2. Jenis Prosa
Jenis prosa Indonesia dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a. Prosa Naratif
yaitu karangan berisi penceritaan suatu peristiwa ataukejadian dengan tujuan
pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang diceritakan dalam karangan.
b. Prosa Deskriptif
yaitu karangan berisi penggambaran suatu objek secara detail sehingga
pembaca seolah-olah melihat dan merasakan sendiri objek yang
digambarkan dalam karangan.
c. Prosa Eksposisi
yaitu karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi
sejelas-jelasnya agar pembaca memahami isi pengetahuan atau informasi
dengan benar.
d. Prosa Argumentasi
yaitu karangan berisi ide atau gagasan yang dilengkapi data-data kesaksian
yang bertujuan memengaruhi pembaca untuk enyatakan persetujuannya
terhadap gagasan dalam karangan.
3. Unsur-Unsur Prosa
Layaknya seperti karya sastra yang lain prosa juga memiliki unsur-unsur
pembangun yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik. Berikut ini akan dibahas
mengenai unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam prosa. Unsur intrinsik prosa
terdiri atas :
3.1 Tema
yaitu pokok masalah atau persoalan sebagai dasar karangan, yang
diungkapkan dalam suatu cerita oleh pengarang. Tema prosa fiksi terutama
novel terdiri atas tema utama dan beberapa temabawahan. Sedangkan untuk
cerpen (cerita pendek) hanya memiliki tema utama saja.
3.2 Alur/Plot
Yaitu urutan atau kronologi peristiwa yang dilukiskan pengarang dalam suatu
cerita rekaan yang terjalin satu dengan lainnya. Alur dapat diklasifikasikan
menjadi tiga macam yaitu alur umum dengan tahapan sebagai berikut :
(1) Eksposisi (Perkenalan/Pengantar)
Eksposisi adalah proses pemaparan dan pengenalan informasi penting
kepada pembaca. Melalui eksposisi seorang pengarang mulai melukiskan
atau memaparkan suatu keadaan, baik keadaan alam maupun tokoh-tokoh
yang ada di dalam cerita tersebut serta informasi-informasi yang akan
disampaikan pengarang kepada pembaca melalui uraian eksposisi tersebut.
(2) Komplikasi (Pemunculan Masalah)
Komplikasi adalah permasalahan yang muncul dan terjadi di antara para
tokoh, baik tokoh dengan tokoh, tokoh dengan tempat, maupun tokoh
dengan suasana yang terdapat dalam cerita rekaan.
(3) Klimaks (Puncak Ketegangan)
Klimaks adalah suatu permasalahan yang telah mencapai puncaknya
(meruncing) dalam pengembangan peristiwa/cerita.
4) Antiklimaks (Ketegangan Menurun/peleraian)
Antiklimaks adalah suatu hal yang ditandai dengan menurunnya tingkat
permasalahan yang terjadi pada tokoh dalam pengembangan
peristiwa/cerita.
(5) Resolusi (Penyelesaian)
Resolusi adalah kejadian akhir yang merupakan penyelesaian permasalahan
atara tokoh dalam pengembangan cerita.
Berdasarkan tahapan alur dalam sebuah karangan/cerita, alur dapat
dibedakan menjadi alur lurus, arus sorot balik, dan alur campuran.
(6) Alur Lurus (Alur Maju/Alur Agresif)
merupakan rangkaian cerita yang dikisahkan dari awal hingga akhir tanpa
mengulang kejadian yang telah lampau.
(7) Alur Sorot Balik (Alur Mundur/Alur Regresif/Flash Back)
merupakan rangkaian cerita yang mengisahkan kembali tokoh di masa
lampau.
Alur Campuran merupakan gabungan antara alur maju dan alur sorot balik.
Berdasarkan hubungan tahapan-tahapan dalam pengembangan
peristiwa/cerita, alur dapat dibedakan menjadi alur rapat dan alur renggang.
Alur Rapat adalah alur yang terbentuk bila alur pembantu mendukung alur
pokoknya, sedangkan alur renggang adalah alur yang terbentuk bila alur
pokok tidak didukung oleh alur pembantu.
Berdasarkan kuantitasnya alur juga dapat dibedakan menjadi Alur
Tunggal dan alur ganda. Alur tunggal yaitu alur yang hanya terjadi pada
sebuah cerita dan memiliki satu jalan cerita saja. Alur ini umumnya terdapat
di dalam cerpen. Alur Ganda yaitu alur yang terjadi pada sebuah cerita dan
memiliki jalan cerita lebih dari satu. Alur ini umumnya terdapat pada novel.
3.3 Tokoh
yaitu pelaku di dalam cerita yang berperan dalam setiap insiden
permasalahan. Tokoh dalam cerita dapat dibedakan sebagai berikut :
(1) Tokoh Protagonis (tokoh utama/tokoh sentral)
yaitu tokoh dalam cerita yang umumnya bersifat baik dan pembawa amanat
cerita yang ditulis pengarang.
(2) Tokoh Antagonis (tokoh kontra)
yaitu tokoh lawan/tokoh penentang tokoh utama/protagonis, umumnya
memiliki sifat jahat.
(3) Tokoh Tritagonis (tokoh komplementer/ tokoh pelerai)
yaitu tokoh sampingan yang berperan sebagai tokoh pelerai antara tokoh
protagonis dan antagonis.
3.4 Penokohan
yaitu perwatakan atau karakteristik tokoh cerita. Untuk melihat atau
mengamati penggambaran watak atau karakteristik tokoh cerita dapat
dilakukan dengan metode analitik, dramatik, dan kontekstual.
(1) Metode analitik adalah cara penggambaran watak/karakter tokoh cerita
secara langsung (eksplisit) misalnya penyayang, penyabar, keras kepala, baik
hati, pemarah, dan sebagainya.
(2) Metode dramatik adalah cara penggambaran watak/karakter tokoh cerita
melalui percakapan tokoh dan perbuatan/tindakan yang dilakukan tokoh,
misalnya dialog tokoh, jalan pikiran tokoh, perasaan tokoh, perbuatan tokoh,
sikap tokoh, gambaran fisik, dan sebagainya.
(3) Metode kontekstual adalah cara penggambaran watak tokoh melalui
konteks verbal yang mengelilinginya. Lebih jelasnya, karakter tokoh dapat
dilihat dan dipahami dengan memberikan suatu lingkungan yang mengelilingi
tokoh, misalnya: kamar tokoh, rumah tokoh, tempat kerja atau tempat tokoh
berada. Watak tokoh terdiri atas sifat, sikap, dan kepribadian tokoh.
Penokohan dapat dilakukan melalui dimensi fisik, psikis, dan sosial.
3.8 . Amanat
yaitu pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui cerita yang
itulisnya. Pengarang menyampaikan amanatnya secara eksplisit dan implisit
Amanat eksplisit adalah amanat pengarang yang disampaikan tertulis dalam
arangan/ cerita sehingga pembaca dapat dengan mudah menemukan
amanat, sedangkan amanat implicit adalah amanat yang disampaikan
pengarang secara tersirat ( tersembunyi) dalam cerita. pembaca agak sulit
menemukan amanat implisit dalam cerita. pembaca harus membaca
keseluruhan isi cerita tersebut. Unsur ekstrinsik prosa yakni unsur-unsur
yang berasal dari luar karya sastra, unsur-unsur ekstrinsik ini meliputi:
nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi); latar belakang
kehidupan pengarang; dan situasi sosial ketika cerita itu diciptakan.
4. Jenis Prosa
Berdasarkan jenisnya, prosa dapat dikelompokan menjadi prosa lama
dan prosa baru. Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat
pengaruh dari kebudayaan barat. Pada awalnya prosa lama berbentuk lisan
karena pada masa itu belum ditemukan alat tulis-menulis. Namun, sekarang
prosa lama juga dapat ditemukan dalam bentuk tulisan seperti hikayat,
sejarah, kisah, dan dongeng. Adapun pengertian bentuk-bentuk prosa lama
tersebut adalah:
1. Hikayat
merupakan cerita yang berisi tentang kehidupan para dewi, dewa, pangeran,
raja, dan lain-lain. Cerita-cerita yang ada di dalam hikayat bersifat fiksi dan
tidak masuk akal. Contohnya adalah HikayatHang Jebat, Hikayat Nabi
Sulaiman, Hikayat Raja Bijak, dan lain-lain. Sejarah (Tambo) adalah salah
satu bentuk prosa lama yang bercerita tentang peristiwa-peristiwa tertentu.
2. Sejarah
SEJARAH sastra lama berbeda dengan sejarah yang ditulis pada masa kini.
Kebanyakan sastra lama sejarah disampaikan dengan menambahkan
penyedap atau bumbu-bumbu cerita sehingga terdengar lebih menarik,
sedangkan sejarah yang ditulis pada masa kini sama persis dengan kejadian
sebenarnya dan dapat dibuktikan dengan fakta. Contoh bentuk prosa lama
sejarah adalah Sejarah Melayu yang ditulis oleh Tun Sri Lanang pada tahun
1612.
3. Kisah
adalah prosa lama yang berbentuk cerita-cerita pendek. Biasanya kisah
bercerita tantang sebuah perjalanan, pengalaman atau petualangan
orang-orang dahulu. Salah satu contoh prosa lama kisah adalah Kisah Raja
Abdullah menuju Kota Mekah.
4. Dongeng
Salah satu bentuk prosa lama yang sangat populer. Bentuk prosa lama ini
bercerita tentang khayalan-khayalan masyrakat pada zaman dahulu. Ragam
dan bentuk dongeng pun berbeda-beda sesuai dengan isinya.
Bentuk-bentuk dongeng antara lain:
1) Myth (Mitos)
Mite atau Myth adalah dongeng yang bercerita tentang kepercayan terhadap
alam gaib atau benda-benda magis. Contoh: Ratu Pantai Selatan, Batu
Menangis, asal-usul kuntilanak, dan lain-lain.
2) Legenda
Bentuk dongeng ini bercerita tentang riwayat atau asal-usul terjadinya
sesuatu. Contohnya adalah Legenda Tangkuban Perahu, Legenda Pulau
Jawa, dan lain-lain.
3) Fabel
Fabel merupakah bagian dari jenis cerita rakyat. Cerita rakyat dikenal sebagai
cerita yang mengandung unsur fantasi dan berkembang secaraleluhur di
masyarakat. Fabel sering disebut sebagai cerita binatang karena pelaku
utamanya terdiri atas para binatang. Fabel ditulis dengan pesan tertentu,
dengan tujuan memberi pelajaran hidup kepada pembaca melalui perilaku
binatang yang menjadi tokoh cerita. Dalam fabel tidak tertutup kemungkinan
adanya tokoh manusia serta benda-benda lain yang dapat berlaku seperti
manusia. Fabel bercerita tentang kehidupan sehari-hari. Di Indonesia
binatang yang sering menjadi tokohutama fabel terutama kancil.
Selain bersifat menghibur, cerita rakyat juga merupakan sarana untuk
mengetahui: (1) asal-usul nenek moyang, (2) jasa atau teladan pendahulu
kita, (3) hubungan kekerabatan atau silsilah, (4)asal mula suatu tempat, (5)
adat-istiadat, dan (6) sejarah benda pusaka (Pusat Bahasa, 2003:26). Pada
umumnya para pengarang cerita rakyat tidak diketahui namanya atau bersifat
anonim. Menurut jenisnya, cerita rakyat dapat dibagi menjadi: mite, legenda,
dan fabel.
4) Sage
Bentuk dongeng ini menceritakan tentang kisah-kisah kepahlawanan,
keberanian, maupun kisah kesaktian seseorang. Contohnya Ciung Winara,
Patih Gadjah Mada, Calon Arang, dan lain-lain.
6) Mite
Mite berhubungan dengan kepercayaan masyarakat tentang dewa-dewi dan
kejadian gaib atau misteri. Contoh mite yang terkenal yaitu cerita tentang
Nyai Loro Kidul.
7) Legenda
merupakan cerita yang berhubungan dengan seorang tokoh, peristiwa
sejarah, tempat, atau kejadian alam. Legenda berisi perpaduan antara
kenyataan faktual dengan mitos atau khayalan. Contoh legenda antara lain
yaitu kisah Tangkuban Perahu.
Prosa Baru
Prosa Baru adalah bentuk prosa yang muncul setelah mendapat pengaruh dari
budaya-budaya asing atau barat. Bentuk prosa ini muncul setelah prosa lama
dianggap telah kuno. Bentuk-bentuk prosa baru antara lain:
1. Roman
Roman adalah prosa baru yang menceritakan tentang kehidupan seseorang, dimulai
dari lahir hingga kematiannya. Prosa ini menyajikan suatu aspek kehidupan
masyarakat secara utuh dan menyeluruh serta memiliki banyak alur yang
bercabang-cabang. Salah satu contoh roman adalah Layar Terkembang karya Sultan
Takdir Ali Syahbana.
2. Novel
Bentuk prosa baru ini menceritakan sebuah cerita atau kisah yang panjang. Novel
menceritakan sebagian kehidupan seseorang sebagai tokoh utama yang engandung
beberapa konflik. Konflik-konflik tersebutlah yang mengubah kehidupan pelaku
utamanya. Contohnya adalah Novel Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Ave Maria, dan
lain-lain.
3. Cerpen
Cerpen adalah salah satu bentuk prosa baru yang cukup populer.
Prosa baru ini menceritakan sebuah pengalaman atau sebgaian kecil kisah pelaku
utamanya. Perbedaan cerpen dengan novel adalah konflik. Pada cerpen hanya satu
konflik dan tidak meyebabkan perubahan sikap pada tokoh utama, sedangkan pada
novel banyak ditemukan konflik. Contoh cerpen antara lain Robohnya Surau Kami
karya A.A Navis, Keluarga Gerilya karya Pramoedya Ananta, dan lain-lain. Cerpen
dipelopori oleh Nathaniel Hawthorne dan Edgar Allan Poe, dan mulai berkembang di
Amerika Serikat pada abad ke-19. Di Indonesia M. Kasim dianggap sebagai pelopor
cerpen dengan terbitnya cerpen Teman Duduk pada tahun 50-an. Ayip Rosidi
menyingkat kata ‘cerita pendek’ menjadi cerpen, dan istilah itu populer hingga saat
ini. Menurut Eddy (1991:46) ciri utama sebuah cerpen meliputi: (1) hanya
mengungkap satu masalah tunggal atau satu ide pusat, (2) menunjukkan adanya
kebulatan cerita, serta (3) memusatkan perhatian pada satu tokoh utama dan pada
satu situasi tertentu. Karena waktu penceritaannya yang pendek, maka cerpen hanya
berisi satu episode kehidupan manusia. Sebagai karya imajinatif, hal yang diceritakan
belum tentu pernah terjadi tetapi mungkin saja dapat terjadi, karena cerpen dibuat
berdasarkan kenyataan kehidupan. Selain itu, kekuatan cerpen terletak pada
penggunaan bahasanya yang sederhana namun sugestif. Membaca cerpen berarti
mencoba memahami manusia dan memperoleh nilai-nilai kehidupan, bukan sekadar
mengetahui jalan cerita. Oleh sebab itu, unsur perwatakan tokoh lebih dominan
dibandingkan dengan unsur cerita.
4. Riwayat
Riwayat menceritakan sebuah kisah yang berisi tentang pengalaman-pengalam
hidup seseorang yang diangkat dari kisah nyata orang tersebut dari lahir hingga
meninggal. Biasanya yang diceritakan adalah tokoh-tokoh terkenal dan
menginspirasi orang banyak. Ada beberapa jenis riwayat yaitu biografi dan
otobiografi. Biografi merupakan kisah tokoh yang ditulis oleh orang lain, sedangkan
otobiografi kisah yang ditulis oleh orang yang bersangkutan.
5. Kritik
Kritik berbentuk sebuah uraian pertimbangan seseorang terhadap suatu hasil kerja
atau karya orang lain. Kritik berisi alasan-alasan tertentu dan bersifat objektif atau
menghakimi.
6. Resensi
Resensi adalah prosa baru yang isinya membicarakan atau
mengulas suatu karya baik yang berbentuk buku, film, lagu maupun
jenis karya seni lainnya. Resensi bertujuan untuk memberikan
penilaian terhadap suatu karya baik dari segi tema, tokoh, alur dan
unsur-unsur lainnya agar menjadi pertimbangan bagi pembaca
untuk menikmati atau tidak karya tersebut.
7. Esai
Bentuk prosa baru yang terakhir adalah Esai. Prosa ini berisi
tulisan-tulisan yang berisi pendapat pribadi penulisnya terhadap
sesuatu yang sedang menjadi bahan pembicaraan hangat di
masyarakat.
Jenis prosa fiksi yang banyak dikenal orang yaitu cerita pendek (cerpen) dan novel.
Dahulu orang membedakan antara novel dengan roman. Pada modul ini
pembahasan dibatasi hanya paca cerpen dan fabel yang merupakan bagian dari
cerita rakyat.
Mengapresiasi Prosa
Kata apresiasi secara harfiah berarti ‘penghargaan’ terhadap suatu objek, hal,
kejadian, atau pun peristiwa. Untuk dapat memberi penghargaan terhadap sesuatu,
tentunya kita harus mengenal sesuatu itu dengan baik dan dengan akrab agar kita
dapat bertindak dengan seadil-adilnya terhadap sesuatu itu,
sebelum kita dapat memberi pertimbangan bagaimana penghargaan yang akan
diberikan terhadap sesuatu itu. Kalau yang dimaksud dengan sesuatu itu adalah
karya sastra, lebih tepat iagi karya sastra prosa, maka apreciasi berati memberi
penghargaan dengan sebaik-baiknya dan seohjektif mungkin
terhadap karya sastra prosa itu. Penghargaan yang seobjektif mungkin, artinya
penghargaan itu dilakukan setelah karya sastra kita baca, kita telaah unsur-unsur
pembentuknya, dan kita tafsirkan berdasarkan wawasan dan visi kita terhadap karya
sastra itu.
Seperti sudah dibicarakan, prosa atau prosa fiksi adalah sebuah bentuk karya sastra
yang disajikan dalam bentuk bahasa yang tidak terikat oleh jumlah kata dan unsur
musikalitas. Bahasa yang tidak terikat itu digunakan untuk menyampaikan tema atau
pokok persoalan dengan sebuah amanat yang ingin disampaikan berkenaan dengan
tema tersebut. Oleh karena itu, dalam
apresiasi dengan tujuan membenkan penghargaan terhadap karya prosa itu, kita
haruslah bisa “membongkar” dan menerangjelaskan hal-hal yang berkenaan dengan
ukuran keindahan dan “kelebihan” karya prosa itu. Dengan demikian, penghargaan
yang diberikan dapat diharapkan bersifat tepat dan objektif. Suatu apresiasi sastra,
menurut Maidar Arsjad dkk dilakukan melalui beberapa tahap kegiatan. Tahap-tahap
tersebut adalah.
1. Tahap penikmatan atau menyenangi.
Tindakan operasionalnya pada tahap ini adalah membaca karya sastra
(puisi atau novel}, menghadiri acara deklamasi, dan sebagainya.
2. Tahap penghargaan. Tindakan operasionalnya, antara lain, melihat kebaikan, nilai,
atau manfaat suatu karya sastra, dan merasakan pengaruh suatu karya ke dalam
jiwa, dan sebagainya.
3. Tahap pemahaman. Tindakan opersionalnya adalah meneliti
dan menganalisis unsure intrinsik dan unsur ektrinsik suatu
karya sastra, serta berusaha menyimpulkannya.
4. Tahap penghayatan. Tindakan operasionalnya adalah rnenganalisis lebih lanjut
akan suatu karya, mencari hakikat atau makna suatu karya beserta argumentasinya;
membuat tafsiran dan menyusun pendapat berdasarkan analisis yang telah dibuat.
5. Tahap penerapan. Tindakan operasionalnya adalah melahirkan ide baru,
mengamalkan penemuan, atau mendayagunakan hasil operasional dalam mencapai
material, moral, dan struktural untuk kepentingan sosial, politik, dan
budaya.
Rangkuman
Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme
(rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti
leksikalnya. Jenis prosa terbagi empat yaitu: naratif, deskriptif, eksposisi, dan
argumentasi. Unsur intrinsik dalam prosa adalah: tema, alur/plot, tokoh ,
penokohan, latar (setting), sudut pandang (Point of View), gaya bahasa, dan amanat.
Tahapan alur dalam prosa adalah; alur lurus, alur sorot balik, dan alur campuran.
Jenis prosa ada dua yaitu prosa lama dan baru. Prosa lama terdiri dari:
hikayat, sejarah (tambo), kisah, dan dongeng. Prosa baru terdiri dari; roman,
novel, cerpen, riwayat, kritik, resensi, dan esai.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menulis prosa deskripsi sebagai berikut.
1. Rumuskan dahulu tujuan yang hendak dicapai oleh penulis;
2. Amatilah dengan seksama objek yang dijadikan topik dalam penulisan tersebut;
3. Buatlah perincian tentang apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan oleh penulis
mengenai objek tersebut,terutama yang berhubungan dengan tujuan penulisan;
4. Supaya kekhususan menonjol, berilah penjelasan tambahan.
Adapun teknik yang dapat digunakan dalam menulis prosa yaitu teknik
reportase, evita, kenangan lama, dan teknik dia.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi. Mata
Pelejaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah
Tsanawiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 2004.
Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hidayat, Kosasi.1994. Evaluasi Pendidikan dan Penerapan dalam PengajaranBahasa
Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Husen, Akhlan, dkk. 1997. Telaah Buku Kurikulum dan Buku Teks. Jakarta:Depdiknas.
Junaedi, Moha. 1982. Apresiasi Sastra II. Ujung Pandang: FPBS IKIP Press.
Kosasih, E. 2004. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan, Cermat
Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Lado, Robert. Language Teaching. Amerika: MC Grow Hill. 1964
Melani Budianta, dkk. Membaca Sastra. (Magelang : Indonesia Tera, 2006) hal :188
Mien, Rukmieni.2000. Apresiasi Drama Secara Produktif. Jakarta: Depdikbud.
Nasution, S.. 1988. Asas-asas Kurikulum. Bandung: Jemmars.
Purwanto, Ngalim.(1990). Psikologi Pendidikan.Bandung: CV Remaja Karya
P. Suparman Natawidjaja, 1982. “Apresiasi sastra dan budaya” .
Rosidi Ajip. Kapankah Kesusteraan Indonesia Lahir?. Jakarta: Gunung Agung.1983
Rusyana, Y. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan.
Bandung:D ipenogoro.
Ramelan, Kastoyo. 1980. Seni Drama. Jakarta: Tiga Serangkai
Santrock, J.W. (2002). Life Span Development, Perkembangan Masa
Hidup( Terjemahan). Jakarta: Erlangga
Tjokroatmodjo dkk. 1985. Pendidikan Seni Drama Suatu Pengantar. Surabaya:Usaha
Nasional
Widjoko dan Endang Hidayat Teori dan Sejarah Sastra Indonesia. Bandung:
UPIPRESS. 2007.
GLOSARIUM
afektif : berkenaan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat,
penerimaan atau penolakan terhadap sustu objek
amanat : suatu ajaran moral yang ingin disampaikan pengarang
drama heroik : jenis tragedi berlebihan dalam model Inggris
drama tragedi : sebuah permainan dengan akhir yang menyedihkan
drama : bentuk karya sastra yang berusaha mengungkapkan perihal kehidupan
manusia melalui gerak percakapan di atas panggung ataupun suatu karangan yang
disusun dalam bentuk percakapan dan dapat yang dipentaskan
efek : dampak atau pengaruh
ekspresi : mengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan atau
menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dsb)
ekspresif : mengungkapkan (gagasan, maksud, perasaan) dengan baik dan gerak
anggota badan sesuai.vokasional : Berkaitan dengan kejuruan atau bidang tertentu
implisit : termasuk (terkandung) di dalamnya (meskipun tidak dinyatakan secara jelas
atau terang-terangan); tersimpul di dalamnya; terkandung halus; tersirat
karakter : ciri, sifat diri, akhlak atau budi pekerti, kepribadian dari
seseorang yang dalam hal ini adalah peserta didik
komedi : adalah untuk menghibur
kondisi eksternal : rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi
individu dalam proses pembelajaran.
kondisi internal : keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu
konvensi : Kesepakatan
melodrama : hubungan yang rendah dari sebuah tragedi
pembelajaran : adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
pendidik : tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.
pendidikan : usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses
pembelajaran pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
penokohan : permasalahan bagaimana cara menampilkan tokoh
point of view : adalah cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang
sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang
membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca
produktif : bersifat menghasilkan produk dalam hal keterampilan berbahasa,
contohnya keteampilan berbicara dan menulis
rangkuman : bentuk tulisan singkat yang disusun dengan alur dan sudut pandang
yang bebas, tidak perlu memberikan isi dari seluruh karangan secara proporsional.
Disebut juga Ikhtisar
refleksi : sebagai jawaban suatu hal atau kegiatan yang datang dari l
reseptif : Keterampilan berbahasa yang bersifat menerima,
contohnya keterampilan menyimak dan membaca
ringkasan : Bentuk tulisan singkat yang disusun dengan alur dan sudut pandang yang
sama seperti karangan aslinya