Anda di halaman 1dari 22

HORMON TUMBUHAN

Hormon tumbuhan, atau fitohormon, adalah


sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami
maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil mampu mendorong,
menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan,
dan pergerakan (taksis) tumbuhan. "Kadar kecil" yang dimaksud berada pada kisaran
satu milimol per liter sampai satu mikromol per liter.
Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan.
Namun, hormon tumbuhan tidak dihasilkan dari suatu jaringan khusus berupa kelenjar buntu
(endokrin) sebagaimana hewan, tetapi dihasilkan dari jaringan non-spesifik
(biasanya meristematik) yang menghasilkan zat ini apabila mendapat rangsang. Penyebaran
hormon tumbuhan tidak harus melalui sistem pembuluh karena hormon tumbuhan dapat
ditranslokasi melalui sitoplasma atau ruang antarsel.
Hormon tumbuhan dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan ("endogen").
Pemberian hormon dari luar sistem individu dapat pula dilakukan ("eksogen"). Pemberian
secara eksogen dapat juga melibatkan bahan kimia non-alami (sintetik, tidak dibuat dari
ekstraksi tumbuhan) yang menimbulkan rangsang yang serupa dengan fitohormon alami.
Oleh karena itu, untuk mengakomodasi perbedaan dari hormon hewan, dipakai pula istilah zat
pengatur tumbuh tumbuhan (bahasa Inggris: plant growth regulator/substances) bagi hormon
tumbuhan.

 Kelompok hormon
Terdapat ratusan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dikenal
orang, baik yang dihasilkan secara alami oleh tumbuhan sendiri (endogen) maupun yang
dihasilkan oleh organisme non-tumbuhan atau yang sintetis buatan manusia (eksogen).
Pengelompokan dilakukan untuk memudahkan identifikasi, dan didasarkan terutama
berdasarkan efek fisiologis yang serupa, bukan berdasarkan kemiripan struktur kimia semata.
Mengikuti kesepakatan banyak ahli, terdapat lima kelompok utama hormon tumbuhan,
yaitu auksin (AUX), sitokinin (CK), giberelin (atau asam giberelat, GA), etilena (etena, ETH),
dan asam absisat (abscisic acid, ABA). Tiga kelompok yang pertama cenderung bersifat
positif bagi pertumbuhan pada konsentrasi fisiologis, etilena dapat mendukung maupun
menghambat pertumbuhan, dan asam absisat terutama merupakan penghambat (inhibitor)
pertumbuhan. Selain kelima kelompok itu, dikenal pula kelompok-kelompok lain yang
berfungsi serupa hormon tumbuhan namun diketahui bekerja untuk beberapa kelompok
tumbuhan saja atau merupakan hormon eksogen, yaitu brasinosteroid, asam jasmonat, asam
salisilat, poliamina, dan karrikin. Beberapa senyawa sintetik berperan sebagai inhibitor
(penghambat perkembangan).
Ada sembilan auksin, 14 sitokinin, 52 giberelin, tiga asam absisat, dan satu etilena yang
dihasilkan secara alami dan telah diekstraksi orang[1]. ZPT sintetik ada yang memiliki fungsi
sama dengan ZPT alami, meskipun memiliki struktur kimia yang berbeda. Dalam praktiknya,
seringkali ZPT sintetik (buatan manusia) lebih efektif atau lebih murah bila diaplikasikan untuk
kepentingan usaha tani daripada ekstraksi ZPT alami.
1. Auksin
Auksin dicirikan sebagai substansi yang merangsang pembelokan ke arah
cahaya (fotonasti) pada bioassay terhadap koleoptil haver (Avena sativa) pada suatu
kisaran konsentrasi. Kebanyakan auksin alami memiliki gugus indol. Auksin sintetik
memiliki struktur yang berbeda-beda. Beberapa auksin alami adalah asam indolasetat
(IAA) dan asam indolbutirat (IBA). Auksin sintetik (dibuat oleh manusia) banyak
macamnya, yang umum dikenal adalah asam naftalenasetat (NAA), asam beta-
naftoksiasetat (BNOA), asam 2,4-diklorofenoksiasetat (2,4-D), dan asam 4-
klorofenoksiasetat (4-CPA). 2,4-D juga dikenal sebagai herbisida pada konsentrasi
yang jauh lebih tinggi.
Fungsi auksin ialah merangsang perpanjangan sel, merangsang aktivitas
kambium, merangsang pembekokan batang, merangsang pantenokarpi, dan
merangsang dominasi apical.

Apa itu hormon auksin ? Hormon auksin adalah hormon tumbuhan yang ditemukan pertama
kali pada ujung kecambah gandum Avena sativa oleh Frits Went. Auksin alami ada dua
macamnya yaitu auksin a dan b.

Letak auksin berada pada meristem apikal dan diproduksi disitu. Perpindahan hormon auksin
mengikuti pengaruh gravitasi dan menjauhi cahaya matahari, atau rentan dengan cahaya
matahari. Hal tersebut akan dijelaskan lebih jauh kenapa batang tumbuhan tumbuh bengkok
ke arah cahaya matahari.

Apa fungsi hormon auksin? Hormon auksin memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

1. Merangsang perpanjangan sel (elongasi sel) dengan melemahkan dinding sel


2. Merangsang pembentukan bunga dan buah (Stimulating the formation of flowers
and fruit)
3. Merangsang pemanjangan titik buah (Stimulate the elongation of the fruit)
4. Mempengaruhi pembengkokan batang (Affects bending of rods)
5. Merangsang pembentukan akar lateral (Stimulates the formation of lateral roots)
6. Merangsang terjadinya proses diferensiasi (Stimulate the process of differentiation)

Hormon auksin memegang peranan penting dalam bioteknologi tumbuhan contohnya kultur
jaringan. Kultur jaringan menjadi sangat menentukan kelak untuk masa depan pertanian
perkebunan di dunia.
2. Sitokinin
Golongan sitokinin (bahasa Inggris: cytokinin), sesuai namanya, merangsang
atau terlibat dalam pembelahan sel (cytokinin berarti "terkait pembelahan sel").
Senyawa dari golongan ini yang pertama ditemukan adalah kinetin. Kinetin diekstrak
pertama kali dari cairan sperma ikan hering, namun kemudian diketahui ditemukan
pada tumbuhan dan manusia. Selanjutnya, orang menemukan pula zeatin, yang
diekstrak dari bulir jagung yang belum masak. Zeatin juga diketahui merupakan
komponen aktif utama pada air kelapa, yang dikenal memiliki kemampuan mendorong
pembelahan sel[2]. Sitokinin alami lain misalnya adalah 2iP.
Sitokinin alami merupakan turunan dari purin. Sitokinin sintetik kebanyakan
dibuat dari turunan purin pula, seperti N6-benziladenin (N6-BA) dan 6-benzilamino-9-
(2-tetrahidropiranil-9H-purin) (PBA).

Hormon sitokonin adalah hormon yang dikenal karena fungsinya dalam pembelahan sel
tumbuhan atau sitokinesis.

Hormon yang pertama kali ditemukan pada ragi santan kelapa ini dinamai kinetin . Hormon ini
dapat ditemukan pada bagian tumbuhan yang aktif membelah seperti pada jaringan meristem,
kambium serta pada santan kelapa.

Hormon sitokonin memiliki kaitan erat dengan hormon auksin. Apabila hormon auksin tidak
ada, maka sitokonin tak mampu melakukan pembelahan sel dengan cepat. Hal tersebut
karena untuk membelah, dinding sel tumbuhan haruslah menjadi lunak. Untuk melakukannya
dibutuhkan kehadiran hormon auksin.

Oleh karena itu, dalam proses kultur jaringan, kedua hormon ini, yaitu auksin dan sitokinin,
sangat dibutuhkan kehadirannya. Banyak penelitian yang berputar pada masalah
perbandingan konsentrasi keduanya dalam kultur jaringan berbagai tumbuhan.

Fungsi Hormon Sitokinin (Kinetin)

1. Mengatur pembentukan bunga dan buah (Set the formation of flowers and fruit)
2. Membantu proses pertumbuhan akar dan tunas pada pembuatan kultur jaringan
(Helps the process of root growth and shoots on the manufacture of tissue culture).
3. Memperkecil dominansi apikal dan juga dapat menyebabkan pembesaran daun
muda (Minimizes apical dominance and can also cause young leaf enlargement)
4. Merangsang pembelahan sel dengan cepat (Stimulates cell division rapidly).
5. Kombinasi dengan hormon auksin dan giberelin dapat memberikan pertumbuhan
normal bagi tumbuhan yang kerdil (Combination with auxin and gibberellin
hormones can provide normal growth for dwarf plants).
6. Memperlambat terjadinya pengguguran daun, bunga dan buah pada tumbuhan
karena terjadi peningkatan transport makanan (Slows the occurrence of leaves,
flowers and fruits in plants due to increased food transport).

3. Giberelin atau asam giberelat


Golongan ini merupakan golongan yang secara struktur paling bermiripan, dan
diberi nama dengan nomor urut penemuan atau pembuatannya. Senyawa pertama yang
ditemukan memiliki efek fisiologi adalah GA3 (asam giberelat 3). GA3 merupakan
substansi yang diketahui menyebabkan pertumbuhan membesar pada padi yang
terserang fungi Gibberella fujikuroi.

Hormon giberelin adalah hormon yang pertama kali ditemukan pada jamur Gibberella fujikuroi
oleh Eiichi Kurosawa. Hormon giberelin memiliki fungsi yang hampir sama dengan hormon
auksin, akan tetapi dengan letak yang berbeda.

-Baca Juga-

Fungsi Hormon Giberelin

 Mempengaruhi pemanjangan dan pembelahan sel (Affect elongation and cell


division)
 Memengaruhi perkembangan embrio dan kecambah (Affects embryo development
and sprouts)
 Menghambat pembentukan biji (Inhibits seed formation)
 Mempengaruhi pemanjangan batang (Affect stem elongation)
 Memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar, daun, bunga, dan bunga
(Affects the growth and development of roots, leaves, flowers, and flowers).

4. Etilena
Etilena atau etena merupakan satu-satunya zat pengatur tumbuh yang
berwujud gas pada suhu dan tekanan ruangan (ambien). Selain itu, etilena tidak memiliki
variasi bentuk yang lain. Peran senyawa ini sebagai perangsang pemasakan buah telah
diketahui sejak lama meskipun orang hanya tahu dari praktik tanpa mengetahui
penyebabnya. Pemeramanmerupakan tindakan menaikkan konsentrasi etilena di sekitar
jaringan buah untuk mempercepat pemasakan buah. Pengarbitan adalah tindakan
pembentukan asetilena (etuna atau gas karbid); yang di udara sebagian
akan tereduksi oleh gas hidrogen menjadi etilena.
Berbagai substansi dibuat orang sebagai senyawa pembentuk etilena,
seperti ethephon (asam 2-kloroetil-fosfonat, diperdagangkan dengan nama Ethrel) dan
beta-hidroksil-etilhidrazina (BOH). Senyawa BOH dapat pula memicu pembentukan
bunga pada nanas.
Kalium nitrat diketahui juga merangsang pemasakan buah, namun belum
diketahui secara pasti hubungannya dengan perangsangan pembentukan etilena secara
endogen.

Hormon ini adalah hormon yang berperan untuk mendorong terjadinya pematangan buah.
Trik untuk mempercepat masaknya buah adalah masukkan buah yang sudah masak bersama
dengan buah yang belum masak kedalam wadah tertutup, atau semi tertutup.

Fungsi Hormon Gas Etilen

 Mempercepat dalam pematangan buah (Accelerate in fruit ripening)


 Menyebabkan pertumbuhan batang menjadi tebal dan kuat (Cause the growth of
the stems become thick and strong)
 Memacu hormon lain dalam menimbulkan reaksi tertentu (Encourage other
hormones to cause certain reactions)
 Mendukung terbentuknya bulu-bulu akar (Supports the formation of root feathers)
 Induksi sel kelamin betina pada bunga (Induction of female genital cells in flowers)
 Merangsang terjadinya pemekaran bunga
 Mengakhiri masa dormansi (Ending the dormancy)
 Pembentukan akar adventif (The formation of an adventitious root)

5. Asam absisat
Asam absisat atau ABA merupakan kelompok fitohormon yang terkait
dengan dormansi dan perontokan daun (senescense). ABA selanjutnya dapat
diproses menjadi bentuk turunan tidak aktif yang disebut sebagai ABA metabolit. ABA
sering dikelompokkan sebagai hormon inhibitor karena perannya yang kerap terkait
dengan penundaan proses.
Ini merupakan hormon yang menghambat pertumbuhan. Aneh memang. Ketika semua
hormon mendorong pertumbuhan, hormon absisat atau asam absisat malah sebaliknya.

Hormon ini dapat ditemukan pada kuncup serta daun daun tumbuhan.

Fungsi Hormon Asam Absisat

 Menghambat perkecambahan biji (Inhibits seed germination)


 Mempengaruhi terjadinya dormansi pada kuncup (Affects the occurrence of
dormancy in the bud)
 Menghambat pembelahan sel dan pembesaran sel (Inhibits cell division and cell
enlargement)
 Membantu tumbuhan dalam mengatasi tekanan pada lingkungan yang kurang baik
(Helping plants to cope with pressures on unfavorable environments)
 Memperpanjang masa dormansi umbi-umbian (Extend the dormancy period of the
tubers)

6. Hormon Asam Traumalin (Hormon Luka)

Hormon asam traumalin adalah hormon perawatan tumbuhan yang berfungsi utama dalam
kerusakan atau luka yang terjadi pada tumbuhan. Mungkin kalian pernah menebas pisau
pada batang pohon. Penutupan luka pada tumbuhan tersebut dipengaruhi oleh hormon asam
traumalin.

Asam traumalin pertama kali ditemukan untuk dipelajari oleh Haberland.

Fungsi Hormon Asam Traumalin

 Meregenerasi sel jika tumbuhan mengalami kerusakan jaringan (Regenerates cells


if the plant is damaged)

7. Hormon Kalin

Hormon kalin adalah sekelompok hormon yang terbagi atas berbagai jenis hormon
tergantung letak atau daerah yang dipengaruhi oleh hormon tersebut.
Macam macam hormon kalin berdasarkan letaknya yaitu:

 kaulokalin pada batang,


 rizokalin pada akar,
 Filokalin pada daun
 Antokalin pada bunga

Fungsi setiap hormon kalin diatas berperan dalam pembentukan organ dimana dia berada.
Contoh hormon Antokalin artinya bersama dengan hormon lain seperti sitokinin dan auksin
merangsang pembentukan bunga.

Hormon Tumbuhan
 Leave a comment
1. LINTASAN TRANSDUKSI SINYAL
Lintasan transduksi sinyal merupakan suatu mekanisme yang menghubungkan suatu sinyal (stimulus)
mekanik ataupun sinyal (stimulus kimia) menjadi suatu respon fisiologis seluler yang spesifik. Dipacu oleh
hormon tumbuhan dan stimulus lingkungan.

Tahapan-tahapan lintasan transduksi sinyal :

ü Resepsi (penerimaan)

Proses ini berlangsung di dalam membran plasma sel. Sinyal internal ataupun sinyal eksternal pertama kali
dideteksi oleh reseptor. Reseptor adalah suatu protein yang menga mengalami perubahan penyesuaian di
dalam respon terhadap stimulus yang spesifik. Reseptor yang terlibat pada respons greening disebut
fitokrom.

ü Transduksi (pengalihan)

Proses ini berlangsung di dalam sitoplasma. Fitokrom mengaktifkan protein G yang tidak aktif (yaitu
protein G yang mengikat GDP) menjadi protein yang aktif (yaitu protein G yang mengikat GTP).

Pada lintasan yang pertama :

 Protein G yang aktif mengaktifkan guanil siklase yaitu enzim yang menghasilkan GMP siklik (cGMP),
yang berupa mesenjer ke dua.
 cGMP akan mengaktifkan untaian protein kinase
Pada lintasan yang ke dua :

 Protein G yang aktif menyebabkan saluran Ca+2 pada membran plasma membuka dan
mempengaruhi perubahan di dalam Ca+2 sitosolik
 Ca+2 kemudian mengikat protein kecil yang disebut kalmodulin dan membentuk kompleks kalmodulin
Ca+2 sebagai mesenjer ke dua.
 Kompleks Kalmodulin Ca2+ akan mengaktifkan protein kinase spesifik.

ü Respons (tanggapan)

Berlangsung di dalam nukleus. Faktor transkripsi diaktifkan oleh fosforilasi . Pengaktifan faktor transkripsi
ada yang tergantung pada cGMP dan ada yang tergantung kalmodulin Ca+2 . Faktor transkripsi langsung
mengikat daerah spesifik dari DNA dan mengontrol transkripsi gen spesifik. Suatu sinyal akan
mempengaruhi pertumbuhan yang tergantung pada:
 Pengaktifan faktor transkripsi positif (yang meningkatkan transkripsi gen spesifik)
 Pengnonaktifkan faktor transkripsi negatif (yang menurunkan transkripsi gen spesifik)
 Pengaktifan faktor transkripsi positif dan pengnonaktifkan faktor transkripsi negatif.
Transkripsi, translasi dan modifikasi protein adalah suatu peristiwa penting yang berhubungan
dengan greening. Setelah translasi protein dimodifikasi oleh fosforilasi yang dikatalisis oleh protein
kinase. Untaian protein kinase akan merangkaikan stimulus inisial ke respon seluler pada tahapan ekspresi
gen melalui fosforilasi factor transkripsi. Akhirnya lintasan sinyal dapat mengatur sintesis protein baru
dengan merangkaikan atau memutus gen spesifik.

Jenis protein yang diaktifkan oleh fosforilasi selama proses greening yaitu Enzim yang berfungsi langsung
dalam fotosintesis Enzim yang terlibat dalam mensuplai prekursor kimia yang dibutuhkan untuk
pembentukan klorofil Enzim yang mempengaruhi tingkatan hormon tumbuhan yang mengatur
pertumbuhan. Pemutusan lintasan sinyal yang berhubungan dengan greening dapat dikendalikan oleh
protein fosfatase yaitu enzim yang mendefosforilasi protein spesifik

1. PENGERTIAN HORMON
Hormon berasal dari bahasa Yunani yaitu hormaein ini mempunyai arti : merangsang, membangkitkan
atau mendorong timbulnya suatu aktivitas biokimia sehingga fito-hormon tanaman dapat didefinisikan
sebagai senyawa organik tanaman yang bekerja aktif dalam jumlah sedikit, ditransportasikan ke seluruh
bagian tanaman sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan atau proses-proses fisiologi tanaman

Hormon merupakan suatu senyawa yang diproduksi oleh bagian tertentu dari suatu tubuh, dan kemudian
ditransportasi ke bagian tubuh lainnya, tempat dia mengikat reseptor spesifik dan memicu respons pada sel
ataupun jaringan yang dituju. Hormon tumbuhan (phytohormones) secara fisiologi adalah penyampai
pesan antar sel yang dibutuhkan untuk mengontrol seluruh daur hidup tumbuhan, diantaranya
perkecambahan, perakaran, pertumbuhan, pembungaan dan pembuahan.

Hormon tumbuhan dihasilkan sebagai respon terhadap berbagai faktor lingkungan kelebihan nutrisi,
kondisi kekeringan, cahaya, suhu dan stress baik secara kimia maupun fisik. Oleh karena itu ketersediaan
hormon sangat dipengaruhi oleh musim dan lingkungan.

Pada tumbuhan, hormon dihasilkan terutama pada bagian tumbuhan yang sel-selnya masih aktif membelah
diri (pucuk batang/cabang atau ujung akar) atau dalam tahap perkembangan pesat (buah yang sedang
dalam proses pemasakan). Transfer hormon dari satu bagian ke bagian lain dilakukan melalui sistem
pembuluh (xilem dan floem) atau transfer antarsel. Tumbuhan tidak memiliki kelenjar tertentu yang
menghasilkan hormon. Fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri
oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya
dengan penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Mereka lebih suka
menggunakan istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris plant growth regulator).

Senyawa-senyawa sintetik ini pada umumnya dikenal dengan nama zat pengatur tumbuh tanaman (ZPT =
Plant Growth Regulator). Tentang senyawa hormon tanaman dan zat pengatur tumbuh, Moore (2)
mencirikannya sebagai berikut :

1. Fitohormon atau hormon tanaman ada-lah senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah
kecil (< 1mM) yang disintesis pada bagian tertentu, pada umumnya ditranslokasikan kebagian lain
tanaman dimana senyawa tersebut, menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia, fisiologis dan
morfologis.
2. Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam kon-sentrasi rendah (< 1
mM) mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkem-bangan
tanaman.
3. Inhibitor adalah senyawa organik yang menghambat pertumbuhan secara umum dan tidak ada
selang konsentrasi yang dapat mendorong pertumbuhan.
Retardan. Cathey (1975) dalam (1) mendefinisikan retardan sebagai suatu senyawa organik yang
menghambat per-panjangan batang, meningkatkan warna hijau daun, dan secara tidak langsung mem-
pengaruhi pembungaan tanpa menyebabkan pertumbuhan yang abnormal.

Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan
mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan
pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Semua hormon tanaman sintetik atau senyawa sintetik yang mempunyai sifat fisiologis dan biokimia yang
serupa dengan hormon tanaman adalah ZPT. Hormon tanaman dan ZPT pada umumnya mendorong terjadi
sesuatu pertumbuhan dan perkembangan.

Hormon menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dengan mempengaruhi:

n Pembelahan sel

n Perpanjangan sel

n Diferensiasi sel

1. SIFAT DAN FUNGSI JENIS HORMON


Sifat hormon :

ü Diperlukan dalam jumlah yang sedikit untuk memicu pertumbuhan yang besar dalam suatu organisme

ü Konsentrasi hormon dan kecepatan transportasi dapat berubah dalam merespon stimulus lingkungan

ü Berinteraksi dengan hormon lainnya dalam responnya terhadap stimulus lingkungan.

Respons tumbuhan terhadap cahaya disebut fototropisme.


Fotortopisme terdiri dari :

 Fototropisme positif, yaitu pertumbuhan suatu tunas atau suatu kanopi menuju cahaya.
 Fotoropisme negatif, yaitu pertumbuhan suatu tunas atau suatu kanopi menjauhi cahaya.
Macam-macam hormon :

1. Auksin
Merupakan senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung meristem apikal (ujung akar dan
batang). F.W. Went (1928) pertama kali menemukan auksin pada ujung koleoptil kecambah
gandum Avena sativa. Berfungsi membantu perkecambahan dan dominasi apical

Jika terkena cahaya matahari hormon auksin menjadi tidak aktif. Kondisi fisiologis ini mengakibatkan
bagian yang tidak terkena cahaya matahari akan tumbuh lebih cepat daripada yang terkena cahaya
matahari, sehingga tumbuhan akan membelok kearah sumber cahaya. Auksin yang diedarkan ke seluruh
bagian tumbuhan mempengaruhi pemanjangan, pembelahan, dan diferensiasi sel tumbuhan. Auksin yang
dihasilkan diujung tanaman ( tunas apikal ) akan menghambat tumbuhnya tunas lateral atau tunas ketiak.
Jika tunas apikal dipotong, maka tunas lateral akan menumbuhkan daun-daun . Peristiwa tersebut disebut
dominansi apikal
Fungsi lain dari auksin adalah merangsang kambium untuk membentuk Xilem dan Floem, memelihara
elastisitas dinding sel, membentuk dinding sel primer ( dinding sel yang pertama kali terbentuk pada sel
tumbuhan ), menghambat rontoknya buah dan gugurnya daun serta mampu membantu
proses partenokarpi ( pembuahan tanpa penyerbukan ).

Pemberian hormon auksin pada tumbuhan akan menyebabkan terjadinya pembentukkan buah tanpa biji ,
akar lateral dan serabut akar. Pembentukkan akar lateral dan serabut akar menyebabkan proses penyerapan
air dan mineral dapat berjalan optimum. Hormon auksin dapat disintesis di laboratorium antara lain Indol
Asam Asetat (IAA). Dalam konsentrasi yang tinggi auksin dapat menghambat pertumbuhan , fenomena ini
digunakan untuk membasmi gulma. Senyawa herbisida sejenis auksin antara lain 2,4 D
(Dichlorophenoxyacetic Acid ) digunakan untuk membasmu gulma di sawah atau dipertanian monokultur
tanaman monokotil lain. Pada masa perang Vietnam Amerika menggunakan campuran 2,4D dengan
senyawa lain (agen oranye ) untukmerontokkan daun-daun di hutan Vietnam . Belakangan diketahui agen
orannye menghasilkan zat dioksin penyebab kanker yang sangat berbahaya.

Peranan Auksin

1. a. Auksin Di Dalam Perpanjangan Sel


Meristem tunas apikal adalah tempat utama sintesis auksin. Pada saat auksin bergerak dari ujung tunas ke
bawah ke daerah perpanjangan sel, maka hormon auksin mengstimulasi pertumbuhan sel, mungkin dengan
mengikat reseptor yang dibangun di dalam membran plasma.
Auksin akan menstimulasi pertumbuhan hanya pada kisaran konsentrasi tertentu; yaitu antara : 10-8
M sampai 10-4 M. Pada konsentrasi yang lebih tinggi; auksin akan menghambat perpanjangan sel,
mungkin dengan menginduksi produksi etilen, yaitu suatu hormon yang pada umumnya berperan sebagai
inhibitor pada perpanjangan sel.

Berdasarkan suatu hipotesis yang disebut hipotesis pertumbuhan asam (acid growth
hypothesis), pemompaan proton membran plasma memegang peranan utama dalam respon
pertumbuhan sel terhadap auksin. Di daerah perpanjangan tunas, auksin menstimulasi pemompaan
proton membran plasma, dan dalam beberapa menit; auksin akan meningkatkan potensial
membran (tekanan melewati membran) dan menurunkan pH di dalam dinding sel.

Pengasaman dinding sel ini, akan mengaktifkan enzim yang disebut ekspansin; yang memecahkan
ikatan hidrogen antara mikrofibril sellulose, dan melonggarkan struktur dinding sel. Ekspansin dapat
melemahkan integritas kertas saring yang dibuat dari sellulose murni.

Penambahan potensial membran, akan meningkatkan pengambilan ion ke dalam sel, yang menyebabkan
pengambilan air secara osmosis. Pengambilan air, bersama dengan penambahan plastisitas dinding sel,
memungkinkan sel untuk memanjang. Auksin juga mengubah ekspresi gen secara cepat, yang
menyebabkan sel dalam daerah perpanjangan, memproduksi protein baru, dalam jangka waktu beberapa
menit. Beberapa protein, merupakan faktor transkripsi yang secara menekan ataupun mengaktifkan
ekspresi gen lainnya. Untuk pertumbuhan selanjutnya, setelah dorongan awal ini, sel akan membuat lagi
sitoplasma dan bahan dinding sel. Auksin juga menstimulasi respon pertumbuhan selanjutnya.

b. Auksin dalam Pembentukan Akar Lateral dan Akar Adventif

Auksin digunakan secara komersial di dalam perbanyakan vegetatif tumbuhan melalui stek. Suatu
potongan daun, maupun potongan batang, yang diberi serbuk pengakaran yang mengandung auksin,
seringkali menyebabkan terbentuknya akar adventif dekat permukaan potongan tadi. Auksin juga terlibat
di dalam pembentukan percabangan akar. Beberapa peneliti menemukan bahwa dalam mutan Arabidopsis,
yang memperlihatkan perbanyakan akar lateral yang ekstrim ternyata mengandung auksin dengan
konsentrasi 17 kali lipat dari konsentrasi yang normal.

c. Auksin Sebagai Herbisida

Auksin sintetis, seperti halnya 2,4-dinitrofenol (2,4-D), digunakan secara meluas sebagai herbisida
tumbuhan. Pada Monocotyledoneae, misalnya : jagung dan rumput lainnya dapat dengan cepat
menginaktifkan auksin sintetik ini, tetapi pada Dicotyledoneae tidak terjadi, bahkan tanamannya mati
karena terlalu banyak dosis hormonalnya. Menyemprot beberapa tumbuhan serialia ataupun padang
rumput dengan 2,4-D, akan mengeliminir gulma berdaun lebar seperti dandelion.

d. Efek Lainnya Dari Auksin

Selain untuk menstimulasi perpanjangan sel dalam pertumbuhan primer; auksin juga mempengaruhi
pertumbuhan sekunder, termasuk pembelahan sel di dalam kambium pembuluh, dan dengan
mempengaruhi differensiasi xylem sekunder. Biji yang sedang berkembang mensintesis auksin, untuk
dapat meningkatkan pertumbuhan buah di dalam tumbuhan. Auksin sintetik yang disemprotkan ke
dalam tanaman tomat anggur akan menginduksi perkembangan buah tanpa memerlukan pollinasi. Hal ini
memungkinkan untuk menghaslkan tomat tanpa biji, melalui substitusi auksin sintetik, pada auksin yang
disintetis secara normal, pada biji yang sedang berkembang.

1. Giberelin
Giberelin pertama kali diteliti pada tahun 1930 oleh E Kurosawa pada tanaman yang tumbuh abnormal
yaitu tumbuh memanjang dan langsing sehingga mudah rebah. Ternyata tanaman tersebut diserang jamur
Gibberella fujikuroi. Jamur ini menghasilkan hormon giberelin yang menyebabkan tanaman tumbuh
memanjang pad ruas batang padi.Senyawa ini dihasilkan oleh jamur Giberella fujikuroi atau Fusarium
moniliformae. Fungsi giberelin untuk pemanjangan tumbuhan dan berperan dalam partenokarpi.

Giberelin merupakan turunan dari asam gibberalat, juga merupakan hormon yang berfungsi sinergis
dengan hormon auksin. Giberelin berpengaruh terhadap pekembangan dan perkecambahan biji. Giberelin
akan merangsang pembentukan enzim amilase. Enzim tersebut berperan penting untuk memecah senyawa
amilum yang terdapat pada endosperma ( cadangan makanan ) menjadi senyawa glukosa sebagai sumber
energi pertumbuhan. Jika giberelin diberikan pada tumbuhan kerdil maka pertumbuhannya kan kembali
normal. Geberelin juga berfungsi dalam proses pembentukan biji yaitu merangsang pembentukkan serbuk
sari ( polen), memperbesar ukuran buah, merangsang pembentukkan bunga dan mengakhiri masa dormansi
biji. Pada konsentrasi tinggi giberelin akan merangsang pembentukkan akar. . Ada sekitar 100 jenis
gibberellin, namun Gibberellic acid (GA3)-lah yang paling umum digunakan.

Peranan Giberellin

1. a. Perpanjangan Batang
Akar dan daun muda, adalah tempat utama yang memproduksi gibberellin. Gibberellin menstimulasi
pertumbuhan pada daun maupun pada batang; tetapi efeknya dalam pertumbuhan akar sedikit. Di dalam
batang, gibberellin menstimulasi perpanjangan sel dan pembelahan sel. Seperti halnya auksin, gibberellin
menyebabkan pula pengendoran dinding sel, tetapi tidak mengasamkan dinding sel. Satu hipotesis
menyatakan bahwa; gibberellin menstimulasi enzim yang mengendorkan dinding sel, yang memfasilitasi
penetrasi protein ekspansin ke dalam dinding sel. Di dalam batang yang sedang tumbuh, auksin,
mengasamkan dinding sel dan mengaktifkan ekspansin; sedangkan gibberellin memfasilitasi penetrasi
ekspansin ke dalam dinding sel untuk bekerja sama dalam meningkatkan perpanjangan sel. Efek
gibberellin dalam meningkatkan perpanjangan batang, adalah jelas, ketika mutan tumbuhan tertentu yang
kerdil, diberi gibberellin. Beberapa kapri yang kerdil (termasuk yang dipelajari oleh Mendel), tumbuh
dengan ketinggian normal bila diberi gibberellin. Apabila gibberellin diaplikasikan ke tumbuhan yang
ukurannya normal, seringkali tidak memberikan respon. Nampaknya, tumbuhan tersebut sudah
memproduksi dosis hormon yang optimal. Suatu contoh yang paling menonjol, dari perpanjangan batang
yang telah diinduksi oleh gibberellin; adalah terjadinya pemanjangan yang tiba-tiba yang disebut bolting,
yaitu pertumbuhan tangkai bunga yang cepat.

1. b. Pertumbuhan Buah
Pada kebanyakan tumbuhan, auksin maupun gibberellin hendaknya selalu tersedia untuk mengatur
pertumbuhan buah. Aplikasi gibberellin secara komersial yaitu dengan menyemprot anggur ‘Thompson’
menjadi tanpa biji (Gambar 6) adalah sangat penting. Hormon, menjadikan buah anggur secara individu
tumbuh lebih besar, sesuai dengan ukuran yang diinginkan konsumen; dan juga menjadikan ruas
(internodus) lebih panjang, sehingga Penambahan ruang tumbuh ini, akan meningkatkan sirkulasi udara
antara buah anggur yang satu dengan yang lainnya; juga menjadikan buah anggur lebih keras, sehingga
tahan terhadap jamur serta mikroorganisme lainnya yang akan menginfeksi buah

1. c. Perkecambahan
Embrio biji kaya dengan sumber gibberellin. Setelah air diimbibisi, terjadi pelepasan gibberellin dari
embrio, yang mengisyaratkan biji untuk memecahkan dormansi dan segera berkecambah. Pada beberapa
biji yang memerlukan kondisi lingkungan khusus untuk berkecambah, misal keterbukaan terhadap cahaya
atau temperatur yang dingin, maka pemberian gibberellin akan memecahkan dormansi. Gibberellin,
membantu pertumbuhan pada perkecambahan serialia, dengan menstimulasi sintesis enzim pencerna
seperti -amilase, yang memobilisasi cadangan makanan. Diduga giberelin yang terdapat di dalam biji
merupakan penghubung antara isyarat lingkungan dan proses metabolik yang menyebabkan pertumbuhan
embrio. Sebagai contoh, air yang tersedia dalam jumlah cukup akan menyebabkan embrio pada biji
rumput-rumputan mengeluarkan giberelin yang mendorong perkecambahan dengan memanfaatkan
cadangan makanan yang terdapat di dalam biji. Pada beberapa tanaman, giberelin menunjukkan interaksi
antagonis dengan ZPT lainnya misalnya dengan asam absisat yang menyebabkan dormansi biji.

1. Sitokinin
Peranan Sitokinin

a. Pengaturan pembelahan sel dan diferensiasi sel

Sitokinin, diproduksi dalam jaringan yang sedang tumbuh aktif, khususnya pada akar, embrio, dan buah.
Sitokinin yang diproduksi di dalam akar, akan sampai ke jaringan yang dituju, dengan bergerak ke bagian
atas tumbuhan di dalam cairan xylem. Bekerja bersama-sama dengan auksin; sitokinin menstimulasi
pembelahan sel dan mempengaruhi lintasan diferensiasi. Efek sitokinin terhadap pertumbuhan sel di dalam
kultur jaringan, memberikan petunjuk tentang bagaimana jenis hormon ini berfungsi di dalam tumbuhan
yang lengkap. Ketika satu potongan jaringan parenkhim batang dikulturkan tanpa memakai sitokinin, maka
selnya itu tumbuh menjadi besar tetapi tidak membelah. Sitokinin secara mandiri tidak mempunyai efek.
Akan tetapi, apabila sitokinin itu ditambahkan bersama-sama dengan auksin, maka sel itu dapat membelah.

b. Pengaturan Dominansi Apikal

Sitokinin, auksin, dan faktor lainnya berinteraksi dalam mengontrol dominasi

apikal, yaitu suatu kemampuan dari tunas terminal untuk menekan perkembangan tunas aksilar. Sampai
sekarang, hipotesis yang menerangkan regulasi hormonal pada dominansi apikal, yaitu hipotesis
penghambatan secara langsung, menyatakan bahwa auksin dan sitokinin bekerja secara
antagonistis dalam mengatur pertumbuhan tunas aksilari. Berdasarkan atas pandangan ini, auksin yang
ditransportasikan ke bawah tajuk dari tunas terminal, secara langsung menghambat pertumbuhan tunas
aksilari. Hal ini menyebabkan tajuk tersebut menjadi memanjang dengan mengorbankan percabangan
lateral. Sitokinin yang masuk dari akar ke dalam sistem tajuk tumbuhan, akan melawan kerja auksin,
dengan mengisyaratkan tunas aksilar untuk mulai tumbuh. Jadi rasioauksin dan sitokinin merupakan faktor
kritis dalam mengontrol penghambatan tunas aksilar. Banyak penelitian yang konsisten dengan hipotesis
penghambatan langsung ini. Apabila tunas terminal yang merupakan sumber auksin utama dihilangkan,
maka penghambatan tunas aksilar juga akan hilang dan tanaman menjadi menyemak. Aplikasi auksin pada
permukaan potongan kecambah yang terpenggal, akan menekan kembali pertumbuhan tunas lateral. Mutan
yang terlalu banyak memproduksi sitokinin, atau tumbuhan yang diberi sitokinin, juga bertendensi untuk
lebih menyemak dibanding yang normal.

c. Efek Anti Penuaan

Sitokinin, dapat menahan penuaan beberapa organ tumbuhan, dengan menghambat pemecahan protein,
dengan menstimulasi RNA dan sintesis protein, dan dengan memobilisasi nutrien dari jaringan di
sekitarnya. Apabila daun yang dibuang dari suatu tumbuhan dicelupkan ke dalam larutan sitokinin, maka
daun itu akan tetap hijau lebih lama daripada biasanya. Sitokinin juga memperlambat deteorisasi daun pada
tumbuhan utuh. Karena efek anti penuaan ini, para floris melakukan penyemprotan sitokinin untuk
menjaga supaya bunga potong tetap segar.
Sitokinin pertama kali diteliti oleh Carlos Miller dari laboratorium Folke Skoog University of Wisconsin,
dalam percobaannya ia mencampurkan bahan yang mengandung nukleosida dari sperma ikan kedalam
kultur tumbuhan. Ternyata hasilnya tumbuhan mengalami pertumbuhan yang cepat dan setelah diteliti
lebih lanjut substansi tersebut mirip adenin dan dinamakan sitokinin.
Perbandingan jumlah sitokinin dan auksin mempengaruhi pertumbuhan, jika konsentrasi sitikinin lebih
tinggi maka pembelahan sel terjadi di bagian pucuk, tetapi jika konsentrasi auksinnya lebih tinggi maka
pembelahan selnya terjadi dimeristem akar. Sitokinin juga berfungsi untuk merangsang pembentukkan
daun dan pucuk serta menghambat pengguguran daun, bunga dan buah. Sitokinin sangat berguna pada
proses kultur jaringan dimana dibutuhkan pertumbuhan yang cepat tanpa pembentukan perakaran. secara
umum konsntrasi cytokinin yang digunakan antara 0.1 to 10 mg/L

1. Gas etilen.
Banyak ditemukan pada tanaman yang sudah tua. Etilen berperan dalam proses pematangan buah dan
kerontokkan daun. Jika konsentrasi hormon auksin dan giberelin rendah sedangkan etilen lebih tinggi
maka pembentukan batang, akar dan bunga menjadi terhambat. Senyawa etilen pada tumbuhan ditemukan
dalam fase gas. Kerjasama gas etilen dengan auksin akan mempercepat pembungaan. Tanaman sering
meningkatkan produksi ethylene sebagai respon terhadap stress dan sebelum mati. Konsentrasi Ethylene
fluktuasi terhadap musim untuk mengatur kapan waktu menumbuhkan daun dan kapan mematangkan
buah.

Peranan Ethylene

1. a. Ethylene sebagai hormon pematangan


Ethylene sebagi hormon akan mempercepat terjadinya klimakterik. Biale (1960) telah membuktikan bahwa
pada buah adpokat yang disimpan di udara biasa akan matang setelah 11 hari, tetapi apabila disimpan
dalam udara dengan kandungan ethylene 10 ppm selama 24 jam buah adpokat tersebut akan matang dalam
waktu 6 hari. Aplikasi C2H2 (Ethylene) pada buah-buahan klimakterik, makin besar konsentrasi C2H2
sampai tingkat kritis makin cepat stimulasi respirasinya. Ethylene tersebut bekerja paling efektif pada
waktu tahap klimakerik, sedangkan penggunaan C2H2 pada tahap post klimakerik tidak merubah laju
respirasi. Pada buah-buahan non klimakterik respon terhadap penambahan ethylene baik pada buah pra
panen maupun pasca panen, karena produksi ethylene pada buah non klimakterik hanya sedikit. Dari
penelitian Burg dan Burg (1962), juga dapat diketahui bahwa ethylene merangsang pemasakan klimakerik.
Sedangkan menurut Winarno (1979) dikatakan bahwa uah-buahan non klimakterik akan mengalami
klimakterik setelah ditambahkan ethylene dalam jumlah yang besar. Sebagai contoh buah non klimakterik
untuk percobaannya adalah jeruk. Di samping itu pada buah-buahan non klimakterik apabila ditambahkan
ethylene beberapa kali akan terjadi klimakterik yang berulang-ulang. Penelitian Mattoo dan Modi (1969)
telah menunjukkan bahwa C2H2 meningkatkan kegiatan enzym-enzym katalase, peroksidase, dan amylase
dalam irisanirisan mangga sebelum puncak kemasakannya. Serta selama pemacuan juga diketemukan zat-
zat serupa protein yang menghambat pemasakan, dalam irisan-irisan itu dapat hilang dalam waktu 45 jam.
Perlakuan dengan C2H2 mengakibatkan irisanirisan menjadi lunak dan tejadi perubahan warna yang
menarik dari putih ke kuning, yang memberi petunjuk timbulnya gejala-gejala kematangan yang khas.

1. b. Ethylene Pada Absisi Daun


Kehilangan daun pada setiap musim gugur merupakan suatu adaptasi untuk menjaga agar tumbuhan yang
berganti daun, selama musim dingin tetap hidup ketika akar tidak bisa mengabsorpsi air dari tanah yang
membeku. Sebelum daun itu mengalami absisi, beberapa elemen essensial diselamatkan dari daun yang
mati, dan disimpan di dalam sel parenkhim batang. Nutrisi ini dipakai lagi untuk pertumbuhan daun pada
musim semi berikutnya. Warna daun pada musim gugur, merupakan suatu kombinasi dari warna
pigmen merah yang baru dibuat selama musim gugur, dan warna karotenoid
yang berwarna kuning dan orange, yang sudah ada di dalam daun, tetapi kelihatannya berubah karena
terurainya klorofil yang berwarna hijau tua pada musim gugur. Ketika daun pada musim gugur rontok,
maka titik tempat terlepasnya daun merupakan suatu lapisan absisi yang berlokasi dekat dengan pangkal
tangkai daun. Sel parenkhim berukuran kecil dari lapisan ini mempunyai dinding sel yang sangat tipis, dan
tidak mengandung sel serat di sekeliling jaringan pembuluhnya. Lapisan absisi selanjutnya melemah,
ketika enzimnya menghidrolisis polisakarida di dalam dinding sel. Akhirnya dengan bantuan angin,
terjadi suatu pemisahan di dalam lapisan absisi. Sebelum daun itu jatuh, selapisan gabus membentuk
suatu berkas pelindung di samping lapisan absisi dalam ranting tersebut untuk mencegah patogen yang
akan menyerbu bagian tumbuhan yang ditinggalkannya
1. Ethylene dan Permeablitas Membran
Ethylene adalah senyawa yang larut di dalam lemak sedangkan memban dari sel terdiri dari senyawa
lemak. Oleh karena itu ethylene dapat larut dan menembus ke dalam membran mitochondria. Apabila
mitochondria pada fase pra klimakterik diekraksi kemdian ditambah ethylene, ternyata terjadi
pengembangan volume yang akan meningkatkan permeablitas sel sehingga bahan-bahan dari luar
mitochondria akan dapat masuk. Dengan perubahan-perubahan permeabilitas sel akan memungkinkan
interaksi yang lebih besar antara substrat buah dengan enzym-enzym pematangan.

1. Ethylene dan Aktiitas ATP-ase


Ethylene mempunai peranan dalam merangsang aktiitas ATP-ase dalam penyediaan energi yang
dibutuhkan dalam metabolisme. ATP-ase adalah suatu enzym yang diperlukan dalam pembuatan enegi dari
ATP yang ada dalam buah. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut:

ATP ———————– ADP + P ————————– Energi ATP-ase

1. Ethylene sebagai “Genetic Derepression”


Pada reaksi biolgis ada dua faktor yang mengontrol jalannya reaksi. Yang pertama adalah “Gene
repression” yang menghambat jalannya reaksi yang berantai untuk dapat berlangsung terus. Yang kedua
adalah “Gene Derepression” yaitu faktor yang dapat menghilangkan hambatan tersebut sehingga reaksi
dapat berlangsung. Selain itu ethylene mempengaruhi proses-proses yang tejadi dalam tanaman termasuk
dalam buah, melalui perubahan pada RNA dan hasilya adalah perubahan dalam sintesis protein yang diatur
RNA sehingga pola-pola enzym-enzymnya mengalami perubahan pula.

1. Asam absiat.
Penelitian hormon ini dilakukan pada tahun 1940 oleh peneliti Inggris dengan memberi ekstaks daun Birch
ke dalam persemaian biji tanaman lain, ternyata biji sulit berkecambah. Tahun 1960 Davis dari University
of California mengisolasi hormon ini dari buah kapas untuk mengetahui struktur kimianya . Asam absisat
ditemukan pada umbi-umbian dan biji-bijian yang dorman. Hormon ini bersifat menghambat
pertumbuhan dengan cara memperlambat kecepatan pembelahan dan pembesaran sel. Asam absiat
berfungsi untuk :

– Menghambat pembelahan dan pemanjangan sel.

– Menunda pertumbuhan atau dormansi.

– Merangsang penutupan mulut daun pada musim kering, sehingga mengurangi aktifitas transpirasi

Secara alami tingginya konsentrasi asam abscisat ini dipicu oleh adanya stress oleh lingkungan misalnya
kekeringan.

Peranan Asam Absisat (ABA)

1. a. Dormansi Biji
Dormansi biji, mempunyai nilai kelangsungan hidup yang besar; karena dia menjamin bahwa biji akan
berkecambah; hanya apabila ada kondisi yang optimal dari : cahaya, temperatur, dan kelembaban. Apa
yang mencegah biji yang disebarkan pada musim gugur untuk segera berkecambah lalu mati hanya karena
adanya musim dingin. Mekanisme apa yang menjamin bahwa biji tertentu berkecambah pada musim
semi?. Apa yang mencegah biji berkecambah di dalam keadaan gelap, ataupun kelembaban yang tinggi di
dalam biji. Jawabannya adalah ABA. Level ABA akan bertambah 100 kali lipat selama pematangan biji.
Level ABA yang tinggi dalam pematangan biji ini, akan menghambat perkecambahan, dan menginduksi
produksi protein khusus, yang membantu biji untuk menahan dehidrasi yang ekstrim yang mengiringi
pematangan. Banyak tipe biji yang dorman, akan berkecambah ketika ABA pada biji tersebut
dihilangkan, atau dinonaktifkan, dengan beberapa cara. Biji beberapa tumbuhan gurun, akan pecah
dormansinya, apabila terjadi hujan yang lebat yang akan mencuci ABA dari biji. Biji lainnya
membutuhkan cahaya ataupun membutuhkan keterbukaan yang lebih lama terhadap temperatur
dingin untuk memicu tidak aktifnya ABA. Sering kali rasio ABA-gibberellin menentukan; apakah biji
itu akan tetap dorman atau akan berkecambah. Penambahan ABA ke dalam biji yang sedianya
berkecambah, akan kembali menjadikan dalam kondisi dorman. Mutan jagung, yang mempunyai biji yang
sudah berkecambah saat masih pada tongkolnya, tidak mempunyai faktor transkripsi fungsional yang
diperlukan oleh ABAuntuk menginduksi ekspresi gen tertentu

1. b. Cekaman Kekeringan
ABA, adalah sinyal internal utama, yang memungkinkan tumbuhan, untuk menahan kekeringan. Apabila
suatu tumbuhan memulai layu, maka ABA berakumulasi di dalam daun, dan menyebabkan stomata
menutup dengan cepat, untuk mengurangi transpirasi, dan mencegah kehilangan air berikutnya. ABA,
melalui pengaruhnya terhadap mesenjer ke-2, yaitu terhadap Ca (kalsium), menyebabkan peningkatan
pembukaan saluran K (kalium) sebelah luar secara langsung di dalam membran plasma sel penutup. Hal
ini mendorong kehilangan kalium dalam bentuk massif darinya, yang jika disertai dengan kehilangan air
secara osmotis akanmendorong pengurangan turgor sel penutup yang mengecilkan celah stomata. Dalam
beberapa kasus, kekurangan air terlebih dahulu akan mencekam sistem perakaran sebelum mencekam
sistem tajuk. ABA akan ditransportasi dari akar ke daun, yang berfungsi sebagai sistem peringatan dini
(early warning system). Mutan ‘Wilty’ yang mengalami kelayuan, yang biasanya mudah untuk layu, dalam
beberapa kasus disebabkan karena kekurangan produksi ABAnya.

1. Brassinosteroid
Pertama kali diisolasi dari pollen Brassica, tahun 1979 . Merupakan steroid yang mirip dengan kolesterol
dan hormon seks pada hewan. Dapat menginduksi :

 Perpanjangan sel
 Pembelahan sel dalam ruas-ruas batang dan kecambah
 Pada konsentrasi rendah ( sekitar 10-12 M ) dapat :
 Memperlambat absisi daun
 Meningkatkan diferensiasi xylem

1. SINTESIS DAN DENGRADASI JENIS HORMON DALAM KAITANNYA DENGAN IPTEKS


BUDIDAYA PERTANIAN
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan
ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami.
Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti
penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang
mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam
teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam
aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman), untuk menyebut beberapa
contohnya.
ZPT sintetik sangat banyak digunakan pada pertanian modern. Tanpa ZPT sintetik untuk mengendalikan
gulma, atau untuk mengendalikan pertumbuhan dan pengawetan buah-buahan, maka produksi bahan
makanan akan berkurang sehingga harganya akan menjadi mahal.Disamping itu, muncul keprihatinan
bahwa penggunaan senyawa sintetik secara berlebihan pada produksi pangan akan menimbulkan masalah
lingkungan dan kesehatan serius. Sebagai conto dioksin, senyawa kimia sampingan dari sintesa 2, 4-D
yang digunakan sebagai herbisida selektif untuk membasmi gulma berdaun lebar dari tumbuhan dikotil.
Walaupun 2, 4-D tidak beracun terhadap mamalia, namun dioksin dapat menyebabkan cacat lahir, penyakit
hati, dan leukimia pada hewan percobaan. Sekarang ini, bagaimanapun juga, produksi bahan pangan secara
organik menjadi relatif lebih mahal. Persoalan penggunaan senyawa kimia sintetik pada bidang pertanian
melibatkan aspek ekonomi dan etika. Haruskah kita teruskan memproduksi pangan yang murah dan
berlimpah dengan zat kimia sintetik dan masa bodoh terhadap masalah yang mungkin muncul, atau
haruskah kita melakukan budidaya tanaman tanpa zat kimia sintetik berbahaya tetapi dengan menerima
kenyataan bahwa harga bahan pangan akan lebih mahal. Pada metode kultur jaringan penggunaan auksin
dan sitokinin sudah banyak digunakan. Menurut Gunawan (1987) bahwa jika konsentrasi auksin lebih
besar daripada sitokinin maka kalus akan tumbuh, dan bila konsentrasi sitokinin lebih besar dibandingkan
auksin maka tunas akan tumbuh.

PERTANYAAN

1. Apa yang saudara ketahui tentang hormon dan zat pengatur tumbuh ?
2. Apa yang dimaksud dengan lintasan transduksi sinyal ?
3. Apakah fototropisme dan pengakaran stek batang dipengaruhi oleh hormon ? jelaskan !
4. Mengapa karbohidrat dan protein tidak dikategorikan sebagai hormon ? jelaskan !
5. Apakah keberadaan hormon dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman ? jelaskan !
6. Adakah auksin yang dapat berperan sebagai herbisida ? jelaskan !
7. Saat ini hormon sintetik atau ZPT sudah banyak digunakan untuk keperluan agribisnis, sebutkan
beberapa contoh !
8. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas ZPT !
JAWABAN

1.
 Hormon merupakan suatu senyawa yang diproduksi oleh bagian tertentu dari suatu tubuh, dan
kemudian ditransportasi ke bagian tubuh lainnya, tempat dia mengikat reseptor spesifik dan memicu
respons pada sel ataupun jaringan yang dituju.
 Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam kon-sentrasi rendah (< 1 mM)
mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
2. Lintasan transduksi sinyal merupakan suatu mekanisme yang menghubungkan suatu sinyal
(stimulus) mekanik ataupun sinyal (stimulus kimia) menjadi suatu respon fisiologis seluler yang
spesifik. Dipacu oleh hormon tumbuhan dan stimulus lingkungan.
3. Ya dipengaruhi, sebab fototropisme dipengaruhi oleh hormon auksin yang terdapat di ujung
koleoptil yang merupakan pusat respons tumbuhan terhadap cahaya matahari.Sedangkan
pengakaran stek batang juga dipengaruhi oleh hormon auksin dalam rangka pertumbuhan awal akar.
4. Protein tidak dikategorikan sebagai hormone karena karbohidrat dan protein bekerja dalam
konsentrasi yang tinggi,tidak seperti hormon yang bekerja dalam konsentrasi yang rendah.
5. Sangat dibutuhkan sekali. Karena hormon sangat berperan dalam hal-hal yang berkaitan dengan
pertumbuhan dah perkembangan tanaman itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai