1
Alur dari Land of the Lustrous mengikuti usaha Phos dalam keinginanya
menjadi lebih berguna untuk para permata lain, melindungi mereka dan menjaga
janjinya kepada Cinnabar. Seiring dalam usahanya, Phos menemukan banyak
hubungan mencurigakan antara Kongo-sensei dan para Lunarian. Hal ini menjadi
katalis utama dari konflik yang terjadi di series ini.
2
of The Lustrous Karya Ichikawa Haruko. Berdasarkan identifikasi masalah di atas,
saya membatasi masalah penelitian pada telaah penderitaan dan pengalaman tokoh
Phos dan perubahan yang terdapat pada identitas Phos. Teori dan konsep yang
digunakan adalah melalui pendekatan sastra - metode sudut pandang, perwatakan,
simbol dan tema. Melalui pendekatan sastra, filosofi dan psikologi, saya
menggunakan konsep-konsep makna kehidupan dan identitas diri.
3
1.7. Landasan Teori
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, teori dan konsep yang digunakan
tercakup dalam bidang sastra, psikologi dan filosofi. Teori sastra yang digunakan
adalah sebagai berikut:
4
sendiri merupakan kualitas nalar dan perasaan para tokoh di dalam suatu karya
fiksi yang dapat mencakup tidak saja tingkah laku atau tabiat dan kebiasaan, tetapi
juga penampilan (Minderop, 2013:95). Berdasarkan perannya, tokoh dapat dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu: tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tirtagonis.
5
a. Apa yang dikatkan Penutur
Menurut Pickering dan Hoeper di halaman 32, pembaca harus terlebih
dahulu menganalisis isi wacana. Apakah dialognya sangat penting bagi
perkembangan alur cerita, atau sebaliknya (Minderop, 2013:23).
Lebih dari satu contoh harus diberikan untuk membuktikan bahwa
seorang tokoh memiliki watak tertentu, karena penyertaan beberapa bukti dalam
bentuk kutipan memberikan keyakinan kepada pembaca bahwa tokoh yang
dimaksud memang demikian adanya (Minderop, 2013:25).
b. Jatidiri Penutur
Jatidiri penutur di sini maksudya adalah tuturan yang disampaikan oleh
tokoh protagonis (tokoh sentral) harus dianggap lebih penting daripada apa yang
diucapkan oleh tokoh bawahan (tokoh minor), meskipun percakapan karakter
bawahan sering kali memberikan informasi krusial yang tersembunyi tentang
karakter tokoh lain (Minderop, 2013:25).
6
Scene. Exterior of the Mannon house on a late afternoon in April 1865. In front in the drive
which leads up to the house from the two entrances on the street Behind the drive the white
Grecian temple portico with it six tall columns extends across the stage. A big pine tree is on
the lawn at the edge of the drive before the right corner of the house. Its trunk is a black
column in striking contrast with the white columns of the portico. By the edge of the drive, left
front, is a dense clump of lilacs and syringas. A bench is placed on the lawn in front of this
shrubbery which partly screens anyone sitting on it from being seen from the front of the
house.
It shortly before sunset and the soft light of the declining sun shines directly on the front of the
house, shimmering in a luminous mist on the white portico and grey stone behind. intensifying
the whiteness of the columns, the sombre greyness of the wall, the green of the open shutters
the green of the lawn and shrubbery, the black and green of the pine tree. The white columns
cast black bars of shadow on the grey wall behind them. The windows of the lower storey
reflect the sun's rays in resentful glare The temple portico is like an incongruous white mask
fixed on the house to hide its sombre grey ugliness (O'Neill dalam Minderop, 2013:29).
b. Situasi Percakapan
Percakapan antara Seth, Ames, Louisa, dan Minnie terjadi di sebuah pesta di
rumah keluarga Mannon, yang diwarnai dengan musik yang meriah, penyanyi,
dan minuman keras. Para karakter bergosip tentang ketidakhadiran Jenderal
Mannon, menyoroti sifat mereka yang suka bergunjing (Minderop, 2013:30):
In the distance, from the town, a band is heard playing “John Brown Body.”Borne on
the light puffs of wond this music is at times quite loud, then sinks into faintness as the
wind dies. From the left rear, a man`s voice is heard singing the chanty “Senandoah”—
a song that more than any other holds in it the brooding rhythm of the sea. The voice
soon sound nearer. It is thin and aged, the wraith of what must once have been a good
baritone.
“Oh, Shenandoah, I long to hear you
Away my rolling river.
Oh, Shenandoah, I can`t get near you
Way – ay, I`m bound away
Across the wide Missouri” (O`Neill dalam Minderop, 2013:30)
7
1.7.2.3.3. Jatidiri Tokoh yang Dituju oleh Penutur
Penutur di sini berarti tuturan yang disampaikan tokoh dalam ceritera;
maksudnya tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh lainnya
(Minderop, 2013:31). Contoh berikuti ini merupakan ucapan salah seorang tokoh
tentang watak tokoh Mr. Hooper yang digambarkan debagai seorang pendeta
misterius yang tampak mengerika karena selalu menutupi wajahnya dengan cadar
hitam (Minderop, 2013:32):
“How strange,” said a lady, “that a simple black veil, such as any woman might wear a
bonnet, should become a terrible thing on Mr. Hooper`s face!”
“Something must surely be amiss with Mr. Hooper`s intellects,” observed her husband,
the physician of the village.
“But strangest part of the affair is the effect on this vagary, even on a a sober-minded
man like myself. The black veil, though it covers only our pastor`s face, throws its
influence over his whole person, amd makes him ghostlike from head to foot. Do you not
feel it so?” (McMichel dalam Minderop, 2013:32)
8
ia percaya diri, sadar diri, atau pemalu-serta bagaimana tokoh berinteraksi dengan
tokoh lainnya. (Pickering dan Hoeper, dalam Minderop, 2013:34).
b. Tekanan
Penekanan suara memberikan gambaran yang penting mengenai karakter,
karena hal ini menunjukkan keaslian tokoh dan bahkan dapat merefleksikan
pendidikan, pekerjaan, dan status tokoh tersebut (Pickering dan Hoeper dalam
Minderop, 2013:36).
9
dapat mencerminkan kepribadian karakter, kondisi emosional dan psikologis yang
menyertai karakter secara tidak sadar, dan nilai-nilai yang ditunjukkan. (Pickering
dan Hoeper dalam Minderop, 2013:38).
b. Ekspresi Wajah
Bahasa tubuh (gesture) dan ekspresi wajah biasanya kurang penting
dibandingkan dengan perilaku; namun, tidak selalu demikian. Pembaca mungkin
sering kali dapat merasakan keadaan batin, pergulatan mental, atau pikiran
karakter melalui perilaku yang samar-samar atau spontan atau tidak disadari.
(Pickering dan Hoeper dalam Minderop, 2013:42). Perlu dipahami bahwa ekspresi
wajah dalam karakterisasi termasuk pada perwatakan atau watak (Minderop,
2013:42).
c. Motivasi yang Melandasi
Selain memahami perilaku sadar atau tidak sadar seorang karakter, memahami
apa yang mengilhami karakter tersebut untuk berperilaku seperti itu juga sama
pentingnya, apa yang menyebabkan mereka melakukan suatu tindakan. Jika
pembaca dapat melakukannya dengan pola motivasi (motivate=that which causes
somebody to act) tertentu, maka dapat diasumsikan bahwa pembaca dapat
memahami perilaku karakter dengan menelusuri alasan mengapa karakter tersebut
melakukan sesuatu. (Minderop, 2013:45).
Karakterisasi melalui motivasi dapat menunjukkan perwatakan ganda karena
watak para tokoh yang tampil merupakan gabungan dari tindakan yang dilakukan
tokoh dan hal-hal yang melandasi terjadinya tindakan tersebut (Minderop,
2013:49).
1.7.2.4. Tema
Pada dasarnya, tema adalah pokok pikiran atau dasar cerita yang
dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, menggubah sajak dan lain
sebagainya. Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita, yang berperan sebagai
10
pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya
(Aminudin, 1995:91).
1.7.2.5. Alur
Forster dalam (Nurgiyantoro, 2015:147-149) mengatakan plot merupakan
sesuatu yang lebih tinggi dan kompleks dari pada cerita. Alur cerita pada
umumnya bergerak melalui lima bagian atau tahapan berbeda, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut (Pickering dan Hoeper, 1981:17):
1.7.2.5.1. Eksposisi
Eksposisi merupakan bagian awal cerita dimana penulis memberikan
informasi latar belakang yang diperlukan, mengatur suasana, dan menetapkan
situasi. Hal ini juga dapat memperkenalkan pembaca kepada para tokoh dan
konflik atau potensi konflik (Pickering dan Hoeper, 1981:16).
1.7.2.5.2. Komplikasi
Komplikasi, yang juga dapat disebut dengan aksi yang meningkat, merusak
keseimbangan yang ada dan memperkenalkan tokoh dengan konflik yang
mendasari atau terpicu (apabila tidak diperkenalkan di bagian eksposisi). Konflik
tersebut kemudian berkembang dan secara bertahap meningkat (Pickering dan
Hoeper, 1981:17).
1.7.2.5.3. Krisis
Krisis, atau disebut juga dengan klimaks adalah saat ketika alur cerita
mencapai titik intensitas emosional terbesar; yaitu titk balik alur cerita, yang
secara langsung memicu resolusinya (Pickering dan Hoeper, 1981:17).
11
1.7.2.5.4. Falling action
Falling Action adalah periode antara klimaks dan kesimpulan cerita. Setelah
krisis atau titk balik telah tercapai, ketegangan mereda dan alur cerita bergerak
menuju kesimpulan yang sudah ditentukan (Pickering dan Hoeper, 1981:17).
1.7.2.5.5. Resolusi
Resolusi merupakan bagian akhir dari alur cerita; yaitu bagian yang
mencakup hasil akhir konflik dan menetapkan membentuk suatu keseimbangan
atau stabilitas baru. Resolusi juga disebut dengan konklusi atau denouement
(Pickering dan Hoeper, 1981:17).
1.7.2.6. Latar
Latar mencakup lokasi fisik yang merangkai aksi dan waktu dalam satu hari
atau satu tahun, kondisi klimaks, dan periode historis di mana aksi tersebut terjadi
(Pickering dan Hoeper, 1981:17). Berdasarkan penggunaannya, latar dapat dibagi
menjadi 5, yaitu sebagai berikut:
12
bergolak dalam "The Open Boat." Egdon Heath yang mengancam dari Hardy
dalam "The Return of the Native" adalah contoh terkenal dari latar yang berperan
sebagai agen, membangun kepribadiannya yang kuat sebelum pembaca
diperkenalkan dengan karakter atau plot (Pickering dan Hoeper, 1981:39).
13
langsung dengan konsepsi Crane tentang kelangsungan hidup manusia di alam
semesta yang tidak bersahabat. Hotel biru menegaskan kehadirannya di tengah
lanskap Nebraska yang keras. (Pickering dan Hoeper, 1981:42-43).
14
mempelajari tingkah laku manusia (Atkinson dalam Minderop, 2010:3).
Kepribadian menurut psikologi bisa mengacu pada pola karakteristik perilaku dan
pola pikir yang menentukan penilaian seseorang terhadap lingkungan (Minderop,
2010:4).
15
Land of The Lustrous. Penelitian ini akan disusun menggunakan jenis penelitian
kepustakaan, dengan mengumpulkan data dari serial manga Land of The Lustrous
sebagai sumber data primer, serta dengan buku-buku dan e-book teori, jurnal
ilmiah, dan situs-situs terpercaya untuk mendapatkan informasi tambahan yang
relevan dengan penelitian dengan topik penelitian. Tahapan yang akan diambil
selanjutnya adalah menganalisis tokoh dan perwatakan menggunakan pendekatan
metode showing, yang kemudian saya akan menganalisis alur, latar dan psikologi
sastra untuk mendukung tema yang diteliti menggunakan teori yang relevan.
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil dari penelitian analisis karakter Phosphophylite dalam
serial Land of The Lustrous ini dapat menjadi sumber informasi dan referensi bagi
mereka yang ingin memperdalam ilmu menganalisis karya sastra dan tokoh sastra.
2. Manfaat Praktis
Diaharapkan hasil dari penelitan ini dapat membantu mereka, terutama para
mahasiswa untuk digunakan sebagai referensi penelitian yang berkaitan dengan
analisa karya sastra dan tokoh sastra.
16
LAND OF THE LUSTROUS MELALUI PENDEKATAN INTRINKSIK, berisi
analisis karakter Phosphophylite dalam serial Land of The Lustrous menggunakan
pendekatan unsur intrinksik yang mengandung unsur tokoh dan penokohan
melalui metode showing, tema, alur, dan latar.
17
1.11. Skema Penelitian
17
DAFTAR PUSTAKA
York: Macmillan.
Minderop, Albertine. (2010). Psikologi Sastra, Metode, Teori dan Contoh Kasus.
University Press
このマンガがすごい!. (2014).【インタビュー】上は少年、下は少女。性別
のない宝石たちは「色っぽい」! 『宝石の国』市川春子【前編】 .
18