PENDAHULUAN
keindahan yang realitas kehidupan yang terkandung dalam karya sastra dapat
pengarang dikatakan berhasil menciptakan karya sastra yang baik apabila dapat
tantangan hidup yang sengaja dihadirkan pengarang melalui media fiksi. Hal itu
roman. Salah satu karakter dalam roman dipengaruhi oleh psikologi. Menurut
psikologi sastra, sastra merupakan cerminan dari perilaku dan sikap manusia
(Endraswara, 2003).
1
2
bahwa penulis jarang berpikir secara psikologis, karya mereka mungkin memiliki
arti psikologis bagi mereka. Hal ini diperbolehkan karena psikologi dan sastra
terkait erat dan fungsional. Keterkaitan tak langsung, artinya hubungan itu ada
karena baik psikologi maupun sastra memiliki objek yang sama, yaitu jiwa
Kepribadian merupakan suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni
Id, Ego dan Superego, sedangkan tingkah laku tidak lain merupakan hasil dari
konflik ketiga unsur dalam sistem kepribadian tersebut. Dalam hal ini, Id
atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk operasi
atau kegiatan yang dilakukannya. Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak
sebagai pengaruh individu kepada dunia objek dari kenyataan dan menjalankan
yang berisi nilaidan aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik dan buruk).
dengan melengkapi cara berpikir moral yang memadai sehingga dapat menunjang
Koeswara, 1991).
sastra. Ada beberapa tokoh psikoanalisis dunia yang terkemuka antara lain Freud,
Jung, Adler. Akan tetapi, Sigmund Freud yang secara tidak langsung membahas
tentang proses penciptaan seni sebagai akibat tekanan dan timbunan masalah di
alam bawah sadar yang kemudian disublimasi ke dalam bentuk penciptaan karya
dikuasai oleh alam batinnya sendiri. Terdapat id, ego, superego dalam diri
dalam dirinya, resah, tertekan, gelisah, dan lain-lain. Namun, bila ketiganya
2003).
Sigmund Freud. Voltaire adalah pengarang besar Prancis yang hidup pada abad ke
4
sampai sekarang, karena sifatnya yang universal dan masih relevan untuk
masalah- masalah masa kini. Yang paling menonjol dari Voltaire sebagai seorang
pemikir, penulis sastra dan sejarah, ahli filsafat adalah kebenciannya pada
yang mengalami berbagai rintangan dalam menemukan wanita yang sesuai dengan
yang berubah-ubah dari seorang pemuda pintar yang kaya raya menjadi seorang
narapidana, budak hingga akhirnya menjadi seorang pelayan oleh salah satu
pedagang dari Arab. Zadig bertemu dengan banyak wanita yang memiliki karakter
yang berbeda-beda antara lain: Sémire gadis yang tidak suka mempunyai kekasih
yang picak matanya, Azora adalah gadis yang pernah dinikahinya namun hanya
dan Missouf yang telah membohonginya hingga dia menemukan ratu Astarté yang
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
penelitian selanjutnya.
c. Dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi bagi mahasiswa yang akan
yang ditampilkan tokoh utama yang terdapat dalam roman Zadig ou La Destinée
karya Voltaire. Teori yang digunakan adalah psikoanalisis Sigmund Freud pada
1. Tokoh utama adalah tokoh yang ceritanya diprioritaskan dalam karya yang
(Nurgiyantoro, 2019).
2. Zadig ou La Destinée adalah salah satu jenis karya sastra yang berbentuk
prosa yang dikarang oleh Voltaire pada tahun 1747. Roman ini lalu
yang diterbitkan oleh DIVA Press (Anggota IKAPI) pada tahun 2019 cetakan
pertama dengan jumlah halaman 156. Novel ini menceritakan tentang seorang
3. Roman adalah sebuah kisahan prosa rekaan yang lebih panjang dan
merupakan karya sastra yang menjelaskan tokoh utama dari ia lahir sampai
ia meninggal.
KAJIAN PUSTAKA
terdahulu yang juga meneliti kepribadian tokoh utama namun dengan objek yang
berbeda. Beberapa penelitian yang telah ditulis oleh peneliti terdahulu adalah
sebagai berikut.
Peneliti pertama oleh Sholihah pada tahun 2007, jurusan Bahasa Prancis
Orientations) yakni teori tiga dimensi yang dikemukakan oleh Schutz. Dari hasil
Penelitian kedua oleh Larassati pada tahun 2017, Mahasiswi Program Studi
penelitiannya adalah “Analisis Kepribadian Tokoh Utama pada Film The Stolen
7
8
bahwa dengan berlandaskan pada teori Freud, terdapat tiga struktur dalam
kepribadian yaitu id, ego, dan superego. Struktur id ditampilkan tokoh utama
melalui dorongan yang muncul dari dirinya yang dengan senang hati untuk
Kemudian sifat ego muncul melalui pemahaman realitas dan penyesalan yang
dialami oleh tokoh utama dan unsur superego yang ditandai melalui tindakan-
tindakan yang berasal dari hati nurani tokoh utama. Tokoh utama mencoba
memahami apa yang dia rasakan jauh dilubuk hatinya, menyelaraskan rasa takut
Penelitian ketiga oleh Muliani pada tahun 2013, Muliani adalah seorang
mahasiswa Program Studi Sastra Perancis Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas
peneliti adalah pada penggunaan aspek psikologi dengan kajian yang berbeda.
Penelitian keempat oleh Inna pada tahun 2015, jurusan Pendidikan Bahasa
Jerman Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Dengan judul
penelitiannya yaitu “Kepribadian Tokoh Utama Michael Berg dalam Roman Der
memperlihatkan bahwa struktur kepribadian tokoh utama terdiri dari sistem id,
9
ego, dan superego. Struktur id ditunjukan dengan pengaruh tokoh utama untuk
tokoh utama terdiri dari naluri mati, naluri hidup, kecemasan realistik, kecemasan
Penelitian kelima oleh Mulyadi pada tahun 2007, Mahasiswa Jurusan Ilmu
“Aspek Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Midah, Simanis Bergigi Emas
Karya Pramoedya Ananta Toer: Tinjauan Psikolog Sastra”. Hasil penelitian ini
yaitu untuk mengetahui struktural (tema, latar, penokohan) novel Midah, Simanis
Bergigi Emas dan mengetahui tingkah laku tokoh Midah berdasarkan teori
2.2 Roman
Roman berasal dari jenis sastra epik dan romansa abad pertengahan.
Menurut Schmitt dan Viala (1982: 215) roman merupakan jenis karya narasi
panjang yang berbentuk prosa. Pada abad pertengahan (Moyen Age), roman
mengacu pada bahasa yang digunakan pada masa itu, yaitu bahasa roman yang
dibedakan dalam tiga bentuk yaitu; teks syair, dramadan cerita (novel, roman dan
unsur yang berbeda dengan maksud yang berbeda pula. Roman sebagai salah satu
namun tidak melingkupi fase hidup yang panjang. Secara Etimologis pada
awalnya roman merupakan sebuah cerita yang disusun dalam bahasa Romagna,
yang sebetulnya berarti berbicara. Bahasa Romagna yaitu bahasa rakyat Perancis
di abad pertengahan di daerah sekitar kota Roma. Jadi roman ditulis dalam bahasa
daerah, bukan dalam bahasa Latin resmi seperti dipakai oleh para sarjana. Roman
sendiri berasal dari bahasa Prancis, yaitu Romance. Sesudah abad ke-13 istilah ini
secara khusus dipakai dalam kaitan dengan cerita penuh avontur atau kisah
kesusastraan Indonesia. Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 961) roman
adalah karangan prosa yang melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan
11
isi jiwa masing-masing, lebih banyak membawa sifat zamannya dari pada drama
dan puisi.
Menurut Hartoko dan Rahmanto (dalam Bella Gitta, 2013: 10), roman
dapat dikatakan mencakup waktu yang lebih panjang, dari masa kanak-kanak
sampai usia dewasa. Sementara itu Nursito berpendapat bahwa Roman dapat
diartikan sebagai cerita dalam bentuk prosa, yang terbagi atas beberapa bab atau
Roman sebagai salah satu karya sastra dibentuk oleh unsur-unsur intrisik
unsur yang berada di luar karya tersebut, tetapi secara tidak langsung
tersebut antara lain; politik, psikologi, sejarah, filsafat, dan pendidikan. Unsur
intrinsik adalah unsur yang membangun sebuah karya sastra dari dalam yang
menyebabkan karya itu hadir. Unsur intrinsik terdiri dari tema, alur, latar, sudut
pandang, dan tokoh dan penokohan. Di mana antara satu unsur dan unsur lainnya
terdapat keterikatan satu sama lain, karna setiap unsur yang ada saling
mempengaruhi.
Secara etimologi kata psikolog berasal dari bahasa Yunani Kuno psyche
dan logos. Kata psyche berarti “jiwa, roh, atau sukma”, sedangkan logos berarti
jiwa”atau “ilmu tentang hal-hal jiwa” (Chaer, 2003:2). Definisi lain dari psikologi
12
oleh karakter fiktif atau orang di dunia nyata. Hal ini mendorong eksplorasi
pikiran atau jiwa untuk mempelajari lebih jauh tentang beragam komleksitas
untuk tujuan kajian sebagai teks sastra, sehingga muncul istilah psikologi sastra.
Menurut Wellek & Warren (1989), psikologi dalam karya sastra dapat
dalam karya sastra, dan psikologi pembaca. Psikologi pengarang terkait dengan
proses menghasilkan karya sastra, suka atau tidak suka pasti ada pengaruhnya
Psikologi sastra adalah studi yang berbeda yang terkait erat dengan teks
sastra. Menurut Jadman (dalam Endraswara, 2003: 97) sastra dan psikologi
memiliki ikatan yang erat, baik secara tidak langsung maupun secara fungsional.
Karena banyak sastra maupun psikologi sama-sama memiliki objek yang sama,
yaitu kehidupan manusia, maka terjadilah keterkaitan tidak langsung. Karena baik
menyelidiki dan meneliti perilaku atau aktivitas yang dipersepsikan sebagai aspek
13
merupakan salah satu studi sastra interdisipliner karena memahami dan mengkaji
sastra dengan memanfaatkan berbagai konsep dan kerangka teori yang ada dalam
tentang psikologi pengarang sebagai suatu tipe atau sebagai pribadi, proses
kreatif, studi tentang jenis dan hukum psikologis yang diterapkan pada karya
psikologi pada akhir abad ke-18. Psikologi didirikan sebagai ilmu yang
Kata psikonalisis berasal dari tahun 1896 dalam sebuah teks oleh Freud
yang ditulis dan diterbitkan dalam bahasa Prancis, L’hérédité et l’étiologie des
pertama dari tiga aluran utama psikologi. Aluran kedua adalah ‘behaviorisme’ dan
merupakan sebuah teori psikologi yang dikembangkan oleh Sigmund Freud pada
abad 19. Teori psikonalisis sangat berpengaruh dalam teori psikologi dan
14
psikoterapi.
perbaikan karakter manusia. Komponen yang menjadi fokus dalam hipotesis ini
adalah inspirasi, perasaan dan perspektif batin lainnya. Hipotesis ini menerima
bahwa karakter tercipta ketika ada bentrokan dari perspektif mental yang sering
karena itu istilah “psikoanalisis” dan “psikoanalisis freud” memiliki arti yang
sama. Jika sebagian pengikut Freud kemudian menyimpang dari pelajarannya dan
menuju ke arah yang berbeda, mereka akan meninggalkan istilah analisis dan
memilih nama lain untuk mrngartikan pelajaran mereka. Model terkenal dari
pembentukan nama baru tersebut adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler, yang
1. Teknik eksplorasijiwa.
menegaskan agar analisis tidak masuk ke dalam elektilisme, dan pengikutnya yang
telah terjebak dari pemikiran mendasar ini akan segera diasingkan secara nyata
ahli oleh Freud. Freud melihat dirinya sebagai seorang peneliti. Freud merupakan
psikonalisis mencakup tentang tiga hal yaitu: (1) teori tentang kepribadian dan
psikopatologi, (2) metode terapi untuk gangguan kepribadian, dan (3) teknik
Kemudian dari uraian di atas, tampak jelas bahwa dalam teori psikoanalisis
Sigmund Schlomo Freud, plus connu sous le nom de Sigmund Freud, est un
humaine. Il est le premier à mettre en place la cure analytique qu’il théorise dans
Freud merupakan salah satu pakar psikologi yang awalnya merupakan seorang
medis dan ahli saraf dari Austria yang lahir pada 6 Mei 1856 di Freiberg. Freud
mental yang tidak dapat dijelaskan secara medis. Freud adalah orang pertama
yang menerapkan perlakuan analitis yang ia teorikan dalam beberapa karya besar,
seperti L’Interprétation des rêves (1900), Totem et Tabou (1913) atau juga Le Moi
et le Ça (1923).
Di abad 19, Freud sebagai seorang ahli tentang kepribadian manusia melihat
menjadi suatu sistem energi yang tidak mudah ditebak. Freud kemudian
energi berasal dari dua aktivitas yaitu aktivitas fisik dan aktivitas psikis. Freud
menyatakan bahwa energi dari aktivitas psikis atau dapat juga disebut juga energi
psikis bersama segala perasaan yang dirasakan menjadi sumber yang menyatukan
Tentang kepribadian, salah satu hal yang membentuk hal tersebut yaitu
seseorang, hal yang perlu diperhatikan yaitu melalui gerakan simbolis dan fokus
kepribadiannya.
sadar. Sebuah revolusi pertama dalam representasi jiwa (Rambert, 2016). Ketiga
Menurut Freud, tentang alam sadar, tidak semua tentang alam sadar dari
kehidupan psikis manusia yang masuk pada tingkat kesadaran. Alam sadar berasal
dari pengamatan yang dilakukan baik itu dari luar maupun dalam dirinya.
Kemudian, pra sadar diketahui sebagai jembatan antara alam sadar dan tak sadar.
Pra sadar mengandung elemen tentang kehidupan mental manusia yang bertujuan
untuk menghambat keinginan yang berasal dari alam sadar. Taraf terakhir adalah
tingkat alam bawah sadar yang merupakan bagian terbesar dalam kehidupan
psikis manusia. Alam bawah sadar merupakan sistem dinamis yang berisi
berbagai ide, perasaan, pengalaman yang berakibat traumatik yang ditekan dan
didesak. Segala hal yang berada di daerah tak sadar tidak dapat dimunculkan
kembali ke daerah sadar kecuali alam sadar dibuat tak berdaya (Sunaryo,
2008:81).
Il a donc crée une seconde topique (en 1923), bâtie sur le triptyque ça,
surmoi, moi. C’est cette seconde topique qui marque le plus profondément la
topik tersebut dibangun di atas streotip topik awal. Topik kedua inilah yang
untuk mendefinisikan tiga contoh yang ada dalam diri manusia yang mengatur
18
perilakunya, baik sadar maupun tidak sadar. Id, ego dan superego (le ca, le mo, le
surmoi dalam bahasa Prancis) merupakan topografi kedua yang diciptakan yang
1. Id (Le Ça)
sebelum bayi berhubungan dengan dunia luar, diturunkan secara genetis dan
terdiri dari jiwa manusia yang berisi dari dorongan primatif. Dorongan
primatif adalah dorongan yang ada pada diri manusia yang menghendaki
oleh pertimbagan waktu, tempat, dan logika. Freud dalam Semiun (2006:61)
manusia, oleh sebab itu Freud menyebutnya sebagai kenyataan psikis yang
sebenarnya.
realitas. Menurut Freud (dalam Semiun, 2006: 64-65) prinsip kerja ego yaitu
benar atau salahnya kejadian yang dialami dengan kenyataan dunia luar,
dari ego. “le surmoi est cette voix en nous qui dit “il ne faut pas” une sorte
20
de lui morale qui agit sur nous sans comprendre son origine”. Superego
adalah suara di dalam hati kita yang mengatakan “kita tidak boleh”
hasil pujian dan penghadiahan atas berbagai perilaku yang dinilai baik oleh
orang tua. Anak mengejar keunggulan dan kebaikan. Apabila berhasil akan
memiliki nilai diri dan kebanggaan diri. Sebaliknya suara hati diperoleh
melalui hukuman yang diberikan orang tua atas tingkah laku yang tidak
tepat dan menjadi dasar bagi rasa bersalah. Suara hati timbul ketika seorang
anak menyesuaikan diri dengan norma-norma moral orang tua karena takut
diterima mendesak dari id dan berjuang untuk membuat tindakan ego atas
METODE PENELITIAN
dalam suatu media, yang dapat dibedakan dengan data lain, dapat
masalah yang diteliti. Karena ini bersifat deskriptif kualitatif, maka data
Zadig.
Dalam penelitian ini hanya terdapat satu sumber data utama yaitu roman
adalah:
2. Peneliti melakukan teknik catat. Teknik ini diterapkan pada saat membaca
dalam novel tersebut dan mencatat kalimat yang diperlukan sebagai data
untuk dianalisis;
yaitu menganalisis data tersebut. Teknik analisis data pada penelitian ini
dilakukan dalam analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
HASIL PENELITIAN
Dalam sebuah cerita, tokoh-tokoh tersebut baik tokoh utama atau tokoh
bawaan pasti memiliki karakter/watak yang ada pada dirinya. Roman Zadig ou La
Kepribadian yang ada dalam tokoh utama tersebut dikupas dengan teori dari
Sigmund Freud, yaitu id, ego, dan superego. Berikut ini klasifikasi aspek
kepribadian yang dimiliki oleh tokoh utama dalam roman Zadig ou La Destinée
karya Voltaire.
4.1 Id
Sigmund Freud menyebut id sebagai pusat dari seluruh energi dinamis mental
seseorang (psychic energy). Ini adalah komponen utama dari sifat manusia yang
telah ada sejak baru lahir ke dunia. Aspek ini sepenuhnya terjadi tanpa disadari
serta melibatkan perilaku primitif dan berdasarkan pada insting. Adapun karakter
Aspek id yang terdapat dalam tokoh Zadig muncul di awal cerita, yaitu
ketika Zadig yang terlahir dengan begitu banyak kelebihan dari segi fisik yaitu ia
memiliki wajah yang begitu banyak dikagumi oleh para kaum wanita, ia juga
23
24
bahwa apa yang dimilikinya ini bukanlah suatu hal yang harus diumbar-umbar
kepada orang lain. Hal ini terlihat dalam kutipan sebagai berikut:
“Meski muda dan kaya, ia mampu mengekang nafsunya. Zadig tidak suka
pamer, ia tak pernah merasa ingin yang paling benar” (Voltaire, 2019:7).
“Zadig tidak membangga-banggakan dirinya karena telah berhasil
merendahkan dan menundukan wanita. Ia sangat murah hati” (Voltaire,
2019:8).
Artinya:
dimiliki Zadig yaitu tidak suka pamer ini bukan berarti tidak beralasan, kelebihan
yang ia miliki ini menjadikan ia untuk senantiasa belajar dan selalu memperbaiki
diri.
Aspek id berikutnya yaitu memiliki budi pekerti yang baik. Budi pekerti
yang baik itu sudah ada sejak manusia dilahirkan. Hal ini juga selaras dengan
filosofi dimana manusia itu dilahirkan bagaikan selembar kertas yang putih (suci).
Zadigpun memiliki hal yang sama dengan manusia lainnya. Akan tetapi, sifat budi
pekerti yang baik ini apakah bisa dipertahankan oleh manusia sampai ia tumbuh
dewasa? Inilah yang masih banyak menimbulkan pertanyaan. Hal ini terdapat
Artinya:
saat tradisi Babilonia yaitu setiap lima tahun sekali akan diberikan penghargaan
kepada warga yang melakukan tindakan baik hati. Kebaikan hati Zadig langsung
“Tiba giliran Raja untuk bicara, dan ia berkata ‘Tindakannya, dan juga
tindakan-tindakan lainnya sangat baik, tapi tidak ada dari tindakan-tindakan
itu yang mengherankanku. Kemarin, Zadig melakukan sebuah tindakan
yang membuatku terheran-heran. Beberapa hari yang lalu aku memecat
Koreb. Aku mengeluh tentang Koreb sepanjang hari, dan para selirku bilang
bahwa aku terlalu berwelas asih pada Koreb. Intinya, semua orang
mengutuk Koreb. Aku tanya Zadig, apa pendapatnya dan ia berani memuji
Koreb. Aku bersumpah, aku sudah berkali-kali berjumpa dengan orang yang
bersedia kehilangan seluruh hartanya karena suatu kelalaian, orang yang
merelakan kekasihnya untuk dinikahi sahabatnya, atau orang yang lebih
mencintai ibunya daripada kekasihnya, tapi baru kali ini aku berjumpa
dengan orang yang berani memuji seorang perdana menteri yang dipecat
dan dibenci habis-habisan oleh rajanya. Aku berikan dua puluh keeping
emas pada tiap-tiap orang yang tindakannya diuraikan tadi, tapi cawan ini
akan kuanugerahkan kepada Zadig” (Voltaire, 2019:36)
Artinya:
“Le roi prit la parole, et dit : « Son action et celles des autres sont belles,
mais elles ne m’étonnent point ; hier Zadig en a fait une qui m’a étonné.
J’avais disgracié depuis quelques jours mon ministre et mon favori Coreb.
26
berpegang tegu dengan karakter yang sudah diberikan oleh sang Maha Pencipta
yaitu tetap menjaga budi pekertinya dengan baik. Hal ini ditandai dengan awal
cerita yang dimulai di dalam roman dimana Zadig digambarkan sebagai sosok
seorang pemuda yang memiliki karakter yaitu budi pekerti yang baik. Hal ini pasti
senantiasa belajar, selalu memperbaiki diri, mau mengerti kekurangan orang lain,
ia tidak pernah menghina atau bahkan mengejek orang lain. Karakter yang ia
miliki itu memiliki landasan/dasar yang membuat ia selalu seperti itu. Adapun
landasan yang ia selalu pegang yaitu terdapat dari kitab pertama Zarathustra
bahwa kecintan pada diri sendiri adalah gelembung bisikan angin yang akan
melahirkan badai bila ditusuk. Zadig memiliki hati yang sangat baik. Akan tetapi,
disekitarnya. Kebaikan hati yang selalu ia berikan kepada siapa saja membuat
disingkirkan dari lingkungan mereka. Oleh karena itu, segala upaya selalu
dilakukan untuk menyingkirkan sang pemuda ini. Hal tersebut terdapat dalam
“Selagi mereka mencari basilisk, kata Astarte, akan kuceritakan apa saja
derita yang ku alami, danapa saja kekejaman takdir padaku, yang telah
kumaafkan. Seperti kau tahu, suamiku tidak suka padamu karena kau adalah
manusia yang sangat baik. Karena itulah malam itu ia memutuskan untuk
membunuhmu” (Voltaire, 2019:120)
Artinya:
“Pendant qu’elles cherchent leur basilic, dit la belle Astarté, je vais vous
apprendre tout ce que j’ai souffert, et tout ce que je pardonne au Ciel
depuis que je vous revois. Vous savez que le roi mon mari trouva mauvais
que vous fussiez le plus aimable de tous les hommes ; et ce fut pour cette
raison qu’il prit une nuit la résolution de vous faire étrangler et de
m’empoisonner.” (Voltaire, 2015: 99-100)
Zadig, dibalas dengan kejahatan oleh Raja Babilonia. Bukan hanya itu, kebaikan
hati yang dilakukan Zadig yaitu mengobati sang Raja Hirkania hingga ia sehat,
namun kebaikan hati itu bagaikan malapetaka yang akan menimpa Zadig. Seorang
Tabib Raja Hirkania merasakan suatu firasat dengan kehadiran Zadig ini. Menurut
dirinya terkurung di wilayah yang ia sendiri tidak tau bagaimana kondisinya demi
menyelamatkan sang pujaan hati yaitu Astarte. Zadig akhirnya merelakan dirinya
yang harus bersusah payah mengobati sang Raja Hirkania yang sedang dalam
keadaan sakit, dikarenakan hawa nafsunya yang terlalu tinggi di atas meja makan.
Selama delapan hari Zadig merawat sang Raja Hirkania atau biasa dikenal dengan
nama Ogul, akhirnya sang Raja Hirkania itu sembuh dan mulai merasakan
keceriaan dalam dirinya. Akan tetapi, sang Tabib mulai menganggap bahwa Zadig
merupakan ancaman yang besar. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan
sebagai berikut:
28
“Tabib Ogul, yang merasa bahwa Zadig amat berbahaya untuk ilmu
pengobatan, bersekutu dengan ahli obat Ogul untuk mengirim Zadig
mencari basilisk di akhirat. Jadi setelah berkali-kali mendapat imbalan
malapetaka atas perbuatan baiknya, Zadig hampir saja mati karena telah
menyembuhkan seorang Tuan kaya yang rakus. Ia diundang makan malam.
Seharusnya, ia akan diracuni pada sajian kedua, tapi kurir Astarte dating
pada sajian pertama. Zadig pun bangkit dari meja makannya, dan pergi. Bila
kau dicintai oleh seorang wanita cantik, kata Zarathusta yang agung, kau
akan selalu menemukan jalan keluar dari masalah-masalahmu’’ (Voltaire,
2019:128)
Artinya:
“Le premier médecin d’Ogul, sentant combien cet homme était dangereux
pour la médecine, s’unit avec l’apothicaire du corps pour envoyer Zadig
chercher des basilics dans l’autre monde. Ainsi, après avoir été toujours
puni pour avoir bien fait, il était près de périr pour avoir guéri un
seigneur gourmand. On l’invita à un excellent dîner. Il devait être
empoisonné au second service ; mais il reçut un courrier de la belle
Astarté au premier. Il quitta la table, et partit. Quand on est aimé d’une
belle femme, dit le grand Zoroastre, on se tire toujours d’affaire dans ce
monde.” (Voltaire, 2015: 108-109)
kepada seseorang. Akan tetapi, tidak membuat Zadig berhenti dalam berbuat baik.
Ini merupakan suatu pelajaran yang sangat besar bahwa yakinlah kebaikan itu
pada akhirnya akan selalu dibalas dengan sesuatu yang baik dan lebih besar
nantinya. Hal ini sudah terbukti pada kehidupan Zadig. Seolah-olah sudah akan
terbayang bahwa setelah ini Zadig akan merasakan kebahagiaan bersama Astarte,
karena Zadig menyakini bahwa sudah tidak ada rintangan lagi untuk bersama sang
pujaan hati. Akan tetapi, kemalangan yang lebih besar sudah menantinya di depan
Artinya:
“Il se promenait sur les bords de l’Euphrate, persuadé que son étoile le
destinait à être malheureux sans ressource, repassant dans son esprit
toutes ses disgrâces depuis l’aventure de la femme qui haïssait les
borgnes, jusqu’à celle de son armure. « Voilà ce que c’est, disaitil, de
m’être éveillé trop tard ; si j’avais moins dormi, je serais roi de Babylone,
je posséderais Astarté. Les sciences, les mœurs, le courage, n’ont donc
jamais servi qu’à mon infortune. » Il lui échappa enfin de murmurer
contre la Providence, et il fut tenté de croire que tout était gouverné par
une destinée cruelle qui opprimait les bons et qui faisait prospérer les
chevaliers verts.” (Voltaire, 2015: 116-117)
kebaikan hatinya selalu diuji. Zadig juga merasa jengkel dan terpukul karena apa
yang ada dibayangannya yaitu ia akan bersama sang pujaan hati Astarte, berakhir
dilakukan lawannya zirah hijau yaitu Itobad. Pada saat sayembara telah usai yaitu
putih. Akan tetapi, keesokan harinya yaitu di pagi hari, Itobad memiliki akal
Itobad menukar zirahnya yang hijau dengan milik zadig putih. Sehingga, pada
pagi hari Itobad keluar mengenakan zirah putih milik Zadig tampak angkuh ketika
akhirnya bangun dan tidak menyadari bahwa zirahnya telah ditukar oleh Itobad.
Dikamarnya yang tersisa hanya zirah hijau. Sehingga dengan sangat terpaksa
Zadig keluar menggunakan zirah hijau. Kesabaran Zadig sudah habis. Akan tetapi,
Aspek id berikutnya yang terdapat dalam karakter tokoh Zadig yaitu tulus
dan berhati mulia. Ajaran untuk melakukan sesuatu tanpa pamrih ini sudah
sesuatu terhadap orang lain harus tulus dan tidak boleh mengharapkan pamrih.
Begitu juga dengan tokoh Zadig ini. Hal ini dibuktikan dalam kutipan sebagai
berikut:
“Zadig dengan hartanya yang berlimpah dan oleh karena itu dengan teman-
temannya, dengan kesehatannya, dengan wajahnya yang tampan, dengan
sifatnya yang baik dan bijak, dengan hatinya yang tulus dan mulia, percaya
bahwa ia bisa hidup dengan bahagia” (Voltaire, 2019:9)
Artinya:
31
“Zadig, avec de grandes richesses, et par conséquent avec des amis, ayant
de la santé, une figure aimable, un esprit juste et modéré, un cœur sincère
et noble, crut qu’il pouvait être heureu” (Voltaire, 2015: 9)
hati yang ia miliki ia akan hidup bahagia. Kebahagiaan yang ia ingin ciptakan
ketulusan hati tidak menjamin hidupmu akan bahagia, karena di dalam hubungan
kebahagiaan itu diciptakan oleh kedua pasangan bukan hanya salah satu pihak
saja. Ketulusan hati zadig terbukti dengan pengorbanan yang ia lakukan. Hal ini
Artinya:
memiliki hati yang tulus bukan hanya dalam membantu teman-temannya, tetapi
pada pasangannya juga ia sangat tulus dan berhati mulia. Ia rela mengorbankan
usai pertikaiannya itu tidak sebanding dengan keselamatan sang kekasih. Akan
tetapi luka yang ia dapatkan tidak mungkin disembuhkan dan membuat Zadig
32
harus hidup dengan mata satu. Ketulusan hatinya kepada sang kekasih dibayar
dengan keji. Sang kekasih tak mau menerima keadaan Zadig yang hanya memiliki
mata satu. Kekecewaan timbul di dalam benak Zadig. Hal ini dibuktikan pada
“Andai mata kanan Tuan yang kena panah, mungkin hambah bisa
menyembuhkan Tuan, luka dalam dekat mata kiri tidak mungkin
disembuhkan.”
“Semira tinggal di pedesaan sejak tiga hari lalu. Dijalan, dia mendapatkan
kabar bahwa gadis cantik, yang telah mengatakan bahwa ia amat membenci
orang bermata satu.”
“Setelah mendengar kabar itu, Zadig jatuh tak sadarkan diri, kesedihannya
membuatnya ingin segera meninggalkan dunia ini, ia kemudian sakit untuk
waktu yang lama, tapi pada akhirnya akal budinya menjauhkannya dari
penderitaannya dan bahkan keji dan kejamnya hal yang ia alami membantu
melipur laranya.” (Voltaire, 2019:11)
Artinya:
“Si c’eût été l’œil droit, dit-il, je l’aurais guéri ; mais les plaies de l’œil
gauche sont incurables.”
“Sémire était à la campagne depuis trois jours. Il apprit en chemin que
cette belle dame, ayant déclaré hautement qu’elle avait une aversion
insurmontable pour les borgnes.”
“À cette nouvelle il tomba sans connaissance, sa douleur le mit au bord
du tombeau, il fut longtemps malade, mais enfin la raison l’emporta sur
son affliction, et l’atrocité de ce qu’il éprouvait servit même à le
consoler.” (Voltaire, 2015: 12)
yang ia idamkan untuk bahagia bersamanya kini berpaling darinya karena hal
yang tak begitu patut. Ia dengan setulus hati berjuang untuk menyelamatkan
kekasihnya, akan tetapi perjuangannya itu dibalas dengan siksaan yang begitu
perih dirasakan oleh Zadig. Zadigpun sakit jatuh tak sadarkan diri, kesedihannya
Rendah hati adalah salah satu karakter positif yang melekat pada diri seseorang.
Sikap rendah hati ini harus diterapkan sejak anak lahir di dunia. Karena rendah
hati ini salah satu sikap yang harus dimiliki setiap insan manusia. Karakter Zadig
“Zadig sama sekali tidak angkuh dalam memilih teman atau bahkan
hidangan, karena pada dasarnya ia lebih suka menjadi sesuatu daripada
terlihat seperti sesuatu, dan karena itu orang benar-benar menghormatinya,
meski ia tidak ingin dihormati.” (Voltaire, 2019:27)
Artinya:
“Zadig n'est pas du tout arrogant dans le choix de ses amis, ni celui des
mets, n’étaient faits par la vanité, car en tout il préférait l’être au paraître,
et par là il s’attirait la considération véritable à laquelle il ne prétendait
pas.” (Voltaire, 2015: 26).
juga memiliki kerendahan hati yang besar. Zadig jika dihadapkan dengan orang-
sebagainya. Akan tetapi, ia melakukan semua orang sama tanpa terkecuali. Zadig
tidak ingin diagungkan, tidak ingin pula dihormati layaknya raja. Ia hanya ingin
diperlakukan biasa saja tanpa ada rasa yang berlebihan. Walaupun dalam kondisi
yang kaya, gagah, serta memiliki kehormatan. Tapi, Zadig tidak ingin dilakukan
seperti itu. Ia ingin selalu menjaga dirinya dengan kerendahan hati yang ia miliki.
Artinya:
yang memiliki kerendahan hati yang besar dalam berteman, ia tidak suka
yang berlimpah, ia akan tetap berteman dengan siapa saja. Bukan hanya dalam
pertemanan saja, Zadig juga tidak ingin terlihat hebat dihadapan orang lain. Ia
ingin terlihat biasa saja, ia ingin dirinya terlihat sama dengan teman-temannya
yang lain. Padahal kendatinya Zadig merupakan sosok yang memiliki kelebihan
4.1.5 Pintar
orang-orang. Aspek id yaitu pintar ini merupakan hakikat dasar yang ada pada
ini ia bentuk karena ia selalu mencari ilmu dimanapun ia berada. Hal ini dapat
Artinya:
35
“Il était aussi sage qu’on peut l’être ; car il cherchait à vivre avec des
sages. Instruit dans les sciences des anciens Chaldéens, il n’ignorait pas
les principes physiques de la nature, tels qu’on les connaissait alors, et
savait de la métaphysique ce qu’on en a su dans tous les ages.” (Voltaire,
2015: 9).
nasihat, dll. Ia selalu ingin belajar dengan baik bukan karena ia ingin dipuji,
Artinya:
“Plein de ces idées, il se retira dans une maison de campagne sur les
bords de l’Euphrate. Là il ne s’occupait pas à calculer combien de pouces
d’eau coulaient en une seconde sous les arches d’un pont, ou s’il tombait
une ligne cube de pluie dans le mois de la souris plus que dans le mois du
mouton. Il n’imaginait point de faire de la soie avec des toiles d’araignée,
ni de la porcelaine avec des bouteilles cassées, mais il étudia surtout les
propriétés des animaux et des plantes, et il acquit bientôt une sagacité qui
lui découvrait mille différences où les autres hommes ne voient rien que
d’uniforme.” (Voltaire, 2015: 17-18)
hal-hal yang mungkin dianggap tidak memiliki perbedaan sama sekali. Zadig
dengan kecerdasaannya ini kembali mendapat mala petaka. Pada saat ia berjalan
di hutan, ia melihat seorang kepala kasim sedang mencari sesuatu yang sangat
kepintaran Zadig beda daripada yang lain. Tanpa melihat anjing tersebut, Zadig
sudah bisa menebak jenis kelaminnya, dan jenis anjing yang hilang itu. Bahkan
penderitaan anjing tersebut diketahui oleh Zadig. Sungguh cerdasnya lelaki ini.
Akan tetapi, kepintaran ini membawa kemalangan sehingga Zadig dituduh telah
mengambil anjing dan kuda tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan
sebagai berikut:
bahwa Zadig telah mencuri kuda Baginda Raja dan anjing Baginda Ratu”
(Voltaire, 2019:18-20)
Artinya:
“Un jour, se promenant auprès d’un petit bois, il vit accourir à lui un
eunuque de la reine, suivi de plusieurs officiers qui paraissaient dans la
plus grande inquiétude, et qui couraient çà et là comme des hommes
égarés qui cherchent ce qu’ils ont perdu de plus précieux. « Jeune
homme, lui dit le premier eunuque, n’avez-vous point vu le chien de la
reine ? » Zadig répondit modestement : « C’est une chienne, et non pas un
chien. – Vous avez raison, reprit le premier eunuque. – C’est une
épagneule très petite, ajouta Zadig ; elle a fait depuis peu des chiens ; elle
boite du pied gauche de devant, et elle a les oreilles très longues. – Vous
l’avez donc vue ? dit le premier eunuque tout essoufflé. – Non, répondit
Zadig, je ne l’ai jamais vue, et je n’ai jamais su si la reine avait une
chienne. »
Précisément dans le même temps, par une bizarrerie ordinaire de la
fortune, le plus beau cheval de l’écurie du roi s’était échappé des mains
d’un palefrenier dans les plaines de Babylone. Le grand veneur et tous les
autres officiers couraient après lui avec autant d’inquiétude que le
premier eunuque après la chienne. Le grand veneur s’adressa à Zadig, et
lui demanda s’il n’avait point vu passer le cheval du roi. « C’est, répondit
Zadig, le cheval qui galope le mieux ; il a cinq pieds de haut, le sabot fort
petit ; il porte une queue de trois pieds et demi de long ; les bossettes de
son mors sont d’or à vingttrois carats ; ses fers sont d’argent à onze
deniers.
– Quel chemin a-t-il pris ? Où est-il ? demanda le grand veneur. – Je ne
l’ai point vu, répondit Zadig, et je n’en ai jamais entendu parler. »
Le grand veneur et le premier eunuque ne doutèrent pas que Zadig n’eût
volé le cheval du roi et la chienne de la reine”. (Voltaire, 2015: 18-19)
bisa mengetahui jenis-jenis dari hewan tersebut tanpa melihatnya. Akhirnya, para
hakim mengakui kecerdasan yang dimiliki Zadig. Hal ini terdapat dalam kutipan
sebagai berikut:
“Para hakim mengagumi tajam dan cerdasnya penjelasan Zadig dan kabar
mengenai kecerdasan Zadig pun terdengar di telinga Baginda Raja dan
38
Artinya:
kepintarannya. Ketika ia telah diusir dari wilayahnya yaitu Babilonia, kini ia harus
kota Mesir, sungguh malang pria ini. Akan tetapi, ketika ia menjadi budak oleh
saudagar kaya dan berhati baik. Ia kembali dipuji karena kepintarannya dalam
Artinya:
suka menipu dan merampok. Sang Raja Sarendib bingung dan ingin mencari
seorang bendahara yang jujur. Akhirnya ia teringat akan keistimewaan Zadig, dan
meminta saran kepada Zadig terkait gunda gulananya ini. Hal ini terdapat dalam
“Apakah kau tahu cara menemukan bendaharawan yang tidak akan mencuri
uangku?’
‘Tentu saja’, jawab Zadig, ‘hamba tahu satu cara sempurna yang akan
membantu Baginda menemukan orang yang bersih’
‘Zadig bicara dengan begitu percaya diri, sampai-sampai Sang Raja percaya
kalau ia mempunyai semacam kemampuan gaib dalam perkara memilih
bendaharawan’
‘Bila baginda berkenan, hamba akan mengadakan sayembara menari, dan
40
hamba jamin Baginda akan mengerti rahasia hamba adalah sesuatu yang
sangat sederhana. kata Zadig’
‘Hari itu juga, Zadig mengumumkan, atas nama raja, bahwa semua yang
ingin menjadi bendaharawan Raja harus datang ke aula istana, dengan
memakai pakaian yang tipis serta ringan dan terbuat dari sutra pada hari
pertama bulan Buaya. Enam puluh empat orang datang.’
‘Sang Raja menaruh seluruh hartanya di koridor itu. Ketika semua calon
memasuki aula, Baginda Raja memerintahkan mereka untuk menari. Para
calon pun menari dengan sangat tidak gemulai, kepala mereka semua
tertunduk, punggung mereka membungkuk, dan tangan mereka masuk ke
kantong celana mereka. ‘Hha! Dasar pencuri’ kata Zadig lirih. Hanya satu
orang diantara para calon itu yang menari dengan lemah gemulai, kepala
tegak, tatap mata yakin, tangan melintang, dan kantong celana kosong. “Ah!
Orang jujur! Orang baik!’ kata Zadig. Sang raja memeluk penari yang
tangkas itu, menunjuknya sebagai bendaharawan negara’ (Voltaire: 93-95)
Artinya:
4.2 Ego
Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat
diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak
sadar.
Aspek Ego pertama yang ditemukan dalam roman yaitu karakter seorang
pemuda yang tidak setia kepada baginda raja. Tidaksetiaan yang dilakukan Zadig
kepada baginda raja dilakukan adalah ketika Zadig mulai mengikuti egonya untuk
berpaling dari baginda raja yang selama ini telah merawatnya. Zadig secara sadar
mengetahui bahwa rasa cintanya kepada Ratu mulai tumbuh dan berkembang.
Awalnya Zadig memikirkan bahwa apa yang ia rasakan bisa ia tepis dan bisa ia
hindari. Zadig berpikir bahwa apa yang dirasakan ini hanya karena baginda Ratu
sangat baik kepadanya. Jadi, perasaan itu awalnya dipikir hanya sebuah dambaan
saja. Akan tetapi, lama-kelamaan Zadig sudah tidak bisa menahannya. Hal ini
sama terbakar oleh api cinta yang kita kutuk.” (Voltaire: 52-53)
Artinya:
khawatir. Karena orang yang ia khianati ini adalah seorang yang telah
memberinya makan. Zadig merupakan orang kepercayaan baginda Raja. Jadi bisa
dibayangkan akan betapa marahnya sang Raja jika mengetahui hal tersebut. Zadig
tau persis bagaimana karakter sang Raja yaitu baginda Raja mempercayai apa saja
yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri dan sang Raja merupakan orang yang
Artinya:
“il tantôt si interdite, quand elle lui parlait en présence du roi ; une
rêverie si profonde s’emparait d’elle quand il était sorti, que le roi fut
43
troublé. Il crut tout ce qu’il voyait, et imagina tout ce qu’il ne voyait point.
Il remarqua surtout que les babouches de sa femme étaient bleues, et que
les babouches de Zadig étaient bleues, que les rubans de sa femme étaient
jaunes, et que le bonnet de Zadig était jaune ; c’étaient là de terribles
indices pour un prince délicat. Les soupçons se tournèrent en certitude
dans son esprit aigri.” (Voltaire, 2015: 52-53)
Beberapa kutipan di atas merupakan bukti bahwa kebaikan hati yang ada di
orang yang memiliki kebaikan hati tak disangka melakukan sesuatu hal yang
buruk. Akan tetapi faktor ego disini yang membuat Zadig terhanyut yaitu
perasaannya yang muncul kepada wanita yang telah bersuami. Terlebih lagi
wanita yang didambakan merupakan istri dari orang yang sangat percaya kepada
Zadig.
4.2.2 Pejuang
Zadig merupakan lelaki yang memiliki paras yang tampan dan gagah.
mereka. Akan tetapi, Zadig bukan orang yang sembarangan. Zadig tidak terbuai
dengan semua itu. Walapun ia didamba-dambakan oleh para kaum wanita, itu
tidak menjadikannya tamak dan sombong. Zadig merupakan sosok yang sangat
baik dan memiliki hati yang tulus dan mulia. Hal ini dapat dibuktikan pada
yang baik dan bijak, dengan hatinya yang tulus dan mulia, percaya bahwa ia
bisa hidup bahagia.” (Voltaire, 2019: 8-9)
Artinya:
meyakini bahwa ia bisa hidup bahagia suatu hari nanti. Zadig akan menikahi gadis
cantik yang memiliki latar belakang tak jauh berbeda dari Zadig yaitu Semira.
Zadig sangat menyayangi Semira dengan setulus hati begitu juga sebaliknya.
memperjuangkan cintanya. Perjalanan kisah cinta antara Zadig dan Semira tak
semulus latar belakang mereka. Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang
berusaha merebut Semira dari Zadig. Orkan merupakan sosok lelaki yang sangat
mendambakan Semira, sehingga ia tidak rela Semira dimiliki oleh orang lain. Ego
disini mulai menguasai Zadig. Hasrat yang begitu besar untuk menyelamatkan
sang kekasih begitu besar sehingga tak sadar dirinya pun terluka begitu sadis. Hal
“Sementara luka Zadig lebih para, Sembilan panah yang menancap di dekat
matanya meninggalkan sebuah luka yang dalam.” (Voltaire, 2019: 9-10)
Artinya:
Kutipan di atas menjelaskan bahwa aspek ego yang dimiliki oleh Zadig
semakin memuncak ketika mendengar suara erangan sang kekasih. Ia tak sanggup
melihat dan menyaksikan kekasihnya disakiti oleh orang lain. Ego pun
kekasih hingga dirinya berakhir dengan mata yang terluka dan tak akan kunjung
sembuh.
4.2.3 Keramah-Tamahan
tamahan adalah budi pekerti yang baik dan rendah hati. Aspek id inilah kemudian
Kebaikan hati dan kerendahan hati yang dimiliki Zadig membuat ia hidup dengan
Arimazes memiliki rasa iri terhadap Zadig yang dikenal dengan panggilan si
46
Bahagia. Kedengkiannya terhadap Zadig tidak memiliki alasan yang jelas. Zadig
dari Zadig dan mulai merasa iri dan cemburu dengan hidup Zadig. Hal ini dapat
Artinya:
trouvaient former un sens qui contenait les injures les plus horribles
contre le roi, L’envieux fut heureux pour la première fois de sa vie.”
(Voltaire, 2015: 26-28)
sangat besar kepada Zadig. Sajak Zadig yang ia tuliskan dalam tablet yang
sesungguhnya berisi pujian terhadap Baginda Raja itu terbela menjadi dua.
menunggu di taman dan mulai mencari tablet yang terpotong itu. Keberuntungan
seolah berpihak kepada si Pendengki ini. Akhirnya Pendengki ini mengambil dan
buruk dimana isinya merupakan penghinaan kepada Baginda Raja. Oleh karena
itu Zadig dihukum oleh baginda Raja yaitu seluruh kekayaannya dibagi dimana
dirampas oleh Baginda Raja. Zadig dengan kebaikan hati dan kerendahan hatinya
tak memiliki rasa dendam sama sekali. Karena menurutnya sajak yang ia tulis
menerima hukuman mati. Setelah beberapa saat kemudian sebutir buah persik
seolah menjadi penunjuk untuk membuka kebenaran. Buah persik itu jatuh tepat
di atas potongan tablet zadig yang satunya, dan menempel di sana. Si burung nuri
tablet itu, dan pada akhirnya sajak Zadigpun terbaca dengan jelas. Bahwa
sesungguhnya sajak yang dituliskan oleh Zadig itu merupakan pujian untuk
Baginda Raja. Zadig dengan aspek idnya tetap meminta maaf kepada Baginda
48
Raja walaupun kendatinya ia tak berbuat demikian. Hal tersebut dapat dibuktikan
Artinya:
“Le roi ordonna aussitôt qu’on fît venir Zadig devant lui, et qu’on fît
sortir de prison ses deux amis et la belle dame. Zadig se jeta le visage
contre terre aux pieds du roi et de la reine : il leur demanda très
humblement pardon d’avoir fait de mauvais vers ; il parla avec tant de
grâce, d’esprit, et de raison, que le roi et la reine voulurent le revoir.”
“On lui donna tous les biens de l’envieux, qui l’avait injustement accusé :
mais Zadig les rendit tous.” (Voltaire, 2015: 31)
melakukan hal yang baik, walaupun ia telah dijahati oleh si Pedengki. Egonya
menguasai pikirannya dan menguatkan Zadig untuk tetap berbuat baik dan selalu
rendah hati. Karena aspek id yang didorong oleh ego sehingga terbentuklah
4.2.4 Penolong
Terbentuklah aspek ego berikutnya yaitu penolong. Sikap penolong ini timbul
karena adanya sifat-sifat yang mendasar dari diri Zadig ini. Kebaikan hatinya,
penolong. Didukung dengan situasi yang mencekam sehingga ego ini menguasai
49
diri Zadig dan timbulah tindakan tolong-menolong ini. Zadig yang sedang
berjalan di kota Mesir, karena ia telah diusir dai Babilonia menemukan sosok
kedua matanya wanita itu berlinang air mata dan seolah-olah meminta
pertolongan kepada langit dan bumi. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai
berikut:
Artinya:
“ Ah ! ah !lui dit cet emporté, tu l’aimes donc aussi ! et c’est de toi qu’il
faut que je me venge.” (Voltaire, 2015: 58-59)
perjalanan dengan hati yang sangat kecewa dan renungan yang menguasai
otaknya, terdorong egonya dikarenakan id yang ia miliki yaitu baik hati, rendah
hati, tulus, dll sehingga ia terdorong untuk menolong sorang wanita yang dalam
keadaan bahaya. Zadig tak menyangka, ia hanya ingin menolong wanita itu,
perempuan itu. Zadig tak bisa mengelak dari perkelahian itu, ia akhirnya
bertarung melawan lelaki tak dikenalnya itu. Ia tetap menggunakan aspek id yaitu
kebaikan hati, kepintarannya untuk mengatur siasat dalam melawan lelaki ini. Hal
Artinya:
tenant l’épée sur la poitrine ; il lui offre de lui donner la vie. L’Égyptien
hors de lui tire son poignard ; il en blesse Zadig dans le temps même que
le vainqueur lui pardonnait. Zadig, indigné, lui plonge son épée dans le
sein. L’Égyptien jette un cri horrible, et meurt en se débattant.”
“Zadig alors s’avança vers la dame, et lui dit d’une voix soumise : « Il
m’a forcé de le tuer : je vous ai vengée ; vous êtes délivrée de l’homme le
plus violent que j’aie jamais vu.” (Voltaire, 2015: 59-60)
masih bisa memikirkan untuk bisa memaafkan pria tersebut. Akan tetapi, Zadig
menyelamatkan wanita itu. Akan tetapi, pria itu mulai melayangkan pedangnya
kepada Zadig, dan ego Zadig untuk mempertahankan dirinya pun sangat kuat.
Karena, Zadig hanya memiliki niat yang baik yaitu menyelamatkan perempuan
pria itu.
ingin menolong sang nelayan tersebut. Ego yang dimiliki Zadig yaitu menolong
sang nelayan semakin besar karena melihat kondisi dari sang nelayan. Hal ini
Artinya:
s’avance dans l’attitude d’un homme qui allait se précipiter et finir sa vie.
L’ardeur de sauver la vie au pêcheur fut aussi prompte que cette
réflexion. Il court à lui, il l’arrête, il l’interroge d’un air attendri et
consolant.” (Voltaire, 2015: 90-91)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa sungguh mulia hati Zadig yang begitu
tanggas dan cepat menyelamatkan sang nelayan dan kembali menghibur sang
nelayan dengan kesedihan hatinya. Zadig memiliki kebaikan hati yang mendorong
4.3 Superego
Superego adalah suatu gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan moral
Pada dasarnya Superego adalah hati nurani, jadi Superego memberikan pedoman
4.3.1 Bijak
Setelah dianalisi aspek id, ego, maka akan berlanjut pada aspek superego.
ego yang dihasilkan yaitu penghianat, penolong, dll, menimbulkan superego yang
dipengaruhi oleh keadaan sosial. Aspek superego yang terbentuk dari aspek id dan
ego yaitu bijak. Zadig merupakan pribadi yang baik, renda hati sehingga membuat
aspek superego yang bijak. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:
53
“Ia bijak sekali, karena ia selalu berusaha untuk berkumpul dengan orang-
orang bijak.” (Voltaire, 2019: 8)
Artinya:
“Il était aussi sage qu’on peut l’être ; car il cherchait à vivre avec des
sages.” (Voltaire, 2015: 9)
Babilonia. Kebijakan ini terbentuk karena aspek id dan ego yang kemudian
menjadi perdana menteri ia sudah berlaku bijak, apalagi ketika ia menjadi perdana
untuk membantu orang dan membuat ia dikenal dengan orang yang bijak.
Kebijakan ini berdasarkan pada aspek id dan ego yang telah bergabung menjadi
satu. Zadig dengan kemalangannya ia tetap menjadi pribadinya dan tak sedikit
digoyahkan oleh keadaan. Ia selalu dipuja dan dipuji oleh masayarakat Babilonia
saja bahkan para pendeta dan magi sekalipun. Hal ini terdapat dalam kutipan
sebagai berikut:
Artinya:
“C’est ainsi que Zadig montrait tous les jours la subtilité de son génie et la
bonté de son âme ; on l’admirait, et cependant on l’aimait. Il passait pour
le plus fortuné de tous les hommes, tout l’empire était rempli de son nom ;
toutes les femmes le lorgnaient ; tous les citoyens célébraient sa justice ;
les savants le regardaient comme leur oracle ; les prêtres même avouaient
qu’il en savait plus que le vieux archimage Yébor.” (Voltaire. 2015: 43)
kemampuan yang tak dimiliki oleh orang lain. Aspek idnya membawa ia selalu
dalam perbuatan yang baik. Ia mampu menyelesaikan persoalan apa saja yang
terjadi di babilonia. Suatu ketika, pada saat ia menjabat menjadi perdana menteri
di Babilonia, sudah ada perselisihan yang menurut warga Babilonia sudah tidak
mungkin terselesaikan. Karena permasalahan ini sudah ada sejak seribu lima ratus
tahun yang lalu. Orang sudah menganggap perselisihan ini menjadi hukum adat
masayarakat terbagi menjadi dua kubuh yaitu Magi Jubah Puti dan Magi Jubah
Hitam. Pembagian kubuh ini yaitu ketika engkau memasuki kuil Mithra dengan
ketika ia hendak ke kuil Mithra mereka menantikan kira-kira Zadig akan memihak
kepada siapa. Zadig dengan otaknya yang cerdas memiliki pandangan bahwa hal
masuk ke kuil Mathra dengan meloncat dan mendarat dengan dua kaki.
perselisihan yang terjadi sejak seribu lima ratus tahun yang lalu. Hal ini terdapat
“Ia juga mengakhiri perselisihan antara Magi Jubah Putih dan Magi Jubah
Hitam. Magi Jubah Putih bersikeras bahwa sembayang menghadap timur
adalah dosa besar. Magi Jubah Hitam menegaskan bahwa Tuhan membenci
doa manusia yang sembayang menghadap barat. Zadig memutuskan bahwa
orang boleh bersembayang dengan menghadap ke mana saja.” (Voltaire,
2019: 47)
Artinya:
“Il termina aussi heureusement le grand procès entre les mages blancs et
les mages noirs. Les blancs soutenaient que c’était une impiété de se
tourner, en priant Dieu, vers l’orient d’hiver ; les noirs assuraient que
Dieu avait en horreur les prières des hommes qui se tournaient vers le
couchant d’été. Zadig ordonna qu’on se tournât comme on voudrait.”
(Voltaire, 2015: 45)
Akan tetapi, kemalangan menimpanya. Ia menjadi perdana menteri yang baik hati
dan memiliki kecerdasan yang luar biasa sehingga ia dijuluki manusia yang
istimewa itupun hilang dan menjadikannya seorang yang hina karena egonya.
Aspek ego menguasai Zadig, Zadig semakin larut dalam cintanya kepada Ratu
istri Baginda Raja Astarte. Zadig awalnya tak merasakan cinta itu. Ia hanya
56
berperilaku baik saja kepada semuanya. Akan tetapi, kebaikan inilah disalah
artikan oleh Ratu. Zadigpun mulai merasahkan benih-benih cinta dan mengikuti
mengantarnya pada penghianatan yang sangat dibenci oleh baginda Raja. Ketika
ia diusir dari Babilonia, Ia membawa satu orang budak yang sangat setia
idnya dilupakan begitu saja. Ia sangat bijak dengan budaknya. Ia memiliki rasa
kasihan kepada budaknya. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut:
Artinya:
“Je vois, lui disait-il, que les malheurs de ma destinée se répandent sur la
tienne. Tout m’a tourné jusqu’ici d’une façon bien étrange. J’ai été
condamné à l’amende pour avoir vu passer une chienne, j’ai pensé être
empalé pour un griffon, j’ai été envoyé au supplice parce que j’avais fait
des vers à la louange du roi, j’ai été sur le point d’être étranglé parce que
la reine avait des rubans jaunes, et me voici esclave avec toi parce qu’un
brutal a battu sa maîtresse. Allons, ne perdons point courage, tout ceci
finira peut-être.” (Voltaire, 2015: 63-64)
saja. Ia mempunyai tutur kata yang bijak yang dapat menenangkan hati orang lain.
Kemudian, dalam perjalanannya Zadig bertemu dengan orang baik yang bernama
Setok. Menurut Setok Zadig orang yang memiliki id yang sangat baik. Sehingga,
Setok berbagai hal. Setok menganggap bahwa Zadig merupakan budak yang
sangat berbeda dari yang lain. Pada akhirnya, Setok menyadari kepintaran dan
kebijakan dari seorang Zadig. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut:
“Hamba ingin seperti Tuan,’ balas Zadig. ‘Hamba menyembah lilin-lilin ini,
tanpa memedulikan siapa Tuan mereka dan siapa Tuan hamba’
Setok mengerti betapa dalamnya perumpamaan itu. Kebijaksanaan
budaknya meresap dalam jiwanya; ia tidak lagi mebuang-buang dupanya
untuk dipersembahkan pada benda-benda di alam semesta, dan kini
menyembah Pencipta seluruh alam semesta.” (Voltaire, 2019: 73)
Artinya:
“Je fais comme vous, répondit Zadig ; j’adore ces chandelles, et je néglige
leur maître et le mien. » Sétoc comprit le sens profond de cet apologue. La
sagesse de son esclave entra dans son âme ; il ne prodigua plus son
encens aux créatures, et adora l’Être éternel qui les a faites.” (Voltaire,
2015: 69)
mampu membuat perdamaian terkait perselisihan yang ada sejak seribu lima ratus
tahun yang lalu. Zadig juga kembali berhasil membuat perdamaian dengan
kebijaksanaannya ini di kota Arab. Hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut:
Artinya:
58
Kutipan di atas menjelaskan bahwa setelah kejadian itu, Zadig dan Setok
kemudian memulai lagi perjalanan mereka menuju Basra. Pada suatu ketiak, ia
dan Setok menghadiri jamuan makan malam yang dihadiri oleh berbagai pria dari
beberapa pelosok negeri. Ada yang dari Mesir, India, China, Yunani. Di dalam
jamuan makan malam itu, terjadi percekcokan yang tidak terselesaikan. Zadig tak
mengeluarkan sepatah kata pun dalam percekcokan itu. Pada saat percekcokan
mereka mencapai klimaks, Zadig pun berupaya untuk mendamaikannya. Hal ini
Artinya:
“La querelle s’échauffa pour lors, et Sétoc vit le moment où la table allait
être ensanglantée. Zadig, qui avait gardé le silence pendant toute la
dispute, se leva enfin : il s’adressa d’abord au Celte, comme au plus
furieux ; il lui dit qu’il avait raison, et lui demanda du gui ; il loua le Grec
sur son éloquence, et adoucit tous les esprits échauffés. Il ne dit que très
peu de chose à l’homme du Cathay, parce qu’il avait été le plus
raisonnable de tous.
Ensuite il leur dit : « Mes amis, vous alliez vous quereller pour rien, car
vous êtes tous du même avis.
À ce mot, ils se récrièrent tous.
« N’est-il pas vrai, dit-il au Celte, que vous n’adorez pas ce gui, mais celui
qui a fait le gui et le chêne ?
Assurément, répondit le Celte.
Et vous, monsieur l’Égyptien, vous révérez apparemment dans un certain
bœuf celui qui vous a donné les bœufs ?
Oui, dit l’Égyptien.
Le poisson Oannès, continua-t-il, doit céder à celui qui a fait la mer et les
poissons.
D’accord, dit le Chaldéen.
L’Indien, ajouta-t-il, et le Cathayen, reconnaissent comme vous un
premier principe ; je n’ai pas trop bien compris les choses admirables que
le Grec a dites, mais je suis sûr qu’il admet aussi un Être supérieur, de qui
la forme et la matière dépendent.
» Le Grec, qu’on admirait, dit que Zadig avait très bien pris sa pensée. «
Vous êtes donc tous de même avis, répliqua Zadig, et il n’y a pas là de
quoi se quereller.
Tout le monde l’embrassa. (Voltaire, 2015: 77-78)
Setiap Zadig pergi kemana pun, Zadig selalu dipuja-puji. Setelah dari
60
Basra, Zadig kemudian pergi ke pulau Sarendib bersama sahabatnya Setok. Belum
Artinya:
kemudian dikenal oleh Raja Serendib. Zadig dijadikan sebagai penasihat kerajaan
Artinya:
“Nabussan n’y manqua pas : les bonzes vinrent se jeter aux pieds du roi,
et implorer son assistance. Le roi leur répondit par une belle musique dont
les paroles étaient des prières au ciel pour la conservation de leurs terres.
Les bonzes enfin donnèrent de l’argent, et le roi finit heureusement la
guerre. Ainsi Zadig, par ses conseils sages et heureux, et par les plus
grands services, s’était attiré l’irréconciliable inimitié des hommes les plus
61
aspek id dan ego yang bergabung. Karena kebaikan hati, kepintarannya yang
bukan keluar dari dirinya saja. Akan tetapi, seluruh warga Babilonia, Arab, Basra,
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
62
DAFTAR PUSTAKA
Bella, Gitta. 2013. Analisis Struktural Roman Das Austauschkind Karya Christine
Nöstlinger, Uny.ac.id
Inna, Matilda Angelina. 2017. “Kepribadian Tokoh Utama Michael Berg dalam
Roman Der Vorleser Karya Bernhard Schlink: Analisis Psikologi
Ssatra”.Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Larassati. 2017. “Analisis Kepribadian Tokoh Utama pada Film The Stolen
YearsBerdasarkan Tinjauan Psikologi Sastra”.Skripsi. Universitas Sumatera
Utara.
Muliani, Wahyu Puji. 2013. “Analisis Perilaku Tokoh Utama Dalam Roman
Claude Gueux Karya Victor Hugo Berdasarkan Teori Behaviorisme B.F
Skinner”. Skripsi. Program Studi Sastra Prancis. Semarang. Universitas
Negeri Semarang.
Nurhayati, Hevi. 2008. “Aspek Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Midah, Simanis
Bergigi Emas Karya Pramoedya Ananta Toer: Tinjauan Psikolog Sastra”.
63
64
Putra, Widya Mahardika, 2019. Novel Zadig Karya Voltaire Bahasa Indonesia
(cet. Pertama). Yogyakarta: Diva Press.
Sholihah, Eny Rokhiyatus. 2007. “Analisis Perilaku Tokoh Utama dalam Roman
Zadig ou La Destinée Karya Voltaire”. Skripsi. Semarang. Universitas Negeri
Semarang.
Teeuw, A. 1997. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Dunia
Pustaka Jaya.
Wellek & Warren. 1989. Teori Kesusasteraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
https://la-philosophie.com/freud-moi-ca-surmoi.
https://www.psychologies.com/Culture/Maitres-de-vie/Sigmund-Freud.