Anda di halaman 1dari 13

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)
A. Identitas
Nama Sekolah

: MAN 2 Pontianak

Mata Pelajaran

: Bahasa Indonesia

Kelas/Semester
Standar Kompetensi

: XI/Genap
: 11. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca
cepat dan membaca intensif

Kompetensi Dasar

: 11.1. Mengungkapkan pokok-pokok isi teks dengan memba


cepat

Indikator

: 11.1.1. Membaca cepat + 300 kata per menit


11.1.2. Menjawab secara benar 75% dari seluruh pertanyaan
yang tersedia
11.1.3. Mengungkapkan pokok-pokok isi bacaan

Alokasi Waktu

: 2 45 menit ( 1 pertemuan)

B. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu:
1. Membaca cepat + 300 kata per menit
2. Menjawab secara benar 75% dari seluruh pertanyaan yang tersedia
3. Mengungkapkan pokok-pokok isi bacaan
C. Materi Pembelajaran

Kegiatan membaca merupakan sebuah proses pemerolehan informasi. Tentu saja


kegiatan ini sangat bermanfaat. Bahkan, beberapa orang menjadikan kegiatan
membaca sebagai kegemarannya.
Bagi mereka yang terbiasa membaca berbagai jenis bacaan mengakui bahwa
melalui kegiatan membaca dapat menambah pengetahuan dan memperluas
cakrawala berpikir mereka. Proses alih pengetahuan dan peningkatan peradaban
suatu bangsa sebenarnya dapat dipercepat melalui kegiatan membaca.
Saat ini semua orang dituntut menjadi pembaca cepat dan efektif. Hampir seluruh
informasi dari buku-buku, majalah, koran, internet dan dokumen-dokumen
disajikan dalam bentuk bacaan. Untuk membaca semua itu diperlukan daya baca
yang tinggi.
Menurut Soedarso dalam Tukan (2007) membaca merupakan aktivitas yang kompleks
dengan mengarahkan sejumlah tindakan yang terpisah-pisah. Sejumlah tindakan
tersebut meliputi : a) menggunakan pengertian dan khayalan, b) mengamati, dan c)
mengingat.
Dengan membaca cepat , Anda akan
mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang singkat. Untuk
mendapatkan hasil yang optimal, Anda harus memperhatikan teknik membaca
cepat.

Manfaat membaca cepat antara lain,sbb


1. Menghemat waktu
2. Meningkatkan efisiensi
3. Memiliki nilai menyenangkan dan menghibur
4. Memperluas cakrawala mental
5. Membantu berbicara secara efektif
6. Membantu menghadapi ujian
Kemampuan membac cepat mencakup dua kemampuan, yaitu kemampuan skimming
dan scanning (membaca memindai)
1. Skimming adalah tindakan mencari gagasan pokok atau hal-hal penting dari
bacaan secara cepat.
Skimming dilakukan jika seseorang ingin:
a. mengenali topik bacaan atau memilih bacaan;
b. mengetahui pendapat seseorang secara umum;
c. mendapatkan bagian penting dari suatu bacaan tanpa membaca keseluruhan;
d. melakukan penyegaran akan apa yang pernah dibaca.
e.
Adapun hal-hal yang harus dihindari ketika membaca adalah :
a. bersuara
b. menggerakkan bibir
c. menggunakan alat penunjuk
d. menggerakkan atau menggeleng-gelengkan kepala
e. mengulang bacaan atau regresi
Rumus membaca cepat
Jumlah kata
Jumlah detik dalam
membaca

x 60 =

Rumus Pemahaman
Jumlah jawaban benar x 100% =
Jumlah soal
D. Metode Pembelajaran
- tanya-jawab
-Unjuk kerja

E. Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah :
Pertemuan 1 (2 45 menit)
No
1

Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Awal

1.1.
1.2.
1.3.

Waktu

Guru melaksanakan presensi dan apersepsi


Guru menyampaikan orientasi (tujuan pembelajaran dan uraian
kegiatan)
Guru memberi motivasi pentingnya kemampuan membaca dan
memahami isi bacaan secara cepat

Kegitan Inti
Guru memberi informasi singkat tentang teknik membaca cepat
Siswa mencoba teknik membaca cepat
Siswa mempraktikkan cara membaca cepat
Siswa menjawab pertanyaan tentang isi bacaan
Siswa menghitung pemahaman terhadap bacaannya
Siswa menghitung kecepatan membaca
Guru memberikan umpan balik atas semua hasil pekerjaan siswa

10 menit

70 menit

Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
3.2.
Guru bersama siswa membahas hasil penghitungan kecepatan
dan pemahaman terhadap isi bacaan

10 menit

F. Sumber Belajar
Buku Mahir Berbahasa Indoneisa SMA Kelas X karya P. Tukan, S.Pd., tahun 2007, hlm.
9. Penerbit Yudhistira, Jakarta.

Buku Buku Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk SMA dan MA Kelas
XI,karya Alex Suryanto dan Agus Haryanta, tahun 200,7 hlm. 110. Penerbit esis,
Jakarta.

G. Penilaian
1. Teknik

: Tertulis

2. Bentuk Instrumen: Pilihan


3. Soal/Intrumen

1. Ukurlah kecepatan membaca kalian dengan dengan menggunakan stop


watch teks Sebuah Keluarga untuk Si Kecil

Sebuah Keluarga untuk Si Kecil


Tawa dan celoteh anak-anak terdengar dari balik dinding. Kegaduhan itu tak
mengusik 15 perempuan yang sedang berdiskusi di dalam kelas. Mereka asyik
bertukar pengalaman dan mengasah teori mengenai pola-pola pengasuhan anak.
Dua pekan silam, 15 wanita itu datang jauh-jauh ke Lembang, Jawa Barat,
meninggalkan rumahnya di Banda Aceh, Meulaboh, dan Medan. Mereka adalah
calon ibu asuh yang sedang menjalani pelatihan di SOS Kinderdorf, yang lebih
dikenal sebagai SOS Desa Taruna Lembang.
Motif mereka seragam, Ida Riyani, 25 tahun, perempuan asal Banda Aceh itu,
bergabung dengan SOS Kinderdorf karena ingin membantu anak-anak di kotanya
yang kehilangan orang tua akibat bencana tsunami. Ia tahu SOS Kinderdorf dari
siaran radio. Kendati sempat kaget setelah mengetahui ada larangan menikah
selama menjadi ibu asuh, Ida tetap meneruskan langkahnya.
Menikah juga ujung-ujungnya mempunyai anak. Di sini tidak perlu menikah
tapi sudah punya anak. Sama saja.
Peserta lain adalah Rosamaeda Purba, 42 tahun. Hati janda beranak dua itu
terpincut SOS Kinderdorf karena lembaga kegiatannya sekilas mirip panti
asuhan itu melarang anak-anak asuhnya diadopsi.Saya tertarik metode mendidik
anak di sini dengan pendekatan sebuah keluarga, ujar perempuan yang tadinya
berdagang baju di Medan itu.
Mereka semua akan menjalani pendidikan di Lembang selama tiga bulan.
Sebuah korting besar dari masa pelatihan yang lazimnya selama dua tahun, mulai
dari proses wawancara, tes, pembekalan teori, dan magang menjadi ibu asuh.
Ada pengecualian, kata pimpinan SOS Desa Taruna Lembang, Sutrisno Setiawan.
Para peserta pelatihan itu diterima menjadi ibu asuh di perkampungan SOS
Desa Taruna, yang sedang dibangun di Banda Aceh, Meulaboh, dan Medan.
Mereka akan mengasuh anak-anak korban gempa dan tsunami di Aceh dan Nias
hampir dua tahun lalu.
Setiap pekan, para calon ibu asuh di Desa Taruna itu berpindah rumah.
Mereka magang dan melakukan pekerjaan yang sama seperti ibu asuh di rumahrumah itu. Sebagai selingan, selama tiga jam setiap hari mereka mendapat
pembekalan teori mengenai pola pengasuhan anak dari pengelola desa.
Mari kita teropong kegiatan para ibu asuh. Teriakan seorang perempuan
terdengar dari dalam rumah, Fatur, main sepeda di luar, ya. Seorang bocah
terlihat segera menghela sepeda kecilnya ke halaman. Di sana ia berputar-putar

dengan sepedanya seperti hendak pamer. Sri Andiani, perempuan yang tadi
berteriak, cuma memperhatikan sambil tersenyum.
Di dalam rumah, seorang perempuan muda lain sedang menyetrika pakaian. Dia
Santi, kini sedang menuntut ilmu di Jurusan Psikologi Universitas Persada
Indonesia YAI, Jakarta. Tak lama kemudian, masuk seorang anakberseragam
sekolah dasar. Assalamualaikum,gadis kecil itu menguluk salam sambil
menghampiri dan mencium tangan Sri Andiani. Dia Desy Indah Sari. Seorang
anak lain menyusul masuk. Namanya Selmi Fitriani.
Dalam soal anak, perempuan berperawakan sedang dengan rambut pendek itu
memang terhitung subur. Selain empat anak tadi, dia masih memiliki dua anak
lain. Simak pula pengakuannya ini,Saya telah mantu 10 kali dan memiliki 15 cucu.
Jadi, wanita 48 tahun ini punya 16 anak? Betul, tapi semuanya bukan anak
kandungnya. Inilah berkah yang didapat Sri Andiani sebagai ibu asuh di perkam
pungan SOS Desa Taruna, Cibubur, Jakarta Timur. Jumlah anak yang ia asuh
sejak menjadi ibu pada 1984 bahkan lebih dari angka tersebut. Mereka adalah
anak-anak dari keluarga tak mampu menjadi asuhan Yayasan SOS Desa Taruna.
Sri berperan layaknya ibu kandung bagi anak-anak tersebut. Dia harus
mendampingi saat mereka belajar. Mendengarkan berbagai keluh-kesah. Datang
ke sekolah untuk mengambil rapor, atau menyelesaikan masalah yang mereka
dapat di tempat mereka belajar.
Bila anak-anak itu kekurangan uang, duit gajinya yang tak seberapa pun ia
berikan. Bahkan anak-anak yang sudah tak tinggal di rumah kadang-kadang masih
menadahkan tangan. Soalnya, Hanya aku ibu yang mereka kenal,ujarnya.
Di rumah lain, ada Supriatni. Perempuan 37 tahun ini mengurus 12 anak.
Ketika Tempo bertandang pecan lalu, anak-anak berusia sekolah dasar mondarmandir di ruang tamu - ruang yang hanya dipisahkan oleh lemari rendah dengan
meja makan yang sekaligus menjadi meja belajar. Untuk tidur, mereka harus
berbagi tilam di empat kamar.
Mengurusi anak-anak dengan latar belakang berbeda sebagian yatim, lainnya
dititipkan orang tua yang tak mampu jelas bukan hal mudah. Sri bercerita
pernah memiliki empat anak bersaudara kandung yang terlibat bermacam
masalah. Anak pertama mogok sekolah dan meninggalkan rumah. Adiknya, yang
sempat kuliah di Universitas Padjajaran, Bandung, terlibat pemakaian narkoba.
Seorang adiknya yang lain kabur hanya sebulan sebelum mengikuti ujian sekolah
menengah kejuruan. Si bungsu lari saat pendidikan di balai latihan kerja. Tentu
saja Sri stress. Biasanya, ia lalu berusaha menenangkan pikiran dengan jalanjalan sendiri keluar rumah. Setelah pikiran tenang, barulah ia kembali ke rumah.

Ada pula cerita mengesankan. Supriatni menuturkan seorang anaknya pernah


mencuri uang. Uang kertas Rp 500 itu kemudian disobek menjadi tiga potongan.
Begitu Supriatni pulang, si anak ingin menukar potongan uang kertas itu menjadi
uang receh untuk jajan.
Saat ditanya kenapa uang kertas itu dipotong, si anak menjawab jujur.,Dari
nyuri kemudian harus dibagi bertiga. Jawaban itu mau tak mau membuat
Supriatni tersenyum.
Soal 2
Tulislah huruf S (sesuai) jika pernyataan berikut sesuai dengan isi teks, dan TS jika
sebaliknya!
1. Ida Riyani mengetahui informasi tentang SOS Kinderdorf dari temannya.
2. Salah satu syarat menjadi pengasuh di SOS Kinderdorf adalah larangan menikah
selama menjadi ibu asuh.
3. Aktivitas SOS Kinderdorf mirip panti asuhan, tetapi melarang anak-anak asuhnya
diadopsi.
2.
SOS Desa Taruna Lembangdipimpin oleh Sutrisno Setiawan.
3. Setiap pekan, para calon ibu asuh juga melakukan magang.
4. Selain mendapatkan pembekalan teori, calon ibu asuh juga melakukan magang.
5. Sri Andiani adalah ibu asuh di SOS Desa Taruna, Cibubur, yang memiliki 16 anak
asuh.
8. Tugas ibu asuh adalah memberikan nafkah buat anak-anak asuhnya.
9. Supriatni, perempuan 37 tahun, mengurus 12 anak asuh.
10.Jika ada masalah, Supriatni menenangkan pikiran dengan jalan-jalan sendiri
keluar rumah.
Soal 3
Tentukan pokok-pokok isi bacaan di atas
Kunci Jawaban
Tes 1
Dengan menggunakan rumus = Jumlah kata yang dibaca 60 =kpm .
Jumlah detik untuk membaca
Tes 2
1.
2.
3.
4.
5.

TS
S
S
S
S

6. S
7. S
8. TS
9. S
10. S

Tes 3
Pokok-pokok Isi bacaan di atas adalah
a. Lima belas calon ibu asuh sedang menjalani pelatihan di SOS Desa Taruna
Lembang
b. Motivasi wanita tersebut mengikuti pelatihan
c. Wanita tersebut akan mengikuti pelatihan selama tiga bulan
d. Mereka akan mengasuh anak-anak korban gempa di Aceh dan Nias
e. Setiap pecan para wanita tersebut (calon ibu asuh) akan berpindah tempat
f. Kegiatan dan pengalaman para ibu asuh
Pedoman Penilaian
Tes 1
kecepatan
kecepatan
kecepatan
kecepatan
kecepatan
Tes 2
1. betul
2. betul
3. betul
4. betul
5. betul
6. betul
7. betul
8. betul
9. betul
10. betul

membaca
membaca
membaca
membaca
membaca

250--300
200249
150199
100149
di bawah 100

skor= 10
skor =10
skor =10
skor= 10
skor= 10
skor= 10
skor= 10
skor= 10
skor= 10
skor =10

Nilai Siswa= Skor perolehan X 100


Skor maksimal
Tes 3
Enam pokok isi bacaan
=6
Lima pokok isi bacaan
=5
Empat pokok isi bacaan = 4
Tiga pokok isi bacaan
=3
Dua pokok isi bacaan
=2
Satu pokok isi bahasan = 1
Nilai Siswa = Skor perolehan X 100
Skor maksimal

:
:
:
:
:

100
90
80
70
60

Mengetahui:
Kepala MAN 2 Pontianak,

Drs. H. Hamdani, S.Pd.


NIP 195706231979031003

Guru Mata Pelajaran,

Dra. Ida Novianti


NIP 196511061989032002

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
A. Identitas
Nama Sekolah

: MAN 2 Pontianak

Mata Pelajaran

: Bahasa Indonesia

Kelas/Semester

: XI/Genap

Standar Kompetensi

: 11. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca cepat dan


membaca intensif

Kompetensi Dasar

: 11.2. Membedakan fakta dan opini pada editorial dengan


memba-ca intensif
: 11.2.1. Menemukan fakta dan opini pada editorial

Indikator

atau tajuk rencana


11.2.2. Membedakan fakta dengan opini
11.2.3. Meringkas isi editorial atau tajuk
rencana
Alokasi Waktu

: 2 45 menit (1 pertemuan)

B. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu:

1. Menemukan fakta dan opini pada editorial atau tajuk rencana


2. Membedakan fakta dengan opini
3. Meringkas isi editorial atau tajuk rencana

C. Materi Pembelajaran
Dalam surat kabar, dapat ditemukan tulisan berupa opini, fakta, dan iklan.
Tulisan yang berisi pendapat, bisa ditemukan dalam bentuk kolom artikel, surat
pembaca, atau tajuk rencana. Artikel berisi pendapat dari kolumnis ataupun
penulis artikel yang biasanya berasal dari para pakar di bidangnya. Surat pembaca
berisi pendapat, ide, atau pengalaman dari para pembaca.
Tajuk rencana atau sering juga disebut editorial adalah sejenis artikel yang ditulis
dalam kolom khusus pada surat kabar atau majalah. Tajuk rencana ini lazim ditulis
pada sisi kiri atas salah satu halaman surat kabar atau halaman dalam majalah.
Tajuk ditulis oleh salah seorang penulis tetap dari surat kabar, wartawan, atau
pihak tim redaksi, yang mengungkapkan pendirian redaksi surat kabar atau
majalah terhadap beberapa pokok masalah yang dianggap paling penting atau

masalah yang sedang hangat terjadi di masyarakat.


Tajuk rencana mengandung fakta dan opini.
Fakta adalah hal, keadaan atau peristiwa yang merupakan kenyataan atau sesuatu yang
benar-benar ada atau terjadi.
Fakta dapat berbentuk gambar, tanggal, peristiwa, data statistik, tabel, peristiwa, dan
grafik
Pendapat dapat berupa saran, kritik, tanggapan, harapan, nasihat, atau ajakan.
Opini adalah pendapat, pikiran, atau pendirian seseorang terhadap suatu hal atau sese
orang.
Pendapat dapat berupa saran, kritik, tanggapan, harapan, nasihat, atau ajakan.
D. Metode Pembelajaran
Tanya jawab
penugasan
E. Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah :
Pertemuan 1 (2 45 menit)
No
1

Kegiatan Pembelajaran

Waktu

Kegiatan Awal

1.1. Guru melaksanakan presensi dan apersepsi


1.2. Guru menyampaikan orientasi (tujuan pembelajaran
10 menit
dan uraian ke- giatan)
1.3. Guru memberi motivasi manfaat dan pentingnya membaca tajuk
rencana
2

Kegitan Inti
2.1. Guru memberi informasi singkat tentang tajuk rencana atau editorial
2.2. Siswa mencari dan membaca contoh tajuk rencana dalam koran yang

70 menit

telah disediakan
Siswa menemukan fakta dan opini penulis dalam tajuk
rencana
2.4. Siswa membedakan fakta dan opini
2.5. Siswa meringkas isi tajuk rencana
2.6. Guru memberikan umpan balik atas semua hasil
pekerjaan siswa
2.7. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
melakukan tanya-jawab
2.3.

Kegiatan Penutup

3.1.
3.2.

Guru melakukan penilaian dan / atau refleksi terhadap


kegiatan yang sudah dilaksanakan
Guru bersama siswa menyimpulkan hasil
pembelajaran

10

menit

F. Sumber Belajar
Buku Bahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI oleh E.K.Djuharmie, dan Asep Juanda, tahun
2005, hlm. 241. Penerbit CV Regina, Bandung.

Buku Bahasa dan Sastra Indonesia 2 Untuk SMA/MA Kelas XI, tahun 2007, hlm.
97-99.

Penerbit PT Galaxy Puspa Mega, Bekasi.

Buku Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk SMA dan MA Kelas XI, oleh
Alex Suryanto dan Agus Haryanta, tahun 2007, hlm. 149-153. Penerbit esis, Jakarta.

G. Penilaian
1. Teknik

: Tertulis

2. Bentuk Instrumen: Esai


3. Soal/Intrumen

1. Bacalah tajuk rencana/editorial berikut ini, kemudian tentukan paragraf mana


yang berupa fakta dan mana yang berupa opini, disertai alasannya!
Infotainment Ghibah
Ketua umum PB NU Kh. Hasyim Muzadi kembali membangkitkan fatwa haram
infotainment dari kuburnya. Yang menjadi objek fatwa haram itu bukan semua
info tainment tentunya. Namun, infotainment yang bernuansa ghibah, yakni
memperbin- cangkan dan mengaduk-aduk kejelekan orang lain di muka umum,
khususnya ormas Islam terbesar di Indonesia tersebut menggelar musyawarah
alim ulama NU di Surabaya pada Juli 2006. Ketika itu, seperti halnya sekarang,
pro-kontra juga mere bak. Namun, setelah itu hilang tak berbekas. Pekerja
infotainment masih terus bisa melanjutkanak aktivitas tanpa terganggu. Mereka
yang terlanjur mengambil spesial isasi ghibah, juga tidak terusik. Publik pun
tetap menikmati tontonan itu, tanpa diba yangi perasaan berdosa-yang
merupakan implikasa dari hukum haram-.
Lantas, kalau fatwa itu dibangkitkan lagi, untuk apa? Hasyim Muzadi, mungkin
akan menjawab, sebagai orang nomor satu di NU, dia punya kewajiban moral
untuk mengeluarkan imbauan dan seruan. Sebagai organisasi para ulama, tentu
bukanlah hal yang salah bila NU bermain di ranah gerakan moral (baca:imbauan).
Sekali lagi, itu bukan hal yang salah. Namun sungguh disayangkan bila
pembangkitan itu ha-nya sebatas menimbulkan pro-kontra,tanpa membuahkan
perubahan apa-apa. Tentu lebih sempurna bila ada langkah lebih jauh dari
sekadar mengingatkan dan mengim bau.
Terlepas dari halal-haram dan terlepas apakah istilah yang digunakan ghibah
apa lah, tentu akal sehat bangsa ini setuju bila mengumbar dan membongkar aib
orang lain yang bersifat privat di muka umum adalah kekeliruan yang diluruskan.
Hanya, siapa yang berani memulai? Memulai di sini, tentu dalam konteks langkah
konkret, bukan hanya imbauan. Juga bukan hanya dukungan seperti dilakukan
Menteri Agama Suryadharma Ali.(Jawa Pos, 27 Desember 2009).
Dan yang harus dicatat juga, infotainment ghibah hanyalah satu dari sekian
perso alan kepenyiaran kita. Hasil kreasi yang semata-mata berspirit kapitalistik
(mengejar reating dan keuntungan), teramat banyak jumlahnya. Dari eksploitasi
kekerasan, ade gan yang tak sejalan dengan adat ketimuran (menjurus irotis),
mempertontonkan si- netron mimpi yang berlebihan, hingga menyajikan tontonan
memulai untuk melurus kannya? Bicara lembaga, yang pasti, negeri ini tidak

kekurangan Teramat banyak lem baga yang seharusnya bisa menjadi pionir. Ada
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Menteri Komunikasi dan Informasi, Menteri
Pendidikan, Menteri Agama, Dewan Pers, dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Mereka bisa bicara dan bergerak dari ranah kekuasaan masing-masing.
Untuk selanjutnya, melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang secara legal
formal terkait dengan persoalan tersebut. Baik dari sisi hukum, teknis pengaturan
penyiaran, maupun regulasi yang lebih tinggi, undang-undang.
Pontianak Post, 29 Desember 2009
2. Sebutkan perbedaan antara fakta dan opini!
3. Ringkaslah isi editorial tersebut!
Kunci Jawaban
1. Paragraf pertama merupakan fakta karena merupakan peristiwa, tempat dan tanggal.
Paragraf kedua sampai kelima merupakan opini karena berupa pendapat editor
2. Fakta adalah hal atau keadaan yang benar-benar ada atau terjadi.
Fakta dapat berbentuk gambar, tanggal, peristiwa, data statistik, tabel, peristiwa,
dan grafik
Opini adalah perkiraan, pikiran, atau anggapan tentang suatu hal.
Pendapat dapat berupa saran, kritik, tanggapan, harapan, nasihat, atau ajakan.
3. Fatwa haram untuk infotainment yang bernuansa ghibah dikemukakan kembali oleh
ke tua PB NU Kh. Hasyim Muzadi pada musyawarah alim ulama NU di Surabaya
tanggal 26 Juli 2006. Langkah moral yang dilakukan Hasyim Muzadi tersebut akan
lebih sempurna jika ada langkah lebih jauh dari sekadar mengingatkan dan
mengimbau. Harus ada se seorang yang berani meluruskan bahwa mengumbar aib
orang yang bersifat pribadi ke muka umum adalah suatu hal yang keliru. Selain itu
infotainment ghibah hanyalah satu dari sekian persoalan kepenyiaran kita. Untuk
menangani masalah ini lembaga-lembaga yang terkait seperti KPI, Menkoinfo,
Mendiknas, Menag,Dewan Pers, dan DPR harus ber icara dan bergerak sesuai dengan
bidangnya masing-masing serta berkoordinasi satu sama lain baik dari segi hukum,
teknis pengaturan, dan undang-undang.
Pedoman Penilaian
1. Jawaban benar alasan benar

= 20

Jawaban benar alasan salah

= 10

Jawaban salah alasan salah

=5

2. Jawaban tepat (definisi dan penjelasan tepat) = 30


Jawaban kurang tepat

= 15

Jawaban tidak tepat

= 7,5

3. Ringkasannya tepat dan lengkap

= 50

Ringkasan kurang tepat dan kurang lengkap

= 25

Ringkasan tidak tepat dan tidak lengkap

= 10

Nilai siswa= skor 1+2+3

Mengetahui:
Kepala MAN 2 Pontianak,

Guru Mata Pelajaran,

Drs. H. Nana Kusnadi, M.Pd


M.Ed.

Dra. Ida Novianti,

NIP. 196010021982031007

NIP. 196511061989032002

Anda mungkin juga menyukai