Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. SENI TARI PROFAN


Tari Profan adalah tari yang biasanya dipertunjukkan untuk mendapatkan upah
atau disewa , baik ada hubungannya dengan upacara keagamaan ataupun tidak. Umumnya
untuk hiburan, tetapi terkadang karena dipertunjukkan pada waktu karya bisa juga berfungsi
sebagai seni bebali. Adapun contoh tari profan yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. GAMBUH
Tari Gambuh adalah Dramatari Bali yang dianggap paling tinggi mutunya, merupakan
Drama tari Klasik Bali yang paling kaya dengan gerakan tari dan dianggap sebagai sumber
segala jenis tari klasik Bali, Gambuh berbentuk total theater dimana didalamnya terdapat unsur
seni tari (paling dominan),seni suara ,seni sastra,seni drama dan lain-lainnya.Di Bali gambuh
diduga mulai di pentaskan sekitar abad ke XV yang lakonnya bersumber pada ceritra Panji.
Pementasan gambuh dilakukan sehubungan dengan upacara-upacara besar seperti odalan
yang dilakukan secara besar-besaran (odalan yang disertai upacara madana), upacara perkawinan
anak bangsawan, upacara pelebon ( ngaben ) dan lain sebagainya. Gambuh diiringi dengan
gambelan Pagambuhan yang berlaras Pelog saih pitu, tokoh-tokoh yang biasa ditampilkan adalah
: Condong kakan-kakan, Putri, Arja , Panji (Patih Manis), Patih Keras ( Perabangsa ), Demang
Temenggung, Turas, Panasar dan Prabu. Gambuh yang masih aktif kini bisa didapati di Desa
Batuan ( Gianyar ), Padang Aji ( Karangasem ) Apit Yeh ( Tabanan ) dan Singapadu ( Gianyar )
2. TARI LEGONG
Sebuah tarian klasik Bali yang memiliki pembendaharaan gerak yang sangat kompleks
yang terikat dengan struktur tabuh pengiring yang konon merupakan pengaruh dari Gambuh.
Kata Legong berasal dari kata "leg" yang artinya luwes atau elastis dan kemudian diartikan
sebagai gerakan lemah gemulai (tari).
Selanjutnya kata tersebut di atas dikombinasikan dengan kata "gong" yang artinya
gamelan, sehingga menjadi "Legong" yang mengandung arti gerakan yang sangat terikat
(terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya. Sebutan Legong Kraton adalah
merupakan perkembangannya kemudian. Adakalanya tarian ini dibawakan oleh dua orang gadis
atau lebih dengan menampilkan tokoh Condong sebagai pembukaan dimulainya tari Legong ini,
tetapi ada kalanya pula tari Legong ini dibawakan satu atau dua pasang penari tanpa
menampilkan tokoh Condong lebih dahulu. Ciri khas tari Legong ini adalah pemakaian kipas
para penarinya kecuali Condong.
3. TARI BELIBIS
Tari Belibis ini mengisahkan Prabu Angling Dharma yang dikutuk istrinya menjadi
seekor burung belibis. Dalam pengembaraannya, ia bertemu dengan sekawanan burung belibis,
namun ia tidak diterima dalam kelompok itu karena bisa berbicara seperti manusia. Gerak tari ini
menunjukkan penampilan yang menarik dan harmonis dengan gamelan yang mengiringinya.
4. TARI WIRANATA

Tari ini melukiskan gerak-gerik, sepak terjang yang gagah perkasa dari seorang Raja
Muda. Keistimewaan tari ini adalah pada gerakan mata penarinya dan ekspresi wajahnya,
dipadukan dengan keseluruhan gerakan yang ditarikannya. Tari lepas tunggal ini biasa
dibawakan oleh penari wanita. Diciptakan oleh I Nyoman Ridet pada tahun 1960-an.
5. TARI CENDERAWASIH
Tari ini melantunkan kelembutan serta kemesraan dari sepasang burung cendrawasih saat
menghiasi alam sekelilingnya dengan tarian cinta mereka yang tersusun atas warna-warni
pelangi terpendar dalam rangkuman gerak mereka yang indah bagaikan penggalan puisi para
pujangga. Merupakan buah cipta Ibu Swasti Bandem, SST.
6. TARI WIRAYUDA
Tarian yang menggambarkan kepahlawanan ini dikembangkan dari beberapa jenis
tari Baris Gede (tari Baris upacara) terutama sekali Baris Tumbak atau Baris Katekok Jago.
Ditarikan oleh antara 2 sampai 4 pasang penari pria bersenjatakan tombak, tari ini
menggambarkan sekelompok prajurit Bali Dwipa yang sedang bersiap-siap untuk maju ke medan
perang. Memakai hiasan kepala berbentuk udeng-udengan, tarian yang merupakan produksi
Sanggar Tari Bali Waturenggong ini adalah ciptaan I Wayan Dibia pada tahun 1979.
7. TARI MARGAPATI
Tari Margapati ini berasal dari kata "Marga". Di Bali, kata marga adalah sebutan dari kata
"jalan" atau "margi" seperti "Marga Tiga" yaitu jalan simpang tiga dan "pati" merupakan
kematian atau meninggal dunia sehingga tari ini mungkin berarti jalan menuju kematian atau
tarian yang menggambarkan kesalahan jalan seorang wanita, karena tari ini biasanya ditarikan
oleh seorang penari wanita dengan gerakan - gerakan yang menyerupai seorang laki - laki. Tarian
ini adalah buah karya dari Bapak Nyoman kaler dan diciptakan pada tahun 1942. Juga Margapati
diartikan yaitu : Kata marga berasal dari mrega yang berarti binatang, sedang pati berarti mati.
Gerak-gerik raja hutan yang sedang mengintai dan siap membinasakan mangsanya telah
memberikan inspirasi pada penciptanya untuk menggubah tarian ini.
8. TARI JOGED
Joged adalah tari pergaulan yang sangat populer di Bali. Tari ini memiliki pola-pola gerak yang
bebas, lincah, dan dinamis. Gerak-gerak dasar tari ini diambil dari Legong maupun Tari
Kekebyaran, dan dibawakan secara improvisasi. Joged biasanya dipentaskan untuk perayaan
sehabis panen atau pada acara hiburan pada hari-hari penting di Bali. Tari Joged mempunyai
banyak macam, meliputi: Joged Bumbung, Joged Pingitan, Joged Gebyog, Joged Pudengan
(Udengan), dan Gandrung. Kecuali Joged Pingitan yang memakai lakon Calonarang, semua
pertunjukan Joged selalu ditarikan secara berpasangan laki-perempuan dengan mengundang
partisipasi penonton untuk ngibing. Bagian tersebut dinamakan paibing-ibingan. Pada bagian
tersebut, penari Joged memilih (nyawat) penonton laki untuk diajak menari bersama di arena
pentas. Sebagai sebuah kesenian rakyat, tari Joged diiringi dengan barungan ngamelan yang
didominasi oleh instrumen-instrumen bambu. Di antara semua jenis Joged yang ada di Bali,

Joged Bumbunglah yang paling populer di Bali. Joged yang diiringi grantangan yaitu gamelan
tingklik bambu berlaras slendro ini diperkirakan muncul pada tahun 1946 di Bali Utara.
8. TARI JANGER
Merupakan jenis tarian pergaulan, terutama bagi muda mudi, yang sangat populer
di Bali yang dilakukan oleh sekitar 10 pasang muda-mudi. Selama tarian berlangsung kelompok
penari wanita (Janger) dan kelompok penari pria (Kecak) menari dan bernyanyi bersahutsahutan. Pada umumnya lagu-lagunya bersifat gembira sesuai dengan alam kehidupan mereka.
Gamelan yang biasa dipakai mengiringi tari Janger disebut Batel (Tetamburan) yang dilengkapi
dengan sepasang gender wayang. Munculnya Janger di Bali diduga sekitar abad ke XX,
merupakan perkembangan dari tari sanghyang. Jika kecak merupakan perkembangan dari paduan
suara pria, sedangkan jangernya merupakan perkembangan dari paduan suara wanita.
Lakon yang dibawakan dalam Janger antara lain: Arjuna Wiwaha, Sunda Upasunda dan
lain sebagainya. Tari Janger dapat dijumpai hampir di seluruh daerah Bali, masing-masing
daerah mempunyai variasi tersendiri sesuai dengan selera masyarakat setempat. Di
daerah Tabanan tari Janger biasa dilengkapi dengan penampilan peran Dag (seorang berpakaian
seperti jenderal tentara Belanda dengan gerak-gerak improvisasi yang kadang-kadang memberi
komando kepada penari Janger maupun Kecak). Di desa Metra (Bangli) terdapat tari Janger yang
pada akhir pertunjukannya para penarinya selalu kerauhan Di desa Sibang (Badung) terdapat tari
Janger yang diiringi dengan Gamelan Gong Kebyar yang oleh masyarakat setempat
menamakannya Janger Gong.
Sekaa Janger yang kini masih aktif antara lain Janger Kedaton ( Denpasar ) dan Janger
Singapadu ( Gianyar ).
9. TARI KECAK
Tari kecak atau Seni tari Kecak merupakan sebuah seni tari yang berasal dari Bali
Indonesia, Seni Tari Kecak ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih] para penari lakilaki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu dan sambil menyerukan cak
serta mengangkat kedua lengan. Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain
kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula
para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana,
Hanoman, dan Sugriwa.
Tari Kecak menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama
melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian
yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau
roh
para
leluhur
dan
kemudian
menyampaikan
harapan-harapannya
kepada
masyarakat.Berdasarkan referensi dari wikipedia, meskipun Tari kecak ini seni tari Khas Bali,
tapi tari kecak ini diciptakan bersama dengan seniman luar negeri, dia adalah Walter Spies yaitu
pelukis dari Jerman. Sekitar tahun 1930-an Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman
Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah
Ramayana. Wayan Limbak mempopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan
penari Bali-nya.

10.

TARI SERIMPI

Salah satu dari tarian Jawa Klasik, yang adiluhung, halus dan luhur, tarian ini berasal dari
kraton Yogyakarta, yang dipentaskan selain untuk memeriahkan acara di kraton juga untuk
menyambut tamu khusus kraton. Gerakannya sangat halus lembut dan menciptakan suasana
tenang, teduh dan khidmat. Jika semula memakai pakaian dodotan dan gelung bokor, sekarang
kain seredan dan hiasan kepala berjumbai bulu burung.
11.

TARI PIRING
Merupakan salah satu tarian yang berasal dari Minangkabau, Sumatara Barat. Tarian ini
memiliki gerakan yang menyerupai para petani semasa bercocok tanam, sebagai ungkapan rasa
syukur atas hasil panen yang mereka dapatkan. Diiringi alunan talempong dan Saluang, menari
sambil memegang piring dan menunjukkan kepandaian mengayun piring dalam gerak yang
cepat.

12.

TARI TOR-TOR

Merupakan tarian yang paling dikenal oleh masyarakat Batak, Sumatra Utara. Gerakannya
seirama dengan iringan musik (Margondang) yang dimainkan dengan alat-alat musik tradisional
diantaranya gondang, suling dan terompet batak. Gerakannya sangat sederhana merupakan
pengulangan gerakan kaki dan tangan, tarian ini di persembahkan pada upacara adat, perkawinan
dan acara khusus lainnya.
13.

TARI SAMAN
Kata Saman di peroleh dari salah satu ulama besar Aceh, Syech Saman. Tari Saman
berasal dari tanah Goyo, Nangroe Aceh Darusalam. Tari ini di persembahkan secara
berkelompok, sambil bernyanyi dengan posisi duduk berlutut dan bersaf. Di tampilkan
menggunakan iringan alat musik, berupa gendang dan suara dari para penari serta tepuk tangan,
yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha.

2.2. TARI SAKRAL


Tari Sakral adalah tari yang difungsikan untuk pelaksana atau pemuput karya. Tari
ini tidak pernah diupah atau disewa, pelakunya membawa atau menggunakan alat-alat
perlengkapan yang khas. Adapun contoh tari sakral adalah sebagai berikut:
1. TARI SANG HYANG
a.

SANG HYANG DEDARI


Sebagaimana namanya, tari Sanghyang Dedari ini termasuk tarian sakral yang tidak untuk
dipertontonkan sebagai fungsi pertunjukan, tetapi hanya diselenggarakan dalam rangkaian
upacara suci. Tarian ini dilakukan oleh sepasang gadis cilik yang belum akil balig. Sebelum
menari, kedua gadis tadi diupacarai untuk memohon datangnya sang Dedari ke dalam badan
kasar mereka. Prosesi diiringi dengan paduan suara gending sanghyang yang dilakukan oleh
kelompok paduan suara wanita dan pria. Kedua gadis itu kemudian pingsan, tanda bahwa roh
dedari telah merasukinya. Kemudian beberapa orang membangunkan dan memasangkan hiasan
kepalanya, kedua gadis dalam keadaan tidak sadar, dibawa ke tempat menari. Di tempat menari,
kedua gadis kecil itu diberdirikan di atas pundak dua orang pria yang kuat. Dengan
iringan gamelan Palegongan, kedua penari menari-nari di atas pundak si pemikul yang berjalan
berkeliling pentas. Gerakan tarian yang dilakukan mirip dengan tari Legong. Selama tarian
berlangsung, mata kedua gadis itu tetap tertutup rapat. Menari di atas bahu seseorang tanpa
terjatuh, tidak mungkin dilakukan oleh gadis-gadis cilik dalam keadaan sadar, apalagi biasanya si
gadis belum pernah belajar menari sebelumnya. Tarian suci ini diadakan dalam upacara
memohon keselamatan dari bencana atau wabah penyakit yang menyerang suatu desa. Tarian ini
terdapat di daerah Badung, Gianyar, dan Bangli.

b. SANG HYANG JARAN


Ditarikan oleh seorang pria atau seorang pemangku yang mengendarai sebuah kuda-kudaan yang terbua

Tari ini diselenggarakan pada saat-saat prihatin, misalnya terjadi wabah penyakit atau kejadian lain yan
2. TARI REJANG

Tarian yang memiliki gerak tari yang sederhana dan lemah gemulai, ditarikan oleh
penari putri (pilihan maupun campuran dari berbagai usia) yang dilakukan secara berkelompok
atau massal di halaman pura pada saat berlangsungnya suatu upacara. Bisa diiringi dengan
gamelan Gong Kebyar atau Gong Gede.
Tari Rejang ini, oleh masyarakat Bali dibagi dalam beberapa jenis berdasarkan status
sosial penarinya (Rejang Deha: ditarikan oleh remaja putri), cara menarikannya (Rejang

Renteng : ditarikan dengan saling memegang selendang), tema dan perlengkapan tarinya
terutama hiasan kepalanya (Rejang Oyopadi, Rejang Galuh, Rejang Dewa dll). Di desa
Tenganan, dalam upacara "Aci Kasa" ditarikan tari Rejang Palak, Rejang Mombongin, Rejang
Makitut dan Rejang Dewa yang diiringi dengan gamelan Selonding yang masing-masing tarian
Rejang tersebut dapat dilihat perbedaannya dari simbol-simbol dan benda sakral yang dibawa
penarinya, pola geraknya, cara menarikannya dan tata busananya.
3. TARI TOPENG
Topeng berarti penutup muka yang terbuat dari kayu, kertas, kain dan bahan lainnya
dengan bentuk yang berbeda-beda. Dari yang berbentuk wajah dewa-dewi, manusia, binatang,
setan dan lain-lainnya. Di Bali topeng juga adalah suatu bentuk dramatari yang semua pelakunya
mengenakan topeng dengan cerita yang bersumber pada cerita sejarah yang lebih dikenal dengan
Babad. Dalam membawakan peran-peran yang dimainkan, para penari memakai topeng
bungkulan (yang menutup seluruh muka penari), topeng sibakan (yang menutup hanya sebagian
muka dari dahi hingga rahang atas termasuk yang hanya menutup bagian dahi dan hidung).
Semua tokoh yang mengenakan topeng bungkulan tidak perlu berdialog langsung, sedangkan
semua tokoh yang memakai topeng sibakan memakai dialog berbahasa kawi dan Bali.
Tokoh-tokoh
utama
yang
terdapat
dalam
dramatari
Topeng
terdiri
dari Pangelembar (topeng Keras dan topeng tua), Panasar (Kelihan - yang lebih tua,
dan Cenikan yang lebih kecil), Ratu (Dalem dan Patih) dan Bondres (rakyat).

4. CALON ARANG
Dramatari ritual magis yang melakonkan kisah-kisah yang berkaitan dengan ilmu sihir, ilmu
hitam maupun ilmu putih, dikenal denganPangiwa / Pangleyakan dan Panengen. Lakon-lakon
yang ditampilkan pada umumnya berakar dari cerita Calonarang, sebuah cerita semi sejarah dari
zaman pemerintahan raja Airlangga di Kahuripan (Jawa timur) pada abad ke IX. Cerita lain yang
juga sering ditampilkan dalam drama tari ini adalah cerita Basur, sebuah cerita rakyat yang amat
populer dikalangan masyarakat Bali. Karena pada beberapa bagian dari pertunjukannya
menampilkan adegan adu kekuatan dan kekebalan (memperagakan adegan kematian bangkebangkean, menusuk rangda dengan senjata tajam secara bebas) maka Calonarang sering
dianggap sebagai pertunjukan adu kekebalan (batin).
Dramatari ini pada intinya merupakan perpaduan dari tiga unsur penting,
yakni Babarongan diwakili oleh Barong Ket, Rangda dan Celuluk, Unsur Pagambuhan diwakili
oleh Condong, Putri, Patih Manis (Panji) dan Patih Keras (Pandung) dan Palegongan diwakili
oleh Sisiya-sisiya (murid-murid). Tokoh penting lainnya dari dramatari ini adalah Matah

Gede dan Bondres. Karena pagelaran dramatari ini selalu melibatkan Barong Ket maka
Calonarang sering disamakan dengan Barong Ket. Pertunjukan Calonarang bisa diiringi
dengan Gamelan Semar Pagulingan, Bebarongan, maupun Gong Kebyar. Dari segi tempat
pementasan, pertunjukan Calonarang biasanya dilakukan dekat kuburan (Pura Dalem) dan arena
pementasannya selalu dilengkapi dengan sebuah balai tinggi (trajangan atau tingga) dan pohon
pepaya.
5. TARI JAUK
Tari jauk dapat dibagi menjadi 2 jenis
1. Tari Jauk Keras (topeng berwarna merah)
2. Tari Jauk Manis (topeng berwarna putih)
Tarian bertopeng yang menggambarkan seorang raja raksasa yang sedang berkelana.
Penarinya adalah pria, mengenakan busana yang terdiri dari awiran yang berlapis-lapis, ditambah
dengan gelungan jauk dan kaos tangan yang berkuku panjang. Tarian ini lebih bersifat
improvisasi
dengan
struktur
koreografi
yang
fleksible.
6. TARI BARIS

Tari Baris ini adalah tari Bali yang menggambarkan ketangkasan pasukan. Sebagai
tarian upacara, sesuai dengan namanya Baris yang berasal dari kata bebaris yang dapat
diartikan pasukan maka tarian ini menggambarkan ketangkasan pasukan prajurit. Tari ini
merupakan tarian kelompok yang dibawakan oleh pria, umumnya ditarikan oleh 8 sampai lebih
dari 40 penari dengan gerakan yang lincah cukup kokoh, lugas dan dinamis, dengan diiringi
Gong Kebyar dan Gong Gede. Setiap jenis, kelompok penarinya membawa senjata,
perlengkapan upacara dan kostum dengan warna yang berbeda, yang kemudian menjadi nama
dari jenis- jenis tari Baris yang ada.Tari-tarian Baris yang masih ada di Bali antara lain:
a. Baris Pendet : Tari baris yang para penarinya tampil tanpa membawa senjata perang melainkan
sesaji (canang sari), ditarikan dalam upacara Dewa Yadnya.Di desa Tanjung Bungkak (Denpasar)
penari baris ini membawa canang yang disebut canang oyod dan pada bagian akhir tariannya,
para penari menari menggunakan kipas sambil ma-aras-arasan atau bersuka ria.
b. Baris Dadap : Baris yang membawa senjata dapdap (semacam perisai), gerakannya lebih
lembut dari jenis-jenis tari Baris lainnya dan penarinya menari sambil menyayikan

tembang berlaras slendro dengan diiringi gamelan Angklung yang juga berlaras slendro
dan ditarikan dalam upacara Dewa Yanya kecuali di daerah Tabanan ditarikan dalam
upacara Pitra Yadnya, banyak dijumpai didaerah Bangli, Buleleng, Gianyar dan Tabanan.
c. Baris Tamiang
Baris yang membawa senjata keris dan perisai yang dinamakan Tamiang, dapat dijumpai
di daerah Badung.
d. Baris Bedil
Baris ini ditarikan oleh beberapa pasang penari yang membawa imitasi senapan berlaras
panjang (bedil) terbuat dari kayu, ditampilkan dalam upacara Dewa Yadnya dan terdapat
di daerah Klungkung, Bangli dan Badung.
e. Baris Gowak
Tarian yang melukiskan peperangan antara pasukan Tegal Badeng (Badung) dengan
sekelompok burung gagak pembawa kematian, di mana beberapa pasang penarinya
memerankan prajurit Tegal Badeng dan yang lainnya sebagai sekelompok burung gagak
dengan kostum yang memakai sayap. Tarian ini sangat disucikan oleh masyarakat desa
Selulung, Kintamani (Bangli) dan terdapat dalam Upacara Dewa Yadnya.
f. Baris Katekok jago
Baris yang membawa senjata tombak poleng (tombak yang tangkainya berwarna hitam
dan putih) dan berbusana loreng hitam putih ditarikan dalam upacara Pitra Yadnya
(Ngaben). Umumnya ada di daerah Badung dan Kodya Denpasar. Sedang tarian Baris
sejenis di Buleleng disebut Baris Bedug dan di Gianyar disebut Baris Poleng.
g. Baris Cendekan
Baris ini ditarikan oleh beberapa pasang penari yang membawa senjata tombak yang
pendek (cendek), ditampilkan dalam upacara Dewa Yadnya.
h. Baris Jangkang
Baris ini ditarikan oleh penari-penari yang membawa senjata tombak panjang,
ditampilkan dalam upacara Dewa Yadnya dan terdapat di daerah Bangli, Gianyar, dan
Klungkung (Nusa Penida).
i. Baris Demang
Ditarikan oleh sekelompok penari yang menggambarkan tokoh Demang (salah satu dari
tokoh Pagambuhan) dalam drama tari klasik Gambuh dengan senjatanya pedang, tumbak,
panah dan lain-lainnya. Tari Baris ini terdapat di daerah Buleleng.
j. Baris Mamedi
Tarian ini menggambarkan sekelompok roh halus (mamedi) yang hidup ditempat angker
seperti kuburan, para penarinya memakai busana yang terbuat dari dedaunan dan ranting
yang diambil dari kuburan. Gamelan pengiring tarinya gamelan Balaganjur. Tarian
diselenggarakan dalam rangka upacara Pitra Yadnya (ngaben) dan terdapat di daerah
Tabanan.

k. Baris Tumbak
Baris yang membawa senjata tombak dan berbusana awiran berlapis lapis ditarikan
dalam upacara Dewa Yadnya, banyak dijumpai di daerah Badung, Bangli dan Gianyar.
l. Baris Presi
Para penari baris ini membawa senjata keris, dan sejenis perisai yang dinamakan presi.
Diadakan dalam kaitannya dengan upacara Dewa Yadnya. Banyak dijumpai di daerah
Bangli dan Buleleng.
m. Baris Bajra
Baris yang membawa senjata gada dengan ujungnya berbentuk bajra (seperti gada
Bhima) dan ditarikan dalam upacara Dewa Yadnya serta dapat dijumpai di daerah Bangli
dan Buleleng.
n. Baris Baris Kupu-Kupu
Sesuai dengan temanya, tari Baris ini melukiskan kehidupan binatang kupu-kupu dan
penarinya mengenakan sayap kupu-kupu, gerakannya lincah dan dinamis menirukan
gerak-gerik kupu-kupu. Hingga kini tari ini ada di desa Renon dan Lebah (Denpasar).
o. Baris Cina
Tari Baris ini diduga mendapat pengaruh budaya Cina, keunikannya terlihat dari tata
busana (celana panjang dengan baju lengan panjang, selempang kain sarung, bertopi,
berkacamata hitam serta memakai senjata pedang), geraknya (mengambil gerakan pencak
silat), dan iringannya (gamelan Gong Bheri yaitu Gong tanpa moncol). Tarian ini
menggambarkan pasukan juragan asal tanah Jawa yang datang ke Bali. Tarian ini
ditampilkan dalam upacara Dewa Yadnya dan terdapat di desa Renon dan Belanjong,
Sanur (Denpasar).
p. Baris Panah : Baris ini ditarikan oleh beberapa pasang penari yang membawa senjata
panah dan ditampilkan dalam upacara Dewa Yadnya, terdapat di daerah Buleleng dan di
Bangli.
q. Baris Gayung
Baris ini ditarikan oleh sekelompok penari yang terdiri dari para pemangku dengan
membawa gayung atau cantil (alat untuk membawa air suci), ditampilkan dalam upacara
Dewa Yadnya dan terdapat di daerah Bangli, Gianyar serta Badung.
r. Baris Cerekuak
Tarian yang menggambarkan gerak-gerik sekelompok burung air (cerekuak) ketika
mencari kekasihnya, burung manuk dewata. Para penarinya memakai busana babuletan
(kain yang dicawatkan sampai di atas lutut) dengan hiasan dari daun- daunan pada
sekujur tubuh dan kepala, hanya ditampilkan dalam upacara Pitra Yadnya (Ngaben)
dengan Gamelan pengiringnya Batel Gaguntangan. Tarian baris tersebut terdapat di
daerah Tabanan.

s. Baris Ketujeng
Tari ini menggambarkan sekelompok roh halus yang hidup di tempat angker yang
dimaksudkan sebagai tari pengantar atman orang yang meninggal menuju sorga,
dibawakan oleh sekelompok penari yang mengenakan busana dari dedaunan. Tari baris
ini dipertunjukan dalam upacara Pitra Yadnya (Ngaben)
t. Baris Omang
Tari Baris yang mempergunakan senjata tombak tetapi gerakannya perlahan-lahan seperti
jalannya siput (Omang), menggambarkan pertempuran antara pasukan Tegal Badeng
(Badung) dengan pasukan Guwak (burung gagak). Tarian ini sangat disucikan oleh
masyarakat Selulung (Kintamani Bangli, dan terdapat dalam upacara Dewa Yadnya.
u. Baris Kuning
Merupakan tarian upacara Dewa Yadnya yang ditarikan oleh sekelompok penari pria
yang berbusana serba kuning dan bersenjatakan keris dan tamiang (perisai), terdapat di
daerah Buleleng.
v. Baris Kelemet
Tarian ini dibawakan oleh sekelompok penari yang memerankan para nelayan, dengan
senjata semacam dayung dan menggambarkan orang naik sampan di laut untuk
menangkap ikan, tari ini ada dalam upacara Dewa Yadnya dan terdapat di daerah Badung.
w. Baris Jojor
Tarian baris yang ditarikan sekelompok penari dengan membawa senjata Jojor (tombak
bertangkai panjang) terdapat dalam upacara Dewa Yadnya dan ada di daerah Buleleng,
Bangli dan Karangasem.
x. Baris Tengklong
Tari yang dibawakan oleh sekelompok penari dengan senjata pedang, gerakannya
dinamis, perkasa dan mendekati gerakan pencak silat. Khusus ditampilkan dalam upacara
di Pura Penambangan Badung, tepatnya di desa Pamedilan Kodya Denpasar.
y. Baris Tunggal
Tari Baris ini biasanya dibagi jadi 3 babak. yaitu babak pembuka , babak alus, dan babak
penutup.
7. WAYANG LEMAH
Dipentaskan pada umumnya siang hari dan dilihat dari fungsinya adalah termasuk
kesenian pelengkap upacara keagamaan. Di beberapa tempat disebut dengan Wayang Gedog.
Wayang ini dipentaskan tanpa menggunakan layar atau kelir, dan lampu blencong. Dalam
memainkan wayangnya, dalang menyandarkan wayang-wayang pada seutas benang putih
(benang tukelan) sepanjang sekitar setengah sampai satu meter yang diikat pada batang kayu
dapdap yang dipancangkan pada batang pisang di kedua sisi dalang. Gamelan pengiringnya
adalah gender wayang yang berlaras slendro (lima nada). Wayang upacara ini, pementasannya

sangat tergantung pada waktu pelaksanaan upacara keagamaan yang diiringinya, sehingga dapat
dipentaskan pada siang hari, sore ataupun malam hari.
Pendukung pertunjukan ini adalah yang paling kecil, 3 sampai 5 orang yang terdiri dari
seorang dalang dan satu atau dua pasang penabuh gender wayang. Sebagai kesenian upacara,
pertunjukan wayang lemah biasanya mengambil tempat di sekitar tempat upacara dengan tidak
mempergunakan panggung pementasan khusus. Lakon yang dibawakan pada umumnya
bersumber pada cerita Mahabrata yang disesuaikan dengan jenis dan tingkatan upacara yang
diiringinya. Jangka waktu pementasan Wayang Lemah pada umumnya singkat, sekitar 1 sampai
2 jam.

Anda mungkin juga menyukai