PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fungsi inti dan non inti dalam kalimat?
2. Bagaimana fungsi predikat dalam kalimat?
3. Bagaimana fungsi subjek dalam kalimat?
4. Bagaimana fungsi objek dalam kalimat?
1
5. Bagaimana fungsi pelengkap dalam kalimat?
6. Bagaimana fungsi keterangan dalam kalimat?
7. Apa yang dimaskud modalitas dalam kalimat?
8. Bagaimana peranan sintaksis?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui fungsi inti dan non inti dalam kalimat.
2. Untuk mengetahui fungsi predikat dalam kalimat.
3. Untuk mengetahui fungsi subjek dalam kalimat.
4. Untuk mengetahui fungsi objek dalam kalimat.
5. Untuk mengetahui fungsi pelengkap dalam kalimat.
6. Untuk mengetahui fungsi keterangan dalam kalimat.
7. Untuk mengetahui apa yang dimaskud modalitas dalam kalimat.
8. Untuk mengetahui peranan sintaksis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
B. Fungsi P (Predikat)
Verba atau frasa verbal dominan mengisi fungsi P, dan dalam struktur fungsi
P merupakan sentralnya. Dengan demikian jika dalam kalimat :
(1) Pelawak Cholik meninggal.
3
(2) Kakak ke Jakarta.
(3) Prestasinya membanggakan.
(4) Dia pelatih bulu tangkis.
(5) Anaknya empat.
Dalam contoh kalimat (6) dan kalimat (7) terdapat urutan dua verba bekerja
dan membanting tulang, berusaha dan mengentaskan. Urutan dua verba yaitu
bukan frasa karena membanting tulang (6), mengentaskan (warga miskin) (7)
merupakan konstituen kalimat tersendiri yaitu sebagai K. Konstituen
membanting tulang (6) bermakna “cara” sehingga merupakan K cara,
sedangkan mengentaskan (warga miskin) (7) bermakna “tujuan” sehingga
merupakan K tujuan. Dengan demikian, urutan dua verba bekerja
membanting tulang, dan berusaha mengentaskan bukan frasa verbal karena
merupakan dua konstituen, yakni P dan K.
Kalimat (8) menyiratkan bahwa "yang jatuh adalah penjaga gawang itu, dan
yang bangun pun penjaga gawang itu". Jadi, secara hipotesis kalimat (8)
merupakan pemadatan dari penjaga gawang itu sebentar jatuh dan (penjaga
gawang itu) sebentar bangun (untuk mengamankan gawangnya).
4
C. Fungsi S (Subjek)
Dengan adanya P untuk terbentuknya kalimat minimal dibutuhkan satu
pendamping. Pendamping minimal yang memungkinkan terbentuknya kalimat
itu adalah S. Letak S dalam kalimat datar adalah di sebelah kiri P. Perbedaan
antara P dan S ialah P dapat dipertanyakan, sedangkan S tidak dapat
dipertanyakan. Sehubungan dengan kalimat (2) misalnya, dapat diajukan
pertanyaan, "Kakak ke mana?" dengan jawaban, "Ke Jakarta" (P), sedangkan
pertanyaan, "Siapa yang ke Jakarta?" merupakan pertanyaan dari, "Kakak
yang ke Jakarta", bukan kalimat (2). Selain cara itu, S dominan berupa FN
(frasa nominal). Oleh karena itu adanya kalimat :
(9) Membangun jalan tol mahal biayanya.
(10) Merah berarti berani.
(11) Di rumah sendirian membosankan.
(12) Tujuh adalah angka keberuntungan.
D. Fungsi O (Objek)
Fungsi O hadir dalam kalimat dengan P yang diisi verba transitif. Verba
transitif ditandai dengan prefiks me(N)-, me(N)-/-kan, me(N)-/-i. sebagai
contoh:
(13) Probo mencabut gugatannya.
(14) Para peziarah menaburkan bunga.
(15) Aib itu mencederai persahabatan mereka.
5
Dari contoh di atas diketahui bahwa verba berprefiks me(N)- : mencabut
adalah transitif dengan O gugatan (13), verba berkonfiks me(N)-/-kan:
menaburkan adalah transitif dengan O bunga (14), dan verba berkonfiks
me(N)-/-i : mencederai adalah transitif dengan O persahabatan mereka (15)
jadi, kategori O adalah nomina atau frasa nominal. Ciri lain ialah O dapat
menjadi S jika kalimat aktif itu diubah menjadi kalimat pasif. Sebagai contoh
kalimat (13,14,15) menjadi:
(16) Gugatannya dicabut oleh probo
(17) Bunga ditaburkan oleh para peziarah
(18) Persahabatan mereka dicederai oleh aib itu
Berturut-turut dalam kalimat (16,17,18), gugatatannya, bunga, persahabatan
mereka menduduki fungsi S.
Objek bisa juga diisi klausa terikat yang berkonjungsi bahwa , misalnya:
(19) Pembimbingnya mengatakan bahwa skripsinya sudah memenuhi syarat
untuk diujikan.
Klausa terikat bahwa skripsinya sudah memenuhi syarat untuk diujikan
menjadi S dalam kalimat berikut.
(20) Bahwa skripsinya sudah memenuhi syarat untuk diujikan dikatakan oleh
pembimbingnya.
Berbeda dengan anak bungsunya, sepeda baru dalam kalimat (21) tidak bisa
menjadi S dalam kalimat pasif jika dipaksakan, akan dihasilkan kalimat yang
tidak gramatikal berikut ini:
(23) Sepeda baru dibelikan oleh Martin anak bungsunya.
(24) Sepeda baru dibelikan anak bungsunya oleh Martin.
6
Dapat dikatakan bahwa anak bungsunya, adalah O, sedangkan sepeda baru
adalah Pel.
Contoh lain Pel adalah anaknya, kepada para pahlawan pada kalimat berikut:
(25) Permadi menghadiahi anaknya hewan langka.
(26) Pemerintah menganugerahkan bintang jasa kepada para pahlawan.
Fungsi Pel bisa terdapat di belakang P verba bentuk ber-, ber-/-an, dan ber-/-
kan. Misalnya:
(27) Beras itu bercampur pasir.
(28) Para korban penggusuran terus berjuang (untuk) menuntut haknya.
(29) Pejuang yang terluka berlumuran darah.
(30) Para pejuang bersenjatakan bambu runcing.
(31) Keputusan hakim berlandaskan hukum positif.
F. Fungsi K (Keterangan)
Kempat fungsi yang telah dipaparkan di atas, yaitu S, P, O, Pel tergolong
fungsi inti. Sedangkan K tergolon fungsi non-inti. Selain kehadirannya yang
tidak wajib, letak K cenderung bebas, bisa disebelah kiri S, diantara S dan P,
atau disebelah kanan O dan atau Pel.
(33a) Dengan cepat, polisi mengamankan dalang kerusuhan itu.
(33b) Polisi dengan cepat mengamankan dalang kerusuhan itu.
(33c) Polisi mengamankan dalang kerusuhan itu dengan cepat.
7
(35a) Anak-anaknya menerima keadaan itu dengan tabah.
(35b) Dengan tabah anak-anaknya menerima keadaan itu.
(35c) Anak-anaknya dengan tabah menerima keadaan itu.
Ciri letak yang bebas itu merupakan ciri K yang utama, dan ciri ketidak-intian
sebagai ciri sekunder. Oleh karena itu dalam kalimat :
(36a) Keluarga Lintang berasal dari Tanjong Pelumpang.
(36b) Dari Tanjong Pelumpang, keluarga Lintang berasal.
G. Modalitas
Modalitas dibedakan dari modal. Modal merupakan kata-kata yang memberi
keterangan pada verba sehingga mirip dengan adverbial. Yang termasuk
modal, misalnya dapat, boleh, ingin, harus, mesti. Adapun modalitas adalah
kata atau frasa yang mengungkapkan sikap pembicara, dan kedudukannya
8
dalam kalimat mirip dengan fungsi K. Dapat dikatakan bahwa modal bersifat
intrakalimat, sedangkan modalitas bersifat ekstrakalimat. Perbadaan itu
tampak dalam contoh berikut.
(38) Dia harus datang pukul 07.00.
(39) May ingin menyelesaikan kuliahnya dulu.
(40) Adik dapat mengerjakan soal itu dengan cepat.
Adanya jeda (tanda koma) di sebelah kanan sayang, mungkin, tentu saja pada
kalimat (41, 42, 43) menunjukkan bahwa satuan di sebelah kiri jeda itu
merupakan konstituen tersendiri. Dapat dikatakan bahwa sayang, mungkin,
tentu saja merupakan sikap pembicara terhadap keseluruhan isi klausa di
sebelah kanannya.
H. Peran Sintaksis
Fungsi sintaksis S, P, O dan sebagainya diisi oleh kategori sintaksis, seperti
verba, nomina, adjektiva, dan sebagainya. Selain itu fungsi sintaksis juga diisi
oleh makna sintaksis atau peran “role”. Untuk jelaskan perhatikan uraian
berikut ini:
9
i nomina preposisional
Sehungan dengan makna sintaksis atau peran perlu disinggung adanya makna
leksikal, gramatikal dan idiomatik. Makna leksikal adalah makna yang
terkandung dalam unit leksikal atau leksem. Makna gramatikal adalah makna
yang timbul karena hubungan antara morfem dan morfem, kata dan kata,
frasa dan frasa. Makna idiomatik adalah makna dari gabungan kata (bisa kata
majemuk, bisa frasa). Yang makna keseluruhannya tidak dapat dijabarkan
dari makna komponennya, misalnya darah daging, tanah air,
perkembangbiakan, kesatupaduan, kutu buku, kambing hitam, tumpang
tindih, penyalahgunaan, pedagang eceran, saudara sepupu, pekerjaan
sambilan.
10
Peran ’agentif’ juga dapat dibuktikan dengan pertanyaan, “Siapa pelaku
tindakan itu?” Jika jawabannya adalah (pelaku adalah Marisa), Marisa
berperan ‘ agentif’ atau ‘pelaku’.
11
(55) Tongkat bambu itu menyangga tubuhnya yang rapuh.
(56) Mesin cuci itu mengeringkan pakaian yang basah.
5. Datif
12
Dalam bahasa Inggris peran ‘datif’ pada S ditandai dengan to pada
parafrasanya yang dalam bahasa Indonesia berpadanan dengan pada,
misalnya:
(64a) Gadis berkerudung itu menawan hati Wawan.
(64b) Hati Wawan tertawan pada gadis berkerudung itu.
BAB III
13
PENUTUP
A. Kesimpulan
Telah diketahui bahwa S, P, O dan Pel adalah fungsi inti yang kehadirannya
bersifat wajib. Selain fungsi inti, ada juga fungsi non-inti yang kehadirannya
tidak wajib atau opsional, yaitu fungsi K (Keterangan). Dalam komunikasi
ditemui juga adanya kalimat berkonstituen Mod (Modalitas).
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan dapat memahami
konstituen-konstituen inti maupun non-inti dalam kalimat. Hal ini bertujuan
agar pembaca dapat menerapkan dengan baik pemahaman ini pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
14
Suruno, (2011). Frasa Klausa dan Kalimat, Semarang : Universitas Diponegoro.
15