Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Soekarno pernah mengatakan “Jangan sekali-kali meninggalkan Sejarah”. Dari
perkataan tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai fungsi yang
beragam bagi kehidupan. Seperti diungkap seorang filsuf Yunani yang bernama
Cicero (106-43 SM) yang mengungkapkan “Historia Vitae Magistra”, yang
bermakna “Sejarah memberikan kearifan”. Pengertian yang lebih umum yaitu
“Sejarah merupakan guru kehidupan”. Sejarah memperlihatkan dengan nyata
bahwa semua bangsa memerlukan suatu konsepsi dan cita-cita. Jika mereka tidak
memilikinya atau jika konsepsi dan cita-cita itu menjadi kabur dan usang, maka
bangsa itu adalah dalam bahaya (Soekarna, 1989:64).
Nilai-nilai pancasila telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala
sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara. Proses terbentuknya negara
Indonesia melalui proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu
hingga munculnya kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV.
Pancasila merupakan dasar Negara Republik Indonesia, sebelum pancasila
disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada
masyarakat bangsa Indonesia, seperti nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan serta
nilai-nilai religius. Nilai-nilai tersebut telah ada sejak zaman dahulu sebelum
Indonesia merdeka dan telah masyarakat amalkan dalam kehidupan sehari-hari
sebagai pandangan hidup, sehingga nilai-nilai pancasila sendiri berasal dari
masyarakat Indonesia sendiri. Nilai-nilai yang ada pada masyarakat tersebut
diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pejuang kemerdekaan menjadi
dasar negara Republik Indonesia. Proses perumusan dasar negara tersebut
dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI. Sidang BPUPKI pertama, sidang panitia
sembilan, dilanjutkan dengan sidang kedua serta disahkannya pancasila sebagai
dasar filsafat negara Indonesia.
Di masa sekarang banayak yang menganggap pancasila hanya sebagai elit
politik yang digunakan para penguasa. Untuk itu perlunya bagi kita memahami
nilai-nilai pancasila secara utuh terutama pancasila sebagai jati diri Bangsa
Indonesia, diperlukan pemahaman dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia
membentuk suatu negara yang erat kaitannya dengan perumusan pancasila sebagai
1
dasar negara. Selain sebagai dasar negara, pancasila juga sebagai ruh bangsa
negara, pandangan hidup bangsa, jiwa dan kepribadian hidup bangsa serta sebagai
perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu para pejuang mendirikan negara.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah pancasila pada Prasejarah Zaman Batu ?
2. Bagaimana sejarah pancasila pada zaman Kerajaan Nusantara (Kutai,
Sriwijaya, Majapahit)

C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui sejarah pancasila pada Prasejarah Zaman Batu
2. Mengetahui sejarah pancasila pada zaman Kerajaan Nusantara (Kutai,
Sriwijaya, Majapahit)

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Pancasila Pada Prasejarah Zaman Batu

Ahli geologi menyatakan bahwa kepulauan Indonesia terjadi dalam


pertengahan zaman tersier, kira-kira 60juta tahun silam. Baru pada zaman
quarter yang dimulai sekitar 600ribu tahun yang silam Indonesia didiami oleh
manusia berdasarkan fosil-fosil yang ditemukan. Berdasarkan artefak yang
mereka tinggalkan, mereka mengalami hidup 3 zaman yaitu : Paleolitikum,
Mesolitikum, Neolitikum, Megalitikum.

Zaman Paleolitikum adalah zaman batu tua berlansung kira-kira pada masa
pleistosen awal, sekitar 600ribu tahun yang lalu. Kalau dilihat dari alat-alat
yang mereka punya atau buat, diperkirakan dimasa itu manusia memenuhi
kebutuhannya dengan cara berburu secara berkelompok terus meracik
makanan dengan sederhana.

Zaman Mesolitikum adalah zaman batu madya atau tengah. Ini karena
diperkirakan terjadi pada masa holosen yang terjadi sekitar 10ribu tahun yang
lalu. Di zaman batu tengah ini, dipercaya kalau manusia prasejarah masih
menggunakan batu untuk alat sehari-hari.

Zaman Neolitikum adalah zaman batu muda,yang mana tingkat atau fase
kebudayaan yang ada dalam zaman prasejarah yang dimana mempunyai ciri
berupa unsur kebudayaan. Unsur kebudayaan tersebut meliputi peralatan yang
terbuat dari batu yang diasah, pertaniaan menetap, peternakan serta pembuatan
tembikar.

Zaman Megalitikum adalah zaman batu besar yaitu zaman dengan


kebudayaan menghasilkan bangunan-bangunan yang terbuat dari batu-batu
besar. Yang dihasilkan pada zaman ini adalah menhir (tiang/tugu tempat
memuja arwah nenek moyang), dolmen (meja batu berkaki menhir sebagai
tempat sesajen untuk arwah nenek moyang), sarchopagus (peti batu bertutup),
punden berundak-undak (nagunan berundak-undak sebagai tempat pemujaan),
dan arca (lambang pujaan).

3
Penyebaran nenek moyang di Indonesia adalah secara merantau hingga
kepulau-pulau yang terbatas oleh laut. Sehingga terbentuk kebudayaan secara
turun-temurun sebagian bangsa Indonesia adalah pelaut dan sebagian adalah
pengrajin, pedagang dan petani. Selain itu, bangsa Indonesia pada zaman
prasejarah telah menganut sistem kepercayaan. Dengan demikian zaman
prasejarah di Indonesia dapat dikatakan memberikan andil dalam
pengembangan nilai-nilai pancasila.

Pada masa prasejarah tersebut, sebenarnya inti dari kehidupan meraka


adalah nilai-nilai pancasila itu sendiri. Yaitu :

1. Nilai Religius

Adanya sistem penguburan mayat diketahui dari ditemukannya


kuburan serta kerangka didalamnya. Selain itu juga ditemukan alat-alat
yang digunakan untuk aktivitas religi seperti upacara mendatangkan hujan,
dll.

Adanya keyakinan terhadap pemujaan roh leluhur juga dan


penempatan menhir (kubur batu) di tempat-tempat yang tinggi yang
dianggap sebagai tempat roh leluhur, tempat yang penuh keajaiban dan
sebagai batas antara dunia manusia dan roh leluhur.

2. Nilai Perikemanusiaan

Tampak dalam perilaku kehidupan saat itu misalnya penghargaan


terhadap hakikat kemanusiaan yang ditandai dengan penghargaan yang
tinggi terhadap manusia meskipun sudah meninggal. Hal ini
menggambarkan perilaku berbuat baik terhadap sesama manusia, yang
pada hakikatnya merupakan wujud kesadaran akan nilai kemanusiaan.
Mereka juga sudah mengenal sistem barter antara kelompok pedalaman
dengan pantai dan persebaran kapak. Selain itu mereka juga menjalin
hubungan dengan bangsa-bangsa lain. Hal ini menandakan bahwa mereka
sudah bisa menjalin hubungan sosial.

4
3. Nilai Kesatuan

Adanya kesamaan bahasa indonesia sebagai rumpun bahasa


austronesia, sehingga muncul kesamaan dalam kosa kata dan kebudayaan.
Hal ini sesuai dengan teori perbandingan bahasa menurut H.Kern dan
benda-benda kebudayaan prasejarah Von Heine Gildern. Kecakapan
berlayar karena menguasai pengetahuan tentang laut, musim, perahu, dan
astronomi, menyebabkan adanya kesamaan karakteristik kebudayaan
Indonesia. Oleh karena itu tidak mengherankan jika lautan juga merupakan
tempat tinggal selain daratan. Itulah sebabnya meraka menyebut negrinya
dengan istilah Tanah Air.

4. Nilai Musyawarah

Kehidupan bercocok tanam dilakukan secara bersama-sama. Mereka


sudah memiliki aturan untuk kepentingan bercocok tanam, sehingga
memungkinkan tumbuh kembangnya adat sosial.

Kehidupan mereka berkelompok dalam desa-desa, klan, marga atau


suku yang dipimpin oleh seorang kepala suku yang dipilih secara
musyawarah berdasarkan Primus Inter Pares (yang pertama diantara yang
sama).

5. Nilai Keadilan Sosial

Dikenalnya pola kehidupan bercocok tanam secara gotong royong


berarti masyarakat pada saat itu telah berhasil meninggalkan pola hidup
foodgathering menuju ke pola hidup foodproducing. Hal ini menunjukan
bahwa pada saat itu upaya ke arah perwujudan kesejahteraan dan
kemakmuran bersama sudah ada.

5
B. Sejarah Pancasila Pada Zaman Kerajaan Nusantara (Kutai,
Sriwijaya, Majapahit)

1. Kerajaan Kutai

Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400M, dengan


ditemukannya prasasti yang berupa 7 yupa (tiang batu). Berdasarkan
prasasti tersebut dapat diketahui bahwa raja Mulawarman keturunan dari
raja Aswawarman keturunan dari Kudungga. Raja Mulawarman menurut
prasasti tersebut mengadakan kenduri dan memberi sedekah kepada para
Brahmana, dan para Brahmana membangun yupa itu sebagai tanda terima
kasih raja yang dermawan (Bambang Sumadio,dkk.,1977:33-32).
Masyarakat kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya
ini menampilkan nilai-nilai sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk
kerajaan, kenduri serta sedekah kepada para Brahmana.

Dalam zaman kuno (400-1500) terdapat 2 kerajaan yang berhasil


mencapai integrasi dengan wilayah yang meliputi hampir separuh
Indonesia dan seluruh wilayah Indonesia sekarang yaitu kerajaan Sriwijaya
di Sumatra dan Majapahit yang berpusat di Jawa.

Nilai pancasila yang tekandung :

a) Sila pertama : memeluk agama Hindu.


b) Sila ketiga : wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh kawasan
Kalimantan Timur.
c) Ila keempat : rakyat pada masa kerajaan Kutai hidup sejahtera dan
makmur.

2. Kerajaan Sriwijaya

Menurut Mr. M.Yamin bahwa berdirinya negara kebangsaan Indonesia


tidak dapat dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang merupakan
warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Negara kebangsaan Indonesia
terbentuk melalui 3 tahap yaitu : pertama, zaman sriwijaya dibawah

6
wangsa Syailemdra (600-1400), yang bercirikan kedataun. Kedua, negara
kebangsaan zaman majapahit (1293-1525) yang bercirikan keprabuan,
kedua tahap tersebut merupakan negara kebangsaan Indonesia lama.
Kemudian ketiga, kebangsaan modern yaitu negara bangsa Indonesia
merdeka (sekarang negara proklamasi 17 Agustus 1945) (sekertariat
negara RI 1995:11).

Pada abad ke-VII muncullah suatu kerajaan di Sumatra yaitu kerajaan


Wijaya, dibawah kekuasaan bangsa Syailendra. Hal ini termuat dalam
prasasti kedudukan Bukit di kaki bukit Sguntang dekat Palembang yang
bertarikh 605 caka atau 683M.,dalam bahasa Melayu kuno huruf Pallawa.
Kerajaan itu adalah kerajaan Maritim yang mengandalkan kekuatan
lautnya, kunci-kunci lalu lintas laut di sebelah barat di kuasainya seperti
selat Sunda (686), kemudian selat Malaka (775). Pada zaman itu kerajaan
Sriwijaya merupakan kerajaan besar yang cukup di segani di kawasan Asia
Selatan. Perdagangan dilakukan dengan mempersatukan pedagang
pengrajin dan pegawai raja yang disebut Tuhan An Vatakvurah sebagai
pengawas dan pengumpul semacam koperasi sehingga rakat mudah untuk
memasarkan dagangannya (Keneth R. Hall,1976 : 75-77). Demikian pula
dalam sistem pemerintahannya terdapat pegawai pengurus pajak, harta
benda, kerajaan, rokhaniawan yang menjadi pengawas teknis
pembangunan gedung-gedung dan patung-patung suci sehingga pada saat
itu kerajaan dalam menjalankan sistem negaranya tidak dapat dilepaskan
dengan nilai ketuhanan (Suwarno, 1993, 19).

Agama dan kebudayaan dikembangkan dengan mendirikan suatu


Universitas Agama Budha, yang sangat terkenal di negara lain di Asia.
Banyak musyafir dari negara lain misalnya dari Cina belajar terlebih
dahulu di Universitas tersebut tertutama tentang agama budha dan bahasa
Sansekerta sebelum melanjutkan studinya ke India. Malahan banyak guru-
guru besar tamu dari India yang mengajar di Sriwijaya misalnya
Dharmakitri. Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara
adalah tercermin pada kerajaan Sriwijaya tersebut yaitu berbunyi
“Marvuat vanua criwijaya dhayatra subhiksa” (Suatu cita-cita negara
yang adil dan makmur) (Sulaiman, tanpa tahun:53).

7
Nilai pancasila yang terkandung :

a) Sila pertama : agama Budha dan Hindu hidup berdampingan secara


damai pada masa kerajaan Sriwijaya.
b) Sila kedua : terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India
(Dinasti Marsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar ke India
menunjukan telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas
aktif.
c) Sila ketiga : sebagai negara Maritim, kerajaan Sriwijaya telah
menerapkan konsep negara kepulauan sesuai dengan konsep wawasan
nusantara.
d) Sila keempat : tercermin dalam cita-cita kesejahteraan bersama
kerajaan Sriwijaya sebagaimana tersebut dalam perkataan ”Marvuai
Vannua Criwijaya Siddhayatra Subhika” (Suatu cita-cita negara yang
adil dan makmur).
e) Sila kelima : kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan
perdagangan sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.

3. Kerajaan Majapahit

Sebelum kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu kerjaan yang


memancangkan nilai-nilai nasionalisme, telah muncul kerajaan-kerajaan di
Jawa Tengah dan Jawa Timur secara silih berganti. Kerajaan Kalingga
pada abad ke-VII, Sanjaya pada abad ke-VIII yang ikut membantu
membangun candi Kalasan untuk Dewa Tara dan sebuah wihara untuk
pendeta budha didirikan di Jawa Tengah bersama dengan dinasti
Syailendra (abad ke-VII dan IX). Refleksi puncak dari Jawa Tengah dalam
periode-periode kerajaan-kerjaan tersebut adalah dibangunnya candi
Borobudur (candi agama Hindu pada abad ke-X).

Selain kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah tersebut di Jawa Timur


muncullah kerajaan-kerjaan Isana (pada abad ke-IX), Darmawangsa (abad
ke-X) demikian juga kerajaan Airlangga pada abad ke-XI. Raja Airilangga
membuat bangunan keagamaan dan asrama, dan raja ini memiliki sikap

8
toleransi dalam beragama. Agama yang diakui oleh kerajaan adalah agama
Budha, agama Wisnu, dan agama Syiwa yang hidup berdampingan secara
damai (Toyyibin,1997:26). Menurut prasasti Kelagen, Raja Airlangga
telah mengadakan hubungan dagang dan bekerja sama dengan Benggala,
Chola dan Champa hal ini menunjukan nilai-nilai kemanusiaan. Demikian
pula Airlangga mengalami penggemblengan lahir dan batin di hutan dan
tahun 1019 para pengikutnya, rakyat dan para Brahmana musyawarah dan
memutuskan untuk memohon Airlangga bersedia menjadi raja,
meneruskan tradisi istana, sebagai nilai-nilai sila ke-4. Demikian pula
menurut prasasti Kelagen, pada tahun 1037, Raja Airlangga
memerintahkan untuk membuat tanggul dan waduk dan demi
kesejahteraan rakyat merupakan nilai-nilai sila ke-5 (Toyyibin,1997:28).
Di wilayah Kediri Jawa Timur berdiri pula kerjaaan Singosari (pada abad
ke-XIII), yang kemudian sangat erat hubungannya dengan berdirinya
kerajaan Majapahit.

Pada tahun 1923 berdirilah kerjaan Majapahit yang mencapai zaman


keemasannya pada pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih
Gajah Mada yang dibantu oleh Laksamana Nala dalam memimpin
armadanya untuk menguasai nusantara. Wilayah kekuasaan Majapahit
semasa jayanya itu membentang dari semenanjung Melayu (Malaysia
sekarang) sampai Irian Barat melalui Kalimantan Utara.

Pada waktu itu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan
damai dalam satu kerajaan. Empu Prapanca menulis Negarakertagama.
Dalam kitab tersebut telah terdapat istilah “Pancasila”. Empu Tantular
mengarang buku Sutasoma, dan didalam buku itulah kita jumpai seloka
Persatuan Nasional, yaitu ”Bhineka Tunggal Ika”, yang bunyi
lengkapnya “Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua”,
artinya walaupun berbeda, namun satu jua adanya sebab tidak ada agama
yang memiliki tuhan yang berbeda.

Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam


sidang ratu dan menteri-menteri di pasebankeprabuan Majapahit pada
tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya

9
sebagai berikut : “Saya baru akan berhenti berpuasa makan pelapa, jikalau
seluruh nusantara bertakluk dibawah kekuasaan negara, jikalau Gurun,
Seram, Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang dan
Tumasik telah dikalahkan” (Yamin,1960:60).

Dalam tata pemerintahan kerajaan Mahapahit terdapat semacam


penasehat seperti Rakryan I Hino, I Sirikan, dan I Halu yang bertugas
memberikan nasehat kepada raja, hal ini sebagai nilai-nilai musyawarah
mufakat yang dilakukan oleh sistem kerajaan Majapahit.

Nilai pancasila yang terkandung :

a) Sila pertama : terbukti, agama Hindu dan Budha hidup berdampingan


secara damai.
b) Sila kedua : terwujud pada hubungan baik Raja Hayam Wuruk dengan
kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan Kamboja. Disamping itu juga
menjalin persahabatan dengan negara-negara tetangga.
c) Sila ketiga : terwujud dengan keutuhan kerajaan.
d) Sila keempat : terdapat semacam penasehat dalam tata pemerintahan
Majapahit yang menunjukan nilai-nilai musyawarah mufakat.
e) Sila kelima : terwujud dengan berdirinya kerajaan selama beberapa
abad yang ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila tidak lahir secara tiba-tiba pada tahun 1945, yaitu dengan
melalui proses yang cukup panjang,dimatangkan oleh sejarah perjuangan
bangsa Indonesia, dengan melihat pangalaman bangsa-bangsa lain,dengan
diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia, dengan tetap berakar pada
kepribadian bangsa kita sendiri. Negara Indonesian lahir dari sejarah dan
kebudayaannya yang tua, melalui gemilangnya kerajaan-kerajaan di
Indonesia, kemudian mengalami masa penjajahan tiga setengah abad,
sampai akhirnya bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya
pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah perjuangan bangsa untuk merebut
kembali kemerdekaan nasionalnya sama tuanya dengan sejarah penjajahan
itu sendiri.

Sejarah pancasila pada zaman prasejarah dan zama sejarah dapat


disimpulkan atau kita rangkum bahwa Pancasila ada sejak zaman
prasejarah atau yang biasa disebut dengan zaman batu hingga sekarang.
Pada zaman prasejarahIndonesia meliputi zaman batu tua (paleolitikum),
zaman batu tengah (meseolithikum), zaman batu muda (neolithikum),dan
zaman batu besar (megalithikum). Dan pada zaman sejarah, pancasila ada
pada masa Kerajaan Kutai, Kerajaan Sriwijaya, dan Kerajaan Majapahit.
Raja Mulawarman keturunan dari raja Aswarman yang keturunan dari
Kudungga. Sedangkan dengan Kerajaan Sriwijaya itu dibawah kekuasaan
wangsa Syailendra. Pada tahun 1923 berdirilah kerajaan Majapahit
dibawah pemerintahan raja Hayam Wuruk.

11
B. Saran

Seharusnya sebagai mahasiswa kita lebih memahami seberapa


pentingnya Pendidikan Pancasila agar dapat mengetahui sejarah pancasila
dari zaman prasejarah hingga sekarang. Dan mahasiswa juga agar dapat
menjalani kehidupan sesuai dengan nilai-nilai yang ada pada pancasila.

12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.yuksinau.id/zaman-neolitikum/
https://www.kompasiana.com/eganyrfadillah5648/5bf3a2ddaeebe1
22a304f9a8/pancasila-dalam-konteks-sejarah?page=all
https://www.eduspensa.id/zaman-paleolitikum/
https://dahlanlatifwidiyanto.wordpress.com/2010/02/21/pancasila-
dalam-konteks-sejarah-perjuangan-bangsa/
https://sulutahu.blogspot.com/2016/11/nilai-nilai-pancasila-pada-
masa-kerajaan.html?m=1

13

Anda mungkin juga menyukai