Anda di halaman 1dari 7

Nama : Rezqi Hidayat

Kelas : 1E
NIM : 1195030187
 Lembar Jawaban UTS Introductin to Literary Analysis
1. Dalam bahasa Indonesia, kata sastra diturunkan dari bahasa sansakerta (sas-artinya
mengajar, memberi petunjuk, atau intruksi, mengarahkan. Akhiran -tra biasanya
menunjukan alat atau sarana) yang artinya alat untuk mengajar, sebagai buku
petunjuk, buku intruksi, atau buku pengajaran.
Terdapat berbagai macam definisi mengenai sastra. Namun hingga sekarang dedinisi
tentang sastra masih diperbincangkan. Hal ini disebabkan karena definisi-definisi
tersebut dirasa kurang memuaskan, adapun alasannya, yaitu orang ingin
mendefinisikan terlalu banyak sekaligus. Padahal sebuah karya sastra mempunyai
hubungan yang erat dengan situasi dan waktu penciptaannya. Terkadang definisi
sastra ingin mencakup seluruhnya sehingga mungkin tepat untuk sebuah kurun waktu,
namun tidak untuk waktu yang lain. Dan juga orang-orang ingin mencari definisi
ontologis tentang sastra atau ingin mengungkapkan hakikat sastra. Seperti yang
diketahui, karya sastra adalah hasil kreativitas masing-masing individu. Sehingga
tidak mungkin menilai bahwasanya semua karya sastra itu berbeda. Dan juga
penilaian sebuah karya sastra selalu berkiblat pada sastra Barat. Padahal belum tentu
kajian sastra Barat sesuai dengan sastra dari wilayah lain. Alasan terakhir adalah
terjadi pencampuran antara mendefinisikan karya satra satu dengan yang lainnya.
2. Sastra adalah hasil karya cipta manusia yang menggambarkan gejala sosial dalam
kehidupan masyarakat, dengan menggunakan media bahasa sebagai alat untuk
mengekspresikan/menyampaikan karya sastra itu sendiri. Seorang penelaah sastra
harus dapat menerjemahkan pengalaman sastranya dalam bahasa ilmiah, dan harus
dapat menjabarkannya dalam uraian yang jelas dan rasional.
Ilmu sastra/literary study adalah ilmu yang menyelidiki tentang karya sasta secara
ilmiah dengan berbagai gejala dan masalah sastra. Ilmu sastra meliputi ilmu teori
sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra. Ketiga disiplin ilmu tersebut saling terkait
dalam pengkajian karya sastra.
3. - Teori sastra adalah satu cabang ilmu sastra yang mempelajari hakikat, unsur-unsur,
dan penilaian terhadap karya sastra. Secara umum pengertian teori adalah suatu sistem
ilmiah atau pengetahuan sistematik yang menerapkan pola pengaturan hubungan
antara gejala-gejala yang di amati. Teori sastra membahas secara rinci aspek-aspek
yang terdaoat di dalam karya sastra vaik konvensi bahasa yang meliputi mereka, gaya,
struktur, pilihan kata, maupun konvensi sastra yang meliputi tema, tokoh, penokohan,
alur, latar, dan lainnya yang membangun keutuhan sebuah karya sastra.
-Kritik sastra adalah suatu cabang ilmu sastra yang menilai tentang baik buruknya,
indah dan tidaknya suatu karya sastra. Kritik sastra juga merupakan ilmu yang
mengkaji, menelaah, mengulas, memberi pertimbangan, serta memberikan penilaian
tentang keunggulan dan kelemahan atau kekurangan karya sastra. Sejarah sastra
menunjukan bahwa bahwa teori sastra itu berasal dari kritik sastra, yaitu teori sastra
dapat dibuktikan sedangkan kritik sastra tergantung pada pendapat dan keyakinan.
4. Fungsi literary :
 Fungsi rekreatif, adalah memberikan rasa senang, gembira, serta menghibur
pembacanya.
 Fungsi didaktif, adalah mendidik para pembacanya karena nilai-nilai
kebenaran dan kebaikan yang terkandung di dalamnya.
 Fungsi estetis, adalah memberikan rasa keindahan bagi pembacanya.
 Fungsi moralitas, adalah mengandung nilai moral yang tinggi, sehingga
pembacanya dapat mengetahui moral yang baik dan moral yang gak baik.
 Fungsi religius, artinya mengandung ajaran agama yang dapat dijadikan
teladan bagi pembacanya.

5. Dalam seni sastra ada dua unsur utama yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
berikut merupakan penjelasan dari unsur-unsur yang membangun seni sastra:

• Unsur Instrinsik

Unsur instrinsik dalam seni satra adalah unsur yang mempengaruhi sebuah seni yang
terdapat didalam seni itu sendiri, unsur instrinsik seni sastra meliputi:

a. Tema

Tema merupakan pokok persoalan dalam cerita. Setiap cerita selalu memiliki tema
yang membungkus sebuah cerita walaupun cerita tersebut sangat panjang, harus
selalu ada pokok utama yang menjadi garis penghubung di sepanjang cerita.

b. Amanat

Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada para


pembacanya. Pesan dalam karya satra bisa berupa kritik, harapan, usul, nilai
kehidupan, motivasi, dan lain-lain.

c. Karakter/perwatakan

Karakter merupakan tokoh dalam cerita. Dalam karya sastra yang menjadi tokoh
tidak hanya dari kalangan manusia karakter dapat juga berupa tumbuhan, hewan,
dan benda. Karakter dapat digolongkan menjadi:

d. Tokoh utama, yaitu tokoh yang menjadi sorotan utama dalam tema suatu cerita,
biasanya tokoh utama memegang banyak peranan dalam cerita.
e. Tokoh pembantu, Tokoh yang mendampingi tokoh utama
f. Protagonis, Protagonis adalah penggolongan tokoh berdasarkan karakter baik,
tokoh protagonis adalah tokoh yang mengangkat tema dalam sebuah cerita.
g. Antagonis, karakter yang berlawanan dengan protagonis dan biasanya karakter ini
tidak mengalami perubahan atau cara pandang dari awal sampai akhir cerita.
h. Tokoh Dinamis (Round/dynamic character), karakter ini biasanya mengalami
perubahan kepribadian dan cara pandang, karakter juga dibuat semirip mungkin
dengan manusia sesungguhnya, terdiri atas sifat dan kepribadian yang kompleks.
i. Tokoh Statis, (Flat/statics character), yaitu merupakan karakter yang tidak
mengalami suatu perubahan kepribadian atau cara pandang dari awal hingga akhir
cerita.

Cara penulis dalam menggambarkan karakter memiliki banyak pengembangan


sesuai dengan gaya berceritanya dalam berkarya, akan tetapi secara karakteristik
dapat ditinjau melalui dua cara yaitu secara naratif dan dramatik. teknik naratif
merupakan bentuk penggambaran tokoh melalui penulisan langsung oleh penulis
atau narator. Sedangkan teknik dramatik dipakai ketika karakterisasi tokoh terlihat
dari penampilan fisik karakter, cara berpakaian, kata-kata yang diucapkan, dialog
dengan karakter lain, ataupun pendapat karakter lain.

d. Konflik

Konflik merupakan pergumulan yang dialami oleh karakter dalam cerita, konflik
adalah inti dari sebuah karya sastra yang nantinya akan berkembang membentuk
plot. Dalam karya sastra ada empat macam konflik yang dibagi dalam dua garis
besar:

 Konflik Internal
Individu-Diri sendiri, konflik semacam ini tidak akan melibatkan tokoh lain,
ditandai dengan adanya gejolak yang timbul dari diri salah satu tokoh mengenai
beberapa hal, misalnya seperti nilai-nilai. kekuatan karakter akan terlihat dari
usahanya dapat mengahadapi konflik tersebut.

 Konflik Eksternal
Individu-Individu, merupakan konflik yang dialami antar tokoh. Individu-Alam,
konflik yang trejadi antara seorang tokoh dengan alam. konflik ini
menggambarkan perjuangan seorang tokoh dalam usahanya untuk
mempertahankan diri dengan keadaan lingkungan. Sedangkan, individu-
Lingkungan/masyarakat adalah konflik yang dialami oleh seorang tokoh dengan
sosial, masyarakat ataupun lingkungan.

e. Setting/ latar

Setting atau biasa kita sebut latar dalam cerita adalah keterangan tempat, waktu
dan suasana. Latar menggambarkan keadaan di daerah mana cerita tersebut
berlangsung, pada masa kapan cerita tersebut, dan bagaimana keadaan atau
suasana yang ada dalam ceritas sehingga pembaca dapat menghidupkan imajinasi
melalui keterangan latar.

f. Plot/ Alur

Plot adalah jalan cerita dari awal sampai akhir. Sering juga diartikan sebagai
rangkaian cerita yang disusun secara runtut. Alur cerita bisa maju ataupun
menggunakan plot mundur (flash Back), Alur cerita biasanya dibangun oleh
perkenalan, pertikaian, klimaks, peleraian, dan akhir cerita. berikut dijelaskan
mengenai tahapan alur:
 Eksposisi, penjelasan awal mengenai karakter dan latar (bagian cerita yang
dimulai memunculkan konflik/permasalahan)
 Klimaks, puncak konflik/ ketegangan
 Falling action, penyelesaian

g. Simbol

Simbol dalam karya sastra digunakan untuk mewakili sesuatu yang abstrak,
contohnya adalah penggunaan ikon burung gagak sebagai simbol kematian,
simbol biasanya akan melekat pada suatu cerita sehingga bisa juga diartikan
sebagai pengembangan dari tema.

h. Sudut Pandang

Ada beberapa sudut pandang yang digunakan oleh penulis dalam menyampaikan
ceritanya:
 Orang pertama, penulis berlaku sebagai karakter utama dalam cerita, ditandai dengan
penggunakaan kata “aku” atau “saya”, penggunaan teknik ini membuat pembaca tidak
mengetahui segala hal yang tidak diungkapkan oleh seorang narator.
 Orang kedua, teknik yang banyak menggunakan kata “kamu”, teknik ini jarang
dipakai karena memaksa pembaca untuk mampu berperan serta dalam cerita.
 Orang ketiga, cerita dikisahkan menjadi kata ganti orang ketiga, seperti misalnya
ditandai dengan penggunaan kata “mereka”, “dia”.

i. Teknik Penggunaan Bahasa

Dalam menuangkan gagasanya dalam bercerita, seorang penulis biasa memilih kata-
kata yang dipakainya dengan sedemikian rupa sehingga ide atau pesannya sampai
kepada pembaca. Penggunaan bahasa juga dapat menjadi ciri khas atau karakteristik
dari seorang penulis, misalnya dengan gaya penyampaian yang hiperbola, penggunaan
majas, idiom, peribahasa, logat, bahasa daerah, dan lain-lain. Biasanya seorang
penulis juga sering menyampaikan pesan kebudayaan asal melalui cerita yang
ditulisnya.

 Unsur Ekstrinsik

unsur ekstrinsik yang merupakan unsur pembentuk karya sastra dari luar, biasanya
dapat berupa latar belakang kehidupan penulis, keyakinan dan cara pandang penulis,
adat istiadat yang berlaku pada saat itu, situasi politik, sejarah, dan keadaan ekonomi
pada sebuah karya sastra itu dibuat.

6. Struktur Dan Analisis Puisi


a) Perarakan Jenazah karya Hartojo Andangdjadja
Bertemakan tentang berduka cita atau kesedihan. Kereta mati disini
merupakan kendaraan jenazah dimana merupakan simbol kesedihan pula
karena ketika ada seseorang yang meninggal dibawa dengan kereta jenazah
tersebut, semua orang akan merasa sedih, maka itu pun menyimbolkan
kesedihan dan renungan akan kehidupan yang kekal. Dalam baris ke-3 artinya
: mereka (yang masih hidup) bersedih dan merenungi bahwa mereka pun
meninggal. Mereka yang masih hidup disimbolkan dengan orang-orang tua,
sedangkan kesedihan disimbolkan dengan berjalan menunduk diam. Pada
barus ke-4 dan ke-5 ada kata dicekam awan muram, maksudnya bahwa
mereka yang di tinggalkan sedang diliputi kesedihan yang mendalam.
Sedangkan menanti perarakan mereka dijemput kematian,karena kata di ujung
jalan merupakan simbol akhir perjalanan hidup. Dan pada baris ke-6, sampai
baris ke-8 kata berebut kesempatan, lempar pandang, lempar kembang
menyimbolkan semangat menata kehidupan selagi masih ada kesempatan
sebelum ajal menjemput dan tak lupa mendo'akan mereka yang telah
meninggal dunia. Barus ke-9 sampai ke-12 memperlihatkan bahwa orang
orang yang ditinggakkan khususnya perempuan mereka sangat diliputi
kesedihan yang amat mendalam, namun itu juga menjadi penyemangat mereka
untuk hidup lebih baik. Pada baris yang terakhir mengibaratkan “kami orang
yang masih hidup” mengisi kehidupan untuk yang lebih bermanfaat sebelum
kematian datang.
b) Shall I Compare Three To A Summer's Day. Karya William Shakespeare
Puisi ini menggambarkan mengenai seorang laki-laki yang membandingkan
sosok seorang wanita dengan suatu keindahan. Ketika keindahan itu mulai
menggoyahkan perasaan laki-laki dan disaat itulah dia merasakan adanya
kegundahan akan berseminya bunga kasih dalam hatinya. Kemudian laki-laki
itu berpikir keindahan itu terbatas oleh waktu atau bersifat fana. Tetapi,
keindahan itu terbatas oleh waktu atau bersifat fana. Tetapi, keindahan yang
ada pada diri wanita itu akan menjadi keindahan yang hakiki yang hanya
dimiliki oleh dirinya, dan keindahan itu tidak akan hilang selama ia masih bisa
bernafas dan masih bisa melihat.
c) Puisi Dewa Telah Mati. Karya Subagjo Satrowardoyo
Simbol yang mewakili sajak tersebut adalah kata “gagak”, “ular”, dan
“petapa”. Kata “dewa’ dapat berarti makhluk yang di turunkan Tuhan untuk
mengendalikan kekuatan alam. Kata “gagak” mengandung arti nama burung
yang berbulu hitam, pemakan bangkai, dan mempunyai suara yang keras.

Berdasarkan mitologi gagak digunakan sebagai simbol pembawa kematian.


Dalam puisi tersebut mengisyaratkan anggapan bahwa Tuhan telah
tiada(hilang dari bumi). Kata “ular” mengandung arti binatang yang menjalar,
tidak berkaki, tubuhnya agak bulat, panjang, kukitnya bersisik, hidup di tanah
dan bisa di air.

Dalam puisi tersebut, ular sebagai simbol kejahatan, kata “petapa” berarti
orang suci. Simbol simbol tersebut digunakan untuk mengekspresikan
kehidupan orang-orang kafir. Dalam sajak tersebut diungkapkan bahwa Tuhan
sudah hilang dari bumi. Yang ada hanyalah orang-orang jahat. Yang lebih
ngeri, orang yang suci tersebut masuk ke dunia mesum.
d) She Walks In Beauty karya Lord Byron
Puisi ini menceritakan tentang wanita yang berjalan pada kegelapan malam
seperti cahaya yang menerangi kegelapan karena kecantikannya dan
keindahannya tersebut. Seseorang lelaki yang mendambakan wanita sehingga
dia membayangkan wanita yang di kagumi itu seperti halnya keindahan
berjalan di malam hari dengan cahaya dan kecantikannya itu. Dapat kita
temukan di garis ke 1-2 :
/She walks in beauty, like the night //
/Of cloudless climes and starry skies//

Keindahan puisi ini dihasilkan oleh unsur unsur pembangunnya seperti gaya
bahasa, citraan, dan rima. Struktur puisi ini memang membuatnya menjadi
indah, namun nilai estetis muncul juga karena adanya interaksi antara puisi
tersebut secara objectiv dan tanggapan pengamat yang subyektif. Nilai estetis
puisi ini muncul karena adanya elemen yang menarik imajinatif dan perasaan
pembaca tentang apa itu keindahan.
e) To The Virgins. To Make Much Time karya Robert Horricks menceritakan
tentang suatu nilai kehidupan yang ada dalam kehidupan bahwa kelak akan ada
kehidupan akhirat yaitu mengenai surga dan neraka, dalam cerita ini juga
penyair berpesan kepada pembaca agar memanfaatkan masa mudanya untuk
kebaikan untuk membina dirinya agar kelak dia aka memetik hasilnya yang
berupa kebaikan di akhirat yaitu (Surga).
Dalam cerita ini juga di bahas tentang keindahan surga atau akhirat betapa
indahnya bagi yang mendapatkan karena kebaikannya dan juga penyair
berpesan agar anak muda memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya,
kemudian isotopi-isotopi pembangunnya adalah “ Tempat, Harapan Waktu dan
Agama “. Dan penyair menggunakan bahasa yang mudah di pahami dalam
karya ini karena di awal di jelaskan tentang memetik hasil yang merujuk kepada
surga.
7. My Son The Murderer
Kisah ini berlatar di New York City pada 1960-an, selama konflik Vietnam. Leo
yang Borussia lima puluh sembilan tahun berlibur dari pekerjaannya di kantor pos
karena dia mengkhawatirkan putranya, Harry. Harry, yang berusia dua puluh dua
tahun, lulus dari perguruan tinggi sekitar enam bulan yang lalu, tetapi dia tidak
peduli untuk menemukan pekerjaan apa pun. Dia menghabiskan waktunya dengan
berbaring di tempat tidur, berjalan-jalan, dan menonton perang di TV dari hari ke
hari. Dia tidak berbicara dengan ayahnya tentang apa yang dia rasakan atau apa
yang dia inginkan. Dia berharap akan direkrut tetapi dia bermaksud
menghindarinya dengan melarikan diri ke Kanada. Adik Harry, sembilan tahun
lebih tua darinya, mengharapkan anak keempatnya dan mengalami kehamilan yang
buruk. Ibunya menghabiskan setiap hari untuk membantunya dengan anak-anak
dan tampaknya cukup puas bahwa dia tidak harus berhadapan dengan putranya.

Leo menguntit Harry dan mencoba mencari tahu apa yang salah dengannya. Dia
berharap Harry akan menulis surat kepadanya suatu hari untuk menjelaskan dirinya
sendiri. Leo mengikuti Harry di jalan-jalannya, dia mencari di kamarnya. Dia
bahkan membuka suratnya, sebuah catatan tidak bersalah dari seorang gadis yang
meminta Harry mengembalikan buku-buku yang dia pinjam darinya. Harry
menangkapnya membacanya dan berteriak bahwa dia akan membunuhnya. Dia
kemudian meninggalkan rumah dan Leo mengikutinya. Dia menemukan Harry di
Pulau Coney, berdiri di pantai dengan kakinya di air meskipun cuaca dingin. Dia
mencoba memohon kepada Harry, mengingatkannya pada saat-saat ketika dia
masih bocah yang bahagia dengan ayahnya, dan meyakinkannya akan cintanya.
Harry tidak menanggapi dan terus berdiri di dalam air.

8. Nasib Seorang Pendengar Setia


Awal kisah cerita karena Darsono tertekan, gelisah, dan jenuh. Kemudian tokoh-
tokoh dari kisah ini adalah :
1. Darsono
2. Imaluddin
3. Dokter
4. Isteri Darsono
Cerita ini beralurkan ”Flash Back” atau mengulang karena Darsono menceritakan
kejadian yang dia alami kepada Dokter, kemudian beralurkan maju dan klimaks dan
kemudian mundur lagi yaitu ketika Imaluddin masuk Rumah Sakit. Kejadian kisah
ini di “Rumah Sakit, Kantor dan Rumah Darsono “.
Sarana cerita yaitu dari Darsono sendiri karena dia yang menceritakan dan judul
kisah ini cocok karena sebab-akibat sebagai orang yang menjadi tampungan keluh
kesah orang lain. Kisah ini memiliki sudut pandang “ Orang pertama tunggal dan
orang kedua tunggal “. Gaya bahasa yang di gunakan “ Metafora “.
KesimpulanKesimpulan cerita Darsono yang merasa bosan, jenuh dan gelisah
karena harus selalu mendengarkan lelucon yang tidak lagi lucu dari bosnya maka
dia menjadi menderita dan karena penderitaannya akhirnya di memberanikan diri
untuk lepas dari lelucon Imaluddin yang tidak lucu lagi bahkan sangat
membosankan.
Dan pada cerita awalnya Darsono yang sakit karena menahan gelisahnya itu di
lanjut setelah Darsono sembuh malah Imaluddin yang sakit dan ini yang menarik
karena cerita maju mundur dan dinamis.

Sumber Referensi
“Bahan Materi Soft file” Introduction To Literarry Analysis.
“Kritik sastra” https://id.wikipedia.org/wiki/Kritik_sastra .
“10 Unsur-unsur Pembentuk Karya Sastra” https://ilmuseni-
com.cdn.ampproject.org/v/s/ilmuseni.com/seni-sastra/unsur-unsur-seni-
sastra/amp?amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQCKAE%3D#aoh=1571
9248267051&csi=1&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Da
ri%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Filmuseni.com%2Fseni-
sastra%2Funsur-unsur-seni-sastra .
“Malahmud, Bernard. ‘My Son the Murderer”. – Anglistika – Webnode”
http://m.anglistika.webnode.cz/products/malamud-bernard-my-son-the-murderer-/ .

Anda mungkin juga menyukai