Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

Absisi Daun

Oleh
Nilam Cahya Ningrum 17030244048

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2018
A. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengaruh AIA terhadap proses absisi daun?

B. TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui pengaruh AIA terhadap proses absisi daun.

C. HIPOTESIS
H1 : Terdapat pengaruh pemberian AIA terhadap proses absisi daun.
H0 : Tidak terdapat pengaruh pemberian AIA terhadap proses
absisi daun.

D. KAJIAN PUSTAKA

Coleus sp. merupakan keluarga Lamiaceae, Lamiales Order, Kelas


Magnoliopsida, Divisi Magnoliophyta, Kerajaan Plantae. Coleus
(Solenostemon) adalah genus tanaman abadi, asli ke Afrika dan Asia
tropis. Tumbuhan ini termasuk herba, semak, pohon ini sering berbentuk
batang yang berbentuk segi empat. Daun yang dimiliki berhadapan,
tunggal, kadang-kadang bercagak, atau majemuk menjari. Pinggir daun
rata (integer). Tumbuhan ini biasanya ditemukan sampai pada ketinggian
1.550 meter di atas permukaan laut. Anggota famili ini mempunyai banyak
manfaat secara ekonomi seperti sebagai penghasil minyak atau digunakan
sebagai bumbu, dan sebagai tanaman hias seperti plectranthus atau
coleus.( Sallisbury dan Ross. 1995).

Auksin bukan hanya terbentuk pada pucuk yang sedang tumbuh


tetapi juga pada daerah lain termasuk beberapa yang terlibat pada tahap
reproduksi, misalnya serbuk sari, buah, dan biji. Salah satu gejala yang
terkenal yang diperantarai, setidak-tidaknya sebagian oleh auksin ialah
dormansi ujung. Akar lateral seperti halnya kuncup lateral juga
dipengaruhi oleh auksin dan pemakaian zat-zat ini dariluar sangat
mendorong pembentukan akar lateral. Penggunaan praktis yang sangat
penting gejala ini adalah dalam menggalakkan pembentukan akar pada
perbanyakan tanaman dengan setek. Salah satu hasil utama penyerbukan
bunga adalah peningkatan kandungan auksin dalam bakal
buah. Pemberian auksin sintetik telah lama dikenal untuk mendorong
proses yang sama tanpa penyerbukan dan menghasilkan buah tanpa biji
(Loveless, 1991).

Respon pada organ sasaran tidak perlu bersifat memacu, karena


proses seperti pertumbuhan dan diferensiasi kadang malahan terhambat
oleh hormon. Karena hormon harus disintesis oleh tumbuhan, maka ion
anorganik seperti K+ atau Ca2+, yang dapat juga menimbulkan respon
penting, dikatakan bukan hormon. Zat pengatur tumbuh organik yang
disintesis oleh ahli kimia organik atau yang disintesis organisme selain
tumbuhan juga bukan hormon. Batasan tersebut menyatakan pula bahwa
hormon harus dapat dipindahkan di dalam tubuh tumbuhan (Salisbury dan
Ross, 1995).

Hormon nabati yang paling dulu dikenal dan paling banyak diteliti
termasuk ke dalam kelompok auksin. Auksin adalah merupakan salah satu
dari zat pengatur tumbuh yang didefinisikan sebagai senyawa yang
dicirikan oleh kemampuannya dalam mendukung terjadinya perpanjangan
sel (cell elongation) pada pucuk dengan struktur kimia dicirikan oleh
adanya indole ring (Abidin, 1983).

E. VARIABEL PENELITIAN
Variabel kontrol : jenis tanaman (Coleus sp)
Variabel manipulasi : letak pemotongan lamina (bagian atas dan bawah),
bahan pengolesan bagian yang terpotong (lanolin
dan AIA dalam lanolin)
Variabel respon : kecepatan pengguguran daun (absisi) pada
tanaman Coleus sp
F. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Dalam praktikum kali ini, variabel kontrolnya ialah jenis tanaman
yang digunakan yaitu Coleus sp.
Variabel manipulasi yang digunakan ialah letak pemotongan
lamina dengan pot 1 dipotong satu pasang lamina yang terletak paling
bawah, dan pot 2 dipotong satu pasang lamina yang terletak tepat di atas
lamina yang paling bawah. Serta bahan pengolesan bagian yang terpotong
yaitu Lanolin di salah satu sisinya dan AIA dalam Lanolin di sisi lainnya.
Yang kemudian dihasilkan variabel respon yaitu kecepatan
pengguguran daun (absisi) pada tanaman Coleus sp dengan metode
pengamatan selama 7 hari.

G. ALAT DAN BAHAN


- 2 pot tanaman Coleus sp. yang memiliki kondisi sama
- Lanolin
- AIA 1 ppm dalam lanolin (4 ml AIA 1 ppm dicampur dengan 100
gram lanolin)
- Pisau
- Label
H. RANCANGAN PERCOBAAN

Pot 1

- Potong satu pasang lamina yang terletak paling bawah


- Olesi bekas potongan tersebut , yang satu dengan lanolin, sedang
yang lain dengan 1 ppm AIA dalam lanolin
- Beri tanda agar tidak tertukar
- Amati tiap hari dan catat waktu gugurnya tangkai-tangkai daun
tersebut.
Hasil
(absisi daun)

Pot 2

- Potong satu pasang lamina yang terletak tepat di atas lamina yang
paling bawah
- Olesi bekas potongan tersebut , yang satu dengan lanolin, sedang
yang lain dengan 1 ppm AIA dalam lanolin
- Beri tanda agar tidak tertukar
- Amati tiap hari dan catat waktu gugurnya tangkai-tangkai daun
tersebut.
Hasil
(absisi daun)

I. LANGKAH KERJA
1. Ambil dua buah pot tanaman Coleus sp. kemudian lakukan kegiatan
sebagai berikut :
- Pot 1 : potong satu pasang lamina yang terletak paling bawah.
- Pot 2 : potong satu pasang lamina yang terletak tepat di atas
lamina yang paling bawah
2. Olesi bekas potongan tersebut , yang satu dengan lanolin, sedang yang
lain dengan 1 ppm AIA dalam lanolin.
3. Beri tanda agar tidak tertukar.
4. Amati tiap hari dan catat waktu gugurnya tangkai-tangkai daun
tersebut.
5. Adakah perbedaan waktu gugurnya daun pada percobaan saudara?
Jelaskan pendapat saudara disertai dengan teori yang mendukung!

J. RANCANGAN TABEL PENGAMATAN


Tabel 1. Waktu absisi daun dengan lanolin AIA dalam lanolin tanaman
Coleus sp.
Absisi pada Hari Ke-
Nodus ke- Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7
Lanolin 
1
AIA dalam lanolin 
Lanolin 
2
AIA dalam lanolin 

Gambar 1. Waktu absisi daun dengan lanolin AIA dalam lanolin tanaman
Coleus sp.
8

5
Lanolin (1)
4 AIA dalam Lanolin (1)
3 Lanolin (2)
AIA dalam Lanolin (2)
2

0
Lanolin (1) AIA dalam Lanolin (2) AIA dalam
Lanolin (1) Lanolin (2)
K. RENCANA ANALISIS DATA

Berdasarkan tabel hasil pengamatan di atas, tanaman Coleus sp.


mengalami absisi daun. Pada hari ke-3, tangkai yang diolesi Lanolin
dengan lamina yang terletak tepat di atas lamina yang paling bawah (nodus
ke-2) mengalami absisi daun.

Pada hari ke-4, tangkai yang diolesi AIA dalam Lanolin dengan
lamina yang terletak tepat diatas lamina yang paling bawah (nodus ke-2)
mengalami absisi daun.

Pada hari ke-5, tangkai yang diolesi AIA dalam Lanolin dengan
dengan lamina yang terletak paling bawah (nodus ke-1) mengalami absisi
daun.

Pada hari ke-7, tangkai yang diolesi Lanolin dengan lamina yang
terletak paling bawah (nodus ke-1) mengalami absisi daun.

L. HASIL ANALISIS DATA

Berdasarkan analisis di atas, maka tanaman Coleus sp. mengalami


absisi daun dengan kecepatan waktu yang berbeda. Hal yang seharusnya
terjadi ialah tangkai daun yang diolesi lanolin lebih cepat mengalami
absisi daun dibandingkan yang diolesi AIA+lanolin. Hal ini dipengaruhi
beberapa faktor, salah satunya yaitu letak tangkai daun pada nodus terakhir
mengandung hormon auksin yang masih banyak.

Namun pada kali ini, kami mengalami kesalahan dalam praktikum


yang membuat tangkai yang terletak di bagian paling bawah (nodus ke-1)
diolesi AIA dalam Lanolin mengalami absisi lebih cepat daripada tangkai
yang hanya dioelsi oleh Lanolin saja. Dan sepasang tangkai yang terletak
pada nodus ke-2 mengalami absisi lebih cepat daripada sepasang tangkai
yang terletak pada nodus ke-1. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti : pengolesan hormon yang hanya menggunakan 1 jari tanpa
dibersihkan setelahnya membuat hormon-hormon tersebut bercampur,
pengolesan hormon yang tidak tepat/kurang menyeluruh, dan faktor-faktor
lainnya seperti diterpa angin dengan arah yang tidak menentu membuat
tangkai lebih cepat mengalami absisi.

Terjadinya absisi daun dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu


faktor luar dan faktor dalam. Faktor yang mempengaruhi absisi daun dari
dalam adalah pengaruh konsentrasi hormon pada cabang. Hormon yang
bekerja sama dalam absisi daun adalah hormon auksin dan etilen. Batang
yang diolesi AIA dalam lanolin mengalami pengguguran daun lebih
lambat dari pada yang diolesi Lanolin saja karena AIA merupakan salah
satu bentuk dari hormon auksin. Hormon auksin bersifat menghambat
pengguguran daun, hal ini dikarenakan hormon auksin bersifat mendorong
pertumbuhan sel secara apikal. Sedangkan pada batang yang tidak diolesi
AIA absisi terjadi lebih cepat, karena pada batang tersebut hanya terdapat
etilen yang berfungsi mempercepat absisi daun, sehingga tidak ada yang
mengahmbat kerja etilen.

Pada tanaman yang batang bagian bawah lebih cepat


mengalami absisi daun disebabkan dominasi tempat terbentuknya hormon
auksin adalah pada bagian apikal. Jadi semakin tinggi letak bagian
tanaman konsentrasi hormon auksin akan semakin banyak. Dengan
semakin tingginya konsentrasi auksin makan akan semakin menghambat
terjadinya absisi daun yang dilakukan oleh hormon etilen. Bagian cabang
yang diolesi dengan AIA dalam lanolin paling lambat gugur karena pada
bagian cabang yang sudah memiliki kadungan auksin lebih banyak dari
bagian bawah masih mendapat tambahan AIA dari luar, sehingga cabang
tersebut memiliki konsentrasi auksin paling banyak dari batang lain. Hal
tersebut menyebabkan semakin lambat pula terjadinya absisi daun
(Loveless, 1991).

Auksin diproduksi dalam jaringan meristimatik yang aktif (yaitu


tunas , daun muda dan buah) (Gardner, dkk., 1991). Kemudian auksin
menyebar luas dalam seluruh tubuh tanaman, penyebarluasannya dengan
arah dari atas ke bawah hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan
pembuluh tapis (floem) atau jaringan parenkhim (Rismunandar,1988).

Selain itu karena tanaman ditanam dilingkungan yang tidak


homogen maka tanaman pertumbuhannya juga dipengaruhi oleh faktor
abiotik yaitu berupa cahaya matahari ada sebagian tanaman yang terkena
cahaya dan ada juga yang tidak. Yang mendapatkan cahaya auksin yang
bekerja menjadi terhambat namun struktur batang menjadi kuat, sedangkan
tanaman yang mendapatkan sedikit cahaya maka akan mempercepat kerja
auksin, namun batangnya lemah.

M. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa hormon
auksin (AIA) sangat berpengaruh terhadap absisi daun, pada nodus ke-2
tangkai daun yang diberi lanolin tanpa AIA mengalami absisi lebih cepat
karena hormon auksin (AIA) menghambat proses absisi daun, sehingga
proses pengguran daun lebih lama.

Auksin mempengaruhi proses absisi. Jika kadar auksin yang


diberikan pada tanaman banyak, maka akan menyebabkan penghambatan
pembentukan daerah absisi, sedangkan jika pemberian auksin sedikit maka
pembentukan daerah absisi akan lebih cepat.
N. DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (1983). Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur


Tumbuh. Bandung: Aksara.

Loveless, A. R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah


Tropik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sallisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press.

Gardner, Franklin, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (Susilo


Herawati,trans). Jakarta: UI Press.

Rismunandar. 1988. Rempah-Rempah Komoditi Eksport Indonesia. Sinar


Baru. Bandung.
LAMPIRAN

Nodus ke-1 yang diolesi Lanolin Nodus ke-2 yang diolesi Lanolin
dan AIA dalam Lanolin dan AIA dalam Lanolin

Nodus ke-1 mengalami absisi Nodus ke-2 mengalami absisi

Anda mungkin juga menyukai