Anda di halaman 1dari 5

Analisis Karya Sastra Anak

Nama : Nenden Kintani


NIM : 1800156
Kelas : PGSD 4A

Jenis prosa yang dianalisis adalah cerita pendek berjudul “Mawar Pink Untuk Mama” karya
Roswani Siregar.

Unsur-unsur Intrinsik Prosa :

1. Plot atau alur cerita


Cerita pendek ini menggunakan alur maju
2. Penokohan
a. Tokoh utama “Joana” yang memiliki sifat penyayang, apa adanya, perhatian serta
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hal ini terbukti pada bagian cerita “akhir-
akhir ini aku melihat ada yang berubah pada papa. Papa jarang sekali bercakap-
cakap dengan mama.” Serta pada bagian cerita “papaku bukan orang kantoran. Ia
bekerja sebagai teknisi di bengkel. Penampilanya jarang rapi. Setiap pulang kerja,
bajunya kotor dan penuh bercak oli. Walau begitu, aku tidak pernah malu
menceritakan profesi papa kepada teman-teman.” Dan kita juga dapat
menyimpulkan sifat tokoh utama Joana lewat bagian cerita ini “seumur-umur baru
kali itu aku mendengar papa berbicara tentang mama dengan nada kasar. Mama
dan papa pasti punya masalah.”. Lewat bagian-bagian cerita tersebut sudah jelas
bahwa tokoh utama “Joana” memangla memiliki sifat yang perhatian, apa adanya,
penyayang, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
b. Tokoh “Gwen” sebagai sahabat dari tokoh utama. Tokoh “Gwen” ini digambarkan
sebagai tokoh yang penyayang, dan setia kawan. Kita dapat melihat nya dari bagian
cerita sebagai berikut “Kamu punya masalah?” Tebak Gwen, memandang mataku
dalam-dalam. “Enggak juga!” “kenapa sih? Aku kan sahabtmu,” ucap Gwen
curiga. “masalah jangan disimpen sendiri nanti sakit!”. Pada bagian cerita ini
penulis dengan jelas menggambarkan watak tokoh “Gwen” yang setia kawan dan
menyayangi sahabatnya.
c. Tokoh “Papa” yang menjadi pusat perhatian dalam cerita ini. Dimana dari awal
cerita hingga akhir tokoh utama selalu membawa tokoh “Papa”. Tokoh “Papa”
dikatakan memiliki watak yang sedikit tertutup dan cuek. Hal ini jelas tergambar
lewat bagaimana tokoh utama menceritakan tokoh “Papa” ini. “aku tertawa melihat
rambut papa yang acak-acakan. Papa pasti terburu-buru, jadi lupa menyisir
rambut.”. Dan “jangankan bercerita, menegur saja jarang. Aku merasa jauh sekali
dengan papa”. Dimana pada bagian ini jelas bahwa tokoh “Papa” memiliki sifat
yang cuek baik dari segi dirinya maupun terhadap orang lain. Dan pada bagian
cerita “papaku sekarang jarang bicara, desisku meluncur begitu saja sebelum
sempat kupikirkan. Eh maksudku papa enggak cerita apa-apa.” Yang
menunjukkan bahwa tokoh “Papa” memiliki sifat yang tertutup.
d. Tokoh “Mama”, tokoh yang dibagian awal cerita hanya digambarkan lewat tokoh
utama dan muncul ketika bagian akhir cerita. Tokoh “Mama” memiliki watak yang
perhatian dan penyayang keluarga. Hal ini jelas digambarkan penulis lewat bagian
cerita “aku tadi kerumah Gwen dulu ma, laporku. O, mama pikir kemana. Mama
menghela napas lega.” Menunjukkan bahwa tokoh “Mama” memiliki sifat yang
perhatian dan penyayang disaat ia merasa khawatir akan keterlambatan pulang
anaknya.
e. Tokoh “Opa”, tokoh ini memang hanya muncul lewat bawaan tokoh utama. Tokoh
ini memang tidak muncul tetapi secara tidak langsung tokoh ini membawa dampak
bagi cerita. Yaitu pada bagian cerita “seperti kata mendiang opa, “pekerjaan
apapun tidak masalah, yang penting halal!”. Bagian cerita ini terlihat bahwa tokoh
opa tidak dimunculkan dan hanya merupakan tokoh bawaan dari tokoh utama tetapi
membawa dampak baik yaitu salah satunya adalah amanat bagi cerita ini.
f. Tokoh “Pak RW” yang lagi-lagi merupakan tokoh yang tidak dimunculkan dalam
cerita namun mempunyai dampak bagi cerita ini. Pada bagian cerita “joana, mama
tadi kemana ya ? “rumah pak RW” jawabku singkat.” Bagian ini menyebutkan
tokoh Pak RW yang sama sekali tidak dimunculkan dalam dialog tetapi
menimbulkan dampak dalam cerita ini berupa latar tempat.
g. Tokoh “penjual bunga” yang merupakan tokoh pembantu dalam cerita ini. Tokoh
ini muncul pada bagian akhir cerita dimana tokoh utama bertemu tokoh “penjual
bunga” ini dalam menentukkan ending cerita. Selain itu tokoh “penjula bunga” ini
memiliki sifat yang seperti halnya penjual pada umumnya yakni memberikan
pelayanan yang baik, serta banyak tahu tentang bunga. Dan hal tersebut menjadi
wajar karena memanglah sifat dari seorang penjual seperti itu.
h. Tokoh “Dokter gigi” yang merupakan tokoh yang tidak dimunculkan juga dalam
cerita tetapi membawa dampak bagi cerita. Sama halnya dengan tokoh “Pak RW”,
tokoh “Dokter gigi” juga merupakan tokoh yang menghasilkan konteks lain berupa
latar tempat.
i. Tokoh “Papa Gwen” juga tidak dimunculkan dalam cerita, hanya saja di sebutkan
oleh tokoh “Gwen” yaitu pada bagian cerita “itu, mobil papaku yang dibengkel
kapan beresnya? Aku bosan, naik angkot terus!”.
j. Tokoh “Mama Gwen” yang juga tidsk dimunvulkan dalam cerita hanya saja
disebutkan oleh si tokoh utama yaitu pada bagian cerita “maklum di bengkel yang
diurus bukan sisir, tetapi onderdil dan oli, tambahku sedikit menyindir Gwen
yang mamanya menjadi penata rambut di salon.”.
k. Tokoh “Anak Pengantar Bunga” yang tidak juga memiliki peran penting dalam
cerita ini. Tokoh ini hanya merupakan tokoh bawaan dari tokoh “Mama” yang mana
pada bagian akhir cerita tokoh “Mama” menceritakan tentang bagaimana bunga
bisa sampai kerumahnya lewat anak pengantar bunga tersebut.
3. Latar
a. Tempat
Di bengkel, di sekolah, di salon, di depan kelas, di halte dekat sekolah, di pasar
bunga, di rumah, di ruang tamu, di rumah Gwen, di dokter gigi, dan di kamar.
b. Waktu
Akhir-akhir ini, baru kali itu, beberapa hari ini, keesokan harinya sepulang sekolah,
keesokan harinya, pukul setengah lima, tadi pagi, dan hari ini.
c. Suasana
Pada awal cerita suasana yang tergambar adalah kekesalan serta suasana serba
bingung. Dimana tokoh utama dibuat terkejut oleh sikap tokoh “Papa” yang
senantiasa mengalami perubahan sikap, kemudian di pertengahan cerita tergambar
latar suasana sedih dimana tokoh utama menemukan konflik-konflik batin yang
mengakibatkan perasaan yang sedih. Serta diakhir cerita suasana yang tercipta
adalah suasana bahagia yang merupakan ending dari cerita ini.
4. Tema
Tentang kasih sayang seorang anak terhadap kedua orang tua
5. Pesan
Amanat yang terkandung dalam cerita ini, untuk anak-anak adalah sayangilah kedua
orang tuamu dengan berbagai cara. Karena berbakti kepada orang tua adalah perintah
Tuhan. Cintailah fisiknya, cintailah perilakunya, cintailah sifatnya, cintailah
pekerjaannya, dan cintailah segala kekurangan serta kelebihannya. Karena apapun yang
dikerjakan ataupun yang diberikan oleh orang tua kita, kita tidak akan pernah bisa
membalasnya sampai kapanpun. Dan amanat untuk orang tua adalah jangan pernah
menunjukkan kemarahan atau keributan di depan anak-anak. Karena anak adalah tiruan
dari orang tuanya dan sampai kapanpun apa yang dilakukan oleh orang tuanya akan
diingat sepanjang hidupnya, bahkan kerap kali ditiru pula oleh anak-anak. Serta
perhatian orang tua sangatlah penting demi tumbuh kembang anak, oleh karena itu
jangan sesekali bersifat acuh terhadap anak. Jalinlah komunikasi yang baik untuk
kebaikan anak itu sendiri.
6. Sudut Pandang
Penggunaan kata “aku” dalam cerita pendek ini menunjukan bahwa menggunakan
sudut pandang orang pertama
7. Konflik
Pertama disaat tokoh utama merasa ada perbedaan terhadap papanya, kemudian disaat
tokoh Papa menunjukkan ekspresi sangarnya kepada anaknya lewat nada-nada
ucapannya yang kasar, sehingga tokoh utama merasa bingung bercampur dengan
kesedihan. Selanjutnya adalah ketika tokoh utama berkesimpulan bahwa orang tua nya
sedang bertengkar dan terciptanya perasaan takut dan sedih dari tokoh utama yang
merupakan puncak konflik dari cerita ini, hingga muncullah tokoh Gwen yang berusaha
menjadi penengah dari konflik tokoh utama dan pada tahap ini konflik sedikit mereda
dan menemukan sedikit jalan keluar. Hingga akhirnya pada tahap akhir cerita dimana
sudah ditemukan jawaban dari konflik tersebut bahwa konflik tersebut terjadi karena
kesalahpahaman tokoh utama terdap tokoh Papa sebagai tokoh pembuat konflik. Dan
berakhir dengan bahagia.

Penggunaan bahasa dalam cerita pendek ini

Dalam cerpen ini, pengarang sangat cerdas memilih dan memilah bahasa yang digunakan
dalam cerpen yang memang ditunjukkan oleh anak-anak ini. Pengarang menggunakan bahasa
yang sederhana yang mudah dicerna oleh kalangan anak-anak. Pengarang juga tidak banyak
menggunakan gaya bahasa, karena memang penggunaan gaya bahasa terkadang menyulitkan
pembaca dalam hal pemahaman isi cerita. Dan karena penulis membuat cerita ini untuk anak-
anak, maka penulis tidak banyak menyelipkan gaya bahasa agar anak-anak dapat memahami
isi cerita dengan baik. Dalam cerpen ini ditemukan gaya bahasa seperti pada bagian cerita
(“kamu punya masalah?” Tebak Gwen, memandang mataku dalam-dalam. “Enggak juga!”
“kenapa sih? Aku kan sahabtmu,” ucap Gwen curiga. “masalah jangan disimpen sendiri nanti
sakit!”). penulis menggunakan kata “sakit” yang dihubungkan dengan kata “masalah” yang
mengandung majas perbandingan personifikasi. Gaya bahasa yang selanjutnya adalah
metafora. Yang saya temukan pada bagian “Papaku bukan orang kantoran”. Dimana pengarang
berusaha membandingkan profesi yang ada dalam cerita dengan keadaan aslinya. Kemudian
ada lagi majas personifikasi yang saya temukan pada bagian “Papaku memang enggak bisa
rapi,” ucapku kalem. “maklum, dibengkel yang diurus bukan sisir, tetapi onderdil dan
oli,”. Dimana penggunaan kata “diurus” yang menjadi acuan penentuan gaya bahasa. Saya
katakan sebagai gaya bahasa personifikasi karena penggunaan kata “diurus” biasanya hanya
dipergunakan bagi makhluk hidup bukan terhadap benda mati.

Kelemahan :

Menurut saya kelemahan penggunaan bahasa dalam cerpen ini adalah penulis menyelipkan
beberapa gaya bahasa yang saya rasa mungkin tidak semua anak dapat memahaminya secara
langsung

Kekuatan :

Bahasa yang digunakan cukup sederhana dan umumnya mudah dipahami oleh anak-anak

Kesimpulan

Cerita pendek berjudul “Mawar Pink untuk Mama” ini bertema tentang kasih saying anak
terhadap kedua orangtuanya, menggunakan alur maju, penokohan yang begitu kompleks, latar
yang terdapat dalam cerita pendek ini pun sangat kompleks dimulai dari latar tempat, waktu
dan suasana, cerita pendek ini menggunakan sudut pandang orang pertama karena penulis
didalam cerita ini menggunakan kata “aku”, konflik yang terdapat dalam cerita pendek dimulai
disaat tokoh utama merasa ada perbedaan terhadap papanya, penggunaan bahasa dalam cerita
pendek ini menurut saya cukup sederhana dan mudah dipahami oleh anak-anak dan juga gaya
bahasa yang digunakannya pun tidak terlalu banyak.

Anda mungkin juga menyukai