Kelas : PBSI 4B
NIM :1801040076
Sastra dalam pandangan psikologi sastra adalah cermin sikap dan perilaku
manusia. Sikap dan perilaku hakikatnya adalah pantulan jiwa. Jiwa yang khayal,
akan dapat dimonitor lewat sikap dan perilaku. Oleh karena itu, membaca sikap
dan perilaku dalam sastra, peneliti akan mampu memahami gejolak jiwa manusia.
Peristiwa kejiwaan ketika menggerutu, meratap, melamun, menangis,
menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan, berteriak histeris, membanting
pintu dan menutup diri seharian di dalam kamar, mencabik. cabik baju, meremas
kertas, duduk berkhayal dan membunuh diri serta melukai orang lain, dan lain-
lain, merupakan wujud perilaku eksternal yang tak dapat dirubah karena sudah
terlanjur terungkap dan merupakan fakta empiris.
Gagasan demikian cukup nalar karena dalam sastra tokoh tidak mungkin
lepas dari aspek lingkungan sekitar. Hidup tidak serba asing. Hidup seorang tokoh
dalam sastra selalu berkaitan dengan aspek lain. Maka, Jefferson dan Robey
(19919) juga .menegaskan bahwa aset lingkungan dalam studi psikologi sastra tak
bisa dilepaskan. Dengan bersandar gagasan Taine.
Akhimya, dapat diketengahkan bahwa karya sastra, tampak~ nya telah mampu
merekam gejala kejiwaan yang terungkap lewat perilaku tokoh. Perilaku ini
menjadi data atau fakta empiris yang harus dimunculkan oleh analis atau
pembaca, ataupun peneliti sastra dengan syarat bahwa mereka memiliki teori-teori
psikologi yang memadai di dalam usaha bedah investigasi. Tanpa pengetahuan
psikologi yang memadai, kegiatan analisis hanya akan berhenti sebatas kerangka
atau bingkai general semata, yakni analisis psikologi tanpa mampu menjelaskan
secara tajam partikular gejala psikologi, seperti apa yang diidap tokoh.
Contoh : Dalam sebuah novel yang berjudul Daun Kamboja Luruh Satu-Satu
terdapat seorang tokoh utama yang memiliki karakter yang baik. Penulis
menggambarkan kehidupan tokoh utama itu dengan cerita bahwa dia memiliki
keluarga yang tidak harmonis, hidupnya dirundung dengan pilu, serba kesepian
dll. Dari penggambaran tokoh tersebut pembaca dapat merasakan kesedihan yang
dialami oleh tokoh tersebut meskipun hanya melalui penggambaran dari penulis
cerita.
Tokoh biasa terdapat pada karya prosa dan drama. Adapun puisi hanya
sebagian yang memiliki tokoh. Puisi klasik memang ada pula yang mempunyai
tokoh. Karya sastra babad, misalnya, meskipun berupa puisi, tetapi ada tokohnya.
Tokoh-tokoh yang muncul dibangun untuk melakukan sebuah objek. Tokoh
termaksud yang secara psikologis menjadi wakil sastrawan. Sastrawan kadang-
kadang menyelinapkan pesan lewat tokoh. Kemarahan sastrawan sering kali juga
dimunculkan dalam tokoh.
Contoh : Seorang penulis sedang mengalami patah hati atu mengalami kesedihsn
akibat suatu hal, maka dalam penulisan karyanya biasanya secara alami akan
terdapat bagian yang menceritakan tentang kisah patah hati tersebut. Baik itu
tersdapat dalam cerita tokoh utama maupun tokoh pendamping lainnya.
Penerapan konsep Wellek dan Warren (1989) telah dicoba oleh beberapa
peneliti. Meskipun hasil penelitiannya masih terbatas pada novel dan belum
mampu mengungkap seluruh aspek psikologis penelitian mereka telah
membukakan jalan menuju psikologi sastra. Penelitian terhadap Novel IDeviasi
IKarya Mira W. akan dibahas disini. Berdasarkan pengamatan diketahui
bagaimana sifat-sifat tokoh utama Rivai. Misalnya seperti
Di saat lain, di depan Taufan (suami Arneta yang baru), Rivai juga memperkosa
Tiah (pembantu Arneta) lagi. Tidak segan-segan Rivai memukuli korbannya
sebelum dia memuaskan nafsunya. Taufan yang menghalang-halangi Rivai untuk
menemui Arneta juga tidak lepas dari siksaan atau hukumannya. Hal ini dilakukan
sesuai dengan prinsip hidup yang telah ditanamkan oleh kakakmya (Rana
Maringka) bahwa siapa yang bersalah harus dihukum. Sifat Rivai semacam ini
telah tampak sejak lama, bahkan sejak usianya baru tujuh tahun. Hal ini teradi
akibat kebencian pada sang Ayah yang selalu memperlakukannya secara keras.
Misalnya, ketika tahu ayahnya berada dj gudang, dia sengaja membakar gudang
dan ayahnya hidup hidup. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kutipan berikut.
Beberapa meter dari sana, seorang anak laki-laki berumur tujuh tahun tak
berkedip menatap ke arah gudang yang terbakar. Tatapannya kosong. Mukanya
beku. Dalam kobaran api yang merah membara itu, seperti dapat menyaksikan
kembali adegan sore tadi. Ayah memukulinya dengan ganas. (hal. 5)
Contoh :Sorang tokoh memiliki watak yang baik bahkan sangat baik senang
membantu dan selalu ramah terhadap orang lain, namun terkadang tanpa sebab
yang jelas dia tiba-tiba berubah menjafi prubadi yang berbeda terkadang marah-
marah, bahkan tidak segan dia memukuli orang di sekitarnya. Dari penjelasan
tersebut dapat dianalisis psikologis tokoh tersebut memiliki kepribadian ganda.