B. Teori
a. Respirasi
Respirasi dapat diartikan :
1. bernapas yaitu proses inspirasi dan ekspirasi, menghirup O2 dan melepaskan CO2
2. pertukaran gas yaitu pertukaran O2 dan CO2 baik antara alveolus dan kapiler paru-
paru, maupun antara kapiler jaringan dan sel di jaringan.
Membrana branchiostega, merupakan selaput tipis yang melekat pada operculum dan
berakhir bebas di tepi belakang dari operculum. Berfungsi sebagai klep untuk
menahan agar supaya air tidak masuk ke dalam rongga
insang dari arah belakang.
7. Radii branchiostega, merupakan tulang-tulang kecil yang terletak pada bagian
ventral pharynx, dan berfungsi untuk menyokong membrana branchiostega. Ikan-
ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) tidak memiliki tulang-tulang penutup insang.
Insang ikan tersebut berada di dalam rongga dan berhubungan keluar melalui celah-
celah insang yang berjumlah sekitar 5 – 7 buah.
2. Organ Pernapasan Tambahan
Ada beberapa jenis ikan tertentu yang selain bernapas dengan insang juga
menggunakan paru-paru sebagai organ pernapasannya. Ikan-ikan yang
mempunyai organ paru-paru adalah ikan paru-paru Australia (Neoceratodus forsteri
(Krefft, 1870)), ikan paru-paru Afrika Timur (Protopterus annectens annectens
(Owen, 1839)), dan ikan paru-paru Amerika Selatan (Lepidosiren paradoxa
Fitzinger, 1837).
Selain insang dan paru-paru, beberapa jenis ikan tertentu memiliki alat
pernapasan tambahan yang berupa:
a. Labyrinth, lipatan membran seperti bunga mawar yang merupakan derivat
dari lengkung insang. Pada ikan betok (Anabas testudineus (Bloch, 1792)),
organ labyrinth terletak di bagian atas insang dan terdapat saluran yang
menghubungkan labyrinth dan insang
b. Arborescent organ, berbentuk seperti bunga karang. Pada ikan lele
(Clarias batrachus (Linnaeus, 1758)) alat pernapasan tambahan ini terletak
di bagian atas depan insang.
c. Diverticula, lipatan kulit pada bagian mulut dan ruang pharynx, misalnya
pada ikan gabus (Channa striata (Bloch, 1793))
d. Alat pernapasan tambahan berupa tabung, misalnya pada ikan
Heteropneustes microps (Günther, 1864) dan jenis catfish lainnya.
e. Dinding bagian dalam dari operculum yang banyak mengandung
pembuluh darah, misalnya pada ikan blodok (Periophthalmus kalalo
Lesson, 1831).
a. Alat
1. Nampan bedah
2. Alat bedah
3. Lap
4. Stopwatch
5. Benang halus
6. Gelas kimia 250 ml
7. Alat suntik
b. Bahan
1. Ikan Gurame
2. Ikan Lele (Clarias batrachus)
3. Belut
4. Katak
5. Air kapur
6. Campuran metilen biru dan larutan garam fisiologis (0,7 % NaCl) dengan
perbandingan 1:1000
D. Cara Kerja
1. Pengamatan Alat Pernapasan Ikan
Membedah katak
Parameter Keterangan
Sebelum : Putih
Air Kapur Sesudah : Kuning Keruh
Insang
Labirin
Ikan Gurame
Ikan gurami memiliki bentuk fisik khas yaitu bentuk badannya pipih, agak panjang dan
lebar. Badan ikan gurami ditutupi oleh sisik yang kuat dengan tepi agak kasar. Mulut ikan ini
berukuran kecil, letaknya miring tidak tepat dibawah ujung moncong. Bibir bawah terlihat
menonjol sedikit 7 dibandingkan bibir atas. Penampilan guramiyang masih muda berbeda
dengan dewasa. Perbedaan itu dapat diamati berdasarkan warna, bentuk kepala dan dahi, dan
ukuran tubuh. Gurami muda memiliki warna dan perilaku jauh lebih menarik dibandingkan
gurami dewasa (Sitanggang dan Sarwono, 2006). Ikan gurami memiliki alat pernapasan
tambahan yang disebut labirin, yaitu lipatan-lipatan epitelium pernapasan yang merupakan
turunan dari lembar insang pertama, sehingga ikan dapat mengambil oksigen langsung dari
udara. Ikan ini tergolong dalam ordoLabirynthici. Adanya labirin pada ikan gurame
memungkinkan ikan tersebut dapat hidup dalam perairan yang kadar oksigennya rendah
(Departemen Pertanian, 1986).
Labirin
2. Pengamatan Oksidasi Jaringan
Paru yang digunakan adalah paru katak yang terdiri dari dua paru (di sebelah
kanan dan di sebelah kiri tubuh katak). Paru katak berwarna merah muda ketika
diambil dari besar laju aliran udara, karena udara terus mengalir sampai tekanan
intra alveolus seimbang dengan tekanan atmosfer. Sel-sel alveolus mengeluarkan
suatu zat yang dinamakan surfaktan paru, suatu fosfolipoprotein yang berada di
antara molekul-molekul air dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga
compliance paru dapat meningkat dan mencegah kecenderungan alveolus untuk
kolaps. Maka dari itu, ketika paru katak dimasukkan kedalam air kapur yang
memiliki banyak gas CO2 tidak membuat paru katak menjadi kolaps.
Setelah paru katak menjadi mengembang, air kapur menjadi cukup bening
karena gas CO2 didalam air kapur telah masuk kedalam alveolus secara difusi.
Sehingga hanya tertinggal sedikit CO2 didalam air kapur serta terbentuk endapan
Ca(OH)2.
CaCO3 (s) + H2O (l) → H2CO3 (l) + Ca(OH)2 (l)
H2CO3 (l) → H2O (l) + CO2 (g)
Paru katak tersusun atas jaringan epitel pipih selapis, sehingga bisa terjadi
pertukaran gas melalui membran paru yang tersusun dari jaringan tersebut.
Setelah paru ditekan, paru katak yang diikatkan dengan benang halus di daerah
bronkus bertujuan agar aliran darah dari pembuluh darah tidak mengalir ke dalam
paru dan tercipta tekanan udara antara lingkungan dengan bagian dalam paru.
Paru yang sudah diikatkan dipotong pada bagian atasnya untuk dimasukkan ke
dalam air kapur (larutan CaCO3).
Air kapur terlihat lebih keruh dan adanya gelembung, menandakan adanya
CO2 setelah ditiup oleh praktikan. Setelah dimasukkan, ternyata paru katak
menjadi mengembang. Hal ini karena, adanya perbedaan tekanan parsial gas CO2
antara di dalam air kapur dengan di dalam paru. Tekanan parsial ini tidak terlalu
beda jauh, karena gas yang terdapat di dalam air kapur ada yang menguap ke
udara, tetapi masih tersisa gas yang terlarut didalam air kapur, sehingga tekanan
tetap terjadi walau tidak begitu besar.
Tekanan CO2 pada larutan CaCO3 (air kapur) lebih besar dibandingkan dengan
tekanan CO2 di dalam alveolus, sehingga CO2 berdifusi dari dalam larutan CaCO3
ke dalam alveoli sesuai dengan selisih tekanan sehingga paru-paru terlihat
menggembung karena terisi oleh CO2 yang terdapat dalam larutan air kapur.
Serta, paru katak menjadi berwarna merah pucat karena adanya akumulasi CO2 ke
dalam paru.
Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.
Second edition. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Seeley, R.R., T.D. Stephens, P. Tate. 2003. Essentials of Anatomy and Physiology
fourth edition. McGraw-Hill Companies.
Villee, Claude A., Warren F., Walker, Jr. Robert, and D. Barnes. 1984.
Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga.
1. Mengapa keluar masuknya O2 dan CO2 dari organ respirasi ke jaringan dan
sebaliknya berlangsung secara difusi?
Jawab :
Pertukaran oksigen dan karbondioksida di dalam paru-paru (lebih tepatnya di
alveolus) yang terjadi secara difusi yang disebabkan karena adanya perbedaan
tekanan. Udara yang sampai di dalam alveoli memiliki tekanan O2 yang lebih tinggi
daripada tekanan O2 di kapiler-kapiler darah alveoli. Akibatnya, O2 akan mengalir
masuk ke dalam darah yang kemudian diikat oleh hemoglobin darah. Selain itu di
dalam udara yang sampai di alveoli, tekanan CO2 memiliki nilai yang lebih rendah
dibandingkan dengan tekanan CO2 di dalam darah. Akibatnya, karbondioksida akan
mengalir dari darah menuju menuju kapiler paru-paru.
Fosforilasi oksidatif
Molekul ATP pada beberapa metabolisme dapat dihasilkan dengan beberapa cara:
Jawab :
Ikan : Labirin
Katak : Kulit, Paru – Paru, Insang
Reptil : Paru-paru
Mamalia : Paru- Paru