Anda di halaman 1dari 7

1

Nama : Juwina Syahfitri (1052019012)

Semester/Unit : IV/1

Prodi : PGMI

Mata Kuliah : Pembelajaran Bahasa Indonesia MI/SD

Dosen : Awaluddin, M. Pd.

SASTRA

A. Pengertian Sastra
Berdasarkan asal usulnya, istilah kesusastraan berasal dari bahasa sansekerta, yakni
susastra. Su berarti bagus atau indah, sedangkan sastra berarti buku, tulisan atau huruf.
Berdasarkan kedua kata itu, susastra di artikan tulisan yang indah. Istilah tersebut kemudian
mengalami perkembangan.
Banyak sekali para ahli yang mendefinisikan pengertian mengenai sastra, Mursal
Ensten mendefinisikan “Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan
imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai
medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).”
(1978:9). Di sisi lain Semi mengungkapkan “Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan
seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan menggunakan bahasa sebagai
mediumnya.” (1988:8). Panuti Sudjiman mendefinisikan “Sastra sebagai karya lisan atau
tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan
dalam bagian isi, dan ungkapannya.” (1986:68). Plato dan Aristoteles mempunyai definisi
tersendiri mengenai sastra, menurut Plato “Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari
kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan
sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh
dari dunia ide.” Sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan
filsafat.” diungkapkan oleh Aristoteles. Menurut Engleton sendiri (1988:4), sastra yang
disebutnya adalah “Karya tulisan yang halus” (belle letters) adalah karya yang mencatatkan
bentuk bahasa harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan,
dibelitkan, dipanjang tipiskan dan diterbitkan, dijadikan ganjil”.
2

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat didefinisikansastra merupakan suatu bentuk
karya seni baik berupa lisan maupun tulisan yang berisi nilai-nilai dan unsur tertentu lainnya
yang bersifat imaginatif. Kesusastraan tidak hanya berupa tulisan, tetapi ada pula yang
berbentuk lisan. Karya semacam itu di namakan dengan sastra lisan. Oleh karena itu,
sekarang yang dinamakan dengan kesusastraan meliputi karya sastra lisan dan tertulis
dengan ciri khas nya terdapat pada keindahan bahasanya.

B. Sifat Sastra
Menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM (1988:16-17) terdapat tiga sifat yang
membedakan antara sastra dan bukan sastra. Ketiga hal itu adalah:
1. Sifat khayali sastra,
2. Adanya nilai-nilai seni (keutuhan, kesatuan, keberagaman, keseimbangan,
keselarasan, dan tekanan/fokus yang tepat).
3. Adanya cara penggunaan bahasa yang khas sebagai media sastra. Karya sastra bukan
hanya mengejar bentuk ungkapan yang indah. Karya sastra juga menyangkut masalah
isi ungkapan, bahasa ungkapannya, dan nilai ekspresinya.

Berdasarkan semua itu, penilaian terhadap suatu karya sastra sebagai bermutu (atau
tidak bermutu) harus berdasarkan penilaian bentuk, isi, ekspresi, dan bahasanya. Sebenarnya
unsur-unsur tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri. Semuanya merupakan suatu kesatuan yang
tidak mungkin dipisah-pisahkan. Hanya demi kepentingan analisislah bentuk karya sastra
yang bermutu tadi perlu dibeda-bedakan.

C. Fungsi Sastra
Banyak fungsi atau manfaat dengan membaca karya-karya sastra, antara lain sebagai
berikut.
1. Fungsi reaktif, dengan membaca karya sastra, seseorang dapat memperoleh
kesenangan atau hiburan.
2. Fungsi didaktif, dengan membaca karya sastra, seseorang dapat memperoleh wawasan
pengetahuan tentang seluk-beluk kehidupan manusia. Seorang juga dapat memperoleh
pelajaran tentang nilai-nilai kebenaran dan kebaikan di dalam nya.
3. Fungsi estetis, yaitu manfaat yang dapat memberikan keindahan bagi pembacanya
karena sastra itu indah.
3

4. Fungsi moralitas, yaitu manfaat yang dapat membedakan moral yang baik dan tidak
baik bagi pembacanya, karena sastra yang baik selalu mengandung nilai-nilai moral
yang tinggi.
5. Fungsi religiusitas, yaitu manfaat yang mengandung ajaran-ajaran agama yang harus
dan wajib diteladani oleh para pembacanya.

D. Unsur Sastra
Kita pasti sering membaca salah satu di antara karya berikut: puisi, cerpen/novel, dan
drama. Atau bisa jadi Anda sering membaca ketiga-tiganya. Ketiga karya tersebut termasuk
dalam jenis tulisan karya sastra. Karya yang bersifat fiksi dan mempunyai sisi keindahan,
baik bahasa maupun isinya. Karya sastra mempunyai unsur pembangun, yaitu unsur
ekstrinsik dan unsur intrinsik sastra.
1. Unsur ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur pembentuk karya sastra di luar karya sastra, meliputi
latar belakang pengarang dan keadaan sosial budaya saat karya itu ditulis. Unsur ekstrinsik
berupa segala sesuatu yang menginspirasi penulisan karya sastra dan mempengaruhi karya
sastra secara keseluruhan. Unsur ekstrinsik ini meliputi: latar belakang kehidupan penulis,
keyakinan dan pandangan hidup penulis, adat istiadat yang berlaku pada saat itu, situasi
politik (persoalan sejarah), ekonomi.

2. Unsur intrinsik
Unsur imstristik adalah unsur yang terkandung di dalam karya sastra itu sendiri.
Sementara unsur intrinsik terdiri atas:
1) Tema, Pokok persoalan dalam cerita.
2) Karakter, Tokoh dalam cerita. Karakter dapat berupa manusia, tumbuhan maupun
benda Karekter dapat dibagi menjadi:
 Karakter utama: tokoh yang membawakan tema dan memegang banyak peranan
dalam cerita
 Karakter pembantu: tokoh yang mendampingi karakter utama
 Protagonis : karakter/tokoh yang mengangkat tema
 Antagonis : karakter/tokoh yang memberi konflik pada tema dan biasanya
berlawanan dengan karakter protagonis. (Ingat, tokoh antagonis belum tentu jahat)
 Karakter statis (Flat/static character) : karakter yang tidak mengalami perubahan
kepribadian atau cara pandang dari awal sampai akhir cerita.
4

 Karakter dinamis (Round/ dynamic character): karakter yang mengalami


perubahan kepribadian dan cara pandang. Karakter ini biasanya dibuat semirip
mungkin dengan manusia sesungguhnya, terdiri atas sifat dan kepribadian yang
kompleks.
3) Karakterisasi, Cara penulis menggambarkan karakter. Ada banyak cara untuk
menggali penggambaran karakter, secara garis besar karakterisasi ditinjau melalui dua
cara yaitu secara naratif dan dramatik. Teknik naratif berarti karakterisasi dari tokoh
dituliskan langsung oleh penulis atau narator. Teknik dramatik dipakai ketika
karakterisasi tokoh terlihat dari antara lain: penampilan fisik karakter, cara
berpakaian, kata-kata yang diucapkannya, dialognya dengan karakter lain, pendapat
karakter lain, dsb.
4) Konflik, Konflik adalah pergumulan yang dialami oleh karakter dalam cerita. Konflik
ini merupakan inti dari sebuah karya sastra yang pada akhirnya membentuk plot. Ada
empat macam konflik, yang dibagi dalam dua garis besar:
 Konflik internal. Individu-diri sendiri: Konflik ini tidak melibatkan orang lain,
koflik ini ditandai dengan gejolak yang timbul dalam diri sendiri mengenai
beberapa hal seperti nilai-nilai. Kekuatan karakter akan terlihat dalam usahanya
menghadapi gejolak tersebut
 Konflik eksternal. Berupa (1) Individu dengan Individu: konflik yang dialami
seseorang dengan orang lain, (2) Individu dengan alam: Konflik yang dialami
individu dengan alam. Konflik ini menggambarkan perjuangan individu dalam
usahanya untuk mempertahankan diri dalam kebesaran alam. (3) Individu dengan
Lingkungan/ masyarakat : Konflik yang dialami individu dengan masyarakat atau
lingkungan hidupnya.
5) Latar, Keterangan tempat, waktu dan suasana cerita
6) Plot, Jalan cerita dari awal sampai selesai
7) Simbol, Simbol digunakan untuk mewakili sesuatu yang abstrak. Contoh: burung
gagak (kematian)
8) Sudut pandang, Sudut pandang yang dipilih penulis untuk menyampaikan ceritanya.
 Orang pertama: penulis berlaku sebagai karakter utama cerita, ini ditandai dengan
penggunaan kata “aku”. Penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca tidak
mengetahui segala hal yang tidak diungkapkan oleh sang narator. Keuntungan dari
teknik ini adalah pembaca merasa menjadi bagian dari cerita.
5

 Orang kedua: teknik yang banyak menggunakan kata ‘kamu’ atau ‘Anda.’ Teknik
ini jarang dipakai karena memaksa pembaca untuk mampu berperan serta dalam
cerita.
 Orang ketiga: cerita dikisahkan menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti:
mereka dan dia.

E. Bentuk Karya Sastra


1. Prosa
Prosa adalah karangan bebas (tidak terikat sajak, rima, baris). Dalam khasanah sastra
Indonesia dikenal dua macam kelompok karya sastra menurut temanya, yakni karya sastra
lama dan karya sastra baru. Hal itu juga berlaku bagi karya sastra bentuk prosa. Jadi, ada
karya sastra prosa lama dan karya sastra prosa baru.
a. Prosa lama
Prosa lama adalah karya sastra daerah yang belum mendapat pengaruh dari sastra
atau kebudayaan barat. Macam macam prosa lama diantaranya :
1) Mitos adalah dongeng yang banyak mengandung unsur-unsur ajaib dan
ditokohi oleh dewa, roh halus, atau peri. Contoh Nyi Roro Kidul
2) Legenda adalah dongeng yang dihubungkan dengan terjadinya suatu tempat.
Contoh: Sangkuriang, SI Malin Kundang
3) Fabel adalah dongeng yang pelaku utamanya adalah binatang. Contoh: Kancil
4) Hikayat adalah suatu bentuk prosa lama yang ceritanya berisi kehidupan raja-
raja dan sekitarnya serta kehidupan para dewa. Contoh: Hikayat Hang Tuah
Hikayat, Si Miskin, Hikayat Indra Bangsawan
5) Dongeng adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Contoh: Cerita Pak
Belalang.
6) Cerita berbingkai adalah cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang
dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam

b. Prosa baru
Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra
atau budaya Barat. Prosa baru timbul sejak pengaruh Pers masuk ke Indonesia yakni
sekitar permulaan abad ke-20. Contoh: Nyai Dasima karangan G. Fransis, Siti mariah
karangan H. Moekti. Macam macam prosa baru diantaranya :
6

1) Roman adalah cerita yang mengisahkan pelaku utama dari kecil sampai mati,
mengungkap adat/aspek kehidupan suatu masyarakat secara
mendetail/menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan).
Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku
dalam cerita tersebut. Contoh: karangan Sutan Takdir Alisjahbana: Kalah dan
Manang, Grota Azzura, Layar Terkembang, dan Dian yang Tak Kunjung
Padam
2) Cerpen adalah jenis prosa yang berisi cerita sebuah peristiwa kehidupan sang
pelaku pada suatu saat, yang tidak memungkinkan adanya digresi.
3) Antologi adalah buku yang berisi kumpulan karya terplih beberapa orang.
Contoh Laut Biru Langit Biru karya Ayip Rosyidi
4) Kisah adalah riwayat perjalanan seseorang yang berarti cerita rentetan kejadian
kemudian mendapat perluasan makna sehingga dapat juga berarti cerita.
Contoh: Melawat ke Jabar – Adinegoro, Catatan di Sumatera – M. Rajab.
5) Novel adalah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan
suatu kejadian yang luar biasa dan kehidupan orang-orang. Contoh:
Roromendut karangan YB. Mangunwijaya.
2. Puisi
Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris
serta ditandai oleh bahasa yang padat. Terdapat beberapa unsur puisi diantaranya :
 Tema adalah tentang apa puisi itu berbicara
 Amanat adalah apa yang dinasihatkan kepada pembaca
 Rima adalah persamaan-persamaan bunyi
 Ritma adalah perhentian-perhentian/tekanan-tekanan yang teratur
 Metrum/irama adalah turun naik lagu secara beraturan yang dibentuk oleh
persamaan jumlah kata/suku tiap baris
 Majas/gaya bahasa adalah permainan bahasa untuk efek estetis maupun
maksimalisasi ekspresi
 Kesan adalah perasaan yang diungkapkan lewat puisi (sedih, haru, mencekam,
berapi-api, dll.)
 Diksi adalah pilihan kata/ungkapan
 Tipografi adalah perwajahan/bentuk puisi.
7

a. Puisi lama
Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya yang berupa
sastra lisan karena disampaikan lewat mulut ke mulut. Puisi lama sangat
terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata
maupun rima.
b. Puisi baru
Puisi baru masuk dalam kesusasteraan Indonesia sebagai akibat pengaruh
kebudayaan bangsa Eropa yang menjajah bangsa Indonesia. Puisi ini sangat
berbeda dengan yang dikenal bangsa Indonesia. Puisi baru populer di tahun
1930, yakni pada masa Pujangga Baru.
c. Puisi Modern
Berbeda dengan puisi lama atau puisi baru yang masih terikat oleh aturan
jumlah baris atau irama, puisi modern merupakan bentuk puisi yang benar-
benar bebas. Puisi modern lebih mengutamakan isi, bentuk tidak dipentingkan.
Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan apabila ada puisi modern yang hanya
berisi beberapa kata atau satu kalimat saja.

3. Drama
Drama atau film merupakan karya yang terdiri atas aspek sastra dan aspek
pementasan. Aspek sastra drama berupa naskah drama, dan aspek sastra film berupa
skenario. Unsur instrinsik keduanya terdiri dari tema, amanat/pesan, plot/alur,
perwatakan/karakterisasi, konflik, dialog, tata artistik (make up, lighting, busana,
properti, tata panggung, aktor, sutradara, busana, tata suara, penonton), casting
(penentuan peran), dan akting (peragaan gerak para pemain).

Anda mungkin juga menyukai