Oleh :
2018620028
FAKULTAS SASTRA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Sastra adalah sastra. Begitu batasan yang paling sulit dibantah. Artinya, selain
sastra adalah bukan sastra. Namun, di lain pihak, kita juga boleh menyatakan sastra
adalah ungkapan jiwa. Sastra itu wakil jiwa lewat bahasa lewat simbol sastra itu ada.
Konteks demikian dapat diartikan bahwa sastra tak mampu melepaskan diri dari
aspek psikis. Jiwa pula yang berkecamuk dalam sastra. Pendek kata, memasuki sastra
akan terkait dengan psikologi karya itu. Inilah awal kehadiran psikologi sastra dalm
penelitian sastra. Sastra adalah fenomena yang dapat didekati secara psikologis.
Seperti wawasan yang telah lama menjadi pegangan umum dalam dunia
estetetis. Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti
kejiwaan yang tampak lewat perilaku tokoh-tokoh nya. Dengan demikian, karya sastra
namun karyanya tetap bisa bernuansa kejiwaan. Hal ini dapat di terima karena antara
sastra dan psikologi memiliki hubugan lintas yang bersifat tak langsung, dan
psikologi sebab sebagaimana sudah kita pahami sastra berhubungan dengan dunia
fiksi, drama, puisi, esai yang diklasifikasian ke dalam seni (art), sedangkan psikologi
merujuk pada studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses mental. Meski
keduanya berbeda, tetapi memiliki titik temu atau kesamaan, yakni keduanya
berangkat dari manusia sebagai sumber penelitian. Bicara tentang manusia, psikologi
jelas terlibat erat karena psikologi menpelajari perilaku. Perilaku manusia tidak lepas
dari aspek kehidupan yang membungkusnya dan mewarnai perilakunya. Pendapat ini
Teori kepribadian menurut Freud pada umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu (a)Id
atau Es, (b) Ego atau Ich, dan (c) Super Ego atau Iber Ich. Isi Id adalah dorongan-
dorongan primitif yang harus dipuaskan, salah satunya adalah libido di atas. Id dengan
memiliki pengalaman tentang dunia luar. Ego bertugas untuk mengontrol Id,
1. Apa yang terjadi dengan kondisi batin tokoh utama ketika melihat kejadian yang
2. Bagaimana pengaruh kejadian yang dilihat oleh tokoh utama terhadap kondisi
3. Apakah tokoh Shiro pernah mengalami fase terburuk dan putus asa?
C. TUJUAN
kondisi bahaya;
LANDASAN TEORI
Foster (1970: 35) mengartikan cerita sebagai sebuah narasi berbagai kejadian
kemudian tertidur, begitu melihat wanita cantik langsung jatuh cinta, marah-marah
Seperti halnya Forster, Abrahams (1981 : 61) juga memberikan pengertian cerita
sebagai urutan kejadian yang sederhana dalam urutan waktu, dan Keny (1966: 12)
yang disajikan dalam sebuah karya fiksi. Jadi, dalam cerita, peristiwa yang satu
Cerpen, sesuai dengan namanya, adalah cerita yang pendek. Akan tetapi, berapa
ukuran panjang pendek itu memang tidak ada aturannya, tak ada satu kesepakatan di
antara pengarang dan para ahli Edgar Allan Poe (Jassin, 1961: 72), yang sastrawan
kenamaan dari Amerika itu, mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang
dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam—suatu
hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk sebuah novel. (Nurgiyantoro, 1995:
10).
B. PSIKOLOGI SASTRA
Psikologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang objek studinya
adalah manusia karena psyche atau psicho mengandung pengertian “jiwa”. Dengan
berguna untuk sarana mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Hanya perbedaannya,
gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra adalah gejala-gejala kejiwaan dari
Namun keduanya dapat saling melengkapi dan saling mengisi untuk memperoleh
kemungkinan apayang tertangkap oleh sang pengarang tak mampu diamati oleh
dilakukan oleh teks dan apa yang dilakukan oleh pengarang atau teori Freud, Jung,
dan Lacan. Psikologi sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi
dan peranan studi psikologis. Dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh, maka
psikologis. Menurut Wellek dan Warren (1989:92-93), dalam sebuah karya sastra
yang berhasil, psikologi sudah menyatu dengan karya seni. Suwardi endraswara
(2014:91)
dikuasai oleh alam batinnya sendiri. Terdapat id, ego,dan super ego dalam diri
manusia yang menyebabkan manusia selalu berada dalam keadaan berperang dalam
ANALISIS DATA
yang merupakan reservoir pulsi dan menjadi seumber energi psikis. Ego (terletak di
antara alam sadar dan taksadar) yang bertugas sebagai penengah yang mendamaikan
tuntutan pulsi dan larangan superego. Superego (terletak sebagian di bagian sadar dan
sempurna pulsi-pulsi tersebut yang merupakan hasil pendidikan dan identifikasi para
Freud mengibaratkan id sebagai raja dan ratu, ego sebagai perdana menteri dan
diinginkannya harus segera terlaksana. Ego selaku perdana menteri yang diibaratkan
memiliki tugas harus menyelesaikan segala pekerjaan yang terhubung dengan realitas
dan tanggapan terhadap masyarakat. Superego, ibaratnya seorang pendeta yang selalu
yang rakus dan serakah bahwa pentingnya perilaku yang arif dan bijak(Minderop,
2010: 21
yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai
1. Pada suatu sore di musim semi, seekor anjing bernama Shiro berjalan di
sepanjang jalan sepi sambil mengendus-endus tanah. (Akutagawa, 191)
adalah Shiro (Si Putih) karena Shiro sering disebut dalam bagian-bagian cerita.
1. Kesedihan
yang penting atau bernilai. Intensitas kesedihan tergantung pada nilai, biasanya
kesedihan teramat sangat bila kehilangan orang yang dicintai. Kesedihan yang
mendalam bisa juga karena kehilangan milik yang sangat berharga yang
Hampir saja Shiro berteriak dengan spontan, ‘Kuro, awas bahaya!’ tapi
pada saat itu si penangkap anjing menatap tajam Shiro dengan wajah
mengancam seolah berkata, ‘Coba saja, kalau kau peringatkan dia, maka
kau akan ku tangkap duluan!’ Shiro menjadi sangat ketakutan hingga ia
lupa untuk menggonggong. Tidak, sebenarnya tidak sepenuhnya lupa,
hanya nyalinya yang hilang dan dengan perlahan ia mulai melangkah
mundur. (Akutagawa, 192)
Adanya data di atas menunjukkan bahwa id lebih besar dari ego dan superego.
dengan temannya.
dalam sikap menghukum diri sendiri—si individu terlihat sebagai sumber dari
Shiro merasa bulu kuduknya meremang ‘Hitam semua?’. Ini tak nungkin,
soalnya sejak kecil ia sudah seputih susu. Tetapi saat ia melihat kaki
depannya, ... ya ampun! Tak hanya kaki depannya, dada, perut, dan kedua
kaki belakangnya, serta ekornya yang panjang dan indah pun juga hitam
pekat seperti dasar penggorengan. Hitam legam! Hitam legam! Shiro
menggonggong sejadi-jadinya, sambil melompat dan berputar-putar
seperti sudah jadi gila. (Akutagawa, 194)
Adanya data di atas menunjukkan bahwa Id lebih besar dari ego dan superego
karena tokoh Shiro dalam keadaan bimbang dan belum bisa menerima
kenyataan.
b. Kesedihan
yang penting atau bernilai. Intensitas kesedihan tergantung pada nilai, biasanya
kesedihan yang teramat sangat bila kehilangan orang yang dicintai . Kesedihan
yang mendalam bisa juga karena kehilangan milik yang sangat berharga yang
Suara Shiro bergetar sedih bercampur kesal yang sulit diungkapkan. Tentu
saja kedua anak itu tak dapat memahami perasaannya. Nada bicara gadis
itu penuh kebencian. “Dia masih saja menggonggong di sana. Benar-benar
anjing liar tak tahu diri”. Dia menghentakkan kakinya ke tanah.
Sedangkan si bocah lelaki, mengambil beberapa kerikil dari jalan setapak
lalu melemparkannya ke arah Shiro dengan sekuat tenaga. (Akutagawa,
194).
Adanya data di atas menunjukkan ego lebih kuat dibanding id dan superego
karena ia berada pada posisi marah terhadap dirinya sendiri karena sikapnya
yang salah.
3. Parkes (1965) menemukan bukti bahwa kesedihan yang berlarut-larut dapat
mengakibatkan depresi dan putus asa yang menjurus pada kecemasan; akibatnya
bisa menimbulkan insomnia, tidak memiliki nafsu makan, timbul perasaan jengkel
dan menjadi pemarah serta menarik diri dari pergaulan. (Albertine Minderop, 2010:
43)
Adanya data di atas menunjukkan bahwa ego lebih besar dari id dan superego
Karena aku sangat membenci tubuhku yang legam ini, maka aku
berusaha membunuh diri jadi aku lompat ke dalam api dan bahkan
berkelahi dengan seekor serigala. Anehnya, setangguh apapun musuhku
tetap saja nyawaku tak terenggut. Bahkan maut kabur entah ke mana saat
melihat wajahku. Saking menderitanya aku memutuskan untuk bunuh
diri. (Akutagawa, 201)
A. KESIMPULAN
dikuasai id dan ego. Hal tersebut berarti bahwa Shiro mengandalkan naluri
ketika terperangkap pada dua pilihan yang dibatasi oleh realitas. Shiro
B. SINOPSIS
Cerita pendek ini menceritakan tentang anjing yang bernama Shiro yang
diincar oleh penangkap anjing. Shiro sangat ingin mengingatkan Kuro bahwa
ia dalam keadaan bahaya. Akan tetapi, ketakutan Shiro lebih besar sehingga ia
Kuro. Shiro berlari ke rumah dan bertemu majikannya. Kesalahan Shiro hari
majikannya. Hal ini menyebabkan Shiro putus asa dan berniat bunuh diri.
Namun niat bunuh diri itu menyebabkan ia menolong orang lain. Setelah
melewati hari beratnya, Shiro kembali pulang dan ingin melihat wajah
majikannya. Keesokan hari nya, bulu Shiro menjadi putih dan dikenali
majikannya.
DAFTAR PUSTAKA
UNIVERSITY PRESS.
Minderop, Albertina. 2010. Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.