Anda di halaman 1dari 3

PEMBELAJARAN AKSARA ARAB MELAYU PADA MDA MATONDANG, KECAMATAN ULU

BARUMUN, KABUPATEN PADANG LAWAS

Wirda Juniati Hasibuan

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Email : hasibuanwirdajuniati@gmail.com

Abstrak

Kata kunci : Aksara Arab Melayu,

PENDAHULUAN

Selain bahasa, tulisan merupakan alat komunikasi manusia dari zaman dahulu hingga saat ini.
Pada umumnya setiap kelompok manusia memiliki aksara sendiri. Tulisan yang ada pada zaman
sekarang ini tidak lepas dari tulisan zaman dahulu. Peran tulisan dalam kehidupan manusia
tentunya sangat penting. Dengan tulisan manusia mampu berkomunikasi walaupun dengan
jarak yang sangat jauh. Pada zaman Islam juga, bahasa Melayu mulai berkembang menjadi
bahasa pengantar dalam bidang penulisan kesusastraan, Ilmu teologi dan falsafah. Sebelum
kedatangan Islam, bidang ilmu ini hanya ditulis dalam bahasa Jawa. Tulisan yang berkembang di
Nusantara dan dibawa dari zaman dahulu adalah tulisan Arab Melayu. Tulisan Arab Melayu
merupakan tulisan Arab yang pengejaannya diadaptasikan dengan bahasa melayu seperti yang
kita pahami sekarang ini. Maksudnya adalah huruf yang dipakai adalah huruf Arab tapi dengan
bahasa atau ejaan Melayu. Ada juga yang menyebut tulisan Arab Melayu ini dengan tulisan
Arab Jawi atau sejenisnya.

Dengan Islam banyak istilah Arab berkembang dalam bidang ilmu-ilmu tersebut telah
dipinjamkan ke dalam bahasa Melayu. Sehingga bahasa ini menjadi bahasa pengantar di bidang
ilmu pengetahuan dan bahasa perhubungan. Sesudah zaman Islam bahasa Melayu mulai
meningkat maju. Bahasa Melayu telah dijadikan bahasa resmi dalam kerajaan-kerajaan di alam
Melayu. Indonesia sebagai negara yang kaya memiliki beragam bahasa daerah. Masing-masing
bahasa tersebut memiliki aturan sendiri menggunakan aksara tradisionalnya. Apresiasi
terhadap aksara Arab melayu ini masih tampak dilihat dari mata pelajaran bahasa daerah di tiap
daerah di Indonesia. Penggunaan aksara-aksara tradisional ini di berbagai sudut kota juga
merupakan bukti bahwa, walaupun aksara ini telah hampir sepenuhnya tergantikan oleh aksara
latin, sebenarnya bangsa kita masih cinta dan bangga atas kekayaan negeri kita yang satu ini.
Setelah Indonesia merdeka, tulisan ini masih dipelajari di Sekolah Rakyat (SR) sampai tahun
1969, Di tahun itu pulalah pelajaran tulisan huruf Aksara Arab Melayu (Jawi) dihapuskan dari
Sekolah Rakyat di zaman Orde Lama. Dengan dihapuskannya pelajaran tulis baca huruf aksara
Arab Melayu ini (Jawi) ini dari kurikulum SD semakin terasa keberadaan tulisan huruf Jawi
semakin dillupakan.Namun terdapat beberapa sekolah Dasar di daerah provinsi Sumatera Utara
yang mempelajari tulisan aksara Arab Melayu sebagai bagian dari kurikulum muatan lokal
seperti di MDA Desa Matondang, Kecamatan Ulu Barumun, Kabupaten Padang Lawas ini. Salah
satu mata pelajaran di MDA ini adalah aksara Arab Melayu yang diberi nama mata pelajaran
imlak.

Hingga saat ini sekolah MDA Desa Matondang, Kecamatan Ulu Barumun, Kabupaten Padang
Lawas ini masih menggunakan mata pelajaran imlak yaitu aksara Arab Melayu sebagai salah
satu pelajaran yang harus diperkenalkan dan diajarkan kepada murid-murid disekolah tersebut.
Ini merupakan salah satu cara mengapresiasi dan melestarikan salah satu bahasa yang
merupakan kekayaan Nusantara ini agar tidak terlupakan keberadaannya. Melalui pengetahun
tulis baca aksara Arab Melayu (Jawi) para murid kan mampu membaca khazanah intelektual
naskah Melayu Nusantara pada zaman masuknya dan berekmbangnya Islam di
Indonesia.Program pengajaran aksara arab Melayu yang telah diajarkan di beberapa sekolah
Islam dianggap penting untuk melestarikan khazanah Melayu melalui dunia pendidikan dengan
mengetahui dan memahami aksara huruf Arab Melayu yang merupakan pintu gerbang dunia
ilmu untuk menggali karya-karya yang terdapat pada naskah Melayu Nusantara.

TEORI PUSTAKA

Aksara Arab Melayu (huruf Melayu) atau Aksara Jawi (huruf Jawi) menurut kamus linguistik
adalah huruf Arab yang dipakai untuk memuliakan bahasa Melayu. Sedangkan aksara Arab itu
sendiri adalah aksara yang mula-mula dipakai untuk menuliskan bahasa Arab, diturunkan dari
aksara Aramea, sekitar wilayah Syiria dan Irak. Adapun peninggalan tertua beraksara Arab
berasal dari tahun 512 M. Dalam penyebarannya juga dipakai untuk menuliskan bahasa Urdu,
bahasa Melayu, bahasa Jawa yang dituliskan dari kanan ke kiri. Disebut dengan istilah Jawi
untuk huruf-huruf Arab, berkaitan erat dengan panggilan Jawi yang digunakan oleh orang Arab
terutama di Mekkah terhadap Bangsa Melayu dan Indonesia sampai saat ini. Istilah Jawi ialah
kata sifat yang artinya orang Jawa atau artinya yang berasal dari tanah Jawa.

Penulis-penulis Arab pada zaman klasik termasuk Ibnu Batutah dalam bukunya Al-Rihlah
menyebut pulau Sumatera sebagai Al-Jawah. Oleh karena itu orang Arab menyimpulkan orang
Melayu dan orang Jawa sebagai bangsa Jawi dan tulisan Melayu yang menggunakan hurub Arab
itu disebut dengan tulisan huruf Jawi. Di samping itu, menurut Abdul Hadi WM disebut huruf
Jawi karena yang pertama kali menyusun huruf ini bernama Syekh Jawini. Syekh ini adalah guru
bahasa yang hidup pada akhir abad ke-13 di Samudra Pasai, Aceh. Dialah yang mempelopori
penulisan karangan-karangan berbahasa Melayu dengan menggunakan aksara yang disebut
huruf Jawi.

Aksara Arab Melayu memainkan peranan penting dalam penggalian pelestarian karya ilmiah
nusantara.Oleh karena itu pengajaran Aksara Arab Melayu sebagai media penting untuk
diajarkan disekolah-sekolah yang merupakan sebagai bahasa khazanah Melayu yang berfungsi
salah satunya adalah alat untuk menyatakan kehendak, cipta dan rasa dalam meciptakan
kebudayaan.Salah satu bentuk huruf (aksara) itu ialah huruf (aksara) Arab Melayu (Jawi).
Dengan berkembangnya agama Islam di Indonesia maka sudah tentu pula ajaran-ajaranya
semakin berkembang pula dengan melalui tulisan aksara arab melayu (Jawi), baik didunia
pendidikan seperti di sekolah-sekolah umum dan khususnya di sekolah-sekolah agama
terutama di pondok-pondok pesantren diseluruh Indonesia.

Dengan masuknya bangsa Eropa ke Indonesia dengan membawa nilai-nilai Barat dan tententu
nilai-nilai tersebut mau tidak mau mengalami perubahan dan pergeseran.Diantaranya
kedudukan tulisan aksara Arab (Jawi) mulailah sedikit demi sedikit tergusur, yang mana tulisan
aksara Arab (Jawi) ini pernah mendominasi korespondensi diplomasi dan perdagangan para raja
dan sultan di seantero Nusantara (Khairuddin, 1993).Walaupun sedikit bukan berarti bukan
berarti tulisan huruf aksara Arab (Jawi) ini punah, akan tetapi masih tetap dipelajari dan
digunakan oleh rakyat Indonesia. Maka sudah dapat diduga bahwa rakyat Indonesia pada
zaman itu umumnya melek huruf tulisan aksara Arab (Jawi) ini.

Tulisan huruf aksara Arab Melayu adalah campuran huruf-huruf arab yang terdiri dari 29 huruf
dengan 5 huruf bukan huruf Arab, melainkan huruf yang diciptakan oleh orang Melayu sendiri.
Hal ini disebabkan huruf-huruf Arab mempunyai kekurangan dari sudut lambang-lambang
untuk fonem Melayu, atau orang-orang Melayu telah meminjam beberapa huruf Arab yang
telah di variasikan dengan ini bertambahlah jumlah huruf aksara Arab Melayu.Huruf-huruf
tambahan ini ialah ca, (‫) ج‬, nga (‫) غ‬, pa (‫) ف‬, ga(‫) ك‬, nya ( ‫) ث‬, huruf yang lima ini adalah
menurut Prof S.M Naguib Al-Attas bahwa huruf-huruf baru ini diciptakan untuk melambangkan
bunyi-bunyi yang lazim untuk lidah orang Melayu. Huruf-huruf baru ini ditiru dari huruf Arab
misalnya ca ( ‫) ج‬, diambil dari huruf jim ( ‫) ج‬, huruf nga ( ‫) ع‬, dari huruf ain ( ‫ ) ع‬huruf pa ( ‫) ف‬
dari huruf fa ( ‫ ) ف‬dan ga ( ‫ ) ك‬dari huruf kaf ( ‫) ك‬. Tetapi menurut Omar Awang pula huruf ca ( ‫ج‬
) dan ga ( ‫ ) ك‬diambil dari huruf Parsi karena bahasa itu berkembang dengan luas di Asia tengah
dan India dan pengaruhnya sampai ke alam Melayu dibawa oleh penulis Islam Hamzah Fansuri.

Anda mungkin juga menyukai