Anda di halaman 1dari 19

Menulis Prosa Indonesia

Pembelajaran sastra di sekolah merupakan satu kesatuan yang 


terintegrasi​ ​dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Banyak manfaat yang 
dapat dipetik​ ​dengan mempelajari sastra, seperti yang dikatakan oleh 
Horatius ’dulce et​ utile’. Ungkapan yang berarti menyenangkan dan
bermanfaat ini, berkaitan ​dengan segala aspek hiburan yang diberikan dan 
segala pengalaman hidup​ ​yang ditawarkan oleh sastra.
Agar pembelajaran sastra dapat diterima dengan baik, pengajar sastra
dituntut harus: (1) menyenangi sastra, (2) menguasai materi sastra, (3)
memahami hakikat dan tujuan pembelajaran sastra, (4) memiliki 
kemampuanmengapresiasi sastra, dan (5) menguasai metode pengajaran 
dan penilaian​ ​sastra.
Karena itu menulis prosa Indonesia diesuaikan dengan tujuan
apresiasi maka kompetensi yang ingin dicapai yaitu dapat menulis prosa
secara reseptif dan produktif agar memeroleh pengetahuan dan​ ​keterampilan 
tentang menulis prosa. Dengan demikian akan mendapatkan pengetahuan 
dasar tentang sastra khsususnya apresiasi prosa, bagaimana​ ​menikmati 
prosa, bahkan kesadaran yang lebih baik terhadap diri sendiri,​ ​orang lain, 
serta kehidupan sebagai upaya pembentukan watak atau​ ​karakter yang baik. 

1. Apa Itu Prosa ?


Prosa adalah salah satu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi 
karena​ ​variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya 
yang​ ​lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa 
Latin​ ​"prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya
digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa
dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat,​ ​serta 
berbagai jenis media lainnya. Prosa juga dibagi dalam dua bagian,​ ​yaitu 
prosa lama dan prosa baru. Prosa lama adalah prosa bahasa Indonesia yang 
belum terpengaruhi budaya barat, sedangkan prosa baru​ ​adalah karangan 
bebas yang terkontaminasi budaya Barat serta tidak​ ​terikat oleh 
aturan-aturan apa pun. 

2. Jenis Prosa
Jenis prosa Indonesia dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a. Prosa Naratif  
yaitu karangan berisi penceritaan suatu peristiwa​ ​ataukejadian dengan tujuan 
pembaca seolah-olah mengalami kejadian​ ​yang diceritakan dalam karangan.
b. Prosa Deskriptif  
yaitu karangan berisi penggambaran suatu objek​ ​secara detail sehingga 
pembaca seolah-olah melihat dan merasakan​ ​sendiri objek yang 
digambarkan dalam karangan.
c. Prosa Eksposisi  
yaitu karangan yang memaparkan sejumlah​ ​pengetahuan atau informasi 
sejelas-jelasnya agar pembaca​ ​memahami isi pengetahuan atau informasi 
dengan benar.
d. Prosa Argumentasi  
yaitu karangan berisi ide atau gagasan yang​ ​dilengkapi data-data kesaksian 
yang bertujuan memengaruhi pembaca​ ​untuk enyatakan persetujuannya 
terhadap gagasan dalam karangan. 

3. Unsur-Unsur Prosa
Layaknya seperti karya sastra yang lain prosa juga memiliki unsur-unsur
pembangun yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik. Berikut ini akan dibahas
mengenai unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam prosa. Unsur intrinsik prosa 
terdiri atas :
3.1 Tema  
yaitu pokok masalah atau persoalan sebagai dasar karangan,​ ​yang 
diungkapkan dalam suatu cerita oleh pengarang. Tema prosa​ ​fiksi terutama 
novel terdiri atas tema utama dan beberapa temabawahan. Sedangkan untuk 
cerpen (cerita pendek) hanya memiliki​ ​tema utama saja.
3.2 Alur/Plot  
Yaitu urutan atau kronologi peristiwa yang dilukiskan​ ​pengarang dalam suatu 
cerita rekaan yang terjalin satu dengan​ ​lainnya. Alur dapat diklasifikasikan 
menjadi tiga macam yaitu alur umum dengan tahapan sebagai berikut :
(1) Eksposisi (Perkenalan/Pengantar)
Eksposisi adalah proses pemaparan dan pengenalan informasi​ ​penting 
kepada pembaca. Melalui eksposisi seorang pengarang​ ​mulai melukiskan 
atau memaparkan suatu keadaan, baik keadaan​ ​alam maupun tokoh-tokoh 
yang ada di dalam cerita tersebut serta​ ​informasi-informasi yang akan 
disampaikan pengarang kepada​ ​pembaca melalui uraian eksposisi tersebut.
(2) Komplikasi (Pemunculan Masalah)
Komplikasi adalah permasalahan yang muncul dan terjadi di antara​ ​para 
tokoh, baik tokoh dengan tokoh, tokoh dengan tempat,​ ​maupun tokoh 
dengan suasana yang terdapat dalam cerita rekaan.
(3) Klimaks (Puncak Ketegangan)
Klimaks adalah suatu permasalahan yang telah mencapai​ ​puncaknya 
(meruncing) dalam pengembangan peristiwa/cerita.
4) Antiklimaks (Ketegangan Menurun/peleraian)
Antiklimaks adalah suatu hal yang ditandai dengan menurunnya​ ​tingkat 
permasalahan yang terjadi pada tokoh dalam​ ​pengembangan 
peristiwa/cerita.
(5) Resolusi (Penyelesaian)
Resolusi adalah kejadian akhir yang merupakan penyelesaian​ ​permasalahan 
atara tokoh dalam pengembangan cerita.    
Berdasarkan tahapan alur dalam sebuah karangan/cerita, alur dapat
dibedakan menjadi alur lurus, arus sorot balik, dan alur campuran.
(6) Alur Lurus (Alur Maju/Alur Agresif)  
merupakan rangkaian cerita​ ​yang dikisahkan dari awal hingga akhir tanpa 
mengulang kejadian​ ​yang telah lampau.
(7) Alur Sorot Balik (Alur Mundur/Alur Regresif/Flash Back)  
merupakan​ ​rangkaian cerita yang mengisahkan kembali tokoh di masa 
lampau.
Alur Campuran merupakan gabungan antara alur maju dan alur​ ​sorot balik.
Berdasarkan hubungan tahapan-tahapan dalam pengembangan
peristiwa/cerita, alur dapat dibedakan menjadi alur rapat dan alur renggang.
Alur Rapat adalah alur yang terbentuk bila alur pembantu mendukung​ ​alur 
pokoknya, sedangkan alur renggang adalah alur yang terbentuk bila​ ​alur 
pokok tidak didukung oleh alur pembantu.
Berdasarkan kuantitasnya alur juga dapat dibedakan menjadi Alur 
Tunggal​ ​dan alur ganda.​ ​Alur tunggal yaitu alur yang hanya terjadi pada 
sebuah cerita dan​ ​memiliki satu jalan cerita saja. Alur ini umumnya terdapat 
di dalam​ ​cerpen. Alur Ganda yaitu alur yang terjadi pada sebuah cerita dan
memiliki jalan cerita lebih dari satu. Alur ini umumnya terdapat pada​ ​novel. 

3.3 Tokoh  
yaitu pelaku di dalam cerita yang berperan dalam setiap insiden
permasalahan. Tokoh dalam cerita dapat dibedakan sebagai berikut :
(1) Tokoh Protagonis (tokoh utama/tokoh sentral)
yaitu tokoh dalam cerita yang umumnya bersifat baik dan pembawa​ ​amanat 
cerita yang ditulis pengarang.
(2) Tokoh Antagonis (tokoh kontra)
yaitu tokoh lawan/tokoh penentang tokoh utama/protagonis,​ ​umumnya 
memiliki sifat jahat.
(3) Tokoh Tritagonis (tokoh komplementer/ tokoh pelerai)
yaitu tokoh sampingan yang berperan sebagai tokoh pelerai antara​ ​tokoh 
protagonis dan antagonis. 

3.4 Penokohan  
yaitu perwatakan atau karakteristik tokoh cerita. Untuk​ ​melihat atau 
mengamati penggambaran watak atau karakteristik tokoh​ ​cerita dapat 
dilakukan dengan metode analitik, dramatik, dan​ ​kontekstual.
(1) Metode analitik adalah cara penggambaran watak/karakter tokoh​ ​cerita 
secara langsung (eksplisit) misalnya penyayang, penyabar,​ ​keras kepala, baik 
hati, pemarah, dan sebagainya.
(2) Metode dramatik adalah cara penggambaran watak/karakter tokoh​ ​cerita 
melalui percakapan tokoh dan perbuatan/tindakan yang​ ​dilakukan tokoh, 
misalnya dialog tokoh, jalan pikiran tokoh,​ ​perasaan tokoh, perbuatan tokoh, 
sikap tokoh, gambaran fisik, dan​ ​sebagainya.
(3) Metode kontekstual adalah cara penggambaran watak tokoh melalui
konteks verbal yang mengelilinginya. Lebih jelasnya, karakter tokoh​ ​dapat 
dilihat dan dipahami dengan memberikan suatu lingkungan​ ​yang mengelilingi 
tokoh, misalnya: kamar tokoh, rumah tokoh,​ ​tempat kerja atau tempat tokoh 
berada. Watak tokoh terdiri atas sifat, sikap, dan kepribadian tokoh. 
Penokohan​ ​dapat dilakukan melalui dimensi fisik, psikis, dan sosial. 

3.5 Latar (Setting)  


yaitu gambaran lingkungan yang ditentukan oleh​ ​tempat/ lokasiperistiwa, 
misalnya di rumah sakit, daerah wisata,​ ​daerah transmigran dan sebagainya. 
waktu kejadian seperti tahun​ ​kejadian, musim hujan, masa perang, saat 
upacara, masa panen,​ ​periode sejarah, dan sebagainya, dan suasana 
kejadian di dalam​ ​cerita. Misalnya rasa aman, suasana damai, kondisi gawat, 
suasana​ ​gembira, berduka atau berkabung, kacau, galau, dan sebagainya 

3.6 Sudut Pandang (Point of View)  


yaitu status atau kedudukan si pengarang​ ​dalam cerita.
Ada empat macam sudut pandang, antara lain :
1) Pengarang sebagai orang pertama. Pengarang dalam hal ini adalah​ ​pelaku 
utama (tokoh akuan);
2) Pengarang sebagai orang pertama pelaku sampingan;
3) Pengarang berada di luar cerita sebagai orang ketiga;
4) Kombinasi atau campuran, kadang-kadang di dalam dan kadang-kadang 
di luar cerita. 

3.7 Gaya Bahasa  


yaitu cara yang digunakan pengarang untuk​ ​mengungkapkan maksud dan 
tujuannya baik dalam bentuk kata,​ ​kelompok kata, atau kalimat. Gaya bahasa 
atau majas ibarat​ ​kendaraan bagi seorang pengarang yang akan 
membawanya ke mana​ ​arah tujuan yang ingin dicapainya. Gaya bahasa atau 
majas​ ​merupakan faktor dominan dalam karya prosa fiksi. 

3.8 . Amanat  
yaitu pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui​ ​cerita yang 
itulisnya. Pengarang menyampaikan amanatnya secara​ ​eksplisit dan implisit 
Amanat eksplisit adalah amanat pengarang yang​ ​disampaikan tertulis dalam 
arangan/ cerita sehingga pembaca dapat​ ​dengan mudah menemukan 
amanat, sedangkan amanat implicit​ ​adalah amanat yang disampaikan 
pengarang secara tersirat​ (​ tersembunyi) dalam cerita. pembaca agak sulit 
menemukan amanat​ ​implisit dalam cerita. pembaca harus membaca 
keseluruhan isi cerita​ ​tersebut.​ ​ Unsur ekstrinsik prosa yakni unsur-unsur 
yang berasal dari luar karya​ ​sastra, unsur-unsur ekstrinsik ini meliputi: 
nilai-nilai dalam cerita (agama,​ ​budaya, politik, ekonomi); latar belakang 
kehidupan pengarang;​ ​dan situasi sosial ketika cerita itu diciptakan.

4. Jenis Prosa
Berdasarkan jenisnya, prosa dapat dikelompokan menjadi prosa lama
dan prosa baru. Prosa lama merupakan karya sastra yang belum​ ​mendapat 
pengaruh dari kebudayaan barat. Pada awalnya prosa lama​ ​berbentuk lisan 
karena pada masa itu belum ditemukan alat tulis-menulis. Namun, sekarang 
prosa lama juga dapat ditemukan dalam​ ​bentuk tulisan seperti hikayat, 
sejarah, kisah, dan dongeng. Adapun​ ​pengertian bentuk-bentuk prosa lama 
tersebut adalah: 
 
1. ​Hikayat 
merupakan cerita yang berisi tentang kehidupan para dewi,​ ​dewa, pangeran, 
raja, dan lain-lain. Cerita-cerita yang ada di dalam​ ​hikayat bersifat fiksi dan 
tidak masuk akal. Contohnya adalah HikayatHang Jebat, Hikayat Nabi 
Sulaiman, Hikayat Raja Bijak, dan lain-lain.​ ​Sejarah (Tambo) adalah salah 
satu bentuk prosa lama yang bercerita​ ​tentang peristiwa-peristiwa tertentu.  
 
2. Sejarah  
SEJARAH sastra lama berbeda​ ​dengan sejarah yang ditulis pada masa kini. 
Kebanyakan sastra lama sejarah disampaikan dengan menambahkan 
penyedap atau bumbu-bumbu cerita sehingga terdengar lebih menarik, 
sedangkan sejarah​ ​yang ditulis pada masa kini sama persis dengan kejadian 
sebenarnya​ ​dan dapat dibuktikan dengan fakta. Contoh bentuk prosa lama
sejarah adalah Sejarah Melayu yang ditulis oleh Tun Sri Lanang pada​ ​tahun 
1612.
3. Kisah  
 
adalah prosa lama yang berbentuk cerita-cerita pendek. Biasanya kisah 
bercerita tantang sebuah perjalanan, pengalaman​ ​atau petualangan 
orang-orang dahulu. Salah satu contoh prosa lama​ ​kisah adalah Kisah Raja 
Abdullah menuju Kota Mekah. 

4. Dongeng  
Salah satu bentuk prosa lama yang sangat populer. Bentuk​ ​prosa lama ini 
bercerita tentang khayalan-khayalan masyrakat pada​ ​zaman dahulu. Ragam 
dan bentuk dongeng pun berbeda-beda​ ​sesuai dengan isinya. 
Bentuk-bentuk dongeng antara lain:
1) Myth (Mitos)
Mite atau Myth adalah dongeng yang bercerita tentang​ ​kepercayan terhadap 
alam gaib atau benda-benda magis. Contoh: Ratu Pantai Selatan, Batu 
Menangis, asal-usul kuntilanak, dan​ ​lain-lain. 

2) Legenda
Bentuk dongeng ini bercerita tentang riwayat atau asal-usul​ ​terjadinya 
sesuatu. Contohnya adalah Legenda Tangkuban Perahu, Legenda Pulau 
Jawa, dan lain-lain. 

3) Fabel
Fabel merupakah bagian dari jenis cerita rakyat. Cerita rakyat​ ​dikenal sebagai 
cerita yang mengandung unsur fantasi dan​ ​berkembang secaraleluhur di 
masyarakat. Fabel sering disebut​ ​sebagai cerita binatang karena pelaku 
utamanya terdiri atas para​ ​binatang. Fabel ditulis dengan pesan tertentu, 
dengan tujuan​ ​memberi pelajaran hidup kepada pembaca melalui perilaku
binatang yang menjadi tokoh cerita. Dalam fabel tidak tertutup​ ​kemungkinan 
adanya tokoh manusia serta benda-benda lain yang​ ​dapat berlaku seperti 
manusia. Fabel bercerita tentang kehidupan​ ​sehari-hari. Di Indonesia 
binatang yang sering menjadi​ ​tokohutama fabel terutama kancil.
Selain bersifat menghibur, cerita rakyat juga merupakan sarana​ ​untuk 
mengetahui: (1) asal-usul nenek moyang, (2) jasa atau​ ​teladan pendahulu 
kita, (3) hubungan kekerabatan atau silsilah, (4)asal mula suatu tempat, (5) 
adat-istiadat, dan (6) sejarah benda​ ​pusaka (Pusat Bahasa, 2003:26). Pada 
umumnya para pengarang​ ​cerita rakyat tidak diketahui namanya atau bersifat 
anonim. Menurut​ ​jenisnya, cerita rakyat dapat dibagi menjadi: mite, legenda, 
dan​ ​fabel. 

4) Sage
Bentuk dongeng ini menceritakan tentang kisah-kisah kepahlawanan, 
keberanian, maupun kisah kesaktian seseorang. Contohnya Ciung Winara, 
Patih Gadjah Mada, Calon Arang, dan lain-lain. 

5) Jenaka atau Pandir


Dongeng jenaka atau pandir menceritakan tentang orang-orang bodoh yang 
bernasib sial. Dongeng ini biasanya bersifat humor dan menghibur 
pendengarnya dengan kelucuan-kelucuan yang ada di dalam cerita. Contoh: 
Dongeng Abunawas, Dongeng Si Pandir, dan lain-lain. 

6) Mite
Mite berhubungan dengan kepercayaan masyarakat tentang dewa-dewi dan 
kejadian gaib atau misteri. Contoh mite yang terkenal yaitu cerita tentang 
Nyai Loro Kidul. 

7) Legenda  
merupakan cerita yang berhubungan dengan seorang tokoh, peristiwa 
sejarah, tempat, atau kejadian alam. Legenda berisi perpaduan antara 
kenyataan faktual dengan mitos atau khayalan. Contoh legenda antara lain 
yaitu kisah Tangkuban Perahu. 

Prosa Baru
Prosa Baru adalah bentuk prosa yang muncul setelah mendapat pengaruh dari
budaya-budaya asing atau barat. Bentuk prosa ini muncul setelah prosa lama
dianggap telah kuno. Bentuk-bentuk prosa baru antara lain:
1. Roman
Roman adalah prosa baru yang menceritakan tentang kehidupan seseorang, dimulai
dari lahir hingga kematiannya. Prosa ini menyajikan suatu aspek kehidupan
masyarakat secara utuh dan menyeluruh serta memiliki banyak alur yang
bercabang-cabang. Salah satu contoh roman adalah Layar Terkembang karya Sultan
Takdir Ali Syahbana.

2. Novel
Bentuk prosa baru ini menceritakan sebuah cerita atau kisah yang panjang. Novel
menceritakan sebagian kehidupan seseorang sebagai tokoh utama yang engandung
beberapa konflik. Konflik-konflik tersebutlah yang mengubah kehidupan pelaku
utamanya. Contohnya adalah Novel Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Ave Maria, dan
lain-lain.

3. Cerpen
Cerpen adalah salah satu bentuk prosa baru yang cukup populer.
Prosa baru ini menceritakan sebuah pengalaman atau sebgaian kecil kisah pelaku
utamanya. Perbedaan cerpen dengan novel adalah konflik. Pada cerpen hanya satu
konflik dan tidak meyebabkan perubahan sikap pada tokoh utama, sedangkan pada
novel banyak ditemukan konflik. Contoh cerpen antara lain Robohnya Surau Kami
karya A.A Navis, Keluarga Gerilya karya Pramoedya Ananta, dan lain-lain. Cerpen
dipelopori oleh Nathaniel Hawthorne dan Edgar Allan Poe, dan mulai berkembang di
Amerika Serikat pada abad ke-19. Di Indonesia M. Kasim dianggap sebagai pelopor
cerpen dengan terbitnya cerpen Teman Duduk pada tahun 50-an. Ayip Rosidi
menyingkat kata ‘cerita pendek’ menjadi cerpen, dan istilah itu populer hingga saat
ini. Menurut Eddy (1991:46) ciri utama sebuah cerpen meliputi: (1) hanya
mengungkap satu masalah tunggal atau satu ide pusat, (2) menunjukkan adanya
kebulatan cerita, serta (3) memusatkan perhatian pada satu tokoh utama dan pada
satu situasi tertentu. Karena waktu penceritaannya yang pendek, maka cerpen hanya
berisi satu episode kehidupan manusia. Sebagai karya imajinatif, hal yang diceritakan
belum tentu pernah terjadi tetapi mungkin saja dapat terjadi, karena cerpen dibuat
berdasarkan kenyataan kehidupan. Selain itu, kekuatan cerpen terletak pada
penggunaan bahasanya yang sederhana namun sugestif. Membaca cerpen berarti
mencoba memahami manusia dan memperoleh nilai-nilai kehidupan, bukan sekadar
mengetahui jalan cerita. Oleh sebab itu, unsur perwatakan tokoh lebih dominan
dibandingkan dengan unsur cerita.
4. Riwayat
Riwayat menceritakan sebuah kisah yang berisi tentang pengalaman-pengalam
hidup seseorang yang diangkat dari kisah nyata orang tersebut dari lahir hingga
meninggal. Biasanya yang diceritakan adalah tokoh-tokoh terkenal dan
menginspirasi orang banyak. Ada beberapa jenis riwayat yaitu biografi dan
otobiografi. Biografi merupakan kisah tokoh yang ditulis oleh orang lain, sedangkan
otobiografi kisah yang ditulis oleh orang yang bersangkutan.
5. Kritik
Kritik berbentuk sebuah uraian pertimbangan seseorang terhadap suatu hasil kerja
atau karya orang lain. Kritik berisi alasan-alasan tertentu dan bersifat objektif atau
menghakimi.
6. Resensi
Resensi adalah prosa baru yang isinya membicarakan atau
mengulas suatu karya baik yang berbentuk buku, film, lagu maupun
jenis karya seni lainnya. Resensi bertujuan untuk memberikan
penilaian terhadap suatu karya baik dari segi tema, tokoh, alur dan
unsur-unsur lainnya agar menjadi pertimbangan bagi pembaca
untuk menikmati atau tidak karya tersebut.
7. Esai
Bentuk prosa baru yang terakhir adalah Esai. Prosa ini berisi
tulisan-tulisan yang berisi pendapat pribadi penulisnya terhadap
sesuatu yang sedang menjadi bahan pembicaraan hangat di
masyarakat.
Jenis prosa fiksi yang banyak dikenal orang yaitu cerita pendek (cerpen) dan novel.
Dahulu orang membedakan antara novel dengan roman. Pada modul ini
pembahasan dibatasi hanya paca cerpen dan fabel yang merupakan bagian dari
cerita rakyat.

1. Mengarang Prosa Indonesia


Kegiatan menulis cerpen dilakukan mulai tahap yang sederhana, misalnya
menuliskan kembali dengan kalimat sendiri cerpen yang pernah dibaca, atau menulis
cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Memang sulit menentukan
patokan pendeknya sebuah cerita pendek. Namun yang jelas, sebuah cerpen harus
memenuhi komposisi: perkenalan, pertikaian, dan
penyelesaian.
Sebelum menulis cerpen, hendaknya menentukan terlebih dahulu tujuan menulis
cerpen. Apabila sudah dapat menemukan tujuannya, maka segala pengembangan
imajinasi dan kreasi Anda akan terfokus pada pencapaian tujuan tersebut. Langkah
selanjutnya ialah menentukan objek penulisan, yang dapat diambil dari kabar,
pengamatan, atau pengalaman diri sendiri, serta pengalaman orang lain.
Mengarang cerpen jangan sibuk memikirkan judul lebih dulu,
meskipun diakui judul berperan penting sebagai faktor pertama pembangkit minat
orang untuk membaca cerpen tersebut. Oleh sebab itu, memilih judul harus
perhatikan hal-hal berikut ini.
a. Pilih judul yang singkat dan menarik
b. Hindari judul-judul yang klise, yang sudah ada, atau banyak dipakai orang
c. Pilih judul yang ‘menggelitik’ atau bahkan provokatif tapi tetap santun

Mengapresiasi Prosa
Kata apresiasi secara harfiah berarti ‘penghargaan’ terhadap ​suatu objek, hal,
kejadian, atau pun peristiwa. Untuk dapat memberi penghargaan terhadap sesuatu,
tentunya kita harus mengenal sesuatu itu dengan baik dan dengan akrab agar kita
dapat bertindak dengan seadil-adilnya terhadap sesuatu itu,
sebelum kita dapat memberi pertimbangan bagaimana ​penghargaan yang akan
diberikan terhadap sesuatu itu. Kalau yang dimaksud dengan sesuatu itu adalah
karya sastra, lebih tepat iagi karya sastra prosa, maka apreciasi berati memberi
penghargaan dengan sebaik-baiknya dan seohjektif mungkin
terhadap karya sastra prosa itu. Penghargaan yang seobjektif mungkin, artinya
penghargaan itu dilakukan setelah karya sastra kita baca, kita telaah unsur-unsur
pembentuknya, dan kita tafsirkan berdasarkan wawasan dan visi kita terhadap karya
sastra itu.
Seperti sudah dibicarakan, prosa atau prosa fiksi adalah sebuah bentuk karya sastra
yang disajikan dalam bentuk bahasa yang tidak terikat oleh jumlah kata dan unsur
musikalitas. Bahasa yang tidak terikat itu digunakan untuk menyampaikan tema atau
pokok persoalan dengan sebuah amanat yang ingin disampaikan berkenaan dengan
tema tersebut. Oleh karena itu, dalam
apresiasi dengan tujuan membenkan penghargaan terhadap karya prosa itu, kita
haruslah bisa “membongkar” dan menerangjelaskan hal-hal yang berkenaan dengan
ukuran keindahan dan “kelebihan” karya prosa itu. Dengan demikian, penghargaan
yang diberikan dapat diharapkan bersifat tepat dan objektif. Suatu apresiasi sastra,
menurut Maidar Arsjad dkk dilakukan melalui beberapa tahap kegiatan. Tahap-tahap
tersebut adalah.
1. Tahap penikmatan atau menyenangi.
Tindakan operasionalnya pada tahap ini adalah membaca karya sastra
(puisi atau novel}, menghadiri acara deklamasi, dan sebagainya.
2. Tahap penghargaan. Tindakan operasionalnya, antara lain, melihat kebaikan, nilai,
atau manfaat suatu karya sastra, dan merasakan pengaruh suatu karya ke dalam
jiwa, dan sebagainya.
3. Tahap pemahaman. Tindakan opersionalnya adalah meneliti
dan menganalisis unsure intrinsik dan unsur ektrinsik suatu
karya sastra, serta berusaha menyimpulkannya.
4. Tahap penghayatan. Tindakan operasionalnya adalah rnenganalisis lebih lanjut
akan suatu karya, mencari hakikat atau makna suatu karya beserta argumentasinya;
membuat tafsiran dan menyusun pendapat berdasarkan analisis yang telah dibuat.
5. Tahap penerapan. Tindakan operasionalnya adalah melahirkan ide baru,
mengamalkan penemuan, atau mendayagunakan hasil operasional dalam mencapai
material, moral, dan struktural untuk kepentingan sosial, politik, dan
budaya.

Teknik Menulis Prosa


Bagi sebagian orang menulis merupakan kegiatan yang sulit dilakukan, terlebih pula
menulis prosa. Sebagai keterampilan berbahasa menulis membutuhkan dasar untuk
menjadi sebuah bacaan yang menarik bagi pembacanya. Sebagai guru bahasa
menulis merupakan satu keterampilan yang perlu diberikan kepada anak didik yang
diharapkan mampu emanfaatkannya sebagai kecakapan hidup (life skill). Walaupun
tidak diharapkan menjadi satrawan tetapi menulis dapat menjadi penunjang
tambahan bagi kehidupan mereka. Pengalaman juga menjadi salah satu modal bagi
seorang penulis.
Pengalaman merupakan salah satu alternatif selain imajinasi untuk
mengembangkan sebuah tulisan. Ada beberapa teknik yang dapat
digunakan, di antaranya sebagai berikut:
1. Teknik Reportase (deskripsi) merupakan teknik ulasan dari peristiwa yang dilihat
baik peristiwa dalam perjalanan maupun peristiwa pengalaman. Objek tempat dan
konflik menjadi dasar untuk mengembangkannya menjadi sebuah tulisan prosa.
2. Teknik Evita merupakan teknik menulis prosa dengan melibatkan siswa secara
langsung menjadi tokoh dalam suatu cerita yang akan ditulis. Langkah pertama
memunculkan seorang tokoh bernama Evita yang dalam hal ini dijadikan sebagai
objek konflik, langkah kedua siswa menjadi tokoh lain yang terlibat peristiwa dengan
langsung mendialogkan dengan tokoh lain.Selanjutnya siswa diminta untuk
mengungkapkan kembali peritiwa yang baru saja mereka dialogkan menjadi sebuah
prosa. Terserah siswa akan
memulai dari peristiwa mana yang penting dasar cerita mereka sesuai dengan konflik
yang mereka dialogkan.
3. Teknik Kenangan Lama merupakan teknik menulis prosa dengan
melibatkan memori (kenangan) yang paling berkesan dalam diri
siswa. kemampuan menggali sesuatu yang pernah dialami dan
keterampilan meramu konflik menjadi sebuah alur yang runtut
merupakan satu modal besar bagi siswa.
4. Teknik Dia yang Malang merupakan teknik menulis prosa dengan
menceritakan teman, sahabat, atau orang lain yang mengalami peristiwa tragis atau
mengenaskan. Dalam teknik ini pigura cerita merupakan satu bagian yang menarik
untuk masuk ke inti cerita.
Maksudnya sebelum ke inti kemalangan, rangkaian alur diawali dengan peritiwa
pertemuan dengan tokoh yang malang kemudian dia menceritakan, setelah itu akhiri
dengan peristiwa perpisahan menggunakan latar yang sama saat pertemuan
pertama.Jadi ending cerita berlatar sama dengan latar pertemuan. Demikian empat
teknik yang sangat mudah dilaksanakan sebagai
dasar sebelum menulis. Jadi menulis prosa itu mudah. Selamat mencoba.
Selain teknik di atas, menulis prosa juga dapat dilakukan berdasarkan
jenisnya, yaitu:
1. Prosa Deskripsi
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menulis prosa deskripsi
sebagai berikut.
a. Rumuskan dahulu tujuan yang hendak dicapai oleh penulis;
b. Amatilah dengan seksama objek yang dijadikan topik dalam
penulisan tersebut;
c. Buatlah perincian tentang apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan oleh penulis
mengenai objek tersebut,terutama yang berhubungan dengan tujuan penulisan;
d. Supaya kekhususan menonjol, berilah penjelasan tambahan.
Deskripsi menyajikan gambaran tentang suatu hal, suatu masalah
atau suatu benda. Dengan kata lain karangan yang bercorak deskriptif isinya
melukiskan suatu hal, suatu masalah, suatu peristiwa atau suatu benda.
Deskripsi sering kita jumpai sebagai bagian dari suatu narasi, bila pengarang
melukiskan wajah seorang pelaku, sosok seorang tokoh, bila pengarang
menggambarkan kamar atau rumah tinggal para pelaku cerita, melukiskan keindahan
pantai senja hari dan lainnya. Tetapi dapat saja deskripsi berupa karangan yang utuh
yang membahas suatu tema. Untuk menyusun karangan deskripsi sebenarnya
langkah-langkah yang kita tempuh sama saja dengan corak karangan yang lain
seperti argumentasi, eksposisi dan persuasi.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
A. Merumuskan tujuan
Tujuan penting sekali untuk kita rumuskan lebih dahulu, karena tujuan penulisan
karangan merupakan pedoman dalam menyusun karangan selanjutnya. Tujuan juga
menjadi pedoman dalam mencari data-data yang diperlukan untuk melukiskan
masalah yang akan kita bahas dan kembangkan. Sebagai contoh kita dapat
merumuskan tujuan, misalnya
Memberi gambaran kepada pembaca khususnya para pelajar akan perlunya menjaga
keamanan dan ketertiban lingkungan sekitarnya.
B. Mengumpulkan data
Bila topik telah kita ketahui, tujuan telah kita rumuskan, selanjutnya kita
mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam deskripsi kita dapat mengumpulkan
data melalui a) penglihatan : apa yang kita lihat di sekitar kita.
b) pendengaran : apa yang kita dengar
c) apa yang kita rasakan dan apa yang kita alami Pengalaman pun akan membantu
menambah data. Data yang terkumpul kita inventarisasi, kita seleksi dan kita susun
dalam kerangka karangan.
C. Kerangka karangan
Langkah selanjutnya ialah membuat kerangka karangan. Seperti telah kita ketahui,
kerangka karangan yang terinci dengan baik akan memudahkan kita menyusun
sebuah karangan selanjutnya. Dengan kerangka yang baik kita dapat menyusun
kerangka secara teratur, sistematis, tidak meloncat-loncat, terhindar dari
pengolahan pokok pikiran sampai dua kali atau lebih dalam satu
karangan.
2. Prosa Eksposisi
Langkah-langkah dalam menulis prosa eksposisi:
a. Menentukan topik yang akan disajikan;
b. Menentukan tujuan eksposisi;
c. Membuat kerangka yang lengkap dan sistematis. Isi kerangka karangan eksposisi
ini harus sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh penulis;
d. Mengembangkan eksposisi sesuai dengan kerangka karangan .
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam
mengembangkan eksposisi dapat memaknai pola sebagai berikut:
a. Definisikan, apa itu?
b. Klasifikasikanlah, ceritakan apa itu?
c. Ilustrasikanlah dengan contoh, gambar, grafik dan sebagainya.
d. Bandingkanlah atau pertentangkanlah dengan hal lain, apakah
kesamaan atau perbedaannya?
e. Analisislah, apa sebab dan akibatnya secara fungsional?
3. Prosa Argumentasi
Adapun langkah-langkah dalam mengembangkan prosa argumentasi
sebagai berikut.
a. Menetapkan tujuan yang akan dicapai
b. Mengumpulkan bahan, yakni kumpulan fakta dan kesaksian
c. Menarik kesimpulan. Dalam menarik kesimpulan cara menghubung-hubungkan
data harus hati-hati, penulis harus bekerja dengan penalaran yang sehat. Penalaran
dalam mengambil kesimpulan dapat dilakukan secara induksi atau deduksi.
Penalaran secara induksi maksudnya penalaran itu
dimulai dengan mengemukakan bukti-bukti nyata, kemudian diakhiri dengan suatu
kesimpulan, sedangkan kalau secara deduksi, penalaran, baru kemudian diikuti
dengan bukti-bukti nyata.
d. Penutup. Pada bagian ini penulis mengajak, mendorong dan meyakinkan pembaca
agar mau menerima dan mengakui kebenaran argumentasi dari penulis. Sehingga
pembaca mau dan mampu melaksanakan pendapat, gagasan atau saran dari penulis.
4. Prosa Narasi
Adapun langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan yang ingin dicapai oleh penulis.
b. Menetapkan atau memilih tema dan menyusun topik-topik atau pokok-pokok
pikiran yang sesuai dengan tujuan.
c. Mengelompokkan pokok-pokok pikiran menjadi tiga bagian, yaitu
untuk bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir.
d. Mengembangkan tiap-tiap bagian, yakni pada bagian awal penulis
menuturkan pokok-pokok pikiran yang membawa dan menarik pembaca ke dalam
narasi; pada bagian tengah penulis menuturkan informasi yang berkenaan dengan
titik konflik itu terjadi. Pada bagian ini konflik didramatisasi sebagai informasi bagi
pembaca untuk memahami narasi. Kemudian, pada bagian akhir adalah sebagai
pembayangan yang akan terjadi atau sebagai bagian penjelasa konflik tersebut.
5. Prosa Persuasi
a. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menulis prosa persuasi, adalah
sebagai berikut:
b. Menentukan tujuan karangan.
c. Menentukan tema karangan.
d. Menyusun pokok-pokok pikiran yang akan dikembangkan.
e. Mengembangkan pokok-pokok pikiran, dengan uraian yang jelas dan
contoh-contoh yang nyata manfaat dari objek yang dijadika objek dalam tema
karangan.
f. Penutup. Disini penulis menyimpulkan hasil pegembangan pokok-pokok pikiran
tadi, terutama hal-hal yang mendorong agar pembaca menjadilebih terbuka hatinya,
sehingga mau mengikuti gagasan penulis
Teknik Pembelajaran Apresiasi Prosa
Pembelajaran apresiasi prosa dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Guru memilih sebuah novel atau cerita pendek yang sesuai dengan usia murid,
tingkat kelas, dan norma kehidupan. Mengingat waktu yang terbatas barangkali
cukup dipilih sebuah cerpen yang cukup pendek, Guru harus membacanya dulu,
mempelajari semua unsui-unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik yang dijalin dalam
cerpen tersebut sebaik-baiknya. Juga mencoba mencari informasi yang
seluas-luasnya yang berhubungan dengan pengarang dan karya-karya pengarang
tersebut.
2. Guru menyuruh murid membaca cerita pendek tersebut dengan serius (Andaikata
cerita pendek tersebut cukup panjang, barangkali bisa juga siswa disuruh membaca
dulu di rumah schari sebelumnya) sctclah selesai guru mengajukan pertanyaan,
misalnya:
Bagaimana kesan Anda terhadap cerpen tersebut? hal-hal apa saja
yang anda peroleh setelah membaca prosa tersebut?.
Kalau tidak ada yang menjawab, guru mcmberi pertanyaan penegasan: Menarikkah
cerita tersebut? Jawaban siswa mungkin bermacam-macam (menarik, tidak menarik,
membosankan, tidak tahu, dsb). Dari jawaban ini guru mengajak siswa untuk
menelaahnya lebih jauh lagi.
3. Guru membimbing siswa untuk menganalisis lebih jauh lagi mengenai unsur-unsur
cerita tersebut, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Kegiatan ini dilakukan
secara klasikal, dengan rnemanfaatkan interaksi guru-siswa, siswa-guru,dan
siswa-siswa secara maksimal. Urutan penganalisisan dan jenis pertanyaan,
pembimbingan dapat dilakukan sebagai berikut:
a. plot (alur) certia tersebut
b. tokoh-tokoh dengan wataknya masing-masing
c. sudut pandang atau pusat cerita teresebut
d. tema dan amanat dari cerita tersebut
e. penggunaan bahasa dan gaya bahasa yang dilakukan
f. unsur-unsur ektrinsik yang menunjang cerita tersebut
4. Setelah analisis selesai dilakukan, setiap siswa diminta menyusun
pendapatnya mengenai cerita tersebut lengkap dengan alasannya.
Satu dua siswa diminta membacakan pendapatnya di muka kelas.
D. Aktivitas Pembelajaran
Untuk mempelajari modul ini, Anda dapat melakukan langkah-langkah
kegiatan sebagai berikut.
Pendahuluan
1. Peserta mendapatkan penjelasan tujuan pembelajaran, cakupan materi,
dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran.
2. Peserta bertanya jawab tentang apresiasi sastra secara reseptif.
3. Peserta membentuk kelompok kerja yang beranggotakan 3 – 4 orang.
Inti
1. Peserta berdiskusi tentang konsep apresiasi secara reseptif dan produktif,
yang terkait dengan materi puisi, prosa, dan drama.
2. Melakukan apresiasi secara reseptif dan produktif.
3. Peserta melakukan penilaian terhadap hasil karya individu dan
pementasan kelompok lain.
4. Peserta mendiskusikan hasil penilaian yang dilakukan.
5. Peserta dibimbing instruktur melakukan mengidentifikasi hambatan-hambatan
yang dialami, menganalisis pemecahan masalah yang ditemukannya, dan
menyimpulkan hasil diskusi.
Penutup
1. Peserta mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami saat memahami
bahan ajar.
2. Peserta mendengarkan umpan balik dan penguatan dari instruktur mengenai
apresiasi dan kreasi sastra.
3. Peserta menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran.

Rangkuman
Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme
(rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti
leksikalnya. Jenis prosa terbagi empat yaitu: naratif, deskriptif, eksposisi, dan
argumentasi. Unsur intrinsik dalam prosa adalah: tema, alur/plot, tokoh ,
penokohan, latar (setting), sudut pandang (Point of View), gaya bahasa, dan amanat.
Tahapan alur dalam prosa adalah; alur lurus, alur sorot balik, dan alur campuran.
Jenis prosa ada dua yaitu prosa lama dan baru. Prosa lama terdiri dari:
hikayat, sejarah (tambo), kisah, dan dongeng. Prosa baru terdiri dari; roman,
novel, cerpen, riwayat, kritik, resensi, dan esai.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menulis prosa deskripsi sebagai berikut.
1. Rumuskan dahulu tujuan yang hendak dicapai oleh penulis;
2. Amatilah dengan seksama objek yang dijadikan topik dalam penulisan tersebut;
3. Buatlah perincian tentang apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan oleh penulis
mengenai objek tersebut,terutama yang berhubungan dengan tujuan penulisan;
4. Supaya kekhususan menonjol, berilah penjelasan tambahan.
Adapun teknik yang dapat digunakan dalam menulis prosa yaitu teknik
reportase, evita, kenangan lama, dan teknik dia.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi. Mata
Pelejaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah
Tsanawiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 2004.
Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hidayat, Kosasi.1994. Evaluasi Pendidikan dan Penerapan dalam Pengajaran​Bahasa
Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Husen, Akhlan, dkk. 1997. Telaah Buku Kurikulum dan Buku Teks. Jakarta:Depdiknas.
Junaedi, Moha. 1982. Apresiasi Sastra II. Ujung Pandang: FPBS IKIP Press.
Kosasih, E. 2004. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan, Cermat
Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Lado, Robert. Language Teaching. Amerika: MC Grow Hill. 1964
Melani Budianta, dkk. Membaca Sastra. (Magelang : Indonesia Tera, 2006) hal :188
Mien, Rukmieni.2000. Apresiasi Drama Secara Produktif. Jakarta: Depdikbud.
Nasution, S.. 1988. Asas-asas Kurikulum. Bandung: Jemmars.
Purwanto, Ngalim.(1990). Psikologi Pendidikan.Bandung: CV Remaja Karya
P. Suparman Natawidjaja, 1982. “Apresiasi sastra dan budaya” .
Rosidi Ajip. Kapankah Kesusteraan Indonesia Lahir?. Jakarta: Gunung Agung.​1983
Rusyana, Y. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan.
Bandung:D ​ ipenogoro.
Ramelan, Kastoyo. 1980. Seni Drama. Jakarta: Tiga Serangkai
Santrock, J.W. (2002). Life Span Development, Perkembangan Masa
Hidup(​ Terjemahan). Jakarta: Erlangga
Tjokroatmodjo dkk. 1985. Pendidikan Seni Drama Suatu Pengantar. Surabaya:​Usaha
Nasional
Widjoko dan Endang Hidayat Teori dan Sejarah Sastra Indonesia. Bandung:
UPIPRESS. 2007.
GLOSARIUM
afektif : berkenaan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat,
penerimaan atau penolakan terhadap sustu objek
amanat : suatu ajaran moral yang ingin disampaikan pengarang
drama heroik : jenis tragedi berlebihan dalam model Inggris
drama tragedi : sebuah permainan dengan akhir yang menyedihkan
drama : bentuk karya sastra yang berusaha mengungkapkan perihal kehidupan
manusia melalui gerak percakapan di atas panggung ataupun suatu karangan yang
disusun dalam bentuk percakapan dan dapat yang dipentaskan
efek : dampak atau pengaruh
ekspresi : mengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan atau
menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dsb)
ekspresif : mengungkapkan (gagasan, maksud, perasaan) dengan baik dan gerak
anggota badan sesuai.vokasional : Berkaitan dengan kejuruan atau bidang tertentu
implisit : termasuk (terkandung) di dalamnya (meskipun tidak dinyatakan secara jelas
atau terang-terangan); tersimpul di dalamnya; terkandung halus; tersirat
karakter : ciri, sifat diri, akhlak atau budi pekerti, kepribadian dari
seseorang yang dalam hal ini adalah peserta didik
komedi : adalah untuk menghibur
kondisi eksternal : rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi
individu dalam proses pembelajaran.
kondisi internal : keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu
konvensi : Kesepakatan
melodrama : hubungan yang rendah dari sebuah tragedi
pembelajaran : adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
pendidik : tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.
pendidikan : usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses
pembelajaran pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
penokohan : permasalahan bagaimana cara menampilkan tokoh
point of view : adalah cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang
sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang
membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca
produktif : bersifat menghasilkan produk dalam hal keterampilan berbahasa,
contohnya keteampilan berbicara dan menulis
rangkuman : bentuk tulisan singkat yang disusun dengan alur dan sudut pandang
yang bebas, tidak perlu memberikan isi dari seluruh karangan secara proporsional.
Disebut juga Ikhtisar
refleksi : sebagai jawaban suatu hal atau kegiatan yang datang dari l
reseptif : Keterampilan berbahasa yang bersifat menerima,
contohnya keterampilan menyimak dan membaca
ringkasan : Bentuk tulisan singkat yang disusun dengan alur dan sudut pandang yang
sama se​perti karangan aslinya

Anda mungkin juga menyukai