Anda di halaman 1dari 27

Tanggal percobaan : 1 November 2019

Tanggal pengumpulan : 8 November 2019

PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II


FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

Nama : Shafira Syawalia


Kelas : Biologi B 2017
NRM : 1308617063
Kelompok :4
Dosen Pengampu : Dr. Elsa Lisanti, M.Si
Asisten Laboratorium : 1. Ratna Pratiwi
2. Nurtiastuti Ramadhan

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
A. Tujuan
1. Mengetahui alat-alat atau organ-organ pernapasan pada beberapa jenis ikan
termasuk alat-alat bantu pernapasan lainnya
2. Menganalisis perbedaan alat-alat atau organ-organ pernapasan yang digunakan
oleh beberapa jenis ikan
3. Mengetahui pengaruh lingkungan hidup ikan terhadap alat-alat pernapasan yang
digunakan
4. Mengamati terjadinya oksidasi pada jaringan
5. Mengetahui permeabilitas paru-paru terhadap gas

B. Teori

a. Respirasi
Respirasi dapat diartikan :
1. bernapas yaitu proses inspirasi dan ekspirasi, menghirup O2 dan melepaskan CO2
2. pertukaran gas yaitu pertukaran O2 dan CO2 baik antara alveolus dan kapiler paru-
paru, maupun antara kapiler jaringan dan sel di jaringan.

Respirasi dapat diartikan sebagai proses peningkatan oksigen dan pengeluaran


karbondioksida oleh darah melalui permukaan alat pernafasan organisme dengan
lingkungannya atau merupakan proses yang dilakukan oleh organisme untuk
menghasilkan energi dari hasil metabolisme (Triastuti et.al, 2009). Ada dua macam
respirasi yaitu, respirasi eksternal (luar) dan respirasi internal (dalam). Respirasi luar
meliputi proses pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 dan uap air antara organisme
dengan lingkungannya. Respirasi internal disebut juga pernapasan seluler karena
pernapasan ini terjadi di dalam sel, yaitu di dalam sitoplasma dan mitokondria.
Berdasarkan kebutuhan akan oksigen, respirasi internal dibagi menjadi respirasi aerob
dan anaerob. Menurut Imam Abror (2010), respirasi dapat digolongkan menjadi 2
jenis berdasarkan persediaan O2 di udara, yaitu respirasi aerob dan anaerob. Respirasi
aerob merupakan proses respirasi yang membutuhkan O2, sebaliknya respirasi
anaerob merupakan respirasi yang berlangsung tanpa membutuhkan O2. Perbedaan
antara keduanya akan terlihat pada proses tahapan reaksi dalam respirasi. Proses
transpor gas-gas secara keseluruhan berlangsung secara difusi.
Respirasi sel berlangsung dalam 4 tahap yaitu: glikolisis, dekarboksilasi oksidatif,
siklus rebs, dan transport elektron. Dari ke-4 tahap respirasi teresebut, hanya glikolisis
yaitu pemecahan glukosa menjadi asam piruvat yang berlangsung secara anaerob.
Pada tahap dekarboksilasi oksidatif dan siklus krebs, oksigen diperlukan untuk
membentuk CO2. Sedangkan pada tahap transport elektron, oksigen diperlukan
sebagai penerima elektron terakhir membentuk radikal oksigen dan bereaksi dengan
H+ membentuk air.
Pada tahap pertukaran gas, oksigen dari alveolus masuk ke kapiler paru-paru dan
diikat oleh haemoglobin di dalam sel darah merah membentuk Hb(O2)4 dan terdapat
sejumlah oksigen yang terlarut dalam plasma darah yang tidak diikat oleh Hb.
Oksigen inilah yang menentukan tekanan parsial oksigen dalam darah. Setelah sampai
di kapiler jaringan, O2 dilepas oleh Hb dan berdifusi ke dalam sel. Mengapa O2 selalu
dilepas oleh Hb setelah sampai di kapiler jaringan? Hal ini terjadi karena ada
peningkatan kadar H+ (penurunan pH). Hal inilah yang disebut dengan efek Bohr.
Oksigen yang berdifusi ke dalam otot akan diikat oleh mioglobin. Pengikatan oksigen
oleh haemoglobin dikatalis oleh 2,3 DPG (2,3 difosfogliserat) dalam sel darah merah.
Hasil respirasi di dalam sel adalah CO2, H20 dan energi dalam bentuk ATP dan
panas yang hilang ke lingkungan. CO2 akan diangkut oleh vena menuju jantung dan
dibuang melalui organ respirasi yaitu insang, kulit, atau paru-paru. Energi dalam
tubuh berasal dari oksidasi karbohidrat, lemak, dan protein. Karbohidrat, lemak, dan
protein dapat disimpan dalam tubuh sebagai sumber energi cadangan. Karbohidrat
disimpan dalam bentuk glikogen di hati, di otot, dan di jaringan lain (common
metabolic pool). Bila tubuh kekurangan suplai makanan sumber energi, maka sumber
energi cadangan di dalam tubuh akan segera dibongkar. Pertama adalah glikogenolisis
(penguraian glikogen menjadi glukosa 1 fosfat), kedua lipolisis (penguraian lemak
dari jaringan dan ditransfer ke hati, tempat berlangsungnya glukoneogenesis yaitu
pembentukan glukosa dari bahan non karbohidarat), ketiga adalah proteolisis
(penguraian protein menjadi asam amino ditransfer ke hati, seperti langkah kedua).
Glukoneogenesis sangat penting karena sumber energi untuk sel saraf, sel darah,
dan sel ginjal yang tidak memiliki cadangan energi. Glikogen dalam tubuh hanya
bertahan sebagai sumber energi selama 1,5 hari. Oleh karena itu bila dalam waktu 36
jam tubuh kekurangan kerbohidrat, maka lemak dan protein akan diubah menjadi
glukosa (glukoneogenesis) agar sel saraf, sel ginjal, sel darah, dan sel lainnya tidak
mati karena kekurangan energi.
Glukosa, asam lemak, dan asam amino yang diasorbsi oleh usus halus akan
dibawa oleh darah ke jaringan. Glukosa akan mengalami glikolisis menjadi asam
piruvat. Asam piruvat akan mangalami dekarboksilasi menjadi asetil koenzim A.
Sedangkan asam amino dapat langsung diubah menjadi asetil koenzim A. Koenzim A
selanjutnya masuk ke matriks mitokondria tempat berlangsungnya siklus Krebs. Hasil
oksidasi seluler dalam mitokondria ini adalah:
1. Energi yang ditangkap oleh ADP menjadi ATP dan ada yang hilang ke
lingkungan dalam bentuk panas. ATP dapat disimpan dalam bentuk keratin
fosfat (fosfokeratin)
2. Karbondioksida (CO2)
3. Air (H2O)
Karbon dioksida (CO2) yang terbentuk di mitokondria selanjutnya ditransfer ke
sitosol dan berdifusi ke cairan ekstra sel, dan selanjutnya masuk ke pembuluh darah
kapiler. Dari kapiler, CO2 dibawa ke paru-paru oleh darah dalam bentuk CO2 terlarut,
HbCO2, dan H2CO3. Pengangkutan CO2 paling banyak dalam bentuk H2CO3 di
ertrosit. Hal ini disebabkan pembentukan H2CO3 dikatalis oleh karbonat anhidrase
yang ada di dalam eritrosit. Setelah sampai di kapiler paru-paru, CO2 berdifusi ke
alveoli.
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai oleh
tubuh per satuan waktu (Seeley, 2002). Laju metabolisme berkaitan erat dengan
respirasi karena respirasi merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan
yang bergantung pada adanya oksigen (Tobin, 2005). Secara sederhana, reaksi kimia
yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6 O2 → 6 CO2 + 6 H2O + ATP (Tobin, 2005)
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen
yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena
oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui)
untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya juga. Akan tetapi, laju
metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain
temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas (Tobin, 2005). Laju konsumsi
oksigen dapat ditentukan dengan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan
mikrorespirometer, metode Winkler, maupun respirometer Scholander. Penggunaan
masing-masing cara didasarkan pada jenis hewan yang akan diukur laju konsumsi
oksigennya.
Mikrorespirometer dipakai untuk mengukur konsumsi oksigen hewan yang
berukuran kecil seperti serangga atau laba-laba. Alat ini terdiri atas syringe, kran 3
arah, tabung spesimen, dan tabung kapiler berskala. Metode Winkler merupakan suatu
cara untuk menentukan banyaknya oksigen yang terlarut di dalam air. Dalam metode
ini, kadar oksigen dalam air ditentukan dengan cara titrasi. Titrasi merupakan
penambahan suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar) ke
dalam larutan lain yang tidak diketahui konsentrasinya secara bertahap sampai terjadi
kesetimbangan (Chang, 1996). Dengan metode Wingkler, kita dapat mengetahui
banyaknya oksigen yang dikonsumsi oleh hewan air seperti ikan. Respirometer
Scholander digunakan untuk mengukur laju konsumsi oksigen hewan-hewan seperti
katak atau mencit. Alat ini terdiri atas syringe, manometer, tabung spesimen, dan
tabung kontrol.
Terdapat 2 mekanisme Respirasi yaitu:
1. mekanisme inspirasi: yaitu pembesaran rongga torax yang di ikuti
mengembangnya paru-paru sehingga tekanan dalam paru-paru lebih rendah dari
tekanan udara luar, akibatnya udara akan mengalir masuk ke dalam paru-paru.
2. mekanisme ekspirasi: yaitu pengecilan dari rongga thorax dan paru-paru yang
diikuti oleh pengeluaran udara dari paru-paru.

Dikenal dua macam mekanisme pernapasan, yaitu:


1. Pernapasan dada
Inspirasi terjadi di otot antar tulang rusuk berkontraksi sehingga tulang-tulang
rusuk terangkat ke atas, demikian pula tulang dada ikut terangkat ke atas.
Akibatnya rongga dada membesar. Membesarnya rongga dada menyebabkan
paru-paru ikut membesar, akibatnya tekanan udara dalam paru-paru berkurang
sehingga udara luar masuk. Ekspirasi terjadi jika otot-otot antar tulang rusuk
relaksasi, yaitu tulang rusuk dan tulang dada turun kembali pada kedudukan
semula sehingga rongga dada mengecil. Oleh karena itu volume paru-paru
berkurang maka tekanan udara dalam pru-paru bertambah, akibatnya udara keluar.
2. Pernapasan perut
Inspirasi terjadi jika otot diafragma berkontraksi sehingga letaknya agak
mendatar, rongga dada membesar, maka paru-paru ikut membesar. Akibatnya
tekanan udara dalam paru-paru berkurang sehingga udara dari luar akan masuk.
Ekspirasi terjadi jika otot diafragma mengendur, rongga dada mengecil dan paru-
paru pun ikut mengecil, volume paru-paru berkurang, tekanan udara dalam paru-
paru bertambah akibatnya udara keluar.

b. Organ Respirasi pada Ikan


1. Organ Utama
Pernapasan merupakan proses pengambilan oksigen dan pelepasan karbon
dioksida oleh suatu organisme hidup. Untuk dapat bernapas maka diperlukan organ
pernapasan. Pada ikan, proses pernapasan umumnya dilakukan dengan menggunakan
insang (branchia). Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda
dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedang bagian
dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri
dari sepasang filamen dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela).
Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler, sehingga
memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang ikan juga
mengalami perkembangan sebagaimana organ-organ lainnya. Pada stadium larva,
insang belum sempurna dan belum dapat berfungsi. Untuk dapat bernafas, larva ikan
biasanya menggunakan kantung telur (yolk sac) atau pada beberapa ikan tertentu
menggunakan insang luar.
Insang ikan terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
3. Filamen insang (hemibranchia = gill filament), berwarna merah, terdiri dari
jaringan lunak, berbentuk seperti sisir, melekat pada lengkung insang. Banyak
mengandung kapiler-kapiler darah sebagai cabang dari arteri branchialis dan
merupakan tempat terjadinya pengikatan oksigen terlarut dari dalam air.
4. Tulang lengkung insang (arcus branchialis = gill arch), merupakan tempat
melekatnya filamen dan tapis insang, berwarna putih, dan memiliki saluran darah
(arteri afferent dan arteri efferent) yang memungkinkan darah dapat keluar dan
masuk ke dalam insang.
5. Tapis insang (gill rakers), berupa sepasang deretan batang tulang rawan yang
pendek dan sedikit bergerigi, melekat pada bagian depan dari lengkung insang,
berfungsi untuk menyaring air pernapasan. Pada ikan-ikan herbivora pemakan
plankton, tapis insangnya rapat dan ukurannya panjang. Hal ini sesuai dengan
fungsinya sebagai alat penyaring makanan. Sedangkan pada ikan-ikan karnivora,
tapis insang tersebut jarang-jarang dan berukuran pendek
Ikan-ikan bertulang sejati memiliki insang yang ditutup oleh penutup insang
(apparatus opercularis). Tutup insang ini terdapat di sebelah kanan dan kiri bagian
belakang dari kepala, berbentuk seperti setengah membundar. Tutup insang terdiri
atas:
6. Operculum, yang tersusun atas empat potong tulang, yaitu:
a) os operculare, merupakan tulang yang paling besar dan letaknya paling
dorsal
b) os preoperculare, merupakan tulang kecil yang melengkung seperti sabit
dan terletak paling cranial
c) os interoperculare, merupakan tulang kecil yang terletak di antara os
operculare dan os preoperculare
d) os suboperculare, merupakan bagian tulang yang terletak paling caudal

Membrana branchiostega, merupakan selaput tipis yang melekat pada operculum dan
berakhir bebas di tepi belakang dari operculum. Berfungsi sebagai klep untuk
menahan agar supaya air tidak masuk ke dalam rongga
insang dari arah belakang.
7. Radii branchiostega, merupakan tulang-tulang kecil yang terletak pada bagian
ventral pharynx, dan berfungsi untuk menyokong membrana branchiostega. Ikan-
ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) tidak memiliki tulang-tulang penutup insang.
Insang ikan tersebut berada di dalam rongga dan berhubungan keluar melalui celah-
celah insang yang berjumlah sekitar 5 – 7 buah.
2. Organ Pernapasan Tambahan
Ada beberapa jenis ikan tertentu yang selain bernapas dengan insang juga
menggunakan paru-paru sebagai organ pernapasannya. Ikan-ikan yang
mempunyai organ paru-paru adalah ikan paru-paru Australia (Neoceratodus forsteri
(Krefft, 1870)), ikan paru-paru Afrika Timur (Protopterus annectens annectens
(Owen, 1839)), dan ikan paru-paru Amerika Selatan (Lepidosiren paradoxa
Fitzinger, 1837).
Selain insang dan paru-paru, beberapa jenis ikan tertentu memiliki alat
pernapasan tambahan yang berupa:
a. Labyrinth, lipatan membran seperti bunga mawar yang merupakan derivat
dari lengkung insang. Pada ikan betok (Anabas testudineus (Bloch, 1792)),
organ labyrinth terletak di bagian atas insang dan terdapat saluran yang
menghubungkan labyrinth dan insang
b. Arborescent organ, berbentuk seperti bunga karang. Pada ikan lele
(Clarias batrachus (Linnaeus, 1758)) alat pernapasan tambahan ini terletak
di bagian atas depan insang.
c. Diverticula, lipatan kulit pada bagian mulut dan ruang pharynx, misalnya
pada ikan gabus (Channa striata (Bloch, 1793))
d. Alat pernapasan tambahan berupa tabung, misalnya pada ikan
Heteropneustes microps (Günther, 1864) dan jenis catfish lainnya.
e. Dinding bagian dalam dari operculum yang banyak mengandung
pembuluh darah, misalnya pada ikan blodok (Periophthalmus kalalo
Lesson, 1831).

Gambar Anatomi Sistem Pernapasan Ikan


C. Alat dan Bahan

a. Alat
1. Nampan bedah
2. Alat bedah
3. Lap
4. Stopwatch
5. Benang halus
6. Gelas kimia 250 ml
7. Alat suntik
b. Bahan
1. Ikan Gurame
2. Ikan Lele (Clarias batrachus)
3. Belut
4. Katak
5. Air kapur
6. Campuran metilen biru dan larutan garam fisiologis (0,7 % NaCl) dengan
perbandingan 1:1000
D. Cara Kerja
1. Pengamatan Alat Pernapasan Ikan

Mengamati insang pada masing-


masing ikan

Membedah ikan secara hati-hati dari tengah permukaan


ventral tubuh kemudian menyerong ke kanan sampai semua
organ dalam terlihat

Mengamati anatomi insang dan alat


pernapasan tambahannya

2. Pengamatan Oksidasi Jaringan

Menginjeksikan 2 ml metilen biru ke dalam


saccus lymphaticus dorsalis pada katak

Mengamati katak tersebut selama 30


menit dan dibandingkan perbedaannya
dengan katak kontrol

Membedah katak yang disuntikkan


metilen biru dan mengamati organ
dalamnya
3. Permeabilitas Paru-Paru terhadap Gas

Membedah katak

Menekan paru-paru nya hingga


kempis

Paru-paru diikat dengan benang halus


di daerah bronkus

Memotong paru-paru di daerah trakea


(mengusahakan jangan sampai paru-paru bocor)

Memasukkan paru-paru tersebut ke dalam air


kapur yang telah ditiup oleh praktikkan
sehingga mengandung CO2
E. Hasil Pengamatan
1. Pengamatan terhadap Alat Pernapasan Ikan
Jenis Ikan
No.
Ikan Lele Ikan Gurame

1. Ada insang, ada labirin Ada Labirin

2. Percobaan terhadap permeabilitas paru-paru pada katak

Parameter Keterangan

Sebelum : Putih
Air Kapur Sesudah : Kuning Keruh

Sebelum : Mengempis, warna merah


Paru-Paru segar
Sesudah :Mengempis, warna merah pucat
F. Pembahasan

1. Pengamatan Alat Pernapasan Ikan


Ikan Lele
Tubuh ikan lele pada kepala bagian atas dan bawah tertutup oleh pelat tulang.
Pelat ini membentuk ruangan rongga diatas insang. Pada bagian ini terdapat alat
pernapasan tambahan yang tergabung dengan busur insang kedua dan keempat.
Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai
dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air.
Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan
selokan pembuangan.
Alat pernapasan primer pada ikan lele adalah insang. Tiap lembaran insang
terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen terdiri dari lamella. Pada filamen
terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler yang memungkinkan O2
dan CO2 berdifusi masuk dan keluar dari insang. Insang berhubungan erat dengan
kapiler-kapiler darah. Pada ikan lele insangnya merah pekat dan filamen pendek .
Warna merah pada insang ini disebabkan karena adanya pembuluh darah yang
membawa darah kaya akan oksigen sehingga menyebabkan viskositas darah yang
rendah. Hal tersebut dikarenakan, ikan lele hidup di air yang miskin O2.
Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan berupa labirin. Labirin
merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga
merupakan rongga-rongga tidak teratur. Struktur yang berlipat-lipat berfungsi
memperluas permukaan respirasi. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O2
sehingga ikan lele tahan pada kondisi yang kekurangan O2. Pada ikan lele, labirin
berbentuk seperti bunga karang. Labirin kaya dengan kapiler darah. Alat ini
terletak di dalam ruangan sebelah atas insang. Pada ikan lele tidak terdapat
gelembung renang.

Insang

Labirin
Ikan Gurame

Ikan gurami memiliki bentuk fisik khas yaitu bentuk badannya pipih, agak panjang dan
lebar. Badan ikan gurami ditutupi oleh sisik yang kuat dengan tepi agak kasar. Mulut ikan ini
berukuran kecil, letaknya miring tidak tepat dibawah ujung moncong. Bibir bawah terlihat
menonjol sedikit 7 dibandingkan bibir atas. Penampilan guramiyang masih muda berbeda
dengan dewasa. Perbedaan itu dapat diamati berdasarkan warna, bentuk kepala dan dahi, dan
ukuran tubuh. Gurami muda memiliki warna dan perilaku jauh lebih menarik dibandingkan
gurami dewasa (Sitanggang dan Sarwono, 2006). Ikan gurami memiliki alat pernapasan
tambahan yang disebut labirin, yaitu lipatan-lipatan epitelium pernapasan yang merupakan
turunan dari lembar insang pertama, sehingga ikan dapat mengambil oksigen langsung dari
udara. Ikan ini tergolong dalam ordoLabirynthici. Adanya labirin pada ikan gurame
memungkinkan ikan tersebut dapat hidup dalam perairan yang kadar oksigennya rendah
(Departemen Pertanian, 1986).

Labirin
2. Pengamatan Oksidasi Jaringan

Praktikum oksidasi jaringan pada katak menggunakan metilen biru sebagai


indikator bahwa telah terjadi oksidasi jaringan pada katak. Sebelum melakukan
penginjeksian, metilen biru dicampur dengan NaCl. Pencampuran antara metilen
biru dengan NaCl dilakukan karena adanya NaCl dalam tubuh katak sehingga
metilen biru dapat larut dalam cairan tubuh katak. Jadi NaCl berfungsi sebagai
perantara mengalirnya metilen biru ke jaringan tubuh katak.
Penginjeksian metilen biru+NaCl dilakukan pada bagian saccus lymphaticus
dorsalis . Penginjeksian dilakukan di bagian tersebut karena saccus lymphaticus
katak mempunyai ukuran yang lebih besar bila dibandingkan dengan bagian lain
sehingga memudahkan praktikkan menginjeksikan metilen biru untuk masuk ke
dalam jaringan tubuh katak. Selain itu, tujuan penginjeksian dilakukan di saccus
lymphaticus adalah untuk mengurangi resiko kematian pada katak karena
percobaan ini dilakukan saat katak dalam keadaan setengah sadar sehingga
metilen biru dan NaCl dapat dialirkan ke seluruh jaringan tubuh melalui
pembuluh darah.
Pada kantung limfa ada banyak jalan (saluran) sehingga ketika cairan
disuntikkan pada kantung lima maka cairan tersebut akan menyebar dengan cepat
dan memudahkan proses oksidasi jaringan didalamnya. Kantung limfa ini
memiliki afinitas lebih tinggi sehingga oksigen diikat oleh hemoglobin lalu
oksigen masuk di sepanjang pembuluh darah. Ketika metilen biru disuntikkan,
menyebabkan metilen biru yang diikat oleh hemoglobin bukan oksigen. Maka
metilen biru masuk ke pembuluh darah kemudian masuk ke eritrosit dan diikat
oleh hemoglobin membentuk metilen hemoglobin. Setelah 30 menit, diketahui
bahwa Metilen biru yang beredar ke seluruh jaringan berada di saccus
lymphaticus akan beredar ke jantung dan masuk ke dalam pembuluh darah dan
beredar ke seluruh organ dan jaringan melalui pembedahan.
Berdasarkan hasil pengamatan, warna dari berbagai jaringan katak antara
katak dengan perlakuan pemberian metilen biru +NaCl berbeda dengan katak
yang tidak diberikan perlakuan apapun (kontrol). Pada waktu pos mortal, seluruh
jaringan di katak kontrol memiliki warna merah cerah, sedangkan pada katak
perlakuan hampir semua jaringan-jaringannya mengalami perubahan warna
menjadi biru, merah, hingga
kuning kebiruan. Pemeriksaan juga dilakukan 15 menit setelah pos mortal dan
didapatkan hasil bahwa tubuh katak kontrol menjadi merah pucat. Sementara itu,
pada katak yang diberi perlakuan, seluruh jaringan yang diamati mengalami
perubahan warna menjadi lebih pucat atau lebih gelap.
Perubahan warna terjadi karena tekanan O2 dalam darah menurun sehingga
ikatan HbO2 terurai. Selain itu pada kantung limfe memiliki afinitas lebih tinggi
sehingga oksigen diikat oleh hemoglobin lalu oksigen masuk ke sepanjang
pembuluh darah. Metilen biru memiliki afinitas lebih tinggi daripada gas oksigen
terhadap hemoglobin. Sehingga ketika disuntikkan metilen biru, yang diikat oleh
hemoglobin bukan oksigen tetapi metilen biru. Sementara itu, warna organ-organ
pada katak control tetap merah segar, karena oksigen dapat berikatan dengan
hemoglobin dalam eritrosit membentuk oksihemoglobin. Hemoglobin adalah
suatu pigmen (berwarna merah) karena berikatan dengan oksigen dan berwarna
biru apabila mengalami deoksigenasi.
Dengan demikian, darah arteri yang teroksigenasi sempurna tampak merah,
dan darah vena yang telah kehilangan sebagian oksigennya di jaringan
memperlihatkan rona kebiruan. Di pembuluh darah, metilen biru yang memiliki
afinitas (daya ikat) yang lebih tinggi dibandingkan oksigen menyebabkan
terbentuknya ikatan metHb (methemoglobin) sehingga warna organ menjadi
kebiruan. Itulah tandanya bahwa telah terjadi deoksidasi jaringan, karena suplai
oksigen di jaringan berkurang drastis akibat penambahan metilen biru. Metilen
biru yang telah masuk pembuluh darah akan masuk ke eritrosit dan diikat oleh
hemoglobin dan membentuk metilenhemoglobin (MetHb) dengan persamaan
reaksi sebagai berikut:
HbO2 Hb + O2
Hb + Met MetHb
Metilen biru yang diikat oleh hemoglobin akan diserap ke jaringan, sehingga
akan terjadi kematian jaringan (hipoksia) karena jaringan kekurangan oksigen
sehingga tidak dapat memproduksi energi, maka kemampuan sel eritrosit semakin
lama semakin tidak dapat mempertahankan ikatan Hb dengan metilen biru
menyebabkan organ menjadi warna biru. Hipoksia adalah kekurangan O2 di
tingkat jaringan. Ketika campuran metilen biru dan hemoglobin pecah maka
hemoglobin akan masuk ke pembuluh darah sehingga peredaran darah tidak dapat
bekerja secara maksimal dan melepaskan metilen biru ke pembuluh darah dan
proses oksidasi jaringan pun terhenti, 15 menit kemudian setelah pos mortal,
terlihat warna jaringan semakin pucat karena proses oksidasi jaringan terhenti.

3. Permeabilitas Paru-Paru terhadap Gas

Paru yang digunakan adalah paru katak yang terdiri dari dua paru (di sebelah
kanan dan di sebelah kiri tubuh katak). Paru katak berwarna merah muda ketika
diambil dari besar laju aliran udara, karena udara terus mengalir sampai tekanan
intra alveolus seimbang dengan tekanan atmosfer. Sel-sel alveolus mengeluarkan
suatu zat yang dinamakan surfaktan paru, suatu fosfolipoprotein yang berada di
antara molekul-molekul air dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga
compliance paru dapat meningkat dan mencegah kecenderungan alveolus untuk
kolaps. Maka dari itu, ketika paru katak dimasukkan kedalam air kapur yang
memiliki banyak gas CO2 tidak membuat paru katak menjadi kolaps.
Setelah paru katak menjadi mengembang, air kapur menjadi cukup bening
karena gas CO2 didalam air kapur telah masuk kedalam alveolus secara difusi.
Sehingga hanya tertinggal sedikit CO2 didalam air kapur serta terbentuk endapan
Ca(OH)2.
CaCO3 (s) + H2O (l) → H2CO3 (l) + Ca(OH)2 (l)
H2CO3 (l) → H2O (l) + CO2 (g)
Paru katak tersusun atas jaringan epitel pipih selapis, sehingga bisa terjadi
pertukaran gas melalui membran paru yang tersusun dari jaringan tersebut.
Setelah paru ditekan, paru katak yang diikatkan dengan benang halus di daerah
bronkus bertujuan agar aliran darah dari pembuluh darah tidak mengalir ke dalam
paru dan tercipta tekanan udara antara lingkungan dengan bagian dalam paru.
Paru yang sudah diikatkan dipotong pada bagian atasnya untuk dimasukkan ke
dalam air kapur (larutan CaCO3).
Air kapur terlihat lebih keruh dan adanya gelembung, menandakan adanya
CO2 setelah ditiup oleh praktikan. Setelah dimasukkan, ternyata paru katak
menjadi mengembang. Hal ini karena, adanya perbedaan tekanan parsial gas CO2
antara di dalam air kapur dengan di dalam paru. Tekanan parsial ini tidak terlalu
beda jauh, karena gas yang terdapat di dalam air kapur ada yang menguap ke
udara, tetapi masih tersisa gas yang terlarut didalam air kapur, sehingga tekanan
tetap terjadi walau tidak begitu besar.
Tekanan CO2 pada larutan CaCO3 (air kapur) lebih besar dibandingkan dengan
tekanan CO2 di dalam alveolus, sehingga CO2 berdifusi dari dalam larutan CaCO3
ke dalam alveoli sesuai dengan selisih tekanan sehingga paru-paru terlihat
menggembung karena terisi oleh CO2 yang terdapat dalam larutan air kapur.
Serta, paru katak menjadi berwarna merah pucat karena adanya akumulasi CO2 ke
dalam paru.

Paru-paru katak sebelum dicelup Paru-paru katak setelah dicelup


G. Kesimpulan

1. Alat-alat atau organ pernapasan pada ikan disesuaikan dengan tempat


hidupnya. Ikan lele dan ikan gurame yang hidup di air yang kurang oksigen
memiliki alat pernapasan tambahan khusus yang berupa labirin.
2. Oksigen yang berdifusi dalam alveolus akan diikat oleh hemoglobin. Ketika
metilen biru disuntikkan, menyebabkan metilen biru yang diikat oleh hemoglobin
bukan oksigen. Maka metilen biru masuk ke pembuluh darah kemudian masuk ke
eritrosit dan diikat oleh hemoglobin membentuk metilen hemoglobin. Metilen biru
yang diikat oleh hemoglobin akan diserap ke jaringan, sehingga akan terjadi
kematian jaringan (hipoksia).
3. Adanya perbedaan tekanan parsial gas CO2 antara di lingkungan dengan di
dalam paru menyebabkan CO2 berdifusi dari lingkungan ke dalam alveoli sesuai
dengan selisih tekanan sehingga paru-paru terlihat menggembung karena terisi oleh
CO2, dibuktikan pada percobaan paru katak dalam air kapur. Setelah paru katak
menjadi mengembang, air kapur menjadi cukup bening karena gas CO2 didalam air
kapur telah masuk kedalam alveolus secara difusi.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. Fakultas


Perikanan.Bogor: IPB.

Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Ichthyologi. Ujungpandang: Jurusan


Perikanan Universitas Hasanuddin.

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Chang, R. 1996. Essential Chemistry. USA: Mc Graw Hill Company, Inc.

Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.
Second edition. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.

Seeley, R.R., T.D. Stephens, P. Tate. 2003. Essentials of Anatomy and Physiology
fourth edition. McGraw-Hill Companies.

Triastuti, J., L. Sulmartiwi dan Y. Dhamayanti. 2009. Ichtyologi. Surabaya: Fakultas


Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

Villee, Claude A., Warren F., Walker, Jr. Robert, and D. Barnes. 1984.
Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga.

Weichert and K. Charles . 1959. Elements of Chordate Anatomy. New York: Mc


Grow Hill.

Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Anatomy.


Second edition. San Francisco: W. H. Freeman and Company.
LAMPIRAN
Soal:

1. Mengapa keluar masuknya O2 dan CO2 dari organ respirasi ke jaringan dan
sebaliknya berlangsung secara difusi?
Jawab :
Pertukaran oksigen dan karbondioksida di dalam paru-paru (lebih tepatnya di
alveolus) yang terjadi secara difusi yang disebabkan karena adanya perbedaan
tekanan. Udara yang sampai di dalam alveoli memiliki tekanan O2 yang lebih tinggi
daripada tekanan O2 di kapiler-kapiler darah alveoli. Akibatnya, O2 akan mengalir
masuk ke dalam darah yang kemudian diikat oleh hemoglobin darah. Selain itu di
dalam udara yang sampai di alveoli, tekanan CO2 memiliki nilai yang lebih rendah
dibandingkan dengan tekanan CO2 di dalam darah. Akibatnya, karbondioksida akan
mengalir dari darah menuju menuju kapiler paru-paru.

2. Buatlah kurva disosiasi HbO2?


Jawab :

3. Jelaskan secara singkat mekanisme sintesis ATP di dalam sel!


Jawab :
ATP dapat dihasilkan melalui berbagai proses selular, namun seringnya dijumpai
di mitokondria melalui proses fosforilasi oksidatif dengan bantuan enzim
pengkatalisis ATP sintetase. Pada tumbuhan, proses ini lebih sering dijumpai di
dalam kloroplas melalui proses fotosintesis. Bahan bakar utama sintesis ATP
adalah glukosa dan asam lemak. Mula-mula, glukosa dipecah menjadi asam piruvat di
dalam sitosol dalam reaksi glikolisis. Dari satu molekul glukosa akan dihasilkan dua
molekul ATP. Tahap akhir dari sintesis ATP terjadi dalam mitokondria dan
menghasilkan total 36 ATP.
REPORT THIS AD
Mitokondria Sumber Energi
Asampiruvat, energi, Gen, karbondioksida, Lemak, mitokondria, molekul, organ, orga
nel, proses oksidasi, siklus krebs, Sitoplasma Mitokondria merupakan sumber energi
(powerhouse) dari sel berfungsi mengekstrak energi dari makanan. Mitokondria
merupakan organel yang besar dalam sel dan menempati sekitar 25% volume
sitoplasma.
Mitokondria mempunyai 2 lapisan membran, membran luar dan membran dalam.
Membran luar mempunyai pori-pori yang memungkinkan molekul besar
melewatinya. Membran dalam terdiri dari 80% protein dan 20% lemak dan menonjol
ke dalam. Pada tonjolan ini (crista) terdapat banyak enzim-enzim oksidatuf
fosforilase. Enzim ini berperan pada proses oksidasi glukosa dan lemak serta sintesa
ATP dari ADP. Pada bagian dalam mitokondria (matriks)juga terdapat banyak enzim
yang diperlukan untuk ekstraksi energi dari bahan-bahan makanan. Energi yang
dilepaskan digunakan untuk sintesa ATP.

Fosforilasi oksidatif

Fosforilasi oksidatif adalah suatu lintasan metabolisme yang menggunakan energi


yang dilepaskan oleh oksidasi nutrien untuk menghasilkan adenosina trifosfat (ATP).
Walaupun banyak bentuk kehidupan di bumi menggunakan berbagai jenis nutrien,
hampir semuanya menjalankan fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP.
Lintasan ini sangat umum digunakan karena ia merupakan cara yang sangat efisien
untuk melepaskan energi, dibandingkan dengan proses fermentasi alternatif lainnya
seperti glikolisis anaerobik.

Selama fosforilasi oksidatif, elektron ditransfer dari pendonor elektron ke penerima


elektron melalui reaksi redoks. Reaksi redoks ini melepaskan energi yang digunakan
untuk membentuk ATP. Pada eukariota, reaksi redoks ini dijalankan oleh serangkaian
kompleks protein di dalam mitokondria, manakala pada prokariota, protein-protein ini
berada di membran dalam sel. Enzim-enzim yang saling berhubungan ini disebut
sebagai rantai transpor elektron. Pada eukariota, lima kompleks protein utama terlibat
dalam proses ini, manakala pada prokariota, terdapat banyak enzim-enzim berbeda
yang terlibat.

• ATP –> ADP + Pi + 12.000 kalori


• ADP –> AMP + Pi + 12.000 kalori

Adenosin trifosfat : (ATP) Rumus empirisnya adalah C10H16N5O13P3, dan rumus


kimianya adalah C10H8N4O2NH2(OH)2(PO3H)3H, dengan berat molekul 507.184.
ATP terdiri atas adenosin dan tiga gugus fasfat. Dalam biokimia ATP dikenal sebagai
satuan molekuler pertukaran energi intrasel, artinya, ATP dapat digunakan untuk
menyimpan dan mentransportasikan energi kimia dalam sel. ATP juga berperan
penting dalam sintesis asam nukleat.

Molekul ATP pada beberapa metabolisme dapat dihasilkan dengan beberapa cara:

1. Glikolisis atau reaksi biokimia dimana glukosa dioksidasi menjadi molekul


asam piruvat.
C6H1206[Glukosa] + 2 NAD+ + 2 P1 (fosfat) + 2 ADP → 2 piruvat + 2 NADH + 2
ATP + 2 H+ + 2 H2O
2. Glikolisis pada lintasan Embden-Meyerhof-Parnas (EMP) untuk menghasilkan lebih
banyak ATP :
C6H1206[Glukosa] + 2 ATP + 2NAD+ → 2 piruvat + 4 ATP + 2NADH
3. ATP sintase disebut juga kompleks V (reaksi kesetimbangan fosforilasi )
ADP + P1 [fosfat] + 4H+(sitosol) <–> ATP + H2O + 4 H+ (matriks)
4. Sel juga memiliki trifosfat nukleosida mengandung energi tinggi yang lain seperti
GTP, Reaksi ADP (Adenosine difosfat) dengan GTP (Guanosina difosfat) juga
menghasilkan ATP
ADP[Adenosine difosfat] + GTP [Guanosina trifosfat] → ATP + GDP[Guanosina
difosfat]
4. Sebutkan membran respirasi atau pada bagian apa pertukaran O2 dan CO2
berlangsung pada ikan, katak, reptilia, burung dan mamalia!

Jawab :
Ikan : Labirin
Katak : Kulit, Paru – Paru, Insang
Reptil : Paru-paru
Mamalia : Paru- Paru

Anda mungkin juga menyukai