Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

( ANATOMI REPTIL )

OLEH :

NAMA : FIRA JULIA PUTRI

NO BP : 1710423020

KELOMPOK / KELAS : 9 ( SEMBILAN ) / B

ANGGOTA KELOMPOK : 1. ISLAMI ANNISA (1710421012)

2. YUNI ZAHARA (1710421030)

3. ELDA RAHMADANTI ( 1710423008)

ASISTEN : MUHAMMAD ALDI GUSMAN

LABORATORIUM TEACHING II

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................i
DAFTAR GAMBAR.................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum...........................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................3
BAB III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM..............................................6
3.1 Waktu dan Tempat..........................................................................6
3.2 Alat dan Bahan................................................................................6
3.3 Cara Kerja.......................................................................................6
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................7
4.1 Dendrelapis pictus...........................................................................7
4.1.1 Morfologi Dendrelapis pictus .....................................................7
4.1.2 Sistem Otot Dendrelaphis pictus.................................................8
4.1.3 Sistem Rangka Dendrelaphis pictus............................................9
4.1.4 Sistem Organ Dendrelaphis pictus.............................................10
4.1.5 Sistem Reproduksi Dendrelaphis pictus....................................12
4.2 Eutropis multifasciata...................................................................13
4.2.1 Morfologi Eutropis multifasciata...............................................14
4.2.2 Sistem Otot Eutropis multifasciata............................................16
4.2.3 Sistem Rangka Eutropis multifasciata.......................................17
4.2.4 Sistem Organ Eutropis multifasciata.........................................18
4.2.5 Sistem Reproduksi Eutropis multifasciata.................................18
BAB V. PENUTUP.............................................................................19
5.1 Kesimpulan....................................................................................19
5.2 Saran..............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................21

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Morfologi Dendrelapis pictus..................................................7


Gambar 2. Morfologi Dendrelapis pictus..................................................7
Gambar 3. Sistem Otot Dendrelaphis pictus............................................8

Gambar 4. Sistem Otot Dendrelaphis pictus............................................8

Gambar 5. Sistem Rangka Dendrelaphis pictus........................................9

Gambar 6. Sistem Rangka Dendrelaphis pictus........................................9

Gambar 7. Sistem Organ Dendrelaphis pictus.........................................10

Gambar 8. Sistem Organ Dendrelaphis pictus.....................................10

Gambar 9. Sistem Reproduksi Dendrelaphis pictus................................12

Gambar 10 Sistem Reproduksi Dendrelaphis pictus...............................12

Gambar 11. Morfologi Eutropis multifasciata......................................13

Gambar 12. Morfologi Eutropis multifasciata.........................................13

Gambar 13. Sistem Otot Eutropis multifasciata......................................16

Gambar 14. Sistem Otot Eutropis multifasciata......................................16

Gambar 15. Sistem Rangka Eutropis multifasciata.................................17

Gambar 16. Sistem Rangka Eutropis multifasciata.................................17

Gambar 17. Sistem Organ Eutropis multifasciata...................................18

Gambar 18. Sistem Organ Eutropis multifasciata...................................18

Gambar 19. Sistem Reproduksi Eutropis multifasciata...........................18

Gambar 20. Sistem Reproduksi Eutropis multifasciata ..........................18

ii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang

Hewan pertama yang benar-benar merupakan hewan daratan adalah reptilia. Kata
reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan kelompok
hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru. Mereka
berkembang dari amphibi dalam zaman karbon. Dengan datangnya zaman permulaan,
mereka lebih mampu mengatasi keadaan baru daripada amphibi. Kelebihan utama
reptilia yang paling awal terhadap amphibi adalah perkembangan telur yang
bercangkang dan berisi kuning telur (Kimball, 1992).
Kata reptil berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptil merupakan
kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernapas dengan paru-paru.
Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan kelas vertebrata yang lain adalah seluruh
tubuhnya ditutupi oleh kulit kering atau sisik . Kelas reptili merupakan suatu kelompok
yang beraneka ragam dengan banyak garis keturunan yang sudah punah, saat ini diwakili
oleh sekitar 7000 spesies, sebagian besar kadal, ular, penyu atau kura-kura dan buaya ini
adalah pengelompokkan tradisional dan didasarkan pada kemiripan semua tetrapoda
tersebut. Reptil memiliki beberapa adaptasi untuk kehidupan didarat yang umumnya
tidak ditemukan pada amphibi. Sisik yang mengandung protein keratin membuat kulit
reptil kedap air, sehingga membantu mencegah dehidrasi di udara kering dan masih
banyak lagi ciri-ciri khusus pada kelas reptil ini (Campbell, 2000).
Reptil umumnya terdiri dari kepala (caput), badan (truncus) dan ekor (cauda).
Didalam tubuh hewan terdapat organ-organ yang dapat menunjang kelangsungan
hidupnya. Organ-organ tersebut bekerja sebagaimana mestinya. Didalam tubuh hewan,
termasuk vertebrata terdapat banyak organ yang umumnya sudah memiliki
kesempurnaan walaupun bentuk dan ukuran tubuh yang beragam, tetapi semuanya
mempunyai struktur dasar tubuh yang sama. Hewan vertebrata memiliki beberapa
kelompok yaitu pisces, amphibi, reptilia, aves dan mamalia dimana tempat hidupnya pun
berbeda-beda ada yang hidup didarat, di air dan diudara (Djuhanda, 1974).

1
Dendrelaphis pictus adalah salah satu spesies yang termasuk kedalam kelas
reptil. Dendrelaphis pictusi memiliki karakteristik sebagai berikut yaitu memiliki sisik
yang tebuat dari zat tanduk dan sisik mengalami pergantian secara periodik, sisik-
sisiknya kecil dan fleksibel dan tidak memiliki rusuk abdominal , Contoh ordo ini tokek
(Hemidacty turcicus), bunglon (Draco sp) (Radiopoetra, 1997).
Kadal merupakan hewan berkaki empat, kebanyakan hidup di atas tanah
berumput, bebatuan, pepohonan, ada juga yang hidup di gurun pasir. Umumnya, kulit
mengkilap dan berwarna kehijauan sampai coklat. Kulit pada reptilia tidak berfungsi
untuk pertukaran gas sehingga tidak ada percampuran darah dalam dan darah yang
berasal dari luar. Fertilisasi reptil terjadi secara internal dan sebagian besar dari reptil
bersifat ovovivipar dan telur berkembang di luar tubuh (Manter & Miller, 1959).
Menurut Yaasin (1984), masing-masing ordo pada kelas reptil memiliki organ-
organ yang memiliki fungsinya masing-masing. Organ-organ tersebut bekerja untuk
kelangsungan hidup hewan karena organ yang ada didalam tubuhnya merupakan pusat
segalanya. Apabila terdapat kerusakan atau salah satunya tidak berfungsi maka organ-
organ lainnya juga akan mendapatkan dampak yang tidak baik untuk kelangsungan
hidupnya. Organ-organ yang terdapat didalam tubuh hewan kadang memiliki bentuk dan
fungsi yang sama. Bukan hanya morfologinya saja yang memiliki perbedaan tetapi
anatominya pun juga memiliki perbedaan.
Praktikum kali ini membahas tentang anatomi reptil yang bertujuan untuk
mengetahui dan memahami tentang sistem yang bekerja pada tubuh reptil dan dapat
membedakan reptil dengan kelas lainya.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui dan mempelajari bentuk morfologi dari Dendrelaphis pictus dan
Eutropis multifasciata

2. Untuk mengetahui dan memahami sistem rangka, sistem otot dan sistem organ pada
Dendrelaphis pictus dan Eutropis multifasciata

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Kelas reptil merupakan suatu kelompok yang beraneka ragam dengan banyak garis
keturunan yang sudah punah, saat ini diwakili oleh sekitar 7000 spesies, sebagian besar
kadal, ular, penyu atau kura-kura dan buaya ini adalah pengelompokkan tradisional dan
didasarkan pada kemiripan semua tetrapoda tersebut. Reptil memiliki beberapa adaptasi
untuk kehidupan didarat yang umumnya tidak ditemukan pada amphibi. Sisik yang
mengandung protein keratin membuat kulit reptil kedap air, sehingga membantu
mencegah dehidrasi di udara kering dan masih banyak lagi ciri-ciri khusus pada kelas
reptil ini (Campbell, 2000).
Beberapa reptil ada yang memiliki kelenjar permukaan kulit. Mempunyai dua
pasang yang masing-masing 5 jari dengan kuku-kuku yang cocok untuk lari,
mencengkram dan naik pohon. Pada jenis reptil yang masih hidup di air, kakinya
mempunyai bentuk dayung, dan pada ular bahkan tidak memilikinya. Skeletonnya
mengalami penulangan secara sempurna, tempurung kepala mempunyai satu condylus
occipitalis, jantung tidak sempurna terdiri dari empat ruangan yaitu dua atrium dan dua
ventrikel dimana ada sekat yang belum sempurna dan pada buaya sekat itu disebut
foramen panizzae (Brotowidjoyo, 1990).
Banyak ordo dalam kelas reptil termasuk dinosaurus dan pterydoctyla telah
punah. Satu ordo reptil yang masih hidup adalah Sphenodon punctatum yang terdapat di
Selandia Baru. Reptil dibagi menjadi 3 ordo yaitu: Ordo Testudinata, dimana ciri khas
dari ordo ini adalah tubuh terlindung di antara karapaks (perisai dorsal) dan plastron
(perisai ventral, kepala dengan leher, ekor dan kaki semua menonjol keluar diantara
karapaks dan plastron, dua lubang hidung dekat ujung anterior kepala, tidak ada telinga
luar, membran timpani tertutup dengan selapis kulit dan lubang cloaca ventral pada
dasar ekor. Contoh dari ordo ini adalah kura-kura berlukis (Chyrsemys picta), kura-kura
air tawar (Chelydra serpentina) dan penyu (Caretta sp) (Radiopoetra, 1997).
Ordo yang kedua adalah ordo Squamata. Ordo ini memiliki karakteristik sebagai
berikut yaitu memiliki sisik yang tebuat dari zat tanduk dan sisik mengalami pergantian

3
secara periodik, sisik-sisiknya kecil dan fleksibel dan tidak memiliki rusuk abdominal.
Contoh ordo ini tokek (Hemidacty turcicus) dan bunglon (Draco sp).. Klasifikasi dari
ular yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut Kingdom
Animalia, Phylum Chordata, Class Reptil, Ordo Squamata, Famili Colobridae, Genus
Dendrelaphis, Spesies Dendrelaphis pictus dan klasifikasi dari kadal yang digunakan
adalah sebagai berikut Kingdom Animalia, Phylum Chordata, Subphylum Vertebrata,
Class Reptil, Subord Squamata, Famili Latertilia, Genus Eutropis, Spesies Eutropis
multifasciata (Zander, 2009).
Reptilia bernapas dengan paru-paru yang strukturnya lebih kompleks daripada
amphibi. Selain itu, kelas reptilia memiliki tipe ginjal metanefros. Fertilisasinya
berlangsung secara internal baik ovipar atau ovovivipar. Dimana reptilia yang
fertilisasinya secara ovovivipar menghasilkan telur dengan banyak kuning telur dan telur
itu tumbuh dan berkembang dalam oviduct hewan betina (Brotowidjoyo , 1990).
Anatomi dari reptil terdiri dari beberapa sistem yaitu: sistem integument pada
reptil umumnya tidak mengandung kelenjar keringat. Sistem respirasi, pada reptil
umumnya mempunyai trachea yang panjang dimana dindingnya disokong oleh sejumlah
cartilago. Laring terletak diujung anterior trachea. Kearah posterior trachea membentuk
percabangan menjadi bronchus kanan dan bronchus kiri yang masing-masing menuju ke
pulmo kanan dan pulmo kiri. Pada beberapa bentuk, bagian internal pulmo terbagi tidak
sempurna menjadi dua bagian yaitu bagian anterior berdinding saccuter sedangkan
bagian posterior berdinding licin, tidak bervasculer dan berfungsi terutama untuk
reservoir. Pada ular, umumnya pulmo mempunyai lekukan-lekukan yang asimetris
(Yatim, 1987).
Sistem digestoria dibedakan menjadi tractus digestivus atau saluran pencernaan
dan glandula digestoria atau kelenjar pencernaan. Tractus digestivus terdiri dari cavum
oris, pharynx, oesophagus, ventriculus, intestenum tenue, intestenum crassum dan
cloaka. Didalam cavum oris terdapat dentes yang berbentuk canus. Dentes ini
berbentuk pleurodont, artinya menempel pada sisi samping gingival, sedikit melengkung
kearah medial cavum oris. Ventriculus berdinding muscular yang tebal. Intestenum
crassum berfungsi sebagai rectum. Sedangkan antara intestenum tenue dan intestenum

4
crassum terdapat suatu pembatas yang disebut caecum . Vesica fellea terletak pada tepi
caudal lobus dexter hepatis. Sedangkan pancreas terdapat dalam suatu lengkung antara
ventriculus dan duodenum (Kimball, 1992).
Sistem sirkulasi nya terdiri dari cor (jantung). Cor terletak di medial, dibagian
cranioventral rongga thorax. Cor terdiri dari 4 ruang jantung yaitu 2 atrium (atrium
dexter dan sinister) dan 2 ventrikel (ventrikel dexter dan sinister), dan sinus venosus.
Atrium dexter dipisah dengan atrium sinister oleh septum atriarum. Antara atrium dan
ventrikel ada sekat yang disebut apherthura atrioventricularis dengan katup valvula
atrioventricularis. Sistem ekskresi pada reptil terdiri dari kandung kemih, dimana
pengeluaran ini akan dikeluarkan melalui cloaka. Sedangkan untuk sistem urogenitalnya
terdiri dari ren atau yang lebih dikenal dengan ginjal. Sama seperti pada aves dan
mamalia, tipe ginjal pada reptilia ini adalah tipe metanefros, sedangkan sewaktu embrio
tipe ginjalnya adalah pronefros dan mesonefros. Sistem rangka, tengkorak reptil terjadi
penulangan lebih banyak daripada amphibi dan terdapat banyak variasi didaerah
temporal. Tengkorak reptil memiliki lubang spesifik didaerah temporal yang disebut
dengan tipe tengkorak anapsid (Sukiya, 2001).
Glandula digestoria atau yang lebih dikenal dengan kelanjar pencernaan terdiri
dari hepar dan pancreas, empedu yang dihasilkan hepar ditampung oleh kantung yang
dikenal dengan vesica fellea. Hepar ini sendiri memiliki 2 lobus, yaitu sinister dan
dexter, dimana hepar ini memiliki warna coklat kemerahan
Sistem genitalia pada kadal jantan terdiri dari sepasang testis berbentuk bulat
telur, saluran efferen tidak tampak bermuara pada saluran epididymis dari testis sebelah
kanan dan selanjutnya ductus efferen. Kadal jantan memiliki hemipenis di dekat kloaka.
.Perbedaan antara reptil jantan dan reptil betina adalah pada reptil jantan terdapat
sepasang testis, sedangkan pada reptil betina memiliki ovarium. Pada reptil jantan testis
yang terdapat pada sebelah letaknya lebih tinggi dari pada testis yang terdapat pada
sebelah kanan,  sepasang ginjal dan hemipenis. Reptil betina memiliki sepasang ostium
tuba, oviduct dan ovarium (Brotowidjoyo, 1990).

5
BAB III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Struktur Hewan Reptil ini dilakukan pada Hari Kamis, 20 September 2018,
Pukul 10.45 WIB di Laboratorium Pendidikan II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan untuk praktikum Anatomi reptil ini antara lain gunting
bedah, bak bedah, jarum pentul, tisu, plastik, killing bottle dan alat tulis. Sedangkan
bahan yang digunakan untuk praktikum anatomi reptile ini adalah sepasang Dendrelapis
pictus dan sepasang Eutropis multifaciatica.

3.3 Cara Kerja

Dendrelapis pictus dan Eutropis multifaciatica dibius menggunakan killing bottle yang
telah diberi kapas dan chloroform. Dibiarkan beberapa saat hingga pingsan. Diletakkan
di atas bak bedah dan diamati morfologi dari hewan tersebut. Dibedah bagian
abdomennya dengan hati-hati. Diamati dan didokumentasikan situs viscerum sebelum
dikeluarkan. Dikeluarkan seluruh organ yang terdapat pada abdomen dengan hati-hati
dan direntangkan di atas kertas. Dipisahkan masing-masing organ berdasarkan
sistemnya. Kemudian diambil bagian otot dan tulang untuk diamati. Diamati organ-
organ yang ada beserta bagian otot dan tulang. Dicatat dan digambarkan beseta
keterangan semua bagian-bagian tubuh pada buku kerja dan buku gambar.

6
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Dendrelapis pictus

4.1.1 Morfologi Dendrelapis pictus

c
c
d
e
d
b b
a a

e
Gambar 1. Morfologi Dendrelapis Gambar 2. Morfologi Dendrelapis
pictus. a. cavum oris, b. organon pictus. a. cavum oris, b. organon
visus, c. squama, d. cloaca, e. truncus visus, c. squama, d. cloaca, e. truncus
(Dokumen Pribadi) (Djuhanda, 1974.)

bagian caput (kepala), truncus (badan) dan caudal (ekor). Caput terdiri atas beberapa
bagian yaitu cavum oris. Truncus diselimuti oleh squama dimana akan berganti pada
waktu-waktu tertentu. Caudal terletak pada bagian ujuang dimana terdapat cloaca.
Caudal ditutupi oleh sisik yang digunakan sebagai alat bantu dalam pergerakan.
Dendrelaphis pictus memiliki mulut atau rima oris dengan lidah yang bercabang yang
menghasilkan bisa. Selain itu, lidah yang panjang dan berbentuk silindris ini umumnya
berfungsi sebagai indera peraba dan indera perasa (Radiopoetra, 1997).
Menurut pendapat Djuhanda (1974), yang mengatakan bahwa Dendrelaphis
pictus memiliki mulut atau rima oris dengan lidah yang bercabang yang menghasilkan
bisa. Selain itu, lidah yang panjang dan berbentuk silindris ini umumnya berfungsi
sebagai indera peraba dan indera perasa. Umumnya lidah berwarna hitam, tetapi kadang-
kadang ada juga yang berwarna merah terang atau kebiruan. Pada Dendrelaphis pictus
tersebut, didalam mulutnya terdapat kumpulan saraf yang disebut Jacobson. Letak saraf
ini berada dibagian atas mulut Dendrelaphis pictus. Selain itu, pada Dendrelaphis pictus
ada lidah yang berbentuk seperti garpu dan lidah inilah yang berfungsi sebagai hidung.

7
Seluruh tubuh Dendrelaphis pictus dibalut oleh kulit yang elastis sehingga
pergerakan tubuhnya sangat lentur. Kulit yang elastis inilah memungkinkan
Dendrelaphis pictus meregang dan mengembang saat menelan mangsa. Saat tubuh
sedang mengembang, antara sisik dan kulit yang terkembang sangat tipis dimana terlihat
lah lapisan epidermis kulit luar yang kasar atau halus. Sisik Dendrelaphis pictus pun
tersusun secara teratur dari yang besar sampai yang kecil dan tersusun sangat rapi.
Sebenarnya dari literatur disebutkan bahwa sisik ini merupakan tulang kulit yang disebut
dermalcore atau osteoderm dan ada yang tersusun tumpang tindih (Yatim, 1987).

4.1.2 Sistem Otot Dendrelaphis pictus

a
b
b
c c

Gambar 3. Sistem otot Dendrelaphis Gambar 4. Sistem otot Dendrelaphis


pictus. a. spinalis capitis, b. lateral pictus, b. lateral otot semispinalis, c.
otot semispinalis, c. external external intercostals.(Jasin, 1992)
intercostals. (Dokumen Pribadi)

Berdasarkan gambar di atas Dendrelaphis pictus memiliki beberapa otot yang berfungsi
dalam membantu dalam pergerakannya. Sistem otot pada Dendrelaphis pictus lebih
kompleks dibandingkan sistem otot amphibi. Otot yang terdapat pada Dendrelaphis
pictus yaitu Spinalis capitis, lateral otot semi spinalis dan external intercostals. Otot
pada Dendrelaphis pictus memiliki fungsi utaman dalam mengerakkan ruas-ruas tulang
belakang. Pada Dendrelaphis pictus otot torack dilapisi oleh lapisan-lapisan intercostals
(Sukiya, 2001)
Menurut Yatim (1987), yang mengatakan bahwa sistem otot lebih kompleks,
tapi khusus kelompok Dendrelaphis pictus mempunyai carapace yaitu lapisan kulit pada
dorsal dan lapisan plastron pada bagian ventral. Dendrelaphis pictus memiliki sistem

8
otot daging yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan amphibi, karena otot daging
harus mendukung tubuh di dataran yang bersifat lebih berat dari pada didalam air. Otot
aksial (badan) Dendrelaphis pictus mulai menunjukkan beberapa spesialisasi seperti
pada mammal. Otot Dendrelaphis pictus digunakan untuk mengerakkan ruas-ruas tulang
belakang. Dermal atau otot kulit berkembang dengan baik. Otot epaxial berada pada
permukaan dorsal, semetara otot hipaksial berada di permukaan ventral dan diantara
kosta.

4.1.3 Sistem Rangka Dendrelaphis pictus

a
b
c

Gambar 5. Sistem Rangka Gambar 6. Sistem Rangka Dendrelaphis


Dendrelaphis pictus. a. torack, b. pictus. a. torack, b. vertebrae, c. tulang
vertebrae, c. tulang rusuk (Dokumen rusuk (Eroschenko 2003),
Pribadi)

Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa sistem rangka pada Dendrelaphis
pictus terdiri atas tengkorang (torack), vertebrae dan tulang rusuk. Rangka pada
Dendrelaphis pictus yang sederhana dapat memudahkan Dendrelaphis pictus dalam
bergerak. Tulang rusuk yang terdapat pada Dendrelaphis pictus memiliki jumlah yang
banyak dan dihubungkan satu sama lain dengan sendi yang berfungsi bersama-sama
dalam pergerakannya. Tulang otot Dendrelaphis pictus yang elastis dapat
memungkinkan ular untuk mengembangkan rongga dada pada saat menelan mangsa
(Yatim, 1987)
Menurut pendapat Eroschenko (2003), yang mengatakan bahwa Dendrelaphis
pictus merupakan jenis reptil yang memiliki rangka dalam tubuhnya, yang terdiri atas
tulang tengkorak, tulang badan, dan tulang ekor. Tulang badan Dendrelaphis pictus

9
terdiri dari tulang belakang dan tulang rusuk. Tulang belakang Dendrelaphis pictus
terdapat paling sedikit seratus ruas yang saling lekat dalam persendian. Sendi ini
berfungsi untuk melekatkan tulang-tulang ini supaya dapat bergerak tanpa terlepas dari
tulang-tulang lainnya. Hal tersebut memudahkan Dendrelaphis pictus untuk bergerak.
Tulang rusuk pada Dendrelaphis pictus tidak melekat dengan tulang dada dan tulang
belakang, tetapi tulang rusuk itu dihubungkan dengan tulang belakang dan otot yang
elastis, sehingga Dendrelaphis pictus dapat mengembangkan rongga dadanya.
Dendrelaphis pictus tidak memiliki tulang tungkai karena Dendrelaphis pictus bergerak
merayap. Gerakan memutar pada Dendrelaphis pictus merupakan fungsi dari tulang
aksis.

4.1.4 Sistem Organ Dendrelaphis pictus

A
B
C I
D
E H
F G J
Gambar 7 Sistem Organ Dendrelaphis
pictus, a. trachea, b. pulmo, c. cor, d. Gambar 8. Sistem Organ Dendrelaphis
hepar, e. empedu, f. ren, g. rectum, pictus
h.intestinum tenue, j. intestinum (Kimball, 1992)
crissum, i. vesica urinaria (Dokumen
Pribadi)
Berdasarkan gambar diatas, sistem organ pada Dendrelaphis pictus terdiri atas beberapa
sistem yaitu sistem sirkulasi, sistem pencernaan dan sistem urogenitalia. Sistem
pencernaa pada Dendrelaphis pictus terdiri atas trachea, ventriculus, intestinum tenue,
intestinum crissum dan cloaca. Sistem sirkulasi pada Dendrelaphis pictus terdiri atas
cor dan pulmo. Sistem urogenitalia pada Dendrelaphis pictus terdiri atas hepar, vesica
urinaria dan ren . Pada sistem pernafasan Dendrelaphis pictus mempunyai trachea yang
panjang dimana dindingnya disokong oleh sejumlah cartilage (Kimbal, 1992)

10
Hal ini sesuai dengan pendapat Prawiro (1999), yang mengatakan bahwa sistem
pencernaan atau sistem digestoria Dendrelaphis pictus terdiri dari 2 yaitu tractus
digestivus (saluran pencernaan) dan glandula digestoria (kelenjar pencernaan). Pada
tractus digestivusnya meliputi organ-organ yang dimulai dari rima oris, cavum oris
kemudian pada belakang faring terdapat oesophagus yang merupakan saluran silindris
menuju ventrikulus yang terdiri atas bagian fundus yang agak bulat dan bagian kecil
yang disebut pylorus. Bagian inilah yang akan bersambung pada intestenum tenue dan
akan berlanjut ke intestenum crassum. Diantara dua intestenum ini ada saecum yang
pendek dan sistem pencernaan ini akan berakhir pada satu saluran yaitu cloaka.
Glandula digestoria Dendrelaphis pictus meliputi hepar, pancreas dan vesica
fellea. Hepar atau hati merupakan salah satu kelenjar pencernaan dimana hepar ini
memiliki dua lobus yaitu lobus dexter dan lobus sinister. Pada hepar ini menghasilkan
empedu. Pancreas pada Dendrelaphis pictus terletak pada atau diantara ventriculus dan
duodenum serta memiliki warna kekuningan. Sedangkan kelenjar pencernaan yang
terakhir adalah vesica fellea atau yang lebih dikenal dengan kantung empedu. Vesica
fellea ini terletak pada sebelah kanan hepar dan merupakan bagian dari intestenum
crassum dan sebelum rectum (Eroschenko, 2003).
Menurut Brotowidjoyo (1990), sistem sirkulasi terdiri dari jantung (cor) yang
terletak dibagian ventral dari rongga thoraks dan terdiri dari sinus venosus yang kecil
dimana berfungsi untuk menerima darah dari vena. Selain itu, jantung pada ular ini
terdiri dari empat ruang jantung yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel dimana pada ular ini
sekat pada jantungnya belum sempurna sehingga pada kelas Dendrelaphis pictus sering
kita dengar istilah Foramen panizzae. Pada Dendrelaphis pictus sistem sirkulasi lebih
sempurna dari pada amphibi hal ini disebabkan oleh adanya paru-paru dan ginjal
metanefros serta ruang jantung yang terdiri dari 4 ruang tersebut. Sistem sirkulasi pada
Dendrelaphis pictus ini dimulai dari darah yang dari vena masuk kedalam jantung
melalui sinus venosus lalu ke auriculum dextra, ventriculum dextra kemudian arteri
pulmonalis dari paru-paru darah kembali masuk ke auriculum sinestra dan akan terus ke
ventriculum sinestra. Dari sini akan melalui sepasang arcus aorticus yang selanjutya

11
kearah dorsal mengelilingi oesophagus, dari dasar muncul dua arteri keleher dan ke
kepala
Pada Dendrelaphis pictus, terdapat sepasang ginjal yang berperan dalam sistem
ekskresinya. Ginjal ini berwarna merah kecoklatan dan terletak retroperitoneal (diluar
dan dibelakang peritoneum), didaerah sacrum. Selain ginjal, kandung kemih juga
termasuk salah satu alat ekskresi yang digunakan dalam sistem ekskresi pada
Dendrelaphis pictus. Dendrelaphis pictus memiliki tipe ginjal yang sama seperti halnya
ginjal pada aves dan mamalia, dimana tipe ginjalnya dikenal dengan tipe metanefros
sedangkan pada saat embrio tipe ginjal yang digunakan adalah tipe pronefros dan
mesonefros (Kimball, 1992).

4.1.5 Sistem Reproduksi Dendrelaphis pictus

Gambar 9. Sistem reproduksi


Dendrelaphis pictus. a. testis, b. Gambar 10. Sistem reproduksi
hemipenis, c. ovary (Dokumen Dendrelaphis pictus (Jasin, 1992).
Pribadi)
Bedasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa sistem reproduksi Dendrelaphis pictus
terdiri atas ovary pada Dendrelaphis pictus betina dan testis pada Dendrelaphis pictus
jantan. Menurut Jasin (1992) Dendrelaphis pictus jantan memiliki suatu penanda pada
organ kelaminnya yang dinamakan hemipenis yang tidak dapat dijumpai pada
Dendrelaphis pictus betina. Hal ini merupakan salah satu penanda Dendrelaphis pictus
jantan dan Dendrelaphis pictus betina jika dilihat dari segi anatominya.
Sistem reproduksi dapat dibedakan antara sistem genitalis feminine (betina) dan
sistem genitalis musculina (jantan). Sistem genitalis feminine terdiri atas sepasang
ovarium yang berbentuk ovoid pada datarannya terdapat benjolan retroperitonial.
Oviduct yang merupakan saluran yang berdinding tipis, mulai dari cranial sabagai

12
corong ostium abdominalis. Oviduct memiliki kelenjar dindingnya yang memberi kulit
keras pada ovum yang sudah dibuahi. Oviduct bermuara di kloaka yang dinding dorsal
agak ke muka daripada muara ureter. Sistem genitalis musculina terdiri atas sepasang
testis yang berbentuk oval kecil yang berwarna keputih-putihan. Di dekatnya terdapat
saluran epididimis kemudian dilanjutkan oleh saluran vasa deferensia. Pada bagian
caudalnya bersatu dahulu dengan ureter baru masuk kloaka. Di samping itu semua
terdapat alat kopulation yang disebut hemi-penis yang terjadi antara dua organon yang
terjadi karena tonjolan dinding kloaka. Pada waktu istirahat melipat masuk dengan
dinding otot di sebelahnya. Pada waktu copulation hemi-penis ditonjolkan keluar sedang
otot daging ke sebelah dalam. Semua bagian alat-alat genitalis itu digantung oleh alat
penggantung yang masing-masing ialah mesovarium untuk ovarium, ligamentum untuk
oviduct, dan mesorchium untuk penis (Kimball, 1992).

4.2 Eutropis multifasciata

4.2.1 Morfologi Eutropis multifasciata

C H D A
E J B

I
G
F K

Gambar 11. Morfologi Eutropis Gambar 12. Morfologi Eutropis


multifasciata.a. Organum visus, b. multifasciata. 1.Organum visus,
Cavum oris, c. caudal, d. truncus, e. 10.caudal,2. Falcula, 3.digiti, 4.
femur, f.crus, g.pes, h. falcula, i. Manus, 5. Antebranchium, 6.
branchium, j.antebranchium, k. Branchium, 7. Femur, 8. Crus, 9.
manus (Dokumen Pribadi) Pes (Radiopoetro, 1977).

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa bentuk morfologi Eutropis


multifasciata terdiri atas tiga bagian yaitu caput, truncus dan caudal. Caput terdiri atas
organum visus dan cavum oris. Bagian lainnya terdiri atas caudal, truncus, femur, crus,
pes, falcula, branchium dan antebranchium. Eutropis multifasciata mempunyai dua

13
pasang kaki yang terletak pada bagian bawah, sepasang di depan dan sepasang di
belakang. Eutropis multifasciata mempunyai kulit yang bersisik dan kering yang kurang
menembus air, sehingga cairan yang hilang dari badan melalui kulit sedikit
(Radiopoetro, 1977).
Menurut Brotowidjojo (1990) yang menyatakan bahwa tubuh Eutropis
multifasciata terbagi menjadi tiga bagian yaitu caput, truncus dan cauda. Eutropis
multifasciata mempunyai dua pasang kaki yang terletak pada bagian bawah, sepasang di
depan dan sepasang di belakang. Kulit Eutropis multifasciata umumnya tertutup oleh
lapisan squama epidermal yang menanduk, di bawahnya disokong oleh lamina
derminalis yang menulang. Lubang pelepasan berupa celah tranversal .Ciri-ciri khusus
dari Eutropis multifasciata yaitu terdapat zat tanduk di sepanjang permukaan tubuhnya,
mempunyai  cauda atau ekor.. Eutropis multifasciata  juga mempunyai dua pasang
anggota badan bersifat pentadectil yaitu extrimitas anterior dan extrimitas posterior.
Eutropis multifasciata mempunyai kulit yang bersisik dan kering yang kurang
menembus air, sehingga cairan yang hilang dari badan melalui kulit sedikit.

4.2.2 Sistem Otot Eutropis multifasciata

E A
B
C
G F D

Gambar 11. Sistem Otot Eutropis


multifasciata.a. spinalis capilis, b. Gambar 12. Sistem Otot Eutropis
longissimus cervicocarpitis, c. multifasciata. (Brotowidjojo 1993)
illiocostalitis, d. transversospinalis, e.
serratus ventralis, f. extermal intercostals,
g. costocervicalis (Dokumen Pribadi)
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa sistem otot pada Eutropis
multifasciata terdiri atas beberapa macam otot. Berikut otot-otot yang menyusun tubuh
Eutropis multifasciata antara lain spinalis capilis, longissimus cervicocarpitis,

14
illiocostalitis, transversospinalis, serratus ventralis, extermal intercostals dan
costocervicalis. Sebagian tulang pada Eutropis multifasciata merupakan tulang kartilago
(Brotowidjojo 1993)
Hal ini sesuai dengan pendapat Yatim (1987) yang mengatakan bahwa Eutropis
multifasciata memiliki kekuatan pada rahang karena didukung oleh otot adductor pada
rahang . Otot ini muncul dari fossa temporal dan menyisip pada sudut kanan untuk
membuka rahang. Otot-otot adductor memanjang dari daerah temporal menuju rahang
bawah. Otot adductor yang utama adalah otot pterigoideus yang muncul dari tulang-
tulang pterigoid pada langit-langit dan menyisip pada bagian posterior rahang bawah.
Fungsi otot Eutropis multifasciata yang utama untuk gerakan lateral tubuh dan
mengerakkan ruas-ruas tulang belakang. Otot fungsinya memungkinkan gerakan dari
satu sisi ke sisi yang lain pada kolumna vertebra. Otot–otot epaxsial juga melakukan
fungsi lain yaitu sebagai pendukung dan meluruskan kolumna vertebra.
Eutropis multifasciata memiliki sistem otot daging yang lebih kompleks bila di
bandingkan dengan amphibi karena otot daging harus mendukung tubuh di daratan yang
bersifat lebih berat dari pada di dalam air, selain itu juga untuk gerakan-gerakan yang
sifatnya harus cepat. Otot Eutropis multifasciata terutama untuk gerakan lateral tubuh
dan menggerakkan ruas-ruas tulang belakang.Dermal atau otot kulit berkembang baik
pada reptil. Jaringan tungkai pada reptil menunjukkan variasi bergantung pada tipe gerak
. Pada reptil terdapat septum lateral yang membedakan otot epaxial dan hypaxial . Otot
epaxial reptil dibedakan menjadi beberapa kelompok yaitu spinalis dan lateral otot
semispinalis. otot yang agak panjang  yang berasal pada  posisidorsal tulang belakang
atau pada tengkorak (Brotowidjojo 1993)

15
4.2.3 Sistem Rangka Eutropis multifasciata

A B C
D

H E

I F

J G

Gambar 13. Sistem Rangka Eutropis Gambar 14. Sistem Rangka


multifasciata. a. tibio jari, b.ulna, c. Eutropis multifasciata
torack, d.radius, e. tibio belikat, f. (Brotowidjoyo, 1993).
tibio rusuk, g. tibio ruas jari, h. tibio
belakang, i. tibio panggul, j. tibio
paha (Dokumen
Berdasarkan Pribadi)
gambar diatas dapat diketahui bahwa sistem rangka pada Eutropis
multifasciata terdiri atas beberapa tulang penyusun alat geraknya yaitu tibio jari, ulna,
torack, radius, tibio belikat, tibio rusuk, tibio ruas jari, tibio belakang, tibio panggul, dan
tibio paha. Secara keseluruhan tulang tulang inilah yang menunjang sistem pergerakan
dari Eutropis multifasciata. Sistem rangka pada Eutropis multifasciata umumnya hampir
sama dengan sistem rangka reptil pada umumnya (Kimball,1992)
Hal ini sesuai dengan pendapat Brotowidjoyo (1990) yang mengatakan bahwa
Eutropis multifasciata dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu endoskeleton dan
eksoskeleton. Endoskeleton terdiri dari skeleton aksial dan apendikular. Skeleton aksial
terdiri dari tengkorak, kolumna vertebralis, sternum, dan rusuk. Sedangkan skeleton
apendikular terdiri dari gelang bahu, alat gerak bagian anterior (humerus, radius dan
ulna, carpal dan falang, dan pada ujung akhir terdapat cakar). Pada bagian posterior
terdiri dari femur, tibia dan fibula, tarsal dan metatarsal (terdapat pada bagian
proksimal), juga terdapat falang dan berakhir dengan cakar.
Sistem rangka Eutropis multifasciata bagian eksoskleton berasal dari epidermis,
berupa sisik yang menanduk yang menyelubungi seluruh permukaan tubuhnya dan
tersusun seperti susunan genting. Endoskleton terdiri atas skleton aksial dan skleton
apendikular. (Jasin,1992)

16
4.2.4 Sistem Organ Eutropis multifasciata

B
A F

E
C
D

Gambar 15. Sistem Organ Eutropis Gambar 16. Sistem Organ Eutropis
multifasciata. a. pulmo, b. ventriculus, c. multifasciata. (Kimball,1992)
hepar, d. intestinum tenue, e. intestinum
crassum, f. cloaca (Dokumen Pribadi)
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa Eutropis multifasciata terdiri atas
beberapa sistem organ yaitu sistem sirkulasi, sistem pernafasan dan sistem respirasi.
Sistem sirkulasi pada Eutropis multifasciata terdiri atas cor. Sistem pernafasan terdiri
atas pulmo dan sistem pencernaan pada Eutropis multifasciata terdiri atas intestinum
tenue, intestinum crassum, venticulus dan berakhir di cloaca. Menurut Brotowidjoyo
(1990) pada sistem pencernaa dibedakan menjadi tractus digestivus atau saluran
pencernaan dan glandula digestoria atau kelenjar pencernaan.
Menurut Brotowidjoyo (1990), sistem pencernaan Eutropis multifasciata
meliputi cavum oris, pharynx, oesophagus, ventriculus, intestinum crasum, dan kloaka.
Lidah dijulurkan keluar untuk menangkap mangsa, giginya melekat pada rahang. Cavum
oris dilanjutkan ke pharynx, oesophagus dan lambung dengan bagian fundus dan
pilorus. Saluran pencernaan di lambung kemudian ke intestinum, rectum dan kloaka.
Hati dan pankreas berpembuluh ke intestinum. Kloaka berfungsi untuk mengeluarkan
sisa pencernaan, sekret dan untuk reproduksi. Sistem pencernaan Eutropis multifasciata
terdiri dari tenggorokan yang panjang dan lambung yang sederhana. Jantung kadal
memanjang dan berwarna merah tua. Pada bagian depannya terlihat batang trachea dan
jantung ini terdiri dari tiga ruang yaitu, dua antrium dan satu ventrikel (Djuhanda, 1974).
Sistem pernapasan Eutropis multifasciata dapat dijumpai tulang tipis yang
berlipat-lipat, dinamakan turbinal. Lidah kadal juga bersesuaian dengan lipatan choane.

17
Membentuk saluran untuk mengalirkan udara pernafasan melalui choane ke dalam
larynx.

4.2.5 Sistem Reproduksi Eutropis multifasciata

C
A

Gambar 17. Sistem Reproduksi Gambar 18. Sistem Reproduksi


Eutropis multifasciata. a, Testis, Eutropis multifasciata
b. hemipenis, c. ovary (Djuhanda, 1984).
(Dokumen Pribadi)

Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa sistem reproduksi Eutropis


multifasciata terdiri atas reproduksi jantan dan betina yang memiliki perbedaan secara
anatomi. Eutropis multifasciata jantan memiliki alat reproduksi yang dikenal dengan
testis. Khusus pada jatan memiliki penanda kelamin pada jenis Eutropis multifasciata
yaitu hemipenis, Eutropis multifasciata jantan memiliki sepasang testis berbentuk bulat
telur pada Eutropis multifasciata betina memilki ovary sebagai alat reproduksinya
(Jasin, 1992)
Hal ini sesuai dengan pendapat Djuhanda (1974), bahwa sistem genitalia pada
kadal jantan terdiri dari sepasang testis berbentuk bulat telur, saluran efferen tidak
tampak bermuara pada saluran epididymis dari testis sebelah kanan dan selanjutnya
ductus efferen. Kadal jantan memiliki hemipenis di dekat kloakaJika pangkal ekor
hewan jantan mati lemas ditekan, maka hemipenis akan mencuat keluar, sedangkan
Kadal betina memiliki ovarium dan osteum tuba yang berhubungan dengan oviduct yang
bermuara di kloaka .

18
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum anatomi Dendrelapis pictus dan
Eutropis multifasciata ini adalah :
1. Morfologi Dendrelapis pictus terdiri atas caput (kepala), truncus (badan) dan caudal
(ekor). Caput terdiri atas beberapa bagian yaitu cavum oris. Truncus diselimuti oleh
squama dimana akan berganti pada waktu-waktu tertentu. Caudal terletak pada
bagian ujuang dimana terdapat cloaca.
2. Sistem otot Dendrelapis pictus yaitu Spinalis capitis, lateral otot semi spinalis dan
external intercostals. Otot pada Dendrelaphis pictus memiliki fungsi utaman dalam
mengerakkan ruas-ruas tulang belakang.
3. Sistem rangka Dendrelaphis pictus terdiri atas tengkorang (torack), vertebrae dan
tulang rusuk..
4. Sistem organ pada Dendrelaphis pictus terdiri atas Sistem sirkulasi pada Eutropis
multifasciata terdiri atas cor. Sistem pernafasan terdiri atas pulmo. pada Eutropis
multifasciata terdiri atas intestinum tenue, intestinum crassum,venticulus dan berakhir
di cloaca.
5. Sistem reproduksi Dendrelaphis pictus terdiri dari ovary pada Eutropis multifasciata
betina dan hemipenis, testis pada Eutropis multifasciata jantan.
6. Morfologi Eutropis multifasciata terdiri atas tiga bagian yaitu caput, truncus dan
caudal. Caput terdiri atas organum visus dan cavum oris. Bagian lainnya terdiri atas
caudal, truncus, femur, crus, pes, falcula,branchium dan antebranchium. Eutropis
multifasciata mempunyai dua pasang kaki yang terletak pada bagian bawah, sepasang
di depan dan sepasang di belakang.
7. sistem otot Eutropis multifasciata antara lain spinalis capilis, longissimus
cervicocarpitis, illiocostalitis, transversospinalis, serratus ventralis, extermal
intercostals, costocervicalis.

19
8. Sistem rangka Eutropis multifasciata terdiri atas beberapa tulang penyusun alat
geraknya yaitu tibio jari, ulna, torack, radius, tibio belikat, tibio rusuk, tibio ruas jari,
tibio belakang, tibio panggul, dan tibio paha.
9. Sistem organ pada Eutropis multifasciata terdiri atas intestinum tenue, intestinum
crassum,venticulus dan berakhir di cloaca.
10.Sistem reproduksi Eutropis multifasciata terdiri dari ovary pada Eutropis
multifasciata betina dan hemipenis, testis pada Eutropis multifasciata jantan.
5.2 Saran

Adapun saran yang didapat dari praktikum anatomi ini adalah praktikan diharapkan
dapat mengerti dan memahami bagaimana bentuk morfologi dan sistem anatomi yang
bekerja pada reptil Dendrelaphis pictus dan Eutropis multifasciata.

20
DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, M .1990. Zoologi Dasar. Jakarta:Erlangga.

Campbell. 2000. Biologi Kelima Jilid 3. Jakarta:Erlangga.

Djuhanda, T. 1974. Analisa Hewan Vertebrata. Bandung:Armico.

Eroschenko. 2003. Anatomi dan Histology. New York:Mc.Graw Hill Companies


Inc.
Jasin, M. 1992. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya: Sinar
Media
Kimball, J. 1992. Biologi Jilid 3. Jakarta:Erlangga.

Manter & Miller. 1959. Introduction to Zoology. New York: Harper and Row Publisher
Parker, T. J. & Haswell, W. A. 1978. Text Book of  Zoology II Vertebrates. New
York: The Mac Millan Press.

Prawiro, A. 1999. Bologi 1. Semarang:Kareng Asem.

Radiopoetra. 1997. Zoologi Dasar. Jakarta:Erlangga.

Storer & Usinger. 1961. Elemen of Zoology. London: McGraw-Hill Book Company Inc.

Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Yaasin,M. 1984. Zoologi Vertebrata. Surabaya:Sinar Wijaya.

Yatim, W. 1987. Biologi .Bandung:Tarsito.

Zander. 2009. Morfologi dan Anatomi Reptilia. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

21

Anda mungkin juga menyukai