@

ueurpooe 'tr-1lq6noq
JoalH oliloa$)
U.r epOU+ qOi[rarsos rroes
rFHB+nf, ue8wque-a.r-oA
iadueS-
{TSBTI TUoIoTsos
TTOE& TJre
rs0Tffimsqls
8W€}ffie
-zta'6M
fluv8ult tst[]
 TEORI SOSIOLOGI
Dari Teori Sosiolog$ Klasik Sampai Ferkembangan Mutakhir
Teori Sosial Postmodem

EdislTefiaru

Judul asli
Sociological Theory
McGraw-Hill,. New York, 2004

Penulis
George Riuer
Dou$as J. Goodrnan
GEORGE RITZER adalaLr
Peneriemah fuIinat urarnanya adalah re I

Nurhadi
itetua Bagian'fecrj Soslc,
Amerika. trofesa: F.iize:
Editol
land dan pernah nietria-t
lnyiak Riduan Muzir
suf iJli"ESCO dr brciang I
Iiays di Ytrk Urtivers,r.
Getakan
brigirt-Hays di tseianda .l
hrtiama, Agustus 2OO8
lGdua, Februari 2009 Advatrcd Sruiyoar' iu e.
lGtiga, Juli 2OO9 h{inat teoretis dian-i
?Gempat, Januari 2O1O Dalarn meiateon. sumiar.
lGlima, Juni2010 in Saciology (Le:ongtor:
l(eenam, Mei2O11
(Allyn dan Bacon, 1975.
Hak cipta dilindun$ undang-undang
(Allyn dan Bacon, 1981 l
N ngV rcsenred @ 2AO8
,s8l/ 978-602 -80014 5-2 khususnya tentang masal;
of Society {Pine Forge Pre
ttulit l,luka the Globai Credir C-arci 5
Bakkar Wibotto Thesis (Sage, L98), Ench ;
of hnsumpaoz (Pine Fo:
Tata Letak
Zhunda Forge Press, 2004).
Karya Profesor Ritze
Xonsultan Cetak & Distdbutor buku 7he McDonalduat
Lembaga untuk Keasi Penerbitan Mas)Erakat (LKPM) sekitar selusin bahasa. Pa<
karyanya bertajuk Erplo
Fenerbt.t
T(REASI WACANA ons in Social Tlrory.
Perum Sidorejo Bumi lndah (SBl) Blok F 155 Di tehur 2002, McG
lGsihan, Bantul55182 ciotogical Theory and Iu
Telp. (O274) 9t28L73/ Faks. (0274) 381ffi2 tahun 20O1, McGraw-Hi
E-mail: kreasiwcn@yahoo.com
Theorydat Modern Soctl,
Pencetak glas Goodman.
Iteasi Wacana Ofbet
to9
e,fue4-ed-req sBI{EqIIIatlr EiDI IuI qpq EPEd 'tnqeslal sTtaloatr rsrsod enp sEqEqIIIauI
Iq mlnq rrq{Eral qeq EnG 'uraDolrrlsod ruEq Erunp n[nuatu {€la8-raq r{Elal E}p{
Ertrqeq u?p Jrq{plal un{41-unl{81 sped IPEha}'{sle} lulsuslsqns rIeldeqruad E,^,\qEq
ludepuedreq Sued e:laraur {rzp urapotu Er'.rrlp rcBuqes "IaJodwel{Jo>l }El[E]8.{sEIrr luqri
-aru Bup,{ t>leraru B-rB]u€ rpaf:ar ruD[ Bseur r?olorsos urriep ]r8uas uulucaPJad
,,do1sue1", Sueluat rempecldy uEs€8EC
..ueedureqa;1 IsBsrIEqolD,, Sueluat razlrll
e{$nurtrA1 rBeq rsesqeqol9 isuam{asuolq 3ue1ua1 usuineg
rsBsrFqoiD {illlod UBP rlrag
rsu$:leqol5 urEIBp ,,Erumg ueretnfua4,, Buuiual suaPPI)
{ses{teqolD Suetual rauila) uerxretr l-oa\I J.lr{edslad
ISVSITVTIO"I9 IUOIJ
I\I.VTNIHYI .I,\rXYUVASV]^I NVCI UNSIIVNOISTflAruOdNI
srrL[sPolulsod lrnB)l sns"ra^ sEurraqEtr{
IYSgTf,S I^INTIIS ENVT Xf,AOHd :SVIINTISOOtr{I
rsEslplBuocantr u€p $ne)o{aH
IsED[orrfl uEJad
selruraPohtr {nPord
LSNV)ATOH NVCI SVIINIISCOI^I
ruEg lsrunsuox
"rrElBS
IsEsrplEuoclJW
NUYS ISNNSNO} VNYIIYS NVC ISYflCI'IVNOC}W
o{IsIU rue8ueua141
o{IsIU ue4e1droua141
OxISru JYXYUVASYfiI
rrEunlurax rrEP selruraPotrAl
sPlRuaPI UBP sPliluaPol I
cdursuanlasuo{-rssamlasuo]{ UEP sBlrlllspohtr
SVJ,IIIIIIIf,COWJ/-V}oTfl11NT
SVIINTISCOhI DNYINf,I }ISYI) ISIIUUOf,I
MH HBd Kru3TN trH SVII NH3 QS IJ1I IHOSI- IHO3I.
9T
sosioj.og kontemporer :dang tetap melihat dunia rnenlLrut pengertian modern, se- pertama adalah bahwa n:loder
.rrentarc itu paeia tiab selanjutnya (dan bab kesirnpula:r) kita akan menawarkan umat manusia, khususnya fak
paparan singkat teniang gagasan dari beberapa teoretisi postrnodern. potensi yang tidak terekpres
rakat pramodern. Dalam hal
TEORETISI KLASIK TENTANG MODERNITAS
yaitu manifestasi terbuka ciar
Sebelum mendiskusikan karya para pemikir kontemporer tentang moderrritas, mun sebelumnya tidak perna
pembaca tentu sudah tahu kalau para sosiolog klasik juga melakukan analisis dan berbicara tentang besarnr.a efe
kritik atas masyarakat modern. Analisis tersebut jelas, misalnya, dalam karya empat kcnsentrasi Simmel pada kcr
teoretisi sosiologi utama: Marx, Weber, Durkheim, dan Simmel. Mereka berbicara susnya alienasi. Isu alienasi i
tentang titik kemunculan dan lahirnya modernitas. Kendati keempatnya menyadari sosiologi Simrnel secara umurl
sepenuhnya manfaat-manfaat modernitas, yang paling banyak mengilhami karya dayaan", meningkatnya keser
rnereka adalah kritik atas masalah-masalah yang ditimbulkan dunia modern. yaan subjektif, atau sebagarm
Bagi Marx, tentu saja, modernitas didefinisikan oleh ekonomi kapitalis. Marx vidu dan hipertrofi kebudava
r:engakui adanya sejumlah manfaat yang ditimbulkan oleh transisi dari masyarakat Menurut Frisby, Simmei
sebelumnya menuju kapitalisme. Namun, dalam karya-karyanya, Marx memba- men-elemen"kunci dari penga
tasi dirinya pada kritik sistem ekonomi dan penyimpangan-penyimpangannya ngen- adalah aspek utama Car
{atrienasi, eksploitasi, dan lain sebagainya). didiskusikan pada bab inir
Bagi Weber, rnasalah paling menonjol dari dunia modern adalah elcspansi
.rasionalitas formal dengan mengorbankan jenis rasionalitas lain dan akibatnya Simmel memandang pengaj
suatu peralihan, di mana m,
adalah kemunculan kerangkeng besi rasionalitas. Orang semakin terpenjara ke
temv; nrung sebagai diaiekt
dalam kerangkeng besinya, dan akibatnya, makin lama mereka makin tidak mampu sesuatu yang kontingen, arL
mengekspresikan sebagian besar karakteristik kemanusiaannya. Tentu saja, We-
ber mengakui manfaat kemajuan rasionalisasi -sebagai contoh, manfaat birokrasi
biXa dibandingkan dengan bentuk-bentuk organisasi sebelumnya- namun ia lebih Kendati kita rnemang brs;
rnennikirkan masalah-masalah yang ditimbulkan oleh rasionalisasi. dan dalam bab berikutnya k:
Menumt pandangan Durkheim, modernitas didefinisikan oleh solidaritas or- postmodernis bila diband:ngk
ganis dan melemahnya kesadaran kolektif. Kendati solidaritas organis membawa nyataannya lcrra juga brsa me:
serta kebebasan dan produktivitas yang lebih besar, ia pun menimbulkan serang- dipastikan, fokus dari sebagrar
kaian rnasalah unik" Sebagai contoh, seiring dengan melemahnya moralitas ber- uang- menjadr inti dari mocie
sarna, orang cenderung mendapati diri mereka terapung-apung tiada arti di dunia pada kasus lVlarx, Weber ciar:
rnodern. Dengan kata lain, mereka mendapati diri mereka dalam keadaan anomi. tersebut mengulas sosiologl r
Teoretisi klasik keempat, Georg Simmel, akan dibahas lebih terperinci di sini, Keempat teoretisi sosrolo g
terutama karena akhir-akhir ini ia digambarkan sebagai modernis (Frisby, 1992) an. Ketika kita memasuki a'nar
sekaligus sebagai postmodernis (Weinstein dan Weinstein, 1993; ]awor}si, 1997). sangat berbeda dengan tahu:r
Karena dalam beberapa hal cocok untuk kedua kategori tersebut, Simmel menjadi dengan kapan dimuiainya zarr
jembatan penting antara bab ini dengan bab selanjutnya. Kita akan berbicara ten- sebut telah ter,iadi), ridak seor
tang Simmel sebagai seorang modernis pada bab ini; pada bab berikutnya kita tahun 1920. Isunya adalah a1

akan rnernbahas pendapat yang memandangnya sebagai seorang postmodernis. sedikit saja dan merupakar ke
Frisby sepakat dengan pendapat yang mengatakan "simmel adalah sosiolog modernitas atau begitu drama
modernitas pertama" (1992:59). Simmel dipandang meneliti modernitas terutama baik biia digambarkan dengan
di dua wilayah yang terkait erat -kota dan ekonomi uang. Kota adalah tempat ngaruhi diskusi pada bab ini ci
konsentrasi atau intensifikasi modernitas, sementara ekonomi uang mencakup Fada bab ini i<ita akan me
persebaran modernitas, dan perluasannya (Frisby, 1992: 69). porer (ada banyak teorerrsr ia'
Poggi (1993) menukil tema modernitas karena terkait dengan uang, khususnya P. Wagner, 1994:1&'oor1, i99
dalarn buku Simmel Philosophy of Money. Seperti dikemukakan Poggi, ada tiga yang dalam l,eberapa hal dan p,

g:andangan tentang rnodernitas yang dikemukakan di dalam karya tersebut. Yang masih iehih haik bila d:sebur s

604
909
'uraPoIII IEBEqas lnqsslp EIiq {iEq qlqeT qIstsur Suea 'tnqasral ulrel UTEIEP rP
e8u epu 'fIloa uB{E{nue{IP t
;arodrualr:o4 BIuIlp 1tsq;{aru l11T:a}ia1 suleq-seleq EPEd utsp Pq Bdrleqaq trle1e} 8us-{
udusnsnql'8uen uBtuaP rr-e>gal
(seqeqp {ruun dn4nr TrE{s }EpIl u.{uul-:e4 Bue.{ [45,61 'pooA\ !766tr 'rauHe-.4r1 '6
'(eg tz6t
:866I 'aurrrnof :g66lfig5l '4a"i qaJa1 'edupsru:] rrl€l rsneroel4efurq epu) ralod
drupcuau SuBn ruouo{a PrEl'
-uraluo{ rsr}aroel Buero cde;eqag ueln{Iurad qeelauaur uE{3 Elpt EUI qeq EP€d
'edu1n[ua1as quq eped uEP rur qeq uped Fn:{sTp rqn-re8u tsdurat rlelBpu eloY '8uun ruo
.urapoulsod- nl€q qEIr}$ uuBuap ue4ruqureBrp EIiq {IEq ErrlElruel sPlIrrJaPOU Uqauau:
-;ruaru lnqasral qEIBSEI{I
Solorsos TIEIBpE latutlrrs,, ue>lul
qrqal ;aroduraluo{ prunp ufflulqas snlndral u€P sn€ru"rP nlr8aq ne1? selIulaporu
'sfiuapounsod Sueroas re8eq;
ue8uap uu{rs€IsosElp 8ued. uuqeqri"rad r:ep ue:n[ue1a:1 unpdmaur uup e(es lDppas
erg:1 edutnluaq qEq ePud :rur
nfr Bseul 1u[as erunp uuqeqruad-uuqeqruad qe>1ede I{EIEPE e.{uns1 '026I um{81
-ual eJeclqraq uu:Ie ulry 'uduln
{Jmleqas qEIEPB er{up,nre uE{E}8,{Ir31u Bued tmd 8up-roas {epq'(Tpu[al qEIa] lnqes
rpe(uaur Ieururrs'lnqasral uot
-ral uauloul E.&tI{Eq rslunse ue8uap} lrleporulsod uPIIIEz er(urulnurrp uedu4 ue8uap '06GI'lqro,/$,e[ :€66I'uralsul
1w{rel ueleludas4epna4 4e,{ueq EPE rrePua) '026I unqel ue8uap epaqlaq letues
(ZOO1 'Iqspg) snuaPour reBeqe
Bued ledrua rpe{uaru rur Erllnp Bntqrq sula('17-a1 puqe r{nsetuatu elq er[nay "uu
'1uls Ip rcuuadrat Wqel sPr{BqIP
-016runr{,,rpp'BuruaurprEI-ElEir"**i::r_T;.$i}1;:il:'J,J;#f$f 'rruorrE ITEBPEa{ ureIEP D[araur
ffi ,,,, EIunp Ip IuE BpBIl Stmdu-8rmdr
Lroel-rroal des8ueBuau BITq {I?q qrqal 'ruraq{mg uEP raqai['xre141 snsuq epud
-req selrlerour uduqeuraleu u
s€la[ uep 'undqurlas latllulls snsel eped'rpe{ 'setrurapou FsP r1ur rpe(uau: -tuen
-Sueras uu{Inqurlueru und er'-
rtuouo{a uBp elo{ edusnsnrl4- e.,{.uuepeqrad resaq uurSeqas IrEp snr{oJ 'uery$rdrp
Er Eql[aur srue8ro selllePqos I
uslq:rdureg 'sruapolrr Bue-Ioes rcBeqas uduunple8uaru €slq u8n{ ulr:{ uduusuler(u
-ro sBluEPrlos qalo uB)ilsrugaP
-a{ unrlreu 'urui lursos rsqaroal-rsrlaroal ue8uap unlturpueqlP EIIq sru:aPoulsod 'ISEsrlBuoIsEl r{aI
ueSuap dFrur glqal ur eueurreSuq lBr{Ilaur uB)IE EIDI edumluaq qBq rrrEIBP UEP
.sfiuepounsod Suuoes rc8eqas pulurs SuBpuBIIIauI esrq Suuuraur 8fp[ IlEPuay qlqal EI unluEu -udurunlaqas t
rsEr{onq tEEIrErtr 'qoluoe re8e
(fgt-ggt :7661 'dqsug) -a6'efus ruual'e.{.uueursnuu
'rrelruaqa{ erecas 1puftat uEP rarllqre 'uatunuol Eued ruensas ndrueru lepn urxEIrI B{araIIr EI
reBeqas se.Tyzsnml iiup "
. . uele{apa{ uep
4ere(
g)p{aplP reteqas firenr :nural a:1 eru[uad:al uD{"Iues tuerg
-raq uurlpeqa{ EsBr uEP 4e;ra8raq qe8uar EuBd uaruour EuEru -IP'ueqlprad uens edurugFla uup urBI sElIIEuoIsE
re8eqas ,nil{e,4A
nurluo{srp reEuqas sEtlurapolu ueruepBuad Suupueuraru IsIuuIS
rsuedsla r{EIBpe ruePolu Erun
:rur qBq EpEd uE)fm{srprp
uqe 8uu.{. JaJoduatuo)t se}ru-Iapoiu uoatr ederaqaq IJEP BIIIBIn {adse qEIspB -uaBu Br(uue8uedur.{uad-uu8uedtuv
-puo{ sElrIESne{ uep ,Bueru 'fi1{ena- lnqas-rel ueuepSuad upp Drrn{-ueuatr3-uaul -Pquaw xretrAi'uduu"{:q-ud-re
-atrg 'sulrruepoul ,.ueurele8uad,, eped rse:luasuoryaq l3ururs 'dqtF.{ lrunualAl rerpre,{seur gep rslsrrErl qelo r
'(Oq ,ZSe i '{qsp.t ur€lep dpqlp) ...;p1a[qo ueedepnqal go-ruadrq UBP nP1a rre61 'srplrde:{ ruouo{a qalo
-'rpur uee.depnqe{ gorle,,, Ieurrnls uale{nure{1p uueurre8uqes n€18 }rqa(qns uue'{ 'ulaPolll ErrmP uE)[InquII]
-Epnqa{ ueSuap Jp>1a{qo uee;iepnqa>1 EtEluE uu8ue(uasa4 u.{u1e13urua'*u ',.uezr(ep e&u4 rureqlr8uaur ledueq 8ur
-nqa1 rpa8ert,, :setllrraporu rSolorsos urepp undnutu 'ulnuln ErBJas leturuls ISolorsos uepeduaru eduedruaal RePua'
I-Ioal ruepp l€Iuas nsl uped ITPqIue>[ E1DI E.&tuqluaru IsBuaIIE nsl 'IsEueIIB u,(usns EJEJIqreq E{elatr I 'ieululrs rrEE
-r1tp[ 'seXrrrJapour uep {runq Is{.ramlasuo{-Isuaru{esuo1 uped IeuIuIS IseJ]uasuo{ tudura e.fuq urepP'udulesrur's
3edupral 'udu:nygy 'u.Iapolu lmp1edseur upud Suen 4a3a edurusaq SuEluel BlEJIqraq uup srsIIBuE uE{n:lPlaur e8n(
unur 'selrruaporu Suelual rarodruatl
Ieruurrs '€npe)I '(Sgi ,gOOi 'r88ofl ..ue1dn13rm:at qeu:ad luprl eduurnleqas
-Eu'BISnuBIu salsads uped fnlalaul 8uu.( ueesunla{ IIBP E{nqlel IsBlsaJIIEIu mIEd
'uraPoluerd le>[P]
.'rueyda, re8rqas,, sall{Llaporu teqllaur lerrrurs '1ui leq uTEIEC
"u:apr:-rrrlsod isl:;
-e-{seul urEIBp ip sgpur}}p uep uery,tunqulaslp nele lsardslalal {EPI3 Sued rsualod
rcSeqraq unpsa-rdsqa8-uau nl{ueul B{aIeu E.&qEq uqe; edusnsnq{'€Isnu€ru leum ucrun,u.euanl uerir etrr:{ (r-:rtn.
rBuq ueBtmluna4 uerr48ue;as Bllas E/rEqulatu IsEsIluoPoIu El.rrr{€g I{EiEPE uIxEUad -as 'u-raporu ueruaSuarl rru' L:
JUGGERNAUT MODERNITAS
Daiam upayanya agar konsisten dengan teori strukturasinya (baca Bab 15)
ANTHONY GIDDEI*JS;
sekaligus untuk menciptakan sebuah gambaranyang mampu menandingi pemikir- Sketsa Biografis
pemikir klasik seperti Weber dan kerangkeng besinya, Anthony Giddens (1990;
baca Mestrovic, 1998, untuk kritik yang lebih pedas atas teori modernitas Giddens)
menyebut dunia rnodern (yang berasal dari Eropa pada abad ke-17) sebagai 'iug-
gernaut". Lebih spesifik lagi, ia menggunakan istilah ini untuk menggambarkan
tahap kemajuan modernitas -modernitas radikal, tinggi, atau akhir. Dalam hal
ini, Giddens mengemukakan argumentasi yang bertolak belakang dengan mereka
yang menyatakan bahwa kita telah memasuki zaman postmodern, meskipun ia
yakin pada kemungkinan adanya beberapa jenis postmodernisme di masa-masa
yang akan datang. Namun, kendati masih hidup di zaman modern, menurut pan-
dangan Giddens dunia rnasa kini sangat berbeda dengan dunia para teoretisi sosio-
iogi klasik.
Berikut adalah paparan Giddens tentang juggemaut modernitas: Anthony Giddens adalah Ear
konternporer terpenting di lnggrb Rl
rnesin yang terus berjalan dengan kekuatan dahsyat yang, secara kolektifsebagai dari sedikit teoretisi dmh yalg F
umat manusia, dapat kita dorong sampai ke batas-batas tertentu namun juga sangat
ngaruh. Giddens lahir @a Ll[gil
1938 (Glark, Modgil, dan tbQl' lt
mungkin akan lepas dari kendali kita dan dapat meluluhlantakkan dirirrya. lug- lajar di Universitas Hull, London Scfr
gernaut {Lenggitras mereka yang melawannya. Meski kadang-kadang mengikuti nomics, dan Universitas Londgl. GiJ
alur lurus, namun ada kaianya ia mengubah haluan ke arah yang tidak pernah iuk menjadi dosen di Universitas Ld(
kita perkirakan sebelurnnya. Menaikinya sama sekali tidak menyenangkan dan tahun 1961. Karya awalnya bssitat t
rnengecewakan; sering kaii membahagiakan dan sarat dengan harapan. Namun, memusatkan perhatian pada isu hrn
da tahun 1969 ia pindah jabatan set
selama instifusi rnodernitas berjalan, kita tidai< akan pernah dapat sepenuhnya
sosiologi di Universitas Camffige
rnengontrol aiur atau ialur perjalanannya. Pada gilirannya, kita tidak akan pernah tisius, maupun sebagai dosen tam
merasa amarl sepenuhnya, karena jalan yang dilaluinya penuh dengan risiko yang Couege. la melakukan kerja lilbs h
rnembawa konsekuensi berat. mengantarkan buku pertamanya rx
(Giddens, 1990: 139) pengakuan internasional, The Cias
of Advanced Sociefles (1S75). S€{
rapa dasawarsa selanjutnya, Gi&k
i\{odernitas daiarn bentuk juggernaut sangatlah finamis; dia adalah "dunia yang bitkan sejumlah karya teorets. Da
karya itu ia mengawali langkah dq
terus berputar" dengan besarnya peningkatan percepatan, cakupan, dan besarnya proses pembentukan perspektif teoft
perubahan dari sistem-sistem yang mendahuluinya (Giddens, 1991: 16). Giddens diri, yang dikenal sebagai teori stru
menambahkanbahura juggernautini tidak mengikuti alur tunggal. Terlebih tragi, hun-tahun berkarya tersebut meftg
caknya pada tahun 't984, dengan diu
dia bukan hanya satu melainkan tersusun dari beberapa bagian yang saling ber- buku lhe Consfilufron of Socrety Or
konflik dan kontradiktif. iadi, Giddens mengatakan kepada kita bahwa ia tidak Theory af Structuration, yang menii
menawarkan satu teori besar yang telah usang, atau paling tidak bukan satu narasi taan terpentins dari perspektif teord
Pada tahun 1985 Giddens ditunjuk s
besar yang sederhana dan satu arah.
i teror sosiologi di Universitas Camb
Gagasan tentang juggernaut sangat cocok dengan teori strukturasi, khusus- ! Giddens menjadi kekuatan besE
nya dengan titik tekan yang diarahkan pada teori ruang dan waktu. Gambaran ori sosioloOi selama dua dasawarsE
I
fuggernaut adalah sesuatu yang bergerak serentak melalui wakru dar, melampaui
ruang.fisrlr. Namun gambaran ini tidak cocok dengan penekanan Giddens pada
kekuasaan agen; gambaran tentang juggernaut tampaknya lebih banyak mem- *Jlodernitas dan Konsekuenr
berikan kekuasaan kepada mekanisme modern daripada yang diberikannya pada Giddens nnendefinisikan r
agen yang mengendalikannya (Mestrovic, 1998: 155). Hal ini konsisten dengan pertama adalah kapitalisme, 1
kritik lebih umum bahwa terdapat disjungsi antara titik berat pada agensi dalam kepemilikan modal pribadi, b
karya teoretis murni Giddens dengan analisis historis substantif yang "menitik- $istem kelas yang berasal dari
beratkanpada dominasi kecenderungan sistem yang bertentafigan dengan kemam- industnalisme yang terdiri da
puan kita untuk mengubah dunia" (Craib, 1992:149). mesin untuk rnernprodrdcsi bar

606

lo9
,eftaq tcdural eped seteqral
{BpR aIIIsIIBIItsilpul 'Bue.req rrynpo:duiaur 1rutm lnsaul
rlup Ery\E{trIaq {31 ueesun{a{ IsqIIms ueeun8Suad IJEp IJIPJaI StwA'aws1ru1snpw
.rur
r{€IBpB Enps{ 3ue6 4psrtaSr{Bs{-)t}xsuaqEru{ }-rEp lEseraq Sued sela:1 ruslsls
upP ?{FIr {tsq p{i$uleur tEPIl Euert uuqedn rytmq'IPeqFd IEPoIII uETFI[eda{
,surlporuo:1 rs4npord qelo uE{lJI3rp e.duuseiq Btrr-f"'awxpltde4 q€IEpB BIIIB1:ad
Euea '"resep Isnlrlsur ludura IJE$e$EPraq serrlraPoru uatlspgapuaur suePPrD
pfi u!suan)lasuo4-!suon{asuoy uep se}!uropoH!
'ry1qnd uednptqal welep uelsnlsx
un8uequaut eped sn:1opo1 gr lul nlle*r ejslu€tu
-es In1un unuJeu '(eduulnlaqas e,fuex-efuEl qalo
i:1r11urp Sueit uedueltautasa:1 uep ueuelepal
ueBuap ur)isttu ue-0661. unqel eped e^usllnlp
$ue,{ nlnq-n1nq} su€pplg uenurllat etueI ep
-ed qrunq qn:ebued e*requleu tu! enu:as er*qeq
uBsa1 epy'erunp qrunlas !p uep edes su66u1 tp
unun sn$nlslp urepp ertue.rcns ua$uneoffuaur
sn$lexes Isl uenullax tselndar len$adurau!
rslnu q 'nll snrsgssrd 6ue[ (3S1) sslruoue]3 ro
poqJs uopuo-l -rnua:lp lpe[uau el /661 unqel
sped 'rlelB ,(uo1 sp66u1 lr€luaw euep.lod ieq
-lsEuod lpefu.uJ uep:1uqnd ue.ed Hei{ueq qlqat
ueltuleuJsr$ xnlun uip ueertec.ledal eAuuex.leq
-ueur e6nf dsra.I'(2661) Aceaqq lo uolgufi!
-soei-[ s./l uep (166t) t!]uap|iles pu? illurap
-o41 ruadas qnq-n1nq uep lpequd usdnprqe1
eped resag qrqal 6ue{ }eutul eped etrlrequigu,
rdual unqel ede.raqeg 16999 'tuef uep ]us
-fue) ue-066t unr{e} eped \ueuaru uetleqruad
uerelEueies !uele6uaul suapp!gt laue)l
'(Zt :ZeOl) .lseJnlxruls
r.roag elu6uequreuaq ler e ipefuaut 6uert lpau
-aur uep Euefued leqep eseu eulelas i6olotsos
eped uerupr.uol llqpruaur 6trel qil e:elue rp IE^u
-eq rsPlue| l.repe,(uaw suapprs ut16ungq"'qlel3
uexqnuo)ilp luados 'su06ul lesos lsnaJoel e.Ied
qap lederrp le6e6 6ueA Elunp qrunp$ lp sqol
-oal ]nrr6uad i,{sloredlueir, uelEp suepplg u€lls
-eqlaqa1 uexqeqsslp lpef estg ua6au urelep 1p
ueeuJuausd e.4uEuetny 'ulel Etunp ueqel€g leo
-eq.req ue$uep uel$urpueqrp e1q 'eieg su66u1
rp rllpuos edurra$au lp eiut-lsttp 6uanq 11e1 6uu
-as e{ueA.re4 'eAuyueuegl 'erunp ueqepq 1ei{u
-sq rp undnpu 'leIUeS elu€urv !p qrue6ue&aq
le6ues suopplg 'tsttaroal Eueroas te6eqaS
'erunpuaur e(uue
-sas;nse4 6ue,{ (/86t),{60,0130s'eluaury etre6
-leq sl€i nlng uelllqreuau qele1 e6nf suapgg
'r6oprsos uogl txelep e(usnsnql 'qrue6usdlaq
uep iRIe eserq .,enl 6ue{ }tqtauad 'sse.rd Anod
urpuad Oueroas qeles uelednreul et'l6el 6ull
-ued qtqs'i 'eAuue6u[uns sele uegHJs]tp nlnq
1e(ueg uosurqclnH uep uelltuseyg- uellqraued
ueeqesnrad €np Xntun uellnsuol Jollpe lpeluatu
er 'ledse nles uieleo 'Jalodualuol su66ul 160l
-orsos undueqtu€ru uielep lsssq ueladleq et'n11
il
i
'(
-treural ue8uap ue8ueluagaq
-{ItIuauI,, Suud Jrtuersens su,
urEIEp pua8u eped reraq lurt
uu8uap ua$rsuo{ 1uI IEH '(E
eped uduueluaqrn Suur( eped
-rtreur leiueq qrqal udupd
uped suappr5 ueuulauad ue
medweJaw uapw)F/a mppa
u€les 'nlr esrBJnesep enp eueles loololsos uo
uereqrrre3 'nqu,t6. uep 8ueru
-st uelep reseq uelenlel 1pefuaur su€pplg -snsil.I{'rsEmr{ruls uoal ue
'e6ppque3 selpra^luft !p !6oplsos rosel
-ord le$eq€s Infunllp susppr$ 986! unqel epEd
'suapplg1 s$arool l4ledeled uep Eu[uadlal uee] rsEreu ruPs unlnq {Bpr} SuIIEd
-elurad 1pelueur 6uei( 'uo4a.rnpru5 ]o fuaaq! )tBPIl EI Ed'qEq Elpt EPEde{
sq p awWA :fiapag ]o ualtn$]suoo aqj nlnq
-raq Surps Sued uer3eq edu.r
e;(uuexlqralp ue6uap',86|, unqel eBed eluls3
-und lureleouau mqosJol e&e4taq unqEl-unq 'r8e1q-rqapal 'p88tmr rnIP rr
-el'rsern1ln4s iloel le6eqas leualtp 6ue['rtp sueppr3'(gt :tOOf 'suapprg)
-usg er(usua.roq 11ryedored uelnluaquad saso:d
qer16ue1 ruep qe16ue1 lle,! e6wul et nI afuel
eduresaq uep 'uedn4er 'uBle
-e&e1 ureleg 'stlsjool efue:1 qelutnfas ue111q Suef enmp,, rlEIEpB Erp :srrue
-rauoul suopplg 'eAulnfuBlas e$en Bsep edei
-eqeq euelas '(qt6l) sa$apos, gerue^Bv jo
sJr4crus' sse/3 eqi 'lguolseuJalu! uenleBuad (Oe t :000t 'suapprg)
uexpdepuour edueuepad nxnq ue$elue6uaut
6uei e,tepng selu1g e!a1 uelnlepu! el '€6altog 3ue{ orysF ue8uap qnuad e
s,Euryq 1p nuq uosop te6eg€s undneu, 'snrsq qeurad uele >1epp urg'edur
-ss:d 6uer{ e6puqu.re3 selsJantun lp lfiolotsos
eduqnuadas redup geurad
ussop reoeqas ueleqe[ qeputd el 6961 unqel ep
-Bd 'urp qnunq ne eped ueueqJad uB{1esnuaul 'unrrruN'uedereq ue8uap t
uep suldua lels.raq eluSeme efue)f '196l unqet uep uni8ueuaXuaru {EpIr }
eped:alse?ral sellste tufi 1p uasop 1pefueu lni qeurad lepp 8ued. r{Br€ e{
-unllp suopplg'uopuo'I ssllsra lufl uep'solul6u nnlr8uaur 3uupe1-Euepal
-eJ:l jo loor{3s uopuo'l 'ilnH sellslenlun !p lefef - 3n[' e tqxp ue4>lutuElr{n1r
-ag et '{066t 'tr8pow uEp'l6pow '$el3) SCEt
ruEues uEn[ rmureu n]uaual
uenuet'g! ie66uet eped rrqel suepplS 'qrue6u
-sd:eq Eutied 6uef, etunp lsllaloal lJMas lr€p re8eqas grr1a1o1 ureras'8ue1
nles uE$eAeU su06u1 lp 6uuua&alrclodualuox
tersos lsrlaJoai qelepe sucpp!5 {uotl}uY :sElruraPou ,nerzi
-orsos rsqeroal ured enmp ue8
-ued lnmuaur 'uJepour usurP
ESBrrr-BSEru rP ausflrrapoulsc
ur tmdrlsaur uet
'u:apourlsod
u>laretu ue8uap Suqelaq 1e1
ureIEO 'rrqle nEtrE 'r33ur
Fq
ue4reque8Buaru {nlrm rur r
-3n{, ruBeqas (/I-e{ pequ Epe
(suapprg setrurapour uoat sel
:OOO1) suappr5 duoqruy'e,tr
s;lerEorg eslels
-rr{ruad rBurpueuaur nduruur
;SN3OCII9 NOHINV
(St qeg eaeq) edursurnDln-rts
dan ia memengaruhi setting-setting lain, seperti "transPortasi, komunikasi dan dengan kita. Yang kedua aci
kehidupan rumah rangga" (Giddens, i990: 56). Kalau dua karakteristik Peftama capaian teknis atau keahlia:'i
rncdernitas sama sekaii bukan sesuatu yang baru, maka karakteristik yang ketiga lingkungan material dan sosr;
ahli yang paling kentara meiil
-kapasitas pengewasaa* yang sangat bergantung karya Michel Foucault, adaiah
sesuaru yang baru (baca tsab 17). Seperti didefinisikan Giddens, "Pengawasan me-
namun fenomena sehan-ha:r
:ujuk pada superv'isi aktivitas penduduk lterutama namun tidak sernata-mata] di ngaruhi oleh sistem ahli. Srsr
ranah politil': (1990: 58). Karakteristik keempat, dan terakhir, adalah dimensi risiko) atas dijalankannya ha-

i.nstirusional modernitas, yaitu kekuatan militer, atau kontrol atas sarana kekerasan, Kepercayaan adalah sesu
rermasuk industrialisasi perang. Selain itu, harus dicatat bahwa dalarn analisisnya didominasi oleh sistem abstr,
terhadap modernitas, paling tidak pada level makro, Giddens memusatkan per- Dibutuhkannya kepercayaar
hatian pada negara-bangsa (dan bukannya pada masyarakat yang selama ini jadi memercayai seseorang yang ac

ibi<us sosiologi yang lebih konvensional), yang dipandangnya sangat berbeda de- secara aktif' (Giddens, 1991

ngan tipe komunitas yang meniadi ciri ciari masyarakat pramodern. akibat dari meningkatnya per
I(edinamisan modernitas dapat dikenali lewat tiga aspek terpenting teori struk- informasi sepenuhnya renrar
rurasi Giddens: penjarakan, keterlepasan, dan refleksivitas. Y*g pertarna adalah didefinisikan sebagai "keyaku
pe:nisaltan ruang dan waktu, atau penjarakan (seperti aspek-aspek karya Gicldens atau peristiwa tertenEu, rarkj
yaag lairr, proses pemisahan ini bukanlah proses yang unilinear, tapi dialektis)" akan integritas modal atau c:
(pengetahuan teknis) " (Gidder
Pl,la rnasyarakat pralnodern, waktu seialu terkait dengan ruang dan pengukuran
rx,.aktu beium akurat. Dengan adanya modernitas, wakru distandardisasi dan keter- bagi masyarakat modern pada
haitarr waktu dan r.rang jadi terputus. Dalam pengertian ini, kandungarr v,'aktu sistem ahli yang memilah-mr-
dan ruang "eiikosongkan"; tidak ada waktu dan ruang yang diistimewakan; kedua- ekonorni uang dan sistem hu:
n;,a urenjadi semata-inata bentuk. Dalam masyarakat pramodern, ruang terutama Dinamika ketiga yang rn(
,jiriefinisikan oleh kehadiran fisik dan dengan demikian oleh ruang lokal. Seiring dati menjadi ciri fundamenu
;ie:rgan hadimya nnoderaitas, ruang perlahan-lahan terpisah dai tempat. Hubung- eksistensi manusia, ruenurui
an ctengan mereka yang secara fisik absen dan semakin jauh menjadi rnakin mung- dalam modernitas, tempat "pr
,kin diciptakan. Bagi Giddens, tempat meniadi semakin "fantasmagorik"; yaitu, menurut informasi yang masl
"i*kal secara keselurahan dipenetrasi dan dibentuk menurut pengaruh-pengaruh secara konstitutif mengubah k
sosial yang berjarak cukup jauh dari mereka . . . 'bentuk kentara' dari lokal me- buka untuk direfleksikan dr a:
nyembunyikan hubuirgan berjarak yang menentukan sifatnya" (Giddens, 1990: membiarkan kita dalam rasa I
1e). ganda (baca Bab 15) muncul ,
Fenjarakan ruang dan waktu penting bagi modernitas karena beberapa alas- derung mengubah dunia rerse
arj,. Fertatna, penjarakan memungkinkan terjadinya perrumbuhan organisasi rasio-
Karakter kehidupan moc
i:ai seperti birokrasi dan negara-bangsa, dengan dinamisme yang ada pada mereka penting. Yang pertama adala
pada umumnya, dan khususnr
{biia dibandingkan dengan bentuk-bentuk pramodern) dan kemampuan mereka
i:ntuk menghubungkan ranah lokal dengan ranah global. Kedua, dunia modern dapat dipertanyakan, Gidde Irs
diternpatkan dalam pemahaman radikal atas sejarah dunia, dan mampu membawa cayaan selama proses sosialisas
sejarah agar rnembentuk masa l<tru. Ketiga, penjarakan tersebut menjadi syarat orang dengan "cangkang pelin
L:tama bagi sumber dinamisme modernitas kedua dalam pemikiran Giddens -yaitu membantu memberi mereka r
keterlepasan. ini cenderung ditopang oleh
Seperti didefinisikan Giddens, keterlepasan melibatkan "'diangkatnya' relasi Namun, ada sejumlah risiko b
sosial dari konteks interaksi lokal dan penstrukturan mereka sepanjang mang- dernitas yang selalu menganc;
wakru yang tanpa batas" {1990: 21). Ada dua jenis mekanisme keterlepasan yang ketidakamanan ontologis yan g
memainkan peran kunci dalam masyarakat modern; keduanya dapat dimasukkan kendati rnemberikan kita ras:
Cl bawah naungen sistem abstrak. Yang pertama adalah alat tukar simbolis, yang menciptakan "profll risiko". I
saiing terkenal aclalal, ilaug. Uang rnemungkiftkan penjarakan iuang danwaknr -kita nuklir dapat mernbunuh krta s
i.-.-i,i::rta melakukai: ti"ansaksi dengan orang lain yang terpisah ruang danlatau wakmr menerus terjadi yan& memenp

ssB
509
n$[e,vi nEtE/uEp 8ueru qesrd:
-tad'qoluoJ IEHEqas) EIunP qnmles Ip BuBIo rqluEtuauaru Suei rpefoat sruaualu
EII{- n14s l uap Suen: umlsrE
-sruet BuEd Er,lr{rsllad e,(u1eqa-laur uTEIPP uEP (Enules Erpl qmmqluarl IEdEP rlp{nu
3ue.{ 'sqoqurrs ru>{nt tEiE r.IE
Suerad) sellsuetur IEq uIelEP pqo13 luJlsreq o{IsIU ',,o{Tslr 1gord,, ue4e}drcuaur
ue>plnseturp rudep uduenpa
uugesrurad erusllle>laru 'Soeplq m8uq-raq Ip UEIUE usEI elp{ Ilu{uaqluaitl IfBPua{
<sueppr3 u€{E)lnIIIa{Ip gada5 .EuErrr-EuEru Ip BpE Suer( sraoloruo ueuErrrE{EPrle{ Sued uesedapete{ erusruerla
-3ueru 8ue{uedas e>laJarrr u
rpe(uaur SS)IE IIIEJuEBuau: uep elr:{ ueedelrada:1 urecue8uaur nplas Supd setrulap
rsela: .edu1e13uurp,,, ue:{tuqr
-our ue8uap ue:llsglsoserp Sued e{eqeqraq uEP ru€q o{slr qeprn[as EPB 'ImIIIEN
.upq-rrEr.{as Inulal EtFt tuud sellur1ru uurclSueras qalo Suedofrp ttm:apual rur
nlre,i- suapprD uerqrurad u
ueer(ecraday 'ueeducrada>1 uup sr8ololuo UEIUE EsEI Edarelu Faquaur rurrBqrrlaul
qpe{ tuer(',.8rmpuqad Bue18uec,, ueSuap Suuo luruds rpe[uau lnqasJal uP>I
"?sErtr3p EsEur DrnsErueIII €{3Jaru
Ellreqrrlatu ndureu uap 'Prun
rp{aquraur rur rsBsrlursos rladsy Teum[-{EuE{ eseur rsesllersos sasord eurelas ueeder
uraPour BrunP'PnPax'lEqol
-.rada1..slsop,, uep..rBtmpullral,, {euE-{EuE lelilIaru suePPIg'Iru>IEduuuadp iudep
e>la-ratu uendureural usp (u
qrqal Sued EroJslaru ruBs r{€IES urEIB( ',rIqE ruelsrs udusnsngl uep 'er(uumum eped
E>[a.rau eped epu Sued aursr
IIIalsIs uped ueufec:ada1 uiuuelnpadrp I{BIPPE sIuBUad Suea'Builuad
-{ullsqe -orsEr rs€sfire8ro ueqnqurnue
nsr qelurn(as uE)ilmunluaui qegd-qerdrar 8ue.,( urapou uednprua>1 raI[ErEx
"lnqesJal BrmP qEqnBuaru ttm:ap -sep eduraqaq Buaru[ sElrrlr
-uae lersos Erunp rnre e.red rslagar Euare>l IuIs IP r8ul lncunu (St qBg eoeq) upue8
;066I 'suapprg) ..e,(uregrs u
Etrlnauauuer{ qplBsEur ,r3e1 qrqal-ra1 'uur$ed>pppa{ €sEr urEIsP E}DI uE)FErqrreltr
-alu IB{ol rrEP .BrElua{ {nlu
u38u1ues .urpuas rur r$lager {nsEirrrel 'urapour sTrmp rp uBTqauarrp {ruun E)lnq
qn:e8uad-qn-ru8uad tnmuau
-rel EduEmrIaS' (Be :066 I'suaPprg) .p:laraur raDFrm[ r{Eqn8uaul Jlrnlgsuo{ E"IB3as
'n1red :..41-ro3eurselueg,, urS
lrerpnura{ SuuL 'lnqasraf 4rlprd ue8uap lIBFal {nselu Sued rsuurro3ul lnlnuaul
-8r.mru unyeur rpufuau qne{
iserirroJa.rrp uep r{EEIaIIP IIE}suo{ ?IBJes IEIsos TD[Erd, ludura] 'sElIuJsPouI ru€[EP
-3rmqn11 ledural uep qusrd:
snsnrfJt r1ru DIIIrueuI sEII F{eUeI '(efuuu8uepuEd m:nuaur'EIsnuEuI Isualsl$la
Suurag'p>1o1 Suen: qelo uu
Buetual poal undnuur) suappr3 IsuJrrD1ru1s Lloal l€luaruePlmg IIIJ rpe(uaur Uep
Ptrl€lrua1 8ueru'urapourErd
-aeysebarsleller q€IEPE sEtrruePotu IJEP IrIs rpe[uaur tuud etna:1 BtIurBuIfl
.uduepeda>1 edec.rad sruEq SrrEJo 'uha4aq um{nq ulalsls uep Suen luouo{a -€npa{ :ue>le,t\euntsrrp Sued
.re8u
nl{Ee ue8unpueq 'rur uerl-r;
'qoluoc re8eqag 'ulapolu BnmP rp uednpr{a{ qullru-I{Elrruaur tued rIqB IIIalsIs
uep srloquns rE{nl fep r8uq e8n( unuruu 'eduumum uped urapour tu>prurkeru r8eq
-Jala{ uEp rsEsrPrBPuElsrp n
ue.rrup8rlad rrep Brren: uu8
Bunued ruSuBs edueqlepn ueedurraday "(rg ,ooot jsuepplD) ..(srulat uenqeratuad)
unp '(srqapip rdul'"reauqrun 3u
Ie.r$clu dtsuud e,(utudal IIE{B nP}E 'ure1 Suero B1uI3 nElE IBPoru sulu8alur suapprD el:n1 4adse-qadsu
uuurrle(a>1 unpsardsrla8uaur lnqasral uuur{eda{ B[e:lfef 'nluaual ea,Rsuad nelu
re8eqas ue>fsrugaPlP r{elepe eursuad 8ue; 'setra
irser{ lrnlrat 'ulelsls nElB SuBIo uundureural eped ueur1uda1,,
uuudecradaltr .(66 ,zo6t ,qIEr3) IEIsos Eueruoua; tueluat ur(uqnuadas IsEIIrroJuI
-{nts r-roal Supuadral {adsE
'u-rapourerd te
r1rTrruaul n1-rad lepp E1IX 'n1>le1r nElB 8uuru ueluru[uad edulalSuruaul gBP rBqp[E
reBeqas 'e:1r]a{ uqnpadp rpe[uaur uue.,(ucraday'(Ot ttOOt 'suePPIC) .Jq{E Bruras -ap Epaqreq te8uus e,(u8uep
nuluBdrp ludep er(uselvrnle 8ue,( uup ufuu uudap rp upe tue,( tueloasas EdEf,IsuIaE IpE[ Iq eruelas Sued 1np-rei
-.rad unpesnuaur suappr5 '.
Fsalu )tEplt Elry,, :rur ue>lBru(uad ue8uap lpryer ueedecrada>1 eduuelqnrnqrq
'nDIElrt uep Sueu uele.rufuad eduresaq qelo UEP {Pnsqu Iualsls L{alo Is?uIuIoPP edusrsrpue urelep E1Y\qeq ]El
Buer( urapour lap.rerfueur rp Suquad lefiues SueI nlensas r{EIEpB ueedecraday
'uese-relill euzJes swe lafiuo
'ru{ErY\ uep Suun: tue(usdas IP IuI IBr{ uduuu:1uqe{rp sere (orysg rsuaurrp qE{EpE 'rrLp[EJa] u
edun ue>pq rmnreu) ueurrue( ue>1rreqtuaru rTr{B ura5rs '{t{E rua$Is qalo 1qruu3u
lp [eleur-uleuas {Eprl unru
_adrp uep uE)ptdrcrp €lDl r{Burru u"p Iqoul ruadas IrEq-FEqas Euauoual unuEu -aru uBsen&P8uad, 'suappl3
.xeDlop uep ureeeBuad rUadas puorsagotd ered uelreqqaur prelua{ turpd Sued rlqe i{epp€ 'llnernoc laqrrpi e.L
e8rra:1 Sued 4rrsFarpre{ E}i
uetrsrs 'QZraOA 'suapprg) ..d*PH BlFt Iupt ledural IEIsos ueP IEIrslEIrr ue8tmlSuq
erueuad {rlsuat{eJe>tr Bnp
qedepro. re8eqraq rsesrur8ro8uaur Sued puorsa;ord uEIII{ee{ ne}e sru{al uEIBdBJ
{uatfis", re8eqas ue>lrsiugaplp Suud '{qE ruelsrs qE{EPE €nPa{ 3uu1 'e1q uu8uap
uep rse{ilmuro{'rseuodsue-
u'bahan pembagian kerja di tingkat dunia). Selanjutnya ada risiko-risiko yang da- dan humanisasi teknologl
pat ditelusuri dari uDava kita menata lingkungan material di sekitar kita. Risiko gerak menuju ke secuil n;.
;uga tumbuh dari terciptanya lingkungan risiko institusional seperti pasar investasi sama sekali tidak ada. \a;
giobal. Orang sernakin sadar akan risiko, dan agama serta adat istiadat semakin nulis Eentang kemungk_rn;
liurang penting sebagai cara untuk memercayai bahwa risiko-risiko tersebut dapat dalam membantu ten,. u.u
ditransformasikan secara pasti. Banyak orang kini cenderung mengetahui risiko
yang kini kita hadapi. Akhirnya, terdapat kesadaran menyakitkan baLrwa sistem Modernitas dan ldentitas
ahli terbatas kemampuannya mengatasi risiko-risiko tersebut. Risiko-risiko ini- Kalau buku The Ccr_,
lah yang memberi modernitas sosok juggemautyangterus berjaian dan mernberi- dernity and Self-Idenrt r.
kan kita ketidakamanan ontologis. dernitas lanjut, khusus:: r'a
Apa yang terjadi? IV{engapa kita mengalami konsekuensi negatif ketika kita dialektis i:erhubungan ie-
rnengendarai juggernaur rnodernitas? Giddens mengemukakan beberapa alasan. hatiannya diarahkarr -r,a J :
Yang pertama adalah ke.gagalan sistem di dunia modern; mereka yang rnendesain satkan perhatian pacia :s::.
clernen-elemer dunia modern telah melakukan kesalahan. Yang kedua adalah iektika yang lebih besar
*egagalan operata, masalah ini dapat ditelusuri bukan pada desainer namun pada Trairsformasi icienu:* - :
nlereka yang menjalankan dunia modern. Namun, Giddens lebih :nenekankan cian glotal dajarn K::._ ,

;ra.;a eiua i'aktar Larlr, - kansekuensi-konsekuensi yang tidak dikehendaki dm reilek- aspek yang intim ,j",a_
sivitas pengetahuan sosial. ]adi, konsekuensi-konsekuensi tindakan bagi sistem benruknya relasi sos-"- :
dalam sejarah urnar ma: -
tirlak pernah dapat diperkirakan sepenuhnya, dan pengetahuan baru terus terlepas
milieu giobal.
menuju ke tujuan Lain. Atas semua alasan tersebut, kita tidak dapat sepenuhnya
meneendalikan f uggernaur, dunia modern.
iianrun, daripada meryerah, Giddens menawarka n re al-i s m e ut op i a n y ang ter - Seperti teiah kita keta:
kesan paradoksal" |adi, ia Lrerusaha menciptakan keseimbangan antara kondisi ideal suafu yang refleksil d;Ln :a :
r-rt,i:Fian ciengan realitas kehidupan di dunia modern. Ia pun menitikberatkan pada inti diri . . . diri menjai ;
peran y-ang dapat dirnainkan gerakan sosial untuk mengatasi risiko dunia modern yang direfleksika-n, d.iubai
ini dan membawa kira pada masyarakat yang di dalamnya risiko-risiko tersebut tanggung jawab pada pe::_
-berkurang.
ini tems berlangsung dan :
i-ipaya Gici,iens (1994) menemukan kompromi posisi politik tampak dalam r:
dan perken-rbanga-n rela-.-
1,-riu"l buku yarrg kemuciian ditulisnya , Beyond Left and Right: The Future of R.adical ke dalam orgaiusasi iefler.r
F*.!iti<:s. Ketika posisi-pr;sisi politik yang ada mulai memudar, Giddens menawarkan hanya bertanggung jar'-aL :
pe mi:entukan uLa.ng "politik radikal" yang didasarkan pada realisme utopian dan fubuh kira" Inti dari penc:I
3r,'.rr:rrenLasi tlntuk n:enyelesaikan masalah-masalah kemiskinan, degradasi ling- piian tubuh dan periiai-u u
!..uugan, kekuasaan dan kekuatan sewenang-wenang, dan kekerasan daiam kehi-
"r
terikat pada berbagai "iez-i
d,-opan sr:sial. Fosisi politik Giddens melibatkan penerimaan atas paling tidak bebe- hanya membantu indrvrdu i
ro;ra aspek kapitalisme (misalnya, pasar) dan penolakan beragam aspek sosialisme refl eksivitas-di.ri raaup,r:r :
{misaLnva, rakyat revolusioner). Iadi, Giddens memilih berjalan di atas seutas taij fitimbulkan terutama aciaia.:
tipis dan sulit dilalui. Dunia modern memba
Berdasarkan pandangannya tentang modernitas, bagaimana pendapat Gid- nyembunyian terkait yarrg r
dens tentang postmodernitas? Untuk satu hal, ia rnenolak sebagian besar, jika cidak mena berikut: kegilaan; iclr
sernua, ciri-ciri yang biasanya kita asosiasikan dengan postmodernisme. Misalnya, dens, 1991: 149, 155). Pengr
terkait dengan gagasan tentang kemustahilan suatu pengetahuan sistematis, Gid- sistem abstrak dalarn kehidr
dens mengatakan bah'iva pandangan semacam itu akan menyebabkan kita "menolak aman ontologis yang lebih
seluruh aktivitas intelektual" (1990: 47). Namun, kendati melihat kita hidup di kannya kehidupan sosial dar
era moder:ritas tinggi, Giddens percaya akan adanya kemungkinan untuk melihat dilema rnoral bagi umar ma
seliilas postrnodernitas. Dunia semacam ini, menurut pandangannya, dicirikan oleh Kendati modernitas adi
*i,stem postkelangkaan, demokratisasi yang semakin berlapis-lapis, demiliterisasr positif dan negarif, Giiide,rs .
610
w9
wendarsryaq edruaq.nesaq ua{lruf,rrE, e,tuepe dmi8rreuaur suappr3 'g.ne8au uep3nrsod 'rsesLralqrruap'srdq-srdegaq
rserurs uuiquqaduaur Sued 'Bnp Br€uilaq Suepad r{BIePE selrruaPou pEPua}I rlalo unIurJrp'eduue8uepuer
'(9gl :lOet 'suapplr) ..ElsnuEur leum r8eq lBrorrr Eruapp teqqeur {nlrm ueurlSunural
ue>finJlmruetu Suer( pfuaurepury lulsualsls{a nsl-n$ IrEP IEIsos uednprqa>1 e,{uua1 Ip dnpp{ ET{ ter.{qaur rlEpui
-Surdruesaqrp. ednraq so48uo ue8uap uilIIEu 'JESeq qlqal Sued srSolotuo IIBIIIE {eloueur,, etrx uqqeqaduaru
BsEr €1r>I uE{Lraqueu rur ueprn8uad 'Ireq-Irer{as uudnprua{ urspP {Ersqe tua}sls -PI5'sFPtualsrs uenqula8uat
uuad u,{ule48uruaru IrEP luqFle reBeqas pufral uepon8ua6 '(gSt 'Oft :166I 'su3P 'uIupsr141'arusrurapourlsod
-pIC) ..{ufern uEP :selrlBnsr[es :u?tu uBP lf{Es :selrIeururui iueqr8al :ln{uaq Euaru leprr e>pf'resaq uer8eqes {EI(
-oueJ T.rBp iJEr{-IJBrias uudnprual splrueru rre{qeslureur 8ue,{ lroFar uer,(rmquradu -p15 rudupuad eueurru8eq '
-ad sasord,, rrele 1,ueue1e?uad ueJrcn8uad,, Buas E/lreqlrraur uraPou BIun{I
'urcpout €nmp rP etp1 -r{p uEP l{nqru depuqrar isasqo qPIEPE stlerual un11nqiur}p rtrEl selnas sElE Ip uephaq q
8ue,{ reqqy 'e,(uumurn eped sullurapow serlls{agal tmdneur Frp-ser rqagar arusrlersos >1adse ure8e"raq ue
urepp uurad.raq e8n( unuIeu erIaraIII qnqni {ru{iaqruaul nPF&1puT nfIIEqIIIau e,(ueq -eqaq {epu Suqed sete uBPrrl
{epp Btre{ (ueqpel uep }aB n{nq-nrylq'eduJesru) ..ulIzei,, re8eq:aq epud leluar -rqa>i urEIEp uesExs{a{ UEF
u8nt qnqnl '$slqE{ol uep SuElas re8eq.raq urepp 4edq Sued n:pp:ad uep qnqni uepd -3uq rseper8ep'ueuDlsrrua{
-urw r{elspu JTs{agar eJBJes rrlp ueu'ler{rTaurad mep ueutrdleuad FUP pq 'ElpI qnqrtl uep uerdoln ausr[Be-r uped
sEts (rul rrBlIB{ {IIEIBp) u8n[ unureu Bii{ FIP upsep sele qemef Sgn8SuBuaq e,tuerl uE>IJElvr.Euaru
suaPPIS'rEPnul
)tepll BIIN '(gO :tOOt 'suapprS) ..lElsos uednprqa>1 Jrsxager rsssrue8io LUEIEp a>[ Iwlpe[Jo erwn{ etII u$rx
]aJasJeI,, und qnqnf 'urepolll plunp IO '{uBuI Sued prsos rsular ue8uequiaryad uep ureiup 4edruer rptllod rsrsod
I:rp-rseroldsla rppord qsIEpB mq 'eduunues rlndqaur uep Srms8uelraq srual ruI
qerne{ SuntBuB} uIuIIEu 'uIP uuEJet[1au:ad uep ueeldrcuad eped qzr're( 3un33ue1 lnqasJal o{rsF-orysu eduuru
-raq nPl^rpul €/uqeq edueq {BPrI lruuaqrp ue>[qsq'rIEqnIp 'uarsrlaga:rF 8uu,{ ureporu Brrmp o{rslJ rsere8u:
ntenses ypefuaur FIp '1p€{ '(Zg tiOe i).. !!${etper :1a,totd rpu[uaur piP ' ' ' P]P pul epud uelteraq{urua{u und e
rqnser[au sElIIJIapou sEtIAIs{aUaJ,, E^lqeq uaunS.re"iaq ur uep 3rs4agar Stred nlens IEapr Tsrpuo{ Eretrus ue8uequ:
-as re8uqas ureporu Bnmp rralrsTugaPuau suePPrD 'ml{Ela{ Elr{ gsle} r1-lada5 - rcl?ueL uetdoln ewsryEeJ u
(Zg ,tOOt 'suapptS) eduqnuadas redep >yepu urp
sedapal srual rrreq rrenqeta8r
ur€lEp ,IEI eur*srLl,sll,,Fel (.te4eredseur,, ueP (rxrp,,'EIsntlE* rr*"fiHIjrH#
rrratsrs r8eq uerlepuTt rsren
rp{ eruuuad {Illun . . ' senl nrrEaq Eued uudn4el ueSuap lersos rsElar edrr4rouaq
-"r+t us8uap BunsEuel trBryal ' ' " 1p€qild uudnprqa:1 rrrEIEP lrrllul 8ue.{ >1adse - {e Eer vEP rxEp ueqqrp Ie p
->iadse uped ueqeqruad-ueqeqruad 'r38uu sulruraPoru isrPuoli ruepp leqoi8 irao uu{uHtrauaur qrqel sueppr}
' ' " rsesrpqolS uPP Flp-sB}puePr rseurroJs-trer,I rped unureu .taurasap eped r
IB{ol E{pIeIBIp qruruI EnP qEiePE
:rssaq qrqal 8ue,t e4rr>1a1 r{elepe enpa{ Suea 'ueqeps
-Eip IrBp turpdraq qatroq >IePTI Etr{ untuEu 'or{rru nsr-nsr eped ueueq:ad uellus uresapuaw Suud elararu iu-re
'uuselp ederaqaq uap4nural
-nuraur ue4e rmd Etrry 'tnqaslaf ue8unqnq oD[tIiI 8un[n eped uD[qE]Erp uduueqe{
_rad:esaq uerSeqas .IrrapoIII 1e1uerfuer.n rsnlr}su} uu8uap uuSrrnqnqraq srl}tralErp Plp{ u>lrte{ Sue8au rsuamlasl
€.rB3as I4p rEIIIau suapPID sela[ erecas rmdr:1sa4
"FrP edusnsnqli 'tn[uui sElIIIfap
-offi oDgur >1adse eped sn>lopal qlqal (166I 'suapprS) '{tuuappnag pue ,firutap -Lraqruaru uep uupfraq srual
-oJ,{tr 'onleur rsetualloraq qqalkrwapory lo sacuanbasao3 a{, n>lnq nBIBX -IuI o{isF-o{rslu 'tnqes.ral
uralsrs Emr{eq ue{lrxuduaur
sellluopl uEp sellu.lopow
o{rslr rnqe}atuaur 8un:apua
'tnqas.rat raD{ErEI-raDIe"re4 edupnln rural nlueqrueu urEIBp tedep tnqasrat o{rsu-o{srr E
.rpufral uD{Euras }EPEr}fr }EPE Elles
uerad"raq redup (eduurq uep) er ue4e -Bue,,t ueupi8unural 3ue1ua1 sqnu
-eru E{r}e{ En'qeq edecrad suaPPIC JIs{el}aI EJElas 'UnIIIEN 'Epe {BPII IP{as EIIIPS rselsalur JBsed ruadas trEuorsr
ue4eleSuaur {upu {nlun .u.raporuSod ra1{erE>l-ra1){E]E)l IrnJes a1 nlnuaui 1era3 o{Islu 'E}q r€lr{as IP FuatE
-raq uE)lE rur Brrmp Bn'qBq ueurure[ BPE )tEPp 'unIIIEN 'r8o1orn1af ISESTEIUm{ uEp -ep 8uu,( o{rslr-o{rsF epe u
makna pribadi' (L991:201). Semua hal yang bermakna telah dikucilkan dari ke- MASYARAKAT RISIKO
hidupan sehari-hari. Namun secara dialektis meningkatnya refieksivitas-diri mem- F'.ita telah berbicara :,
bawa pada peningkatan kecenderungan untuk kembali pada hal-hal yang selama tas. Seperti dikatakan C::
ini disembunyikan. Giddens melihat kita bergerak menuju ke dunia yang "pada Iviodernrras a.ial.ih t= -
level kolektif dan dalam kehidupan sehari-hari Pertanyaan-Pertanyaan moraVek- Itchidupan sosrai i:.: : .
sistensial bergerak lagi ke tengah panggung" (1991: 208). Bagi Giddens, dunia se- srbagian besar orar q L.-. .

telah modernitas ditandai dengan "remoralisasi". Isu-isu moral dan eksistensial ta1 bagi cara aktor ar,. ,-.

inti yang telah dikucilkan akan menempati posisi sentral dalam masyarakat yang Modernitas mereduk;. i
namun pada saat yang s.
filihat Giddens dibayang-bayangi, dan diantisipasi, dalam refleksivitas-diri zaman besar atau sama sekal: .
modern akhir.

f,lodernitas dan Keintiman |adi, Giddens (i991;28 rr.

Giddens memetik tema-tema ini dalam buku 7he Transfonnation of Intima- sikan pada bagian iru. JL'r
cy {19F/2). Dalam karya ini, ia memusatkan perhatian pada transformasi terus- 1995) sebagai resrs vanq '

menerus keintiman yang menunjukkan gerakan ke arah konsep Penting lain dalarn
pemikiran Giddens tentang dunia modetn-hubungan murni, atau "situasi ketika kasikan bahr,va ia. sela:..
agar tetap bertahan hidup relasi sosial dimasuki oleh hai-hal yang dapat diambil bergerak ke zarnar pci':rl
oleh masing-masing orang dari kedekatan ten$-menerus dengan orang lain; dan $renefl"rs berada Ci du;:,,
yang akan terus dipertahankan jika kedekatan tersebut dipandang kedua belah modernites sei:elumn..a,,
pihak dapat mampu memberikan kepuasan yang cukup unruk membuat mereka dustri, serrtenta;a mod..::-..
ingin terus bertahan di dalamnya" (Giddens, 1992: 58). Dalam kasus keintiman, dengan masyarakat ris:L _

hubungan murni ditandai oleh komunikasi emosional dengan diri dan orang lain masyarakat risikc, kjta r:;.
dalam kontels kesetaraan seksual dan emosional. Demokratisasi hubungan yang ciunia konteu:.porer ne::
intim dapat mengarah pada dernokratisasi tidak hanya hubungan antarpribadi se- dipandang sebagai satL rr.E
cara umum narnun juga tatanan makro-institusional. Ben:bahnya sifat hubungan- risiko tersebut dapat Crel..:-.
hubungan yang intim yang di daiamnya Perempuan ('k .r* revolusioner ernosional nya sebagai berikut:
modernitas" [Giddens, 1992; 230]) memirnpin dan laki-laki "tertinggai di belakang", Keuka mcde,'nisas t t --
=
membawa dampak revolusioner bagi masyarakat secara keseluruhan. dannelaAi*an masi r:.
Di dunia modern keintiman dan seksualitas (dan, seperti teiah kita ketahui, masyarakat industt ::.:
masih banyak lagi yang lainnya) telah terkucilkan. Namun, kendati pengucilan kita tidak rnenyakikar =

.luardesain industri Las.

ini dalam beberapa hal membebaskan diri dari keintiman dalam rnasyarakat tra-
disictnal, ia pun merupakan bentuk represi" Upay'a refleksif untuk menciptakan
hubungan yang intim yang iebih ururni harus dilakukan dalam konteic terlepas Lalu, apa rru rnodernjtas c;
dari isu etika dan moral yang lebih besar. Namun, tatanan lnodern ini mengalami Beck menan:ai benru-^:
tekanan ketika orang, khususnya PeremPuan! mencoba menerapkan konstruksi re t] e l<sif Proses indiviciua.
refleksif pada dirinya dan pada orang lain. )adi, Giddens tidak menyerukan liberasi dari hambatan struktural c
seksual atau plurdisme, namun perubahan moral dan etika, suattl perubahan yang hanya rnenciptakan ciinnr ;
dilihatnya telah berlangsung dalarn hubungan yang intim; Sebagai contoh, orang ben:-
Kita tidak perlu menunggu revolusi sosiopolitik untuk meneruskan prograrn ditentukan situasi kelas me
emansipasi, dan revolusi pun tidak akan banyak membantu. Proses revoh:si telah reflelsif. Beck menekankar
berialgsung dalam infrastruktur kehidupan pribadi. Transformasi keintiman dunia semacam ini: "Hubur
menekankan perubahan sosial dan perubahan psikis, dan perubahan rersebut,
harus dipilih secara indivri.;
yang berlangsung "dari bawah ke atas", berpotensi menyebar ke institusi lain
yang lebih bersifat publik. harus &bangun,,lipelihara
Emansipasi seksual, saya kira, bisa rnenjadi media bagi reorganisasi emosionaj t1992 9v\.
kehidupan sosial pada skala yang lebih iuas" Berk melihat ariaaya i_.
(Giddens, 1992: lg1_182) illas'/a3:3.<et indugtri iCa;,.l: -

6t,l
eT$
,o5isF 1e{Etu.{srrrr n[nr:;ix >pse1q ulffiprll 1*ia"rq.AseuI
u?8uap Hpaq-ra4l {lepxiaq BuBd (Zgt-tgt :266I 'su3p.F
-lJEEr Selrrrf,aporJr rI:€{EF
r:Ep lsrsurJl u_(uep* u"sntncl:3}a{ Ed".rep€ leqrisru T;ag
'{to,zoail t
leuorsorlla IsrsrueSroa:
..npplpq qalo Suep irueq.redrp uetsus{ ErEJas usp 'Brer{rlsdrp 'un8ueqrp sruEr{ urEI rsturtsul a{ rEqe.\u
elaraur eBBtmIa s lrsyeger rpe[uaur 'rmd prsos uerop lpnpurpul BrEJas WTrdrp srueq 'lnqa$al ueqeqruaC ue1
ursJ€uras srunP lrErrrrlula{ rsElu.toJsuel
{n}uaqJal e[es rueq Sued prsos ueSuuef rrep Iprsos ue8rmqn11,, :rur
rp prsos rsEtrar qoluor epud sElr^r$lauar el.uBurluad rrE)luE{auaIII {rag Jr$lagar qslal Bnlo^ar sesord ru
qrqel {nltm EqBdIp tuero 'telB ue8uap IF{aqIO 'E{aralu sEIa{ rsEnrs uertnluerTP ruerSord ue{sruauaru I
ur(urre>1nq uep'urpuas e>teJalu {ePuaqa{ }unuaul >[EPuIUaq Suero 'qotuoc re8eqa5 :ltIT
.dnpg{ B{aretu ledurat trele.rurkeru e8n( mureu Lrrpuas e,{urrrp unptdrcuaur edueq
Bued uequqn-rad nfens 'Bxr
)tupg {nilmJrs:{agal EJEJes ndureru qrqal eduleqrxe uep l?lnDlnrrs uElBquErI rrEP rsExaqq ue:[n-raduaru lepn
sEqaq uufetuas rpeluaru ua8e 'rpe{ 1€r€g IP rpelrat IsEsIIEnPI IPUI sasold J!$[a{JreJ r$[n$suo{ untdu.Iauau s
(ruEq
s*$$iapaw ue8uap 'flrl FtouTtru rueq Sued nulu {n}uaq rEiueueu >lf,ag uueptuaru rur rrlapour UE
pfureUaduaur Srred 0{ISIJ lotEJedsuur n1t ede ueg iruPq sElIIIJaPou rul ede 'np1 sedal:at ${eluo{ urslEp u
ue4eldrouaur {n1un Jls:{a
(ot :zeet "pag)
:{rsEFI rr}snpurur,saprenr -u.r1 1u1ure,{sErrr ru€feP u"
rp $eifirraporu 'ntre{- selruraPour rlEP [s.{re ulllrrerr rrqlu ue4s4uduaur {EPu elpl uep;n8uad pupua{'trnrsE
:r{EiBP€ Iq n{nq slsal ' ' " 'r9w[ Islnw uGJ se]wraPow ueP |rlsnPur \eYete'{sew 'rnqera{ Prq qBlal ruadas
uelt{ryuwew qeSuu wt ueq $esruftPowlr$nPw leye*,{sew uilFfiIelaw ueP 'uBqnmlase{
6{^q peqe eped Tepoal wleteisera truIu}s uu{qruurueLa lssstuaPotu il{lnx ',.8uap1aq ro F8ttrnrai,, ot
:lrulFaq re8eqas e,tu IBUOrsotIIa reuorsntro^er IU
-yt>iads"rad un-reded uelrerlleueul )peg "I:1SnPIn EPed rrnsnlarlp fedup tnqasral orysu -uetunqnq reys a(uqeqru
.Lrtrsnpur -es rpuqFdrelut uugunqnr
-o}[Is-l_J Bf,EtuE pp ryduuq EualB{ lele.redseur adp nrus reSuqas Suupuedrp
esrq orysli tropre,{suru 'u,{u4rpqa5 "ueutala PnPa)i r{qruraEr ra-roduraluo4 erunp Sued ue8rmqnrl rsustterllo
'rpe[ :umnpul tuXu:edseru urEIEp Ip dnP1i edueq r8el leprr Elnr 'o{rsrl }e4e-redseur urel tue:o uep ir1p ueBua;
ruEIEp rp p33un unlaq qrserrr ElD[ ItBPue]{ '(lOot '{:BIl) o4rsu tmlerudseu ue8uap 'rrE1urlura{ snsE{ ruElec
ue{rsElsosurp JII{E1 ruEg Sued u{ul8olomla] uep ruEq se]rrLri]pow E.IElueuIas 'Flsnp E)[araIII lBnqrusru :{nrun
-ul nire{'eduumlaqas selrrr;apour
1e4e-reLseur uu8uap u€{rsersosulp ..{lsEpi,, deupt qEleq Bnpe{ tuepuedrp r
dn-.{uJ,"ruecl sutrurapow {rttuaq ruEIEp rlupua)i'ur;porlr eirrnp Ip ?p€Jeq sluauaur uup :urBI tuuro uu8uap s
-srua1 Blilt '1cag ue8uepued lrunuaru 'unuw5[ 'u.rapour$od uEI'rrEz aq >lera8raci IIqurEIp rrdup tuud IEr{-IEr
qetral Err{ Erarleq ue8uupued {Elouaru 'suaPpr} eurure8eqas 'Er E-4dLIag ue{rse{ qpa{ FerBIs,, n€tE'r-&fi&l
-rpur8uaur Euare>[ 'Suuuod xe8ues lcag edrel prpn{ 4eue 'FrI Isn{sp urEiBO urslEp urel Eurtuarl dasuo:1
..'tern{E drupc,, Suud srsat ru8eqas (9661 -srual rsPuuoJsrrBJl rped
'Jauuorg :ZOO1) ,{lrwapotr41 zueN E Pte,*LaJ :llaJcog {qQi 'rur uur8eq uped uurys -surrlal Jo uoq?trual$req
-n{sip1p 8uu.{.lcag qrlrln e&q uepp srsat deSflus8uaur (31 :i66I) suappt3 'rye{
(f-g :t66t 'suapprg)
'e.(uurnlaqas era upud Fua{iP {EPI} qu{as EruEs ne1ts rtsaq
uErrr?z IJTP-sElr r$[eu3r Ir
uerEeqas Euud IuEq o{Isu lalaurered uulluuaryadruatu eures Sued tees eped unureu
Eued relereds?u urelep IE
'ruuaual dnprq erec uep qe,{epru-qe,{e1yrr ollsu qlunlas rs{nParau sElruraPotr i
'Iersos Blunp Eleuaru ruBIEp slu{at siBrsads tred uep rue.&\e rot{e erec r8eq pi IBrsua$I$la UBP IEroru ns
-uaru€pury rpe[uaru olrsr.r dasuol 'urrrurN 'rpu[:ar lepn rur 8ue:o .resaq trer8eqas -es Erunp 'suappr) lSeg '(
iSeq leduurnlaqas upedl.rep orysrr rydueq qrqal Sunpue8uaru iur lersos uednprqa:i -{a^Eroru ueuduel:ad-uee
E.^fi{Eq uerlete8uaru
pnoleuraq >1eprr edeg 'olrsrr ueu.,{epnqa>I q€lepe s?lltrtapol I uped,, Suer( enmp a1 n[n
'suepprD Te>IEIP{TP r}radag 'sel ErrrElas Sued pq-pq eped
-ru.rapou Srretuat suappr) etr-rm1 ruupp o)fsu nsl 8uelua] BJ€3Iqlaq qelal ElIn, -ruaru urp-s€rprrlaga; udr
oylslu rvyvuv svtl -a)t FEp uE){Ir3mlrp i{enel
 mulai nerefleksikalr r,.. ,
pendahuiunya, terus-menerus merniliki banyak karakteristik masyarakat industri.
rlglixt D:ili. il a a :a f fi-i: ., -.
i-:
lsu serxral elalam modernitas klasik arialah kekayaan dan bagairnana hal ini dapat
-:, 1l.f i. T..*rr i: -..
didrstribusikan secaia lebih rnerata. Dalarn madernitas maju isu sentralnya adalah -r31.,yr:. _1.{irt-:k: ';r.i j;,1. ,, L ,

risijt* dan bagaimana hal itu Cicegah, diminirnaiisasi, atau disalurkan. Dalam mo-
i11i-1',,& i-i: tit:i. li ;:;:,:l-r f;i:,-
derliltas leiasiil" hai yang ideal adalah kesetaraan, sernentara itu di rnoderrritas maju
pemn ne:e !;.J :r,cri:;,r tr-
adajlh keamanan. Dalam modernitas klasik orang mencaoai solidaritas dalam pen-
iindung dari krsntanlr.j :
r:arian tultran positif berupa kesetaraan, narnun di dalarn modernitas maju upaya
ierlalu berlebihan ker:.,,
xnrui: m.encapai. soliriaritas tersebut ditemukan dalam dikeiarnya tujuar: defensif.
'vang sebagian besar negatif berupa, i<ebebasan dari marabahaya. di beragam bidang, ih:i;r :t.=
perhatian lebih laniur pa:.
f*er**iptakars Risik* Kala.i dalam mas) a: j j-
sama lain, delam masya:-:i
b,:ffitla-i pa,Ia haias-batils re*-€intu., risik* *ir,asiikan cieh sumlrtr itekayaan ..

per-rbahan masyarakai ;e ::
i..*+.r,].6x :liiitr/al;ka:. nllL1Cen:. Se;:ara r-nesifiii, ilri*:itri dai: efe]''-ef,:ii ;iarlpinglntie
perubahal tersebur pada
R,,'n.g:i'lr'li;tat l-;ongekuensi ol:b:nrvi, ;r.::i:::t,ta'r i-lap, ma', , alai<2-.' s+"5aF'4,
oarr'lta n ;.
-,n:+!rcrai Ferih*rs:nn::, kini "alam adalah rnas-;.r..
, .:,:-i:r .:.1 r 19QC; F-lri:efs,:n. i9'??), d::rla :,eceie Leselurtirar'r.
Iadi, alam telah dipoi,risa.
,,,i,:r,ggu::iakar, k*rsep mai.€ cer: -.rra!t.u, 3t:i; :;ieli;l;a;ii-iii 'u;i,:r'a n:;ika-:;-''liic-:
halnva rirnuwan sosrai rne:
;:;.;'j-:r'l:;ni li.dak dibat*sr- i--ie!: r?::--ri':?t {ileceXairanl-- nui';-i:l d.i s'".iatu ir-='r'zatan gec:iart'
B-anah trarJisional pc rii
.i*i.;:.i d:iat3;:effien&ar-ilh: i,';.*5:i iainl, a:ari ,";,1;6;; ii:-- - .l:\r:: i:;1:1i: dapat :lem-
l:av;a r,:liek eenelis yeng mung*itr nleltreflgs.r*lii geii*::a;i -vang aL::i tla:.:ig,,.
utamanya n:uncu] dar ;:=
usahaan-perusahaan ber r.
iinr;:r:;:rtara itu keias soslei ::cei:,empati nosisi senlrai daia.:n ll,as''r'areii.?l:,niius;ri
subpolitik inrlair "strukir-- -
uaii rliiiiu ariaiah ses"{ati^t;.i;.rtg i.radarnentai t;tgi ines';;arai'a: r::i}-r, i-isii;* dar:
'buke$lah tuiuan hakiki kemajuan ler
reias dua hai vane tak rerkait. Becx rnengarakar^,
belakang ciengannya. nam rr
Seialah. distribusi.risiko menunjukkan-bah-*'a, sebagaimana keka"r'aan, risiko ine' lah bagian dan apa :*anR j
iexal pacia pola keias, hanya saia [arrs rerladi adala]r kebaiikaunya: iiekayaar.
r*:al.-umuiasi di puncak. risiko di bawah. Seiauh ir:,i, risikc tampak- me.rxiterkua:"
politik tidak lagi berada 1:
bi-:llaanya menipertremah. m:.svaraket kelas. Hemis!..i.nan banva].: rn:nimbrrlkarl bagian dari berbagai subkelc
rilik-* kein'ralangan' SebaiiknYe, orang 1'ang kaya {calarn hal pendapatn*' }<ekr:- bisa lebih refleksif daa bers.
E!&8r1, &t&u pe:rdid.ikan) ciapat r''rembeii keama:ra;: ia'n ke'he'hasan dari risiilr:' pusat, dan rnereka merni,:
(Beck, 1992: 35) ngan lebih baik beragarn rl .,
^--

'banssa. secara dialektis, moderu.,_as

Yang berlaku pada lieias scsial iuga beriaku oad.a lacii, sejauki diraungk-in-
lurnnya dan upaya-:rpe)va.)
,r;i. ris.iko tr5pu$&i di ba*gsa-ha,tgs* n:iskil-, :e--:Yleciare in: haa*sr-!:angsa ka';a a:-

se;aun mdi:gkli"
'Ierie'*ii: lagl, "rairtsa "eairgsa ka;e risiko terseb,ut (Beck, lggc
maulpu menj*uhkan iisikt,
r::end-apatkan keu.ni'.rrrgs-n ,iari ,*lsikc yang meieks. tiinbulkan. n:isainya, dergan MCDONALDISASIDAN SAI
r3e::igiiasilkaa den r:renjual tti.;nologi yang n:er:]:a:itu meilc*gsh tcqirrJiaya dsikc
Ritzer membahas isu rnr
atau me&gatasi efek h,uruk ketika risiko-risiit* lersebui ]llu&c'Lri'
syarakat dan sarana konsums
Namuri, indiidu kaya ataupi.en hangsa vang kaya menghasilkar: risika tidak
aman dari risii<o. Dalam. konteks ini, Beck rrendiskusikan apa yang <iisebutnya
McDonaldisasi
sebagai'efek burnerang," yaitu efek samping risiko yang "balik menyerang pusat
yang raenghasilkan mereka. Agen modernisasi sendiri secara empatik terjebak di Secara teoretis, penrior,_
1993, 1995, 1998, 2000, 200.
dalam Fusara* bahaya yang daPat mereka hindai dan dapat mernberikan keun-
menjadi fokus McDonaldrsas r
tungan bagi mereka" (1992: 37),
tasikan paradigma rasionaitras
Menangani Risiko takan bahwa pada masa -.,&
el

-{endari :nenghasiltran risike, mocierrusasl maj": sll:: Qe:rf;:raeiikanref}e::'--

d:nn"ua sertC.iri Can nsika "r-ant 1 Untuk pedebatan di sekitar
siriias y&ng m€rrr!-tng1.-ir:-kann..ra.irieirltrertanyai;:rr tesx _\
1999.
ditimbulkannya. Sehaiil<nva, seri:ig kah aiiai*h orang send:;:, lictrrar vssii;.t irslr
61"4
9T9
'666i tuei'o4sp uEqro{'ulPuas
'uEuls :866I 'p.!e[uI^\ IrEp 'olndEJ 'ou$IY E]Eo. 'IsEsfPlEuoGstrAI $sal rPlr:{as rp uElEqaPd {ruun r
tuer( o:11sF uep Frpuas E{u
-{agar uelpseq8uaur tmd
'rsEDlorlq I{EIEpB IsuuoJ trBuolsEr llra}srs lePoul -r3qal& BsErrI ePEd E^'rq€q rrH[Bl
-etuaur tredep efpl urpf1dupry 'rarodtuetuo{ IPuIIoJ sPIIEuoIsBJ eur8rpured umpset
-uasardararu 1[es ludac IIpJolsaI B^{I{Eq B1:{EJ qPIBPP IsesrplBuoqJtr I sruloJ IpB[uauI
-une{ umgraquraur pdep u
3ue1 'setrrpuorspr 8uetrua1 raga71[ ElrB{ qBIBPe ,(2002 '0002 '866i '966I '€66I
Ip {eqafal Tp?dura erecas
'raz1ry) ,harcog go uoqezrpJeuo1Jry aql eufi7r Suoropuad 'slleJoal Eref,as
resnd tuerar(uaur 41eq, tu
!seslpleuooc1,ll u,(urnqaslp tuer( ede uq-rs
'rueq rsumsuo{ ErrErEs uup tulereds {EpF o{IsF unlpseq8uaur
'[mlmur l
-Eru rsEsrpleuo(IJl [ 8ue]uat edue&e1 TITEIEP sulrrltaPou nsr sBquqrraru razlrx
'orysu elqpu[rar qutaruaur
nwg lshlfi sNov vN\fuvs NVo lsvslc'IvNooct,ll uetuap'edulesrur'ue>11ngur
er(eq us8ueq-us8ueq'I8EI
"$OOi 'Irag) lnqasrel o{BLI
ude>l usBueq-es8ueq ntl ErB
-o{IsIJ lsetuBueur >irutm efuur'rlaqas unlerDl]a] {Br Sued e,(edn-udedn uep eduuml
-'uq8unuro qne{es'rPu{'esf
-aqas uolurrr1rel {El Sued o4su un8rreqruaur n{eur sulruraPow 'sU{aIErp BIEJaS
.rpe{ .n{eur sptruraporu ue8uap IIE{ISuIsosEIP Sued o>irsFr ureBe.raq (Se tZOet 5lreg)
4req qiqal ue8u
-ep rs€leBuaul 'Is{aI}aJ up{rululaul {nf,un sutgrqednl n{ITIIIIaIII a[aJaIII uup 'tesnd 'o:uslr IreP uBsBqaqa{
qetuuaruad epeduep Frpues urp depeqral spF{ durysraq u€P JI$laUer qrqal EsIq -n1a1 'uerduPuad Pq u
ue>ilnqunuelu ryduaq ue
np1rr1pq uup lodurole{qns 'nPIPpu} rmdneur >loduioialqns reBeqraq uep uur8eq
'$nqtadurara ledtuYr o11
1pufuaur uDleruas rmureu '1esnd qeluuaurad ue8uul rP ePureq fe1 rypp {}lr1od ueei(e1a1 :eduurlqeqal
pueur rp ..'{p{od uelp{I udusedal,, ue8uap e,(ulnqasrp Sued edu rrup uer8eq qu1 -elu oTsp'rrEe[e1a:1 euet
-spE IIII 'GZZ:Zddt '{Da{I) ..uduue4requ8uaur repulas uilruu 'uduue8uap 3ue1e1aq
'uB{g
{Eouaq ue{nq'ra}uauralred uralsrs rsnl ry 'uunqela8uad uen[uure1 r:rDferi urn(nr usp o{IsF 'or1rsg lu4eruIst
uu8uap serelas re8e ue4rseluauraldurp ruEq lE4eredseur rnrp:1s,, rdBIruI {Brlodqns
F$npul lB{BrB(seru urepp
uralsls uIBIEC 'eduuretuwas uup 'I[EIIu1I umuoleIoqel 'Jesaq uuequsruad-ueuqesn '(Suerep ump SueI rsu
-rad e{rqesrru ..5[Rrlodqns,, uu8uap )pafl lngesrP 8uu,{. ude LrEP In)rmru e-f,ueureln
-uraur ludep rr11nu uBu>lBIa
o>I$rr Euaru>l eduueesemlal ueBuepgal 'qeluuaurad '{I}r-[od Fuorsrpe-a qBrrEU
sgrr8oat ueserv,.u:1ntruns rP
'rsesrtrlodrp e>larelu zlral ueryelqruaru IEIsos rre.&\,nrup edupq
o{I$.u-o{-IsF E lal{Eq uelse
Tuedas 'urEIE uElAnu{r-uEANIry qeppe udureqrxe Sued'rsusqrlodrp gelar urBF 'IPE{ 'ueqnmpsa{ ereaas erunP'
'(OS ,ZeOt) ,pruF,ue4edruaur u8n( rnluedsuur u€p lu4uedseur qEIePe urEIE,, IUH
reBuqas'lelerertsuur rtaq u
'{Jag tnmueul 'IpBI 1ele:edseur rqnru8uaurau eduuerp8 uped tnqas-rat uequqruad etlu8utdtues {aJe-{aJa UE
-ueqeqruad uep 'urep ue8rmlturl nrnre8uauraur qe>l Suuas 1ap:edsuur ueqeqruad ueednlal requms qalo u€
'ipe{'fe-la uqefrat lelerufsuu IrBP IuEIE n[eu ulsnpur ]e{u-iedsuur uIeIEp 'ursl EUIES
rues qusrdral tuluredseur uPP urEIE {IsEFt lJ$npur lule.redsuur UTEIEP nEIP)I
'@t,Z1eil,,H[erew ceqleuo$er srro$rq {selndat eped nluq qrqal ueneqtad 'e.(eqeqex
er{uepe ae*uap redues mp uu{mqarut{-rnqueqfluaar qepl nuqr 'Sueprq ure8u:aq rp g1zua;ap uen(ru udure(aLr
orysF rue8ueuaru p{ereu E:EJ rrreleP E^tr{Eq uu>lEle>IIP E{Ila{ uer{rqal-Iaq nIEIlal udedn n(eur setrruraPour I
{up-rt'1rrl IEq urEIB(I 'wslv ueP Suen depetyal Jeqol? Tseu1ureruu[ uep Srmpury -uad urepp sergepgos redu
-adrpe[uaur nur[,, :o{rsp tuqu-redseu EJur{rtraruatu uup uelu]dnuaur n1a:aur uerad nlutu sglrurepolll Ip ntr Bre
urulep r,ru.1\{nup epud edecrad le8uus lcag '3ueu:atr41 'edunluuqtuaur >1nlun ue,^&nur -our urBleo 'uB)tmlpsIP nEl
'edued
Jr ire{Fpue8uaur r8q redep >1epir euare{ uer8eqas fliI ue>lmlEiaru E>{aretr{ ttBIEpE e.[uprluas nsr n[eur
-uqeq-edeqeq uep n(uur sElrulapou uuiu,(uegaduaur 8ue,{ I$e rpu[uaru E:{aratrAl l€dep Iu! pq eueurre8eq u
.8uero rSeq e,{uuqJnquri}p Sued rsuaruiasuo}i uEp o>psF Sueruat etep ue4lndrun8u
'.utsnpm lc>leredseur lusu
-etu usp repedservraur IEIilII e>lalehtr ?nqasrat o{ISIf-oTSIf ue{Is{egslalu IEIIUI
maka kini restoran cepat saji merepresentasikan paradigma yang lebih baik dari ;umlah kanu kedir ) a-r;r -

ripe rasionatritas ini. tsirokrasi masih bersama kita, namul'r restoran cepat saii men- kafiu re;srb,li i&ilpi i:
jadi ccrnroh yang lebih baik dari jenis rasionalitas ini. Ini berarti bahwa bukan iumlah uta,rg pa.Ja k'r. ,

hanya rasionalitas formal yang masih bersarna kita, namun juga bahwa di dunia rnenerbitka:r kanu kreo- :
rnodern tipe rasionalitas im sangat Penting. rahkali pada program xcr:.
Ada empat dimensi rasionalitas formal -efisiensi, prediktabilitas, dan pene- ridak ada sama sekali. -n;
kanan pada kuantitas ketimbang kualitas, dan digantikannya teknologi rnanusia hakikatnya, bisnis karru
oieh teknoiogi nonmanusia -dan bentuk rasionaiitas ini cenderung membawa serta irasionalitas, termasuk oel
irasionafitas rasionalitas. Efisiensi berarti pencariarl sarana terbaik untuk mencapai teknologi nonmanusia da::
tuluan; <ii restoran cepat saii, jendela drive-through adalah contoh yang baik bagi interalsi yang diatur kerar
rneningkatnya efisiensi dalam mendapatkan makanan. |ika sernua bisa diperkirakan |adi, karnr kredit, se5
(predictability),maka yang tercipta adalah dunie tanPa kejutan; Big Mac yang ada an dari masyarakat kita r a
di Los Angeles tidak bisa dibedakan dari Big Mac yang ada di New York, dan dan dengan demikian pac;
pada bagian ini -restoran cr
begitu pula dengan barang yang kita konsumsi besok atar.r tahun <iepan, semua itu
tidak akan berbeda delgan yang kita konsumsi hari ini. Big Mac adalah contoh rasionalitas dan moderr:s;
yang baik dari penekanan pada kuantitas daripada kualitas. Atih-alih kualitas se- pinjaman pribadi. Apakan
orang crlef restoran cepat saji mengandalkan pada teknologi seperti juru masak atau apakah kita rnemerluk;

yang ridak ahli dan rnengikuti arahan terperinci dan metode ban berjalan dalam kripsikannya?
memasak dan menyajikan. Akhirnya, si.stem rasionalitas formal membawa serta Apa yang dapat krra k;
berbagai irasionalitas, khususnya demistifikasi dan dehumanisasi pengalaman me- kasus yang kita diskusikar
nikmati hidangan. dernitas rnasih hidup daa :,
jika semuanya gagal di ba
|adi, restoran cepat saji menfadi puncak baru rasionalitas formal pada umum-
nya, maupun pada dimensi spesifiknya. Terlebih lagi, bisnis dan sektor-sektor keberlanjutan dari palng :.
lain di dunia sosial meniru beberapa atau semua inovasi yang diciptakan oleh paling ei<strem kepaCa pacia
restoran cepat saji. iika kita menyamakan rasionalitas formal dengan modernitas, masa kini pun dianggap le'u

keberhasilan dan menyebarluasnya restoran cepat saji, mauPun sejauh rnana dia suki dunia postmodern bis;
rnenjadi model bagi sebagian terbesar masyarakat, mengindikasikan bahwa kita
Sarana Konsumsi Baru
masih hidup fi dunia modern. Yang mendukung argumen ini adaiah fakta bahwa
restoran cepat saii bergaya Fordis dalam beberapa hai, khususnya seiauh mana ia Ritzer (1999) akhir-ak
rnenggunakan prinsip-prinsip dan teknologi ban berjalan. T'erkait dengan itu, dia baru" di Amerika Serikat se
dibangun di atas prinsip-prinsip industri, sehingga bertolak belakang dengan pan- Perang Dunia II. McDond
dangan bahwa kita telah beralih ke masyarakat postindustri (Hage dan Powers, adalah salah satu sarana ko:
1992). Kendati mungkin ada perubahan-pembahan larn daiarn ekonomi yang men- perbelanjaan, mega mal (mr
dukung Bagasan rnasyarakat postindusti, restoran cepat saii dan elernen-elennen nya, Toys "R" Us), discou:
lain ekonomi yang dimodelkan setelah ini tidak mengalami perubahan tersebut. taman tema bertipe Dsner'
Rirzer (1995) pun menelaah karnr kredit dari zudut pandang tesis rasionalisasi. Yang Konsep sarana koruum
dilakuican karnr kredit adalah melakukan McDonaidisasi ftota dan pengeluaran mana sebagian besar teoretl
kredit. Alih-alih makanan cepat saji, yang dilakukan bank modern adalah menye- produksi; jadi, ia memililu t
diakan uang "cepat saji". -masa-masa awal R.evolusi
Setiap dimensi McDonaldisasi bertraku pada karru kredit. Seluruh proses diper* umumnya, dan sarana prod
olehnya pinjaman meniadi lebih efi.sien. Alih.alih proses aplikasi yang lama dan tahun-tahun terakhir, ketil<
bertele-tele, adalah hanya perlu rnenjawab beberapa Dertanyaan sederhana" Dan produksi menjadi semakin
jika itu tidak cukup efisien, orang ditawari karru. yang telah disetujui sebelumnya. terlibat dalam produksi ma
Prediktabilitas paling baik dicontohkan oleh fakta ba.*vra ka.rnr kredit menjadikan konsumsi semakin penring
konsumsi lebitldapat diperkirakan; orang bahkan dapat urengfonsumsl tanPa mern- terkait dengan konsumsi, da
bawa uang tun.ai dalam saku. Yang Cipentmgtr<an oieh sebagian besar orang adalah mereka untuk mengonsums

616
tr9
r{Ei€pe 8ue:o resaq r*:Erq
rpa8uatrlrp ledBp 'n1I IIIBf,?Iuas lmpre,{seur uIEIE(I '(rsurnsuoBuau {ruun E{afaIII
-uraur eduEl rsrgnsu$Bu:.
3uen1 nrlerrr ryduEq uHlsrqpqSuaur rSEI {etrusq q}qel uEp 'rsurnsuo{ uuSuap rwUal
ue4rpe{uaru lrPar{. n-r-iux r
esu[ uee{ra1ad eped e(ra:1aq Suer( ?uero {er(ueq qrqal) Sunuad trryeruas rsunsuo{
"eAuumlaqes m[naasrp uei
nll ErEluauras 'lE)lues B)IuaIIrv rp er(usnsngl '(ueuoptu rsppord trrEIBP lEqllral
IJ?C'EUBI{TAPES ITEE{UElf,i
Buer( e[ra1ad r1rypas qrqal
.ur(trpsrru) Sunuad Suurnl uDteruas rpefuaur rsrppord
.se1a[ rr€p ErrrEI tued rsnlqdt sa
erecas uelqeqdp redep rsumsuo{ uEp rs4npord u{pa{ 'rltptE]al rmqBl-rmrlBl
.edusnsnql eped rslnpord uuerEs uep 'eduumurn -radrp sasord rlnmlas'tlBa
eped .rmureI1 .IE.{E {nsEru dn:pc
eped rs4npord eped sD[oJ --3uIsIP11de1 uep FrsnPuI Isnlolag IE/v\B ESPIII-ESEIII-
-aduaur qBIspB rrrapou x
rrnlerEf,rq Er tued selrfua: IIDlrPsPPrag 'sraU4npord sEIq Dflllrueru BI 'IPE( :rslnpord
uuenla8uad uep P10u IsE
uped eduuerfeqrad uopesnuleul Elrrelrual xfEI I 'uIEI rsqeJoal resaq uer8eqes BUEIIT
.rmr[EN .xrEIAI puErPs
dasuoy Euea 'rsesrpuorsuJ srsei B
-reSeqas IrBX edrq rrep [EsE]aq ruBq rsunsuo{
'edure8eqas urEI uEP '.t(ausrq adruag Eluel rrErlrel 'tnqasel ueqrqn:ad iurep
'(sn ..U,, sdol 'udu uaruala-uauala uep ;[es 1
'se8an sB'I oursul-Iatoq 'lersad pdu:1 '(ueyqy1r1,) nltmacsr\
,1ewnq,b.(urgarrySo eSaur 'ueefuelaqrad -uau Sued rruouola xrrE[EI
-psrur) aroTs:adn s 1e61 'e,{upsrur) pu
EUEIBS m€s EPIES I{EIEPE 'sr3/rlod uep aBeg) r.rfsnp
lesnd igadas uIEI uIIErEs-EIIEJES PPe unIIIEu 'ru€q Isulnsuo{
'II
Pnmfl 3ue;a4 -ued uetuap 3uer1u1aq 4e1,
(y(es rudar uEuB)[Eru lr$nPur Eluumurn WqaI rluP) s.PFuoCrI i
BIp 'nrl ue8uap lIBrya.L'u
rirIte {E(as peqe qe8uaras irBP rlrqel nDle,t . tmln>I EIrrEIas lE{uas e>paurv IP ..u€q
sr EuBrrr qnr{as ur{usnsnrrr
rsurnsuo{ EuErBs,, IrErrIBIa{ Suelual BreJrqraq rur rrryB-rrtf{s (000t) lazlrx
e rqBq BDIEJ qBIEP€ rlrr s
nJBS lSUnSuOy BUEJeS
. ErF{ E.AqEq uu4rsu4rpu#r
'ile{as Esrq ulaPoulsod etmp rrns erp ErrEr,u qnufas undneru
Eurus ruqa{ uu{qsq rrBlE JnlBrrrard rpe[
's€trurapour uetuap pur:
-Errraru qBIalBrDI E^u{Eq ulr-eg'IlraPorlr lnqasp {Pq q1qal dut8uerp und rur1 eseur
.sruepounsod upud epedarl urarlsla Surpd qalo uu{eldrcrp Sued rse,
Enmp urEI {edse eT[,r3e1 Iuenqa qrqa-I
rol{as-rotr{as UEP slusrq
urrug unpdueUaduraur rrlaPoru uauale ederaqaq >1uprr 3u1pd rrep uuln[uellaqa{
.(ue4n8uraur le8ues Suer! aursrurapouUsod Eual q"^rEq rP pBeB eduemuas ery[ -runrun eped pur:og surrp
uE)igpg .raroduraluol Errmp Ip )[IEq rsrpuo{ urEIpp depl uep dnprq qrseur sElruleP
-eur rrBrrr8lsSuad rsesrueur
-oru rrEp sBI[BuoIsBI En\qEq UuTsmlrPur8uaul ruIs IP uE){Isn)lslp Blp{ 8ue{ snsel
E]JaS E1t{Eqrnaul IEIILXOJ S
Enpa{ Enaqeq qEIBpE 'qnuad ue8uap 'ue>plerl elD{ redep 8ue"( udy
uturtelal
rrrBiep uEIB(raq rruq epore
luduuelsd]rl
-sapueu >1nttm 'alusrulaPoupsod rUadas 'rueq dasuo>1uu{nIraIIJauI etol qelede nele {BsBru nm( ruadas r8o1o
.selrrrrapotu qer(ellna 'IpEqIrd ueure[urd -es s€lilEn>l r{rt8-r{I[y 'sEll
Ip BpB rilspru lnqasral uep83rma1 qeledy
r{otuof, r{BIBpB retrq Srg '
uup r{Ernul IIEJotsaI u:1fo1- edrmlnqupuad se}B rp Iseslurapoul UBP sElIFuoIs?J
nfr Enrrras 'uedap rmriEl n
uepSSrma>1 uE)lrsE)[Ipul8ueur -trpeD[ nuBl uep r[es rudsJ rrErolsar- rur uerSeq eped
.u.rapou udur?)p4eg eped uerlrurap ueSuap uep uep '{rol naaN Ip epe B
ue>lrsn)lsrplP Suud qoluor Enpax
,ue{leuorseflp pIBJas 'IlallsEsrppuoqrr l-ral Suud ur11 lupre,{seur I]BP uE epu 8ue.,{ JBtrt BrE lusin[a
trEurroJ
unprolradrp esrq Erlrlras E
-peq r-eBeqas rpqIITp usrq 'r(es tedac uuolsar er(upq ruadas 'llPaq nuq 'pe{
'e>lareru uaumsuo{ ue8uap tula{ rruErp 8ue,( rs4eralur iSEq {ieq Sued qoluor qe
rrdecuaur lnlrm {rrqral E
trrEIEp teqqral Sued toqor redualuau >1uuq uurnu,fue{ uEP Elsnueruuou r3o1ou1a1
uuas E-v\Eqrrraur Ermrapr:a,
ueluap rresrun ue8uap ue{rsersosErp 3uel. rsEsruErrrnqap {nsErrrla} 'sellleuorsBrr
BrsrurErrr r8o1ou:1ar e.{uue
uurulStreras tunpuuBuaur IEuoIsEJ le8ups SuEd llpaq ngu>l sluslq 'u,(utnlqeq
-auad uep'sutr1lqet{rperc
Eppd .snsE{ rad snsel sElE rrE{rBsBpraq Buero rrep lndut 'rlE)[as EruEs BpE {EPII
nelu .e[es lp{rpas unlteqrlau udueq 8ue,t qrtfluer ragdruo>1 urer8ord eped uelqer
_asrp rl{eq lrperl nuE>l rrE>ttrqJaualu elunP IP Er{'qEq s8n( unu
le.dueq ur:{Bruas lIpaq sEleq uB)plrBuaur nBlE
.E{arau dnprg se;rTe,nx eped Sueln qeli:nl uE{nq_ EfrqPq nreJaq ruT
ueqe qulede ueSuap lredtal uesnlnday
r,{u:usaq rdruaq {runq 1a;a i.rnlSueqruruaduraru ,1e,{ueq uduel 'lrqas'Ial nuET -ualu r(Es ledal ue;olsa.l
-nuEE Ip Fep {fsq qrqel 8ue.{ eurE
Jlr{alo{ }1peq sEleq uep qalora<{ e{a.rau; ludep Suel liper{ nue:1 qupun(
jika kita mengalihkan fokus perhatian dari sarana produksi kepada sarana konsumsi. mendefinisikan konsep rr:
Yang mengejutkan adalah Marx tidak banyak berbicara tentang konsumsi, (tidak seperri IUarx) ia ti
khususnya dalam bukunya yang terkenal tentang komoditas. Yang kurang dike- yang dikonsumsi, namun i
tahui. dan tampak di mata banyak orang adalah fakta bahwa Marx (mengikuti sarana konsurrsi Baudnll
Adarn Smith, seperti yang sering dilakukannya) menggunakan konsep "sarana Paris sebagai berikut:
konsumsi" yang merupakan salah satu inti dari bahasan buku Ritzer (1999) terban-r. Kemiripannya dengan ia
Marx rnendefinisikan sarana produksi sebagai "k,:moCitas yang memiliki ben- saru sudilt kecil. Bagra:
ruk yang mereka gunakan untuk . . . memasuki konsumsi produktif' (1884/1991: yang penuh dengan sen
471). Sarana konsumsi ia definisikan sebagai "komoditas yang memiliki bentuk majalah Prancis dan lur
sandwi ch y ane diporo r-;
yang mereka gunakan untuk memasuki konsurnsi individu kapitalis dan kelas pe-
pate de foie gras, dan k e:
kerja" (1884/1991: 471). Dalam hal ini, Marx membedakan subsistensi dengan Le Drugstore mena*.ark
konsumsi barang mewah (Smith membuat pembedaan serupa). Di saru sisi disebut
sebagai "sarana konsumsi yang niscaya diperlukan", atau "yang memasuki konsumsi
kelas pekerja" (Marx, 1884/1991: 479). Di sisi lain adalah "sarana konsumsi mewah.", "Apotek" Paris jelas merui
yang hanya memasuki konsumsi kelas kapitalis, yaitu, hanya dapat ditukar dengan tursosial dan ekonomi. r.a
biaya nilai-surplus, yang tidak dimiiiki oleh pekerja" (Marx, 1884/1991: 479)"ladt, komoditas.
bahan makanan dasar akan menjadi sarana konsumsi subsisten sementara itu mobil Namun ini hanyalah r
rnewah (katakanlah, Rolls Royce) menjadi sarana konsumsi mewah. laniutnya ia berbicara tenr
Kalau Marx dikenal karena minat awalnya pada komoditas, konsumsi dan konteks ini ia menjabari<ar
sarana konsumsi, terdapat masalah logis dalam cara ia menggunakan konsep ter- kolam renang, clubhouse
akhir, khususnya bila dibanfingkan dengan istilah sarana produksi yang menjadi contoh dari sarana konsumr
pasangannya. Sarana produlsi menernpati posisi tengah antara pekerja dengan lah resor liburan (resor si<r
produk; mereka adalah sarana yang rnemungkinkan produksi komoditas dan kon- Baudrillard tahu betul
trol serta e}sploitasi pekerja. Sebaliknya, dalam cara Marx menggunakan gagasan baru ini pada akhir tahurr
ini, sarana konsurnsi bukanlah sarana nElrnun merupakan produk akhir dalam mo- gagasan dan ienomena rerk
del konsumsi yang ciikemukakannya; rnereka adalah benda (subsisten atau mewah) perhatian pada apotek par.
yang dikonsumsi. Dengan kata lain, dalam karya Marx tidak ada perbedaan antara cirmia. Sebaliknya, kini apo:
barang konsumsi dengan yang kita sebut di sini sebagai sarana konsumsi (misalnya, bagai ;'ems sarana konsums:
pusat perbelanjaan dan kapal pesiar). Dengan kata lain, dalam karyanya tentang makanan cepat saji, berbaga
ranah konsumsi, peran snrana produksi sebagai perantara tidak paraiel dengan lain sebagainya" Narnun. dar
perannya sebagai penjelajah. korur:rnsi paling dekat cienq;
fadi, kendati Marx menggunakan istiiah sarana konsumsi, penggunaannya Sernua sarana konsums
itu tidak pas secara logis dan berbeda dari penggunaan yang dinakai di sini. Se- sebagian besar mereka adal;
babnya adalah karena peran meciiasi sarana konsurnsi dala,:n konsu:nsi sarna dengan pada paruh abad terakhrr S
peran sarana produksi dalam teori produksi y*g dikernukakan l\{anl }afi, karena Amerika yang tid.ak han1,a :

sarana produksi yang didefinisikan sebagai entitas-entitas yang rnernungkinkan secara agresiftelah diei<spcr .

proietariat menghasilkan komoditas dan dikontroi serta dieksploitasi sebagai pe- bawa dampak yang lebih bre
kerja, maka sararla konsumsi didefinisikan sebagai benda-benda yang merrung- sul<ses sehingga rnenjadi mo
kinkan orang memperoleh barang dan jasa dan rnemungkinkan rnereka dikontrol sakit, rnuseurn, bandara. srac
dan dieksploitasi sebagai konsumen. *iapat dipandang rnelavani tr
Konsep sarana konsurnsi, sekilas tampak fi berbagai tempat lain (Sirnmei, baru.
l9O7/19V8: 7V;Z:ukir.,1991), namun yang paXing menonjol muncul dalam karya arana leonsurnsi baru i
awal Jean Baudrillard, Tfte Consum er Society {1970i X998). Dalam karya ini, Bau- rnereka sangar terasionahsas
drillard masih sangat dipengaruhi teori Marxian, meskipun ia memutuskan hu-
"Ific"t'#nji fu[i, misa"r
.:

bungan dengan pendekatan tersebut selama beberapa tahun daiam prosesnlra rnen- efisie;r. Dia kernuriial m?R.rt
jadi teoretisi sosial postmodern paling menonjol. Menariknya, Baudrillard tidak surnrr:. Konsurnsi Crbuar teur

618
6T9
ue1}edurauaur ue?uap uaurnsuo{ r8eq uarsga qgqal qne( 3enqlp rsuinsuoy 'uau;x"rs {EpIl pftlllrpneg'edulueua
-uo>1;rr4ads:ad irep ua{s[Ja.(uEr1aqurad ursaur,, ue4eldnr:errJ uprpnrue{ Brfi 'uaisse -uaur uXusaso:d ruepp unqet
3e8uus Sued uepn(uad ursaur ie6eqas lnqasrp ;edep 'e,{upsrur 'iutr I 'Fswarsgg -nq uB{smnrusfrr Br un,fudsa
'$E{rsusrp -n€g'IuT elre>1 ure1e6'(966i
[EusCI3W-Jal n€lu up]irs?srleuors€.ratr ]sBurs €{BJerrr
:Sunuad qrqal 8ue.{ uerua8.rad trrunuau rrralioril Fri 4JEq rsurnsuoT suEJES e,,ire>1 urepp Inrunur 1o(uoua
'nJEq 'lauurrg) urei redrua3 ruBeq:
rsunsuo{ ell€Jcs luedas }ErdllJea ur}ttrues 'ueurnsuo{ rue.,telaur Eueptredry redup
8uel.'.rrqrpral IBH 'e[araB rru4r.{aq uep 'eSerqulo ilorpels 'ErEpuEq 'ulnasnru'tr:IEs Ionuo{rp E{a.Ieru uerluryBu
qurrrru 'sptrs-relrun p:odas lsrupsul reHeqraq r8uq lapour rpefuaul e8tlurqas ses{ns -Bunuraur Stier{ epuaq-epuac
und ula.raur ]B{I-xaS E{lra{rrv r0 'rsunsuol eped ":Bsaq qrqal Suad ledrurp E^lEq -ad ru8eqas rsetroldslarp eua
-uraru E{araur redulat 'runq utr{Eiaq resaq uer8eqas aq:odsqarp qel3tJrserBe ure:as u'e4r418rmuraur 8ue,{. seltirr;
eBn( unureu 3e{ixas E{rraruy rp rstunsuo{ qeqn8traru e.{ueq qeprr 8uu.f, ql.raiu"v- ue>Ie1ntlr;
"uaru{'Ip€l'xrel{
ue8uap eures ffiumsuo{ rnE[*F
rsEAorrr qeFFB enruas ruI 's.plEuocrtr41 e,{upq 1uadas '.rrrr{Erel peqe qnred eped
.$wrwrocq nuep3uaur {,rep rrper{ 8uet' ruuq rsEAour r{BIBp€ E{eJarrr "resaq uer8eqas -eS 'Irqs Ip lErydlp 8ue.{ uet
sn&qeq uelua8uad lrunuarrr urapoul tnqes"rel ruEq rsunsuo{ ErrE.rEs ?ruues er(r.rueuunSSuad'gsrunsuorJ
'T".qs
Ip nn eiasuoq seq€quialrl utrq ue8uep lu:1ep Siqpd tsumffot
Buerps Euesuax preglrpneg ueBuepued 'rnluralrl lpq urplEp 'unur?N 'u{ure8uqas urel ue8uap lalered {epl} BrPtIrB.
rzep 'iausrql orn3 'rruti1ruradal nles r.{Eieuq Ip sFSIq re8eqraq "r[ss trudet uurre{Brrr Eiretuat eduedle1 urEIEp 'uI
uulolsaJ- Irqs 1p Btpt u"uurired lusnd rpe(uaur Euer( rsunsuo{ BrrBJEs srua{ reBeq 'el.upsrur) rsurnsuo{ €usrus
-;aq e,{uBuer€p qalo uuqruelaB8uolrp rTeiel tnqasrar {etode ru11'e,(ury1uqas 'Erunp Br€tue ueupaqrad Ep€ {BpTr
x{run{es Ip $318qJ31 >ludlrlep E,iaEqwetll edueq flre,( 'suu6 1a1odu eped uurluqrad iqemau nele uaNrsqns) epuar
rrE{lesrlurarri m[i]a{ UEJBSES qEI€s er '#e1 qrqapatr '}rurye} puaruorreJ uep uese8uB -our ureIep rrglu qnpord ue1
Buulua] E"rarrqreq :ieAuuq qirpn er 'unrrreNl 'uE-096I unqw rrqle epud 1uI ruEq uese8e8 uuqeun8Buaru xretr,t[
I$wnsuo{ EuErus-EuE"rEs rsue{gru8is srlnuaur E{Ila{ {ruaq m{Et prellupneg -uo{ UBP sEllPoIIIo{ I${nPor(
'E.rEpu€q purrrrat uep (payq qnlS 'pls rosa-r) uumq{ tosa.:r gei ueBuap e(ra1ad erelue ge8u
-upe prEIIrJpnEff uolrsn{srprp Bue.d urEI rdotuo} 'ruBq rsunsuo{ EuB.rBs uep r{o}uo) ype[uaru Sued rqnpord ere-rr
qBIEpp uee{uelaq.rad tesnd 'qururu ueun8uequrad uep 'esnoqqnp'8uBua: uralo{ -:a1 dasuol ueleunS8uaur u
'riuuee[uelaqrad rusnd uB8uap '6 d1ru6 {selrunruo:{ uul.reqe(uaur Br rur $tetuo{ ueP rsunsuo{'s€lrpoulo{ E
UIEI?O "..rBsaq {arode,, re8eqas sEtirmlilo{ qrunles tueluat BrB)rqraq er edutn(ue1 'qEAarrr Isulnsu
-aS 'prEIIIrpnEg ue>In{Epp 8ire,{ ueseququrad Is,uB {rtu qepduuq rur unrrreN FqoIII nlr BrBluaIIIes ualsrsqn
'sElrPouo{ 'WeI' GL? : 16611188 I'xrBr{)
pBeqraq ue4tedepuaur ueurnsuo{ ue4unlSrmureur Sued 'ruouo{a uep IBrsosrnl ueBuap .re4ntrp tudup ul.rreq
-{n:ls 'BuEr€s r{EIepE Er Euare{ rstunsuo>{ auprEs ue4edruaru sela( srred '..r{El\au rsumsuo{ EuErEs,, q
.:latody
rsumsuo{ Dpseurau 8ued,, n
(gS ;S66t '8.:aquagrog uep Sraquaqrog) SnclasrP rsrs nfes rg '(edn:as
'.{itrse,, p)iuaruy nuaru re8eqas e.{ururepgp SuBd ede ue{rBlvi€uaru arorstn:g a1
ue8uap rsuatsrsqns uu>lrpeq
ue8uen: rEnI aJE) TIu{Id )iniun u€u€{Errr r€saq 8ue(uera:1 uep ,set7 arcJ ap ated
'rEI^B{ undnuur ue8uir u?urnunu uep tpeps,tedurat rp tuotodrp Brlr-f,qcuaptns
-ad se1a1uep sqertdul np.r i
udn-raq ueue[ef srusrq edurnuu[uaru uep 'ueru4ed 'ua8au renl uep srcuer4 gep(uu: {ntueq r{qrruaru Sued setrp
usp trpro{ 'uaureu.r 'ararue{ 'n{nq 1rep rElnru Epuaq enuras ue8uap qnuad Surd : 166I/'88I ),gu>ppord rsu:n
rurru ue:e3a o4ot redruaduaur il.rr ueun8ueq rftp urBI uur8eg 'lrJa{ lrrpns nles -ueq D{rlruraur Srwd sulrpoiut
r{BIEs rp
u?{ledruarrp:lalode E.^,rrIBq qeppe r>llratuv rsBrurey ue8uap e[uued]rrura;J 'rrreqral (000t) raztql mpq
:ln{iraq ruSeqas sge4 ErrEJEs,, dasuo>1 ue>1eun88u
qarode umpequre8f;uaur EI 'sFEd &{alode,, qeppe prellrrpnBg rsumsuo{ BuErEs prup8uaur) xrEtr tr E/{qeq Bt
rur8rpr;a6 'ue:pun8 etl-{ tu8uar Sued rsrugap r1n>18uaur rrnuJEu .rsu:nsuo4rp Bued -a4p 8uern1 Suea'se1rpou,
tatlporuo{ uu8uap rsurnsuci{ Eu{Bru uu:leureduaur {Bprl ur (*rsr{ p:ades {BpIt) 'rsumsuo{ Suetual Bruf,rqrac
ENir{Eq ur4sele{uaur er(uuepunS8uai.u Er E-IEJ unrrreu .rut dasuo4 ue{rsrugepuaru 'rsumsuo{ Errerus epedal ls4
hampir semua toko di satu tempat yang juga mernililc ternpat parkir luas' Efisiensi iadi, kita dapar u
sempa disajikan oleh supersfore bagi kcnsumen ketika raereka meluai-i lenis pro- rasional dan dengan c
duk tertentu. bahasan tentang sarar
'bersarng
Katkulabilitas. F{otel-hotel l-as Vegas untuk meli}iat Eiana yang sikanpenerapan dan t
terbesar, ''halaman paiing long-
eiapat menawalkan kilmar hotel tertranyak, kasino dern ini.
gar", atraksi hiburan terbesar. Persaingan serupa berlangsun6 antarkapai pesiar,
yurrg *"rryrtakan berapa banyak orang yang dapat rnereka angk-ut, berapa paniang MODERNITAS DAN I

dan lebar kapalnya, berapa ton beratnya, berapa banyak atraksi berlainan yang Kalau bagi Ritzer
mereka tawarkan, dan lain sebagainya. Di departnent store fiskon, termasuk saji, bagi Zygmunt B;
WalMart, pelanggan digiring untuk percaya bahwa mereka dapat mengandalkan sistematis terhadap ore
riga hal yang dapat dikuantifikasikan -harga murah, banyaknya barang, dan ragarn sebagai operasi kompi
jenis
'kaXi barang.
Keyakinan yang sama ada pada mal-mal diskon, meskipun sering paradlgma rasionaiita:
hal ini hanya menjadi iiusi. Harga yang ditetapkan setiap hari atau setiap akan memuakkan me:
pekan secara berganti-ganti di Disney World, maupun berbagai tanda yang meng- yang sama. Narnun te
indikasikan berapa larna orang harus menunggu atraksi tertentu, mengilustrasi rasionalitas modern ci
katrkulabilitas serupa dalam sarana wisata belanja. cepat saji" Frinsip-pnn
Pr*d.iktabilitas. Frediktabilitas yang ditemukan orang di McDonald's juga diterapkan pada masr
;eriihat pada jaringan w'aralaba mahal seperti Hard Rock Cafe. Sebagai contoh, birokrasi sebagai salah
.!:1€nu, selera makanan, bahkan gitar yang terparnpang di dinding sarna saia baik iadinya Hoktcaust, k}.,
di .lsaka, Berlin, aten SaIl Francisco. ]aringan toko waralaba sePerti Pottery Barn, hari ini. Memang. van
Crate anri Barrelt, ;l"re Gap, dan I. Crew bisa dipandang menaikkan standarnya 'wa memang ada sisterr
"iei:ih
trrrggi. janngan ilri urenyrguhkan desain baru kepada Pasar Erassal, narnun tumbuh membesar sec
dengan mengorbankarr produk yang dijuai di toko-toko seruPa. Ironisnya, kendati dunia modern akan ru
mereka menyebut diri- ll
laringan ini rnenawarkan keseragarnan dan prediktabilitas, mungkin) daripada
nYa menawarkan inciividualitas.
melalui Tekaologi Nonmanwia daripada Teknologi Manusia'
-ffo:nrror'
Produk lUlodernitas
htal belanja terlalu ttrikendaiikan secara teknologis di semua bagian operasinya' Daripada rneliha:
Ketatnya kontrol dijalanka.n atas suhu, pencahayaan, acara, dan merchandrse. Tu- bagai peristiwa abnon
Juannya adalah rnengontrol pelanggan. Ruang dan
waktu dikendalikan dengan mal" dunia moderr, va
lnembuat mai tanpa jendela; hanya ada sedikit pintu yang menarik perhatian or-
Yang benar adaiah
ang dari luar; keseragaman mai berarti mereka bisa ada di mana-mana; kebanyakan buat fJoiocar.rsr iaci:
mal tidak menaruh jam fi dalamnya; Perawatan dan perubahan model secara pe- iazin'r.""meiainkar
ricdik rnenjafikannya seotrah mal tidak pernah tua; secara keseluruhan terdapat kita ketahui cian pe:
dunianya vang rmal
kesernpurnaan tidak riil pada mal. Konsumen berada di mal seiama berjam-jam
tu*p" *urryaciari',,vaktu yang rnereka habiskan. Dengan menciptakan kondisi ini,
rnal rrrernbuat seolah-olah konsumen akan menemui banyak toko dan rneiihat ]adi, bagi Bauman. ,lb
X.ebih banyak barang dan iasa serta membeli lebih banyak. Mal mengontrol apa mana dipantiang sebag
yang kita beli bukan hanya dengan memutuskan aPa yang dimasukkan dan tidak jalur khusus yang ciiarr
ilimasukkan namun juga dengan menerapkan prinsip "daya tarik terdekat", yang terdapat "ikamn elekri
dengannya barang-barang bisa dibuat agar terlihat lebih menarik dengan cara me- Sebagai contoh. i
ngitarinya dengan objek-objek yang begitu beragam dan lebih eksotis. Mai meng- pada umurnnya, dar, sr
atur emosi konsuinen dengan menawEukan lingkungan yang cerah, menyenangkan curan umat manusla
dan menggairahkan. Anak-anak disuguhi daya tarik tersendiri dan dalam hal ini
iauschwitzl lupa ini
dapat dipandang rr-mbuh dalam lingkungan yang terkendali. Kontrol yang lebih aiih mer gtrati l.'r,an r:
besar bahkan dilakukan terhadap pekerja, yang dapafdipandang sebagai tahanan adaiai: iirer:rar:.e1, l. r:
mal. arahan manarttr .,r

620
 'Lirapoul xlrq-nd LliJisrs loqurs rpgluaur Sued dese Suoqora3 '":aleue'"u u?i{Eie
lalo :ntErp Euresxes Ereras rleq :aci trun ledueq uzrlas euaurl 'IrE:teurax {i"iEpB uBuBqEl re8eqas Suepuedrp le
e,tu.rrgrie uurr ersnuBur qzlepe el,uqerueu u?qeq 'Errertla uu4ltseq8uaur qrie
lnpo:d r4qa1 SueI loruox 'rlepue)ir
. lrlv urspouJ xrrq.Pc ri]3rsrs rrEP IPtIllou uesenTrad uP)Edruau eJn( [zrr"trqrsny;
IUI IEr{ UiEIEP UEP ulPuasJal
:armusur lEIun uE.Inf,
uelSuuuaduaur'qurac Sued u
,rEqa{ €pBd qErE8uaur 8ue.{ 'eLusrisnqrl EpEd {uqEd tualfis uEp 'elulunurn Epud
-8uaru lerysuos{a qrqal uep
lsesiler-rlsnpur r?sep litsur:d-drsuud ue4du:auean $nnopH'T{otuol re8eqag
-arrr EIEJ ue8uap {Feueu qlq
'sElltlrapour uep $nfio[oH ErEluB ,JIr{aP usls)Il ludepral
8ue.( ',.ra1apral {uet e.(ep,, d
'usueq3I& EsEqEq urele{ '(366I 'aorrsA :3661 'suo{} edupqurerp 8uu"( snsnq4 "rnp(
{Eprl uEP uE)PlnsElurP Suul e
nElB sstru-raporu
eduqnluru i-rep teqrxu ruBeqas '8ue-ro uet8eqas Suupuedrp eueur ede lorluo8uaur 1eW '4e,{ueq
-rc8uqas 'uelnq uED sulrurepour t:sp >ppo:d qelrpa )snwo{og 'uBrImEg r8uq 'rpu{ o{ot >1u,{ueq mr
tPr{r1aur uep
,8 :686t 'uerunBfl) '!ur rsrpuo{ ueletdnuaur ue8
'uauEIuI Sued eduurunp ruef-ruef:aq EruEIas IEur rp Ep
:sra'edusetuor:d'ur(unpueruaru Sued re8treluas'Etrr ueqeperad rr€P Inqeta{ B1l{ ledeprat ueqnrn{asa{ EJsJes :
8uu,rr rrq eieSas ue8uap uup{as eduqnuadas Errud rtrs urplgp umlrrrcIarrr ' ' ' lsIzBI -ad p:ucas Fpour ueqeqruad
rtre ruelap uuxnq ..leurou,, :leuuou Fr{ qeFpp -ur:13unru tpe[ xneruJog *aq ue4edueqa4 :Bueur-BuBur rp E
-r.::aur 8uef, pq ruSeq-iaq- Jsn*ca{oH..uenrrrer,, denas e.tqeq qeFP" reuaq 8ue,r-
-xo uerletd-rad lueuaru Suud
:iEuorsEr Sued uraporrr erunP ..iEur ueBuap unlllspua4rp nl:p^r'
--rou., :{irdse re8uqas
eiulrqrpur rutsn{ uErrmEg 'EleIIIas FurrouqE eltusuad teBuq -nl'asrPuEqs.reu uep'EfEJB'
-rs '8uero ue1e.,i.uuqa4 ue:{m{epp EueruruS€qes'$neJo[oH ]EqITaIrt epudFeq 'e.,{urserado uur8uq Bnruas rF
sellurapou\l xnpoJd "wsnael4l EopaIeJ EPEd
'isnwo[oH epedr:ep (u113unrr -FIp rnqadueur E{erau'sEtIII
inqasrai [Er{ E{I| rusaq qlqal SuuA uernlaa4 rpe[uam r{nquml ue>{E ruaporu Errmp Itupue{'e,(usruorl'edruas or
lrd Suel rserllrs urBIEp'uBrrrnsg lrunueur'rpe{ 'sneruerp BrEf,as rusaqrueru qnqurru unuruu'lesserrr :esed upuda4,
!rlfal lnqasJal uralsrs-rualsis E,^o,quq unrrrerr'IEr[JoJ leuorser rualsrs epe Sueuraur e.u edurepuels uurl4reuau SueDr
upq eiiueq uu>1nq rsesrpFuogrl4l sasord qalo uealn(unllp Sued'Bueura6 'lq geq 'ureg,d-ranod iuadas EqETE"rBn
:sdures irpp.r.{ srual qr3eru {leurroJ leuorser lrrelsrs edusnsnrg '$nEJO[oH el.urpui ryeq e(us uurus Surpurp rp 8u
-ial ue4upiBunuraur fluer( urpuoy 'e>{araru BIustn IBTB ruEs qeps re8eqas ISEDIorrq 'qoluoJ reBeqag 'aJB] {rog
uuEeunSSuaat tsneJo{o}! n{slad 'sEtB rp snsr4 Surseu-Sutseur eped umlduatrp uBn[ s.pluuo(I.]F[ Ip Suero u
Eqlra:{ Ern{€uuaq uEB neeJueuuaq Esrq raqa/y\ selqeuorser drsur"rd-drsuF4 't[us tedaa
irE-rotsal a1 el.uen{ueles uep tsnqJoloH redtues rsgrlonq r-rep rr-rapou sElrIBuoIsBr rsr-rlsnp8uaur'ntruaual r$IE-r:
ire8uap 1re{Ja} rSolorscs lru:lqrurad urelep selaf :n1e rudeprat rmureN 'eures 8ue.d -8uaur Susd epuu ru8eqraq u
-rxaluo)t vpudunetoplq uep r{us 1Edaf, uurolsar uBTm{$puerrr uelp[Enu]dlu uE{B derlas nele ueq derras urldt
nr'ual '?ue:o ry.(ueq frg '(gft :086I) ..u-rapou ISE.r{oxq setrleuorser eru8rpe-red Sugas rmdr{saur 'uolsrp pu
,pefuaur iydypxne.eo;og'e(e8uas sJEJes ue>ln>{Elrp 8uul. slaldruo>1 rserado rc8eqas ure8er uup '8uenq e,(rnluduec
Euupuetirg,, 'ue{rm"fl uu{Erri1lp ruadag 'rzuN qalo rpnqea Suero deper{fel suelralsrs ue>lepue8uaru ledup B{3rau
Ere:ras ueqeusnurad '$nero{ag qEIEpE (tOOf 'OgOf) ueurneg runui3l.7 r8eq 'l{es
{nsErrual 'uo{srP aro$ Jueu
tedac ue:otsar q€lupg leru-roJ setrluuorsEr ruaporu eur8rpued razl-ru r8uq nquy Eue",{ ueurelraq rs4unr >gu,(ut
tsnv?a1ol{ NVo svJNu30oI,ll 8ue[ue{i ede.raq'rn4Buu exa-ra
'rersad qederyelue Suns?ue1x
'rur ILraP
-3uo1 Suuud uEurEI€q,. 'rssaql
-our EuaruouaJ-Euauoual eped uraporu$od uEs€8EE ederaqaq uep uederauad uelrs ?ued eueur lEqi1aur >{nlun 3
-n$srpuaur ue{s €r{ ledurat 'ZI qeg eped rueq Isunsuo{ EuE.rES Suetuat uesrqsq
-+iad eped r8et ipqwal uE{E 81ry 'u-repour te8ues ueDlrtuep ue8uap uEp ieuotser -o:d srua{ LTE*luBrrr tii;rau.r !?r,
lsSuES 8ue,( euauroua-; re8eqas rLreq rsurnsuo{ EuB.rBs ter{rlaru redup er11 'rpef isuarsgg 'sen1 lrqnd ledru$l
 menyernburkan asap pekat daging manusia yang terbakar. |alur kereta api Eropa
yang ditata secara rapi nnembawa jenis barang mentah ban.r ke pabrik" Ftral irri birokrasi melihat rugas-ru,
dilakukan dengan car& vang sa:"na sebagaimana kargo 1ain" . . . Insinyrrr merCesain sesudahnya. Selain operasi
krematorium; manajer n:endesain sistem birokrasi vang bekerja dengail rasa sudah banyak dikenai, da
nyaman dan efisiensi. . . . Yang kita sai<sikan tidak lain hanvalah skema masif cara sering kali menjad: n
rekayasa sosial.
bunuh sering kali menjadr
(Feingold, dikutip daiarn Bauuran, 1989:8)
Tentu saja, birokrasi d
Yang berhasil ditrakukar:. I{azi aclalah rnenyatukan capaian rasional industri de- ciptakan Holacaust sendir
ngan birokrasi rasional, dan selanjutnya menggunakan keduanya untuk memus- kontrol tak tergugat dari ;
nairkan orang. Modernitas, sebagaimana terkandung dalain sistem rasional, bu- kerasan terhadap seluruh r
k;rrrlah syarat yang memadai bagi Iiolocaust, nErmun jelas ini adaiah syarar ysng namun hanya sedikit sekal:
saja, negara dikontrol oleh
diperlukan. Tanpa rnodernitas dan rasionalitas, "Itrolocausf tidak mungldn terjadi"
(Baurnan, 1989: 13) likan negara di bawah ren,
dan rasional lain dari anrr-
Peran Birokrasi tematis dipisahkan cian ma
Birokrasi ]erman berbuat ticlak hanya melakukan FJoJocausq dalain penger- harnbat |erman agar tidak rr:

tjan -yang sangat iii, }:irokrasi ferman-lah yang rnenciprakan Holocaust" Tugas ini,orang-orang |erman h
-'menghapr.rskan menuju masyarakat sempu
orang Yahudi," sebagainnana yang ciidefinisikan Hitler, dijalan-
kan oleh birokrat |ern:an, dan ketika mereka mengatasi masalah sehari-hari, pe- digunakan untuk membanr
m.uenahan muncu.l sebagai cara rerbaik unnrk mengakhirinya sebagaimana yang
didefinisikan sebagai aib, da
didefir:isikan oleh Hitier dan f/endnlkung setianya. |adi, Baumat berargmnen bahw"a satu-satunya adalah pengh;
f{oJocul.lsf bukanla}r hasil <trari rasionalitas, atau cara-cara barbar praanodern, me-
harus dihapuskan, satu-sarr
rnenemukan cara paling efi
isinkan hasil dari birolc:'asi rasional rnodern. Dia tidak menciptakan orang gila
yaag ;nenciptakan d.an rnengendalikan ,FloJocausr, rnelainkan birokrat yang sangat Faktor lainnya adalah b
rasianal dan normai" struktur modern seperu ha-

Sebenarnya, upaya-upaya yang dilakukan sebelumnya, seperri pernbantaian Yahudi tidak penting. Ketrd
:ninoritas secara terencana dan irasional, bisa saja rnenjadi pemusnahan massal wa Holocausf merupakan fr

1'ai:g mirip dengan HoLocau.st. Femusnahan massal memerlukan operasi yang sa- Holocaust dan McDonald
ngat rasional dan birokratis. Letupan emosi irasional seperti pembantaian minoritas
:nungkin mernbunuh se.fum]ah orang, ncrmun hal ini tidak pernah sampai pada Holocaust memiliki se
pada efisiensi. Sebagai conto
oeruusrrahan pacla skala sebesar yang dilakukan Holocaust. Seperti dikatakan Eau-
rnan, "Benei dan dendarn adalah alat primitif dan tidak efisien bagi pemusnahan untuk rnembunuh lebih ba:
unsur prediktabilitas daiam t
massal" Biasanya kediranya hiiang dengan senfirinya sebelum setresai dilakukan"
ke kamp kematian, barisaa
{i9E9: 90). Iiebaliknya, genasida srodern sebagairnana dilakukan Nazi memiliki r

rui'uan yang terkesan rasi*n.al, yaitu tercipt€rnya masyarakat "yang iebih baik" (sa- dan "produksi" peti-petr bes
F{al ini dapat dikelkulasikan
yang sekali, bagi Nazi masyarakat yang lebih baik harus bebas clari Yahudi "yang
jahat"). Dan },Iazi serta birokrat-birokratnya berusaha mencapai tujuan tersebur tatifseperti berapa banyak o
nya.
$ecara dingin dan metodis.
Tidak seperti sebagian besar pengamat, Bauman tidak melihat birokrasi sekadar Bagi para manajei jalur k,
setragai alat netral y*ang dapat digunakan unruk tujuan apa pun. Bauman rneiihat adalah tonasi per kilomerr
aiau ka\4'at herduri: merei
birokrasi "lebih menl'erupai . " . dadu yang berisi" (1989: 104). Kendati dapar di-
yang sepenuhnya terdrn r

gunakan untuk tu;'uan-tujr.lan ke1'am atau manusiawi, hal ini cenderung memilih besar birokrat, bahkan kate
menjalankan proses-proses yang tidak manusiawi: "Ia diprogramkan untuk meng- yang terlalu ketar. Mereka
ukur sampai pada l:atas-trratas optimum sedemikian rupa sehingga tidak mernbe- mereka. 0bjek mereka adt
tlakan satu objek rnanusia dengan manusia lain, atau antara objek manusia dengan
oi:;ek nonrnanusia" (Eauman, 1989: 104)" Dan berdasarkan karakreristik dasar ini,

622
ez9
'rur rEsEp {RsrraD[E.rD[ rrE)F
ue8uap ursnuern >1a[qo Erult
(gOt ,OAO1'ueunug)
'8uen qeppe e{a.raru 1a(qg -e1a:aur -eqwaru 4epp eSSuruas ed
uE{EpuIt rrEp FrsusulI :1aga ue8uap uesrurueq eX.ueq e4arayq "lela1 npirol Euud -3uaur 1ruun unluerSordr
setrleml uusetequrac{ rrreraq und o8rel euerurt3eqas rroBar{ us{qeq'Jer{ong Jusaq qqrnau Suruapuac 1uI iur{
uur8eqas iStg 'setrpnl uu8uap IIqftI ueP u€rn{n 1.1€p ilrPrel B,{uunuadas BueL -p pepuel{'(fOt
redep
serrtua lguraq IuT irep'i:-Er*1 ue8uap uusrlrtuaq u,{.ueq nlarau,i:Fnp-irq le,t\e{ nElB 'Ogt
terillaur uurrrneg 'und ede
'FIq-Fiq'Ersnueur ue3uap uesruruaq {BPrt E{aralq 'rataruolt{ r;:d rsuuol u,Pitpe
rEpD[as rsED[oJrq leq[eur {E
E)trarau :1a(qo eu4euuaq rsuln{Iuc u{untes-nles 'Blara{ rnlz( :a(erleru ered rteg
'efu
lnqasJal uen[nl ledecuaru
-ru{E^r qapuad ederaqas uep r{nun{ilp ledep 8ue, 8uero ludueq edruaq rgadasgrlrl 8ued,, rpnqe^ IrEp suqeq s
-!luBn{ rol{BJ epeil ue4qar€rp Brtiitlreuelauad suare{ uE{rsulru{lellp audep iul FtrI -es) ..)tFq qlqa18ue,(,, re>len
'sasord -ug1e uped Surnqrp ue>p Sued le,{eu Isireq reseq ued-uad ,,rs4npord,, uep
Dtrlrlllaw rzEN ue{n)IEIIP B
'-.;a^roqs. nfnuaur )XoIa{-{oTa)uaq Buu( Suero Bue(ued uesuuq*uul}Burslt due4 a>1
..uE{m{EIrp rEsslas umleqas
dBferalrr BuBd etara{ 8ue(ued mp{ ue8uap 'uepkaq uuq IuEIEP sslrpqrr{rpald rnsun ueqeusnurad r8eq uarsga 1
ililirtrraru rsn wo{oq'n:n1ad uulSurpueqrp 8ue.ro qufueq qlqal qnunEluarrr {ruun
*qotruo3 re8eqa5 'tsuatsga epnd -neg ue>leleryp uradag'rnu
JIltaJa qrqal qne{ 8ue,{ apolam reBeqas ue4ype{rp su8 uped redures qeurad {epp
ueue>1auad ledeprai sula{ ",.rsesrpluuofl)I L, LIr) Pnures qrlilueru lsneJoioH
sEllrourur rrBpruuqruad p.rac
!sEs!plBuoochl uEp lsnBroroH -es Sued rsu.rado rre>lnlJalrre
-tuapotu Eualuoual unpdruaur $nEJo[oH ea lusseur uegeusnruad ;pu{ua
ueleluequred ruadas'e.f uut
-r-{sq urEI uEsep qeippe 1€"ro{rr ue8uuquruad u€Jrpuq{Eprlex 'Buuuad {EpIl rpil.{BA
Buero r-rulsndeqBuaru qsles nBlE J?uag 'Iser{o-rrq edupq ruedas rrlaPoru iru{ru$
te8ues Sued te.DIorlq ue>lure
rJiEIEp p.rour ua8uequrrUad #eq trdural epE {Eprl E/vrI{Eq r{E{EPe e,{uurel rotleg
ep8 Suero ur4eldreuaru :p
']xlqes.Iel uenfru teduruaur {n]tm uersua Suqed ts.rEJ llE{nluaueru
-au;'urapourerd .req.req u.re:
i{r{Bpe tex{o.rlq e-rud rdrpeqip Bued Surtuad nsr eduntes-nles 'uE{sndEI{IP sruEr{
err,rqeq uaurnSErac{ rrE rrmB
e{aJatII e/r"i.{Eq uelete,{urp EII}o{ uEO 'E)IaJaru uesndeq8uad qriepe edunles-nlps
Srred eueurre8cqas eduunD
Tsrltros 'Eurndruas le{Erultstru r8eq SuepqBuad rc8eqas uEP 'qre re8uqas ue:{IsrugaPp *ad 'Feq-rreqas qEIESErrr rs
E{eraru n1#ag 'qre ruBeqas ipm{B-d. uulrsrugapuau ruueqruarrr )imun ueleun8rp
-uelefup'relllH uu>lrsrusapl
(leuorsur lu8ues 8ue.d) ueru:a{ uenqela8uad nuql 'errmduras lerpre,{.seur n(nuau
se8n;'tsnecolog ue4erdrar
iretref ffiuepq8uaru Suud e>1a-raur ue4sndeq8uaur sruELI ueur:af Bue.ro-8uero 'rur
-re8uad urEIEp :$nEJo[aH
uanfnt tedelueur aruull '.,eu;ndu:as,, ]uquru,tseur roe[uaur 1eprl ru8e uuuue{ requrEq
Suaur e{eJeur r{Etro-quioas ueq-:equleBrp rrup le{€JE.[seur uep unlqesrdrp silulrral
*srs €f,eJas rpru{u1 Buero e{.l:uelup Ip Sued aursnruras-rluE LIEP urPI F'IoISE-I UBP
rrrapoxu {ruueq }rdep"ia1 'utu1 ladse upu6 'e,{uueqnriSua-r L{e,^deq rp r;e8au uery1
*Tpe[rar rqlStmru lepp rsna;
-rpuaBuaur unndrueuraq l}llruleui Euef 'raprg r{dlopV qaio lor}uo{rp ere8au 'e[es
Sued ru:erfu WIEpe p1se1a[
nluel uefi 'rzEN rrprura{ ry ue8urpuul uuESEn{e{ srsuq IIB>IBs lqrpas e,{ueq unlueu
-nq 'IEuorsEr rllalsrs urslEp
'epe Suuuaur undnup:1 {urBI EtE{ uu8uag 'teluredsuru qnmlas depeqrar uesera{
-snuraur {nlrm uduenpa:1
-e{ EuErEs rlodouour SuB8auraru Buu,( e:e8au snlerede uep ieBn8tat {81 Ioruo{
-ap 1.rlsnpu-r leuorser uel€d
ledep-ra1 '4adse ruES rrrEIpG urEI roq€J uelnpadrp :urPuas JSnvJo{oH ue>letdrr
-uau {EpIl uep ndureu:1upr1 edurer'ae8ad-rertr8ad uup rsErloJlq 'E[es mual (g:OgOt 'ueurneg UrEIE
'el.uuenlm rpe(uau rp>1 SuFas qnunq
-uaur 'e:uc rpe{uaru u{ua1 urp 'tseDloJrq luelEp uun(nt rpe[uaur qe1 Suuas erec Jrseru Eua{s qele{ueq u
'{{otuor rc8rqag '}snwo{og Suedouaru und e1a:aur uep 'IEue{P ledueq L{BPns eser ue8uap efra1aq 8u
Sued ueqeurala>1 qelumies D{IIIuratu IsEr{orlq 'lerrrlou rsurado uEIeS "eduqepnsas uresepuaur rru(ulsul ' ' ' '
IUI pH'4rqed a)t n-req r
u€p 'fnfiB rnlelaur tnqasrat Ltersnrrulu rypn tued se8nt-se8nt tEr{rlaur Is€n[oJrq
edo.rX rde eraral mle{ 'ru
)elas tidak banyak perhatian yang diberikan pada kualitas hidup, atau bahkan Nazi bertindak secara ias
pada kualitas mati, dari orang Yahudi ketika mereka berjalan tanpa henti menuju menjaga agar mereka tera:
kamar gas. Dalam pengertian lain yang kuantitatif, Holocaust adalah contoh pa- yang iayak mernperoieh ot
ling ekstrem dari pemusnahan massal: menggunakan alat-alal ra
Sebagaimana hal lain yang dilakukan secara modern -rasional, terencana, dipe- da:-i beberapa orang aka:
ngaruhi secara ilmiah, ahli, diatur secara efisien, dikoordinasikan- Holocaust me- bekerja sama, maka 1ebij:
ninggalkan dan mempermalukan seluruh padanan lain yang fiyakini bersifat rindakan-trndakan terse hu
pramodern, yang menampilkan mereka sebagai perbandingan yang primitif,
membuang energi dan tidak efektif. Seperti hal lain di masyarakat modern kita,
sida dan mengurangi neiui
Ifolocaust adelah keberhasilan yang dalam segala hal di atas segalanya. . . . Berdiri Modernitas membarrg
menjulang di atas episode genosida di masa-masa lalu. ga sesuatu semacam Hoj oce
(Bauman, 1989:89) tidak cukup mampu Een(
ada dan semakin kuar. Dan
Akhirnya, I{olocaustmenggunakan teknologi nonmanusia, seperti aturan dan re-
kan untuk mencegah aga: i
gulasi kamp dan operasi ban berjalan di oven, mengontrol orang yarg ada di da-
kerimbang pada tahun i 9d
lamnya dan para penjaga.
sosial yang mernungkrnkar
Tentu saja, karakteristik McDonaldisasi yang paling cocok dengan Hrilocaust
ada upa,va efektif
adalah irasionalitas dari rasionalitas mereka, khususnya dehumanisasi. Dalarn hat ,rrang dr.,a
Auschwitz"(1989: II ]a
ini Bauman menggunakan gagasan penjarakan untuk menyatakan bahwa para
moralitas yang kuat rjaa k,
korban bisa mengalami dehumanisasi karena birokrat yang mengambil keputusan
ketika kuatnya kekuasaan r
tentang hal tersebut tidak menjalin kontak pribadi dengan mereka. Terlebih lagi,
kita percaya bahwa slsrem E
para korban adalah objek yang harus disingkirkan dan dibuang, sehingga menjadi
pernimpin kuar dengan brr:
angka-angka perhitungan; rnereka bukanlah manusia. Singkat kata, "Mesin biro-
krasi |erman dijalankanuntuk mencapai tujuan yang ridak dapat dipahami dalam
MODERNITAS: pROyEK )
irasionalitasnya" (Bauman, 1989: 136).
Tak disangkal lagi. iur:
Salah satu poin paling menarik dari Bauman adalah bahwa sistem rasional
saat ini. namun )uga Dem ce.
yarrg dibangun oieh Nazi mencakup para korbannya, yaitu orang Yahudi. Ghetto
gagasan-gagasan vang &xei
diubah menjadi "perluasan mesin pembunuh" (Bauman, 1989: 23). Jadi,
Seidman:
para pemimpin dari komunitas-komunitas yang akan dibantai melakukan kerja
birokasi paling awal yang dipersyaratkan oleh operasi tersebut (memberikan ke- Benoiak beiakang aengar. :

pada Nazi catatan dan rnenyimpan data tentang korban yang mereka kehendaki), anti atau postraociernr: F
rnengawasi aktivitas produktif dan distributif y*g diperlukan untuk menjaga tatanan insrirusionai moc:
agar para korban tetap hidup sampai waktunya tiba ketika kamar gas siap me- poiensi empirrs mooerru:
nerima mereka, mengawasi tahanan sehingga rugas menegakkan hukum dan potensi utopian moderruu
menjaga.ketertiban tidak menjangkau akal bulus d.an strategi penangkap, men- Pencerahan ben:pa mas\.aj
jamin halusnya aliran proses pemusnahan dengan menunjuk sasaran-sasaran tahap lagi memiiiki narapan oaj.
beriicutnya, mengantarkan objek-objek yang telah dipilih ke tempat mereka dal seorang pembela pairng re;
pat dikumpuikan tanpa banyak prores, dan memobilisasi sumber daya finansial
yang diperlukan untuk membayar perjalanan terakhir.
(Bauman, 1989: 118) Habermas (1987br melihar n
(Ini mirip dengan gagasan bahwa di dunia yang telah ter-McDonaldisasikan, kon- berarti bahwa ada banvaL i:
surnen menjadi pekerja gratis dungu di dalam sistem tersebut, membuat saladsen-
kita dapar muiai memikirkan
diri, bersih-bersih sendiri, dan lain sebagainya.) Dalam "genosida umumnya", pem- 2000; Scarnbier. 19g6r.
Pada Bab 15 kira telah m
bunuh dan yang dibunuh terpisah satu sama lain. Pembunuh berencana melakukan
derniras ketika mendiskusika
sesuatu yang mengerikan pada korban-korban mereka, yang akibatnya adalah per-
koiomsasi dunia-kehidupair (
lawanan dari korban potensial mereka cenderung terjadi. Namun, perlawanan ini
panciang melakuitan ',[eor.L Ea.
cenderung kurang terjadi ketika korban menjadi bagian intepral dari "sistem" yang
sebagai vanan iru sendiri. I a:,i
diciptakan oieh pelakunya.
for-mai , nrenla.i;
i,-ang crr; srst
Dalam tindakan-tindakan mereka, orang Yahudi y"rrg bekerja sama dengan
624
929
ue8uap eures e{ra1aq SueX
-riser uetuep'uEguEluelraq uep'Bpaqraq lersos uratsrs Lrn rDe{ueur SueL lpuuo;
lElllur.rorse-r Eurelrual) selrlEr.rorser qEIspE pns{eru er Brre;, 'rJrpuas nil uer:e,,r. reBeqas
Suer( ."uatsrs,, uep p.r?atur
lElru-raporu Suepueruau er Eua.rE){,.sElrrrjapcur rSoloirci uoat,, uun{e1a:x Suruurci
,rp tedep (qO :g8e t) sEsuaqeH 'lnqa$ral rrralsrs r{a1o uednp[{a{*erunp isEsruolo{ rur uEuE.rEIJad'rmruu51'rF
,:eu 'uednpnla{-Errn1p 'r.ua$rs Su€]uat ei(uuese8pH Es{tsnlsrpuern E{Elal{ sEtrurap -rad qeppu eluleqrlu Sue
uB)[n)[eleul suP Juaraq 1fntn
--.::iu Suerual seurlaqel{ uerrlrruad edelaqaq sequqrueru qEal €tD{
SI qug Ep€C -[uad'..E,{uurnun eprsoua8
(966i 'raiquErs :000r
';lIEiYlI{lnO) urapouirsod €runF ueuDf8unurarl Buetuat uE)irr{rlnarrr relnru tedup err5 -ues pEes lunqlualu'lnqas.
:uo{ (uP{rsBsrPlBuo0rtr{-ri
'&nTaqas ursporu erunp rp uEIn{eIp sn:eg Sued pq ry{ueq €pE E,r^r.{Eq ruEfaq
l:-uer(',resaias unlaq 8ue,r 1ai(o:ci,, rc3uqas selrrsapour ler1rler.u (qZgOl) seuuaquH (gtt :0A0t 'ueurnugi
2 "6861 "rEr[pras) Iersueug r.{ep .raquns r
'qn8ar Euqud elaqruad Eue:oas -Bp E{erau trdurat e{ q
-;e1es rpe(uaur dulat sem-raqeH
'Elopl rpe{uaur r8el lrpu uep uede:eu r4lnuaur r3e1 deqel uereses-uereses :1n
'i?pn oise-r qalo Suorourp eueurre8eqas:1req SueL roierel.seu edruaq uprleraf,uad -uaru'duq8ueuad r8ale:
tiaAcrri enpciueurxeAJr Efua{ IErsos slaruo{ ui€IB(J sgtruJapour uurciotn rsmatoci uEp tumlnq ue:pp8auar
'-.,Deci ueurleAaT:aq srlrJuaur-sruat -aru duts se8 ruurul uryt
seturaquH ' ' ' sptruJaporu srrrciura rsualod
'-irperl.ral srr:is de:lrs:aq ete(uau {ruun un{ntrra
[En]{alatur {E,rueq nuTel 'sslruraporu iquorsruusur ueuet"l
:ierep splrlEuorser ln:l:lruts E uEpe t€qrletu s?uuaqeH .sru:apourrsoci netp nus '(rxepuaqal uqaraur tue
'?uruapuar 8ua.{ :a-rcdualuori -a{ ue>lrreqruau) tnqas
leru{a{alur rusaq uer8eqas ueSuap Srrexplag IEIouaS e{ra1 uelnlqaur retuuql
tlleurprss .IPEI'(TT ;586T .
lri1.r.'n{f;llAi '1u"{uurq r:ep) sru:auorrnsod urn€r{ ue1errnura{r,p 8uel' ues'83e3-uese3e3
oileqg'lpnqu1 Susro nlre
rle8rreias I-rEp selllEuotse-r 'Jep setruraDour plnrue{lal elaqurad p8n{ unureu'rur lEEs
ilrri]Eri){ro1 lErsos isiiaroa:. e,iueq uE{nq sEurlaqE}J ua3.rn{ ,r3e1 iolSueslp {EI [BuorsBr ruatsrs E,&uFq qEi
rvs3l:ts lrun-t38 SNVA y3AOHd :SVfiNU3ooW ruEIBp rurequdrp ledup rt€p
':ln8ueruasi?a uep e{ues{es nlr8aq 8ue[ rser4orrq ueBuap -orrq ursetr L, '?tE{ re4tlrrg
1Bn{ uidllrmrad
rpe{uaur e88urqas'Suenqrp
.':"urnruar:aq LIESaJueu: xnlun EpE lBm[ dn4n:l Sued p.rour ure$rs EieqBq EABJrad E1r{
'r8u1 qrqai"rag 'e4araur ue8
:i:nquraur 8ue,r( :1e,dueq 1eprr uEp rsEururopueur re1nrrr ueusEru1a1 edulen4 E1rtalt
uesnlnda>1 pqure8uaur 8ue
irt{e,'ra epe 3rm:apua3 urlurei{ 'ie:n1d ryrr1od uEen{e{ uep rem{ Suert surrprou
r';pTBpE .(1I u:ud rr*rqeq ue>1ele,{uau
urvltsrrsrap$ qrfacuaru {ntrm uu:1n1:adrp Suua :6g6i) ,,ztr^/N{Jmv
,eein:aiuaur SueA euelr.rae ' ' ' i{BSacuarrr Fq urPFo 'rsEsruErrJmdep
{ntun ue>In>{EIrp 8ue,{ grllaga edecin epe $nerz{oH uu8uap 1om: 3
lr:?Pn UEP 'eAurln-l:r1as Eu:rs qelal ztvrr.qcsny e{trrpe{rar ue4ura8unuraur Sued prsos
isn:uoxundntssx",Dt1,, rr€riln€g ue{ElE{Ip n:adeg.uB-0?6I um{erepedBuuqurpa{
-Ep rp epu Sued Buuro lortr
rEnx qrqaT rur1 ESErrr eprd 4nuieBuaur {EpR rsesrlEuorse.r.le8e qe8arualu {ntun uE{
-ar uep uErnle Iuedas 'Ersn
"n1-radp e8e{uad E./rrr1eq um{e1e,iuaur ?ued >leduuq leprr u€C .lErul uDIEruas uep EpB
,.l"fl,at rseslpuorsul uelenxa{-ueremla{ .ury
.e.(rrqe8acuaur ndrueu dnlnr (OA'OeOt 'uuurneg)
lepn
e,,iue8e{uad:rpu{:ar rur IEr{ unureN 'rpeirar ue4e Xupp.Jsr.mo.ral! rrereruas nfensas e3
-.?rlrqas e8e{uad r4rlruraur'oepelaq urprag''''edueptas serr
e,tuurp €,^.\r{Eq ue>{B8fluequaur sclrufapol J
.e,{usete ueue,trulrad 'Btn{ urepour rulere.{seu
Suenpd r8ueinSuau uup pp$ 3ueX. ue8urpur
-cua8 sasord ledal:adruaur ntueqrrrarrr Euare{ IeuorsBrr lnqesrat ueTepurt-uuxepull
Jp;urud
teJrsraq rurludrp 8ue"{ r
eiurny{e eped'rrnruei{ 'ueur uele Sued Suero 4edueq i{Iqal e>{Brrr 'iErrres efta1aq -eur I sn eJo loff -rrH{rsEu'
ri"Iin E{alau ery( uep '3ue-ro leLueq uurperuepduaur uEIB Srre.ro ede:eqeq IrEp -adrp'uuecuaret'leuoIsr
teueqro8uad e,uqeq uu13un:rq:aduraur riradas ,ieuorser 1eIE-IEIE ueleun88lrau
r,rB)[qEq E{e]ar{ 'rxBpuar{a{rp qiqal uep ,prsads uen1e1:ad qalo-radtuaru
1e,(e1 Bued -ud qotuc: EEIETIE ]sneJo{
3uu-rcl re8uqas T{illdlp neie e,{ulnriuaq rJEr{ eped dnprq derjr n1a:aur re8e e8e[uaur n[nuau: rluaq eduet uuiviJi
'lnlu{l 'pduiusrut 'e,^.unr:ecias u${n{E[aur E)Ia]aiN 'leuorser eJEJas uu{r{Bq nere 'dnprq selrir
x€purueq rzEN
 .T.UHGEN HABERfdAS ngeri, Zurich. dan tsoni.r. !..ie iiJn, ir.Jai Boiij ryieiniiiki F.araEr lai:t: f,ag-.
Sketsa Biografis ,un gurij di sekciai iefipe.l-iilsiirla* i:eria,*r setltsgat ,]e1'J,tq *i hEJeJ,-.
bana;'-Den=r isiirnewi.!, *an ie|eg;eI heaat iva,akar -.i.'y'C:.lhr3: :i- :
nielakukan komprcrili denliix fakta bai:',,,,a !t:irit" {{iik,.Jiiri .r:eh \tuigg+r.- ; :

rierrka harus mendukunE Nazi s*ceia tei- Anikel terserut Jlrnirn!a : .:

..irirgen Haberrnas, tak diragukan lagi me-
rupakan pemikir sosial teipenting dunia masa
kini. la lahir di Dusseldori, Jerman pada tang-
gal l8 ..junj 19?9, dan keluarganya berasal
dari keias menengah dan sedikit tradasional.
,qlah Hatiermas adalah elirehtur Ksr,,lar Da-
gang. pffda awal usia belasan tahun, selama
Perang Dunia li, Habernras banyak dipenga-
ruhi oieh perar,g terscbut Ahitir perang mem-
bawa harapan baru da:r kesempatan b,agi ba-
flyak orang Jerman. terrna$uk Habermas. Ja-
iuhrrya liazisme n:e;-nbangurr oDtirnisme ten-
tffng riasa depan jerman, nafilun Habermas
l".ecewa pada tiadanya kema;uan drarnatis pa-
.fa iahunjahun awal seteish perang usai. De-
ngan berakhirnya Bre Nazii$me, segala ma-
cam peluang intelektijal mereka, dan buku-
buku yang sebelumnya dilarang dapat dibacs
*ieh Habermas muda. Buku-ituku tersebut an-
iara lain literatur Barat dar literatur Jerman,
rfiaupun traktat yang ditulls trr,larx dan Engels.
Antara tEhun 1949 sarrlpai dengan 1954 Ha-
bermas mempelajari banyak lopik {misalnya,
filsafat, psikologi, literatur Jerman) di
l----'"'-"u"""-r
Gdtti-
buka atau sekadar harus mereruskan tang,
gung jawab akademisnva di bawah fezirfi
Nazi. Habermas rnenerima gelar doktornya
dari Universitas Bonn pada tahun 1954 dan
bekeria selama dua tahun sebaga: rilartawan.
Pada tahun 1956 Habermas Uba di insti-
tut Fenelitiarr Sosial di Frankfurl o8n berga-
bung dengan Mazhab Frankfurt. Kemudian ia
rneniadi asisten peneliti bagi salah seorang
snggota mazhab paling menonjol, Theodor
Acorno, sekaiigus sebagai siaf insiitui (WiS-
gershaus, 1994). Sementara l{1azh6b Frank-
furt sering eiipandang sangat koheren, tidak
demikian menurut pandangan Habermas.
Bagiku sama sekaii tidak ada leori yang
konsisten. Adorno rnenulis csai tentang
kritik kebudayaan dan juga menyarnpai-
kan seminar tentiang llegel. ia menyaji-
kan iatar belakang Marxis -dan hanya itu.
(Habermas, dikutip dalam
Wiggershaus, 1994: ?)
Kendati bergabung dengan lnsliiui Penelitian
Sosial, sejak awai Habermas menunlukkan
oriefitasi intelektual independen. Satu artikel
yang ditulis pada tahun 1957 oleh Habermas
rnembuat hubungannya dengan pemimpin
Institut, Max Horkheimer, terganggu. Haber-
mas menyerukan pemikiran kritis dan tin-
dakan praktis, namun Horkheimer takut bah-
ura pendapat semacam itu akan membaha-
yakan institusi yang didanai oleh negara.
Horkheimer secara tegas mengusulkan agar
Habermas dikeluarkan dari lnstitut. Horkhei-
mer beikata tentang Habermas,'Mungkin
iida{ di bawah erahar ir:t .
Pa rnerujuk padanya Akhlrf,
mengajukan syatat,syaial n!
i{e!'jaan l-labgrrnas,,1en i1 a i:: --
unCilrkan diri.
Peda lahuri 1$6-t Haber:
serr ntuda dati menyete;aj(a-
nya iri;$e:fasi i.eo.;e ya-.g I :i-
uni!nrsrEs.!tntversilas rer- o-
Marburg. S*telah nrencruitx:. :
penting, Haberrnac direr::, ':-
menjadi gur* besarfilsa:a, c -
delbe!-g bahkan .rebelur ra -
Habilitatirn-nya.la tetap dr H3' j
dengan lahun 19tu, ketiKa ,i :
rrersitas Frankfrirl seLagai ;rr,e;
sosiolcgi. Darilahun '!971 se-c:
ia menjadi direkiur. lvlax piar:
kembatri ke 'Jniversrtas =rei.,_-
besar filsafat, Cfrn pada te".J"
guru bes€r €me!.itr!s rjr rtst(.rl
memenafi gt se.iurnlah F€itgha.!
prestislus dan dianugerair gu.,
matan di seirmlah univers E:
Selame hertahun-,rehur *:
jadi neo-Marxis terkernuka ,l _-
dalefln tahLjn{Ehun tersebul {a^
dan memasukken banyak rrl:.
berlainafi fiaherfflas lerus r€.i
pada harapan masa deF€n Cr - i
la:-n konteks inilah Habemal -r
modemitas $*bagai prc.le:r t,a":
sai. Kalau Mar{ memusatkar ii
kerja, Habermas terutama be-
munikasi, yang d!pandangnya st
ia j yang lebih urnum daripada ksr€
I
I

naiitas yang merrjadi ciri dunia-kehidupan. Sistem sosial tumbuh semakin kom- nalisasi sistem, kira tengah r
pieks, terdiferensiasikan, terintegrasi, dan ditandai oleh rasio instrumental. Dunia- kehidupan yarlg rnungkin i
kehidupan pun telah menyaksikan meningkatnya diferensiasi dan kondensasi (ke- batasan" antara dunia-kel::
cuali basis pengetahuan dan ranah kebenaran niiai, kebaikan, dan keindahan), dapat ditelusuri pada perla,.r
sekularisasi, dan instirusionalisasi norna refleksivitas dan kritik (Seidman, tr989: dupan.
24). Masyarakat rasionai adalah yang sistem dan dunia-kehidupannya dapat dirasio- Ketika menganalisis ca
nalkan dengan sendirinya, rnengikuti logikanya sendiri. Rasionalisasi sistem dan rf,elihat dirinya sendin seia
;lunia-kehidupan akan membawa pada masyarakat dengan kemakmuran materi Aliran uteura teori sosial -
'lan kontrol atas iingkungannya sebagai akibat dari sistem rasional dan salah satu Weber dan Lukdis- har-:
ieebenaran, kebaikan, cian keindahan yang tumbuh dari dunia-kehidupan rasiona-l. sistem-lingkungan ke,Ja1
iramun, di dunia modern, sistem ini mendominasi dan men€olonisasi dunia-keiri- dunia-keh,idupar], ata-s as,
tongak modemitas.
,ii:in'an. ,{kihatnya ailaia}r bahiva k"endati mungkin kita rnenikrnati hasil-hasil ras:o-
{Hai:errno
l?Lti
Lzg
iue"+equ:r: q*pplr ?ir.uicr :iel,:,: :96tr- ggf : i 56 i'seu:,:aqe6)
rexeqas rureqedrp EueA . ' ' ,.ieu:ari.:: Butse eresau,, insn [EsE #1iJ#ffffi'ff.:;;
3ue;ua: ssrrriaqet{ ue*3e3] u}pfi;rs nrl rele:e,(seru ur"lEp eT ue8un:1?u:1-urarsts
selEq^rEl€q tx.ulnseru sele rrgQearE( re3eqas tise"4edlp uEP Jeqail\
sruEq -$lF{nT
'1;rruutg r:e8uap mdrues urrapirng ':aruedg 'xregaq irep-. TEIsos IJoat pulelii lreriiy
:lBrsos uErrxrulad qEl"{as reBEqreq ueSuap sEfEiss inpuas EduFrp ieqlletrr
seffiraqEl{ 'uEdnplt{e{-Brurlp rsBsruclcguaul ur*lsls erBJ srsrlBuB8uaul e4:fa11
'usdnp
-rqal-Erunp usun{$tllad uep rsBsruolo4 dupuq:ar uPuEd.e{Jac uped unsniarrp lsdBP
JnUE:at EsJE,vi€sEp ederaqaq eped urals$ usp wdnpr-.{e{-sffinp e.relua ,.uEsE1Eq
-rad,, lp [n;urlur Bue.,i prsos uop-ra8 4edueg 'r{nqurnl ur:{3unur 8ue{ uednprua4
-EIunF uup pseraq 8uc,( dnpgq ueedu4al ueBuap iln{sltr: qe8uar pxl{'rualsis IsEsrIEu
'lersos nulFnuF ressq xreH nelEy 'ef:e1 epedgep urnu,n qnel oueA
ljoal uep $ruropour 1ei(o"ld leueles runl re6eq sesord re8eq€s e,tu8utspuedlp ouB,('lsexlunur
-ar Euepuedrp er uirlfiunul'Gueueurad re6eq -ol eped lelnllaq Eueltuol seulaqeH 'eLaI
-as }qe! (eAuounlnpuad BrEd uBp) seuraqeH epEd uetletiiad uellesnurou xlehl nelEx 'res
ex,f lrqleJol Jesaq sru-ropor.{I llruad teSeq -alas unl€q 6ue{ iiatoJd reoeqos se}luoporu
-os 0uepuedrp usle ull6unur seureqeg f,ueu 6ue1ua1 srlnuau seuuaqeH qellur slsluol ue!
-ai.!! EIarauJ elrilsruJapourlsod eii:d i]efiu -eO uapour erunp uedap eseuj uederEq eped
-op eluuenJalesrad Luelep seLuraqeH uelqn., qn6€l 6ue6odJoq srual seuraqeH ueulepaq
-el.ladrF Sue.4 leq )ieAueg 'urapour lsiscs iioai 6uei sqaloal pdur 1e{ueq u@xxnseurauJ uep
uel?p rp lcluouau nuriEd {AJoaq} puu1i ieraq senleui e{uefu$l lnqasra} unqel-unqq uslep
1161a; ipgluau ur16u*ui 6,.ie,( ede Sur':lnpuaiu 'unueN 'erunp rp elnure)|Jq srxJew-oau rpel
ilep pfustsq stuauau-snra; sauraqepl '$an4 -ueu seuraqeH'unqet-unqEuag e$Blas
-eJJeu puubi jesaq rsPreu eAusldig:el ueu:I 'sellsleArun qeltunfas rp ueleuJ
-6uiruaq leloueur (pjelo{l'e[ulesruJi ;ruiap -loqal rEsaq n.rn6 rqeJaonuerp uep snrsllssrd
-orrlsod nplel 'nlr ueBuap uelre1 uel?g (sq surapele uee6.req6uod qel$nfas rbueuauaur
-iujcporrr uep) dnprq Oueiuedas 4aAo:d eped el tnqssJsl isnillsu! lp snluaua :esaq njn6
eAul:ad srutsi sEr.xJaqei{ 'ar"u*llrlluJ qerg a}i lBeluaur ,661. unqel eped uep 'iepslg iesaq
0uLrcp;atr r1el; 0uuas:rq4*a1 0i.md neley 'ute1 run6 reEeqe UryIueJJ s4tsre lun aMEquoI
stu:3l.,crjrlsod uep pJellllpfteg uear ru6d3s el 'ainlisul $ustd xeyu .,nll6jlp lpefuaw
'einu.,a{.}a} Jajodujsluo)i .lr1tuod 1e,{ueq tg6l u?6uapiEdues [I6t unqetue4i l6oprsos
uEp seLlJ6qeF4 iiE4Bpaquat;l LquE, '6uelEF uep }Ble$l$ rossrord redeqes pnpluejl setls.la,i
uexe 6uel eseu ,p ueurlefiaX ue6uap erurs -ruR ax qepurd er eXBaI'pg61, unqel ue6uep
-rii;'ausiuropou; pped ugtxliurox qdlEpB redues 6.req;apreg rp delag e1 'e{u-uaqeypqeg
:Esalss ue{e inqasral 4a.{o.td 6uelep uele uelleseleduau er u.rnlaqss uelqeq Braqlep
6uB,{ ese$ rp E,*qeq ur:1e,{ eAuenpal unrusp -reH sqrsia run rp leiesl3.lessq nrn6 rpefuaur
'rB$Eles irnlaq
isuu.uoqeil r(ieq eInq.:si ise)itri {n}!.rn uelrsepuouJolarlp ceti.uogeH'0uttusd
-nLJox ')llew lilnuai,u uelsBnuJ6u, i.isp lrieejl efu pX qelurntas uallqJouauJ
-uelelas'funqley\l
e[:uxt geiru.larrou larrotd ela,rarr: u E (1, ez :peo seIsJsA'ul"'l 1p (ueu:a1 sqrslanrun-ssysr€ir!.rn
eMi{EC{ EImlad qrseff nqe a[e"-,rati ileu.rad qap ue11e:e^s:adrp 6ueA enpal rsepasrp) e,{u
Sue,r sru:apour qelepe e/iucnp€ri 'rile1 iunu:n -.uotlsltllqeH" ueltesep^usuj uep epnuj uas
Llqs-i 'seuir€qeg ue6uap x.te6l uoei eislue -op rpeluatu sEuraqeH ]96] unqe] eped
'urp uElrnpu*
loiilouau ued.jiruax edeJaqaq iedBpral 'rpef
ernqr€i uBp seqso lselrunu$I qalc lepuelrp -6uaru und seuraqeH uep'seuraqeH uee[jot
6uen uedap eseu lEIBrEAseur uelsqu.repuerr -ad r6eq lrqelsnu leleAs-iereAs ueln{e6ueu}
sF,.illaqeH lriu3JI uPp qnuad Pi.J+\ EnEua, .laurstllroH 'eduirrplv e,{ueped Inrnlau ed
riPll8qrlauj 6uef uedao eseut elunp uneuec -uel spertu uep ]nillsul ueqele qpineq rp 1epg
-uratu ilr6ui xJ?W nelEy isE)itunuox rsJoistp unuEu 'uclllqlalrp e,{urq1e }nqgsJai lslr}v
.(SgS
-uilul il.rap,luj ielsrEAst uJ .:n}1n:it eler"ulai :lOOl 'sneqsra66rtr6 qato dt1n]rp]
"]n]!]s
'c+ ?pe{ ueqrli"ra,l ue}i}E$lillr:}tll :aui,.+lEH -ul eped uejn3ueqel uelqeqa,{uau uele e,tu
g;.r*:i depe!.]al $iiallS?! lerie.:e,{seuj .tni.:'in;tl -eq e! unuleu'BAuusdgpsq rp srlnuad redeqas
€f,Ed ugt'ieu-iad uullesnujart uprllrq uelqsq 'sn$eq 6ue,{ Jaueq llrlrulsrx
;;llcr6ro rai;
-Oiss.I lisEt{- ilssq I1Elrr{rua'qil
-rqa>{-Prunp rsesruoyoBuaur
'lerlorser uudnprqal-elunp il
ruEs qEIEs u€p iuuorsPr tllalsl
IJeleu: uPinuDlsrue>1 ueSuap
uEp uralsrs rs8srleuorsEu 'rri
-orserrp redep el.uuednprqa4-
:686I 'uurrrprag) :1ug1uep
'(ueqepura4 uep'.ualreqe)t
-a1) rsesuapuo{ uup rsersuar
-Brunc 'lBlualllrulsur orsEJ q
-{IIo{ url{€ruas qnqrunl Iers
er ur16uny1.'seu:aqeH 6uelua]
-laq)iloH "lnlrlsul uep uevenlalrl
re6e uellnsn6uaur seOal ele3os
'e.te6au qalo lEuEprp 6ueA rsn,
-eq?quau uele ny uls3eulas l
-qeq lnxE reuraquoH Lrnu,eu 's
-ur; uep sr1u1 uelrlruad ue1ft:
-raqeg n66ue6ral'rsuraqIloH
urdu.rruad ue6uap eiuue6un-o
seuraqep qalc i96l unqel epe
.uopuadapur
laIrUB nles: Jenllarr
uel1nfunueu seurageH le^ e
uerlrauad lnusul ue8uep 6unqe
(Z :t66! 'snettsre66l6
urslep ctln)flp's€uleqeH)
'nI €,(u€q uef srxJelU Eue)lelsq .
-r[E^uauJ el 'le0aH 6uglua] reuu
er -leduelueur e6nf uep UBBI€pnq
Oueluel less srnuoul oulopv'u
6uei{ poal epe lep;1 rle1es eues
:seuuaqeH ue6uepued lilnu
Iepu'uelaqol leoues Euepuedrl
-{uerl qeqze}ll Erelue!.ues (}6€
-6rM) lnlusur lsls lE6eqas sn6ltE
lopoaql'loluouatu 6u1ed qeq
Guejoes qelss r6eq llltaued ualr
e! uerpnuay'pnplueij qBqzEyu
-e6:aq uep UnlXuB.U !p lersos
-usul rp eqfl seur.logeH 9961 unr
'uei eue,\ efieqes unqel enp eur
uep t96t unqel eped uuog selr
e,(u.rollop rela6 eurrauaur se
llizoJ LlBi eq lp eAu$rruapele
-6usl uelsruauouj snJsq tepe)l
-rai Breces rzeN ounlnpuaur s
Bit qeq elxeJ ue6uep ruo.rcir.r.ro
resaq uerGeqas uep 'En aullsr
relelaq serrJeqEH lEdual qelola
nles xeptl'unu!9N -uuoE uEp '
_J L
Dengan kata lain, bagi Habermas dan bagi sebagiarr besar teori klasik, "tanggak Habermas versus Kaum
modernitas", dalam bahasa tr{abermas, adaiah koionisasi dunia-kehidupan oleh Hrl'e:m;,s ndak hanr':
sistern. postmodernis,, Haberniar, :
i-alu, bagi Haberrnas, aFa 'rang disebut sebagai selesainya proyek modernitas? dernity x/ersus Fastmoder
Tarnpaknya ieias bahwa prociuk akhir adalah masyarakat vang sepenuhnya rasionai akuan.2 Daiam esai terseb'.
yang srstem dan rasionaiitas dunia-kehidupannya membuka kemungkinan bagi galan abad ke-20, kita 'h:
ekspresi diinya sendiri secara. menyeluruh tanpa merusak satu sama lain. Kini rahan, yang tidak meya-Ur,
L:ria mengaiami <ir.rnia-k.ehidupan yang termiskinkan, dan rnasalah tersebut harus modemitas ridak lagi men,
rirarasi. Namun, jawabannva tidak terletakpada dihancurkannya sistem (khususnva arang dengan provek Penc
sistem ekonomi rian ad:ninistrasi), karena merekaiah yang membeikan prasvarar rnemilih untuk memerhar
materiai yang ciiperiukan bagi rasioualisasi dunia-kehidupan. Salah satu kekeliruanni'a :
Salah satu isu yang dibahas Flabermas (1987b) adaiah meningkatnya masaiah tahuan, khususnya ilmu te
irang dihadapi oleh negara kesejahteraan sosial.vang birokratis dan modern. Banyak dari <iunia-keh.idupan, oa:r
mereka.vang bergabung dengan negara-negara semacarr tersebut melihat masalah bersamaan dengan terclpra
i.ni, rrarnun soiusrnya adalah riengan mengatasinya pada ievel sistem, misainva, menolak "proyek modernr'.
ciengan sekadar menarnbahkan subsistem banr unruii mengatasi masalah ini. Na- menolak kernustaiulan ac;
mun, liabermas tidak meiihat masalah tersebut dapat dinecahkan dengan cara dunia-kehidupan maupul
seperti ini. Mereka harus riiatasi dalam kaitan antara sistem dengan dunia-kehi- F{oiub (i991) mena\\'a
<lupan. Penarna, "kendaia-kendaia yang rrrenghambat" hams ada untuk mereduksi kaum postmodernis rru Pe-'
dampak sistem dunia-icehidupari" Kedua, "sensor" harus dilakukan untuk rnendo- menghasrikan teon senus i
rong dampak dunia-kehidupaa terhadap sister:r. Hahermas menl"irnpulkan bahwa teori serius, karya mereka :
rnasaiah*masalah kontemporer tidak dapat dipecal:kan "oleh sistem yang beiaiar menggunakan kosakara i-ari
agar berfungsi lebih baik. hiamun, rangsangan dari dunia-kehidupan harus rnampu iii<a krta menganggap kar,
masuk ke daiam pengendalian-ciiri sistem rungsional" (1987b: 364). iru meliouti mereka kehrlangan semua
langi.ah-iangkah penting rnenuju tercipranva dunia-kehidupar; cian slsrem yanF, hampir rnustahii untuk mt
secara drnbai hralik memperkava sanl sarna iain. Di siniiah gerakan sosial tampil, secara serius, karena nereki
karena mereka rnerepresenLasikan harapan untuk mempertemukan kembali sistem kata dan upaya literer meri
riengan dunia-kehidupan sehingga keduanya da^pat menjad rasionai sennggi mung- Kedua,Habermas n:era
ki:r nonnatif namun sentimen-
I-iabermas tidak meii,hat ada banyak harapan di Amerika Serikar, yang terke- pembacatidakmampu mem
san mendukung rasionalitas sistern dengan mengorbankan duma-kehidupan. Na- mereka mengkritik mas\.ara
rnun. Habermas melinat secercah harapan di Eropa, yang memiiiicr peiuang "meng- Terlebih lagi, kendati men
akhiri gagasan membingungkan trahrva kandungan normatif modernrtas yang ter- secara terang-terangarn men
simparr di daiam dunia-kehidupan rasional hanya riapat dibebaskan dengan meng- semacam itu mencegah oara
gunakan slstem yang semakin komplels" (1987b: 366). iadi, Eropa memiliki ke- bernrjuan,.mtuk mengaiai.
sempatan untuk mengasirnilasikan "secara baik warisan rasionaiisme O}<sidental" liknya, fakta bahwa sentrn:e
(i{aherrnas, i987b: 366). Warisan terseirut kini diterfemahkan meniadi hambatan dinyatakan sec,ua jelas dan
bagr rasionalitas sistem yang mernungkinkan rasionalitas dunia-kel:.idupan rurnbuh jelas, dan ini rnemberikan d
sehrngga keciua jenis rasionalitas dapat duduk berdamprngan recara setara di duda Ketiga, Habermas menr
modern. Kemitraan penuh antara sistem dan rasionalitas durua-kehidupan akan "membedakan fenomena der
menyelesaikan proyek rnodernitas. Karena kita masih tauh <iari sasaran tersebui., modern" iHolub, 1991: 1591
krta pun masih jauh dari akhir modernitas, paiing-oaling baru sarnpai nada tapal oleh kekuasaan dan penga*'
batas, atau di tengah-tengah, postmoriernitas. analisis yang tepat tentang

2 Ada peadapat yang mengataiear

yang lebih lunak terhadap para y

628
629
'(7661 'srarafl staraporu$od urud depuqrar luuni r1qa1 8ue,(
{rJi.Dt usrl!?viuuaru serureqeH eiu4gltrat e&r:1 rnqep earrqeq ur:pltSuars tucd rudtpuad epy ,
Bnmp Ip uEsEpuruad Jaqums-Joqums E{uJeuaqas ede 8u€lua1 redar Sued sIsI[Bue
rteq Suunlad E{nquraru {rutm sn1eq dqm {Epo rreser,p8uad uep ue€s"ruIa{ qalo leder eped rueiures rurq SurT
rsBuIuoPIP Brur.P Brnr{Pq ueSuepuud'rloluor p8eqa5 '(ost tt6ot 'qnloH) ..uraPoul :nqasJel uElEsgs r.ieD LIrrur L-
re4erefseur qu8ual-qeBual p pefrer 8ueI1n:prd ue8uap euauroual ue:lepaqlreru,, ue>p uednpri{a{-Brrmp ser{re
pBuB Eued grqadsrad reteqas ausrurapou$od re8tmcuaur seurraqeg'eflgay Bnmp rp ErsSps EJsses uzHuiai
lp{Iod srsnerd r8uq resup rre>luaqruaru rur uup 'se1a( rinqumt uednprqa{-€nmp sel
rpe[uaur truqe.rndseur sple ur(u1ng:1 trEnqtuaru u>lnqrar uup sela( Br€Jas uaprer(u1p ueleqrrrer{ rpe {uaur ue{rduru;
(e:pqrar uup suqeq rsnprmruol) seruraqeHJpBlluou ualrlnues p,rat1eq EDIEJ 'udury1 ,,i€tueprs{o eursrlEuorsuJ u€s
-EqaS "Errmp rp murcl B{aJaru 8ue{ qepseu-qeleselrr rsete8uaru )1nllrn uenlnuaq -a{ r{rprurau: urio-rE'pe{ i9
Sued rrrp-repes srsle.rd uq8ueqmatuaur $rrJepourlsod ered qe8aruaur nlr IuEJBIrras -8uaru ue8uap uu{suqaqrp lE
ualulluas ur(uepurl 'tnqesJal uaurquas-ueluquas {EIouau ueBuerat-SuBral EreJas -:ar Srrsi sulnuepotll .trlerlruc,
sruapoulsod e-red'gpuurrou ualmluas uuTdrmqruaduaul llepue{'r8u1 qrqaFal -3uaur., Suenlaci rqqru:atll l8u
'ue4eredu ela.raur tuer( uun[n1-uen{n1 unpes?p:aq 'tuleredsuur 4lp18uatn €{areur -eq'uednpruax-€runp uB..{u
udu8uaur 'snuapou4sod ered pns4emrp Suer( udu rnreqeuraur ndureur leprl ecequrad -a{re1 Butd 're1i:as m{rJ;ury
'rpe{ 'eaequrad IrEp unlv(tmqruasrp rrla$a} uaurquas-ualrrBues umuuu Jpeurrou
uauuuas qelo ue>p[E.ratrp srurapourrsod Bmd eaqEq Eserau selrrraqEH 'EnPeX -8unru rSSupes puorsr.r rpe[u:
'E)[eJsrrr reJalrl u.,(edn uBP ElE){ :rratsls rleqrrral ue 4nurauaciu
-ufn1 ureqed {EPU Blnf E^r{Bq rrrel4Suaru fedep nplas e{arallr Euare{ 'snuas ElEJes 'ltdurer lErsos ue)iera8 qe1ru:i
snuapoulsod eJEd er{re>1 sele spF)t slsr-1euE ue>p>pleur {nlrm lFIersnur rrdureq Sued uralsrs urp uednprq*q-
'IuI IEr{ urBIB(I '(gSt ,tOOt 'q*IoH) ".e,(usrSol ueten{e{ Erlluas ue8uegnlal E{arau t:niqaur rul ri9€ :gtU6{i ,.,
uaurn8re e{eur," 'Brtsss ruBeqas qurapoEr}sod srsd elrel duttuetuaur e1r1 e>p{ rdrueur srueq uednpTr{a{- sru
'(gSt :tOOt 'qnloH) ..I?uorsntnsul ErBras uederu qelar Suud ele{Eso{ ue4eun8fluaur rErE{aQ 8ue.( uarsts qalo,, Lrs
E{arau uaplouad,, Euerull lureqsd1p rudep neplr e>trereur ulrnl'snuas uoal ErnqEq urltrnciurr,{uaEr sE urr
uerlpseuBuau mlaJarrr du8lluetuaur urg4 q1{'Ertsps nElE snlxas Lloel ue{llspq8uaur -opuaur rtnlun uE{n{E{P sru
rrH[E e>laratu qe4ede n8ur sfluepounsod uetuep:1 'eweuad 'rur srrrf,apoulsod urnnl Is{npaiaill {11liln Ppe sruEr{...
depeqrar sEurraqEl{ Sunuadrat {"nF{ ues?le[uad uulreareuau (1661) qnloH -F{a{-epnp uu3uap urelsr$
.lnqasJ4 urtmp rsusr[euorsu: uuuqBunrua:tr tmdneru uednprua>1-erunp erec ueSuap uu4qpearirp rec
sElE ..1iuTrrrlT,, rrErrrer.{Bruad 'puorse: ueuruguruad eduupe uelrgelsntue{ {Eloueur -BNI "iq qeleseur rseluBuaur:,
surrlreqeH'(f t ,tgOt 'suuuaqell).uur{nrqesa{Ereras su$ruaporu{edord,, {Elouaur EAu[ESrur 'ulalsrs laaa1 epea
Blp{ uqqeqaduau ue:[E 'uretr lrrouolo r{BuBr-r{ErrEJ a(ueldr:ral ue8uap usuurpsraq qulBs€r$ lEr{rlaur lnqasJal'Gff
Brures ue{n>FIfp e>p['qqe ue8uel p eduue4rerqruaru uup'uednprua{-Ermp IrEp :pd.ueg'rrraporu uep srte.iEo,ir
uenqeF8uad nru11 uBr{Esrllrad 'uednplqa>1-enmp tuetual nury ur(usnsngl 'uEru{El uEIESBrrr eX.r.rr
*18uruaur r{EIE
-a8uad nu{r {Bloueur {nrm e:lararu ueufupl IIEIEpE eduueruqala{ ntus r{EIES 'uednprqr
'sulrruapou {eloueur Suurt elararu ..ueruI[il[e{,, uu:{ueqreuarfi {nilm r{ITrrrlaur reredserd uerluaqruaur Suua
nrrsn( EI 'Iq s?trurepotlr 'urel Bler[ uetuap nE1e 'ueqeracua4 4adord ue8uap Suue e,{usnsnq$ uralsrs udu:re1mr
qeled ur8ur {upp utus n1ua1 'seuuaquH '(6 :186I) ..e{uuuelr FpI {upp selrrllapoul truEq lnqasral i{elEsEtu rrEp'
4adord qnmles E-r'tqeg ue4erer(u urq qelsnrer{ net" 'ue4ur:re{aur leprt Sued 'neqa: IUry,UrcI UIUBS ntBS {ESnrAU
-Duad uen{nl-uen[ni ueluuqeuadualrr EqoJuelu sru€q,, EII{ '02-a{ puqe uup8 r8eq ueuul8uniua{ E)inqurJ
-e8a>1
lqruau'qnpde nsr ue{E{nua8uats sEIIueqBH'lngasret resa IuElsO z'uBn>le IeuorseJ enu-qnuadas 3uu,t :e>1
-8uad rBdupuaur luduuq u"rpnua{ Sued '(1961) ,.,bprapourrsod sns-raA &prap csEtnrraporu >iaLo-rd EAuruiai
-o141,,
'eduresa urEIBp le,,'ats )tFlrt eduraqaq rrH[rEAEuaLu sEIrLreqEH 'sru.rapou$od
urnel Sr.reluauau u8n[ umueu 'sulrurapour Sumppueur edueg 1ep!t seuraqul{ qalo uecinprqali-€lunp tsusr
>1e33uor,, 'I1sepl
rroat lPsaq
s!ujoporulsod urney snsJo^ sBtlllaqeFl
 pada diri dan identitas ('p:
modern.
struksi makna terutama b
Akhimya, i<aunl postrnodernis dicurigai meiegabaikan sesuatu yang dipan-
mengarah pada ciikese*p:
dang Habenrras menempati posisi yang terarnat penting -kehidupan sehari-hari
lain" [Castells, 1996: 22]).
dan praktiknya. Kegagalan ini rnenupakan kekaiahan ganda kaum postmodernis"
porer dari apa yang diset
Di safir sisi, rnereka terrufup dari sumber penting bagi perkembangan standar nor-
menentang persebaran k:
rnatif" Fadahal, potensi rasional yang ada di daiam kehidupan sehari-hari adalah
bulkannya (eksploitasi, p,
sumber pentilg bagi gagasan Habermas tentang rasionalitas komunikatif (Cooke,
tumpangkan kepada kelas
1994)" Sementara di sisi lain, dunia sehari-hari juga merupakan tujuar: utama ke{a
nya, ekologi, ferninis) yan
itrmu-ilmu sosiai, karena di sanalah gagasan dapat rnembawa dampak bagi pral<sis.
Inti dari analisis Castr
I{aberrnas (tr994: 107) menawarkan rangkuman menarik atas pandangannya
nologi informasi yang men
tentaftg modernitas-postrnodernitas yang jad.i jembatan yang akan mengantarkan
lah sennua teknologi yaag
kita pada bab selanjutnya buku ini, di mana kita akan berbicara tentang teori
adalah bagian dari akti:rita
sosial postmodern: "Konsep modernitas tidak lagi datang dengan premis kebaha-
pak besar. Ketiga, semua s
giaan" I{arnun, <ii tengah-tengah semua pemtricaraan teniang postmodernitas, tidak
sikan sebagai "logika jarin
ada alternatif rasional yang cukup kentara bagi bentuk kehidupan ini. Apa iagi
bagai proses dan orga:risasi
yang urasih tersisa untuk kita, kemudian, kecuali upaya pencarian kemajuan praktis
sehingga memungkinlan r
di dalam bentuk kehidupan ini?"
teknologi-teknologi spesifi
I N FORM AS I O NAL IS M E DAN tt/I ASYARAKAT J ARI N GAh{ saru sistem terpadu.
Fadatahun 1980-anm
Saiah satu kcntribusi terkini dalarn teori sosial modern adalah trilogi yang
banyak mendatangkan labi
ditulis oieh Manuetr Castells (1996, 1997, i998) deng*n juclul besar The fnftrmati-
tivitas dan daya saing uni'
an Age: Economy, Sociery and Culture. Castells (1995: 4) mengemukakan pan-
atau bangsa) pada dasarnp
dangan yang bertolak belakang dengan teori sosi.al postrnodern yang dipandangnya
memproses, dan menerapk
terjebak pada "perayaan akhir sejarah, dan pada batas-batas tertentu, akhir R.asio,
tells, 1996: 65). Ia global
serta pada ketidakpercayaan atas ker.nampuan kita memaharai dan menggunakan
satu unit saat itu juga pat
rasio":
tersebut dimungkinkan ol
Proyek yang mendorong keiahiran buku ini berlawanan dengan ams destmksi" "informasional, tidak sekar
dan mengecualikan berbagai bentuk nihiiisme intelektual, skeptisisme sosial, dan
sional dari seluruh sistem s
sirnisme policil.- Saya percaya pada rasir:r:a1its$, dan kemurgkinan unru-k minta ban-
tuan rasio . . . saya percaya pada kesernpatan bagi ti:rdakan sosial bermakna. " . . tasi paradigma teknologi i
Dan, memang, saya percaya di tengah-tengah tradisi panjang kekeliruan intelek- beberapa perbedaan, dan (
tr.lal yang kadang-kadang memang tragis, bahwa meneliti, menganalisis, dan ber- dari ekonorni global baru (
teori adalah cara untuk rnernbanru rnembangun ciunia yang iebih baik. berbicara tentang ekonomi
lCastells, 199,6;4) keragarnan di setiap kawa:
kendati beberapa wilayah t
Castelis rnenelaah muncrrlnya masyarakat, kebuda-vaan, dan ekonomi baru
alami konsekuensi-konseku
dari sudut pandang revolusi, yang diawali di Amerika Serikat pada tahun 1970-
nya, Afrika sub-Sahara) tid
an, di daiarn teknologi inforrnasi (teievisi, komputer, dan lain sebagainya). Revoiusi
wasan istimewa, misalnya
ini pada gilirannya mengarah pada restrukturisasi firndarnental sistern kapitaiis .

Yang menyertai kelah

yang dirnulai dari tahun 1980-an dan kemunculan da.ri apa yang disebut Castells
dengan "kapitalisme informasi"'. Yang juga muncul adalah "masvarakat informasi"
bentuk organisasi baru, pe
(meski masyarakat-masyaral<at ini memang berbeda saflr sarna lain dari segi kulturai ditandai oleh produksi yanl
(yang sering kali diadaptas
dan institusinya). Keduanya didasarkan atas "informasionalisme" ('inode perkem-
model horizontal daripada
bangan sumber utama produlcsinya adalair kapasitas kualitatif Calam mengoptimal-
besar ke dalarn aliansi strat
kan kombinasi dan menggtrnakan faktor produX<-si l:erdasarkan pengetahuan dan
informasi" [Castells, 1998: 7]). Fersebaran inforrnasionalisnie, khususnya kapital-
tal organisasinya adalah se
(1996: 171) untuk berargur
isme inf,ormasi, mengarah pada munculnya gerakan sosial oposisi yatg didasarkan

630
Te9
ue>FBsBpIp Eued rsrsodo Turso
Imunur qspt nreq l€uors€srrre8ro {nlueq,, €lrtqeq uaurn8reraq {nlun (if t :qOei)
sIIalsE) Suoropuaru Suud qepul 'rre8ur.re( uerelSueras q€iepe e.(ursesruuS.:o ptr -p{de1 edusnmtpl'eurs{eu(
uep u€nq€laBuad ue1:esup.i;
-uarrrepuns uauoduroq'Surluadratr Sued'rmure51 'sr8ale.r}s rsuerle ruEIEp a{ Jpsaq
uuuqesruad-ueuqusn"led edu8rrnqe8raq usp 'Frpuart epedrrep lEluozr;oq lapour -purndo8uau rsEIEp JrtBITIE
sEtB rrmpesepp 8ue.'( rsesrup8ro '(3ueda{ Iepou rrep rserdepe1p iIp{ SuFas Sued)
-rua4rad apom,,) ..alusrluuorsl
prnrpl iSas usp rrrel Brues ru
n:eq uaura(erreru uratrsrs '(essem Suequrual) Iaqrs{ag 8ue.( rslnpord qalo repuellp
ue8uuef ueeqesn:ad 'eduerelue rg 'ue8ur-re( ueeqesruad 'nreq rsesrrreS.:o 4nruaq ..rsErrrJoIn rapm,{.seru. qupl
slletseD tnqesp Bue{ ede rr
edqmunur qpIEpE pqo18 Fuors€ru-roJur ruouo{a uBrIr{BIa{ pua,(uaur Suea
're{rras quaury Tp lrq Ero{-Elo{ edupsrur 'ulrreurrl$ rres€/\r srptrduq ura$Is lBluaurspun
rsnlolag '(edure8uqas uTEI uE
-e>{-rresu/s,e:l IJpp
uel&q euemrcSeqas'ue>f{nseurrp {EpIl (ureqe5-qns e1ug7'edu
*psrur) utmpuesernu:Iqnmlag yte8aule8ues 3u,edrsuamlesuo{-rsuamlasuo{ rursIE -01,6I um{E} eped tn1ua5 e
ruBq rruouo{a uup 'uee{epr
-8uaur uep uu{runla{Ip rrrel Sued 'ue}plnsEunp rur rurnq qedelirla eduraqaq pepue{
srnr{pq EI>IEJ r{sIBpB Supuadrar Sued uep 'mqas"re1 u€sp.rrru:t detxas rp ueure8eral
{V ,gret'si1arse3)
4ur(ueq ledeprat 'ntl UIEIaS'umlpuor8arrp Sued pqolS fluouo{a Suetual ErErrqraq ':1req qrqal Sut t
erg4 '1pu{ '(ersy:lipseg uup 'edorg Iun 'ErEU} e>lFaury) n-req pqo13 firrouo>la rrep -raq uep'slsrlBueBuaur'rtr1
Buruue[ rpe[uaur Sued ueseaael qelTur-qeguratlr slia$€] uep 'rrEepaqrad ederaqaq -Ialetul ueru11a>1a1 8ue[ue
" ' ' 'Pm[EIuIsq
epu 'pqo13 lEJrsreq uBpuax '(te ,gOet 'q1arse3) ..n-req r3o1ou:1a1 eur8ipered lsel F-IsOs trB[B[
-uEq Bttrlur {ruun ueurt8
-uauralduu uep rsryIp rrrEIEp e{ uE}plnsprurP sruEq Iersos uratsrs qrunlas IrEp leuors ucp {lelsos euqqrdals';err
-rupsur-FrruIn{ lnqlnE Euatm[ 'rseuuoJur srsEqraq ]BpE{es {Ep$ (IEuorsBurfoJrn. drs{ru}sap snre ueBuap ue
ET ueg 'rueq rse{Trrnuo)i uep rseruroJur r3o1ou4a1 qalo uu1u148unrurp tnqasJal
IEr{ IIE{ Errrpuad '(ZO rqOet 'slalse3) ,,Jaueyd epys epud e8n{ rut treES l:,un rues
uu4eun8tuau u?p rlueqeure
redeqas e{taqaq 1wun uendwewa4,, r>lrpruaru Buare>I IBqoIS EI '(99 :966I '.s[er
'orseg JTII{B 'nluauel sE}Eg-t
-se3) ..uenqura8uad srseqJaq rserrlio$rr uersga E.recas ue>lderauaur rrep 'sasorduraur
efu8uepuudp Sued urapourl
'un8ueqluaur Tolun e:IeJarl setrrsedel eped 8uruuu8ral aduresep eped (es8ueq neru
nuese*le>1 -ued uuplnura8uau (V ,96
'ueeqesnrad) ruI uuouo{a urepp ue8u nele lrrm Sures edep uep sEtI !1
-Dewro;u! e{I .resaq ppnf
-qnpord eua ra1[sua$eurraJqr pefuaru ;ur i8oiou1a1,, 'equ1 uelSuurupuaur >pedueq
Sued rSoprt quppe uiapour
tff{euras BuEd n-req pqo18 Fuorse'duoJur xurouo{a Frcrrrlur ue-6gdl uni{e} Bped
'npedral rualsrs ntres NV9h
rpefuanr nteduaru rserrlro$rrru8uap umlrsersoserp Burf lgrsads rBolor.r4al-r8otrou1ar
'ewrye)tr'rrutsuo{ BrBDas qeqruaq uep tseldepc.reqe{are{il rrulurlSunuaur eSSurqas
sg>1md uen[uura4 uerreruad
'1eq1ryag re8ues rur nreq r3o1ou1ar-r8o1om{at 3pd$raay 'rsesruuB.ro uup saso:d re8uq
-raq runre8ueurcru E{aram ue>po18unuraur Suud..ue8urre[ e4r3o1,, rc8eqas unps i3e1 edy "rur uednp;qa{ {r
-1rrllep1p rsuurroJul r8oloular ueletrnSSuaur Sued uretsts Enrrras 'eZ.nay'resaq 4ed {Eprl'setrurapour$od Suetua
-Erpqa{ snuard ue8uap 3ue1
-urep HIIIEeUT lnqasral iSolorrlar-rSolou{al 'ursnueur selrlrtr{E r.rep uer8eq qEIEpp
uoal Suelua1 EJe3rqraq ue>{
rserrlroJxr euaJe{ 'enpey'rsurrlroJxr r{alo uefiBra8rp 8uB,( r8o1ou1ar Enrrres qel
ue4relue8uau rre{e Suer( u
-Epp rseurroJur r3o1ou:1al 'ewewed'ErflEln rrr:r erurl r:trlrueru Sued rseurro3:ur r8o1ou
uduue8uepuud sete {LrEuaIrI
-1ar eur8rpured re8eqas ei(rrlnqasrp 8uel. ede qBIBpB sIIaSsED srsq€ue Irep Tlutr
'srsprd r8uq 4udurep E/$Eqrrl
'selpuapl eped ue1:eseprp Errrelruat Sued (spprag 'r3o1o4a 'edu
uka4 urueln uun[ne umpdn:a
lesrur) Iersos uE{EraB re8eqraq upedarl unursu eFa>1ad sega>1 epuda>1 uelSueduml
'a1oo3) Jne{nmuro{ sElrleur
-Ip {Epp (selrluapr upp FIp eped ueurecue 'uegenBuad'rsutrolds:1a) uduuelpq
qEI?p€ l.rErl-rruqas uednpru
-urTTp Suud qepseul-qelesem rrep rsurrrJoJur aursrJetrdel uereqas.rad Sueluauaur
-rou -reprrEls ue8uequra>1-rad
{ntun uederell ..'sBIa{ ue8uen{rad,, re8uqas srxlutrt tnqesrp Sued Bde rrep rarod 'srrueporulsod urnnl epuu8
-uraluo{ uBeurus.rad uB)lrrqBlaIII IL}r rrrBsErues uE>pra.D '([rz :gogI 'q1arsu3] ,prei
Irer.{-Irerlas urdnplqal- 8ur
Iersos mr>lnns epud sEnI Wqei 8ue.( ueln(n-l uduuml8ulduresF{ip upud qu.ru8uaiu
-ued1p Suert ruensas uEryEq
Sued'nfuauer tnqure nere lprnrln4 rnqrrrE rre{rusgp;oq Eruetrrual Ernleur r$[ru$
-uo8uau uep efuFrp rpue8uaur prcos lol{e E{rla{ sasoJd,,) selrluapr uup rrrp eped
 Bagaimana dengan neg
sebagai cir:i dari ekonomi informasionaVgiobai: perusahaan iaringan "yang didefi-
nisikan sebagai " benruk spesifrk pentsahaan yang sistem sarananyd dibangwn dari
berdaya di tengah-tengah
pasar modal global. |adi, s
titik temu sejumlah segmen sistem tajuan otonotn." Perusahaan jaringan adalah
gram-program kesej ahtera:
perwuiudan dari kebudayaan ekonomi informasional global, dan ha1 ini memung-
babkan modal tersedot ke n
kinkan terjadinya transformasi sinyal meniadi komoditas melalui pemrosesan pe-
juga menggerogoti kekuasa
ngetahuan. Akibatnya, sifat keria mengalami transformasi (misainya, individualisasi
cara bebas ke dalam dan kt
keqa melalui kebijakan.fTex-rrme misalnya), meskipun sifat sebenarnya dari trans-
forraasi ini bervariasi dari satu bangsa ke bangsa lainnya. kejahatan dan terciptanya,
Castells ( 1996: 373) juga mendiskusikan muncuinya (menyertai perkembangan Yang juga rnelemahkan ne
muitirnedia yang berasal dari fusi rnedia massa dan komputer) kebuda.vaan r.zrrr- negara-bangsa super sepert
alius riil, "satu sistem di mana realitas iru sendiri {yaitu, eksistensi materialkimboiis terus ada, Castells (1997:3
oranq) sepeauhnya tercakup, sepenuhnya masuk ke dalam setting citra maya, d! kuasaan yang lebih luas".A
dunia fanrasi, yang di tampilan tidak hanva ada cli layar tempat dika' konstituen nasionalnya, md
muniirasikanns,a pengalaman, riamun mereka menfadi pengalaman itu sen&n'"" jika ia memfokuskan diri pa
Bertoiak betakang dengan masa laiu yang didominasi oleh "ruang-ruang tempai" secara baik.
(misalnya, kota seperti New York atau London), logika spasial baru, "ruang aliran" Contoh dari kegagalan
pun muncul. Kita telah:nenjadi dunia yang didominasi oleh proses danpada lokasi mampu beradaptasi deagar
fuik imeskipun lokasi fisik terus ada sampai sekarang). Dalam kaitan itu, kila contoh, negara Soviet mem
rrernasuki era "masa tanpa wakru" yang di dalamnya, sebagai contoh, informasi dunia yang keberhasilanny
segera tersedia di mana pun di muka bumi ini. negara ini ruatuh, bekas Unj
Setelah melaiui pembahasan tentang pen:.sahaan jaringan, Castells {1996:469 elemen kejahatan internas
470; cetak rniring adalah tambahan) berargumen bahs,a "fungsi-fungsi dan prose- dari masyarakat informasi 1

dorninan pacia zaman informasi semakin terorganisasi di dalaur ,iaringar" yang Berdasarkan orientasi k
didefinisikan sebagai serangkaian "simpul yang terkait satu sama iain". iaringa:r si dan ancErman-ancam arury
bersifat terbuka, mampu melakukan ekspansi tanpa batas, dinamis, dan marnpu klusi berbagai belahan duni
berinovasi Elnpa merusak sistem. Namun, falita bahwa zaman kita didefinisikal telah itu sernua terjadi, 'ekc
oleh iaringan ti<iak berarti kapitalisme telah trerakhir. Sebaliknya, paling tidai. kreativitas kolektif, meraml
saat ir1i, jaruqganiah yang rnemungkinkan kapitalisme untllk pertama kalinya dapal energi kita pada konfrontasi
benar-benar rnengglobal dan terorganisasi berdasarkan aiiran keuangan global karena "tidak ada satu pun 1
yang dicontohkan oleh "kasino finansial" global ,vang telah banyak didiskusika:r juan secara sadar dan dikeh
tersebut, yang merupakan contoh yang sangat bagus bukan hanya bagi jaringa: Castells menawarkan a
namun juga sistem informasr. Uang yang diperoleh dan dikeiuarkan di sini jau:. komputerisasikan, dan ada
iebih penting cianpada uang yang diperoieh melaiur proses produksi. Uang terpisa;. ini. Namun ada dua kelemi
dan produksi; krta tengah hidup di zaman kapitatis yang didefinisikan oleh pen- rupakan studi ernpiris (yang
canan uang tiada hentr. sekuat tenaga untuk mengh:
Namun, sepeni kita lihat di atas, Castelis tidak menganggap perkembangar. pang karyanya. Kedua, ia t
ianngan, kebudayaan virtualitas riil, informasionaiisrne, dan khususnya penggu- berbicara tentang implikasi
naan kapitalisme informasional sebagai hal-hal -vang tidak ditentang. Semua it-u warkan kita permulaar penl
diten ang oleh individu dan kolektivitas dengan identitas yang berusaha rnereka lebih baik tentang munculn
pertahankan. Jadi, 'Tuhan, hangsa, keiuarga, dan komurutas akan memberika:
TEORI GLOBALISASI
kode abadi dan tak terpatahkan yang ai<an rnenjacli puncak serangan balik" (Casteiis
1997: 66). Namun, penting unruk diketahui bahwa gerakan-gerakan tandingai Kelihatannya tidak ada r

ini ilarus mengandalkan infornnasi dan iaringan agar beriiasil. tradi semua itu ba dan akademis seperti yang d
nyak ciipengarr.lhi dalam tatanan baru ini. Dalam hal ini" Castells menggambarka: tersebut sebagian besar dis
gerakan-gerakan sosiai rermasuk Zapatistas di Chiapas, I\'4dkrikc, miiisi Arnenir. dalamnya dan oleh begitu 1

kuirus fepang Aum Shinrik.vo. environrrrentalisme, feminisme, dan gerakan ga; juga beberapa alasan di da}

82
rE9
'.ie? uznela? uep '?rrlsiuiu
depeqrat rcasqo rte:tepuaru tued srurapnp BrtmP uTEIEP rp uEsEIE ederaqag e8n(
nr€aq ria{o uep rdu'"uepp
EpB 'urrruEfr[ 'rsesrTeqol8 setrE uBlllB,laErpia>1 e,{ruesaq '?xrfsrriv isrlrru'sT:3)iJJ,1{
'.rryrequre88uaur si[atse"-\,
Ip {Hqnd uu8unuadaq udurusaq n1rfiaq qelo ISBArtourIP resaq ue€eqas Snqesral
$iurape>lu uegeqrad 'edu:euaqag 'rsesrTeqol? qalo.redrp SuBd ruadas slurape{E uep -Bqnt! Enulas 'rpu{ 'pse'.1.ta
:alndod ueuuqrad ledepuaur >p.,(uuq nrt8aq 8ue,( rydot epe leprt eduueteqrlay uu8urpun uuyere8-un:{Era
'sllalse3) ,.4ieq ue8ue:as x
lsvsllvgo]c lu03-L
ue{uaqIIIaIII uE){E sBtrunu
'eduuulrequlu8rp 8ue,t erunp edupcunru Sueluel {IEq qrqel E{areru €qesruaq Suel setr
Sued uuruequurad uopedppuau etr{ eLedn uiuleP 8ui}uad ueepur:ad BlD{ ueryE/rl n1r Enrrres 'Sueruarrp lepr:
-n88uad e,,(usnmq4 uep 'a
-Euerr sula[ q1afe": 'Isiunsuo1 r8uq edustsrleue uup tselr1durr Suetual ElEJIqIaq
pBuE uep sv'rl4npo.rd;rrladsrad eped "edue.d:e4 Sued 'ie8uequra{rad deSSug8uat
leqakal delar eI'enPax
-ouaur urxBtmur Suer( Iroal -raquns ueeun8Suad i:upurq8uaur {ruull e8pua} }em[as
EqEsluaq siietsu) uup '(rapumlas elEP ualppue8uaur 8uu"{) sr:tdura lpnls ue4udru -uad rtalo uelrsrugaprp 3
qesrdrat Sueq 'lr4npord sa
-eur E/duEdrEl.'eureuad 'edueXrerl uIEIEP EIIrBln uEr{Euratra{ enP BpE unIIrEN 'ruI
e,,tue;kuq IrEp Irqurerp redup Sued ue8uepued 4edueq EpE uEF 'rrE{rsesualnduro{
gnel rurs rp UPJ{JEnIa){ry {Jr
ile3uFui r8eq eduug uuryrc
-rat SueX BlDl primp Euetual BrrrEuad rSolorsos srsrleu€ umue/lleueru Elalse)
'(Ogg 'q1atse3) ..r{Epuaqe{rP u€p repes e.relas uen{ irc{rsn{srprp ledueq qular
'gOOt '1eqo13 ueBuuna:1 uB-rrIE u
-nueq plsos uerlppuu uuBuap qEqnIP rudep leprr 8uel. und ruES EpE 1ep$,, Euare{
rpu[rar npad {Bpr1 nt} IEr{ 'unureN..'urP-{8sruaur 8ue{ rsuluo-q:{ro{ eped erp4 r8raua tedep e.{urpl elrrsued {nr
ualgure8uaru uep 'ISEiILIoJxr rSolotrlat IIsEI{JIsEri sedurerau iif1a1o1 sElI Ueer:l leprr Suqud 'u.{uqr1eqa5
rlB{rsiugeplp elDf uBruBz
rselEqrleu ' ' ' elFt uee.{epnqa:1 uep taiere;(seE'tuouo{a,, 'tpelial Er1Ir.I;s rur r{EIa}
€requq ue>lpdunduaur (6gE :856i) sUalsBS 'EIunP uPqqeq re8eqraq rsnpl ndureur uup 'srur€urp 'se1s
-os $FI
'gp depeq;al EduuBuIEJuB-uBuIBf,uE UEP IS r:e8uue{ ',.urer Errres nlus
-s1a undnuur'uuu.ratqe{asa{'sElITuapI
*ErrLroJuI aursqelrde4 uped rsrluauo edusnsngl'Ii!T sIlF{ Iselualro ue{iesepJag fluei :seSurtet urPIEp ip I
',aso:d uep isSrrn:-is8trrq,, e
'ieq,ri8 setrleurturD{ sEclIuI e1lJepuaur >iedueq el 'iuqo18 ISEIILIOJuI }e4erertseul uep
'6gf. :96GI) siialsuS'ue8uu
uel8urdurusa{Ip 1uf{ EIsnU Ilepua4 'e,{lrsruo4 'lPuolseufalut ueleqe[a1 uatuaTa
-uarrrala Bs8ueur rpeluaur idEpnru nlr8aq nlmq;al]ar^os ruft $e{aq 'r;nlunr ru eruBau
rssur-roJur'qol'.roJ re8eqas
e:fte)I 'rsetruoJul suqeq uBJIIE I{aIo Llu{ruualrp ru}sn{ rdurmirseq:aqal Etre{ erurrp
?lDt 'nlr uetrE{ urupg '(3
ueBuap uepfas {Eprl rui IEI{ unIIIEII'IsEuuoJuI rlcldououraul le}do5 erB8+u 'qoluo)
rsaloi epeduep sasord qalo
re8eqa5 'ue8urref Brmp usp rlrucl arrrsrleuorserrrro;rrl ue8uap rsetdepruaq ndruuui
'}a} os ruo r{EIEpe eruSau uep3u3a4 irEp qo}uo} ..uErrIB 8ueru,'rueq iesed
{BPR rTDIas EruEs IuI ere3a51
{req EJEsas ,.ludurat 8ueru-8ueru,, r1a1c
eduuanlrlsuo{ qpp.&raru pBeB uele er'pqo13 uralsls eped urp ue{sn{oJulaul er ury( .,'!J!puas n$ urwe1e?uad
-o:Jrp rcdwat se.de7 rp epe
unrueu 'pqo13 ulalsls urBIePJptaJa 3ue-m1 rpe[uaru EI e{EIII 'u,(u;euorsuu ueluilsuo{
rp'eu{ew elrc ?urltras uty
rtrDfu/'rarrr q1[ urrrquq quppu ere8au rdepeqrp 8ue.d uurapg ',,sery qtqal &ue,{ ue€seru[
s { roq urrsTfe rtal e w rs uel 5. fl{a
-at1 ue7uue[ pdwrs,, rpufuaur ue4e eru8au lut{r]aru (fOg slla}sE3 'ePE slual
'ZSO1) - izfrt ueeAepnqa{ (ratnd
ue:ie rlppuey 'uIEIpp uep uequ;adrad uep 'edo.lg 1ug rUadas:adns esBueq-ETEBaLI
ire8uequralrad re. r"ra,{ueuQ
eduyncunu 'arllsllEJatpllfpnr u,{uqnquru "L{BIEPe Ei€gau ue>il{EuletrslII e8n{ 8ue;
'"8
'und eueu BfESau r{Epua{ rEnl rp Sued pqo18 ueSuuef e.duelck::sr uep ueteqe(a>1
-srrerl LrEp edrueuaqas teJr
rsesrTuqolS rpe{rar e,turnfuu1ag 'und Eueur ere8au lenl e]i uep ITTEIEP a{ seqaq El83
isEsilenpl 1pur'el.upsrur) r
-as;rp8uaur 3ue.,( pqo13 rse{Iunuo{ qEIBpE t:e8au uEesen>la)t E";8ora88uaur e8n{
-ad uesasorurad rnplaur se
Suea'qepuar ueeralqe(asa4 e,{.erq ueBuap e:e8au-elu3au a)i }opasral iepoirr uui{qrq
-Suntuaru iul IEr{ uEp '[Eqo
-aduau: uer{E slunp qlunias ue8ueciurtla>1 euare{ e{uueeralge[asa1 urer8old-iue"r?
',-{ETepB ue8urre{ uuer{Esru;
-o,rd r8unpuqaur ndureur lepu ere8au 'qoluo3 re8rQas 'rpe{ 'pqo1? ppou -resed
uep unflueqrp eiuesetes
epeci ue8unlueS-iata1 uep rulouo{a rsesqrqciS eruup qeBual-qegual rp e;(up:ac
-gepp ?ue(,, r;e?uue! *r:e1
{epu uplpuas u.re8au 'q1arse3 ueBuupued 1runuatrrtr le.leBau ue8r.rap eueuw8eg
girbalisasi. Fara teoretisi sosial, termasuk eli antara :nereka ya:rg didiskusikan dalam Teoretisi yang memus
bab iru ,ian di bagian-bagian lain buku irii, tidak dikecuaJikan darj kecenden:ngan menitikberatkan faktor el
ke erah perhatian terh"adap globalisasi iiri. Bagiari ir.i tidak mena'*.arkan paparan bagi dunia. Pada umumnr-r
iengkap texltang karya teoretisi sosial utarna yang membahas topik ini. melainkan nomi pasar ke berbagai k
hanya tinjauan atas seluruh literarur tentang globalisasi (baca Antonio dan Bo- ekonom pemenang hadiah
nanno, 2000, untuk paparan yang lr.rar biasa cemerlang; baca juga Lechner dan mengemukakan kritik ;aj;
tsoli, 2000). Bagian selanjutnya adelah paparan singkat tentang karya ini dan se- karena peran mereka dala;
lanjutnya disk'.rsi singkat tentang sumbangsih sejumlah teoretisi yang karya mereka nomi global. Di antaranya ,

telah didiskusiican pada bagian sebelumnya atau bagian lain di bukr: ini (tambahan pendekatan yang menghon
lain adalah pemikiran berpengaruh oleh Arjun Appadurai). tuk semua", yang tidak me
Hampir setiap bangsa dan kehidupan miliaran orang di dunia ini telah diubah, Kendati mereka yang l
sering kali secara dramatis, oleh globalisasi. Batas-batas dan signifikansi dampaknya menekankan homogerutas
hampir dapat diketahui hanya dengan sekilas melihat, umumnya pada protes yang annya di pinggiran ekonom.
biasa menyertai pertemuan tingkat tinggi organisasi global seperti 1MIO flMorld kannya kebijakan yang 1eb:
Trade Organization) dan IMF {Internationa} I\{onetary Fund). Sebagaimana dilelas- lainnya" Bentuk heterogen
han oleh daya tarik isu di tradapan organisasi-organisasi tersebut dan level prote$ budaya lokal dan eksistensr r

terhadapnya, orang di seluruh dunia merasa bahwa mereka kini menghadapi sejum- beragam produk unruk mer
lah masalah besar zaman ini" mereka yang menekanLan
Teori globaiisasi juga muncr.ll" sebagai akibat perkembangan di daiam teori bal dengan pasar lokal men
sosial, khususnya reaksi terhadap perspektif sebelum:rya seperti teori modernisasi tegrasikan permintaan pasa
(Tiryakian, 1992). Di antara karakteristik yang rnenjadi ciri teori ini adalal: bias Oientasi poli tis/ins t t ru
Barat: kernajuan perkembangan di Barat dan gagasan bahwa seluruh dunia tidak tas. Contoh dari mereka 1-an
rnemiliki banyak pilihan kecuah semakin rninp dengan Barat. Kendati ada berbagai ini antara lain Meyer er a,/ ,

versi teoi globalisasi, terdapat kecenderungarr di harnpir sernua teori tersebr.rt bangsa ke seluruh dunia da
untuk menjaga jarak drarnatrs dxri f'okus di Earet dan rnenelaah tidak hanya proses- di seluruh dunia. Lebih bes;
proses rransnasional yang mengaiir k* hertragai penjuru nan",un ;uga, pada batas- annya pada pengaruh gioba
baras tertentu, )rar.E otonom dan independen dari bangsa atau wilayah d',:nia (Appa- (1996) melihat rumbuhnva
durai, 1996; baca bagian beriicut)" rogoti kekuasaan negara-ba
Giobaiisasi dapat dianalisis secara kuirural, ekoncmis, poiitis, dan/al-ar: insti- dalam menciptakan perbed
tusional" Pada rnasing-masing kasus, periredaan uramanya adalah apakah orang (2000), dalam bukunya yanl
melihat sernakin besarnya homogenitas atau heterogenitas. Pada kutub ekstrecr, cuian benruk kedauiatan rni
globalisasi kebudayaaa bisa dirandang sel:agai ekspansi transnasicnal kode-korie narnun menjal ankan konuo,
dan praktik utama (homogenilas) atau sebagai prcses di mana input-input lokai orang yang ada di dalamnva
dan glcrbal berinteral<si untuk rnenciptakan sarlacain pastich€, atau campuran, konstitusi supranasional bar
yang mengarah ke berbagai persitrangan kulturd (heterogeniras). Kecenderu.ngan genisasi ranah politik adaial
ke arah homogenitas sering kali diasosiasi.kan dengan imperialisme kultura), atau. tumbuhnya orientasi politik
dengan kata lain, meningkatnya pengaruh ir:ternasional dari. kebudayaan terrenfu. Yang menarik adalah, Br
Ada berbagai irnperialisme kultural termasuk yang urenekankan peran kebudayaan natif, gagasan tentang "|ihac
Amerika (Kuisel, 1993; Ritzer, 1995, 2000), Earat (Cidd.ens, 1990), atau negara- masuk'negara-negara kuno'
neg:re inti (Hannerz, i990). Rober-tson (n992), raeskipun tirlak mengg,.rnakan is- ke arah heterogenitas polrtil
tilah iaryerialisme kulruraj, inenentang gagasan ini rnelalui konsepnya yang ter- pada ievel iokal bisa mengh;
henal, glakalisasi,yang meii.hat yang glo'oal berinreraicsi dengan;rang lokai untuk grasikan elemen-elemen yan g
menghasilkan sesuafi.l yang khas sifatrrya. --giokal. Selejn Robertson, beberapa orang galang dukungan) dengan .v
lain rnenegaskan heterogenitas kulil-lrai. L+:rmasul; Gef,iia Caiachni i1995i Call Fi*-
terse i1995). Yang dalam kategori umu.*i rni aCnlah karye d*{aae seperti Frie'l- 3 Pandaagan Barber tentang Mc$
man {1994), yang menggambarkan dur:ia yang diririkan oleh pasrrr* e kuitura}. mengikuti model McWorid.

&i4
9e9
'lenJry{ arpasrdqalo u
irr,I qEir*r qedueq leq{affi 4 ::11r51od rpud sereqrar {Eprr piroi[rr r Emi#SfJ#]*tY# , -paF.{ ruedes uup[res erfue
-ald uup (EOO1) rurlruE) Er:
upsBBES-uBsBBuS uueunSlluad 'efules$r) Enpa)t Suer( uu8uap (ue8un:pp Euep8 turero ederaqaq 'uosuaqog
-8uaru :plrm 1aura1u1 ueeun8tuad 'udtrpsrru) urueuad Sued uauala-uauala umpser8 {ntrm pqol tue,( ue8uap r
-atu8uaur Suer( >prm IE{ol8 >{p1od ueun8ueq uergrsuq8uarrr Esrq p>1o1 1a,ra1 eped -rar Sued edudasuo>1 mpla
peqr{ ue8uap plrol&rl4J r$lEretul 'Enmp qrunles Ip {FIIod serluaSoralarl qer? a{ -sr ue4rrm8Suau {EpR rm
B/'r\Eqrueu rrBp arusrlBuors€u rrElJrsualu€uaur tuud (..otm1 ere8au-ureaau, )fnsuul -unitau nuru '(61661 'suapp
-ral) rauorsleer uep'srule 'Iu>lol 4rqod uulEm[a{-,,pErlIL Buu1ua1 uesetut 3neu ueedepnqaq uerad ue4ueq
-ratlEJIqads.rad re8eqes 'us)trsEln{ruBtuaru etn( raqrBg 'I{ElspB lueuaru tuea 'ntuaua] uerr(epnqa{ IrBp
'urunp qnmlas rp BsEmlraq uDrcruas Sued pE8tmr ,:gr11od rsBluauo uduqnqumr 'ne7e'tremi Jnsy awxpuadw,
nElE *'PIroC[c141,, Suelual (SOet) raqng uerl4rurad qEIEPE {p{od qeuer rsespat ue8rm"rapuaray' (setrua3ol
-ouoq urEIBp rua$s{a Suqed ue8uepued ruBs rlEIeS lueq leuorsuuudns Isnlusuo{ 'ue.lndurcc nele'arpfised
ruatsrs ue8uequraqrad eped uappraq{Bru3rrr E{a.ratr I 'eduruepp Ip EpE tue,( tuero p:1o1 rndur-mdur Eueur rp
-Buero uep es8ueq Eiluas depeq.rar leml rrqeuras tued loruo{ ue4uep(uaru unurcu apo>i-3Po{ IEuorsEusIrE r} rs
und eueur es8ueq uup seda1"ra18uu.t nruq IBqolS pgadu4 uetEnepa{ {nluaq uBIm 'ure.Ilsrla qryq EPEd 'sEtrru
-uruue{ ue rsn{srpuaut'atrdwg '"resaq qnretuadraq tued edtmqnq urelsp '(OOOZ) tuero qe4edu geppe udue
I.r8ap uup tpreH 'tru4eredseur uudnprqal ruBIEp uuupaqrad uulerdlcuaur UIBIEp -r3srfi nstr€/uep'sr1rlod'srrn
1e>[0I reJrsreq qlqel Sue,( urui lersos rnr[ru$ uep esBueq-e.re8au rrE?sErula{ po8or
-a88uaur qelel leuorseusu?r rsBsrueS-ro uep rsntusur eduqnqtunr lptlrlaur (g66t) -eddy) enrnp qefug,u. nele
pmpuddy upp G66I) ru 4.EqsqoH 'rsnlnsur re8eqraq leqolt qnreBuad eped uduue -sEEq upud'e8n[ tmrusu r
-peqrad rrnpesnruaur (OgOt) adSl uup euer{oa)tr 'r8el resaq qrqaT 'Bnmp qnmlas rp -sasold udueq {Eprt qBBIaue
sgroruo$ uuquturnrrrad lnruaq-lnruaq edulnctmru uep Bnmp qnmlas a:1 es8ueq lnqes"rel Foat unuas 4dul
-eru8au Isporu ueruqafuad eped snlograq 8ue{ 'tt$il'Je n nl'aylurEl ErEtuE ruI re8uqraq epe RBpuaX 'tereg
qedeprt eped rsesruaSouroqgruladsrad ueleunS8uaur Sued ularaur LrEp qoluoD 'sel {ePIr EItmP qnml3s E,taI{Eq
-rua8o-rateq nute setruaSouoq ue>[ue:tauaur e8n[ Tauolnlpsuyspylod rselueuo serq r{EIEPE rur uoal ItIs I
'p>1o1 resed sErIEer ue8uap
IBqoIB rusud uBulururrad uerysurBal
rsusrrllaporu Foal F:adas e
-ur8uaur Suud 4nm p4o13 rused uduutdrrrat ue>lqpqaduau plol resed ue8uap pq Iroat urEIEp rp uu8uequra:1
-o13 resud rs1uralq E^{r{Bq uaurn8reraq rsesruaSorater{ ue>fualauaur Sued e>lareur
'r8e1 umurn qlqaT 'Ie>lol rselgrsads uzqntnqa{ r{nuerueru {ruun lnpord uru8eraq -umlas rdepeqBuaul nrrl e:1a
u.,(uuapseqrp ue4urlStmuraur Sued laqrs{al rsEsrlersads rsua$rs1a uep plol udepnq sato.rd 1a aI u"p lnqasrel r
Isu>lgrPouro{ urBI Bretrue flrrouo{a geuur eped urel sulruaSoralaq {ruueg 'uduurul -se1a {rp eueurp8eqag' Fun
FqolS ruouo{e rsesrue8ro uep ChtrI p qepd-qe1rd-rar qrqal tuuf uelufrqa1e{uue>1 plro1A) 6111 p-radas pqol
-qrunqTp Buetualuaurn8rsraq zlq3rlg'3ueura141 'pqo1t rurouola uerr8flurd p uduue tuBd satord spud edurrruu
-Eperaqa{ 1n}telp (sulruaSo:alaq) ueupaqrad eduraqaq 'selruaSoruoq ua[unlaueur edrnp durep rsualgru8rs uep
3tm:apuac uouo{a nsl-nq eped ueneqrad uelresnuraur SuBd e>Iereru pupua)I 'gegmp qelat Frl upml p 3
'ere8aurctue ueepaqrad uqtuequrruaduraru rypn Sued'..Enuras {ru (Iern
-un {ocoJ uelurlapuad ruBs de3:lueBuau,, uep unluaSouroq8ueur Sued uerqapuad ueqequer) rur ru1nqrp rir€l
uelderauaur Euere>{ dhll {nrrr8uaur (}€ :799tr'zt1?pg) udueretue rq 'pqo13 rurou mlaraur erirq Buer( rsrFroal
-o{e srsLDI 'r{reqraduraur Suuqurqa>1 '>p:nqradurau ruEIBp u>laratu uerad euarel -es rrup nn udre4 Sueluat 1
g111 edusnsnq{ uep 'OI/11'Brrmq >1ueg depeqratr urele1 {FIrt untqnura8uaur uup rauqraT uBn[ eceq :3
'rurouo{fl tpqlsBuad uu.tree Erua{ rruluBur upp pqoN gBIpBr{ Sueuaruad uouo{a -og uEp oruotuy ureq) rsu
'(zooz) zr13pg atroaS qoluoJ re8eqag 'Errmp uese^{u:[ re8eqraq a1 resud rurou ue{rrrElau '1uI )Udol seqeqr
-o1a e,(ureqafuaur re8eqas rsusqeqolS rBr{rleur e>lalaru efuurryun upu4 'enmp r8eq uuedud rru>lremuuew {sprl
lnqesrat ToDIEJ-rot{BJ rsesruaSouroq {eJa uep rruouo{a ro )leJ unperaq{prueur ue8rrn:apuara{ IrEp ue{I[sr
Btm-rapuac rwoau{e xorlEJ-roDIEJ eped ueuzqrad uellesnuraur Sued rsrtaJoal urEIPp uerysrulsgprp SuEd E{i
dan retorika tradisional).
digunakan untuk memobili
Dari paparan singkat ini, mari kita beraiih ke ringkasan teori globalisasi, yang
melihat adanya potensi den
semuanya -kecuali Appadurai- ditawarkan oleh pemikir yang sebelumnya telah
nologi lainnya), namun pa1r
dibahas dalam bab ini atau pada bagian lain buku ini.
kontestasi.
Perspektif Neo-Marxian Kellner tentang Globalisasi
Giddens tentang "Perputt
Pada bab 8 kita mendiskusikan versi kontemporer teori kritis -kritik Douglas
PandanganGiddens (20
Kellner atas tekno-kapitalisme. Kellner memusatkan perhatian pada realitas-realitas
dengan pemikirannya tenta
terkini kapitalisme di mana teknologi memainkan peran yang semakin penting.
pak besar pada isu-isu yang :
Akhir-akhir ini, berdasarkan perspektif ini juga, Kellner (2002) mengalihkan per-
sikan sebelumnya, seperti k
hatiannya pada bentuk globalisasi dan, lebih umum lagi, orientasi kritis dan neo-
Dan Giddens melihat adanya
Marxian. Tidak mengejutkan, Kellner (2002: 286; cetak miring adalah tambahan)
kelahiran dari apa yang dise
herargumen bahwa "kunci untuk memahami globalisasi adalah dengan meneori-
Banyak di antara perkemba
kannya sekaligus sebagai produk revolusi teknologi dare restrukturisasi global atas
(2000: 23) tidak sepenuhnya
kapitalisme." Namun, perubahan-perubahan ini terkait erat dengan faktor-faktor
kita sendiri, namun kita da
politik dan sosial. ]adi, kita harus melihat hubungan dialektis antllra teknologi,
kita yang terus berputar." Ia
ekonomi, politik, dan kebudayaan. Tentu saja, ini berarti tidak hanya menyesuaikan
bentuk demokrasi internasi
diri dengan hubungan antarmereka n.rmun juga dengan konflik, kontradiksi, dan
Giddens (2000: 22) ada
alnbiguitas mereka. Perspektif dialektis juga menjelaskan bahwa terdapat ciri-ciri
umumnya, dan Amerika Se
progresif daz emansipatoris globalisasi dan bahwa orang harus berbicara tentang
menstrukturkan cara kita h
keduanya. Faktor pemisah utama, sekali lagi dengan perspektif dialektis, adalah
Ia dikendalikan dari barat.
perbedaan antara globalisasi yang dipaksakan dari atas dengan yang tumbuh dari
ekonomiAmerika. . . . " Nar
bawah. Yang kedua ini adalah akibat dari kontestasi dan rekonfigurasi hal-hal
dua arah, dan Amerika da:r
yang diterapkan pada tingkat masyarakat yang lebih rendah. Demokrasi bisa berasal
juga berargumen bahwa "g1
dari bawah, dan pada tarafglobal hal ini bertentangan dengan kekuatan otoriter
34), dengan bangsa-bangsa <
dari atas.
dalamnya. Ia pun mengakui
Hal-hal berikut menawarkan paparan menarik perspektif Kellner dari sudut
berfungsi membangkitkann,
pandang teori sosial kritis:
balisasi "menekan ke samprn,
globalisasi melibatkan pasar kapitalis dan serangkaian relasi sosial dan aliran melintasi bangsa. Ia menawi
komoditas, modal, teknologi, gagasan, bentuk kebudayaan, dan orang-orang di Utara yang meluas sampai k
seluruh batas-batas nasional melalui masyarakat jaringan global. . . . Transmutasi Perbenturan yang kirLi
teknologi dan modal bekerja sama menciptakan dunia global dan terkait satu
mentalisme dengan kosmop<
sarna lain. Revolusi teknologi yang melibatkan penciptaan faringan komunikasi
yang terkomputerisasi, transportasi, dan pernrkaran adalah prasyarat ekonomi munculnya'masyarakat kosr
giobal, bersama dengan perluasan sistem pasar kapitalis dunia yang semakin me- nya bertentangan dengannv
nyerap wilayah dunia dan ranah produksi, pertukaran dan konsumsi ke dalam globalisasi. Terlebih lagi, fun
orbitnya. bal (misalnya, media massa)
(Kellner, 2002:287) bisa memiliki beragam benr
Kalau ekonomi kapitalistik tetap menempati posisi sentral dalam pemahaman glo- bentuknya, Giddens (2000: (
balisasi, maka tekno-sains memberikan infrastrukturnya. ]adi, intinya terletak pada mentalisme sebagai problem
hubungan dialektis antara tekno-sains dengan ekonomi kapitalis, atau tekno-kapi- nya kekerasan, dan ia menje
talisme. Kellner berusaha menghindari kutub ekstrem determinisme teknologi
Beck dan Politik Globalisa
dan ekonomi yang dipandangnya sebagai pemikiran dominan tentang globalisasi.
Yang paling penting bagi Kellner, dan bercermin dari perspektif dialektis- Kita dapat memahami e
nya, adalah pemikirannya tentang Internet. Teknologi baru ini digunakan de- kusikan pembedaan yang di
ngan berbagai cara untuk mendorong globalisasi kapitalis. Namun, Internet juga balisasi. Globalisme adalah p
dan bahwa kita tengah men
635
r89
srlptrde>l €rmp resgd ruorllatel{ udulncunru ue4-rs:pr(uaur ge8uar BrDI Enaqeq ueP
e8n[ puralul'unurEN'sr1el
rurouo{e r{alo rsuuruopp 1uI Blrmp Bitrquq ueBuepued WIePeaa$rPqolg 'IsEsIlBq
-ap ueleuntrp rul rueq rB
-o13 uep 'ser1pqo18 'aursqeqolS dupuqrar uduunplelrp tued uuepaquad ue>psru[
-sp{eIEIp yruladsrad IrEp u
-srpuau ue8uap 1uI nq SuBlual {Jag rrBrnflIrrad rsuasa ruret{Ellratu redeP zrry 'rsesrpqolt Sueluat rreururo
!sPs!lEqolc Mllod uEp IcaS r3o1ou1ar ausruruualap ru
-rde:J-ou>Jal nule 'srp1rdn1
..'uellTodourso{ rEIru-IEIru qnsnu rpB(uaur EI rrBP 'uesera4al edu upud lerapat er(trnut 'IpeI 'e,
-rpuhat ueurrlttmura>1 eped 3tmfn-raq P1p BuaIe>l'u>fpuulalqord re8uqas eruslluluaul
-o1B ueurequurad ruepp prr
-Bpurg tuupueuran: EtF[ nelu:l ruuaq, du8fluetuaru (39 :0002) suaPPrC 'er(ulnluaq
rmd ude unureu -1p1od 'slleuolsuu 'srula 'BurEE?- :1rquaq ureturaq DIr[uIaIu EsIq UAZ:ZWC 'raqlay)
aus{struarugptmg 'uduuen(nt-uunfnl reducuaur 4ntrtm (esseur Elperu 'er(ulesiur) pq
-o1B uureru1a1-uelemla{ uu>leun8Iluaur au$rleluarlruPury'fe1q1qapa1'rsesrpqolS UTEIEP a{ Isumsuo:l rrEP
>ppord uu4edn:aur derar 1tII leq -€us{euolsrpErl- uduuetuap uBtueluauaq er(u -aur urreuas tued urunp
ruouo{e reredserd qepp
-Errreln uulemla>1 tmdllsau TmIIIEN'..pqo13 ueflodoursol lelerafuuru, udrrlncrmm
,edumDreepEd'arusrrrBllodoursoluetuap aursgeluaru rse{Iunuo{ ueturre( uee
lErlrlalll (zgroooz) suapprD ntEs Ie{ral uep pqolt e
-Ep,ru Er,rr€ ftmsBuul.raq IEqoIt F aI *.XcLX;:ffiff:Hffiffit Isemursuerl''''1eqo1t u
rrn 1p Euero-tuuro uep 'ueel
'estuuq Isuluqau rrerrlB a"P IEIsos IsEIar
loduedg rp EuoIaJrBg reilIes Ip ues€/[E{ Iloluoo lre>{r€A{Euelu e1
uplftmur SueI nreq qer(epr*-qedelaa. ualpseq8uaru '..8utdrues a1 uu:lauaru, rs?sIIEq
-o13 ulrtqeqgpeaour ueBuepued ueleln.ura8uaur u1 'eduuulfgtuuqlllsltr rs8uryraq
lnpns uup raqlay;ruladsr;
wp ylolueudepnqa>1rrelqEllralalu rsesqeqolt B,t'qsq m4etuaru tmd q 'ufuuepp
rp rusaq uDreruas uurad uulueruaru tued tereg rBnI 1p es8ueq-es8uuq uu8uap '(79
raluolo rrEtum[e{ uetuap
:0002 'suapplg) ..ungsertuasaPnl unrelras rsesqeqolt. B,rtr{Pq uaurntreraq etn( 'qsP
(I{BJB lBsBraq Esrq rsEx)lolllac
EI 'nll uIEIaS 'uduqalo nmre8uadrp e8n[ Suer( rereg rrEP B{uauY rrEP BnP
Ier{-IEr{ rsum8guolar uep
sasord rIEIBps rsesqeqolS e,rageq m>le8uaur und ur'tmure1q.. ' ' ' 'e>IFaIrrV iluouo{a
rrBp r{nquml Sued uutuap
uup ryrr1od uEusun{a{ rpre8uad efuluml rEPrruuaru 'luruq uup ue IIEPua{rp EI r{BIEpE'sIDleIEIp 3r1r:ladsrad
'rruegedrp qBpnu le8ues Sned erec uetuap uep 'dnpru E1DI ErB) ITagnD[nrsuaul
tueluat BrEJrqraq snreq tu
rsEsrIBqoID. :rsusrpqolS urBIEp 'edusnsnq:1 uped reluag u>Frerrry uep 'u.r(uumum
IrIJ-IIIJ ledepral E,trqeq rru)
eped turug uerad unlsu8auaur tued SuEroas qules TIEIEPE (ZZ ,OOOZ) suaPpID u€p (r$[[pErluo{ 5[Ilruo{ I
'edorg rug udupq ruadas lBuolsausuerl rrBP lBuorsurrralur rsBrtouaP {n]uaq
uapunsaduaur e[ueq lepn
udusnsnql '$er:lourap epud uede.req 1p{1pes P1rpruaur e1 .'.retndraq srual Suer( eln{ Prerru sptolElp
'r8o1orr:1atr
Ermp un[pn(runr.aur uep{ ue>purauaru sruet{ uup redep BlIx unru€u 'urPuas Blnl roD[eJ-roDlEJ ue8uap lura l
qere(as esun8uad rpe(uaur ndnreur ue{B 41ry,, :srursad uduqnuadas {EP-rl (€U :0002)
sere pqolt rseslmqnDsar
suappl5 uruupu 'ue>lrlppua{ erp4 redep ryPp 1u1 uetuequraryad urelue rP {eIueg -Lroeueur uuBuap qEIBpB Is
snn{eur etecas ralnpotdrp Euer{ oTrsu wfleqas edumqaslP 8ue.,( ude IJEP uErTtIEIa{ (ueququrur rpIEpB Suurur 1
er(usnsngl 'orpsu ueBuap rsesrpqolt BTBTIE lura rrulTa[ E{UEP? luqrlaru suePPrD uE(I
-oeu uep sr1p1 rseluaFo 'r3
'IrBr{-IrBrIas uednprqal urel :1adse-4adse uup rreurlluP{ luadas'ufuurnlaqas ungs
-rad uelqrptuau (7667) r
-mts1p elDI8ue,( uep suepprg uurruqrad 1or1od 1pe(uaur tuud nsr-nsr epud rusaq 1ed 'turluad uDreruas tupd uur
-rrrrp Emeqrrraru rsEsrlsqolD'setrurap ou fieutafi8n[ tuBluat er(uuerr:{rurad uetuap serllear-se{lear upud uenery
qroup Suedurng rrep 'lero lle1.rar rsesrpqolS Suelual (OOOZ) suapprg ue8uepue6 seltnog sB!.Dl
{ppt- Iroat
!sEs!lEqot0 ruElEp ..8!uno uPJqndJod,, 6ue1ua1 suapplc !
rs?lsaluo{
tuupq ru8uqas isesqeqolS umppefuaur 5uI IBr{ rypp 3u1pd unruEu '(eduurel folou qelar uduumlaqas Sued rry
-1ar uep) rur rueq rSolorrlar urElep rp uerdoln rsED[ouaP rsualod eduepe lEt[1aut Sued'rsusrpqolt goar uese
rau[a)I 'rpef 'rsusqeqolS Sueluauaur Sued e>lararu Isusrlrqoureu {mun ueryun8rp
dan ideologi neoliberai yang mendukungnya. Bagi Beck, hal ini melibatkan pemi- Hal ini menyebabkan
kiran monokausal dan linear. Multidimensionalitas perkembangan giobal -ekologi, yang sebelumnya telah Li',;
poiitik, kebudayaan" dan rnasyarakat sipil- secara tidak tepat direduksi menjadi ma dengan ketidakmamp,:,
satu dimensi ekonomi tunggal. Dan bahwa dimensi ekonomi tersebut, sekali lagi yang kini kita sebut dengar
secara salah, dipandang mengikuti alur evolusi linear ke arah meningkatnya keter- modernitas kedua ini adalah
gantungan terhadap pasar dunia. )elas, tseck melihat dunia ini dalam konteks yang yang masuk ke jantung m,
jaui: iebih multidimensir-rnal dan multidireksional. Selain itu, ia sangat peka ter- 20), premis utama modernr;
luciap .masalah-masalah yar:.g diasosiasikan clengan pasar dunia kapitalis, rermasuk ntang negara-bangsa yang ,"
fakta hahwa ada sejr.rrnlah kendala bagi perciagangan bebas cian bahwa di pasar sing."ladi, globalitas dan m
Cunia im tidak :neerghasilkan pemenang, rneiainkan juga (banyak) pecundang. harapan Beck, kelahiran or
Kendati nieragkr.iiik globalisme, tseck melihat adanya sejumlah nilai iebih da- onal.
iam gagasan globalitas, di mana ruang-F.rang tertutup, khususnya yang diasosiasikau
,Jer-lg.an bangsa. sernak-in rnenjadi iiusi. Mereka menjadi ilusi karenag'/obalisasi, atau Bauman tentang Konseki
'jrroses ketika negara-negara bangsa yang berdaulat dikotak-kotakkan <lan digero- Bauman (i998) melil:ar
goti cieh aktor-aktnr transnasional dengan beragarn prospek kekuasaan, orientasi. pandangannya, "'mobilitas l
it{entitas, dan jaingan" iBeck, 2000: 11). Froses-proses transnasional ini bukan dambakan di dunia saar inl
$emata-mata bersifat ekonomis, tapi juga melibatkan masalah ekologi, kebudayaan, angkasa adaiah mereka r-a:
politrk, dan rnasyarakat sipil (ciuil saciety). Proses-proses transnasional ini melewati dunia dan dalam proses mi
hatas-batas bangsa, mendorongnya unfuk terus meluber, kalaupun tidak menjadi dapat mengapung relatif be1
$esilatu vang tak relel"an: "Globalitas berarti bahwa mulai dari sekarang, tidak ada darat" di suatu tempat, mer
iagi X<elaciian-ke;adian di atas planet kita ini yang akan jadi kejadian lokal semata; dan diawasi fi mana mereka
x{:i'flua penemuar'(. kernenangan maupun kekacar:.an pasti mernengaruhi selunrh Para pecundang tidak hanr'
*,:unia" {Beck, 2000: 11). dibatasi oleh teritori yang r1
Kendati proses iransnasional telah lama berlangsung, globalitas adalah se- mampuan menawarkal mr.
s;iatu"yr.ng baru paling tidak karena tiga alasan. Pertama"pengaruhnya rnenjangkau ekstrateritorialitas baru eli : t
rilang geografis yang jauli lebih besar. Kedua, pengaruhnya menjangkau waktu merasa seperti berada di hala
y;rg jauh iebih stabil; ia rnembawa pengaruh panjang dari satu *"aktu ke wakru jauh lebih rnenghinakan bag
i'aerg 1ein. Ketiga" terdapat kepadatan yang jauh lebih besar bagi "jaringan trans- Akibatnya, teritori menjadr 1

masi,:nal, hubungan dan aliran jaringan" (Beck, 2000: 12). Beck juga mend,aftar perang ruang angkasa terseb
;*jr-tmlah hal lain yang menjadi ciri khas globalitas ketika dibandingkan dengan Para pemenang dapat d
;i:ianifestasi transnasionaiitas sebelumnya (Beck, 2000: 13): menjadi persoaian bagi mer.
Sebaiiknya, para pecundang
?. Kelfdupan dan interaksi sehari-hari di berbagai perbatasan negara banyak yang mengikat waktu, dan u
dipengaruhi. ninya" (Bauman, 1998: 88
2. Terdapat persepsi-diri terkait dengan transnasionalitas di ranah-ranah se- tidak memiliki sedikit kebeb
g:erti media massa, konsumsi, dan pariwisata. dah karena mereka menglngl
3" Komunitas, tenaga kerja, dan modal semakin tidak rnemiliki tempat. nya tak dapat dilawan, dan be
".4" ideningkatnya kepedulian terhadap bahaya ekologi global dan tindakan
yang berpindah karena mere
.,,ang eiiarnbil untuk rnengatasinya.
lagi, tidak ramah karena bert
5. fu{eningkatnya persepsi tentang yang-lain transkulfural daiam kehidupan bedaan ini dalam konteks po
Hta. 'globalisasi' bergerak ke aral
.6. Industri kebu<iavaan global yang bergerak pada level yang tak terkirakan
-efek sanping, namun tak ,Ja
sebelumnya. jadi gelandangan"" Iiiamun. k
?. Meningkatnya "jumlah dan kekuasaan aktor, institusi, dan kesepakatan trem tersebut dan "tidak teria
transnasional." ! kan kurang yakin bahwa rem
(Bauman, 1998: 97). ia& gic
638
5A9
'tuero uap{ireqal fuq r5Jns IsBnrIs Rrureq iseqpqolS 'IPB['G6 :3661 'ueumeg)
..)iosa IrBrI Ip EpB rIlsEItI Buerelas EPEIaq
E{erelrr ledural Brlatpq upiul tuem:1ue1
-qEq uEP rru trBEs ePBreq $IaJeIIr ' " 'BrrEnr p u.r1er(nppel{BPp, rI3P lnqasli[ ure4 uele4udasa>1 uep'rsnlBsu
-qa qrun{ unpa{ ETETIE }p BPBreq Suuro uu:pdueqaltmlreN..'uutuepuulat pe(
-uau Suero lcdueq ueqeqn:ad qEIBPE -uat{€1a1p rudep:pl rmureu 'Swdues 4a1e- uE{BrDIrel 4er Suud 1aaa1
u.duenpa4 {aJfi 'uBllrElEqaa, emd tBJs€r{ uep uerdurr qErs a{ >lera8raq .rsesrpqolt,
uetuap lnqasp IuE{ Suetr- :rurs IP EtrD{ rrel}Br{rad 1o:1od s{aluo{ UTEIEP rut uBBPaq uednprqa>1 urEIPp pm{ru
-.rad umlu4nura8uaur (ge :gOOt) rrelrmBg 'uesels p8uqraq Buare{ qPIrrBr {EPtl '.rBEI
uE)rrBqBuel {El E)lersrr uetrmlturl de8:luEEuaur P)letaIII BuerE)l qepurdraq tuer( rra{Epurl uep pqo13 r3o1
'uefiaepuela7 tedep:at ufurn[ue1e5 'eduqeru a:l lera8raq ueP 'uarBIIP ledep 4er udu 'ludurat Dlrlrrrrarrr {
-de8fluBtuaur 'rBEnsas qalo ryreuelmtara11 'eduuulm€urtuaru ula.raur Euared r{eP
-iq&aq qu8ual Sued u4araur qsIBPE rrE \Elesrlryyuesuqaqe{ rI{IPes g{$uralrr {BPp -es r.IErrEJ-r{EuEr IP sElrrP
tugpd tued elararu ue>pPequreur tunuad'tmtue51 '(gg tgOOt 'uenrnug) .,udtml
-nqtuad IIEpua{ rEnI Ip BpEreq dept rBSe uduuSe[uaul rrEp 'n])[E^{ ru{tuaur Suer( ryduuq eretau uesutuqra
'r{ntuasra {et 'ffiuel 'tetaq:?uent uTEIEP 1p dnPH,, Sueptmcad ured'udu4rpqa5
..'uelst4 leJlsraq >1e-re[ denas rrep Buuluar BueIE{ 'E{aIeuI r8uq ueposrad 1pe[uaru :(gt
:{epu Suen:,, 'Tpc{ ,."wle/14 uTPIEP TP dnpr-q, ue{ele1rp ledep Sueueruad ere4 ue8uap ualSumuuqgp u>p
.Bueqturas reuupuaru e8nt :1cag'(71
4epp tue.( {$uo)t IIIEIBP uedupeqraq lnqasral esnltue tuem ftrerad
ftreprmcad uep Sueuaruad tedual usrnduragad tuepel lpe[uaur uoluar'u{ureqI{Y -suerl uetur.rB[, r8uq resa
ue$eqeqa{ setB Suero uetrequured r8eq uu:prr.qtuaur qrqal qnet ru{ena a{ nl>lElta IuEs LIB
".:lura8raq {n1rm ru{P,t\ nn18uu(uaru ur(ug
Stred- erefuad rp rfradas WqaI un1qeq uep'I{Purn: ueuIeIEI{ Ip EPEJaq Rradas EsEIeItr
urEI sElrlEf,IolFal 'uEsEqeqe{ rurrJprau r,IBIel BsEJarIr alrle nJEq sqIIErrolLIaSEI$ta nulEuu luaui u-(uqn re8ua
s{TL, '(gZ :866I) rrurrmefl rre>1e>1nurillp prada5 'EIrrlBIrr rrnIrulrleuau uendureur -as r{EIepE selrpqolS '8u
€{ qrlrllreur )trEpl} ue>1qeq uEP Ernleur Pgguraur >1epn Sued lrollral qalo rsBlEqTP
uup qesrdra BBn[ tmurpu selrlrqoru Dlrfiuaru lepu edueq lupp Sueptmrad ure6 qnmlas rqnru8uaruaur rl
lnqasral Suurad urepp Suepuncad ered LrEp rrerrru €srq e>l3ralu Errsur rp rsB/(BIP ueP leleuras p1o1 uepelal 1pe
EpE )tepll'8ue:e>1as irep r-
{oqulat Suepqrar Sued 8uenr. Ip FIp rselosrtuaru e>lelalu 'ledural nlens IP ..IEJEP
-ueru,, sIuBtI e>Iaralu €{pa{ rep 'esu18uu 8uBru rp seqaq JRBIeJ SrmdBtuaru redBP rpefuaur >1uprr rmdnepl':
e>leJetr I 'Lrrpues E{erau I4p ISBq erD{Errr ueletrdrcuaur sasord IITEIEP ueP ErunP pEA,\aIeIII rur PuorsEusrrEJj
qnrnles a{ seqeq Bru3as 4eratraq ndnreru ?pqow Suud olaraur qEIEPE uselSue 'ueedepnqa4'r3o1o>1a qep
Euen:8uuad Sueuauad u.red 'pef '(O :gOOt 'ueumeg) FI lEBs ErrmP rP us{BqureP uE)tnq rur trBuorsEusuErl
-1p Eulpd uep l€ml tqpd rse>lgllerrs ro{EJ 1pe[uaur sulrtrqoru. 'uduue8uupued 'rsEluauo'ueusen:1a1 4ads
txunuel{ '..gsn18ue Suunr 8uerad,, reBeqas rseslpqolS ler1rleur (966t) rrerrmufl -oratrp uEp uelplato{-{El
elsnuEUU ;6eq nrele' $e WqoTF uuaral rs
;ses;leqole lsuanlasuoy 6ue1ue1 ueuneg
unlrsersosBrp Eued udusnsr
'I8uo -Pp qlqel rupu qelum[ase.,
-rseusuerl ure8au ur{8unur uep IEuorseustreJ} IsEsruetro uernplal'4cag uedueq 'Bueprmcad (4udueq) e
'uep rsEsrleuorsEuap rueraq Elrrpln-ral EnPa{ se}nuaPoru uEP s31qeqo13'tpe{,,'?uts resud rp E/\.r{Eq uup suqel
-eta-gwseur er{uJeuorsew fiqentGeu uep uW-dWnuaw Suer( es?ueq-eteflau Suenr {nserrrJet'srprrdal Brunp
p lepullJeq,!5ep dnpyT eys1,, E"/r\quq r{€IBPu Bureued selltuaPotu arueln srurard '(97 -ran e:1ad le8ues EI 'nll u
:0002) {rag,Ire{B{nueryp luadeg 'euettad setrruraPou Sunrue[ a1 lnseur Sued ?ue,( slatuo{ urelep rur B
Ieuorssu sEEq-sEtEq uep es8ueq ueusunlaq edulosoJalu r{EIEP€ IUI EnPe{ sElIIuaPouI --ra1a1 eIululSwuaru qer
reprreuarr Brrretrual tued'unueN'enpa.o1 seruJeponr ue8uep lnqes Elr)I rurr 8ua( r8el rTeqas 'lnqasral rurour
eur rpu{uaur rqnperrp rBdal
IBr{-tBE uu8uap ue{Iselsoserp 'edurypquraur {mrm uendryeurleprta>1 ue8uap
-Bsreq'setqeqolS e,,nr{Eq uanrn8rutaq u€P ue{rsm[slP EII-4 qelar eduumlaqas Suud 'r3o1o:1a- pqo13 uu8uuqur
setrrr:eporu 3ue1ua1 eduuerrxrurad r:lruqraduraur {Jag uu>lqeqadualrl TUI IEH -rurad uu4leqllau 1uI pq
 Namun, bahkan mereka yang terlihat sebagai pemenang dalam globalisasi -wi- ting yatg sebagian besar
satawan- memiliki masalah tersendiri. Pefiama, terdapat beban yang diasosiasikan atas) ; tanp a benda,misaln'
dengan kemustahilan bagi perlambatan; selalu sulit ketika berpindah pada kece- yang lain yang bekerja der
patan tinggi. Kedua, mobilitas berarti alur pilihan yang tiada akhir, dan masing- gunakannya ; tanpa orang,
masing pilihan mengandung sifat tidak pasti yang diasosiasikan dengannya. Ketiga, marketer dan yang berinte
masing-masing pilihan tersebut membawa serta serangkaian risiko dan bahaya. mengandalkan tulisan; da
Mobilitas tiada akhir dan pilihan yang terus berlanjut pada akhirnya mempersu- (layanan yang disediakan
litnya jika tidak membebaninya. dalam layanan tersebur) ya
manusia.
Ritzer tentang "Globalisasi Kehampaan" Lima kontinua digunr
Selain karyanya tentang McDonaldisasia dan ekspor global sarana konsumsi liknya, yaitu sesuatu, da:r
baru, Ritzer (2004) berargumen bahwa kita tengah menyaksikan globalisasi ke- dengan tempat, benda der
hampaan. Perlu dicatat bahwa ia tidakberargumen bahwa globalisasi tidak ber- yanan dengan tanpa pela,
arti apa-apa; jelas bahwa proses ini sangat penting. Namun, argumennya adalah, semacam ujung kontinum
dengan menggunakan istilah yang dipinjam dari Weber, bahwa terdap at kedekatan
elektif aatara globalisasi dengan kehampaan. |adi, satu hal tidak menjadi sebab l. Unik-Genenk. Yar
bagi lainnya, namun mereka cenderung tumbuh bersama-sama. |adi, globalisasi burg (f989) menulis apa 1
cenderung menyebarkankehampaanke seiuruh dunia. Tentu saja, yang terpenting man", seperti bar atau kafe,
adalah makna kehampaan. mereka menempatkannya
Yang dimaksud Ritzer dengan kehampaan, (secara umum) adalah bentuk yang saji jelas merupakan conto
terutama (sebagian besar) dikonsepsikan dan dikontrol dan tidak memiliki kan- 2. Ikatan Lokal-Tiadt
dungan apa pun. (Sebaliknya, sesuatudidefinisikan [secara umum] sebagai bentuk derung diasosiasikan denga
yang pada dasarnya dikonsepsikan dan dikontrol serta kaya akan kandungan khas). derung diasosiasikan deng
fadi, lebih mudah mengekspor bentuk-bentuk kosong ke seluruh dunia daripada yang terkenal itu (yang h
menge}spor bentuk-bentuk yang sarat dengan isi (sesuatu). Y*g kedua ini cen- bergaya kuno [Benjamin,
derung lebih banyak ditolakpaling tidak olehbeberapa kebudayaan dan masyarakat Soviet penuh dengan toko c
karena kandungannya berbenturan, dan berbeda dengan, kandungan lokal. Se- kuat. Kini GUMmenjadi hr:
baliknya, karena itu semua tidak mengandung apa pun, bentuk-bentukyang kosong lokal dan konsumsinya leb
cenderung berbenturan dengan kandungan lokal. Selain itu, bentuk-bentuk kosong 3. Secara Temporer Sp
rnemiliki keunggulan lain dari sudut pandang globalisasi, termasuk fakta bahwa terikat pada kurun wakru s.
karena begitu minimalis, mereka mudah melakukan replikasi berulang kali dan tidak terikat pada kurun .
mereka memiliki keunggulan biaya karena relatif murah untuk direprodulsi. Con- liamsburg masa-masa kolon
toh yang tepat bagi kehampaan dalam hal ini adalah mal belanja, yang (sebagian demikian rnenjadi sesuatu (
besar) merupakan struktur hampa yang mudah direplikasi di seluruh dunia dan taman tema. Sebaliknya, t
dapat diisi dengan berbagai macam muat.rn tertentu (toko lokal, makanan lokal, berusaha merepresentasika
dan lain sebagainya -sesuaru!) yang bewariasi dari satu tempat ke tempat lain di merepresentasikan kurun l
dunia ini. 4. Humanis-Terdehua
Ada empat subtipe kehampaan, dan semua itu hampa muatan dan tengah cenderung menjadi sesuatu
terglobalkan. Keempat jenis tersebut adalah tanpa tempar (Auge, 1995), ata,u set- itu (terdehumanisasikan) cr
yang dinegosiasikan antara
' 'Ienru rni adalah satu proses global. Namun, hal ini bertolak belakang dengan sebagian besar teon yang sepenuhnya imperson
giobalisasi karena sebagian besar kekuatan yang memengamhinya berasal dari Amerika Serikat dan
3:rrat. )adi, uafl:.k saat ini, hal t-ersebut lebih tepat bila dipandang sebagai "Amerilanisasi" atau
program komputer adalah c
"Westernisasi". Namun, di masa yang akan datang (dan pada batas-batas tertentu saat ini), Mc- 5. Memesona-Kehilan
Iona-idisasi akan n-rengaiir dari beiahan dunia lain ke Amerika Serikat dan Barat. Kendati McDo- semua yang telah dibahas s
:.;ldisasi dapat diasosias:lka-n dengan imperialisme kulrural, diakui bahwa ada banyak kekuataa lain
yang bekerja secara gloL,al dan rnenghasilkan campuran komplels homOgenitas dan heterogenitas
rWatson, 1997). s Di luar iru, kini Moskow semal

640
Tng
(rul rer{
'(ZOOZ 'raryg) u:tt:anry ele8raq etuepq pur p{ueqfp ryiueq uqerIras raotsol l guF[ IC a
sutruatoralaq wp sermaBoruoq s
qq nurrn1a11e,(uEq BPE E//rqBq
-aur Suruapuao IIIEnsas uu{Edruau Suea'eduumlaqas sPqEqTp qelar SuEd EnIIIas -oorl I pEPaax 'lErEg UBP ]s)lua
-cW '(1uI tE?s ntuaual sqEq-sEIE(
rrB{nPeuau 8rm:apuac rrq>lE lrmuBuo)['Buosad ueSue\yqay-euosawew'9 nElE ..rsssruerfuaruy, re8uqas tutl
'rur urnuquo{ ulexs)la {pP €€q lBdar Sued qoruoJ qEIEPE Jalndulo{ urBrSord UBP ts)luas s)[.uaruv rrBP lEs?raq E
qalo u8)lrraqrp nelE nlnl{Ep qlqaltar rnfruasgp Sued puosradun eduqnuadas Sued rroat resaq uer8eqas uetuap tunp
l1pan{ n1rB{ uuurBftrtd uup ueSSuEIad uEBuaP rnfueq ETEIII? IIETsEIsoAaulp tued
IpEqIrd ueurB[urd'rpe{'uuudureqa{ rp8[ueu 8un:apual (ueltsesrueumqaPraf) ruI -rar nBtE '(S66I 'a8ny) wda
ruuJeruas ue8tmqnq DIIIIueu {epn tued E.Ieluaulas 'nlunsas IPE[ueu 8tm:apuao qe8uar uep uBlenur edrueq
ErslrrrErrlrBlue ueSrmqnq Iu€IBP eIel tuua'rrel1rsesrue|JJ,nqePreJ-srueulnr'v
'rP{as EIrrBs nD[E/{ unm{ IrHllsquasaJdaraur Ip uIEI tudruat a>1 tedurat n
Itepq uotr.[Eq nEtB (raur[eun ueP IIIJ) nf{e^\ lmin>l lleTseluasaldaraur ElIssruaq 'le>lol ueuu{Bru '1u:1o1 o4or)
BuarDI ru[Ena edue1 u{urrpuas uEBuaP PIIo.AA, rbusrg 'E{TDIII€qaS 'Errral ITEIIIPI UEP ErunP qunlas rP rsE)lrl
r{EIEpB BI EdurEsBp EPEd E1\{r{€q E1{EJ qEBuar-I{EBual IP ruBnsas IPE(uauI uEDFuIaP uer8eqas) Suud'efuqaq pr
ue8uap uep ntuagat nr{e^{urr.m{ uBBueP ue:pIe>IIP FIuoIo{PsEIII-BsEIII Smqsurerl -uo) 'r$Fpordarn >prrm q
-lri[ 'uB€dulEqa{ rpEluaur 3un:apual {grsads ru{Ertr urun{ PPEd lE>lual {ePu uep IIe:1tuepraq rselqdar
9ue.{ rur EJeluaruas 'nlensas rpe(uaru Suruapuac {gseds nD[E/( un:n>l eped luryrat ElY'r{Eq EDIEJ {ns8urral 'rsEs
Buel.'8ueru uu8uap EduIEr{ EurBS'n [E r eduel-lrysedg ntodwalefi)es 't Suosollnrueq-{uuaq'ntl
s'Blunp Ip uIBI leul rPdueduau qrqal er(ursurnsuo:1ueP IB)tol tuoso4 Sued {nruaq-{n1uaq
uernp eduq Ieuorserlralur ue8uuef olot-o{or ISEq uerunq rpe(uaru ntrnD IUIX 'ren{ -aS'Ier{ol ue8tmpuel'uutr
nrr8aqtuedplol uele:tl HIIruauI €I:IB{ol upue>lEur uEP o{ol rre8uap qnuadla1aos tu4ererGuru uep uue.(upnqal
IuO Ip auslrmuro{ eduqnruru ue8uap redtllus '[666I 'ulurBluag] ounl edeBraq -uac rur Enpa1 Suea '(nrenr
SueB nvle ueBuen: urEIEp pur unpdn:ern reuaq-reuaq Sued) nlr puayar Sued upedurp Bnmp qnmlas a4
'(seq1 uu8rmpuerl uu:p er(e
61g9 uer(eprns.resEd 'qotuo3 re8uqaS 'ueedureqal ue8uap rrE)[tsBrsosErp Stmrap
nll ruBcErrras uElE{I EduBPErl erBluelllas 'nl€nsas ueSuap uE{IsEIsosElP 8un:ap
-uaf, {uuaq re8eqas [umum urut
-uar 1r;>tol sErunuo{ eped uerag 'p11o'I ue$rg etfueperl-yelo'I uefi1l 'Z -uE)[ D[Trrraur )tBPrl UEP I
'1!raua8 EJrsraq Suer( rrep qoluoJ unpdruaur sula( r[es Sued r{BIEpB (umurn
lnruaq
ludae ueunpru rerag 'ruI unuquo)t {r.un 8rm[n eped eduuepeduauaur E{araul
raJsorqe IIBp 'uu8fluelad 'uEue>[EuI 'lauosrad ntes qEPS 'aJr>[ nElE req Uradas ',,Iretll turtuadrat Sued'e(es nlual
-edu eserq renl tued tedurat,, ueBuap edulnqasrp Sued Bde s{nuau (OAO1) 3^q rsesrJeqolt'rpe{'eues-uuret
-uapl6 'e.[upsr141 'Iuensas 1pe[uaur
tumapuac 1nm 3ue1 'lueuegrryun'T quqas rpeluaur {BpIl IEr{ n
ueJw[epa{ &dupral eaaqeq'-
:ueednreqal trm(n qeppe uErrnl p Suur( upp'lnqesrel umuRuo{ 3tm[n urecutuas '.TIBIEpE er(uuaurntre'tmure
Irpt I{EIaqes qnrn)I 'ueue{e1ad eduel uu8uap ueue.,(
r{BtBpB 1m1rraq IEq-IEq IrBp -raq {Epp rsesrpqol8 u,rtqe
-e1ad uep '3uero eduet ue8uap Suero 'Bpuaq eduet ue8uap BPuaq'tedural uu8uap -a{ rsesrleqolS uerys1e.(uar
ledural uduel uelepequaur {nlun r8ul lgrsads qlqal uEP 'nl€nsas nlrud'edury1 rsumsuo{ EuBrEs pqo13 -ro
-Eqas rseruls Fep uuedrueqe{ ualspaqruaul {rqrm uqeun8rp €nunuo)t r;:1r"*
uuluep(m Sued >puqrapal ue8uap 3ue1e1aq 4elouaq Sued (rnqasrat ueuedq ureleP
rp epe 8ue.( ekal enuras ue>ln{plaur ue88ue1ad :{Buapl ue>lerPasrP Sued uuuer(u1) -nsradruaru edum5:1e epud
'edeqeq uBp o{rsu uureq8
I 11V uaielpasrp Sued uueurre8eqas'ueue,{e1ad eduel treP:uesqru unlppue8uaur
euruln-ral'Erues Sued erec ue8uap ue88ue1ad ue8uap rslpratuuaq 8ue,( uep.ratalreru ' e31l ay'eduue8uap uE{rsEIs
-a1ar ue8uap uB{rsersoselp edupsrur Sued u[ra>1ad nele '?ueto eduel ieltxtnpun8 -Sursuur uep 'rrqlu epuu 3
-8uaur Sued Suero Enluas r8eq eures srsrad 8ue,( erec ue8uap e(ra1aq Sued urel Sued -aca>1 eped qepurdraq u:pta
uarsqru uep ue{Epaqp ledep rypp SuBf 'lrpan{ nuel ur(upslat'ePueq edueT l(sure um{rssrsosBrp Suud ueqaq te
rp ue>gsrulsrprp uuerntu8uqes IEIrr 'edupsrur) rsr edureq resaq uer8eqas Suud 8uq uepp Sueu
-rrYr- rsEsrleqolS
mesona, rnagis, berleualitas, sedangkan yang hampa cenderung kehilaagan pesona, Appadurai (1996: 33) n
tidak memilild mist*ri atau magis. ]adi, makanan,*ang dihantarkan ke hadapan sebutnya dengan dunia-dut
kita dari Domino's dan Calarn paket m:crowaveyangkemudian kita l:uka untuk imajinasi yang terbangun se
makan malam dalan tr;rnyak hal cenderung tidak memiiiki pesona yang diasosi- ke seluruh dunia." Karena t
;sikan dengannya" Sementara fi sisi lain, hidangan airii masak yang mengequk* dunia-dunia imajiner ini, m
langsung mungkin saja mengandung kualitas yang memesona. Karena menggu- reka yang tengah berkuasa.
nakan berbagai bahan dan melihat langsung ahli masak mengolahnya cenderung Inti dari pemikiran Ap
terlihat magis. Novel dan film Like Water for Chocoiatemenawarkan contoh luar
biasa dari pesona yang diasosiasikan dengan penyajian makanan dan konsumsi l. Ethnoscape.s. Ada kr
;nakanan yang dimasak di rumah dengan sangat menarik. (Mirip dengan itu, film wan, pengungsi, pekerja asi
Chocolat menggambarkan permen buatan tangan yang memiliki pesona serupa.) dunia yang semakin banyal
fantasi tentang gerak. Terlel
iadi, argumen dasarnya adalah bahwa globalisasi menyebarkan kehampaan" rnungkin membiarkaa imaji
Lebih spesifik lagi, kita tengah menyaksikan proliferasi giobal hal-hal yang cen- harus menjaga agar fantasi I
derung menjadi kehampaan, yang ditandai oleh konsep konuol yang tersentralisasi" 2. Technoscapes. Yang
tiadanya muatan khas, generik, tiadanya ikatan lokal, tanpa waktu, dehurnanisasi, global yang senantiasa cair (
dan hilangnya pesona. Tenru saja, yang cenderung menjadi sesuatu pun telah ter- rendah, mekanis atau infors
globalisasikan, namun pada batas-batas yang lebih sempit dan dengan dampak yang tidak pernah ditemuk;
yang jauh lebih kecil bagi dunia. Terlebih lagi, kendati y*g mahal bisa hampa 3. Financescape.s. Hal i:
[satu. juta tas Gucci rialam ]ral ini tidak banyak berbeda dengan satu rniliar Eig nasionatr, dan spekulasi kom
Iv{ac}, dan yang tidak mahal jauh lebih cenderung hampa, atau dibuat tidak rnahal kendala nasional dengan ke
(karena ekonomi skala) dari berubah menjadi hampa karena diubah menjadi komo- 4. Mediascapes. Yang t
ditas yang dihasilkan sejuta atau semiliar kali dan riijual ke seluruhr dunia. |adi, tronik untuk menghasilkan
kendati Internet dan trerbagai bentuk telekomunikasi memungkinkan dijualnya siun televisi, dan studi prod
karya seni agung ke selurutr dunia, dampaknya sangat kecil bila dibandingkan tingan negara dan swasta di
dengan distribusi gtobal karya murahan Disney dengan berbagai bentuknya" takan oleh media-media ini'
5. Ideoscapes. Seperti h:
Gagasan Appadurai tentang "Lanskap" citra, "'namun sering kali m
SaXah satu buku terkenai dan paling sering dikutip dalam bidang ini adalah politik dengan ideologi nega
,:nk"ri rulisan A{r.ar: Appadurai yang berjudul Modernity at I-arge: Culrurai Dirnen- terangan berorientasi untu.k
srbns ofGJobalization (1996i. Titik berat buku ini diarahkan pada pembahasan ten- padurai, 1996: 36).
tang aiiran global dan keterputusan antarmereka. Ada lima aliran global -ethno-
srar.;es, med.l"asrapes, rec'finoscapes, financescapes" dan ideoscapes. Penggunaan ai<- Dua hal layak dicatat ,

-hi.ran -sr:apemeneungirinkan Appadurai nnengomunikasikan gagasan bahwa proses- Fertama,itu semua dapat dip
proses ini m*n:lliki benr*kya1g cair, tidak terardr dan beragam. Lebih penting lagi, keseluruhan terlepas dari ne
melalui lanskap-lanskap ters
itu senua bukanlaii h,,rb*rrgan yang rnuncul secara objektif dan terlihar sama mereka. ]adi, untuk member
,Ia;i setiap sudut pandang, namun . . . itu senrua adaXah konstruksi-konstn:lcsi
!,.ang sangat
terbuka bagi banyak gagasa
ditenrukan oleh perspektif, yang berubah menurut kondisi sejarah,
linguistik, dan politik dari aktor berbeda: negara-bangsa, multinasional, komunitas bagi imigrasi (paling tidak r
diaspora, maupun pengelompokan dan gerakan subnasional . . . dan bahkan jumlah lanskap bisa jadi ber
kelompok akrab yang saling bertatap rnuka . . . aktor individu adalah lokus terakhir bidang ini harus fisesuaikan
dari lanskap perspektifal ini" karena larukap-lanskap tersebut pada hakikatnya balisasi. Fokus lanskap dan r
dinakhodai oleh orang yang mengalami dan menciptakan bangunan yang lebih berbagai arah.
besar, yang sebagian berasal dari pemahaman mereka atas apa yang ditawarkan
oleh lanskap-lanskap tersebut.
(Appatlurai, 1996: 33)

642
r
er9
(gg :gOOt 'rernpeddy)
Ue1re/rtetlp Sued ede se:e
'qErE reSEqraq qrqal Sued ueun8ueq ue1
Bped rsesquqols rprus EpEd nle8ueru E{erau $8un[slP usp du>lsuel smloC 'Isesrleq edurelqeq eped rnqas:ar
rqwlal sn{ol I{EI€PP nP!l
-o13 depeqrat E{araIII rse>yTdurr uep rs8un(srp ue8uap ue>tlensaslp sILtBt{ IuI 3uep1q
ue{r{Eq UEP''' IEuorser
eped rpnrg 'ure1 dalsuel rp aPe{o{q ue8uap uurruuaqraq rpe[ esrq de>1sue1 qelurn{
sEtrunuo{'Fuorseurllntu'
-as rp sBqaq um;un8 '13e1 umum qrqa'1 '(sadresorytqe:pprr 3u4ed) rsu.r8rrur r8eq 'qere(as rsrpuorl trunueru
druru-rar le8r.rus unlueu (sedesserpaw 'saducsoapr) ueseBu8 >lelueq rEeq mlnqrar I${ru1suo{-rs{ru1suo{ LrP
Sueda{ 8ue:o-3uero 'rur rs8rm[srp rues qeFs qotuo) HaquraiJr {nii:n'ryu{ 'er1a-laut eurEs leqllrai IIEp Jll:iaLu'
-"raluersfu::/srp mleleru uep urupp rp u8ll{ rmueu rnqaslal dqsuel-dqsuel m[elaur
rBu{rat e,{ueq rypp pqo13 uu.rqe 'enpe; "us6ueq-ere8au TJef} sedapal usi{runtrasa{ 'r8etr Suuuad qiqal 'uruEe-raq
e.reras nels {rerBeqas 8uv,( pqo13 sasord lu8eqas fiuepued:p redep enffias rui "vtuwled -sasord eangeq uese8e8 ue4
'du1sr:e1 Srleruat wrnpeddy uese8e8 ue8uap llutitel lexu;tp :ple1 ieq en6 -4e ueerm88ua6'sadrcsoapr
-aupe- IBqolS rrErrIE Brrnl
'(gg :gOOt 'rernped -uel uEseqEqurad epeci ueq
-dtr'1 ..edur,rrB uer8eqas nelu ure8au uees'eruia{ qrer3Irr >[n]un rselrrarroJaq ue8us"ral. -uawt1 prw'l:.7 :aZ"re7 w *
-Sueratr ereras Sued ue4era8 ue8urpuet rSoloapr uup u"reBau lSoloapr un8uap 4l11orI r{EtrspB rur Sueprq urrtrep d
eJelas lralrel qe1 Burras uep SunsBuBI ErEJas E-Iarau rp>1 Sur.ras untueu,, 'Erlrl
uuplSueras uelednrausadecsoapy'sadetserpaw e,(upq ruada5'sade.rsoap;' '5
'(gg ,gOe t 're.rnpeddy) ..rur Erpaut-Elperu l{a{o ue>lel 'edrntrruuaq re8uqraq
-dnrp Sued erunp Sueluat BItIf, ' ' ' uup 'BIunP qrunias IP Elselns uep ere8au uu8url uelSurpueqTp Etrict pca:1 le
-uada4 gpeiuaui 1e,(ueq uDIPwas ruq Sued "(ulig rsppord rprus rrEp 'tst,ratral unIS e.{upnfrp ue4urlSunuraur t
-e$ 'qetru{aur'ue.ro4) rserlllo}rr ue>lsunlreqafuaur uep uelpseq8uau {n}un {ruorl 'rpe{'erunp q&mtras a{ Fn{
-qa1a uundureua{ Isngulsip, i{pIPpE IuIs 1p {nsE{ruel8uua "sade,:selPery "V -ouo1 rpefuetu r{Eqnrp euen
'(Se-fS :966I {rex{rpeddy) ..EsEIq renl ueledara:1 uu8uap [cuorseu spPua4 Fqetl: {Eprl lenqrp nele 'edr
-E[Bpue{ unl}lnluruaur rrerEse,q-resaq 4era8raq selrpoluo{ rsep4ads UEP 'IEuorsEE 3rg requu nles ue8uap epa
'sadu.:salueurg 'g edrueq Bsrq leqeur 8ue;( ne
{aJe Bsmq'8uen uleur:esed, e>lla{ sascrd pndITa{u 1uI IEH
,,'eduumlaqas ue>[ntualrp qeurad {€Pp 8uP,( >pdruep ue8uap uep lrdura
setreq re8eqraq a:l redae ur:qeuas lera8raq ruDI 'leuorsErrrrolrr nElE srrrE{au 'r{"PuaJ -re} qelal und ntensas rpe(u
nete rBtluu '13o1ou1at E^&qBq EI{EJ uEP r8o1ou1al, IrEp 4") EsBIlIrEuas Suud pqo13 'rsBsruuurnqap'nlrlen edrret
rsu.rn8guol IIEIepE (tg :gd6t) runpeddy Pn$leurip Suea sadr,:souq)e1 'Z 'rsgsrler]uas.rar Sued Torruo{
'd*p+{ detal elarau Iset{rEJ .re8e u8e[uaur sruuq -uaa 8ue.{ IEr{-tEr{ pqo13 r
uuD1rruap rru3uap uep eruel nppar qeSSurs e>lataur rseut{eut ur,1-rerquau: ur4Sunur "ueudrueqal ueryeqal.uaur
leprr Suero r{Eqruaq Esenrreues Sued enmp IP'I8EI rlrqalral'1era8 Suerual rsBlIrBJ
rmdnBur leru{E umlera8 rlndr1aur iu1 'rledurat mla.raur ledueq uD{€rues 3uef, erunp ("ednras euosad rlrpruau 3
grqn8uaur urts[Bp Surtuad uerad ue{ureruaur Susl (8ursu e{ra>1ad'ls8un8uad 'uezrl u{g'nrl uu8uap dplWi 'rt
efqow Sued nprarpul-npppq uep :iodurola{ EPY 'sadecsouqtg '1
-elesrm) Iswnsuo{ ueP uEuE>[Errr u€
rEnl r{oluo) rrE{renaEuarx al
:delsuel Eur{ rIelEpE rempuddy uerupurad IrEP ItuI Suruapuac uduqeio8uair r
'Bseru{raq qe8ual 8ue{ n1a: -n88uaur EuaJEl{'Buoseurar
-arn rrep raurfuulr erunp ue18urp88uaru ndweur E{eIaE 'rur.raut[etut EIUnP-uIunp uu>tru{-ra8uaur 8ue,{ lesru q
1p dnplq rur Erunp rp tedural re8uqraq rp Bue.ro 1e.,tueq Euar€N (."Brrrl1p
qrunlas a)t -rsosurp 8ue,,{ euosacl F{1l1u
.reqa.{uaur 8ue,{ 1odruo1a1 netru Suero rJBp srro}sTr{ u.ie:as run8uuq:a1 8ur.{ rseur[eurr -In"xun minq EiD[ u€rpnrrrsy
qatro un8ueqrp Sued ertmp iu8eqraq,, nsls '-i;eufeur e*Jnr-stutlp ue8uop udulnqas uudepuq ts{ uu>tretueqip 3
-ry Bue.{ rffeq srseq m8uqas m delsuel-de>1sue1 ler{Ilaru (g[ ie:npedrly 'uuosaC ue8urepqa4 Buruepu
'gOOi)
RINGKASAN
Pada bab ini kita mengkaji sejumlah perspektif teoretis yang masih melihat
dunia kontemporer dalam konteks modern. Anthony Giddens melihat modernitas
sebagai juggernautyang menawarkan sejumlah keuntungan namun juga mengan-
dung sejumlah bahaya. Di antara bahaya yang dikemukakan Giddens adaiah risiko
yang terkait dengan juggernaurmodern. Bahaya-bahaya ini merupakan isu kunci
dalam karya Beck tentang masyarakat risiko. Dunia modern dipandang dicirikan STRUKTURAL
oleh risiko dan kebutuhan sebagian orang untuk mencegah risiko dan melindungi
diri darinya. Ritzer melihat rasionalitas sebagai ciri utama maryarakat kontemporer, DAN LAHIRNYI
meskipun hal ini diperbesar oleh McDonaldisasi. Kalau Ritzer melihat restoran
cepat saji sebagai paradigma rasionalitas dan modernitas, Bauman melihat Holo-
caust menempati posisi tersebut. Penegasan pada restoran cepat saji, dan yang
iauh lebih ekstrem, pada l{oJocausrmengindikasikan irasionalitas, dan lebih umum
lagi, bahaya yang diasosiasikan dengan modernitas dan meningkatnya rasionalisasi.
Selanjutnya, kita mendiskusikan karya Habermas tentang modernitas sebagai pro-
yek yang belum selesai. Habermas pun memusatkan perhatian pada rasionalitas, STRUKTURATISME
namun pokok perhatiannya adalah pada dominannya rasionalitas sistem dan Akar-akar Lingurstrk
keterbelakangan rasionalitas dunia-kehidupan. Habermas melihat selesainya mo- Strui<ruralisrne Ariroi
dernitas terjadi ketika terdapat pengayaan timbal balikrasionalisasi dunia-kehidup- Marxisme Struktural
an dan sistem dunia-kehidupan. POSTSTRT]KTURALIS\1E
Bagian selanjutnya mendiskusikan karya terbaru Manuel Castells. Castells Gagasan-gagasan Mrcr

membahas pertumbuhan informasionalisme dan perkembangan masyarakat jaring- Teori Aktor-|aringa:r

an" Terutama komputer dan aliran informasi yang dimungkinkannyalah yang meng-
TEORI SOSIAL POST}{C
ubah dunia dan dalam proses ini menciptakan serangkaian masalah seperti terke- Teon Sosial Postmoce
sampingkannya bagian-bagian lain dunia ini, dan bahkan beberapa bagian kecil Teori Sosial Posrmooe
di Amerika Serikat, dari sistem dan manfaat-manfaatnya. Teori Sosial Postmode
Akhirnya kita mendiskusikan teori-teori globalisasi terkini. Salah satu kon- IV{enerapkan Teon Sor
troversi penting terkait dengan globalisasi adalah apakah dunia yang telah terglo- KRITIK DAN TEORI SCS
balisasi ini semakin homogen atau heterogen. Di tengah-tengah perselisihan seputar
isu ini, banyak teoretisi kontemporer rnemperluas teori modernitas mereka untuk
memberikan perspektif komplementer bagi globalisasi. Perluasan teori modernitas Buku ini sebagiar bes;
ini rnembawa kita pada bab selanjutnya -atau bab akhir dari buku ini- diskusi istilah modern berarti bah
tentang berbagai gagasan yang berhubungan dengan postrnodernitas. * teori sosiologi modern. Gag
hal-hai modern sebaga: pen
selama beberapa dasawais;
tektur. literatur, dar, lain st
oleh beberapa ilmuwan d.s
hal tersebut hadir setelah
modern yang dikemukakar
Dalam teori sosiologi,
halaman-halaman sebelun
mewa- dalam disiplin lersr
penting bagi reori sosioiogi.
atas perkembangan, persp€
orang nrcnduBa bah-Yra ;,;
dengan humaniora, adalah

644