual (video), mendengarkan dengan seksama tembang karya Ki Nartosabdo, menerjemahkan atau mengartikan kembali syair-syair tembang kedalam bahasa Indonesia, menyusun klasikisai tentang nilai-nilai budaya Jawa dalam bentuk kode-kode, membuat tanda atau kode pada tembang sesuai dengan pengklasifikasian budaya Jawa, menganalisis teks yang dipilih untuk dideskripsikan dalam korpus data. Berdasarkan hasil analisis data tersebut diperoleh simpulan hasil penelitian bahwa dalam budaya Jawa terdapat, (1)nilai moral religiusberupa nilai kepercayaan kepada Tuhan, nilai keikhlasan, nilai tawakal, nilai syukur dan nilai memohon ampun kepada Allah, (2) nilai keindahan berupa aspek ontologis, imanen, dan konsep indah, (3) nilai kerukunan berupa nilai hormat dan kasih sayang, mempererat tali persaudaraan, nilai bersedia memberi nasehat, nilai saling memaafkan, dan niali bekerja sama. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan dalam pembelajaran apresiasi puisi dalam bentuk tembang berdasarkan kurikulum yang diterapkan sekolah, disebutkan bahwa standart kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan suatu kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan materi, pengetahuan, ketrampilan berbahasa, dan sikap positif sehingga upaya peningkatan pengetahuan tentang sastra Indonesia semakin berkembang. Kata kunci: nilai, budaya Jawa, tembang
PENDAHULUAN (Wellek dan Warren, 2014: 12). Karya
Sastra merupakan cerminan dari segi sastra lahir di tengah-tengah masyarakat kehidupan manusia yang didalamnya sebagai hasil dari imajinasi pengarang tersurat sikap, tingkah laku, pemikiran, serta refleksinya terhadap gejala-gejala pengetahuan, tanggapan, perasaan, sosial di sekitarnya. Kehadiran karya imaijinasi, serta spekulasi mengenai sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Sastra merupakan masyarakat, sebuah karya sastra dapat karya imajinatif yang dipandang lebih dilihat sebagai suatu sistem tanda yang luas pengertiannya dari pada karya fiksi utuh, struktur tanda yang memiliki
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 1
fungsi dan tujuan estetis tertentuSalah spiritualisme atau spiritualisme suku satu bentuk karya sastra adalah puisi. Jawa. Puisi diapresiasikan tidak hanya dengan Penulisan sastra Jawa bentuk tembang dibaca, namun juga dengan pada mulanya memang dimaksudkan dinyanyikan.Bentuk kesastraan Jawa untuk dinyanyikan dan didengarkan, puisi di antaranya berbentuk puisi Jawa tetapi juga berfungsi sebagai salah satu kuno berupa kakawin. Jawa Tengahan sarana pendidikan, dokumentasi budaya berupa tembang tengahan yaitu kidung, yang diramu dalam bentuk budaya. dan kesastraan Jawa dengan Tembang Jawa selain bermanfaat menggunakan bahasa Jawa baru/modern sebagai hiburan, juga mengandung berupa tembang tembang macapat, lagu nilai-nilai filsafat hidup, pembinaan dolanan anak-anak, geguritan. Lirik karakter, dan dapat digunakan untuk tembang dapat disamakan dengan puisi, menyampaikan berbagai masalah dalam kata tembang adalah sebuah penyebutan kehidupan. Salah satu pencipta tembang etnis yang berlaku di daerah Jawa, yang mampu mengusung nilai-nilai Sunda, dan Bali. Diluar etnis tersebut budaya Jawa dalam karya ciptaannya secara umum disebut dengan lagu adalah Ki Nartosabdo. Selain seorang daerah. Tembang artinya “syair, dalang. Ki Narto adalah sastrawan nyanyian, puisi”. pencipta lagu (tembang). Karya ciptaan Sastra Jawa adalah karya seni yang Ki Narto mendapat istilah “gendhing- menggunakan bahasa Jawa sebagai gendhing nartosabdhan” dan Ki Narto media, yang membedakan karya sastra juga terkenal sebagai seniman yang Jawa dengan sastra yang lain adalah memiliki Tri Karsa Budaya. pada penggunaan bahasa Jawa, sastra Berdasarkan penjabaran tersebut, Jawa dapat dibedakan menjadi sastra peneliti ingin lebih mendalami syair- Jawa kuno, sastra Jawa tengahan, sastra syair tembang karya Ki Nartosabdo Jawa baru, dan sastra Jawa modern. untuk dapat menggali nilai-nilai budaya Karya sastra Jawa tengahan kebanyakan Jawa yang terkandung di setiap ditulis dalam bentuk kidung (puisi) karyanya. Oleh karena itu, peneliti penggunaan bahasa Jawa baru sejak mengambil judul “Nilai-Nilai Budaya masuknya Islam ke Jawa, dan semakin Jawa dalam Syair-Syair Tembang Karya pesatnya perkembangan kerajaan Ki Nartosabdo”. Demak. Religius masyarakat Jawa atau yang disebut kejawen adalah Javanisme. METODE Menurut Yana (2012, 109) Javanisme Pendekatan yang digunakan dalam yaitu agama beserta pandangan hidup penelitian ini adalah pendekatan sastra orang Jawa yang menekankan dengan analisis isi, sedangkan metode ketentraman batin, keselarasan, dan penelitian yang digunakan dalam keseimbangan, sikap menerima penelitian ini adalah metode deskriptif. terhadap segala peristiwa yang terjadi Metode deskriptif sering disebut metode sambil menempatkan individu di bawah penelitian naturalistik karena masyarakat dan masyarakat dibawah penelitiannya dilakukan pada kondisi semesta alam. Kejawen merupakan yang alamiah (natural setting) karena bagian dari agama lokal Indonesia. pada awalnya metode ini lebih banyak kejawen dalam opini umum berisikan digunakan untuk penelitian bidang tentang seni, budaya, tradisi, ritual, antropologi budaya; disebut sebagai sikap serta filosofi orang-orang Jawa. metode kualitatif, karena data yang Kejawen juga memiliki arti
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 2
terkumpul dan analisanya lebih bersifat adalah usaha peneliti untuk kualitatif, Sugiyono (2014:1). mengumpulkan data-data sebagai objek Data yang digunakan berasal dari penelitian. Dalam penelitian ini data analisis lirik lagu atau syair tembang- dikumpulkan dengan cara: (1) Pada tembang karya Ki Nartosabdo berupa tahap awal, peneliti mengumpulkan nilai budaya Jawa.Sumber data tembang-tembang karya Ki Nartosabdo, penelitian ini yaitu Syairtembang Ki baik tembang berupa audio maupun lirik Nartosabdo yang diperoleh dari media berupa syair tertulis. Namun peneliti Internet (lirik), dariyoutube, dan dari juga mengusahakan setiap teks syair kaset VCD yang dialamnya tembang yang didapat berupa audio mengandung nilai-nilai moral dalam sebagai rekaman tembang. (2) Peneliti kehidupan sehari-hari. memilah-milah data atau tembang mana Ciri-ciri terpenting dari pendekatan yang akan peneliti gunakan. (3) Peneliti kualitatif adalah: (1) memberikan mengumpulkan informasi mengenai Ki perhatian utama pada makna dan pesan, Nartosabdo yang menciptakan gending sesuai dengan hakikat objek, yaitu dan lagu-lagu yang menjadi bahan sebagai studi kultural, (2) lebih penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengutamakan proses dibandingkan mengetahui latar belakang penyair, dengan hasil penelitian sehingga makna karena penelitian ini termasuk selalu berubah, (3) tidak ada jarak penelitian sastra dari unsur ekstrinsik antara subjek peneliti dengan objek sastra. (4) Peneliti mengumpulkan penelitian, subjek peneliti sebagai buku-buku tentang nilai budaya, buku instrumen utama, sehingga terjadi mengenai filsafat, dan buku tentang interaksi langsung di antaranya, (4) penelitian sastra dan kebudayaan. (5) desain dan kerangka penelitian bersifat Peneliti membuat kodefikasi data sementara sebab penelitian bersifat tembang untuk memudahkan peneliti terbuka, (5) penelitian bersifat alamiah, dalam melakukan analisis data. terjadi dalam konteks sosial budayanya Menganalisis perbaris dalam setiap masing-masing. judul syairyang terpilih, yakni kegiatan memasukkan perbaris dan perbait syair Teknik Pengumpulan Data Tembangyang terseleksi ke dalam tabel Dalam penelitian kualitatif penjaring data untuk diinterpretasikan memposisikan manusia sebagai dan selanjutnya disimpulkan instrumen utama penelitian, peneliti sebagai manusia berhubungan langsung Teknik Analisis Data dan tidak dapat dipisahkan dalam proses Teknik analisis data dalam penelitian ini pengumpulan data, analisis data dan menggunakan teknik non statistik, interpretasi data. Oleh karena itu, realita yaitumengolah data tanpa hitung yang berhasil digali dan ditemukan anangka tetapi mengolah data dengan melalui penelitian kualitatif dianggap bentuk wacana atau ungkapan dengan bersifat subjektif. Sesuai dengan judul menggunakan langkah-langkah, (1) penelitian, maka data penelitian diambil peneliti mengumpulkan dan memilah dari kumpulan syair tembang karya Ki tembang mana yang akan digunakan Nartosabdo, pengumpulan data dalam penelitian, (2) peneliti dilakukan menggunakan teknik mendengarkan dengan seksama dokumentasi. Pengumpulan data dalam tembang karya Ki Nartosabdo, (3) sebuah penelitian merupakan fase awal peneliti kemudian menerjemahkan atau yang sangat penting.Pengumpulan data mengartikan kembali syair-syair
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 3
tembang yang telah dipilih kedalam semua delakukan dengan melihat bahasa Indonesia, (4) menyusun penelitian lain yang relevan. (4) klasifikasinilai-nilai budaya Jawa dalam Pemeriksaan sejawat melalui diskusi, bentuk kode-kode, (5) membuat tanda dilaksanakan dengan mendiskusikan atau kode pada syair tembang sesuai data yang telah terkumpul dengan dengan pengklasifikasian nilai budaya pihak-pihak yang memiliki pengetahuan Jawa, (6) menganalisis teks yang dipilih dan keahlian yang relevan. Kegiatan ini untuk kemudian dideskripsikan ke dilakukan agar hasil analisis data benar- dalam korpus data sesuai dengan benar dapat dipertanggung jawabkan masalah yang diteliti. keakuratannya.
Keabsahan Data Hasil dan Pembahasan
Pengecekan keabsahan data dapat Nilai Moral Religius Syair Tembang dilakukan dengan tujuan agar data yang Ki Nartosabdo diperoleh dapat terjamin kevalidannya. Kata dasar dari religius adalah religi Berikut langkah-langkah yang yang berasal dari bahasa asing religion dilakukan peneliti untuk memperoleh sebagai bentuk dari kata benda yang data yang valid digunakan empat teknik berarti agama atau kepercayaan akan pengecekan dari delapan teknik yang adanya sesuatu kekuatan kodrati diatas dikemukakan oleh Moleong (2011:326). manusia. Religius dengan agama Keempat teknik tersebut adalah sebagai memang berkaitan, berdampingan, berikut. (1) Perpanjangan keikutsertaan, bahkan dapat melebur dalam satu Perpanjangan keikut sertaan peneliti kesatuan. Namun, sebenarnya keduanya yang bertujuan untuk meningkatkan menyarankan pada makna yang derajat kepercayaan data yang berbeda. Agama lebih menunjukkan dikumpulkan. Kegiatan tersebut pada kelembagaan dan kebaktian pada dilakukan dengan cara membaca dan Tuhan dengan hukum-hukum yang memahami teks Tembangsecara resmi. Religius di pihak lain melihat berulang-ulang untuk memperoleh aspek di lubuk hati, riak getaran nurani keakuratan dan kevalidan data. (2) pribadi. Dengan demikian, religius Ketekunan/keajegan pengamatan, bersifat mengatasi lebih dalam dan lebih ketekunan pengamatan dalam penelitian dari agama yang tampak formal dan ini menunjukkan kesungguhan dalam resmi. melakukan identifikasi data. Dalam Sedangkan Nurgiyantoro, ( 2013: 446) penelitian ini keajegan pengamatan mengemukakannilai religius adalah nilai dilakukan dengan cara membatasi objek yang berkaitan dengan keterkaitan yang diteliti agar penelitian menjadi manusia terhadap Tuhan. Manusia terfokus terhadap objek yang diambil sebagai makhluk yang berketuhanan peneliti. (3) Triangulasi (triangulation), dan memiliki kepercayaan berkebutuhan dalam penelitian ini triangulasi yang untuk mencapai kebaikan dengan cara dilakukan adalah dengan metode dan yang religius. dengan cara memanfaatkan pengamat Wujud religius salah satunya meyakini lain, yaitu dosen pembimbing untuk bahwa Tuhan itu ada dengan segala sifat pengecekan kembali derajat kesempurnaannya, seperti halnya alam kepercayaan data, triangulasi dengan seisinya mempunyai pencipta dan metode dilakukan dengan pengecekan pemelihara yang diyakini adanya yakni derajat kepercayaan beberapa sumber Allah SWT. Dialah yang memberikan data dengan metode yang sama itu rahmat dan menurunkan azab kepada
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 4
siapa yang dikendakinya, kepadaNya mengeluarkan yang hidup dari yang manusia berhutang budi yang besar mati dan mengeluarkan yang mati dari karena rahman yang dianugerahkan yang hidup dan siapakah yang kepada manusia tidak terhitung mengatur segala urusan?” Maka jumlahnya. Seperti pada kutipan mereka akan menjawab: “Allah.” Maka tembang dibawah ini. Nilai moral katakanlah “Mangapa kamu tidak religius yang ditemukandalamtembang bertakwa kepada-Nya)?”(QS. Ki Nartosabdoantara lain adalah: (1) Yunus:31). nilai kepercayaan kepada Tuhan, (2) Nilai keikhlasan ditemukan, nilai keikhlasan, (3) nilai tawakal, (4) “Cengkir wungu wungune koyo ketiban nilai syukur, (5) nilai memohon ampun ndaru, Wus pestine, yen sliramu pisah kepada tuhan. karo aku” Nilai Kepercayaan Kepada Tuhan Cengkir ungu, ungunya dari ditemukan data, “Bu Pertiwi, kangasih keberuntungan (kejatuhan bulan), Sudah luhur ing budhi, Ayo sungkem mringibu takdirnya, kalau kamu harus berpisah pertiwi” Bu pertiwi, yang asih berbudi denganku luhur, Mari mengabdi/berbakti kepada Dan ‘‘Nalikho podo tresnane ninggal ibu pertiwi. Kutipan tembang diatas bekti agek dilalekne, Suwe-suwe yen menunjukkan betapa pentingnya nilai digagas gawe gelo ati,Wekasane tias kepercayaan terhadap Allah SWT. Nilai tiwas ngelamlami’’ kepercayaan kepada Allah digambarkan Dulu ketika saling sayang pencipta dalam bentuk Ibu Pertiwi meninggalkan kenangan yang sulit (bumi yang kita tempati), Tuhan tidak dilupakan, Lama-lama bila diingat buat dijelaskan langsung bagiamana hati sakit. Kesadaran illahi didalam lirik bentuknya namun digambarkan Tuhan tembang Cengkir wungu adalah dalam bentuk cipataannya (alam kesadaran serta keikhlasan untuk mau seisinya) dan lewat Ibu Pertiwi itu Allah menerima takdir dari Allah. Takdir memberikan rizkinya berupa hasil manusia yang telah digariskan oleh sang panen untuk kelangsungan hidup pencipta, bahwa dalam penggalan lirik manusia, kebaikan Tuhan ditunjukkan tersebut adalah takdir untuk berpisah, pada syair kang asih berbudhi luhur berpisah dengan orang-orang yang maka sudah wajibnya bahwa kita dikasihinya. Pada akhirnya buat hati sebagai makhluk ciptaanya untuk sedih (berkabung). Allah akan menyuskuri atas segala karunianya senantiasa menguji seorang hambaNya dengan cara selalu beriman dan hingga terlihat siapa yang paling berhak menjalankan segala yang diperintahkan mendapatkan tempat yang terbaik di sesuai bunyi bait selanjutnya ayo sisiNya. Meskipun menyakitkan, namun sungkem mring ibu pertiwi. semua sudah digariskan dan manusia Firman Allah menyuruh manusia untuk hanya bisa menerima tanpa harus selalu bersyukur dengan beribadah menolaknya. (percaya) kepada-Nya hal ini Sedangkan penggalan lirik selanjutnya ditunjukkan dalam Q.S Yunus:31, yang mengajarkan manusia agar ikhlas artinya. menerima suatu keadaan, yang mana “Katakanlah: “Siapakah yang memberi suatu kejadian merupakan takdir yang rezki kepadamu dari langit dan bumi, digariskan oleh Tuhan terhadap masing- atau siapakah yang kuasa masing manusia, dijelaskan Santosa (menciptakan) pendengaran dan (2012: 84) “Kridhaning ati, ora bisa penglihatan, dan siapakah yang mbedah, kuthaning pesti” artinya bahwa
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 5
betapa kerasnya keinginan atau hitung-hitungan atas apa yang telah kemauan hati sejatinya tidak akan bisa diperbuat. Apabila ketiga sifat itu mengalahkan takdir yang digariskan dipelihara nanti bisa memunculkan sifat oleh Tuhan. Dalam pandangan hidup kesombongan, sifat sombong sangatlah orang Jawa yang berlandaskan oleh dibenci oleh Allah dan tentunya pada agama Islam tentunya takdir manusia masyarakat Jawa. Sistem kepercayaan yang tidak bisa dipengaruhi oleh masyarakat Jawa menurut Santoso masing-masing pribadi meliputi (2012: 86) mengenal peribahasa yang kelahiran, kodrat, jodoh, rezeki, dan berbunyi “ora ono kasekten kang kematian. madhani pepesthen, awit pepesthen ora Nilai tawakkal ditemukan data ono kang bisa murungake”, yang “Cengkir” Buah kelapa muda, Cengkir artinya tidak ada kesaktian yang dapat diartikan dalam bahasa Jawa yang menyamai kepastian Allah, karena tidak artinya kencenging pikir (kuat dalam ada yang dapat menggagalkan kehendak berpikir) meskipun manusia masih Allah. Kekuatan nilai pribahasa ini muda harus mempunyai semangat yang sering menjadi penguat batin bagi kuat, semangat dalam hal belajar seseorang yang sedang mengahdapi ataupun bekerja keras dengan tujuan sebuah masalah gawat dan dapat berserah diri kepada Tuhan. mengancamnya. Nilai syukur ditemukan data“E jadahe mambu, gawe isin lan age golekno Nilai Estetika atau Keindahan salin, Iki lho ono wajik, lho kok ditotol Endraswara (2003:68) mengungkapkan pithik, Suguhan kangsemu, mung mesem keindahan karya sastra. Karya sastra ngguyu” artinya E jadahnya basi, buat adalah fenomena yan penuh bunga- malu dan cepat carikan ganti, Iniada bunga dan aroma. Karenannya, peneliti wajik, tapi di makan ayam, Suguhan diharapkan mampu menangkap yang palsu, Cuma senyum tertawa. keindahan di dalamnya. Keindahan Penggalan lirik tersebut mengajarkan adalah sebuah aplikasi dari intresa dan betapa hal kecil yang kita abaikan inscape. Intresa adalah pengaruh yang ternyata memiliki nilai yang berharga, nyata dari tangan tuhan terhadap cipta bahagia dengan cara yang sederhana. kreatif seorang sastrawan, sedangkan Nikmat-nikmat yang dianugerahkan inscape adalah pemahaman atau oleh Allah SWT kepada manusia kekuatan untuk melihat sesuatu dengan merupakan pemberian yang terus pikiran dan hati sebagai sebagai suatu menerus dan bermacam-macam pundak realitas dalam sastra bentuknya, baik lahir maupun batin. berdasarkan kebenaran Tuhan. Jelaslah “La ojo piangkuh tan wurung agawe menurut pandangan Teeuw, (2013:273) kisruh, Hambok eling waton sumanding, bahwa estetik Jawa kuno tidak bersifat Yen tan eling trus runtang ranting”. otonom; fungsi seni diabdikan pada Jangan sampai sombong yang akhirnya fungsi agama; lewat seni manusia membuat masalah, Agar ingat aturan diperhadapkan dengan keagungan yang ada, Jika tak ingat akan merugikan ciptaan Tuhan dan dia akan diri sendiri. Nilai syukur dalam cuplikan menghilangkan diri (atau kehilangan lagu diatas termasuk kedalam indikator diri) dalam keagungan pesona. tentang menghilangkan keangkuhan. Nilai estetika dalam karya sastra adalah Lagu piangkuh menyampaikan pesan fenomena yan penuh bunga-bunga dan bahwa seseorang janganlah mudah aroma. Karenannya, peneliti diharapkan marah, jangan mudah bosan, dan jangan mampu menangkap keindahan di
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 6
dalamnya. Nilai estetika dalam sebagai gleges, untuk disesuaikan penelitian ini dtemukan tiga aspek; (1) dengan kata teges atau tegas pada baris aspek ontologis, (2) aspek imanen, (3) berikutnya. Dimaksudkan bahwa konsep indah. Aspek ontologis seorang manusia harusnya berbicara ditemukan data “Yo konco ninggisik dengan tegas sesuai dengan gembiro, Alerap-lerap banyu kenyataannya, bukan cuma manis nesegoro”Ayo kawan bergembira ria, dibibirnya saja. Berombak-ombak air samudera (laut) “Yo konco ning gisik gembiro, Alerap Keindahan yang terdapat dalam lerap banyune segoro, Angleyak enggalan syair ayopraon digambarkan numpak prau layar, Ing dino minggu dalam lirik alerap-lerap banyune keh pariwisoto, Alon praune wis segoro merupakan keindahan dari nengah, Byak byuk byak banyu pinelah Tuhan lewat ciptaannya yang berupa Ora jemu jemu karo mesem ngguyu, wujud duniawi. Ngilangake roso lungkrah lesu” Aspek imanen “Ikisaputangan mu Ayo teman bergembira ria, Berombak- Gondo arum, kanggo pepelingku, ombak air samudra, Ramai naik prahu Kembang melati Mungsawiji, turdadiati layar, Di hari minggu banyak artinya Ini saputanganmu Bau harum, wisatawan, Pelan perahu sudah ke buat kenanganku, Bunga melati Hanya tengah, Berdeburan air membelah, satu, dan jadi hati, Penggalan lirik Tidak jemu sambil tersenyum, tembang ini seperti halnya puisi yang Menghilangkan rasa lelah lesu dinyanyikan, penggalan lagu Bila dicermati keseluruhan syair lagu saputangan mu menggambarkan ayo praon ini tampak adanya perpaduan suasana batin, kebekuan, kesepian, bunyi pada setiap akhir larik, sehingga ataupun kesedihan. Dalam sebuah menimbulkan pola persajakan. Rima struktur puisi terdapat aspek keindahan yang terdapat pada akhir lirik disebut bunyi, rima, irama dan lainnya. rima akhir, selain rima terdapat bunyi “Petis manis pupus tebu sak umpomo, yang mampu menggambarkan nuansa kepiye werdine, Ojo ngucap ora teges keriangan, perasaan maupun gerak. tanpo guno, kepiye karepmu, Petis Terdapat kata-kata yang menyenangkan, manis sarto langking sak umpomo, seperti kata gembira, mesem guyu, dan kepiye werdine, Ojo ngucap yen to pariwisoto. Banyak pesan yanag ingin amung samudono” disampaikan dari lagu ini seperti pada Petis manisbatang tebu seumpama, bait lagu Yo kanca ning nggisik bagaimana artinya, Jangan mengucap gembira, mengandung makna bahwa tiada makna tanpa guna, bagaimana ayo kita berlibur kalau sudah saatnya inginmu, Petis manis dan hitam tiba. Liburan yang menyenangkan seumpama, bagaimana artinya, Jangan adalah ke laut, karena disana kita bisa mengucap kalau cuma kiasan melihat keindahan yang terpacar dari air Aspek konsep indah dalam penggalan yang berkilau terkena sinar matahari syair berikut menunjukkan bagaimana seperti dalam bait Alerap lerop banyune pemilihan kata yang tepat untuk segara. menunjukkan pesan moral didalamnya. Petis manis pupus tebu seumpama, petis Nilai Kerukunan dalam Syair-Syair yang dirasa manis maksudnya adalah Tembang Ki Nartosabdo kecap, untuk menserasikan pengucapan Kerukunan manusia Jawa menurut lirik berikutnya. Pupus tebu dalam Saryono, (2009:84) sebagai nilai bahasa jawa disebut juga instrumental, nilai kerukunan manusia
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 7
Jawa disini berkenaan dengan Penggalan lirik dayoheteko secara kekompakan, kedamaian, kekomunalan, moral sosial (kerukunan) mengajarkan kebertautan, kebersatuan, dan keutuhan bagaimana kita harus memperlakukan manusia Jawa-tetapi dapat juga alam tamu dengan baik, ketika ada tamu yang semesta. Ditemukan beberapa aspek datang segerakan kita untuk menjemput yaitu, (1) nilai hormat dan kasih sayang, dan mempersilahkan masuk. (2) perekat tali persaudaraan, (3)saling Selanjutnya temuan data tentang nilai memaafkan. Magniz-Suseno (2003:168) bersedia memberi nasehat pada tembang mengemukakan bahwa kelakuan sosial Ki Nartosabdo dipaparkan seperti budaya ditentukan oleh prinsip-prinsip dibawah ini. kerukunan dan hormat. Kedua prinsip “Pawelingku nimas, ojo gampang keselarasan itu menuntut agar kembo, Entenono disik kang sabar dorongan-dorongannya sendiri klawan narimo” senantiasa dikontrol. Begitu pula Nasehatku adik, jangan mudah putus prinsip-prinsip keselarasan menuntut asa, Tunggulah dulu dengan sabar agar masing-masing orang selalu menerima apa adanya. Kutipan tembang menempatkan penilaian dan diatas menunjukkan bahwa Pencipta pertimbangannya dibawah prasyarat ingin menyampaikan kepada persetujuan masyarakat, sesuai dengan masyarakat agar tidak mudah berputus hubungan-hubungan yang terdapat. asa. Gambaran masyarakat Jawa lewat Nilai hormat dan kasih sayang tembang diatas sebagai suatu ditemukan data “Tingkah lakumu kudu masyarakat yang berbudaya dituntut ngerticoro, Ojo ditinggal kapribaden untuk selalu berusaha baik, sabar dan ketimuran artinya tingkah lakumu harus jangan putus asa. Sebagai orang yang tau cara, Jangan ditinggal kepribadian lebih dewasa dalam penggalan syair ini timur. Penggalan lirik lagu ojo sudah seharusnya untuk mengingatkan dipleroki merupakan wujud etika adik-adik kita untuk selalu berusaha budaya Indonesia (ketimuran) bahwa menggapai apa yang sudah di cita- kita harus selalu ingat dengan budaya citakan dengan sabar. kita, jangan asal mengikuti Nilai saling memafkan ditemukan data perkembangan jaman yang nantinya “Kapan niku weton gumuyu, Nora jemu membuat kita lupa dengan norma- nescoyosemu, Gampang mutung norma yang berlaku. Prinsip kerukunan, taksawang petung yen hambarung, sopan santun, dan budaya harus selalu kadlarung-dlarung” artinya kapan kita pegang teguh oleh masyarakat waktu kamu tersenyum, Jangan bosan Jawa. Prinsip pengendalian diri diatas akhirnya samar, Mudahmarah seperti ungkapan Jawa yang sering kita (putusasa) kulihat dengan hitungan terus dengarkan tiap hari, bahwa manusia itu menerus, tanpa batas. Lagu piangkuh di larang “Aja Dumeh” yang artinya secara keseluruhan mempunyai arti merasa dirinya lebih, adalah peringatan jangan sombong, namun dalam kepada kita bahwa jangan takabur dan penggalan liriknya dapat diartikan jangan sombong, tidak mementingkan sebagai manusia tidak boleh terlalu diri sendiri dan lain sebagainya sering marah, hal ini biasa terjadi Pererat tali persaudaraan ditemukan apabila seseorang mempunyai salah “E dayohe teko, lhaenggal papaken, kepadanya atau sebaliknya. Tumuli lungguhno, lha gelarno Selanjutnya yaitu temuan tentang nilai kloso”artinya E..tamunya datang, cepat bekerja sama pada syair tembang karya dijemput, Lalu suruh duduk, bukakan. Ki Nartosabdo dipaparkan dibawah ini.
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 8
“Lesung Jumengglung sru imbal imbalan, Lesung Jumengglung maneter Implementasi pada Pembelajaran mangungkung, Ngumandang ngebeki Sastra sak jroning pradesan, Thok thok thek Dalam pengajaran Bahasa thok thok gung thok, Thok thek thok thek Indonesia di sekolah, siswa sedikit thok gung thok , Thok thek thok thok banyak telah dikenalkan oleh guru gung thok thok thek, Thok thek thok bidang studinya pada pembelajaran gung” apresiasi sastra Indonesia. Namun, pada Lesung berdentung (berbunyi) kenyataannya materi yang disajikan bersahut sahutan, Lesung berdentung pada sebuah buku paket terlalu bersifat terus bergema, Berkumandang dasar. Artinya, bahwa penyajian materi memenuhi dalam pedesaan, Thok, thok, yang disampaikan kurang mendalam, thek, thok, thok, gung, thok, Thok thek sehingga tidak mampu mengarahkan thok thek thok gung thok, Thok thek siswa untuk memahami sebuah karya thok thok gung thok thok thek, Thok sastra. Unsur-unsyur dalam puisi atau thek thok gung. Makna lagu ini sangat syair terkadang sangat sederhana namun jelas bahwa suka cita telah menyambut ada juga yang banyak menggunakan hati suatu kelompok masyarakat bahasa kiasan sehingga sulit dipahami. pedesaan dalam memanen hasil bumi, Siswa kadang mengeluh bahwa syair namun tembang ini lebih menonjolkan yang dipelajarinya sangat simbol kegiatan “numbuk padi” membosankan, oleh sebab itu guru ketimbang kegiatan bercocok. Pada bait sebagai agen fasilitator yang berada ini sangat jelas didepan kelas harus tahu dan sadar penggambarannya“Lesung tujuan apa yang hendak dicapai Jumengglung sru imbal imbalan, sehingga siswa merasa terbantu dan Lesung Jumengglung maneter tidak merasa kesulitan memaknai mangungkung” Menunjukkan kerja bahasa yang terkadung di dalamnya. sama satu sama lain untuk Diharapkan guru mampu mengelola menghasilkan beras yang bagus terlepas pengajaran secara sistematis, dengan dari serabutnya. Alat Lesung digunakan bantuan siswa pastinya dengan cara masyarakat Jawa untuk menumbuk guru lebih sering mengajak siswa untuk (gabah) setelah selesai panen, hal ini membaca dan menafsirkan karya sastra dilakukan masyarakat Jawa secara berbentuk puisi atau syair agar mereka gotong royong. Praktek gotong royong terbiasa sehingga dengan mudah untuk mewujudkan slah satu kerukunan, memahami makna bahasa yang ada dengan bergotong royong dimaksudkan didalamnya.Syair-syair tembang karya untuk dua macam pekerjaan: saling Ki Nartosabdo merupakan tembang membantu, saling melakukan pekerjaan yang ditulis menggunakan bahasa Jawa, bersama demi kepentingan seluiruh hal ini sangat baik disajikan untuk desa. Termasuk membantu tetangga dipelajari siswa. Karena sebelum membangun rumah, dalam suatu mereka memahami makna yang persiapan hajatan, dan kesempatan- terkandung didalamnya mereka harus kesempatan lain tertentu Jika falsafah mengartikan masing-masing syair (memayu hayuning bawana) itu sudah kedalam bahasa Indonesia. Terlepas dari menjadi pedoman hidup, maka sikap itu tembang-tembang Nartosabdan dengki, srei, jail, dan methakil mengandung nilai-nilai moral yang ada (sombong) akan hilang dengan dalam masyarakat dan pada sendirinya. pembelajaran apresiasi sastra Indonesia.
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 9
merupakan wujud kerukunan yang SIMPULAN DAN SARAN nyata antar anggota masyarakat, (3) Dalam penelitian yang berjudul memberi nasehat kepada sesama agar Nilai-nilai Budaya Jawa dalam Syair- tercipta hubungan yang harmonis , (4) syair Tembang karya Ki Nartosabdo saling memberi maaf ketika punya dapat peneliti simpulkan bahwa yang permasalahan, (5) dengan semangat paling banyak dimunculkan oleh kerukunan akan tercipta suatu pengarang adalah nilai estetika atau masyarakat yang madani dimana satu keindahan sedangakan untuk nilai moral sama lain saling bekerja sama ketika religius dan nilai kerukunan berada satu ada yang membutuhkan. tingkat dibawah nilai estetika. Nilai moral religius dalam syair-syair Daftar Rujukan tembang Ki Nartosabdo, dapat A.Teeuw. 2013. Sastra dan Ilmu Sastra. dikemukakan temuan-temuan aspeknya Bandung: Pustaka Jawa seperti berikut: (1) perlunya nilai Al-qur’an, 2009. The Holy Qur’an Al- kepercayaan kepada Tuhan, (2) bersifat Fatih. Jakarta Timur: Insan Media ikhlas menerima segala sesuatu yang Pustaka telah, (3) manusia harus selalu tawakal Aminudin. 2013. kepada Tuhan dengan selalu berpasrah PengantarApresiasiKaryaSastra. diri kepadanya dan selalu teguh karena Bandung:Sinar Baru Algensindo ridho-Nya, (4) perlunya mensyukuri Offset atas segala nikmat, (5) memohon ampun Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur atas segala dosa yang dilakukan.Wujud Penelitian, Suatu Pendekatan religius salah satunya meyakini bahwa Praktik. Jakarta: Rineka Cipta tuhan itu ada dengan segala sifat Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi kesempurnaannya. Nilai Estetika dalam Penelitian Sastra. Yogyakarta: syair-syair tembang Ki Nartosabdo CAPS dapat dikemukakan aspek-aspek seperti Jenks, Chris. 2013. Culture Studi berikut: (1) Aspek ontologis yang Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka berkaitan dengan keindahan akan Pelajar kekayaan tuhan dan keindahan mutlak, Komariah, Nurul. 2017. Tesis. Analisa (2) Aspek imanen berkaitan Aspek Sosial Budaya dalam Novel keanekaragaman dan keebrbagian yang Antropologi Rasa Karya Ika menciptakan suatu keharmonisan, (3) Natassa. Malang. Universitas Islam konsep keindahan yang berkaitan Malang dengan efek keanekaragaman warna Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu masyarakatnya. Dimaksudkan untuk Antropologi. Jakarta: Aksara Jawa menyampaikan moral bahwa seorang Magnis Suseno SJ, Franz. 2003. Etika manusia harusnya berbicara dengan Jawa (Sebuah Analisa Falsafi tegas sesuai dengan kenyataannya, Tentang Kebijaksanaan Hidup bukan cuma manis dibibirnya saja di Jawa). Jakarta: Gramedia Pustaka sajikan dalam tembang yang halus dan Utama. enak diperdengarkan. Moleong. Lexy J. 2013. Metodologi Nilai kerukunan dalam syair-syair Penelitian Kualitatif. Bandung: tembang Ki Nartosabdo dapat Rosdakarya dikemukakan aspek-aspek sebagai Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori berikut: (1) dengan saling menghormati Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: satu sama lain, (2) persaudaraan Gadjah Mada University Press
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 10
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Estetika Sugihastuti. 2011. Teori dan Apresiasi Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pustaka Pelajar Pelajar Salam, Burhanuddin. 2002. Etika Sosial Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian (Asas Moral dalam Kehidupan Kualitatif. Bandung: Alfabeta Manusia). Jakarta: Rineka Cipta Susilo, Edi. 2012. Teori Sastra. Modul Saryono, Djoko. 2008. Paras Nilai Pembelajaran. Universitas Budaya. Malang: Surya Pena Kanjuruhan Malang: Tidak Gemilang diterbitkan Saryono, djoko. 2009. Fiksi Indonesia Wellek, Rene dan Austin Warren. 2014. Berparas Falsafah Jawa. Malang; Teori Kesusastraan (Melani Pustaka Kayutangan Budianta, ed). Jakarta: Gramedia Semi.Atar. Yana MH. 2012. Falsafah Dan 1990.MetodePenelitianSastra. Pandangan Hidup Orang Jawa. Bandung: Angkasa Yogyakarta: Bintang Cemerlang
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 11