Anda di halaman 1dari 8

KEMBARA: (Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya) Diterima : 14/07/2018

Volume 4, Nomor 2, hlm 192-199 Direvisi : 04/12/2018


PISSN 2442-7632 EISSN 2442-9287 Disetujui : 05/12/2018
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/ kembara/article/view/5983

REPRESENTASI KEBEBASAN TOKOH UTAMA


DALAM NOVEL TRILOGI SOEKRAM KARYA
SAPARDI DJOKO DAMONO
(TINJAUAN EKSISTENSIALISME)

Nouval Rumaf a,*, Siti Fatihaturrahmah Al. Jumrohb,*

a
STKIP Muhammadiyah Sorong-Papua Barat
Jl. Kh. Ahmad Dahlan No. 01, Malawele, Aimas, Kabupaten Sorong, Papua Barat, Malawele,
Aimas, Sorong, Papua Barat, Indonesia
b
STKIP Muhammadiyah Sorong-Papua Barat
Jl. Kh. Ahmad Dahlan No. 01, Malawele, Aimas, Kabupaten Sorong, Papua Barat, Malawele,
Aimas, Sorong, Papua Barat, Indonesia
*ovhal2015@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan representasi kebebasan tokoh utama dalam
novel Trilogi Soekram karya Sapardi Djoko Damono. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif, sedangkan metode penelitian menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian ini terdiri
atas dua wujud kebebasan yaitu: (a) kebebasan dalam wujud perkataan dan (b) kebebasan dalam
wujud perbuatan. Kebebasan dalam wujud perkataan merupakan ujaran tokoh utama Soekram yang
menggugat pengarang, untuk mempertanyakan keberadaan dirinya di dalam cerita., sedangkan
kebebasan dalam wujud perbuatan merupakan tingkah laku tokoh utama Soekram yang merasa cemas
dan keluar dari hal-hal yang membatasi dirinya untuk menemukan eksistensinya di dalam cerita.
Kata Kunci: Representasi, Kebebasan, Eksistensi
Abstract: The purpose of this study is to explain representation freedom of the main character in the
novel Trilogi Soekram by Sapardi Djoko Damono. This study made use of qualitative approach with
a descriptive method. As results, this study revealed two forms of freedom, that are (a) freedom in a
form of speech and (b) freedom in a form of deed. The freedom in the form of speech is indicated from
the speech of the main character, Soekram, who indicted the author to question his existence in the
story; meanwhile, the freedom in the form of deed is seen through the conduct of the main character,
Soekram, who feels anxious and goes beyond his limits him to find his existence in the story.
Keyword: Representation, Freedom, Existence

PENDAHULUAN Semi (1998: 1-3) yang menyebutkan bahwa karya


sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa
Karya sastra merupakan bentuk pembebasan
pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat,
yang berusaha membebaskan diri dari segala
dan keyakinan dalam bentuk gambar nyata, yang
macam tekanan yang datang dari dalam maupun
dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa
luar. Karya sastra memuat fenomena-fenomena
yang mampu menimbulkan makna.
batin yang tampak dalam perilaku tokoh-
Jan Van Luxemburg (dalam Saifur & Emzir,
tokohnya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
2015: 6) menyebutkan, bahwa karya sastra

192
193

adalah sebuah ciptaan atau kreasi. Karena karya manusia yang bereksistensi maupun sebagai
sastra adalah kreasi, maka karya sastra bukanlah manusia sosial. Manusia yang bereksistensi ialah
imitasi atau tiruan. Penciptaan karya sastra oleh manusia yang bebas mewujudkan dirinya secara
sastrawan pada hakikatnya mampu menciptakan mandiri di dalam dunia sekaligus mengatasi dunia
sebuah dunia baru. Karya sastra yang dihasilkan dengan caranya secara mandiri pula.
merupakan aktualisasi eksistensi tokoh yang Tinjauan eksistensi memiliki relevansi
direpresentasikan oleh pengarang. Tidak hanya dengan gejala yang dialami tokoh utama pada
terjadi di dunia nyata, dalam wujudnya sebagai novel Trilogi Soekram yang menekankan pada
fenomena keeksistensian manusia juga sering perasaan subjektif, pengalaman-pengalaman
digunakan sebagai latar belakang cerita dalam personal, kebebasan dalam dunia fiksi bersama
dunia sastra. tokoh-tokoh lainnya. Eksistensialisme sangat
Novel Trilogi Soekram ini merupakan karya berorientasi kepada persoalan humanistik yang
terbaru Sapardi Djoko Damono yang diterbitkan selalu memperhatikan pengalaman subjektif
tahun 2015. Novel tersebut merupakan gabungan sebagai fenomena kebebasan tingkah laku
dari tiga novel yang masing-masing berjudul: manusia yang diteliti melalui karya sastra.
Pengarang Telah Mati, Pengarang Belum Mati, Pentingnya kajian eksistensi dalam karya
dan Pengarang Tak Pernah Mati. sastra, maka penelitian dengan menggunakan
Keunikan novel Trilogi Soekram terletak kajian eksistensi telah dilakukan oleh beberapa
pada kebebasan tokoh utama yang menjadikan pihak. Penelitian yang dilakukan oleh Yunus
dirinya sebagai individu yang bereksistensi yaitu (2011), berjudul Kebebasan dalam Filsafat
individu yang aktif, optimis, dan kuat. Sehingga Eksistensialisme Jean Paul Sartre. Penelitian
mempertanyakan keberadaan dirinya di dalam tersebut difokuskan pada kesadaran manusia
cerita yang diabiarkan begitu saja oleh pengarang. karena manusia berhadapan dengan dunianya.
Soekram sebagai tokoh utama memiliki Hasil penelitian berupa deskripsi mendalam
kebebasan, baik bebas dalam bentuk perkataan mengenai kebebesan yang menjadi esensi
maupun tindakan.Artinya Soekram menunjukan manusia, dan manusia yang bebas selalu
perihal wujud eksistensi sebagai individu yang menciptakan dirinya, mengatur dirinya, memilih
mandiri dan tidak mudah diintervensi. dan dapat memberi makna pada realitas.
Persoalan eksistensi dalam karya sastra Penelitian yang dilakukan oleh Heni
sangat menarik untuk dikaji, karena setiap (2010), berjudul Makna Hidup dalam Dinamika
karya sastra yang baik selalu menyajikan dan Eksistensi Tokoh Silas Marner: Kajian Psikologi
menyuguhkan soal-soal filosofis dan unsur-unsur Eksistensialiseme dalam Novel Silas Marner
eksistensi tokoh yang harus diinterpretasikan Karya George Eliot. Penelitian tersebut
oleh pembaca maupun peneliti. Hal tersebut difokuskan pada dinamika eksistensi manusia
sesuai dengan pernyataan (Ahmed, 1988: 64) yang direfleksikan oleh tokoh utamanya. Hasil
yang menjelaskan bahwa, karya sastra yang baik penelitian berupa deskripsi mendalam mengenai
niscaya tersirat sikap filsafat tertentu, jejak-jejak makna hidup dalam tiap kondisi eksistensi tokoh
filsafat tersebut cenderung berada dibalik segi utama Silas Marner yang senantiasa mencari
kebahasaan yang berwujud kesusastraan. makna hidup dan membuatnya memiliki arah dan
Suyasa (2004: 9) menjelaskan bahwa karya tujuan dalam menjalani hidupnya.
sastra mempunyai andil yang cukup besar dalam Penelitian berikut dilakukan oleh Fahimsyah
menyumbangkan buah perenungan, pemikiran dkk (2013), yang berjudul Eksistensialisme
serta menawarkan berbagai solusi terhadap dalam Novel Najla Karya Byar Rufael Sebuah
masalah-masalah yang terjadi pada manusia Tinjauan Psikologi Humanistik. Penelitian
dalam wujud tindakan perilakunya sebagai tersebut difokuskan pada keterkaitan unsur-unsur

Nouval Rumaf, Siti Fatihaturrahmah Al. Jumroh, Repres entasi Kebebasan Tokoh Utama dalam Novel Trilogi Soekram
Karya Sapardi Djoko Damono (Tinjauan Eksistensialisme)
194

yang terdapat pada novel dan analisis hubungan paparan data kutipan kalimat dalam satuan cerita
eksistensial dalam novel Najla. Hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sumber
menunjukan bahwa tokoh utama mengalami data penelitian adalah novel Trilogi Soekram
kebebasan, penerimaan, atas kematian, isolasi, karya Sapardi Djoko Damono. Data penelitian
dan ketidakbermaknaan. berupa kutipan-kutipan kalimat dalam satuan
Penelitian berikut dilakukan oleh cerita yang mengandung unsur kebebasan
Mendrofa (2011), yang berjudul Eksistensialisme perkataan dan kebebasan perbuatan. Langkah-
Naturalistik: Kajian Perspektif Naturalistik langkah analisis data meliputi: (1) membaca
Terhadap Konsep Eksistensialisme Mengenai secara kritis, (2) pengumpulan data, (3) penyajian
Kebebasan dan Faktisitas. Penelitian tersebut data, (4) reduksi data, (5) penafsiran data, dan
difokuskan pada manusia yang dipahami terakhir (6) penarikan simpulan.
dalam kealamiahannya dan tetap bisa eksis,
serta dalam kebebasan proyeksi eksistensinya. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian adalah pendeskripsian yang
mendalam tentang eksistensi manusia secara Hasil penelitian dan pembahasan ini
naturalistik, dan memberikan jawaban terbaik dipaparkan secara sistematis dengan menyertakan
dalam kaitannya dengan kemanusiaan. pembahasan melalui novel yang dikaji. Hasil
Berdasarkan penelitian-penelitian penelitian ini terdiri atas 2 aspek, yaitu (1)
terdahulu, penelitian yang dilakukan ini memiliki Representasi kebebasan tokoh utama Soekram
beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan dalam wujud perkataan; (2) Representasi
penelitian ini dengan penelitian terdahulu kebebasan tokoh utama Soekram dalam wujud
terletak pada tokoh tertentu dalam novel dan perbuatan.
kajian kebebasan dan kemanusiaan dengan Kebebasan merupakan kemampuan yang
menggunakan tinjauan eksistensi, sedangkan dimiliki manusia untuk mengembangkan
perbedaannya pada kata representasi yang tidak serta mengarahkan hidupnya. Kemampuan
digunakan dalam penelitian terdahulu, tetapi tersebut, menyangkut kehendak, bahkan ciri
digunakan dalam penelitian ini. Representasi khas kebebasan berkaitan erat dengan kenyataan
yang dimaksud adalah bagaimana sebuah realitas bahwa manusia adalah mahluk yang berasio, jika
kebebasan tokoh utama yang terdapat dalam manusia bertindak bebas, itu berarti manusia
novel Trilogi Soekram dapat digambarkan dan tahu apa yang diperbuatnya dan apa sebab
dikonstruksikan secara detail melalui media diperbuatnya.
bahasa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bentuk kebebasan yang muncul dalam
Barker (2015: 9) yang menyebutkan bahwa, novel Trilogi Soekram karya Sapardi Djoko
representasi adalah bagaimana realitas dunia Damono merujuk pada pola pikir Soekram
dikonstruksi dan direpresentasikan secara sosial sebagai tokoh utamanya. Bentuk kebebasan
oleh manusia melalui media, baik media masa dalam novel Trilogi Soekram dicirikan dengan
atau media cetak maupun media bahasa. wujud tindakan tokoh utama yang di dalamnya
terdapat kondisi-kondisi yang menandai hasil dari
suatu keputusan di antara alternatif-alternatif,
METODE
karena esensi dari kehidupan Soekram adalah
Metode dalam penelitian ini menggunakan kebebasannya dan kebebasan tersebut, menjadi
metode kualitatif dan didukung oleh pendekatan penentu bagi tindakan-tindakannya. Hal ini,
deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan tampak dalam kutipan dialog data pertama (D-1)
data penelitian yang disajikan dalam bentuk sebagai berikut.

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2018, hlm 192-199
195

Soekram mencoba memahami kisah itu, tetapi Kutipan data kedua tersebut,
gagal. Seperti dalam buku cerita saja. “ibu tak menggambarkan bentuk kebebasan yang
pernah ke luar rumah lagi, sejak itu. Beliau ditampilkan oleh tokoh utama melalui dialog
merasa menjadi biang keladi kenakalan
dalam cerita. Data ini mengandung esensi
anaknya, merasa tidak bisa mendidik anak
laki-lakinya. “Kenapa begitu? Kan suru yang kehidupan yang merujuk pada kebebasan
bertanggung jawab,” kata Soekram sok tahu. perkataan Soekram yang dapat diperhatikan
(Damono, 2015: 189) melalui penggalan kutipan berikut “Ya biar saja”
Penggalan kutipan tersebut menggambarkan
Kutipan data pertama tersebut, adanya bentuk sikap kebebesan perkataan tokoh
menggambarkan bentuk kebebasan yang utama Soekram dalam menanggapi sesuatu
ditampilkan oleh tokoh utama melalui dialog dari lawan tuturnya. Soekram menunjukan
dalam cerita. Data ini mengandung esensi keegoisannya dalam bentuk perkataan. Hal
kehidupan yang merujuk pada kebebasan tersebut telah mencerminkan karakter dan sikap
perkataan Soekram yang dapat diperhatikan Soekram yang memiliki unsur eksistensi sebagai
melalui penggalan kutipan berikut “kenapa individu yang bebas dan tidak menerima kritikan
begitu? Kan suru yang bertanggungjawab,” atau saran dari orang lain. Selain itu kutipan “ya
kata Soekram sok tahu. Penggalan kutipan biar saja” juga merupakan kata yang digunakan
tersebut menggambarkan adanya bentuk sikap untuk mengukuhkan kata-kata dan maksud dari
kebebesan perkataan tokoh utama Soekram kawan bicaranya.
dalam menanggapi sesuatu. Kalimat Tanya Soekram sebagai tokoh utama dalam novel
kenapa begitu? Menunjukkan adanya efek Trilogi tersebut, menjadikan kebebasan sebagai
keheranan yang dimunculkan melalui proses suatu problem yang terus-menerus digeluti dan
berpikir Soekram sehingga melahirkan esensi diperjuangkan. Wujud kebebasan eksistensi
kehidupan Soekram dalam wujud kebebasannya Soekram, tergambar dalam kutipan data dialog
untuk menalar kalimat Tanya yang diutarakan (D-3) sebagai berikut.
sendiri tentang kisah hidupnya. Keeksistensian
tokoh utama Soekram dalam kutipan ini didukung “Saya tidak menciptakan Nurbaya. Saya
pula oleh penggalan kutipan frasa sok tau yang adalah rekan senasibnya.”
“pikiranmu kacau, Kram. Aku tidak mau
merupakan gabungan kata sok (berlagak) dengan
terlibat dalam kekacauan itu, sama sekali.”
kata tahu (mengerti akan sesuatu hal) yang “Saya hanya mau mencari Nurbaya, dia dalam
menimbulkan efek negatif sebagai orang yang bahaya dan saya harus menolongnya.”
dianggap bernalar dengan logika sendiri namun “Jangan mencari-cari yang tidak ada, Kram.”
kebenarannya masih diragukan. tapi dia ada. (Damono, 2015: 253).
Bentuk kebebasan tokoh utama dalam
novel Trilogi Soekram juga tergambar melalui Kutipan data ketiga tersebut,
kutipan dialog (D-2) sebagai berikut. menggambarkan bentuk kebebasan yang
ditampilkan oleh Soekram melalui dialog dalam
“Datuk . . .” cerita. Data ini mengandung esensi kehidupan
“Datu Maringgih, Kram, bukan Meringgih. yang merujuk pada kebebasan pemikiran
Mereka bersaudara.” tokoh Soekram yang dapat diperhatikan
“Dua-duannya datuk? Kok?”
melalui penggalan kutipan berikut “Pikiranmu
Lho, Kram, kan kamu yang ngarang. Ya biar
saja. (Damono, 2015: 187) kacau, kram.” Penggalan kutipan tersebut
menggambarkan adanya sikap kebebesan
pemikiran Soekram yang dianggap kacau karena
Soekram ke luar dari dirinya untuk membentuk

Nouval Rumaf, Siti Fatihaturrahmah Al. Jumroh, Repres entasi Kebebasan Tokoh Utama dalam Novel Trilogi Soekram
Karya Sapardi Djoko Damono (Tinjauan Eksistensialisme)
196

eksistensinya secara bebas. Soekram tidak ingin yang mengancam dirinya. Hal tersebut yang
membatalkan rencanannya untuk mencari sesuatu mencirikan Soekram sebagai individu yang
yang belum tentu ada menurut orang lain, tetapi bereksistensi.
menurutnya sesuatu yang tidak ada itu akan Keeksistensian hidup tokoh Soekram dalam
menjadi ada. Hal tersebut menggambarkan sosok novel Trilogi Soekram memunculkan respon
Soekram sebagai individu yang bereksistensi, tokoh utama atas kebebasan subjektivitasnya
baik bereksistensi dalam kemungkinan maupun yang merujuk pada pembebasan nasib dirinya
bereksistensi dalam kenyataan, karena eksistensi dari bayang-bayang doktrinasi yang selama
dalam kemungkinan adalah keseluruhan tokoh ini menghantuinya. Soekram meyakini bahwa
fiksi yang dapat menyebabkan terjadinya kebebasan subjektivitas merupakan kebenaran
eksistensi dalam kenyataan dan eksistensi dalam yang diyakini, hal tersebut yang menjadi dasar
kenyataan hanya tersedia dalam saat-saat yang sehingga, Soekram selalu memperlihatkan
langkah yang didalamnya Soekram dapat ke luar kebebasan eksistensinya dalam hal berbicara.
dari dirinya. Hal ini dapat diperhatikan melalui kutipan data
Keeksistensian hidup tokoh utama monolog (D-5) sebagai berikut.
dalam novel Trilogi Soekram selalu berupaya
memperlihatkan kebebasannya dalam hal Kau tentu tahu makna sebuah keluarga,
berbicara atau perkataan. Hal ini, dapat sebenarnya dari apa yang sering diocehkan
diperhatikan melalui kutipan data monolog (D- professor sinting itu. Oasis yang dengan sabar
menunggu pengembara yang menempuh
4) sebagai berikut.
perjalanan, dan mungkin tersesat, di padang
pasir. Pengembara selalu saja membayangkan
Bahwa pengarang itu meninggal dunia, apa oasis semacam itu, meskipun sering kali
urusannya dengan saya? Pengarang itu hanya, sayang sekali menemukan oasis lain.
meninggal, titik. Dengan demikian selesailah (Damono, 2015: 71).
segala tugas yang harus ditunaikannya di
dunia. Bahwa cerita yang ditulisnya belum
selesai, apa pula masalahnya? (Damono, Kutipan data kelima tersebut,
2015: 4). merepresentasikan bentuk kebebasan yang
ditampilkan oleh Soekram berupa monolog dalam
Kutipan data keempat tersebut, cerita. Data ini mengandung esensi kehidupan
menggambarkan bentuk kebebasan yang yang merujuk pada kebebasan perkataan tokoh
ditampilkan oleh tokoh utama berupa monolog Soekram yang dapat diperhatikan melalui
dalam cerita. Data ini mengandung esensi penggalan kutipan berikut “Kau tentu tahu
kehidupan yang merujuk pada kebebasan makna sebuah keluarga, sebenarnya dari
perkataan Soekram yang dapat diperhatikan apa yang sering diocehkan professor sinting
melalui penggalan kutipan berikut “apa urusannya itu” penggalan kutipan ini menggambarkan
dengan saya?” kutipan tersebut, menggambarkan adanya kebebesan perkataan tokoh utama dalam
adanya kebebesan perkataan Soekram dalam menanggapi sesuatu yang terjadi sekaligus terkait
menanggapi sesuatu yang terjadi dan terkait dengan dirinya. Professor yang dimaksud adalah
dengan dirinya. Penggalan tersebut dikaitkan oleh pengarang, namun dengan bebas tokoh Soekram
Soekram sebagai bentuk ekspresi kecemasan dan menyebutnya sinting. Kata “sinting” memiliki
kejengkelan terhadap pengarangnya yang telah arti sedang miring tidak beres pikirannya,
meninggalkannya, kutipan tersebut menunjukkan dan agak gila. Kata tersebut merupakan kata-
eksistensi Soekram dalam mengambil keputusan kata makian yang diucapakan Soekram untuk
atas kejadian yang dialami dalam cerita untuk ditujukan kepada pengarang. Hal tersebut
tidak mudah terpengaruh dalam hal apapun menunjukan kebebasan Soekram dalam berbicara

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2018, hlm 192-199
197

akibat mengalami konflik batin dengan pengarang Berikutnya keeksistensian hidup tokoh
sehingga, secara spontan Soekram mengeluarkan utama dalam novel Trilogi Soekram juga
bahasa tersebut atas respon dirinya terhadap menggambarkan esensi kebebasan Soekram
kondisi psikologis yang membuat dirinya tidak dalam bertindak atau melakukan sesuatu,
harmonis dengan pengarang. sebagaimana yang terlihat pada kutipan data
Keeksistensian hidup tokoh utama monolog (D-7) sebagai berikut.
dalam novel Trilogi Soekram tersebut, terus
menerus berupaya mewujudkannya dalam Tersentak Soekram pada pikirannya sendiri, dia
bentuk perkataan. Olehnya itu, selain perkataan harus melakukan dua hal yang bertentangan:
yang merepresentasikan esensi kebebasannya, membantu sepenuhnya perjuangan ujung
yang nun jauh di sana itu, tetapi juga harus
Soekram juga mengaktualisasikan dalam bentuk mampu menyingkirkan Datuk tua idolanya
perbuatan. Hal ini, dapat diperhatikan melalui itu agar tak ada lagi segitiga. (Damono, 2015:
kutipan data monolog (D-6) sebagai berikut. 94).

Lha, tapi ini kan hanya cerita, katanya kepada Kutipan data ketujuh tersebut,
dirinya sendiri sambil merasa agak agak geli. merepresentasikan bentuk kebebasan Soekram
Apalagi konon yang mengarang cerita kan
yang ditampilkan berupa data monolog dalam
aku sendiri, katanya dalam hati sambil merasa
lebih geli lagi. Tapi bagaimanapun ia harus cerita. Data ini mengandung esensi kehidupan
percaya kepada Datuk bahwa memang ada yang merujuk pada kebebasan bertindak tokoh
yang namanya Sitti Nurbaya, dan bahwa gadis Soekram yang dapat diperhatikan melalui
yang dikatakan mahaelok itu hamil. (Damono, penggalan kutipan berikut. “Tersentak Soekram
2015: 173). pada pikirannya sendiri, dia harus melakukan
dua hal yang bertentangan” Kutipan ini
Kutipan data keenam tersebut, menggambarkan adanya kebebesan tokoh
merepresentasikan bentuk kebebasan yang utama dalam bertindak atau melakukan sesuatu.
ditampilkan oleh tokoh utama Soekram berupa Baik sesuatu yang berhubungan dengan
monolog dalam cerita. Data ini mengandung dirinya maupun sesuatu yang bertentangan
esensi kehidupan yang merujuk pada kebebasan dengan dirinya (paradoks). Hal tersebut dapat
bertindak. Hal tersebut dapat diperhatikan memunculkan eksistensi kebebasan Soekram
melalui penggalan kutipan “Apalagi konon yang dalam menentukan pilihan serta keputusannya
mengarang cerita kan aku sendiri” penggalan terkait dengan dua hal, apakah Soekram hanya
kutipan ini menggambarkan adanya kebebesan melakukan sesuatu demi menyelamatkan
perkataan tokoh utama dalam bertindak atau dan mementingkan dirinya sendiri ataukah
melakukan sesuatu yang berhubungan dengan mengorbankan dirinya demi kepentingan orang
dirinya. Hal tersebut menunjukan eksistensi banyak melalui perjuangannya. Kata “tersentak”
soekram sebagai individu yang bebas bertindak merupakan kata kerja yang berarti tertarik kuat-
dan bebas dalam melakukan sesuatu, kenapa kuat, dan tercabut, serta terbangun atau tersadar
tidak? Individu yang bereksistensi adalah tiba-tiba dari tidur, lamunan, dan sebagainya.
individu yang bebas dalam segala perbuatan, Hal tersebut sangat berhubungan dengan kondisi
seperti maksud dari penggalan kutipan tersebut, dan keadaan yang dialami oleh tokoh Soekram
bahwa soekram yang mengarang ceritanya, jadi atas situasi dan kondisi perjuangannya atau
mau dibawa kemana terserah. Itulah ciri Soekram menyingkirkan seseorang yang menimbulkan
sebagai tokoh utama yang bebas memilih dan konflik batin di antara dirinya dengan seseorang
menentukan nasib ceritannya. tersebut.

Nouval Rumaf, Siti Fatihaturrahmah Al. Jumroh, Repres entasi Kebebasan Tokoh Utama dalam Novel Trilogi Soekram
Karya Sapardi Djoko Damono (Tinjauan Eksistensialisme)
198

Selanjutnya keeksistesian Soekram dalam kalimat itu bisa menguatkan dirinya atau tidak,
novel Trilogi, juga terus menerus mewujudkannya tetapi Soekram tetap eksis dalam menyusunnya.
dalam bentuk tindakan atau perkataan.
Sebagaimana yang terlihat pada kutipan data SIMPULAN
narasi (D-8) sebagai berikut.
Berdasarkan hasil penelitian dan
Soekram tampaknya sedang menyususun pembahasan pada bab sebelumnya mengenai
kalimat yang–dia sendiri tak tahu mengapa— kebebasan tokoh utama Soekram dalam novel
mungkin bisa menguatkan dirinya. (Damono, Trilogi Soekram karya Sapardi Djoko Damono
2015: 8). maka ditemukan adanya aspek kebahasaan yang
terdiri atas kebebasan dalam wujud perkataan
Kutipan data kedelapan tersebut, dan kebebasan dalam wujud perbuatan. Aspek
merepresentasikan bentuk eksistensi yang perkataan berupa Kalimat Tanya kenapa begitu?
ditampilkan oleh tokoh utama Soekram berupa Menunjukkan adanya efek keheranan yang
data narasi dalam cerita. Data ini mengandung dimunculkan melalui proses berpikir Soekram,
esensi kehidupan yang merujuk pada kebebasan selanjutnya penggalan kutipan “Ya biar saja”
perbuatan tokoh Soekram yang dapat diperhatikan kutipan ini menggambarkan adanya sikap
melalui penggalan kutipan berikut “Soekram kebebesan perkataan tokoh utama Soekram
tampaknya sedang menyusun kalimat yang–dia dalam menanggapi pembicaraan dari lawan
sendiri tak tahu” Kutipan ini menggambarkan tuturnya. prinsip-prinsip kebebasan berupa
bahwa terkadang manusia secara bebas dan sadar ucapan dan tindakan yang ditinjau melalui
melakukan sesuatu yang tidak dapat dipahami eksistensialisme berupa kecemasan yang terjadi
alasan untuk melakukannya. Artinya kebebasan pada diri Soekram sehingga Soekram dengan
sesorang yang melakukan sesuatu tidak beralasan, bebas membuat keputusan di antara alternatif-
sehingga tokoh utama Soekram berusaha secara alternatif tentang ke mana arah dan nasibnya di
bebas melakukan sesuatu untuk menyelamatkan dalam cerita, karena kebebasan, menjadi penentu
dirinya dalam cerita yang diciptakan pengarang. bagi tindakan-tindakannya untuk menetukan alur
Soekram merasa bahwa dirinya tidak bebas ceritanya tanpa ada intervensi pengarang maupun
lantaran dia diciptakan oleh pengarang yang tokoh lain.
tidak memiliki pemahaman dan alasan apa
dirinya diciptakan, hal tersebut yang membuat
DAFTAR PUSTAKA
Soekram bebas untuk melanjutkan ceritanya.
Soekram berusaha semaksimal mungkin untuk Ahmed, H. (1988). Bahasa Sastra, Buku Cetusan
menyusun kalimat-kalimat yang dia sendiri Fikiran Ahmed Hasan. Kuala Lumpur:
tidak tahu kalimat apa yang mampu menguatkan Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian
dirinya tetapi dengan prinsip eksistensinya yang Pendidikan Malaysia.
bebas Soekram berusaha keluar dan menyusun Barker, C. (2015). Cultural Studies: Teori &
kalimat-kalimat yang tidak mungkin menjadi Praktik. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
mungkin untuk melanjutkan keberadaan dirinya Damono, D. S. (2015). Trilogi Soekram. Jakarta:
dalam sebuah cerita demi menyelamatkan PT Gramedia Pustaka Utama.
eksistensinya sebagai tokoh utama dalam cerita. Fahimsyah dkk. (2013). Eksistensialisme dalam
Kutipan tersebut, menggambarkan adanya Novel Najla Karya Byar Rufael Sebuah
eksistensi Soekram selaku tokoh utama yang Tinjauan Psikologi Humanistik. Jurnal Al-
selalu mempertahankan kebebasanya. Artinya Ulum, 1(1), 1–12.
walaupun Soekram tidak memahami apakah

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2018, hlm 192-199
199

Heni. (2010). Makna Hidup dalam Dinamika Saifur, & Emzir. (2015). Teori dan Pengajaran
Eksistensi Tokoh Silas Marner dalam Novel Sastra. Jakarta: Rajawali Press.
Silas Marner Karya George Eliot. Sebuah Semi, A. (1998). Kritik Sastra. Bandung:
Pendekatan Psikologi Eksistensialisme. Angkasa.
Universitas Diponegoro. Suyasa, M. (2004). Pengantar Teori Sastra.
Mendrofa, J. F. (2011). Eksistensialisme Mataram: Universitas Muhammadiyah
Naturalistik: Kajian perspektif Naturalistik Mataram Press.
terhadap Konsep Eksistensialisme Mengenai Yunus, M. F. (2011). Kebebasan dalam Filsafat
Kebebasan dan faktisitas. Universitas Eksistensialisme Jean Paul Sartre. Jurnal
Gunadarma. Institut Agama Islam Negeri (IAIN), 11(2),
267–276.

Nouval Rumaf, Siti Fatihaturrahmah Al. Jumroh, Repres entasi Kebebasan Tokoh Utama dalam Novel Trilogi Soekram
Karya Sapardi Djoko Damono (Tinjauan Eksistensialisme)

Anda mungkin juga menyukai