2110421009
Kelompok 1A
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
I. PENDAHULUAN
Proses respirasi merupakan proses yang paling penting dalam setiap makhluk
hidupnya. Termasuk tumbuhan, tumbuhan juga melakukan proses respirasi dalam siklus
hidupnya dengan cara menghirup CO2 dan mengeluarkan O2. Tujuan dari adanya proses
respirasi ini adalah untuk memperoleh energi. Energi yang paling utama adalah
tanaman, sehingga proses respirasi dan proses fotosintesis saling berhubungan (Dhania,
2015).
Pada tumbuhan tingkat tinggi karbohidrat merupakan substansi yang paling pokok
dalam proses respirasi. Selain karbohidrat, subtansi lainnya yang membantu proses
respirasi pada tumbuhan yaitu fruktosa, glukosa, sukrosa dan amilum (pati). Proses
respirasi ini sebenarnya dapat terjadi karena adanya pembongkaran atau pembakaran zat
sumber energi didalam sel tubuh untuk memperoleh energi. Pada tumbuhan proses
respirasi terjadi akibat adanya pembebasan energi kimia yang dirubah menjadi energi
yang dibutuhkan untuk aktivitas hidup pada tanaman. Organisme autotrof merupakan
tumbuhan tingkat tinggi yang dapat mensintesis senyawa organik yang dibutuhkan
Ditinjau dari kebutuhannya akan oksigen, respirasi dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu respirasi aerobik dan anaerobik. Respirasi aerobik (aerob) yaitu respirasi
yang menggunakan oksigen oksigen bebas untuk mendapatkan energi. Persamaan reaksi
proses respirasi aerob secara sederhana dapat dituliskan : C6H12O6 + 6H2O >> 6H2O +
6CO2 + 675 kal. Dalam kenyataan reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu. Banyak
tahapan yang terjadi dari awal hingga terbentuknya energi. Reaksi-reaksi itu dapat
dibedakan menjadi 3 tahapan yaitu glikolosis, siklus krebs dan transport (Tim Dosen
misalnya asam fosfoenol piruvat atau asetal dehida, sehingga pengikat hidrogen dan
membentuk asam laktat atau alcohol. Respirasi anaerobik terjadi pada jaringan yang
kekurangan oksigen, akan tumbuhan yang terendam air, biji – biji yang kulit tebal yang
sulit ditembus oksigen, sel – sel ragi dan bakteri anaerobik. Bahan baku respirasi
anaerobik pada peragian adalah glukosa. Selain glukosa, bahan baku seperti fruktosa,
galaktosa dan malosa juga dapat diubah menjadi alkohol. Hasil akhirnya adalah alcohol,
karbon dioksida dan energi. Glukosa tidak terurai lengkap menjadi air dan
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ketersediaan substrat,
tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju
yang rendah pula. Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka
laju respirasi akan meningkat. Ketersediaan Oksigen akan mempengaruhi laju respirasi,
Praktikum mengenai Respirasi Pada Tumbuhan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 23
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu kecambah kacang hijau
berumur 2 hari, larutan NaOH, larutan HCl dan indikator phenolphtalein. Dan untuk alat
yang digunakan yaitu kain kasa, benang jagung, botol nescafe, gunting, karet, biuret dan
1. Siapkan 4 buah botol dan diisi dengan lartan NaOH sebanyak 50 mL. Botol
2. Beri label pada masing-masing botol yaitu perlakuan kontrol, 5°C, 27°C dan 45°C
dan diikat dengan erat menggunakan benang jagung. Buat sebanyak 3 bungkusan
kecambah
4. Digantungkan kecambah yang sudah dibungkus tadi pada botol yang sudah berisi
27°C (temperatur kamar) dan 45°C (inkubator) selama 60 menit. Untuk kontrol
6. Setelah 60 menit kecambah dikeluarkan dari botol dan botol kembali ditutup
a. Pipet 10 mL larutan yang ada dalam botol tadi kedalam gelas beker.
c. Lakukan juga hal yang sama terhadap kontrol (botol berisi NaOH 0,2 N).
d. Kurangi volume HCl yang terpakai dari botol perlakuan dengan volume HCl
dari botol kontrol. Nilai yang diperoleh menunjukkan jumlah total asam
8. Catat hasil pengamatan dan lengkapi data dengan data kelompok lain sehingga
didapatkan data respirasi kecambah umur 2-5 hari.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
hari pada perlakuan control yaitu 100 mL, suhu 5⁰C yaitu 100 mL, suhu 27⁰C sebesar 102
mL dan pada suhu 45⁰C adalah 96,8 mL. Lalu CO2 yang dihasilkan kecambah umur 3 hari
pada perlakuan control yaitu 94 mL, suhu 5⁰C yaitu 76 mL, suhu 27⁰C sebesar 86,4 mL
dan pada suhu 45⁰C adalah 9,6 mL. Sedangkan CO2 yang dihasilkan kecambah umur 4
hari pada perlakuan control, 5⁰C, 27⁰C dan 45⁰C berturut-turut adalah 94 mL, 88 mL, 62
mL dan 66 mL. Serta CO2 yang dihasilkan kecambah umur 5 hari pada perlakuan control,
5⁰C, 27⁰C dan 45⁰C berturut-turut adalah 94 mL, 104,4 mL, 101,6 mL dan 97,6 mL.
Menurut Lakitan (2012), tipe dan umur tumbuhan juga mempengaruhi laju
respirasi, karena perbedaan morfologi antara berbagai jenis tumbuhan, maka terjadi pula
perbedaaan laju respirasi antara tumbuhan tersebut. Penentuan kecepatan respirasi biji
yang sedang berkecambah umur tanaman mempengaruhi kecepatan respirasi biji yang
sedang berkecambah tersebut dimana semakin muda tanaman kecepatan respirasinya akan
semakin besar daripada tanaman yang lebih tua, kecepatan respirasinya berkurang karena
daya atau kemampuan tumbuhan untuk menyerap oksigen di udara juga telah berkurang
seperti teori laju respirasi tinggi saat perkecambahan dan tetap tinggi pada fase
pertumbuhan vegetative awal. Kadar CO2 yang tinggi akan menghambat respirasi. Selain
secara langsung berpengaruh terhadap reaksinya, mungkin CO2 juga berperan tidak
langsung misalnya pada daun kadar CO2 yang tinggi akan menyebabkan stomata menutup
sehingga difusi CO2 keluar terhambat dan kadar CO2 dalam jaringan.
Berdasarkan tabel diatas pula dapat diketahui bahwa kecambah Vigna radiata
memiliki laju respirasi yang berbeda setiap perlakuan suhunya. Ini menunjukkan bahwa
semakin rendah suhu, maka laju respirasi akan semakin besar. Begitu pula sebaliknya,
semakin besar suhu, makan laju respirasinya akan semakin kecil. Ini membuktikan bahwa
suhu merupakan salah satu faktor penentu kecepatan respirasi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Arda dan Kencana (2015) yang menyatakan bahwa temperatur mempunyai
pengaruh besar terhadap kegiatan respirasi. Pada suhu 0⁰C respirasi sangat sedikit pada
suhu 30⁰C-40⁰C. Respirasi berhenti dikarenakan non aktifnya enzim. Enzim akan rusak
pada suhu yang sangat tinggi. tertimbunnya CO2, kurangnya oksigen juga dapat
4.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Nilai tertinggi CO2 yang dihasilkan kecambah umur 2 hari yaitu pada perlakuan
control yaitu 100 mL. Sedangkan Nilai terendah CO2 yang dihasilkan kecambah
2. Nilai tertinggi CO2 yang dihasilkan kecambah umur 3 hari yaitu pada perlakuan
control yaitu 94 mL. Sedangkan Nilai terendah CO2 yang dihasilkan kecambah
3. Nilai tertinggi CO2 yang dihasilkan kecambah umur 4 hari yaitu pada perlakuan
control yaitu 94 mL. Sedangkan Nilai terendah CO2 yang dihasilkan kecambah
4. Nilai tertinggi CO2 yang dihasilkan kecambah umur 5 hari yaitu pada suhu 5⁰C
yaitu 104,4 mL. Sedangkan Nilai terendah CO2 yang dihasilkan kecambah umur
5. Semakin rendah suhu, maka laju respirasi akan semakin besar dan semakin lama
sebelum pelaksanaan praktikum, praktikan mengetahui dan memahami tahapan yang akan
Andi, C. W; Purwantoro, A. & Yudono, P. 2012. Studi Aspek Fisiologis dan Biokimia
Perkecambahan Benih Jagung (Zea mays L.) pada Umur Penyimpanan Benih yang
Mada. Yogyakarta.
Arda, G. & Kencan, P. K. D. 2015. Pemodelan konsentrasi gas pada pengemasan tertutup
Dhania, P. R. 2015. Mata Kuliah Struktur Dan Fisiologi Tumbuhan Sebagai Pengantar
Wagner, L.; Tohge, T., Ishizaki, K., Leaver, C. J. & Fernie A. R. 2011. Protein degradation
(a) (b)
Gambar 2. kecambah yang sudah dibungkus, digantung pada botol yang sudah
berisi larutan NaOH dan ditutup menggunkan alumunium foil
(a) kecambah digantung dan diikat dengan benang serta karet (b) ditutup dengan
alumunium foil
(a) (b) (c)