Anda di halaman 1dari 151

ZOOPLANKTON

Mata Kuliah : Planktonologi


Dosen : Heti Herawati,S.Pi.,M.si.

Disusun Oleh :

Tahira Alifah 230110160193


Rima Nabilah Haifa 230110160150
Fitri Nuraini 230110160204
Annisa Aulia Rachma 230110160191
Raihan Wandri Samara 230110160173
Yaumil Akbar Rachim230110160172
Triansyah Putra 230110160218
Kelompok 1 Perikanan C

PROGRAM STUDI PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
Daftar Isi

DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL....................................................................................................................vi

BAB I PROTOZOA.................................................................................................................1
BAB II ROTIFERA...............................................................................................................17
BAB III CLADOCERA.........................................................................................................31
BAB IV COPEPODA.............................................................................................................45
BAB V OSTRACODA...........................................................................................................55
BAB VI COELENTERATA..................................................................................................63
BAB VII NEMATODA..........................................................................................................75
BAB VIII ANNELIDA...........................................................................................................83
BAB IX CHAETOGNATA....................................................................................................89
BAB X MOLLUSCA..............................................................................................................95
BAB XI ECHINODERMATA.............................................................................................108
BAB XII CHORDATA.........................................................................................................118
BAB XIII CIRRIPEDIA......................................................................................................132

DAFTAR PUSTAKA

1
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Protozoa
Gambar 2. Amoeba
Gambar 3. Flagellata
Gambar 4. Cilliata
Gambar 5. Reproduksi pada Cilliata
Gambar 6. Paramecium caudatum.
Gambar 7. Vortivella microstoma
Gambar 8. Foraminifera
Gambar 9. Globegerina sp.
Gambar 10. Nummulites sp.
Gambar 11. Orbulina sp.
Gambar 12. Radiolaria
Gambar 13. Brachionus plicatilis.
Gambar 14. Rotaria neptunia
Gambar 15. Seison nebaliae
Gambar 16. Morfologi dan Struktur Tubuh Rotifera
Gambar 17. Struktur Tubuh Rotifera
Gambar 18. Skema Hidup dan Reproduksi Brachionus plicatilis
Gambar 19. Seison nabaliae
Gambar 20. Brachionus sp.
Gambar 21. Rotifer neptunius
Gambar 22. Brachionus calcyflorus
Gambar 23. Asplachna herricki
Gambar 24.Diagram Umum Famili Bosminidae
Gambar 25. Bentuk Alternatif Rostrum Bosminidae
Gambar 26. Diagram Umum Famili Chydoridae
Gambar 27. Margin Famili Chydoridae
Gambar 28. Diagram Umum Famili Daphmiidae
Gambar 29. Holopedium glacialis.
Gambar 30. Leptodora kindtii35
Gambar 31. Diagram Umum Macothiricidae6
Gambar 32. Polyphemus pediculus.

2
Gambar 33. Famili Sididae.
Gambar 34. Moina sp.
Gambar 35. Anatomi Umum Cladocera
Gambar 36. Podon Leuckarti
Gambar 37. Daphnia carinata
Gambar 38. Moina dubia
Gambar 39. Anatomi Calanoid Betina
Gambar 40. Detail geniculate antennule kanan jantan
Gambar 41. Bagian Posterior Tubuh Diaptomid Jantan
Gambar 42. Bagian Posterior Tubuh Diaptomid Betina
Gambar 43. Anatomi Umum Copepoda Cyclopoid
Gambar 44. Calanoida, Cyclopoida, Harpaticoida
Gambar 45. Acartia sp.
Gambar 46. Cyclops sp.
Gambar 47. Lernaea sp.
Gambar 48. Conchoecia macrocheira
Gambar 49. Barnacle cypris
Gambar 50. Anatomi Umum Ostracoda
Gambar 51. Diagram dari dua Ostracoda berbeda
Gambar 52. Cypridina hilgendorfii.
Gambar 53. Cypricerus sp.
Gambar 54.Maeotias sp.66
Gambar 55. Aurelia sp.8
Gambar 56. Struktur Tubuh Ubur-ubur9
Gambar 57. Struktur Tubuh Cubozoa70
Gambar 58. Tube Anemone Larva 71
Gambar 59. Polip dan Medusa.71
Gambar 60. Siklus Hidup Coelenterata72
Gambar 61. Aquorea victoria73
Gambar 62. Craspedacusta sowerbii 73
Gambar 63. Rhabditis sp.75
Gambar 64. Struktur Tubuh Nematoda Secara Umum.78
Gambar 65. Reproduksi Nematoda81

3
Gambar 66. Meschantoides sp. 81
Gambar 67. Wuchereria bancrofti82
Gambar 68. Mageloni sp.85
Gambar 69. Struktur Tubuh Polychaeta85
Gambar 70. Reproduksi Annelida (Polychaeta) 87
Gambar 71. Tonopteris sp. 88
Gambar 72. Aeolosoma hemprichi 88
Gambar 73. Struktur Tubuh Chaetognatha92
Gambar 74. Spadella cephaloptera93
Gambar 75. Bagian Luar Bivalvia.96
Gambar 76. Struktur Tubuh Gastropoda97
Gambar 77. Struktur Tubuh Scaphopoda98
Gambar 78. Struktur Tubuh Cephalopoda99
Gambar 79. Struktur Tubuh Amphineura 100
Gambar 80. Larva Glochidium103
Gambar 81. Larva Veliger103
Gambar 82. Larva Pedi-Veliger Kelas Bivalvia104
Gambar 83. Larva Lacuna Veliger
Gambar 84. Larva Limacina clione.05
Gambar 85. Larva Tokofor06
Gambar 86. Achatina sp.06
Gambar 87. Siklus Hidup Astoroidea 09
Gambar 88. Larva Bipinaria110
Gambar 89. Larva Branchiolaria
Gambar 90. Siklus Hidup Echinoidea
Gambar 91. Larva Echinopluteus
Gambar 92. Tahapan Larva Ophiopluteus
Gambar 93. Larva Ophiopluteus
Gambar 94. Doliolaria Larvae
Gambar 95. Siklus Hidup Holothuroidea
Gambar 96. Doliolaria Larvae
Gambar 97. Ophiopholis pluteus
Gambar 98. Tornaria Larva

4
Gambar 99. Metamorfosis Tornaria Larva
Gambar 100. Accidacea
Gambar 101. Beberapa contoh tunikata yang hidup sebagai plankton di laut.
Gambar 102. Telur Ikan dengan Embrio dan Kuning Telur
Gambar 103. Larva Ikan
Gambar 104. Siklus Hidup Urochordata
Gambar 105. Siklus Hidup Enteropneusta
Gambar 106. Siklus Hidup Iktioplankton
Gambar 107. Appendicularia sicula
Gambar 108. Dolioletta gegenbauri
Gambar 109. Thalia democratica
Gambar 110. Siklus Hidup Cirripedia
Gambar 111 Larva Naupilus 136

5
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sistem-sistem pada Protozoa Secara Umum


Tabel 2. Perbedaan Kelas Rhizopoda, Flagellata, dan Cilliata

6
BAB I
PROTOZOA

1.1 Pendahuluan
Protozoa secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa adalah berasal dari
bahasa Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi,
Protozoa adalah hewan pertama. Protozoa merupakan kelompok lain protista
eukariotik. Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-
kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan
Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Protozoa dibedakan dari
prokariot karena ukurannya yang lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa
dibedakan dari algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari jamur karena dapat
bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari jamur lendir karena
tidak dapat membentuk badan buah.

Protozoa berukuran mikroskopis, yaitu sekitar 100 sampai 300 mikron.


Bentuk sel Protozoa sangat bervariasi ada yang tetap dan ada yang berubah-ubah.
Protozoa umumnya dapat bergerak aktif karena memiliki alat gerak berupa kaki
semu (pseudopodia), bulu cambuk (flagellum), bulu getar (cilia), namun ada juga
yang tidak memiliki alat gerak. Sebagian besar Protozoa hidup bebas di air tawar
dan laut sebagai komponen biotik. Beberapa jenis Protozoa hidup sebagai parasit
pada hewan dan manusia. Protozoa hidup secara heterotrop dengan memangsa
bakteri, protista lain, dan sampah organisme.
Ukuran protozoa beranekaragam, yaitu mulai kurang dari 10 mikron sampai ada
yang mencapai 6 mm, meskipun jarang. Diperairan, protozoa adalah penyusun
zooplankton. Makanan protozoa meliputi bakteri, jenis protista lain, atau detritus
(materi organic dari organisme mati). Protozoa hidup soliter atau berkoloni. Jika
keadaan lingkungan kurang menguntungkan, protozoa membungkus diri
membentuk kista untuk mempertahankan diri. Bila mendapat lingkungan yang

1
sesuai hewan ini akan aktif lagi. Cara hidupnya ada yang parasit, saprofit, dan ada
yang hidup bebas (soliter).
Berikut adalah tabel sistem-sistem yang ada pada protozoa secara umum.

Tabel 1. Sistem-sistem pada Protozoa Secara Umum


(Sumber : http://staff.unila.ac.id/hasti/files/2011/11/PROTOZOA.pdf)

1.2 Klasifikasi Protozoa


Berdasarkan alat geraknya, filum protozoa dibagi menjadi 4 kelas yaitu kelas
Rhizopoda, Cilliata, Flagellate dan Sporozoa. Namun, kelas zporozoa tidak ada
yang hidup sebagai plankton, karena semua merupakan parasit (Sachlan 1980).

2
Gambar 1. Protozoa

a. Rhizopoda

Bergerak dengan kaki semu (pseudopodia) yang merupakan penjuluran


protoplasma sel. Hidup di air tawar, air laut, tempat-tempat basah, dan sebagian
ada yang hidup dalam tubuh hewan atau manusia. Mereka bergerak dengan
menggunakan pseudopodia. Mereka biasanya menelan makanan dengan
fagositosis. Mereka memperpanjang pseudopodia mereka untuk menelan mangsa.
Mereka tidak memiliki mulut atau sitostoma. Juga, tidak ada tempat khusus di
mana sel fagositosis terjadi. Sumber makanan dari amuba berbeda. Beberapa dari
mereka memakan bakteri dan protista lainnya. Beberapa yang lain memakan
bahan organik mati. Beberapa juga makan dengan menyerap nutrisi terlarut
melalui vesikel.

Rhizopoda terdiri dari beberapa ordo : Amoebina, Foraminifera, Radiolaria


dan Heliozoa. Amoebina dilihat dari sudut macam dindingnya terdiri dari
Thecamoeba yang berdinding dari bahan-bahan yang ada disekitarnya seperti
pasir halus, detritus yang keras, sisa dinding diatome atau dari golongan yang
sama sekali tidak berdinding, atau dinding dari membran yang sangat tipis seperti
Amoeba proteus (Sachlan 1980).

Heliozoa, berarti suatu protozoa yang bentuknya “radi-air” seperti


matahari, karena pseudo-podinya keluar dari tubuhnya secara radiair, seperti
halnya dengan Actimosphaerium dan Actino-cyphtis, yang kedua-duanya hidup di
air tawar (Sachlan 1980).

3
Foraminifera dan Radiolaria hidup di laut mulai dari permukaan sampai
dasar laut yang dalam dan masing-masing mempunyai dinding dan rangka-rangka
dari kapur (CaCO3) dan silikat dan juga chitin. Jika Zoo-planton ini hidup di laut,
dimana tidak ada sinar matahari, maka akan hidup dari detritus, berupa phyto-
plankton yang halus dan sedang mengendap berasal dari euphotiz-zone. Nama
foraminifera ini atas dasar dindingnya yang berlubang atau (= foramen), dimana
pseupodianya dapat keluar untuk menangkap detritus dari sekitarnya, sedangkan
nama radiolaria atas dasar pseupodianya yang keluar dari kerangka secara radiar,
juga suatu alat untuk mendapatkan detritus yang “jatuh” dari atas. Foraminifera
yang masih hidup, dan berada di lapisan laut yang dalam, sudah tentu bagian luar
dari dindingnya akan larut sedikit demi sedikit tetapi karena masih hidup, dinding
yang larut ini dapat diganti lagi. Lain halnya dengan radiolaria, dimana
dindingnya tidak akan larut walaupun sampai dasar laut yang terdalam (Sachlan
1980).

Contoh amoeboid adalah Amoeba proteus, Chaos carolinense (amuba


raksasa), Naegleria fowleri (amuba makan-otak), dan Dictyostelium discoideum
(amuba multiseluler).

Gambar 2. Amoeba

b. Flagellata (Mastigophora)

Bergerak dengan flagel ( bulu cambuk ) yang digunakan juga sebagai alat indera
dan alat bantú intuk menangkap makanan.

4
Dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

 Fitoflagellata adalah flagellata yang dapat berfotosintetis karena memiliki


klorofil. Fitoflagellata mencernakan makanannya berbagai cara, seperti
menelan lalu mencernakan di dalam tubuhnya (holozoik), membuat
makannya sendiri (holofitik), atau mencerna organisme yang sudah mati
(saprofitik).
 Zooflagellata adalah flagellata yang tidak berkoloroplas dan menyerupai
hewan. Zooflagellata habitat di air tawar dan air laut. Sebagian besari dari
zooflagellata adalah bersifat parasit, walaupun ada juga yang hidup bebas.
Flagellata heterotrofik (tidak berkloroplas) contohnya: Trypanosoma
gambiens, Leishmania.

Gambar 3. Flagellata

c. Ciliata (Ciliophora)

Ciliata sebagian besar hidup bebas di air tawar, dan ada hanya beberapa
golongan yang hidup di laut (golongan Tintinnidae). Ciliata ini memang tidak
merupakan zoo-plankton sejati di air tawar, tetapi banyak hidup diantara
periphiton, di dasar sebagai benthos, dimana terdapat banyak detritus yang sedang
membusuk. Bamyal diantaranya yang dapat “makan” bangkai dari udang-udangan
kecil sehingga tinggal dindingnya saja, karena ini terdiri dari chitine, yang sukar
dihancurkan (Sachlan 1980). Anggota Ciliata ditandai dengan adanya silia (bulu
getar) pada suatu fase hidupnya, yang digunakan sebagai alat gerak dan mencari
makanan. Ukuran silia pendek dari flagel. Memiliki 2 inti sel (nukleus), yaitu

5
makronukleus (inti besar) yang mengendalikan funsihidup sehari-hari dengan cara
mensintesis RNA, juga penting untuk reproduksi aseksual, dan mikronukleus (inti
kecil) yang dipertukarkan pada saat konjugasi untuk proses reproduksi seksual.
Ditemukan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan air
dalam tubuhnya.

Contoh: Stentor, Paraemecium caudatiun, Didinium, Vorticella, Balantidium coli.

Gambar 4. Cilliata

6
Berikut adalah tabel perbedaan antara kelas Rhizopoda, Flagellata dan
Cilliata.

Tabel 2. Perbedaan Kelas Rhizopoda, Flagellata dan Cilliata (Sumber :


https://www.scribd.com/doc/178146197/Tabel-Perbedaan)

1.3 Ciri-ciri Umum Protozoa


Protozoa merupakan organisme yang menyerupai hewan yang merupakan salah
satu dari filum dari kingdom protista. Ciri-Ciri Protozoa adalah sebagai berikut..

 Organisme uniseluler (bersel satu )

 Bersifat eukariotik (memiliki inti sel yang terbungkus oleh membran)

7
 Tidak memiliki dinding sel

 Heterotrof (umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri)

 Hidup dengan sendiri (soliter) atau berkelompok (koloni)

 Hidup bebas secara parasit, bebas, dan sporofit

 Memiliki alat gerak yang berupa silia, flagela dan pseudopodia

 Memiliki ukuran tubuh sekitar 100-300 mikron

1.4 Ciri-ciri Khusus Protozoa


Protozoa, organisme bersel satu. Protozoa adalah eukariota, organisme
ditandai dengan memiliki materi herediter yang tertutup dalam inti yang dibatasi
oleh membran. Kebanyakan protozoa berukuran mikroskopis, mulai dari ukuran
dengan panjang sekitar 0,001-0,01 mm, tetapi beberapa, termasuk amuba tertentu,
cukup besar untuk dilihat dengan mata telanjang.
Protozoa hidup bebas makan terutama pada organisme mikroskopis seperti
bakteri, ragi, alga, dan protozoa lainnya. Beberapa spesies Protozoa mengandung
klorofil dan mampu membuat makanan mereka sendiri dengan fotosintesis.
Banyak protozoa memakan benda mati, dan dengan demikian berguna dalam
membuang limbah organik.
Protozoa umumnya berkembang biak dengan pembelahan biner
(pembagian tubuh menjadi dua bagian yang sama). Beberapa berkembang biak
dengan tunas (pembagian tubuh menjadi dua atau lebih bagian yang tidak setara).
Dalam kondisi tertentu, pembelahan atau tunas dapat didahului oleh konjugasi
(pertukaran bahan inti selama kontak antara dua individu dari spesies yang sama).
Protozoa parasit biasanya memiliki siklus hidup yang rumit yang mencakup
produksi gamet, atau sel-sel generatif, dan spora, atau sel-sel vegetatif. Sebuah
spora mungkin memiliki kista-penutup yang melindungi spora di lingkungan yang
tidak menguntungkan atau selama transmisi dari tempat ke tempat. Beberapa

8
protozoa hidup bertahun-tahun dalam kondisi encysted (tertutup oleh kista atau
membran tebal atau cangkang).

Protozoa milik kerajaan Protista. Beberapa ahli biologi menempatkan


mereka dalam filum Protozoa dan membagi mereka ke dalam kelas-kelas berikut:
Mastigophora (atau Zoomastigina), bentuk mendera; Sarrodina (atau Rhizopoda),
bentuk pseudopodal, Ciliata (atau Ciliophora), bentuk bersilia, Sporozoa
(Apicomplexa atau), parasit bentuk dengan spora yang menginfeksi organisme
lain, dan Cnidospora (or Cnidosporidia), bentuk parasit dengan spora yang tidak
menginfeksi organisme lain. Ahli biologi lainnya tidak mengenali filum Protozoa
dan mempertimbangkan berbagai jenis untuk membuat filum daripada kelas, yang
lain memisahkan protozoa ke dalam kelas tambahan atau filum.

a. Morfologi Protozoa

Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan


sebagai pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur
tekanan osmosis. Jumlah dan letak vakuola kontraktil berbeda pada setiap spesies.
Protozoa dapat berada dalam bentuk vegetatif (trophozoite), atau bentuk istirahat
yang disebut kista. Protozoa pada keadaan yang tidak menguntungkan dapat
membentuk kista untuk mempertahankan hidupnya. Saat kista berada pada
keadaan yang menguntungkan, maka akan berkecambah menjadi sel vegetatifnya.
Protozoa tidak mempunyai dinding sel, dan tidak mengandung selulosa atau khitin
seperti pada jamur dan algae. Kebanyakan protozoa mempunyai bentuk spesifik,
yang ditandai dengan fleksibilitas ektoplasma yang ada dalam membran sel.
Beberapa jenis protozoa seperti Foraminifera mempunyai kerangka luar sangat
keras yang tersusun dari Si dan Ca. Beberapa protozoa seperti Difflugia, dapat
mengikat partikel mineral untuk membentuk kerangka luar yang keras.
Radiolarian dan Heliozoan dapat menghasilkan skeleton. Kerangka luar yang
keras ini sering ditemukan dalam bentuk fosil. Kerangka luar Foraminifera
tersusun dari CaO2 sehingga koloninya dalam waktu jutaan tahun dapat
membentuk batuan kapur. Protozoa merupakan sel tunggal, yang dapat bergerak
secara khas menggunakan pseudopodia (kaki palsu), flagela atau silia, namun ada

9
yang tidak dapat bergerak aktif. Berdasarkan alat gerak yang dipunyai dan
mekanisme gerakan inilah protozoa dikelompokkan ke dalam 4 kelas. Protozoa
yang bergerak secara amoeboid dikelompokkan ke dalam Sarcodina, yang
bergerak dengan flagela dimasukkan ke dalam Mastigophora, yang bergerak
dengan silia dikelompokkan ke dalam Ciliophora, dan yang tidak dapat bergerak
serat merupakan parasit hewan maupun manusia dikelompokkan ke dalam
Sporozoa.

b. Fisiologi Protozoa

Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa


protozoa dapat hidup pada lingkung ananaerobik misalnya pada saluran
pencernaan manusia atau hewan ruminansia. Protozoa aerobik mempunyai
mitokondria yang mengandung enzim untuk metabolisme aerobik, dan untuk
menghasilkan ATP melalui proses transfer elektron dan atom hidrogen ke oksigen.
Protozoa umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa organisme lain
(bakteri) atau partikel organik, baik secara fagositosis maupun pinositosis.
Protozoa yang hidup di lingkungan air, maka oksideng dan air maupun molekul-
molekul kecil dapat berdifusi melalui membran sel. Senyawa makromolekul yang
tidak dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk sel secara pinositosis.
Tetesan cairan masuk melalui saluran pada membran sel, saat saluran penuh
kemudian masuk ke dalam membrane yang berikatan denga vakuola. Vakuola
kecil terbentuk, kemudian dibawa ke bagian dalam sel, selanjutnya molekul dalam
vakuola dipindahkan ke sitoplasma. Partikel makanan yang lebih besar dimakan
secara fagositosis oleh sel yang bersifat amoeboid dan anggota lain dari kelompok
Sarcodina. Partikel dikelilingi oleh bagian membran sel yang fleksibel untuk
ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam sel oleh vakuola besar (vakuola
makanan). Ukuran vakuola mengecil kemudian mengalami pengasaman. Lisosom
memberikan enzim ke dalam vakuola makanan tersebut untuk mencernakan
makanan, kemudian vakuola membesar kembali. Hasil pencernaan makanan

10
didispersikan ke dalam sitoplasma secara pinositosis, dan sisa yang tidak tercerna
dikeluarkan dari sel. Cara inilah yang digunakan protozoa untuk memangsa
bakteri. Pada kelompok Ciliata, ada organ mirip mulut di permukaan sel yang
disebut sitosom. Sitosom dapat digunakan menangkap makanan dengan dibantu
silia. Setelah makanan masuk ke dalam vakuola makanan kemudian dicernakan,
sisanya dikeluarkan dari sel melalui sitopig yang terletak disamping sitosom. Pada
umumnya Protozoa membutuhkan suhu optimum untuk tumbuh antara 16-25°C,
dengan suhu maksimumnya antara 36-40°C. Adapun pH (derajat keasaman
optimum) untuk proses metabolismenya adalah antara pH 6-8.

c. Adaptasi Protozoa

Sebagai predator, mereka memangsa uniseluler atau berserabut ganggang,


bakteri, dan microfungi. Protozoa memainkan peran baik sebagai herbivora dan
konsumen di decomposer link dari rantai makanan. Protozoa juga memainkan
peranan penting dalam mengendalikan populasi bakteri dan biomas. Protozoa
dapat menyerap makanan melalui membran sel mereka, beberapa, misalnya
amoebas, mengelilingi dan menelan makanan itu, dan yang lain lagi memiliki
bukaan atau "mulut pori-pori" ke mana mereka menyapu makanan. Semua
protozoa yang mencerna makanan di perut mereka seperti kompartemen disebut
vakuola.
Sebagai komponen dari mikro-dan meiofauna, protozoa merupakan sumber
makanan penting bagi microinvertebrates. Dengan demikian, peran ekologis
protozoa dalam transfer bakteri dan ganggang produksi ke tingkat trophic
berurutan adalah penting. Beberapa protozoa memiliki tahap kehidupan bolak-
balik antara tahap proliferatif (misalnya trophozoites) dan kista aktif. Seperti kista,
protozoa dapat bertahan hidup kondisi yang sulit, seperti terpapar ke suhu yang
ekstrem dan bahan kimia berbahaya, atau waktu lama tanpa akses terhadap nutrisi,
air, atau oksigen untuk jangka waktu tertentu. Menjadi spesies parasit kista
memungkinkan untuk bertahan hidup di luar tuan rumah, dan memungkinkan
mereka transmisi dari satu host ke yang lain. Ketika protozoa adalah dalam bentuk
trophozoites (Yunani, tropho = untuk memberi makan), mereka secara aktif
memberi makan dan tumbuh. Proses mana protozoa yang mengambil bentuk kista

11
disebut encystation, sedangkan proses mentransformasikan kembali ke
trophozoite disebutexcystation.

1.5 Reproduksi Protozoa


Sebagian besar Protozoa berkembang biak secara aseksual (vegetatif)
dengan cara :

a. Pembelahan mitosis (biner), yaitu pembelahan yang diawali dengan


pembelahan inti dan diikuti pembelahan sitoplasma, kemudian
menghasilkan 2 sel baru. Pembelahan biner terjadi pada Amoeba.
Paramaecium, Euglena. Paramaecium membelah secara membujur/
memanjang setelah terlebih dahulu melakukan konjugasi.

Gambar 5. Reproduksi pada Cilliata

b. Spora, Perkembangbiakan aseksual pada kelas Sporozoa (apicomplexa)


dengan membentuk spora melalui proses sporulasi di dalam tubuh nyamuk
anopheles. Spora yang dihasilkan disebut sporozoid.

Sementara perkembangbiakan secara seksual pada zooplankton protozoa dengan


cara konjugasi, peleburan inti sel pada organisme yang belum jelas alat
kelaminnya. Pada Paramaecium, mikronukleus yang sudah dipertukarkan akan
melebur dengan makronukleus, proses ini disebut singami.

12
1.6 Habitat dan Contoh Spesies Protozoa
Protozoa yang hidup bebas di alam dapat ditemukan di perairan atau di
tempat basah yang banyak mengandung sampah atau zat organik, misalnya air
laut, danau, sungai, sawah, kolam, parit, dan selokan. Protozoa yang hidup bebas
di alam, semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat
apapun.

Pada lingkungan yang kurang menguntungkan (misalnya saat kekeringan),


Protozoa jenis tertentu dapat bertahan hidup dengan cara berubah menjadi kista.
Kista merupakan sel tidak aktif dan memiliki dinding yang tebal berupa kapsul
polisakarida. Bila kondisi lingkungan membaik, kista akan berubah menjadi sel
Protozoa yang aktif kembali.

Berikut adalah contoh-sontoh spesies yang hidup pada air tawar dan air laut.

a. Air Tawar

Gambar 6. Paramecium caudatum

Gambar 7. Vorticella microstoma

13
Paramecium caudatum dan Vorticella microstoma merupakan salah satu contoh
protozoa yang bersilia dan berhabitat di air tawar.
b. Air Laut

Gambar 8. Forminifera

Gambar 9. Globegerina sp.

14
Gambar 10. Nummulites sp.

Gambar 11. Orbulina sp.

Gambar 12. Radiolaria


Globegerina sp., Nummulites sp., dan Orbulina sp. merupakan spesies dari
foraminifera. Foraminifera dan Radiolaria merupakan ordo dari protozoa yang
memiliki rhizopoda sebagai alat geraknya. Foraminifera dan Radiolaria memiliki

15
dinding dan rangka-rangka dari kapur (CaCO3) dan silikat dan membentuk tubuh
yang indah di lautan.

1.7 Peranan Protozoa


Protozoa adalah salah satu makhluk hidup yang memiliki peranan
penting dalam ekosistim. Berikut beberapa peranan protozoa dalam bidang
perikanan:

1. Sumber makanan bagi biota air

Sebagai zooplankton, protozoa yang hidup di perairan baik air tawar


maupun air laut sangat berperan sebagai zooplankton yang merupakan
salah satu sumber makanan bagi hewan air, sepeti udang, kepiting dan
ikan.

2. Pengontrol jumlah bakteri di air

Dengan adanya protozoa yang memiliki salah satu makanan pokok


bakteri, maka jumlah bakteri yang ada di air secara langsung akan
dikontrol oleh protozoa.

3. Protozoa digunakan sebagai indikator kualitas air, materi limbah mentah


dapat dikatagorikan kedalam tiga golongan.

- Kotoran cara domestic

- Limbah industri senyawa pengdegradasi senyawa kimia anorganik

- Stromwater yang mengandung polutan (air mengalir yang


membawa kotoran permukaan)

Banyak spesies-spesies diantara ciliata yang digunakan sebagai


“indikator”; misalnya habitat yang banyak ditemukan Paramecium
caudatum dan Vorticella misrostoma, ini suatu tanda ada banyak
pembusukan (Poly-saproo-b).

16
Selain itu, diantara fosil-fosil dari radiolaria dan foraminifera, dapat digunakan
sebagai guide fosil untuk mengetahui adanya minyak tanah atau untuk
menentukan umur lapisan tanah dimana guide fosil tertentu berada (Sachlan
1980).

BAB II
ROTIFERA

2.1 Pendahuluan
Rotifera berasal dari bahasa Latin yaitu rota yang berarti roda dan ferre yang
berarti membawa. Jadi Rotifera dapat diartikan sebagai hewan yang memiliki
roda atau disebut juga ”hewan beroda”. Rotifera adalah hewan multiseluler
dengan rongga tubuh yang sebagian dilapisi olehmesoderm. Organisme ini
memiliki spesialisasi sistem organ dan saluran pencernaanlengkap yang meliputi
mulut dan anus. Karena karakteristik ini semua, rotifera diakuisebagai hewan,
meskipun mereka mikroskopis ( Zooplankton ). Sebagian besar spesiesrotifera
memiliki ukuran sekitar 200 hingga 500 mikrometer. Namun beberapa spesies,
seperti Rotaria neptunia mungkin lebih panjang dari satu milimeter (Orstan
1999).

Rotifera pertama kali ditemukan oleh John Harris tahun 1696 yang waktu
itu dikenal dengan nama ‘bdelloid rotifer’ yaitu hewan mirip cacing. Rotifera atau
rotatoria terdapat di segala penjuru dunia,meskipun beberapa jenis terdapat pada
tempat-tempat tertentu. Dari 1.700 spesies, kebanyakan hidup di air tawar,hanya
50 spesies di laut,beberapa di hamparan lumur lumut yang basah. Rotifera
termasuk metazoan yang paling kecil berukuran antara 40-2.500 mikron,rata-rata
200 mikron. Umumnya hidup bebas, soliter, koloni, atau sessile. Beberapa jenis
merupakan endoparasit pada insang crustacea, telur siput, cacing tanah, dan dalam
ganggang jenis Vaucheria dan Volvox. Biasanya transparan, beberapa berwarna
cerah seperti seperti merah atau coklat disebabkan warna saluran pencernaan.

17
2.2 Klasifikasi Rotifera
Filum rotifer dibagi menjadi tiga kelas yaitu Monogononta, Bdelloidea, dan
Seisonidea. Kelas terbesar adalah kelas monogononta dengan 1500 spesies, yang
kedua adalah bdelloidea dengan 350 spesies dan hanya 2 spesies yang baru
dikenali dari kelas seisonidea, dikarenakan spesies seisonidea masih primitif.

a. Monogononta

Monogononta merupakan kelas terbesar dari filum rotifera karena memiliki 1500
spesies. Mereka hidup sebagai parasit pada bryophyte (alga hijau). Monogononta
memiliki gonad tunggal. Ukuran jantan biasanya lebih kecil dari betina dan
mengalami reproduksi dengan cara aseksual parthogenesis dan seksual.
Monogononta dibagi menjadi 3 ordo yaitu Collothecaceae , Flosculariaceae dan
Ploima ( Wiscosin ).

Kingdom : Animalia
Filum : Rotifera
Kelas : Monogononta
Ordo : Ploima
Famili : Brachionidae
Genus : Brachionus
Spesies : Brachionus plicatilis
Gambar 13. Brachionus plicatilis

b. Bdelloidea

Bdelloidea merupakan kelas kedua terbesar di filum rotifer setelah kelas


monogononta. Ketika mengalami keadaan lingkungan yang tidak dapat diprediksi,
mereka dapat hidup dalam keadaan kekeringan sekalipun. Mereka akan
mengalami peristiwa yang dinamakan anhydrobiosis. Anhydrobiosis merupakan
keadaan dormansi yang disebabkan oleh kurangnya air pada habitat yang mereka
tinggali. Mereka akan m engubah bentuk tubuhnya yang dinamakan tun. Dengan

18
mengecilnya jaringan dan sel yang ada didalam tubuhnya, kepala dan ekor mereka
akan masuk kedalam tubuhnya untuk mengurangi keluarnya air.

Kingdom : Animalia
Filum : Rotifera
Kelas : Bdelloidea
Famili : Phillodinidae
Genus : Rotaria
Spesies : Rotaria neptunia

Gambar 14. Rotaria neptunia

c. Seisonidea
Merupakan kelas dari filum rotifer yang masih primitif. Dikatakan primitif
karena baik jantan maupun betina tidak dapat dibedakan. Tubuh seisonidea
panjang dan cukup besar. Tubuh panjang, corona mengecil, ovari sepasang.

Kingdom : Animalia
Phylum : Rotifera
Class : Seisonidea
Ordo : Seisonida
Family : Seisonidae
Genus : Seison
Spesies : Seison nebaliae Gambar 15. Seison nebaliae

2.3 Ciri-ciri Umum Rotifera


Berikut adalah ciri-ciri umum Rotifera.

19
 Merupakan hewan multiseluler
 Ukuran yang kecil sekitar 0,1-0,5 mm; 100-2500 micron
 Melayang dalam air
 Pertumbuhan cepat dan berumur pendek
 Sangat toleran terhadap kondisi lingkungan
 Bersifat filter feeder, yaitu dapat menyaringt makanan dan air dengan
menggunakan corona

2.4 Ciri-ciri Khusus Rotifera


Ciri khusus yang terdapat pada phylum rotifera adalah mereka mempunyai
sistem organ khusus dan telah mempunyai sistem pencernaan yang lengkap,
diawali dengan mulut dan diakhiridengan anus. Rotifera juga mempunyai ciri
khusus yaitu mempunyai struktur cilia/ bulu getar yangterdapat pada corona/
kepalanya.Struktur tubuh rotifer dilindungi oleh lapisan mesoderm. Dilihat dari
kenampakannya, tubuh rotifera dibagi menjadi empat bagian dasar kepala, leher,
tubuh dan kaki. Pada bagian kepala, terdapat corona/ mahkota/ yang tersusun atas
silia-silia, berfungsi untuk mendorong makanan dari luar, untuk masuk kedalam
mulutnya. Selanjutnya, makanan akan masuk kedalam trophi/ rahang. Trophi ini
merupakan salah satu ciri khas yang ada pada phylum rotifera. Trophi ini
berlokasi di belakang masta (modifikasi pharyn). Selanjutnya makanan akan
menuju perutnya (berisi saluran pencernaan dan alat reproduksi), untuk dicerna
secara kimiawi. Pada beberapa spesies ditemukan kelenjar yang mensekresikan
kelenjar pencernan. Setelah sari-sarimakanan diserap oleh usus pendek, dan sisa
sari-sari makanan itu dikeluarkan melalui saluran yang bermuara ke anus. Bagian
akhir dari rotifera adalah kaki. Kaki pada Rotifera mengandung cairan semen
yang berfungsi sebagai alat bantu rotifera untuk menempel pada objek
disekitarnya dan sebagai alat bantuuntuk menyaring makanan. Sistem eksreksi
pada rotifera berupa protonephrida yang bermuara padaanus yang berfungsi untuk
membuang kelebihan air yang berada didalam tubuhnya.Sistem saraf pada rotifera
masih sangat sederhana, mengingat struktur otak rotifera terbilang primitif,

20
terutama pada rotifera betina.Sistem reproduksi rotifera cukup unik dibandingkan
dengan !hylum yang lain. Beberapaspesies rotifera berkembangbiak dengan cara
aseksual yaitu dengan partenogenesis. Partenogesis adalah cara
perkembangbiakan dengan menghasilkan individu baru dengan tidak membuahi
telurnya. Pada jenis rotifer yang lain, dapat melaksanakan sistem reproduksi
aseksual/ dengan parthenogenesis dan secara aseksual. Rotifera jantan
menghasilkan sperma untuk membuahi sel telur rotifera betina.
a. Morfologi dan Struktur Tubuh

Rotifera mempunyai ukuran tubuh 40 μm – 2,5 mm, rata- rata 200 μm. Tubuh
Rotifera di bagi menjadi tiga bagian , yaitu kepala (anterior) , badan (trunk) , dan
kaki (posterior).

1. Bagian anterior

 Ditutupi lapisan kutikula, yang kadangkala ada hiasannya

 Adanya corona pada bagian anterior,bagian ini adalah yanga paling khas
dari Rotifera

 Lingkaran cilia dibagian anterior diatas pedestal yang terbagi dua,


disebut throcal disk

 Throcal disk bergerak membranela seperti dua roda yang berputar

 Throcal disk berfungsi untuk berenang dan makan , dan apabila tidak
digunakan dimasukkan ke dalam

2. Bagian Trunk

21
 Ada yang lurus, dan yang berbentuk bulat juga

 Terdapat 3 tonjolan kecil , 2 buah antena lateral dan sepasang antenna


dorsal

 Adanya alat indera berupa rambut halus pada ujung antena


3. Bagian Posterior

 Terdapat 1- 4 buah jari, pada rotifera jari ini berfungsi untuk menempel
pada benda

 Mengandung 2 – 30 kelenjar perekat yang bermuara pada jari

 Pada rotifera sesil pedal gland (kelenjar kaki) berfungsi untuk membentuk
cangkang.

22
Gambar 16. Morfologi dan Struktur Tubuh Rotifera

Bentuk tubuh rotifer terdiri dari kepala (yang berisi korona), batang (yang
berisiorgan), dan kaki. Rotifera biasanya berenang bebas dan organisme
planktonik benar-benar, tapi jari-jari kaki atau ekstensi kaki dapat mengeluarkan
bahan lengket membentuk pegangan erat untuk membantu mereka mematuhi
permukaan. Kepala berisi organ sensorik dalam bentuk otak dua-berlobus dan spot
mata kecil dekat korona. Rotifera adalah pengumpan filter yang akan memakan
materi mati, alga, dan organisme hidup mikroskopis lainnya. Oleh karena itu,
mereka adalah komponen yang sangat penting dari jaring makanan air. Rotifera
memperoleh makanan yang diarahkan mulut oleh arus yang diciptakan dari
gerakan korona. Partikel makanan masuk mulut danperjalanan ke mastax (faring
dengan struktur rahang seperti). Makanan lewat pencernaan dan kelenjar ludah ke
dalam perut dan kemudian ke usus. Pencernaan dan limbahekskretoris
dikumpulkan dalam kandung kemih kloaka sebelum dibebaskan keluar anus.Pada
tiap sisi lateral terdapat sebuah protonephridium dengan 2-8 flame bulb. Kedua
protonephridia tersebut bersatu pada kantung kemih (bladder), yang bermuara

23
pada bagian ventral kloaka. Isi bladder dikosongkan melalui anus dengan jalan
kontraksi,dengan kecepatan satu sampai empat kali per menit. Protonephridia
adalah sebagai osmoregulator, yaitu membuang kelebihan air di dalam tubuh.
Dalam beberapa menit dikeluarkan sejumlah cairan yang setara dengan berat
tubuh rotifera tersebut. Susunan saraf pada rotifer adalah rotifera mempunyai otak
yang terdiri atas massa ganglion dorsal, dan terletak di atas mastax. Dari otak
keluar sejumlah pasangan saraf yang menuju ke berbagai alat indera, antara lain
ke mata dan ke antena. Beberapa jenisrotifera, terutama yang sessile tidak
mempunyai mata. Mata berupa ocellus sederhana, dan berjumlah tiga hingga lima
buah.

b. Fisiologi Rotifera

Berikut adalah fiologi dari Rotifera.

1. Pencernaan

Mulut rotifera terletak di bagian ventral dan biasanya dikeliling oleh sebagian
corona. Daerahm sekitar mulut (buccal field) pada beberapa jenis Colothecacea
mengalami modifikasi, melebar sedemikian rupa hingga menyerupai corong, dan
mulut terletak di dasar corong. Jenis filter feeder memakan partikel organic yang
lembut dengan bantuan aliran airnyang dihasilkan cilia pada corona. Makanan dari
mulut dialirkan ke mastaz. Pharinx dihubungkan dengan perut oleh esofagus.
Perut berbentuk tabung dan kantong, berhubungan dengan usus yang pendek dan
berakhir pada anus. Jenis karnivora memakan protozoa, rotifera yang kecil dan
metazoan lain. Mangsa ditangkan dengan cara dicengkram atau dijebak. Mangsa
dicengkap dengan menggunakan trophy yang berbentuk seperti penjepit, atau
mangsa yang terjebak di dalam corong yang bersetae akan melipat ke dalam dan
berkerut, hingga mangsa masuk ke mulut.

2. Alat ekskresi

Pada tiap sisi lateral terdapat sebuah protonephridium dengan 2-8 flame bul.
Kedua protonephrida tersebut bersatu pada kantung kemih (bladder), yang

24
bermuara pada bagian ventral kloaka. Isi bladder dikosongkan melalui anus
dengan jalan kontraksi, dengan kecepatan satu sampai empat kali per menit.
Pembuangan yang demikian cepat membuktikan bahwa fungsi protonephrida
adalah sebagai osmoregulator, osmoregulator yaitu membuang kelebihan air
didalam tubuh. Dalam beberapa menit dikeluarkan sejumlah cairan yang setara
dengan berat tubuh rotifera tersebut.

3. Susunan saraf

Rotifera mempunyai otak yang terdiri atas massa ganglion dorsal, dan terletak di
atas mastax. Dari otak keluar sejumlah pasang saraf yang menuju ke berbagai alat
inra, antara lain ke mata dan ke antena. Beberapa jenis rotifera, terutama yang
sessile tidak mempunyai mata. Mata yang berupa ocellus sederhana, dan
berjumlah tiga hingga lima buah.

Gambar 17. Struktur Tubuh Rotifera

2.5 Reproduksi Rotifera


Sistem reproduksi rotifera ini terjadi secara seksual (kawin) dan
aseksual (parthenogenesis). Secara seksual, organ reproduksi betina terdiri
dari ovarium, yolk gland dan oviduct, sedangkan organ reproduksi pada
jantan dari satu testis yang dihubungkan oleh satu saluran sperma ke
penis (Djuhanda 1980). Siklus hidup rotifera mengandung kedua fase aseksual

25
dan seksual. Produk reproduksi seksual adalah embrio aktif encysted disebut kista.
Pada rotifera dioecious, reproduksi selalu seksual. Individu jantan selalu lebih
kecil dari pada betina, biasanya mengalami degenerasi yaitu tidak mempunyai alat
pencernaan, hanya memiliki alat reproduksi saja. Partenogenesis merupakan
peristiwa yang umum terjadi. Perkawinan
pada rotifera biasanya dengan jalan “hipodermic impregnation”, dimana sperma
masuk melalui dinding tubuh. Tiap nukleus pada ovari menjadi sebuah telur.
Kebanyakan spesies mempunyai ovari dengan sepuluh sampai dua puluh nuklei,
maka telur yang dihasilkan selama hidupnya tidak lebih dari jumlah tersebut.
Rotifera jantan siap melakukan perkawinan satu jam setelah menetas; kemudian
akan mati. Bila tidak menemukan rotifera betina maka rotifera jantan akan mati
padaumur 2-7 hari, tergantung pada jenisnya.

Pada bdelloidea, dimana tidak pernah ada jantannya, reproduksi selalu


dengan cara partenogenesis, yaitu betina menghasilkan telur yang selalu menetas
menjadi betina. Pada kelas monogononta, yang dalam keadaan tertentu ada
jantannya, terdapat tiga macam telur. Tipe pertama adalah telur amictic, hasil dari
partenogenesis, bercangkang tipis, diploid, tidak dapat dibuahi dengan menetas
menjadi betina amictic. Tipe kedua ialah mictic, bercangkang tipis, tetapi haploid,
bila tidak dibuahi secara partenogenetik aka menetas menjadi jantan yang haploid.
Bila telur mictic dibuahi oleh sperma dari janan yang haploid tersebut akan
menjadi telur dorman , bercangkang tebal dan keras, resisten terhadap kekeringan
dan lingkungan buruk, dan memerlukan istrahat beberapa bulan sebelum dapat
menetas. Dalam lingkungan yang baik, telur dorman menetas menjadi betina
amictic dan diploid.

Pada Brachionus plicatilis, ia mempunyai kelamin terpisah, dapat


bereproduksi secara aseksual dengan parthenogenesis, yaitu menghasilkan telur
tanpa terjadi pembuahan dan individu baru yang dihasilkan bersifat diploid. Selain
secara aseksual, Rotifera ini juga bereproduksi secara seksual (Isnansetyo &
Kurniastuty 1995). Ada dua tipe Brachionus betina, yaitu betina amiktik dan
betina miktik. Betina amiktik yaitu betina yang menghasilkan telur dan

26
melakukan pembelahan meiosis, sedangkan betina miktik yaitu betina yang
menghasilkan telur secara parthenogenesis. Brachionus betina yang amiktik
menghasilkan telur yang akan berkembang menjadi Brachionus betina yang
amiktik pula. Namun, dalam keadaan tidak normal, telur betina amiktik tersebut
dapat menetas menjadi betina miktik. Selanjutnya betina akan menghasilkan telur
yang berkembang menjadi hewan jantan. Apabila Brachionus jantan dan
betina miktik kawin, telur yang dihasilkan berupa telur kista (dormant egg). Telur
kista ini tahan terhadap kondisi lingkungan yang jelek maupun kondisi
kekeringan dan selanjutnya baru menetas setelah kondisi lingkungan menjadi
normal kembali. Brachionus betina dapat hidup 12-19 hari, sedangkan yang
jantan antara 3-6 hari (Priyambodo & Tri 2001).
Menurut Mujiman (1998) Brachionus plicatilis yang jantan hanya
muncul pada musim-musim tertentu saja, sedangkan yang betina hampir
selamanya berkembang biak secara parthenogenesis dan dalam banyak hal
yang jantan jarang sekali muncul, bahkan banyak diantara jenisnya tidak
dikenal pejantannya. Untuk lebih jelasnya siklus Brachionus plicatilis dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 18. Skema Siklus Hidup dan Reproduksi Brachionus plicatilis (Barnes
1987)

27
2.6 Habitat dan Contoh Spesies Rotifera
Rotifera (rotatoria) dapat hidup di air tawar dan di air laut. Hidupnya ada
yang berkoloni, soliter dan sesil. Hidup pada air dan benda-benda dalam air. Pada
jenis pelagis, bentuknya menyerupai kantung, duri panjang, kaki menghilang atau
dapat dilipat.

Rotifera hidup pada perairan air tawar dan air payau. Rotifera air tawar
hidup pada tanaman air serta benda-benda dalam air. Jenis pelagis bentuknya
menyerupai kantung, duri panjang, kaki dilipat atau menghilang. Banyak terdapat
pada permukaan tanaman air dan puing-puing. Konsumen penting yang utama
pada ekosistem air. Mencapai kelimpahan terbesar di celah-celah basah pasir
pantai. Rotifera yang bersifat epizoic atau ectoparasit hidup pada insang crustacea
kecil, sedangkan yang endoparasit hidup pada telur siput , helizoan, volvox, dan
usus olgochaeta. Rotifera jenis parasit kaki dan mastax mengalami modifikasi
yaiitu sebagai alat pelekat dan corona mengecil.

Gambar 19. Seison nabaliae

Seison nabaliae merupakan salah satu rotifer yang berhabitat di laut, ia


termasuk ke dalam ordo seisonoida.

28
Gambar 20. Branchionus sp.

Branchionus sp. Merupakan salah satu contoh rotifer yang berhabitat di air
tawar, ia termasuk ke dalam ordo Monogoontida.

Dalam praktikum Planktonologi, kelompok kami (kelompok 1) menemukan


beberapa spesies dari filum roifera. Berikut adalah beberapa spesies rotiferayang
kami temukan.

1. Rotifer neptuniu.

Spesies ini kami temukan pada contoh sampel Situ Cisanti. Spesies ini
merupakan spesies dari filum Rotifera dari kelas Eurotatoria. Reproduksinya
dioecious, hidup di air tawar maupun air laut. Berikut adalah klasifikasinya.

Kingdom : Animalia
Phylum : Rotifera
Class : Eurotatoria
Ordo : Bdelloida
Genus : Rotaria
Spesies : Rotaria neptunius
Gambar 21. Rotifer neptunius (Sumber : Dokumentasi
Pribadi)

29
2. Branchionus calcyflorus

Spesies ini kami temukan pada contoh sampel Cirata. Spesies ini merupakan
spesies dari filum Rotifera dari kelas Monogononta. Hidup pada perairan tawar
dan umumnya bereproduksi dengan siklus partenogenesis. Berikut adalah
klasifikasinya.

Kingdom : Animalia
Phylum : Rotifera
Class : Monogononta
Ordo : Ploimida
Genus : Brachionus
Spesies : Brachionus calcyflorus
Gambar 22. Brachionus calcyflorus (Sumber :
Dokumentasi Pribadi)

3. Asplanchna herricki

Spesies ini kami temukan pada contoh sampel Kolam Lele Ciparanje. Spesies
ini merupakan spesies dari filum Rotifera dari kelas Monogononta. Spesies ini
memiliki corona sebagai alat grerak, hidup di perairan
tawar dan memiliki warna yang sangat
transparan. Berikut adalah klasifikasinya.

Kingdom : Animalia
Phylum : Rotifera
Class : Monogononta
Ordo : Ploima
Genus : Asplanchna
Spesies : Asplanchna herricki

Gambar 23. Asplanchna


herricki (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

30
2.7 Peranan Rotifera
Rotifera merupakan salah satu hewan mikroskopis yang sangat berperan
dalam bidang Kelautan sebagai:
1. Sebagai pakan alami bagi pemeliharaan ikan.
2. Sebagai campuran dari bahan baku pakan ikan. Seperti: ragi roti.
Kegunaan Rotifera Brachionus plicatilis secara tidak langsung mulai
berkembang. Brachionus plicatilis merupakan pakan hidup bagi jenis-jenis
tertentu golongan ikan sehingga seringkali sangat diperlukan dalam budidaya
(Agin 2014). Penyediaan pakan alami berupa plankton nabati dan plankton
hewani yang tidak cukup tersedia, seringkali menyebabkan kegagalan dalam
mempertahankan kelangsungan hidup larva ikan. Brachionus plicatilis sangat
penting dalam menunjang budidaya perikanan, terutama sebagai pakan yang baik
pada larva ikan maupun udang.
Penyediaan pakan alami berupa plankton nabati dan plankton hewani yang
tidak cukup tersedia, seringkali menyebabkan kegagalan dalam mempertahankan
kelangsungan hidup larva ikan (Agin 2014). Rotifera mempunyai peranan penting
dalam mekanisme rantai makanan pada air tawar, selain Rotifera memakan bahan-
bahan organik, bakteri, dan ganggang, Rotifera dimakan oleh hewan yang lebih
besar seperti cacing, larva ikan, atau udang.

31
BAB III
CLADOCERA

2.8 Pendahuluan
Cladocera adalah kelompok dari kelas branciopoda yang biasa disebut kutu
air. Mereka membentuk grup monophyletic, yang saat ini dibagi menjadi empat
subordo, 11 family, 80 genera, dan sekitar 400 spesies. Branchiopoda berarti kaki
yang berinsang, dan Branchiopoda ini dibagi dalam Eu-branchiopoda (Eu =
sungguh-sungguh) dan Oligo-branchiopoda (Oligo = Sedikit, tidak banyak)
(Sachlan 1980). Oligo-branchiopoda ini merupakan khas zoo-plankton di air
tawar; Oligo-branchiopoda merupakan nama lain dari Cladocera atau Phyllopoda.
Mereka ada di mana-mana di habitat perairan pedalaman, tapi langka di
lautan. Sebagian besar panjangnya 0,2-6,0 mm (0,01-0,24 inci), dengan kepala
yang menghadap ke bawah dengan mata majemuk tunggal, dan karapas yang
menutupi dada dan perut yang tidak beregenerasi. Sebagian besar
spesies menunjukkan parthenogenesis siklis, dimana reproduksi aseksual kadang-
kadang dilengkapi dengan reproduksi seksual , yang menghasilkan telur
peristirahatan yang memungkinkan spesies tersebut bertahan dalam kondisi keras
dan menyebar ke habitat yang jauh.

2.9 Klasifikasi Cladocera


Berikut adalah beberapa famili dari ordo Cladocera.

a. Bosminidae (details derived from De Melo and Hebert (1994))


Secara umum :

 tubuh tertutup dalam karapas (Gambar 1)


 Rostrum dan antennules dilebur untuk membentuk struktur "gading"
Secara spesifik:

 Transisi antara rostrum dan antennules (halus atau dengan saus) (Gambar
2)
 panjang mimbar (lihat Gambar 2)
 ada / tidak adanya mucro
 panjang mucro

32
 Bentuk antennules (cukup lurus atau tajam di recurved)
 Posisi seta sensorik (di dasar mimbar atau di tengah jalan)

Gambar 24. Diagram umum Famili Bosminidae (Dimodifikasi dari Pennak 1989)

Gambar 25. Bentuk alternatif rostrum Bosminidae (Dimodifikasi dari De Melo


and Hebe 1994)
b. Chydoridae
Secara umum :

 tubuh tertutup dalam karapas (Gambar 3)


 fornices diperluas untuk menutupi antennules dan bersatu dengan Rostrum
menjadi "paruh"
Secara Spesifik :

 lokasi anus (terminal atau sub-terminal)


 Tinggi margin posterior dalam kaitannya dengan tinggi badan total

33
 adanya / tidak adanya marinir marjinal dan / atau lateral pada postabdomen
 Panjang dan bentuk Rostrum
 adanya / tidak adanya gigi pada berbagai margin karapas (lihat Gambar 4)
 bentuk labrum
 bentuk postabdomen

Gambar 26. Diagram Umum Famili Chydoridae (Dimodifikasi dari Dodson and
Frey 1991)

Gambar 27. Margin Famili Chydoridae (margin penting untuk mengidentifikasi


anggota Famili Chydoridae) (Dimodifikasi dari Dodson and Frey 1991)
c. Daphniidae
Secara Umum :

 tubuh tertutup dalam karapas (Gambar 5)


 anggota genus Daphnia memiliki tulang belakang kulit menonjol (yaitu
"ekor"), satu-satunya Kelompok cladocerans lokal dengan sifat ini
Secara Spesifik :

34
 bentuk kepala
 Bentuk margin ventral kepala (cekung atau lurus ,banyak variasi)
 Posisi vesikel optik relatif terhadap margin ventral kepala
 Posisi mata di kepala (relatif rendah atau tinggi)
 ada / tidak adanya ocellus
 tidak adanya Rostrum
 adanya / tidak adanya sinus serviks
 adanya / tidak adanya gigi di bagian belakang leher (yaitu "gigi leher")
 bentuk fornices (besar dan segitiga atau halus bulat)
 Panjang antena kedua relatif terhadap panjang total tubuh
 Panjang bulu renang pada antena kedua
 ada / tidak adanya tulang belakang
 Panjang dan orientasi tulang belakang kerang
 ukuran relatif dari proses perut
 tingkat kemunculan (yaitu "rambut") dari proses perut
 Ukuran relatif pecten (yaitu "gigi") pada cakar postabdominal
 habitat (kolam, danau, atau keduanya)

Gambar 28. Diagram umum famili Daphniidae (Dimodifikasi dari Balcer et al.
1984)
d. Holopediidae
Secara Umum :

 tubuh tertutup dalam karapas (Gambar 6)


 tertutup dalam selubung agar-agar (mungkin hilang dalam sampel yang
diawetkan)
 berpunuk

35
 spesimen sangat seragam dalam bentuk, cepat dikenali

Gambar 29. Holopedium glacialis (famili Holopediidae) (Dimodifikasi dari


Dodson and Frey 1991)
e. Leptodoridae
Secara Umum :

 karapas jauh berkurang, tidak menutupi seluruh tubuh, membentuk ruang


induk (Gambar 7)
 sangat besar (sampai 18 mm yang jauh melebihi spesies lokal lainnya)
 tubuh sangat panjang dan ramping namun bening, cenderung mengapung
dalam sampel
 spesimen sangat seragam dalam bentuk, cepat dikenali
Secara spesifik hanya satu spesies dalam famili ini (Leptodora kindtii).

Gambar 30. Leptodora kindtii (Dimodifikasi dari Dodson and Frey 1991)

36
f. Macrothricidae
Secara Umum :

 tubuh tertutup dalam karapas (Gambar 8)


 antennules hampir sepanjang kepala, menempel di bagian depan kepala
 Antena bebas bergerak
 biasanya memiliki spinescence kuat pada margin ventral karapas
Secara Spesifik :

 bentuk usus (berbelit atau sederhana)


 tidak adanya / tidak adanya struktur (yaitu gigi, duri) pada berbagai margin
karapas
 formula setae antennal [menunjukkan jumlah setae pada setiap sambungan
dari masing-masing cabang antena ke-2, Dimulai dengan sendi proksimal,
dengan cabang dorsal menempati tempat pembilang. Misalnya, spesies
yang digambarkan di bawah ini memiliki formula setae antena Dari 0-0-0-
3/ 1-1-3, yang berarti bahwa ia memiliki 4 segmen pada cabang dorsalnya
(3 pertama tidak memiliki setae dan yang terakhir memiliki 3) dan 3
segmen pada cabang ventralnya (dua yang pertama Memiliki 1 setae
masing-masing dan yang terakhir memiliki 3)].
 penyempitan posterior katup (yaitu karapas)
 adanya / tidak adanya duri pada postabdomen
 adanya / tidak adanya caeca hati (kantung kecil di ujung anterior usus)

Gambar 31. Diagram umum Macothricidae (Dimodifikasi dari Dodson and Frey
1991)

37
g. Polyphemidae
Secara Umum :

 karapas jauh berkurang, tidak menutupi seluruh tubuh, membentuk ruang


induk (Gambar 9)
 tubuh sangat bulat, pendek dengan memanjang "ekor"
 mata majemuk besar
 spesimen sangat seragam dalam bentuk, cepat dikenali

Gambar 32. Polyphemus pediculus (famili Polyphemidae) (Dimodifikasi dari


Dodson and Frey 1991)
h. Sididae
Secara Umum :

 tubuh tertutup dalam karapas (Gambar 10)


 Antena kedua yang sangat besar dan diratakan
 tidak ada tulang belakang
 banyak (lebih dari 14) berenang setae disusun berturut-turut di sepanjang
satu sisi dorsal Rami masing-masing antena kedua

38
Gambar 33. Famili Sididae (Dimodifikasi dari Dodson and Frey 1991)
i. Moinidae
Mudjiman (2008), mengklasifikasikan Moina sp adalah sebagai berikut :

· Kingdom : Animalia

· Phylum : Arthropoda

· Subphylum : Crustacea

· Class : Branchiopoda

· Genus : Moina

· Spesies : Moina sp.

Moina sp adalah bentuk tubuh yang pipih ke


samping, dinding tubuh bagian punggung
membentuk suatu lipatan sehingga menutupi
bagian tubuh berserta anggota-anggota tubuh pada
kedua sisinya.Bentuk tubuh ini tampak seperti
sebuah cangkang kerang-kerangan. Cangkang di
bagian belakang membentuk sebuah kantong yang
Gambar 34. Moina sp. berguna sebagai tempat penampungan dan

39
perkembangan telur. Moina sp mempunyai ukuran bentuk tubuh 500-1.000
mikron (Mudjiman 2008)

2.10 Ciri-ciri Umum Cladocera

 Ruas tubuh kurang jelas,


 Memiliki 4-6 pasang lengan renang dengan antenna yang bercabang,
 Cladocera berukuran 0,5 – 1 mm dan untuk betina mempunyai kantung
induk tempat dihasilkan telur.
 Yang umum dijumpai di perairan adalah genus Penilia dan Evadne.

Cladocera adalah organism yang bergerak bebas di kolam, dan sebagian besar
bergarak dengan sirip belakang sebelah atas. Mereka memiliki dua valved
carapace meliputi sebagian besar tubuh kecuali appendages. Dalam beberapa
family, carapacenya mencakup daerah brood pouch. Kepalanya dengan badan
dibatasi oleh lekukan mendalam, tetapi ada juga yang tidak dipisahkan.
Jumlah ommatidia yang membentuk senyawa mata bervariasi dari jenis ke jenis
makanan sesuai dengan preferensi.

40
Gambar 35. Anatomi umum Cladocera (Dimodifikasi dari Dodson and Frey
1991)

Daphnia memiliki mata hanya 22 ommatidia, sedangkan yang karnivorayaitu


Evadne dan Leptodora masing – masing ada 80 dan 300. eyesight dari jenis
carnivora memainkan peran penting dalam penangkapan makanan. Cladocera
memiliki carapax, antene, thoracopods, dan caticule.
antennae yang berisi organ-organ yang sangat kecil. Antennaenya memiliki dua
cabang, dan cabang kedua beruang panjang, Kedua pasang antene itu adalah alat
utama dari daya tangkap dan untuk mencari makan.

41
Cladocera ini mempunyai Thorax sangat pendek dan terdiri dari 4 sampai 6
segmen. Dalam Janis betina, terdapat ruang yang besar antara bagian belakang
dan samping carapace yang berfungsi sebagai brood pouch. Telur akan diletakkan
ke dalam kantong dan berkembang di sana. Struktur kaki disesuaikan dengan
bagain mana mahluk ini mencari makannya. sebagian besar spesies juga memiliki
ekor, spiny dari carapace, sementara beberapa ada yang memiliki rambut.

2.11 Ciri-ciri Khusus Cladocera


 Bentuk tubuhnya gepeng
 Pada dorsal ada lipatan (cangkang)
 Bagian kepala tidak tertutup dan ada sepasang mata pada tiap sisi
 Kepala membengkok kebawah, terdapat rostrum
 Di kepala ada 2 pasang appendiges ( antena), 1 anten kecil & urinamous
deket rostrum,
 2 antena besar & biramous ( untuk berenang )
 Kepala 3mm kecuali leptodora sp -Plankton feeder/ detritius
 Cladocera : moina , Bosmina , Ceriodaphnia, Cydorus, Macrotrhix
 Predator : leptodora, polyphenus -Di tropic specimen lebih kecil tapi
species banyak

2.12 Reproduksi Cladocera


Mekanisme reproduksi Cladocera pada umumnya adalah dengan cara
parthenogenesis. Satu atau lebih individu muda dirawat dengan menempel pada
tubuhinduk. Salah satunya pad Daphnia yang baru menetas harus melakukan
pergantian kulit (molting) beberapa kali sebelum tumbuh jadi dewasa sekitar satu
pekan setelah menetas.Siklus hidup Daphnia sp. yaitu telur, anak, remaja dan
dewasa. Pertambahan ukuranterjadi sesaat setelah telur menetas di dalam ruang
pengeraman. Daphnia sp. dewasa berukuran 2,5 mm, anak pertama sebesar 0,8
mm dihasilkan secara parthenogenesis. Daphnia sp. mulai menghasilkan anak
pertama kali pada umur 4-6 hari. Adapun umur yang dapat dicapainya 12 hari.
Setiap satu atau dua hari sekali, Daphnia sp. akan beranak 29 ekor, individu yang
baru menetas sudah sama secara anatomi dengan individu dewasa. Proses
reproduksi ini akan berlanjut jika kondisi lingkungannya mendukung
pertumbuhan. Jika kondisi tidak ideal baru akan dihasilkan individu jantan agar
terjadi reproduksi seksual (Waterman 1960).

42
Daphnia jantan lebih kecil ukurannya dibandingkan yang betina. Pada
individu jantan terdapat organ tambahan pada bagian abdominal untuk memeluk
betina dari belakang dan membuka carapacae betina, kemudian spermateka masuk
dan membuahisel telur. Telur yang telah dibuahi kemudian akan dilindungi lapisan
yang bernamaephipium untuk mencegah dari ancaman lingkungan sampai kondisi
ideal untuk menetas (Mokoginta 2003).

2.13 Habitat dan Contoh Spesies Cladocera


Cladocera hidup di daerah limnetik sebagai plankton air tawar. Menurut
klasifikasi hidupnya sebagai plankton, Cladocera tergolong Holoplankton
(plankton permanen) yaitu organisme yang selama hidupnya sebagai plankton.
Kutu air hidup di daerah air tawar stasioner. Mereka memiliki rasa yang kuat dari
bau melalui antena khusus mereka. Sebagai contoh, mereka bahkan dapat
mencium mana musuh-musuh mereka bersembunyi. Mereka yang lahir dengan
dua mata sekering yang kemudian bersama-sama ke dalam satu mata. Kutu air
yang dimakan oleh banyak hewan, seperti ikan dan air serangga. Karena ada
begitu banyak dari mereka, mereka membentuk sumber penting makanan. Kutu
air tidak ditemukan di laut. Udang-udangan kecil lain berfungsi sebagai sumber
penting makanan, seperti copepod. Spesies cladoceran hidup di air tawar dan
badan-badan air pedalaman lainnya, dengan hanya delapan spesies yang benar-
benar kelautan. Spesies laut adalah semua dalam keluarga Podonidae, kecuali
genus Penilia. Berikut adalah contoh-contoh spesies dari cladocera.

Gambar 36. Podon leuckarti

Podon leuckarti merupakan salah satu spesies cladocera yang hidup di perairan
neritic (200 meter dari garis pantai).

43
Gambar 37. Daphnia carinata

Daphnia carinata merupakan salah satu contoh cladocera yang berhabitat di air
tawar.

Berikut adalah spesies dari cladocera yang kami temukan saat praktikum
planktonologi dengan sampel Waduk Cirata :

Kingdom : Animalia

· Phylum : Arthropoda

· Subphylum : Crustacea

· Class : Branchiopoda

· Genus : Moina

· Spesies : Moina dubia Gambar 38. Moina dubia

2.14 Peranan Cladocera


 Daphnia sp. Yang merupakan salah satu spesies dari cladocera umumnya
digunakan untuk menguji bahan kimia beracun untuk indikasi pencemaran
air
 Larva merupakan fase pertumbuhan ikan yang cenderung lebih menyukai
pakan alami diantaranya jenis Cladocera. Nilai gizi tinggi yang baik cocok
untuk pakan alami ikan, yakni : -Protein 44,28 % , lemak 8,67 % serat
kasar 2,9 % , abu 4 % dan bahan lain 40,15 %.
 Zooplankton yang berpotensi dapat digunakan sebagai uji organisme untuk
uji toksisitas akut di lingkungan tropis dan subtropis

44
BAB IV
COPEPODA

45
3.1 Pendahuluan
Copepoda (Kope = Yunani untuk "dayung" Podos = Yunani untuk "kaki")
Oleh karena itu Copepod = berdayung kaki, yang mengacu pada sepasang kaki di
kolam yang sama somite yang bergerak bersama-sama, seperti oars. Copepoda
merupakan kelompok entomostracan dengan jumlah spesies terbesar, yaitu sekitar
8.400 spesies, sebagian besar hidup bebas dan sekitar 25% nya sebagian
ektoparasit. Kebanyakan copepod terdapat di laut dan sebagian lagi di air tawar,
baik sebagai plankton maupun fauna interstisial.

Copepoda adalah holoplanktonik berukuran kecil yang mendominasizooplankton


di semua laut dan samudera. Pada umumnya copepoda yang
hidup bebas berukuran kecil, panjangnya antara satu dan beberapa milimeter.
Kedua antenanya yang paling besar berguna untuk menghambat laju
tenggelamnya. Copepoda makan fitoplankton dengan cara menyaringnya
melalui rambut – rambut(setae) halus yang tumbuh di appendiks tertentu yang
mengelilingi mulut (maxillae), atau langsung menangkap fitoplankton dengan
apendiksnya (Nybakken 1992). Bougis (1974) menjelaskan bahwa copepoda
merupakan biota planktonyang mendominasi jumlah tangkapan zooplankton yang
berukuran besar(2500 µm) pada suatu perairan dengan kelimpahan mencapai 30%
atau lebihsepanjang tahun dan dapat meningkat sewaktu-waktu selama masa
reproduksi. Copepoda mendominasi populasi zooplankton di perairan laut dengan
persentase berkisar antara 50-80% dari biomassa zooplankton dalam ekosistem
laut. Beberapa diamtaranya bersifat herbivor (pemakan fitoplankton) dan
membentuk rantai makanan antara fitoplankton dan ikan.

3.2 Klasifikasi Copepoda


Copepoda yang hidup bebas sebagai plankton ialah dari ordo: Calanoidea,
Cyclopoidea, dan Harpacticoida.

a. Calanoidea

46
Calanoidea memiliki Antena sangat panjang (23-25 segmen), sering mencapai
atau melampaui Caudal rami. Antena kanan geniculate (yaitu "membungkuk")
pada pria (kecuali Senecella sp. Dimana antennules kiri geniculate). Badan
menyempit antara segmen bantalan kaki ke-5 dan segmen genital. Kaki kelima
Calanoidea cukup besar dan berbeda, simetris pada betina, asimetris pada Laki-
laki.

Gambar 39. Anatomi Calanoid betina (Dimodifikasi dari Balcer et al. 1984)

Gambar 40. Detail geniculate antennule kanan laki-laki (Dimodifikasi dari Smith
and Fernando 1978)

47
Gambar 41. A) Bagian posterior tubuh diaptomid jantan menunjukkan lokasi kaki
ke 5, Sisi kanan B) Kaki ke 5, tampilan posterior C) Kaki ke 5 kiri, 2 eksopoda,
detail proses dalam dan luar (Dimodifikasi dari Sandercock dan Scudder 1996)

Gambar 42. A) Bagian posterior tubuh diaptomid wanita menunjukkan lokasi


kaki ke 5, Sisi kanan B) Kaki ke 5 wanita, tampilan posterior (Dimodifikasi dari
Sandercock dan Scudder 1996)

b. Cyclopoidea

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subclass : Copepoda

48
Order : Cyclopoida
Cyclopoida merupakan orde crustasea kecil dari subclass Copepoda.
Anggota Cyclopoida umumnya kecil, dan hewan planktonik yang hidup baik di
laut dan di habitat air tawar. Ciri-ciri ordo cyclopoida sebagai berikut:
 Mampu bergerak cepat
 Perkembangan larva mereka metamorf
 Embrionya dibawa dalam kantung pasangan atau tunggal yang melekat
pada perut somite pertama.
 Memiliki antena pertama lebih pendek dari panjang kepala dan dada

Pada spesies Cyclops sp. panjangnya dapat berkisar dari ½ -5 mm dan


jelas dibagi menjadi dua bagian. Bagian depan luas oval terdiri dari kepala dan
pertama lima segmen toraks. Bagian belakang jauh lebih ramping dan terdiri dari
segmen toraks keenam dan empat segmen pleonic tak berkaki. Dua ekor
pelengkap memproyeksikan dari belakang.
Cyclops memiliki 5 pasang kaki. 2 antena Panjang pertama digunakan oleh
jantan untuk mencengkeram betina saat kawin. Setelah itu, betina membawa telur
dalam dua kantung kecil di tubuhnya. Larva, atau nauplii, bebas-berenang.

Gambar 43. Anatomi umum Copepoda Cyclopoid menunjukkan ciri utama pada
pria (a) dan Betina (b) (Dimodifikasi dari Balcer et al. 1984)

c. Harpacticoida

49
Kingdom :Animalia
Filum :Anthropoda
Kelas :Maxillopoda
Sub kelas :Copepoda
Ordo :Harpacticoid
Harpacticoida memiliki Antennules sangat pendek (5-9 segmen).Kedua
antigen bersifat genik pada pria. Metasom dan urosomnya memiliki lebar yang
sama (tidak ada titik penyempitan). Artikulasi antara ruas dengan kaki keempat
dan kelima tidak jelas. Abdomen tidak dapat dibedakan dengan toraks.
Panjangnya tidak lebih dari 1 mm, sebagian besar spesies berukuran lebih kecil.
Sendi utama dalam tubuh terletak di antara segmen tubuh keempat dan kelima.

Berikut adalah gambar perbedaan tubuh dari Calanoidea, Cyclopoidea, dan


Harpacticoida.

Gambar 44. Calanoida, Cyclopoida, dan Harpaticoida (Dimodifikasi oleh Smith


and Fernando 1978)

50
3.3 Ciri-ciri Umum Copepoda
 Ruas tubuh jelas yang dibagi menjadi 2 bagian utama:
a. Metasome, yang nampak lebih besar dengan 5 ruas.
b. Urosome, kecil di bagian ekor, 1-5 ruas.
 Ukuran panjang sekitar 0,5-5mm, dan dalam siklus hidupnya sedikitnya
melalui tiga fase larva.

Copepods memiliki exoskeleton yang keras, banyak kaki (digunakan untuk


berenang dan mengumpulkan makanan), sebuah badan tersegmentasi, dan
disambung pelengkap. Kebanyakan copepods berada di bawah 1 mm panjang,
tetapi beberapa spesies laut lebih dari 1 / 4 inci (1 cm) lama. Meskipun mereka
tidak memiliki mata majemuk, ini arthropoda memiliki satu mata sederhana di
tengah-tengah kepala (kadang-kadang hanya hadir dalam tahap larva); mata
sederhana ini hanya dapat membedakan antara terang dan gelap. Ada dua pasang
antena; satu pasang panjang dan satu pasang pendek. Seperti semua Crustacea,
meranggas copepods exoskeleton mereka saat mereka tumbuh.

Copepods makan bakteri, diatom, dan lainnya kecil, organisme bersel tunggal
di dalam air. Maxillae, antena maxillipeds dan mendorong makanan ke arah
mandibula (rahang), yang memproses makanan.

3.4 Ciri-ciri Khusus Copepoda


 Copepoda jantan umumnya lebih kecil dibandingkan Copepoda betina.
 Tubuh bersegmen.
 Memiliki tubuh yang pendek dan silinder.
 Reproduksi menggunakan antena untuk menempel pada betina.
 Anatomi Copepoda :
o Tubuhnya berbuku-buku.
o Memiliki ekor yang membulat.
o Memiliki antenna.
o Memiliki cadangan telur di bawah abdomennya.
o Memiliki cephalosome: perisai atas kepala dan beberapa segmen
yang terhubungkan.

51
3.5 Reproduksi Copepoda
Reproduksi dan perkembangan copepod adalah Dioecious. Betina
mempunyai sebuah atau sepasang ovary dan sepasang seminal receptacle.
Copepod jantan yang hidup bebas biasanya mempunyai sebuah testes dan
membentuk spermatofora. Pada waktu kopulasi, copepod jantan memegang yang
betina dengan antenna pertama atau kaki renang keempat atau kelima yang
berbentuk capit, dan melekatkan spermatofora pada betina pada pembuahan
seminal receptacle. Sekali kopulasi dapat digunakan untuk membuahi 7 sampai
13 kelompok telur.

Telur yang telah dibuahi dierami dalam sebuah atau sepasang kantung
telur. Tiap kantung telur berisi antara 5 sampai 50 butir telur. Cyclops mengerami
telur sampai selama 12 jam sampai 5 hari, maka kantung telur hancur
dan keluarlah larva yang disebut nauplius. Kemudian copepod betina tersebut
akan menghasilkan kantung baru dan kelompok telur baru. Stadia nauplius
sebanyak 5 atau 6 instar, kemudian menjadi copepodidi sebanyak 5 instar, dan
akhirnya menjadi dewasa. Copepod dewasa tidak mengalami pergantian
kulit. Perkembangan dari telur sampai dewasa memakan waktu antara satu
minggu sampai satu tahun. Copepod hidup bebas berumur antara 6 bulan sampai
satu tahun lebih.

Untuk mempertahankan diri terhadap lingkungan buruk, beberapa


caponoid dan harpaticoid air tawar menghasilkan telur dengan cangkang tipis dan
telur dorman dengan cangkang tebal. Jenis air tawar yang lain, ada
instar copepodid atau dewasa melakukan estivasi dengan membungkus diri
dengan selubung organic yang keras dan menjadi siste. Selain untuk
mempertahankan diri terhadap lingkungan buruk, telur dorman atau siste
juga merupakan sarana penyebaran keturunan.

52
3.6 Habitat dan Contoh Spesies Copepoda
Berikut adalah habitat dan contoh spesies dari Copepoda.

a. Habitat Laut

Meskipun copepoda dapat ditemukan hampir di mana-mana mana air tersedia


sebagian besar lebih dari 12.000 spesies yang dikenal hidup di laut. Karena
mereka adalah biomassa terbesar di lautan beberapa menyebut mereka serangga
laut. Mereka berkeliaran bebas air, liang melalui sedimen di dasar laut, ditemukan
pada flat pasang surut dan dalam parit laut dalam. Setidaknya sepertiga dari semua
spesies hidup sebagai asosiasi, commensals atau parasit pada invertebrata dan
ikan. Salah satu hotspot keanekaragaman spesies terumbu karang tropis di
IndoPacific. Beberapa spesies karang adalah host untuk sampai dengan 8 spesies
copepoda. Seperti flat pasang mangrove berkerumun dengan kehidupan copepoda.

Phylum : Arthropoda
Class : Maxillopoda
Sub class : Copepoda
Orde : Cyclopoida
Family : Cyclopidae
Genus : Cyclops
Spesies : Cyclops sp

Gambar 45. Acartia sp.

b. Habitat Air Tawar

Spesies dari Calanoida, Cyclopoida dan Harpacticoida telah berhasil dijajah


semua jenis habitat air tawar dari sungai kecil untuk danau gletser tinggi di
Himalaya. Meskipun keanekaragaman jenis di air tawar tidak setinggi dalam
kelimpahan laut copepoda terkadang cukup besar untuk noda air. Bahkan di air
tanah fauna copepoda khusus telah berevolusi.Beberapa spesies copepoda dapat
ditemukan pada musim gugur daun hutan basah atau di tumpukan kompos basah,
kadang-kadang dalam kepadatan cukup tinggi. Lainnya tinggal di lumut gambut
atau bahkan dalam phytothelmata (kolam kecil terbentuk di axils meninggalkan
tanaman) dari bromeliad dan tanaman lainnya.

53
Phylum : Arthropoda
Class : Maxillopoda
Sub class : Copepoda
Orde : Cyclopoida
Family : Cyclopidae
Genus : Cyclops
Spesies :

Gambar 46. Cyclops sp.

Kingdom :Animalia
Phylum :Arthropoda
Class :Maxillopoda
Order
:Cyclopoida
Family :Lernaeidae
Genus :Lernaea sp.
Gambar 47. Lernaea sp.

3.7 Peranan Copepoda


Perairan Indonesia kaya akan kehadiran berbagai jenis copepoda, memiliki
peluang besar untuk memilih jenis pakan hidup yang unggul sebagai pakan
alternatif atau pengganti Artemia yang saat ini harganya kian melambung.
Copepoda (copepodit dan copepod dewasa) juga dipercaya memiliki level enzim
pencernaan yang lebih tinggi dan berperan penting untuk menunjang kebutuhan
nutrisi larva. Padahal pada fase awal dari larva ikan-ikan laut belum memiliki
perkembangan pada sistem pencernaan dan yang lebih dipercaya berperan
hanyalah cadangan makanan exogenous (pakan dari luar) sebagai cadangan
makanan alami untuk organisme. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pederson
(1984 dalam Lavens dan Sorgeloos 1996), yang menguji pencernaan pada awal
pemeliharaan larva, dan ditemukan bahwa copepoda lebih cepat tercerna dan
cepat melewati usus serta lebih bagus tercerna dibandingkan Artemia. Copepoda
kaya akan protein, lemak, asam amino esensial yang dapat mempercepat

54
pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh serta mencerahkan warna
pada udang dan ikan.
Keunggulan copepoda juga telah diakui oleh para peneliti, karena kandungan
DHA-nya yang tinggi, dapat menyokong perkembangan mata dan
meningkatkan derajat kelulushidupan larva. Copepoda juga mempunyai
kandungan lemak polar yang lebih tinggi dibandingkan dengan Artemia sehingga
dapat menghasilkan pigmentasi yang lebih baik bagi larva ikan. Perairan
Indonesia kaya akan kehadiran berbagai jenis copepoda, memiliki peluang besar
untuk memilih jenis pakan hidup yang unggul sebagai pakan alternatif atau
pengganti Artemia yang saat ini harganya kian melambung. Selain itu, beberapa
copepoda memiliki beberapa manfaat tambahan. Mereka adalah "detritivores",
yang berarti mereka akan mengais sisa-sisa makanan ikan, kotoran ikan, dan
bakteri di dalam ekosistem. Mereka dapat membantu mengontrol kualitas air
dengan memakan makanan yang tidak terpakai yang akhirnya dapat menyebabkan
overload bakteri dalam kolam ikan. Copepod hidup bebas berperan penting
dalam rantai makanan sebagai penghubung antara bakteri, ganggang dan
protozoa disatu pihak dengan predator (termasuk ikan) di pihak lain.
Copepod lebih dominan sebagai makanan ikan laut, sedang cladocera di air tawar.
Copepoda tidak digunakan sebagai makanan anak ikan karena berenangnya terlalu
cepat sehingga sukar ditangkap. Copepoda juga merupakan inang perantara
penyakit cacing pita ikan Dibothriocephalus latus dan cacing guinea
Dracunculus medinensis.

55
BAB V
OSTRACODA

3.1 Pendahuluan
Ostracoda adalah salah satu kelompok krustasea dengan sekitar 8000
spesies hidup. Ostracoda memiliki besar antara 0.5 mm sampai 2,0 mm.
Umumrnya sekitar 1 bulan (Sahlan 1980). Ostracod adalah krustasea dan dapat
dengan mudah dikenali oleh kehadiran Dari karapas sebagai kerang bivalve yang
memiliki takik antennal, ditutup oleh Otot adduktor, semua dari tujuh pasang
pelengkap mampu ditarik di dalam cangkangnya. Sebagian besar ostracod sangat
kecil, lebih sedikit dari panjang 4 mm tapi beberapa perairan dalam Spesies
pelagis tumbuh hingga 30mm. Sebagian besar ostracods adalah Bentik, tapi ada
anggota planktonik, dan satu keluarga, Halocyprididae adalah kelompok
planktonik laut yang penting.Ostracoda memiliki tubuh seperti biji sehingga
sering disebut “Seed-Shrimp”.

3.2 Klasifikasi OStracoda


Ostrcoda dibagi menjadi 5 ordo yaitu: Archeocopida, Leperditicopida,
Myodocopida, Beyrichicopida, Podocopida.

a. Archeocopida

Archeocopida memiliki karapas sejajar atau hampir sejajar, dengan margin


dorsal lurus dan panjang dan margin ventrion yang kuat. Katup fleksibel, berkitin
atau sedikit terkalsifikasi atau terfosfatisasi, tanpa engsel. Beberapa genera dengan
tuberkel berhubungan dengan mata majemuk. Permukaan halus, berkerut atau
dengan ribe, duri atau cresta. Lamella dalam tidak mengeras dengan endapan
anorganik. Archeocopida memiliki famili Bradoriidae dan Hipponichariidae.

b. Lepergicticopida

Lepergicticopida merupakan ostracoda terbesar berkisar lebih dari 80 mm


panjang. Karapasmya sangat dikalsinasi, sedikit sangat tidak seimbang dengan
margin engsel lurus panjang, sudut dorsal yang berbeda dan margin bebas

56
cembung, lebih tinggi dan lebih tinggi di bagian belakang. Bagian anterodorsal
dari katup pada banyak spesies dengan tuberkulum, diinterpretasikan umumnya
sesuai dengan mata majemuk. Kelompok goresan otot adduktor di depan katup
midlength, sangat besar, mencapai diameter yang menyamai hampir sepertiga
tinggi katup, dengan jumlah goresan individu kadang-kadang melebihi 200.

c. Myodocopa (Myopocopida)
Memiliki ciri-ciri pada bagian anterior cangkang berlekuk, antena kedua
biramus dan pangkal antena besar. Mydocopa ini semua hidup di laut. Contoh
genus: Cypridina dan Conchoesia.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Crustacea
Subclassis : Ostracoda
Ordo : Myodocopa
Genus : Conchoecia
Spesies : Conchoecia macrocheira
Gambar 48. Conchoecia macrocheira

d. Beyrichicopida

Karapas yang terkalsinasi dengan baik, baik spesimen larva maupun dewasa
biasanya dengan margin kardinal yang lebih atau kurang lurus, dan panjang dan
batas ekskavasi cembung. Banyak genera dengan lobasi dan sulapan yang jelas.
Lamella dalam batas yang dikenali tidak ada. Goresan otot dari berbagai pola
diketahui hanya di beberapa keluarga saja. Dimorfisme cruminal dan antral
terbatas hanya untuk ordo ini. Beberapa bentuk menunjukkan dimorfisme pahatan
atau propotional, lainnya adalah non-dimorforf, laut.

57
e. Podocopa (Podocopida)
Memiliki ciri-ciri antena uniramus, mempunyai 2 pasang apendik badan.
Habitat Podocopa di laut dan air tawar. Contoh genus yang hidup di air tawar
adalah Cypris dan Cypricercus di air tawar dan Cythereis di laut.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Crustacea
Subclassis : Maxillopoda
Ordo : Podocopa
Genus : Cypris
Spesies : Barnacle cypris
Gambar 49. Barnacle cypris
macrocheira
3.3 Ciri-ciri Umum Ostracoda
 Lengan renangnya 2 pasang,
 Kulit mengandung zat kapur (potongan kapur yang tipis sedangkan jenis
lainnya kelihatan agak jernih),
 Mempunyai antenna,
 Berukuran 1 – 2 mm

Ostracod adalah krustasea dan dapat dengan mudah dikenali oleh kehadiran
dari karapas sebagai kerang bivalve yang memiliki takik antennal, ditutup oleh
otot adduktor, semua dari tujuh pasang pelengkap mampu ditarik di dalam
cangkangnya. Meski osrtracod tersegmentasi dengan kepala, thorax dan perut, tapi
hanya kepala yang penuh pelengkap anggota badan. Kepala sangat sedikit
didefinisikan dan tidak ada yang jelas. Segmentasi tubuh secara eksternal. Ada
pasangan yang berkembang dengan baik terlebih dahulu dan antena kedua, yang
kedua biasanya biramous. Terkadang antena bisa terlihat diekstrusi melalui takik
di depan. Ada sepasang mandibles dengan berkembang dengan baik, namun
jumlah pelengkap mandibula posterior berpasangan sangat berkurang. Pasangan
pertama biasanya disebut maxillae; di sebagian besar, tiga pasang terjadi di balik
ini. Tubuh berakhir dengan ekor berlipat ganda bernama furca.

58
Gambar 50. Anatomi umum Ostracoda (After Deevey 1968)

3.4 Ciri-ciri Khusus Ostracoda


Ostracoda memiliki antena yang panjang yang terdiri dari 6 atau 7 pasang
apendik yang beruas-ruas yaitu antena pertama, antena kedua, mandibel, maksila
pertama, maksila kedua, apendik thorax dan caudal furca. Antena ini digunakan
untuk membantu Ostracoda dalam berenang.
Ostracoda memiliki karapas berkeping dua yang menyatu di bagian
dorsal dan menutupi badan serta kepala. Karapas ada yang keras karena
mengandung zat kapur dan setiap kali molting akan diganti dengan yang baru.

59
Dibagian anterior terdapat sebuah mata nauplius. Mata majemuk hanya ada pada
ordo Myodocopida.

Beberapa ciri morfologis ostracods kadang-kadang tersimpan dalam


bentuk fosil dan telah digunakan dalam klasifikasi mereka. Karapas ostracod
biasanya berbentuk bulat telur, berbentuk ginjal atau berbentuk kacang, terbagi
menjadi katup kanan dan kiri, satu berada, biasanya sedikit lebih besar daripada
sebagian lainnya yang tumpang tindih, dan bergantung pada margin dorsal. Engsel
merupakan fitur penting dalam hal taksonomi dan klasifikasi. Empat jenis dasar
engsel dikenali:

 Engsel adont adalah yang paling sederhana, tanpa gigi atau soket, sering
membentuk bagian dari alur kontak pada katup yang lebih besar dan
punggungan yang sesuai pada katup yang lebih kecil.
 Engsel merodont terdiri dari gigi dan soket di setiap ujung struktur alur
atau ridge (struktur negatif dan positif komplementer di katup kiri dan
kanan).
 Engsel entomodont berbeda dari gaya engsel merodont dengan memiliki
bagian anterior anterior anterior dari elemen median groove / ridge.
 Engsel amphidont memiliki struktur median yang lebih kompleks dengan
gigi dan soket anterior.

60
Gambar 51. Diagram dari dua ostracods ideal yang berbeda. (Menunjukkan fitur
katup ostracod yang umum. Tampilan internal atas katup kiri, tampilan eksternal)
bawah vale kiri (After Home et. al. 1989)

3.5 Reproduksi Ostracoda


 Secara seksual ostracoda jantan memiliki dua penis, sesuai dengan dua
genital, atau gonopores pada betina.

 Sperma jantan berukuran besar, dan melingkar dalam testis sebelum


kawin; dalam beberapa kasus, sperma bisa sampai enam kali panjang
ostracoda jantan itu sendiri.

 Kawin biasanya terjadi selama berkoloni, dengan sejumlah besar betina


berenang untuk bergabung dengan jantan.

61
Ostracods menunjukkan dimorfisme seksual, yaitu jantan dan betina dari spesies
yang sama memiliki karapas dengan ukuran dan bentuk yang berbeda. Mereka
tumbuh dengan moulting hingga sembilan tahap pertumbuhan (instar). Karena
dimorfisme seksual ini dan variasi onkogenik dari asupan ostracod harus
dilakukan dengan taksonomi, karena satu spesies dapat memiliki serangkaian
tahap remaja serta dua morfotipe dewasa.

3.6 Habitat dan Contoh Spesies Ostracoda


Ostracod terdapat pada perairan tawar dan juga laut. Ostracods air tawar
pada umumnya cenderung memiliki karkas berbentuk kacang sederhana yang
halus dan kurus. Mereka memakan berbagai macam makanan termasuk diatom,
bakteri dan detritus. Ostracodger Pelagic juga cenderung memiliki cangkang tipis
dan mulus dan mungkin memiliki pelengkap atau serbaguna berenang yang kuat
yang telah menyebabkan terbentuknya rostral incisures di anterior karapas
sehingga memungkinkan pergerakan yang lebih bebas dari pelengkap ini.

Contoh spesies yang hidup di laut:

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Crustacea
Subclassis : Ostracoda
Ordo : Myodocopa
Genus : Cypridina
Spesies : Cypridina hilgendorfii

Gambar 52. Cypridina hilgendorfii


macrocheira
Contoh spesies yang hidup di air tawar:

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Crustacea
Subclassis : Ostracoda
Ordo : Podocopa
Genus : Cypricercus
Spesies : Cypricercus sp. Gambar 53. Cypricercus
sp. macrocheira

62
3.7 Peranan Ostracoda
 Objek alternatif untuk studi mikropaleontologi
 Hewan yang tergolong zooplankton menjadi sumber makanan ikan, misal
anggota Ostracoda dan Copepoda

63
BAB VI
COELENTERATA

3.8 Pendahuluan
Secara umum, Coelenterata (Cnidaria) adalah hewan invertebrata yang
mempunyai rongga dengan bentuk tubuh seperti tabung dan mulut yang
dikelilingi oleh tentakel. Pada saat berenang, mulut coelenterata menghadap ke
dasar laut. Tubuh Coelenterata (hewan berongga) adalah terdiri atas jaringan luar
(eksoderm) dan jaringan dalam (endoderm) serta sistem otot yang membujur dan
menyilang (mesoglea). Istilah Coelenterata berasal dari bahasa Yunani dari kata
Coeles yang berarti rongga dan interon yang berarti usus. Funggsi rongga tubuh
pada Coelenterata adalah sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler).

Coelenterata lebih dikenal dengan sebutan Cnidaria. Istilah Cnidaria berasal


dari bahasa Yunan dari kata cnida yang berarti penyengat karena sesuai dengan
namanya cnidaria yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat terdapat pada
tentakel yang ada disekitar mulut. Contoh Coelenterata (Hewan berongga) adalah
ubur-ubur, hydra, dan anemon laut. Cnidaria terdiri dari klas Hydrozoa,
Scypozoa, dan Anthozoa. Hanya pada kelas Hydrozoa, dimana Hydra juga
termasuk dan terdiri dari spesies-spesies berupa ubur-ubur kecil yang hidup
sebagai plankton (Sachlan 1982).

3.9 Ciri-ciri Umum Coelenterata


1) Hewan bersel banyak (multiseluler)
2) Tubuh radial simetris (2 lapis sel), ektoderm dan endoderm. Diantaranya
ada rongga (mesoglea)
3) Bentuk seperti tabung (polip) dan seperti mangkok (medusa)
4) Di atas tubuh terdapat mulut dan tentakel untuk menangkap mangsa dan
bergerak. Tentakel punya sel racun (knidoblast) atau sel penyengat
(nematosis)
5) Punya rongga gastrovaskuler untuk pencernaan

64
6) Mengalami metagenesis (pergiliran keturunan), vegetatif pada fase polip
dan generatif pada fase medusa
7) Polip Umumnya hidup soliter (sendiri), tapi ada pula yang membentuk
koloni. Melekat pada dasar perairan, tidak dapat bergerak bebas. Tubuh
atas membesar, di alamnya terdapat rongga gastrovaskuler yang fungsinya
sebagai usus. Di bagian atas terdapat mulut dan tentakel untuk menangkap
mangsa. Polip merupakan fase vegetatif pada coelenterata.
8) medusa Fase medusa merupakan fase generatif (seksual), dimana pada
fase ini menghasilkan sel telur dan sel sperma. Medusa dapat melepaskan
diri dari induk dan berenang bebas di perairan. Bentuknya seperti payung
dan punya tentakel yang melambailambai. Biasa menamakannya dengan
uburubur
3.10 Klasifikasi dan Ciri KhususCoelenterata
Termasuk dalam filum Cnidaria yang holoplanktonik ialah ubur-ubur dari
kelas Hydrozoa dan Scypozoa, serta koloni-koloni yang kompleks dan aneh
dikenal dengan nama sifonofora. Ubur-ubur dari kelas Scypozoa merupakan
organisme plankton terbesar dan kadang-kadang terdapat dalam jumlah besar
(Nybakken 1992).

a. Hydrozoa

Sebagian besar spesies hydrozoan memiliki stadium larva planktonik yang


disebut planula. Planulae adalah ovo simetris radial, sering ditutup dengan sel
flagel untuk berenang. Mereka mungkin embrio sangat sederhana atau memiliki
sel yang dibedakan menjadi beberapa jenis. Planulae paling sering menetap pada
substrat bentik dan berkembang menjadi polip.

Hydrozoa hidup sebagai polip, medusa, atau keduanya. Gastrodermis


Hydrozoa tidak mengandung nematosista. Polip hidup secara soliter atau
berkoloni. Pada saat polip soliter H ydra membentuk tunas, tunas yang telah
memiliki mulut dan tentakel akan lepas dari induknya. Namun pada polip koloni
seperti O belia , tunastunas tetap menempel pada induknya dan saling

65
berhubungan, disebut koloni hidroid. Koloni hidroid menetap di suatu tempat
dengan hidroriza, yaitu percabangan horisontal (mirip akar) yang tertanam di
dalam substrat. Hydrozoa memiliki dua macam alat indra, yaitu oseli sebagai
pengindra cahaya dan statosista sebagai alat keseimbangan. Beberapa medusa
menunjukkan gerak fototaksis negatif (menjauhi sinar), namun ada pula yang
fototaksis positif (mendekati sinar).

Hampir semua hydrozoans melindungi diri dengan cnidocysts mereka.


Beberapa spesies kolonial memiliki polip khusus yang menumbuhkan tentakel
besar yang dipersenjatai dengan baterai padat dari sel-sel yang menyengat ini atau
tumbuh duri besar yang keras. Banyak polip kolonial mengeluarkan lapisan
pelindung yang kaku di atas stolon dan tabung polip. Lapisan ini sering dibuat
dari kitin, beberapa kelompok menghasilkan kerangka mineral. Medusa berenang
bebas tidak bisa menggunakan perlindungan yang kaku, tapi bunuh diri dengan
sel-sel yang menyengat. Ada bukti bahwa beberapa juga mengandung senyawa
beracun yang mencegah predator untuk memakannya. Kebanyakan medusa
hydrozoan juga mengikuti pola migrasi diel yang umum terjadi pada banyak
organisme planktonik - tenggelam di bawah batas penetrasi cahaya untuk
menghindari pemangsa visual di siang hari, dan kemudian naik ke permukaan
pada malam hari dalam mengejar mangsa.

Hydromedusae biasanya dikelompokkan menjadi 5 Ordo: Anthomedusae,


Leptomedusae, Limnomedusae, Narcomedusae dan Trachymedusae.
Anthomedusae dan Leptomedusae dicirikan oleh fase sessile (terlampir) dari
siklus hidup yang dikenal sebagai polip, atau hidroid. Fase hidroid menghasilkan
medusae, walaupun banyak spesies dalam dua ordo ini tidak menghasilkan
medusa berenang bebas. Anthomedusae cenderung memiliki bel yang lebih tinggi
daripadanya, dengan gonad terletak di perut. Semua kekurangan statokista, yaitu
struktur sensorik yang digunakan untuk keseimbangan dan orientasi. Pemberian
polip berakhir (dimana tentakel berada) tidak dilindungi oleh cangkir chitinized
(the theca), maka nama alternatifnya Athecata untuk ordo ini. Leptomedusae
biasanya memiliki bel yang lebih pipih, dengan gonad menempel pada kanal

66
radial. Sebagian besar memiliki statocyst di margin bel, dan beberapa memiliki
pigmen sensitif cahaya yang dikenal dengan ocelli. Ujung pakan dari polip
tertutup di dalam teka-teki, jadi Anda mungkin menemukan nama Thecata untuk
grup tersebut. Medusa dari sebagian besar spesies di dalam kelompok ini
menghuni perairan dekat pantai di dekat permukaan.

Limnomedusae adalah kelompok yang umumnya tidak mencolok, beberapa


di antaranya tinggal di habitat air tawar. Gonad mungkin menempel pada perut
atau di kanal radial. Polip, yang mungkin soliter dan bukan kolonial, kecil dan
bisa menghasilkan polip tambahan dengan tunas aseksual. Medusa diproduksi
oleh proses budding, dengan polip tersisa untuk menghasilkan lebih banyak
medusa.

Narcomedusae dan Trachymedusae kekurangan fase polip terlampir, dan


oleh karena itu dianggap memiliki siklus hidup holoplanktonik. Telur yang
dipupuk biasanya membentuk larva planktonik yang berkembang langsung ke
medusa. Diantara Trachymedusae larva ini dikenal sebagai aktinula, yang bebas
berenang dan menyerupai polip tanpa tangkai. Trachymedusae biasanya memiliki
bel lebih tinggi dari pada lebar dan memiliki gonad yang menempel pada kanal
radial. Statocyst biasanya terletak di bel. Tentacles cenderung panjang tapi sangat
rapuh, dan sering dipatahkan mengikuti koleksi. Narcomedusa dapat dibedakan
dengan tentakel padat yang relatif tebal yang berasal jauh di atas margin bel dan
mungkin berada di atas bel. Bel umumnya dibentuk oleh mesoglea kaku dengan
tepi bergigi. Mereka juga menghasilkan larva aktinula, namun pada kebanyakan
spesies, masing-masing aktinula memuncaki sejumlah orang lain sebelum berubah
menjadi bentuk tubuh orang dewasa.

Kingdom : Animalia
Phylum : Cnidaria
Class : Hydrozoa
Order : Limnomedusae
Family : Olindiidae
Genus : Maeotias
Genus : Maeotias sp.
Gambar 54. Maeotias sp.

67
b. Scyphozoa

Scyphozoa (Yunani, skyphos = mangkuk, zoon hewan) hidup di laut dan


merupakan ubur-ubur sejati, karena medusa merupakan bentuk dominan dalam
siklus hidupnya. Pada umumnya medusa berenang bebas, berbentuk seperti
payung dengan diameter 2 – 40 cm, bahkan ada yang mencapai 2 m. Medusa
berwarna menarik, seperti jingga, kesumba, atau kecoklatan. Ordo Stauromedusae
(Lucernariida) memiliki medusa yang bertangkai pada bagian aboral dan sesil atau
menempel pada ganggang dan benda lainnya. Ada Scyphozoa yang tidak memiliki
bentuk polip, misalnya P. elagia dan A. tolla . Namun ada pula yang memiliki
bentuk polip, tetapi berukuran kecil berupa s kifistoma, contohnya Aurelia .
Kelas ini dapat dibedakan dari hydromedusae dengan adanya proyeksi
nematocyst yang mengandung jari di perut (cirri lambung, yang juga ditemukan di
Cubozoa), beberapa kantong perut, sel-sel di mesoglea, dan tidak adanya lipatan
jaringan. Dikenal sebagai velum yang mengelilingi bagian dalam margin bel.
Nematocyst cirri lambung membantu menaklukkan mangsa yang mungkin masih
menendang. Cirri juga mensekresikan enzim pencernaan dan memiliki sel yang
berfungsi untuk menyerap produk pencernaan. Sistem gastrovaskular yang
kompleks yang dilapisi dengan silia mengangkut air dan produk makanan dari
kantong perut, melalui saluran radial yang tidak bercabang ke kanal melingkar
yang mengelilingi bel berbunyi. Saluran interradial bercabang kemudian
membawa aliran kembali ke alur exhalant pada lengan lisan. Aliran ini melintasi
mesoglea mengangkut oksigen dan produk makanan ke semua jaringan. Makanan
yang tidak dicerna secara sempurna dapat dikonsumsi untuk pencernaan lengkap
oleh sel endodermal yang melapisi sistem gastrovaskular. Scyphomedusae
tetraradially simetris, yang berarti bahwa struktur tertentu, seperti kantong perut,
ditemukan dalam kelipatan empat. Jelly bulan, misalnya, memiliki empat perut
yang mudah terlihat.
Scyphozoans diklasifikasikan menjadi 3 ordo planktonik dan satu yang
sepenuhnya bentik. 3 ordo planktonik ialah Semaeostomeae, Coronates,
Rhizostomeae. Sedangkan ordo yang sepenuhnya bentik ialah Stauromedusae.

68
Ordo Semaeostomeae ditandai dengan jeli dengan lengan lisan berantai 4
atau lebih panjang dan margin bel bergigi. Tahap scyphistoma dengan produksi
medusa oleh strobilation juga khas. Ordo Coronates memiliki alur horisontal khas
yang mengelilingi payung (oleh karena itu nama untuk pesanan tersebut). Groves
vertikal sering meluas dari alur koronal sampai ke tengah lappet marjinal. Banyak
spesies koroner memiliki tentakel yang relatif kaku yang berada di atas bel.
Coronates juga berbeda dari semaeostomes dan rhizostomes pada retensi oleh
medusa dari septa vertikal yang ditemukan pada polip dari semua kelompok ini.
Ordo Rhizostomeae memiliki mulut pusat tertutup dan lengan lisan dilebur untuk
membentuk sistem saluran bercabang tertutup yang membentang banyak bukaan
mulut kecil. Mereka juga tidak memiliki tentakel marjinal marjinal dan dibatasi
untuk makan zooplankton kecil. Banyak spesies juga menggabungkan alga
simbiosis yang menyediakan sumber gizi. Ordo Stauromedusae tidak benar-benar
ubur-ubur planktonik. Mereka tidak memiliki tahap medusa yang berenang bebas,
dan sebaliknya hidup seperti bentuk bentik anemon yang menempel pada berbagai
substrat.
Scyphozoans, seperti semua Cnidaria, semuanya adalah karnivora dan
beberapa diantaranya adalah pengumpan filter. Banyak jeli yang lebih kecil
memakan partikel makanan yang terperangkap dari air sementara yang lebih besar
memangsa ikan atau invertebrata berenang.

Phylum : Cnidaria

Class : Scyphozoa

Order : Semaeostomeae

Family : Ulmaridae

Genus : Aurelia
Gambar 55. Aurelia
Species : Aurelia sp. sp..

69
Gambar 56. Struktur Tubuh Ubur-ubur
c. Cubozoa
Cubozoa dahulu dimasukkan dalam golongan Scyphozoa, setelah ditemukan
perbedaan yang mendasar dengan kelompok Scyphozoa, kemudian dijadikan
kelas tersendiri. Perbedaan tersebut adalah Cubozoa mengalami metamorfosis
lengkap dari polip hingga medusa payung (tubuh) berbentuk kotak, dan memiliki
lensa mata yang kompleks. Cubozoa merupakan uburubur sejati. Medusa
berbentuk lonceng dengan empat sisi datar, sehingga berbentuk mirip kubus.
Tinggi lonceng mencapai 17 cm, jumlah tentakel empat buah atau empat rumpun
dengan panjang mencapai 2 m. Cubozoa mampu berenang cepat secara horisontal,
dengan bagian aboral sebagai anteriornya. Cubozoa hidup di laut tropis dan
subtropis dengan makanan utama ikan.
Sesuai dengan nama kelompok, bel dari jeli tropis ini memang agak berbentuk
kubus dengan 4 sisi yang rata. Kotak jeli cenderung transparan dan bisa sangat
sulit dilihat di air, bahkan dengan individu besar. Sebuah tentakel (atau kelompok
tentakel) berasal dari masing-masing dari 4 sudut. Salah satu aspek yang lebih
luar biasa dari jeli kotak adalah kepemilikan mata kompleks di masing-masing
dari 4 rhopalia yang memungkinkan mereka melacak benda yang bergerak dan
dengan cepat merespons perubahan intensitas cahaya. Dinding tubuh terdiri dari 3

70
lapisan. Lapisan yang paling luar adalah epidermis, lapisan yang paling dalam
merupakan gastrodermis yang membatasi rongga pencernaan, serta mesoglea yang
terletak di antara epidermis dan gastrodermis.

Polip jeli kotak dapat bereproduksi secara aseksual dengan membentuk polip
baru. Namun, mereka tidak mengalami strobilasi, dan sebaliknya masing-masing
berkembang secara langsung menjadi medusa kecil.

Gambar 57. Struktur Tubuh Cubozoa


d. Anthozoa
Anthozoa (Yunani, anthos = bunga, zoon = hewan) merupakan hewan laut
yang memiliki bentuk mirip bunga. Anthozoa hidup sebagai polip soliter atau
berkoloni dan tidak memiliki bentuk medusa. Karena Anthozoa merupakan
meroplankton maka hanya pada stadia larva saja yang merupakan zooplankton.

71
Gambar 58. Tube Anemone Larva (Sumber :
https://australianmuseum.net.au/image/tube-anemone-larva)

Berikut adalah struktur polip dan medusa.

Gambar 59. Polip dan Medusa

3.11 Reproduksi Coelenterata


Reproduksi hewan yang termasuk filum Coelenterata dilakukan dengan 2 cara
yaitu:

a. Reproduksi Aseksual (Vegetatif)

Dilakukan dengan membentuk kuncup pada kaki pada fase polip. Makin lama
makin besar, lalu membentuk tentakel. Kuncup tumbuh disekitar kaki sampai
besar hingga induknya membuat kuncup baru. Semakin banyak lalu menjadi
koloni.

72
Gambar 60. Siklus Hidup Coelenterata

b. Reproduksi Seksual (Generatif)

Dilakukan dengan peleburan sel sperma dengan sel ovum (telur) yang terjadi
pada fase medusa. Letak testis di dekat tentakel sedangkan ovarium dekat kaki.
Sperma masak dikeluarkan lalu berenang hingga menuju ovum. Ovum yang
dibuahi akan membentuk zigot. Mula-mula zigot tumbuh di ovarium hingga
menjadi larva. Larva bersilia (planula) berenang meninggalkan induk dan
membentuk polip di dasar perairan.

3.12 Habitat dan Contoh Spesies Coelenterata


Coelenterate hidup bebas secara heterotroph dengan memangsa plankton
dan hewan hewan kecil di air, mangsa menempek pada knodosit dan ditangkap
oleh tentakel untuk dimasukkan ke dalam mulut. Habitat coelenterata seluruhnya
hidup di air, baik di laut maupun di air tawar, sebagian besar hidup dilaut secara
soliter atau berkonloni, ada yang melekat pada bebatuan atau benda lain di dasar
perairan san ridak berpindah untuk bentuk polip, sedangkan bentuk medusa dapat
bergerak bebas melayang di air.

73
Gambar 61. Aequorea victoria

Hydrozoa berspesies Aequorea victoria ini merupakan salah satu spesies dari
coelenterate yang hidupnya medusa yang berhabitat di laut

Gambar 62. Craspedacusta sowerbii

Hydrozoa berspesies Craspedacusta sowerbii ini merupakan salah satu spesies


dari coelenterate yang hidupnya medusa dan berhabitat di air tawar

3.13 Peranan dan Dampak Coelenterata


Selain makanan bagi biota-biota perairan, Coelenterata mempunyai
banyak peranan dalam ekosistem laut yaitu sebagai penghias dasar laut.
Keberadaan Coelenterata seperti halnya ubur-ubur (Aurelia) dengan tubuhnya
yang transparan dan dapat mengeluarkan cahaya sendiri sehingga terlihat bersinar
di perairan gelap. Juga mampu menambah keunikan dan keindahan ekosistem
diperairan laut.

74
Disamping itu Coelenterata juga mampu membentuk terumbu karang
sehingga berfungsi sebagai tempat berlindung dan berkembang biak berbagai jenis
ikan dan melindungi pantai dari hempasan ombak yang dapat menyebabkan
abrasi.

Namun, beberapa spesies para perenang karena sengatan nematosistanya


dapat menyebabkan luka yang sulit disembuhkan, bahkan ada yang dapat
menyebabkan kematian dalam waktu 3 – 20 menit. Contohnya C hironex fleckeri
(sea wasps ) di perairan IndoPasifik.

75
BAB VII
NEMATODA

4.1 Pendahuluan
Nematoda adalah cacing yang berbentuk bulat panjang (gilik) atau seperti
benang. Istilah Nematoda berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata
yaitu nema yang berarti berenang dan ode yang berarti seperti. Nematoda
merupakan heawn tripoplastik dan pseudoselomata (berongga tubuh semu).
Nematoda merupakan jenis zooplankton yang termasuk meroplankton dan
kebanyakan hidup pada air tawar. Nematoda kadang ditemukan sebagai plankton
dan mungkin merupakan spesies hidup bebas yang telah terbawa dari dasar laut
dengan pencampuran bergolak. Namun, mereka mungkin hadir karena telah
terlepas dari organisme zooplanktonik, yang banyak di antaranya merupakan host
perantara nematoda parasit.

4.2 Klasifikasi Nematoda


Kebanyakan nematoda adalah parasit, namun terdapat beberapa nematoda
nonparasit yang hidup secara bebas. Morfologi dari nematodanematoda non
parasit ini hampir sama dengan morfologi nematoda parasit. Perbedaan pokok
antara keduanya terletak pada bentuk dan susunan alat mulutnya. Alat mulut pada
nematoda non parasit berbentuk seperti corong yang terbuka lebar dan tidak
memiliki alat penusuk (stylet) seperti halnya pada nematoda parasit. Nematoda
nonparasit kebanyakan hidup dengan memakan bahanbahan organik (sebagai
nematoda saprofag). Salah satu nematoda nonparasit, yakni Rhabditis sp.
Merupakan nematoda saprofag yang termasuk dalam ordo Rhabditida.

Phylum: Nematoda
Class: Chromadorea
Order: Rhabditida
Family: Rhabditidae
Genus: Rhabditis
Species: Rhabditis sp. Gambar 63. Rhabditis sp.

76
Nematoda memiliki beberapa kelas yakni Adenophorea, Chromadorea, Enoplea, ,
dan Secernentea.

a. Adenophorea

Adenphorea selalu post-labial, bentuk, pori-seperti untuk menguraikan. Deirids


tidak terlihat.Adenphorea umumnya tidak memiliki fasmid. Sistem ekskretoris
non-tubular sederhana. Ia memiliki Tiga kelopak ekor biasanya dibuka melalui
spinneret di ujung ekor dan umumnya ada lima kelenjar esofagus. Papila
sensorisnya terdapat di daerah cephalic dan sepanjang tubuh.

b. Chromadorea

Anggota badan kelas ini biasanya memiliki annulus, amfoid mereka menguraikan
dan spiral, dan mereka semua memiliki tiga kelenjar esofagus. Mereka biasanya
tinggal di sedimen laut, meski bisa tinggal di tempat lain. Mereka memiliki
pharynx yang lebih canggih daripada kebanyakan cacing gelang.

c. Enoplea

The enoplean esophagus berbentuk silindris atau "berbentuk botol", dibandingkan


dengan esofagus chromadorean bulb. Enopleans memiliki amfoid seperti saku,
sementara chromadore memiliki amfoid berbentuk seperti celah, pori-pori,
gulungan, atau spiral. Enoplean halus atau ditandai dengan garis-garis halus,
sementara chromadorean mungkin memiliki cincin, proyeksi, atau setae. Sistem
ekskretoris enoplean sederhana, kadang terdiri dari satu sel, sementara
chromadore memiliki sistem tubular yang lebih kompleks, terkadang dengan
kelenjar.

d. Secernentea

Secernentea adalah kelas utama nematoda, ditandai dengan banyak papila ekor
dan sistem ekskresi memiliki kanal lateral. Seperti semua nematoda, mereka tidak
memiliki sistem peredaran darah atau pernapasan.

77
4.3 Ciri-ciri Umum Nematoda
1) Bentuk tubuhnya silindris memanjang, kecuali pada jenis betina genera
tertentu bentuk tubuhnya menggelembung seperti kantung, buah jeruk,
atau buah peer.
2) Tubuhnya tidak bersegmen (unsegmented).
3) Merupakan hewan triploblastic, artinya dinding tubuhnya terdiri atas 3
lapisan blastula.
4) Tubuhnya simetris bilateral.
5) Termasuk binatang "pseudocoelomate" atau ”false cavity” artinya
mempunyai rongga tubuh semu.
6) Tubuhnya transparan (tembus cahaya), jika terlihat berwarna adalah warna
makanannya.
7) Mempunyai semua organ fisiologi, kecuali organ respirasi dan organ
sirkulasi.
8)

4.4 Ciri-ciri Khusus Nematoda


Nematoda ditandai oleh penampilan seperti tabung panjang yang tidak
memiliki kepala atau ekor yang berbeda secara visual. Dengan kata lain, mereka
memiliki kepala dan ekor, sangat sulit untuk membedakan ujungnya. Fitur unik
kedua dari filum ini adalah kutikula, disekresikan oleh lapisan sel kulit. Kutikula
adalah lapisan luar yang kuat namun fleksibel yang berfungsi untuk mendukung
dan melindungi cacing, membantu gerakan, dan membantu mempertahankan
tekanan internal yang memberi cacing pada bentuknya yang khas.

Nematoda memiliki morfologi yang bervariasi, sehingga sulit untuk


memberikan gambaran universal, namun bentuk cacing seperti biasa sangat khas.
Salah satu karakteristik pemersatu yang membuat filum unik adalah tidak adanya
silia atau flagella. Mereka secara bilateral simetris, biasanya transparan, tubuh
terbungkus dalam kutikula nonrellular yang kuat dan fleksibel yang mungkin
halus atau dengan striasi melintang. Organ rasa hadir pada kutikula dan di kepala,
biasanya panjang setae yang bisa banyak, atau papila lebih pendek. Kutikula

78
disekresikan oleh dan mencakup lapisan sel epidermis, di antaranya sel otot yang
berjalan dalam arah membujur saja, kontraksi yang mempengaruhi penggerak.
Karena tekanan hidrolik internal yang tinggi, kontraksi menyebabkan tubuh
melenturkan dan bukan merata, dan hewan bergerak dengan meronta-ronta maju
mundur. Rongga bukal, jika ada, berada pada ujung anterior, namun anus terbuka
sub-terminal di posterior, jadi ada ekor dengan panjang dan bentuk variabel di luar
anus. Rongga bukal memiliki bentuk yang sangat bervariasi, yang mencerminkan
metode pemberian makan yang berbeda dan mungkin dipersenjatai gigi atau
proyeksi lainnya. Beberapa nematoda memiliki pigmen berpelindung, atau ocelli
sejati dengan struktur mirip lensa, pada atau di kerongkongan anterior. Sekitar
setengah jalan di sepanjang kerongkongan adalah cincin saraf. Antara usus dan
dinding tubuh adalah pseudocoelom yang mengandung cairan dimana organ
reproduksi berada.

Gambar 64. Struktur tubuh Nematoda secara umum

4.5 Reproduksi Nematoda


Nematoda bereproduksi secara seksual. Umumnya diesis atau gonokoris,
yaitu organ kelamin jantan dan betina yang terdapat di individu berbeda.
Fertilisasi terjadi secara internal di dalam tubuh cacing betina. Telur yang sudah
dibuahi memiliki cangkang yang tebal dan keras.

Sebagian besar nematoda dioecious dan pembuahannya adalah dengan


kopulasi. Betina mungkin memiliki satu atau dua indung telur dan, tergantung
pada jumlah dan susunannya, pori reproduksi mungkin berada di tengah jalan di
sepanjang tubuh, atau lebih dekat ke anus. Laki-laki biasanya memiliki dua testis
dan pembuahan terjadi ketika laki-laki, menggunakan duri khusus kopulasi yang

79
terletak pada lubang kantung ke dalam pori reproduksi, membuka saluran
reproduksi betina dan menyuntikkan sperma ke dalamnya. Sperma itu unik karena
mereka tidak memiliki flagella dan bergerak dengan pseudopodia, seperti
amoebas.

Perkembangan telur yang telah dibuahi biasanya langsung dan sebagian


besar spesies laut memiliki siklus hidup sederhana - sebutir telur, kemudian 4
instar muda sebelum mereka menjadi jantan dewasa dan betina. Beberapa spesies
bersifat vivipar, telur menetas di rahim. Spesies parasit telah mengembangkan
berbagai variasi pada tema dasar ini. Variasi tergantung pada apakah ada host
sekunder dan jumlah waktu yang dihabiskan di salah satu atau kedua host. Ada
juga variabilitas yang cukup besar dalam cara mereka berpindah dari satu spesies
inang ke spesies lainnya. Banyak spesies bertelur yang keluar dari induk utama
dengan kotoran dan dimakan oleh tuan rumah sekunder, yang kemudian dimakan
oleh induk utama setelah nematoda dikembangkan. Karena tidak selalu dapat
diprediksi bahwa host sekunder akan dimakan seperti larva nematoda telah
berkembang menjadi tahap infektif, banyak spesies memiliki kemampuan untuk
memasukkan diri mereka ke dalam otot atau kutikula host sekunder mereka.

Nematoda memiliki siklus hidup yang rumit, berbeda-beda


tergantung pada spesies (Yanong 2008) dan melibatkan inang antara invertebrata.
Organisme yang mengandung stadium dewasa kelamin dari cacing nematoda ini
dikenal sebagai induk semang definitif, sedangkan organisme yang hanya
dibutuhkan untuk melengkapi siklus hidup cacing ini tetapi tidak mengandung
stadium dewasa kelamin cacing dikenal sebagai induk semang antara (Yanong
2008).
Noga (1996) menyatakan bahwa ikan merupakan induk semang antara
sekaligus induk semang definitif bagi perkembangan cacing nematoda. Secara
umum, di dalam tubuh ikan, cacing nematoda memiliki lima stadia dalam siklus
hidupnyayang dipisahkan oleh empat kali pergantian kulit (moulting) (Buchmann
& Bresciani 2001).

80
Yanong (2008) membagi siklus hidup nematoda menjadi dua kategori
utama, yaitu siklus hidup langsung dan tidak langsung. Siklus hidup langsung ,
dimana ikan bertindak sebagai induk semang definitif bagi nematoda dan tidak
diperlukan induk semang antara sehingga infeksi dapat langsung disebarkan
secara langsung dari satu ikan ke ikan lain melalui telur atau larva infektif yang
termakan.
Jika nematoda memiliki siklus hidup tidak langsung (Gambar 3), telur
ataularva akan dikeluarkan ke dalam air dan selama proses perkembangannya,
larva yang belum dewasa ini setidaknya akan melewati dua organisme yang
berbeda yang salah satunya adalah ikan.

Menurut Yanong (2008), siklus hidup tidak langsung nematoda


dapat dibagi lagi menjadi dua subkategori dimana ikan berperan sebagai induk
semang definitif atau sebagai induk semang antara. Siklus hidup tidak langsung
dimana ikan merupakan induk semang definitif, apabila cacing nematoda
memasuki organisme lain diluar ikan yang pada umumnya adalah invertebrata air
seperti golongan kopepoda atau larva insekta yang di dalamnya akan terjadi tahap
perkembangan sebelum cacing dimakan oleh ikan. Ketika dimakan oleh ikan yang
tepat, cacing akan mencapai kematangan kelamin dan akan bereproduksi di dalam
ikan. Siklus hidup tidak langsung dimana ikan merupakan induk semang antara
terjadi apabila nematoda hanya menggunakan ikan sebagai perantara sebelum
memasuki induk semang definitifnya yaitu organisme lain pemakan ikan seperti
ikan yang lebih besar, burung atau mamalia air lainnya.

81
Gambar 65. Reproduksi Nematoda

4.6 Habitat dan Contoh Spesies Nematoda


Nematoda banyak hidup bebas di alam dan mempunyai daerah penyebaran
yang luas, mulai daerah kutub yang dingin, padang pasar, sampai ke laut yang
dalam. Nematoda sangat mudah ditemukan di laut, air tawar, air payau maupun
tanah. Nematoda hidup bebas dengan memakan sampah organik, bangkai, kotoran
hewan, tanaman yang membusuk, ganggang, jamur, dan hewan kecil lainnya.

Gambar 66. Mesacanthoides sp.

Mesacanthoides sp. merupakan contoh nematode yang berhabitat di laut.

82
Gambar 67. Wuchereria bancrofti

Wuchereria bancrofti merupakan contoh nematode yang bersifat parasitic tetapi


hidup di air tawar.

4.7 Peranan dan Dampak Nematoda


Banyak nematoda yang hidup bebas dan memainkan peran penting
ekologis sebagai dekomposer dan predator pada mikroorganisme. Banyak cacing
Nemathelminthes yang merugikan, karena parasit pada manusia dan hewan dapat
menyebabkan ascariasis, filariasis, trichinosis, dan anemia.

Banyak Nematoda yang hidup sebagai endoparasit di dalam tubuh ikan .


nematoda dapat menginfeksi berbagaispesies ikan baik ikan air tawar maupun
ikan laut dimana dalam jumlah kecil sering ditemukan pada ikan yang sehat dan
tidak menunjukkan gejala penyakit yang khas namun ikan yang terinfeksi akan
mengalami penurunan produktifitas. Dalam lingkungan perairan, ikan dapat
terinfeksi nematoda jika memakan ”makanan” hidup yang mengandung larva
infektif nematoda atau jika ikan tersebut berperan sebagai inang antara atau yang
membawa larva infektif nematoda yang pada akhirnya nematoda dapat ditularkan
secara langsung dari satu ikan ke ikan yang lain.

Jenis-jenis nematoda yang kerap menyerang ikan adalah Trichuridea sp.,


Heteroceilidae sp., Camallanus sp., dan Spinitectus sp. Gejala yang kerap muncul
bila ikan terserang penyakit ini adalah ikan menjadi kurang nafsu makan, terjadi
implamasi, hemoragik, pembengkakan di perut, produksi lendir secara berlebihan,
atau mengalami kerusakan fisik lainnya.

83
BAB VIII
ANNELIDA

3.1 Pendahuluan
Annelida adalah kelompok hewan dengan bentuk tubuh seperti susunan
cincin, gelang-gelang atau ruas-ruas. Istilah kata Annelida berasal dari bahasa
Yunani dari kata annulus yang berarti cincin, dan oidos yang berarti bentuk.
Annelida merupakan cacing dengan tubuh bersegmen, tripoblastik dengan rongga
tubuh sejati (hewan selomata) dan bernapas melalui kulitnya.

Annelida ini cukup banyak terdapat sebagai meroplankton di laut. Di


perairan air tawar jenis Annelida ini hanya terdapat lintah (ordo Hirudinae) dan
dapat menjadi parasit pada ikan-ikan yang dipelihara di kolam. Banyak
meroplankton dari Annelida ini terdapat di pantai-pantai yang subur, seperti
halnya meroplankton dari Crustacea. Larva- larva Annelida bernama trochophore
larva, jika baru keluar dari telur, berbentuk bulat atau oval, besilia dan mempunyai
tractus digesvitus agar di lautan bebas dapat memakan nanoplankton dan detritus
yang halus ( Sachlan 1982).

3.2 Klasifikasi Annelida


Berdasarkan ciri-ciri rambut (seta) pada tubuhnya, filum Annelida dibedakan
menjadi tiga kelas, yaitu:
1 Kelas Polychaeta
Polychaeta (Yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku) merupakan
Annelida yang memiliki banyak seta (rambut). Sebagian besar Polychaeta
hidup di laut, namun beberapa jenis hidup di air payau dan air tawar. Ada
Polychaeta yang hidup sebagai karnivor dengan memakan invertebrata kecil,
sebagai herbivor dengan memakan ganggang, dan pemakan endapan dengan
cara menelan lumpur yang mengandung bahan organik.

84
2 Kelas Oligochaeta
Oligochaeta (Yunani, oligos = sedikit, chaetae = rambut kaku) merupakan
Annelida yang memiliki sedikit seta (rambut). Sebagian besar Oligochaeta
hidup di air tawar, namun ada pula yang hidup di air laut, dan air payau.
3 Kelas Hirudinea
Hirudinea biasa disebut lintah. Tubuh lintah tidak memiliki parapodia maupun
seta. Lintah memiliki dua buah alat pengisap yang terletak di bagian anterior
dan posterior untuk menempel pada inangnya. Lintah hidup secara ektoparasit
sementara pada tubuh inang.
Meskipun filum Annelida dibedakan menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta,
Oligochaeta, dan Hirudinea. Tetapi hanya satu kelas yang tergolong pada
zooplankton yaitu polychaeta,sedangkan untuk oligocheta dan hirudinea tergolong
hewan bukan plankton. Polychaeta adalah kelas cacing annelida yang umumnya
hidup di laut, sebagian juga ditemukan di sungai dan danau (air tawar) dan
sebagian lainnya ditemukan di darat (terrestrial). Seluruh permukaan tubuh
polychaeta mengandung rambut-rambut kaku atau setae yang dilapisi kutikula
sehingga licin dan kaku. Tubuhnya berwarna menarik, seperti ungu kemerah-
merahan. Setiap segmen tubuh polychaeta dilengkapi dengan sepasang alat gerak
atau alat berenang yang disebut parapodia, pada cacing yang bergerak aktif
(Errantia), tetapi pada cacing yang relatif lamban bergerak (Sedentaria) tidak
memiliki parapodia. Parapodia berperan sebagai alat pernapasan. Ukuran tubuh
polychaeta sebagian besar berukuran 510 cm, tetapi ada yang kurang dari 1 mm
(misalnya Diurodrilus ) dan ada juga yang mencapai 3 m (misalnya Namalycastis
rhodochorde ). Cacing ini tidak mempunyai sadel (klitelum) seperti pada cacing
tanah (oligochaeta). Polychaeta memiliki kelamin terpisah dan ada yang
hermaprodit. Perkembangbiakannya dilakukan dengan cara seksual dan aseksual.
Pembuahannya dilakukan di luar tubuh dan ada yang di dalam tubuh. Telur yang
telah dibuahi tumbuh menjadi larva yang disebut trakofor. Sebagian besar,
polychaeta hidup secara bebas (free living), tetapi juga ada yang bersifat parasit
pada hewan lain, misalnya Polydora dari famili Spionidae. Contoh jenis

85
Polychaeta antara lain, cacing sorong, cacing wawo, cacing palolo, dan cacing
nipah.

Phylum : Annelida

Class : Polychaeta

Subclass : Palpata

Order : Canalipalpata

Suborder : Spionida

Family : Magelonidae

genus : Mageloni
Gambar 68. Mageloni sp.
Spesies : Mageloni sp.

Gambar 69. Struktur Tubuh Polychaeta

3.3 Ciri-ciri Umum Annelida


1) Annelida adalah keluarga cacing besar yang tubuhnya memiliki
segmen.
2) annelida planktonik mempunyai ukuran tubuh 40 mm.
3) Dinding tubuh yang dilapisi epidermis dengan kutikula tipis yang
disekreksikan oleh sel epidermal.
4) Dinding tubuhnya terdiri dari otot yang tersegmen dan berkembang
dengan baik yang digunakan untuk pergerakan merangkak dan
berenang.

86
5) Kebanyakan annelida memiliki bulu eksternal yang pendek dikenal
dengan nama setae, tersusun darikitin.

3.4 Ciri-ciri Khusus Annelida


1) Terdiri dari cacing berbuku-buku/bersegmen dengan sekitar 15.000 spesies
modern, seperti cacing tanah, pacet, dan lintah. Perkembangan buku-buku
badan ini memungkinkan adanya pembentukan fungsi yang berbeda dalam
ruas badan (segmentasi) yang berbeda.
2) Memiliki coelom yang besar untuk mengakomodasi organ dalam yang
lebih kompleks.
3) Filum ini dapat ditemukan di sebagian besar lingkungan basah, seperti air
tawar dan di laut.
4) Umumnya hidup bebas, meskipun ada juga yang bersifat parasit.
5) Panjang anggotanya mulai dari di bawah satu milimeter sampai 3 meter.T
6) Tahapan larva berlangsung beberapa jam sampai beberapa minggu.
7) Tahap berenang modifikasi pada pria dewasa atau betina.
8) Spesies holoplanktonik pelagis yang benar-benar transparan (misalnya
Tomopteridae).
9) Adanya selom yang oleh septum-septum transversal dibagi menjadi
komparten-komparten.
10) Mempunyai sistem ekskresi, digesti, saraf, dan reproduksi yang majemuk.
Sistem tersebut bersifat metamerik baik seluruhnya atau sebagian.
11) Sistem perototan diatur segmental. Sebagian besar annelida mempunyai
sistem pembuluh yang didalamnya terdapat darah yang bersirkulasi.
12) Sifatnya diesus, atau hermafrodit,walaupun pada beberapa jenis terjadi
reproduksi aseksual.
13) Menghasilkan larva yang bersilia dan disebut larva trokofor.

3.5 Reproduksi Annelida


Annelida memiliki sistem perkembangbiakan secara seksual. Satu
Annelida mempunyai 2 alat kelamin yaitu jantan dan betina (hermafrodit), tetapi
reproduksi secara aseksual tetap membutuhkan dua individu yang akan mengatur
dirinya sedimikian rupa sehingga dapat menukarkan sperma. Lalu, dari hasil
sperma tersebut, akan dilepas dari kepala cacing, tinggal dan berkembang dalam

87
tanah. Sebagian annelida bereproduksi secara aseksual dengan fragmentasi diikuti
dengan regenerasi.

Gambar 70. Reproduksi Annelida (Polychaeta)

3.6 Habitat dan Contoh Spesies Annelida


Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit
dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia.Habitat annelida umumnya
berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang segaian hidup di tanah
atau tempat-tempat lembap. Annelida hidup diberbagai tempat dengan membuat
liang sendiri.

Kingdom: Animalia

88
Phylum: Annelida

Class: Polychaeta

Order: Aciculata

Family: Tomopteridae

Genus: Tomopteris sp. Gambar 71. Tomopteris sp.

Tomopteris sp. merupakan salah satu annelida yang berhabitat di air laut.

Gambar 72. Aeolosoma hemprichi

Aeolosoma hemprichi merupakan annelida yang berhabitat di air tawar.

3.7 Peranan Annelida


Annelida dapat berperan negatif dan positif. Polydora mengebor cangkang
tiram sehingga menurunkan hargajual tiram. Annelida yang menguntungkan
manusia antara lain cacing palolo (Eunice viridis) dan wawo (Lysidice oele)
mengandung protein tinggi dan dapat dimakan. Tubifex untuk makanan ikan dan
burung. Pheretima dan Lumbricus terrestris adalah cacing tanah yang berfungsi
menggemburkan tanah sehingga menambah kesuburan tanah.

89
BAB IX
CHAETOGNATHA

4.1 Pendahuluan
Chaetognatha merupakan filum dalam dunia hewan yang seluruh hidup di
laut. Nama umum yang biasa dipakai untuk merujuknya adalah kaetognat
(chaetognath). Nama Chaetognatha itu sendiri berasal dari bahasa yunani kuno,
chaete = bulu kaku (bristle), dan gnathos = rahang, jadi keseluruhannya bermakna
“yang mempunyai rahang berbulu-kaku”. Nama itu diberikan padanya karena
memang ia mempunyai rahang yang bentuknya bagai bulu kasar dan kaku, yang
digunakannya untuk menangkap mangsanya. Rahang ini berupa sepasang
rangkaian bulu-kasar yang dapat dikuncupkan, sedangkan bila akan menerkam
mangsanya rahangnya dapat dimekarkan (Nontji 2008).

Chaetognatha adalah invertebrata laut dengan jumlah spesies relatif sedikit


tetapi sangat berperan terhadap jaring-jaring makanan di laut. Biota ini memiliki
ciri-ciri antara lain bentuk tubuh memanjang seperti torpedo, transparan, organ
berpasangan pada masing-masing sisi, memiliki bagian caudal yang memanjang
sirip dan kepala dengan sepasang mata dan sejumlah duri melengkung di
sekeliling mulut (Bambang 2004).

4.2 Klasifikasi Chaetognatha


Chaetognatha terdiri dari 2 kelas yaitu Archisagittoidea dan Sagittoidea.
Namun kelas yang paling dikenal adalah kelas Sagittoidea karena sejauh ini yang
berhasil diteliti lebih lanjut mengenai Chaetognatha hanyalah melalui kelas ini.
Selain itu juga, kelas Sagittoidea termasuk komponen plankton yang terbanyak
ditemui hidup di lautan tropik.

Sagittoidea adalah kelas dari Chaetognatha hidup (Chaetognatha) milik.


Mereka cacing laut invertebrata kecil. Kelas memiliki lebih dari 100 spesies, yang
antara 2 dan 120 milimeter. Sekitar 20% di antaranya ada di zona bentik laut.

90
Cacing panah adalah karnivora. Beberapa spesies diketahui menggunakan
tetrodotoxin neurotoxin untuk melumpuhkan mangsanya.

4.3 Ciri-ciri Umum Chaetognatha


1) Tubuh chaetognatha berbentuk seperti anak panah yang biasanya memiliki
2 pasang sirip lateral dan juga ekor.
2) Sebagian besar chaaetognatha memiliki tubuh luar yang transparan tanpa
adanya kutikula dan 2 lapisan sel.
3) Jaringan internal dan organ termasuk otot dan jaringan saraf, usus dan
struktur reproduksi akan terlihat melalui dinding tubuh.
4) Tidak terdapat sistem sirkulasi atau pertukaran gas, atau sistem ekskresi.
5) Tubuhnya jelas dibedakan menjadi bagian kepala, badan, dan ekor.
6) Jumlah dan bentuk kait bervariasi menurut spesies, jumlah meningkat dan
dan berkurangnya gigi dan kailtergantung pada usia.
7) Wilayah tubuh terkadang memiliki collarete yang memanjang dan terlihat.
8) Usus tidak memiliki pelengkap kecuali tonjolan lateral dan anterior yang
disebut diverticulaalimentary yang hanya ada di beberapa speises.

4.4 Ciri-ciri Khusus Chaetognatha


1) Chaetognaths termasuk dalam filum kelautan eksklusif yang biasa dikenal
sebagai cacing panah.

2) Kepala biasanya berbentuk bulat dan pipih, memiliki sistem otot yang
rumit.
3) Kail lebih panjang daripada gigi namun keduanya memiliki struktur yang
sama.
4) Terdapat banyak bagian struktural yang tidak biasa, seperti epidermis yang
berlapis lapis serta terdapat korona cilliata yang masih belum diketahui
fungsinya.

91
5) Mereka kebanyakan predator holoplanktonik pada copepoda dan krustasea
lainnya tapi ada beberapa bentuk bentik.
6) Kepala beruang 1 atau 2 baris duri tajam.
7) Posterior untuk ini adalah kelompok lateral yang dipasangkan dengan duri
yang menggenggam ('rahang').
8) Tubuh transparan menyandang satu atau dua pasang sirip lateral dan
ekornya memiliki sirip ekor.
9) Sagitta minima dapat dikenali dengan ukurannya yang kecil (sekitar 6
mm), dan ovarium pendek.
10) Sagitta serratodentata mencapai 17,5 mm.
11) Sagitta gazella mencapai 53 mm. Mereka dapat diidentifikasi berdasarkan
bentuk dan susunan sirip lateral.

Chaetognaths adalah hewan berbentuk dart transparan atau transparan yang


ditutupi oleh kutikula. Tubuh dibagi menjadi kepala, batang, dan ekor yang
berbeda. Ada antara empat dan empat belas duri menggenggam dan
menggenggam di setiap sisi kepala mereka, mengapit sebuah ruang depan yang
berisi mulut. Duri digunakan dalam berburu, dan ditutup dengan kap yang
fleksibel yang timbul dari daerah leher saat hewan itu berenang. Semua
chaetognaths adalah karnivora, mengincar hewan planktonik lainnya.

Trunk membawa satu atau dua pasang sirip lateral yang menggabungkan
struktur yang serupa dengan sirip ikan, yang tidak homolognya; namun: tidak
seperti vertebrata, ini terdiri dari membran dasar yang menebal yang membentang
dari epidermis. Sirip ekor tambahan meliputi ekor pasca-anus.

Rongga tubuh dilapisi oleh peritoneum, dan karena itu merupakan coelom
sejati, dan terbagi menjadi satu kompartemen di setiap sisi trunk, dan
kompartemen tambahan di dalam kepala dan ekor, semuanya dipisahkan
sepenuhnya oleh septa. Meskipun mereka memiliki mulut dengan satu atau dua
baris gigi kecil, mata majemuk, dan sistem saraf, mereka tidak memiliki sistem
pernapasan atau peredaran darah.

Mulut terbuka ke dalam faring berotot, yang berisi kelenjar untuk melumasi
perjalanan makanan. Dari sini, usus lurus membentang sepanjang batang ke anus

92
tepat di depan ekor. Usus adalah situs utama pencernaan dan termasuk sepasang
divertikula di dekat ujung anterior. Bahan yang digerakkan rongga tubuh oleh
silia. Bahan limbah dengan mudah diekskresikan melalui kulit dan anus.

Sistem syarafnya cukup sederhana, terdiri dari cincin saraf ganglion yang
mengelilingi faring. Ganglion dorsal adalah yang terbesar, namun saraf meluas
dari semua ganglia sepanjang tubuh. Chaetognath memiliki dua mata majemuk,
masing-masing terdiri dari sejumlah pigmen-cangkir ocelli yang disatukan. Selain
itu, ada sejumlah bulu sensorik yang disusun dalam barisan di sepanjang sisi
tubuh, di mana mereka mungkin melakukan fungsi yang serupa dengan garis
lateral pada ikan. Sebuah pita otot sensoris tambahan yang melengkung terletak di
atas kepala dan leher.

Gambar 73. Struktur tubuh Chaetognatha

4.5 Reproduksi Chaetognatha


Chaetognatha merupakan hewan hermaprodit, dengan ovarium yang berpasangan
di dalam trunk dan sepasang testis pada bagian ekornya, setiap individu
menghasilkan sperma dan sel telur (Brusca dan Brusca 1990 ). Fertilisasi tidak

93
dilakukan oleh satu individu melainkan dengan cara saling bertukar sel sperma
dan sel telur yang dilakukan oleh dua individu yang dibuahi secara internal
(Brusca dan Brusca 1990, Todd et al. 1996).

Telur yang dihasilkan merupakan zigot hasil fertilisasi ( dilapisi oleh zat seperti
jelly ); perkembangan terjadi secara langsung dan tidak melewati keseluruhan
tahap sebagai larva atau metamorfosis secara sempurna; waktu yang diperlukan
telur untuk menetas cukup cepat yaitu kurang lebih dalam waktu 48 jam ( Brusca
dan Brusca 1990 ). Telur yang dapat dihasilkan oleh ovarium adalah berkisar
antara 30 - 1000 ( McLaren 1996 ).

4.6 Habitat dan Contoh Spesies Chaetognatha


Chaetognaths adalah terutama organisme-organisme planktonik di lingkungan laut
dan muara. Sekitar seperlima dari spesies total bentik, beberapa hidup hanya di
atas lantai laut dalam. Mereka sering ditemukan dalam jumlah besar, terutama di
perairan air pertengahan dan neritic, dan mungkin ditemukan di kolam bebatuan
atau terkait dengan arus laut tertentu (Brusca and Brusca 2003; Margulis and
Chapman 2010; Ramel, 2012)

Gambar 74. Spadella cephaloptera

Spadella cephaloptera merupakan suatu species dari chaetognatha yang berhabitat


di air laut.

4.7 Peranan Chaetognatha


Chaetognata hidup pada kisaran faktor lingkungan terbatas, maka jenis-
jenis kaetognat tertentu juga sering digunakan sebagai indikator massa air atau
arus laut. Di English Channel misalnya, bila keberadaan Sagitta setosa merajai,
itu mengindikasikan massa air laut utara yang besalinitas rendah telah masuk ke
selat ini. Sebaliknya bila Sagitta elegans yang merajai, itu mengindikasikan massa

94
air bersalinitas tinggi masuk dari Samudera Atlantik telah masuk sampai ke selat
ini.

Dari segi perikanan, kaetognat mempunyai peranan penting juga karena


hewan ini merupakan makanan bagi banyak jenis ikan dan cumi. Tetapi
sebaliknya karena kaetognat merupakan pemakan telur dan larva ikan yang ganas,
maka jika populasinya besar akan menimbulkan kerugian pula bagi ladang ikan
dan upaya budidaya perikanan.

95
BAB X
MOLLUSCA

4.8 Pendahuluan
Mollusca (Latin, molluscus = lunak) adalah hewan bertubuh lunak, tidak
beruas-ruas, triploblastik, dan selomata (berongga tubuh sejati). Pada umumnya
Mollusca hidup secara bebas, sebagai herbivor maupun karnivor, dengan
memakan ganggang, tumbuh-tumbuhan, udang, kepiting, ikan, hewan Mollusca
lainnya, dan sisa-sisa organisme.

Filum Moluska adalah filum dominan di lingkungan laut. Diperkirakan


bahwa 23 persen dari seluruh spesies laut dikenal adalah moluska, ada lebih dari
75.000 spesies yang telah diidentifikasi, membuat filum Mollusca adalah hewan
yang paling beragam yang kedua. Nama “moluska” menandakan tubuh yang
lembut, deskripsi awal moluska berasal dari pengamatan cumi-cumi yang belum
dikupas. Moluska didominasi kelompok hewan laut, namun, mereka dikenal
dengan menghuni air tawar serta habitat darat. Moluska menampilkan berbagai
morfologi di setiap kelas dan subkelas, tetapi mereka juga berbagi beberapa
karakteristik kunci, termasuk kaki berotot, massa viseral yang mengandung organ
internal, dan mantel yang mungkin atau mungkin tidak mengeluarkan cangkang
kalsium karbonat

4.9 Klasifikasi Mollusca


Filum Mollusca dibagi menjadi 5 kelas yaitu Pelecypoda, Gastropoda,
Scapophoda, Cepalophoda, dan Amphineura.
a. Pelecypoda atau Bivalvia
Nama lain dari pelecypoda (latin pelecy = pipih, poda = kaki) adalah
bivalvia (memiliki sepasang cangkang) atau lamelli branchiata (insang yang
berbentuk lembaran). Bersifat simetri bilateral, bergerak dengan
menjulurkan kaki otot yang besar melalui celah antara dua cangkang.
Sebagian besar bivalvia adalah pemakan suspensi. Mereka menjerat makanan

96
yang halus pada mucus yang melapisi insang dan kemudian silia
mengirimkan partikel itu ke mulut. Air mengalir ke dalam mantel melalui
sifon aru masu melalui insang dan keluar melalui sifon arus keluar. Bivalvia
tidak memiliki kepala yang jelas dan radula. Sistem sirkulasi terdiri atas jantung,
saluran darah dan rongga sinus. Jantung terdiri atas ventriculum yang dikelilingi
oleh sebagian usus dan sepasang auricularium. Sistem saraf terdiri atas beberapa
gangglion. Cangkang pada bivalvia terdiri atas 3 lapisan yaitu :

 Periostracum (lapisan luar yang tipis, tersusun atas zat tanduk)


 Prismatik (lapisan tengah yang tersusun atas zat kapur dan
berbentuk prisma)
 Nakreas (lapisan dalam yang tersusun atas kristal Kalsium karbonat,
lapisan ini disebut juga lapisan mutiara)

Gambar 75. Bagian Luar Bivalvia


b. Gastropoda
Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster = perut, podos = kaki) adalah
kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya.
Misalnya, siput air (Lymnaea sp.), remis (Corbicula javanica), dan bekicot
(Achatia fulica). Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada
bagian ventral tubuhnya, bergerak lambat karena kontraksi otot menyerupai
gelombang yang dimulai dari belakang menjalar ke depan sehingga kaki dapat
menjulur ke depan dan kaki bagian belakang terseret ke depan, untuk
memudahkan pergerakannya maka disekresikan lendir, memiliki
cangkang/rumah yang berbentuk kerucut terpilin (spiral) namun ada juga yang

97
tidak memiliki cangkang. Bersifat hermaprodit namun tidak terjadi pembuahan
sendiri, pembuahan terjadi setelah perkawinan, ovovivipar.
Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang
tentakel pendek. Pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk
mengetahui gelap dan terang, Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai
alat peraba dan pembau. Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan
Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel.

Gambar 76. Struktur Tubuh Gastropoda


c. Scaphopoda
Scaphopoda adalah kelompok khas moluska yang biasa dikenal sebagai
"kerang gading" karena kerang mereka berbentuk kerucut dan sedikit
melengkung ke sisi dorsal, membuat kerang terlihat seperti gading kecil (lihat
foto di bawah). Nama ilmiah Scaphopoda berarti "kaki sekop," sebuah istilah
yang mengacu pada "kepala" binatang, yang tidak memiliki mata dan digunakan
untuk menggali lumpur dan sedimen laut. Ciri khas skafopoda adalah bahwa
cangkang tubular terbuka di kedua ujungnya, tidak hanya satu ujung seperti pada
kebanyakan moluska.
Scaphopoda menjalani kehidupan dewasa mereka yang terkubur di pasir
atau lumpur, dengan ujung kepala mereka menunjuk ke bawah. Hanya ujung
posterior sempit dari cangkang yang menempel ke air laut untuk pertukaran air
dan pembuangan limbah. Insang telah hilang di scaphopoda, jadi jaringan mantel
tidak hanya menghasilkan cangkangnya, tapi juga berfungsi untuk insang dalam

98
mendapatkan oksigen dari air laut. Mantel itu dilebur menjadi tabung yang
mengelilingi tubuh binatang, tapi terbuka di kedua ujungnya. Air beredar di
sekitar rongga mantel dengan aksi silia banyak. Bila oksigen terlarut rendah, air
dikeluarkan melalui ujung atas cangkang dengan kontraksi kaki. Tubuhnya
meliputi cangkang(shell), kaki(foot), mulut(mouth), rongga mantel,
tentakel(kaptakula), lidah(radula). Serta terdiri dari kelenjar kelamin(gonad),
kelenjar pencernaan(digestive gland), ginjal(kidney), lambung(stomach), anus,
ganglion pleural, ganglion serebral, ganglion pedal, gut(usus).

Gambar 77. Struktur Tubuh Scaphopoda

d. Cephalopoda
Cephalopoda berasal dari bahasa Yunani yaitu chephalo yang berarti kepala
dan podos yang artinya kaki. Jadi Cephalopoda adalah mollusca berkaki di kepala
atau kepalanya dilingkari oleh kaki-kaki yang termodifikasi menjadi tentakel-
tentakel. Umumnya mereka juga memiliki kantung tinta, kecuali nautilus, yang
menghasilkan cairan tinta hitam yang akan disemburkan dalam keadaan bahaya

99
untuk menghindar dari musuhnya. Chalopoda bernapas dengan iasang dan
memiliki organ indra serta system saraf yang berkembang baik.
Tubuh cumi-cumi dibedakan atas kepala, leher dan badan. Kepala terletak di
bagian ventral serta memiliki dua mata yang besar dan tidak berkelopak,
berfungsi sebagai alat untuk melihat. Leher pendek dan badan berbentuk
tabung dengan sirip lateral berbentuk segitiga di setiap sisinya. Pada kepala
terdapat mulut yang dikelilingi oleh empat pasang tangan dan sepasang
tentakel (8 tangan dan 2 tentakel panjang). Pada permukaan dalam tangan dan
tentakel terdapat batil isap (sucker) yang berbentuk mangkok terletak pada
ujung tentakel. Gigi khitin atau kait terletak pada tepi batil isap untuk
memperkuat melekatnya mangsa yang diperolehnya. Di posterior kepala
terdapat sifon atau corong berotot yang berfungsi sebagai kemudi. Jika ingin
bergerak ke belakang, sifon akan menyemburkan air ke arah depan, sehingga
tubuhnya bertolak ke belakang. Sedangkan gerakan maju ke depan
menggunakan sirip dan tentakelnya. Di bagian perut, tepatnya sebelah sifon
akan ditemukan cairan tinta berwarna hitam yang mengandung pigmen
melanin.
Sistem saraf terdiri atas tiga pasang ganglion dan saraf. Ganglion
serebral, pedal, viseral, suprabukal, infrabukal dan optik terletak di kepala. Indera
sensoris juga sangat berkembang dan dilengkapi dengan mata, dua statosis pada
masing-masing lateral kepala sebagai organ keseimbangan dan organ pembau.

100
Gambar 78. Struktur Tubuh Cephalopoda
e. Amphineura
Contoh hewan yang termasuk kelas ini adalah Chilton dan Neopilina.
Chilton mirip siput tak bercangkang hidup di daerah pantai cangkangnya terdiri
dari beberapa (biasanya delapan lempengan yang tersusun secara tumpang
tindih). Meskipun kelihatannya beruas-ruas tetapi organ dalamnya tidak.
Kiton merupakan hewan yang simetris bilateral, kaki ventral memanjang,
mempunyai ruang mantel yang mengandung insang, permukaan dorsal tertutup
oleh spikula berlendir, bersifat hermafrodit, hidup di laut, dan larva trokofor.
Contohnya adalah Cryptochiton sp. Hewan ini banyak ditemukan menempel pada
batuan denganmelingkarkan tubuhnya. Pembuahan dilakukan secara eksternal.

Gambar 79. Struktur Tubuh Amphineura

4.10 Ciri-ciri Umum Mollusca


 Merupakan hewan multiselular yang tidak mempunyai tulang belakang.
 Habitatnya di air laut maupun darat
 Merupakan hewan triploblastik selomata.
 Struktur tubuhnya simetri bilateral.
 Tubuh terdiri dari kaki, massa viseral, dan mantel.
 Memiliki sistem syaraf berupa cincin syaraf
 Organ ekskresi berupa nefridia
 Memiliki radula (lidah bergigi)
 Hidup secara heterotrof

101
 Reproduksi secara seksual

4.11 Ciri-ciri Khusus Mollusca


 Tubuh mereka lembut dan sebagian atau seluruhnya ditutupi oleh mantel,
selembar jaringan yang eksklusif untuk filum.
 Tubuhnya sering terbagi menjadi kepala, dengan mata atau tentakel, kaki
berotot yang digunakan untuk penggerak yang dimodifikasi pada beberapa
spesies untuk berenang dan massa viseral memproyeksikan organ tubuh.
 Sebagian besar memiliki cangkang pelindung, biasanya di luar, yang
diekskresikan oleh mantelnya, namun pada beberapa spesies kulitnya bersifat
internal, atau tidak ada sama sekali.
 Banyak yang memiliki struktur makanan, radula, sebagian besar terdiri
dari kitin, sedangkan cumi (cumi-cumi, gurita, sotong) memiliki paruh
chitinous. Berbeda dengan annelida yang terkait erat, moluska kurang
memiliki segmentasi tubuh

4.12 Reproduksi Mollusca


Mollusca merupakan hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin jantan
dan betina dalam satu individu (berumah satu), tetapi ada juga yang alat
kelaminnya terpisah (berumah dua). Oleh sebab itu, cara reproduksinya dengan
cara fertilisasi internal.

Organ reproduksi mollusca yang terletak di massa viseral. Kedua bentuk


reproduksi generatif sederhana dan sangat kompleks. Telur terjadi pembuahan
eksternal (kecuali sebagian milik kelas Cephalopoda), kadang-kadang dalam
pemijahan (telur dan sperma dalam jumlah besar dilepaskan ke air pada waktu
yang sama). Mollusca adalah Protostomia, mereka mengalami pembelahan spiral
dan memerlukan jenis kelamin terpisah untuk reproduksi. Beberapa dapat
hermafrodit, misalnya siput karena gerakan lambat, mereka memiliki kemampuan
untuk mengubah jenis kelamin. Setelah sel telur dibuahi, ia menjadi larva, yang

102
motil (dapat bergerak aktif). Ini disebut larva trokofor. Kemudian ini memanjang
dalam tahap perkembangan berikutnya disebut larva veliger.

Larva mollusca paling mendasar adalah trokofor, yang planktonik dan memakan
makanan partikel mengapung dengan menggunakan dua tali dari silia sekitar
“ekuator” untuk menyapu makanan ke dalam mulut, yang menggunakan lebih
silia untuk mengusir mereka ke dalam perut, dengan menggunakan silia lebih
lanjut untuk mengusir sisa-sisa yang tidak tercerna melalui anus. Jaringan baru
tumbuh tumbuh pada pita dari mesoderm di bagian dalam, sehingga seberkas
apikal dan anus didorong lebih lanjut saat binatang itu tumbuh. Akhirnya, larva
tenggelam ke dasar laut dan bermetamorfosis menjadi bentuk dewasa. Sementara
metamorfosis adalah keadaan yang biasa pada mollusca, dengan cumi berbeda
menunjukkan perkembangan langsung: tukik adalah ‘miniatur’ bentuk dewasa.

Berdasarkan klasifikasi 5 kelas di atas diketahui bahwa terdapat


beberapa mollusca planktonik atau mollusca yang merupakan meroplankton.
Di perairan air tawar, meroplankton dari Gastropoda dan Bivalvea tidak begitu
berperan penting (Sachlan 1982).
Mollusca planktonik yang telah mengalami modifikasi tertinggi ialah
ptepropoda dan heteropoda. Kedua kelompok ini secara taksonomi dekat
dengan siput dan termasuk kelas Gastropoda. Ada dua tipe pteropoda,
yang bercangkang (ordo Thecosomata) dan yang telanjang (ordo
Gymnosomata). Pteropoda bercangkang adalah pemakan tumbuhan (herbivora),
cangkangnya rapuh dan berenang menggunakan kakinya yang berbentuk sayap.
Pteropoda telanjang dapat berenang lebih cepat daripada yang bercangkang.
Heteropoda adalah karnivora berukuran besar dengan tubuh seperti agar-agar
yang tembus cahaya (Nybakken 1992). Phylum Mollusca yang larvanya
planktonic ada yang dinamakan glochidium, larva tersebut menyerang ikan.
Sedangkan Veliger adalah larva dari kerang, planktonic.

103
Gambar 80. Larva Glochidium

Gambar 81. Larva Veliger


Veliger adalah larva planktonik dari berbagai jenis siput laut dan siput air
tawar, moluska laut dan gastropoda air tawar, serta sebagian besar kerang
moluska ( kerang ) dan kerang gading. Veliger adalah larva karakteristik dari
gastropoda, kerang, dan kelas taksonomi scaphopoda. Hal ini dihasilkan baik
embrio atau trochophore tahap larva pembangunan dan juga bivalvia kadang-
kadang disebut sebagai D-tahap (awal perkembangannya) atau pediveliger (akhir
perkembangannya) larva. Tahap ini dalam sejarah kehidupan mollusca adalah
organisme planktonik yang hidup bebas yang berpotensi meningkatkan
penyebaran ke daerah baru jauh dari moluska dewasa yang dihasilkan larva.

104
Struktur umum veliger meliputi sel yang mengelilingi organ visceral
dari larva (misalnya, saluran pencernaan, banyak dari sistem saraf, organ
ekskresi) dan velum bersilia yang melampaui shell sebagai struktur tunggal atau
multi-lobed. Larva dapat mengembangkan kaki yang akan digunakan oleh
veliger baru untuk bergerak di sekitar dan mencari tempat yang tepat untuk
bermetamorfosis. Setelah metamorfosis, kaki dapat digunakan untuk bergerak
pada (misalnya gastropoda) atau (misalnya beberapa bivalvia) dasar laut. Velum
dan kaki veliger dapat ditarik ke shell untuk melindungi struktur dari predator
atau kerusakan mekanis.
Siklus hidup Veligers menetas dari telur, kemudian berenang bebas
(trochophore) tahap larva. Veligers menetap ke substratum dan bermetamorfosis
menjadi tahap remaja. Selama metamorfosis mereka kehilangan velum dan
mengalami perubahan eksternal dan internal yang menghasilkan remaja. Selama
periode larva, veliger tumbuh dan berkembang dengan sistem organnya yang
dibutuhkan untuk kehidupan pada saat dewasa. Larva pedi-veliger adalah larva
dari kerang (bivalvea). Cangkangnya berkembang dengan baik. Hidupnya
mengambang sebagai plankton, Hewan ini mengkonsumsi ganggang
mikroskopis. Pada tahap awal perkembangannya, larva ini menyerupai veliger
gastropoda.

Gambar 82. Larva Pedi-Veliger Kelas Bivalvia


Lacuna veliger merupakan larva dari gastropoda. Larva ini berenang bebas
sebagai plankton, menggunakan lobus bersilia besar untuk bergerak dan

105
menangkap makanan. Pada metamorfosis, bentuk tubuh gastropoda ini berubah
secara drastis. Lobus cilia, jantung larva, dan bagian dari sistem ekskretoris
larva akan hilang ketika hewan menjadi bentuk dewasa.

Gambar 83. Larva Lacuna veliger (dari Kelas Gastropoda)

Limacina clione, umum dikenal sebagai "kupu-kupu laut," adalah salah satu dari
beberapa gastropoda dewasa sepenuhnya pelagis sebagai plankton. Spesies ini
memiliki veliger larva planktonik dan pola berenang bergelombang menarik..

Gambar 84. Larva Limacina clione (dari Kelas Gastropoda)

4.13 Habitat dan Contoh Spesies Mollusca


Mollusca bersifat kosmopolit, artinya ditemukan di mana-mana, di darat,
payau, di laut, di air tawar mulai dari daerah tropis hingga daerah kutub. Dari
palung benua di laut sampai pegunungan yang tinggi, bahkan mudah saja
ditemukan di sekitar rumah kita. Hal ini menunjukkan kemampuan adaptasi

106
Mollusca terhadap lingkungan sangat tinggi. Tapi pada umumnya moluska hidup
di laut.

Gambar 85. Larva Trokofor

Trokofor merupakan sejenis larva moluska yang berhabitat di laut.

Gambar 86. Achatina sp.

Keong-keongan merupakan contoh Mollusca yang berhabitat di air tawar.

4.14 Peranan Mollusca


 Sumber makanan berprotein tinggi, misalnya tiram batu (Aemaea sp.),
kerang (Anadara sp.), kerang hijau (Mytilus viridis), Tridacna sp., sotong
(Sepia sp.), cumi-cumi (Loligo sp.), remis (Corbicula javanica), dan
bekicot (Achatina fulica).
 Perhiasan, misalnya tiram mutiara (Pinctada margaritifera).

107
 Hiasan dan kancing, misalnya dari cangkang tiram batu, Nautilus, dan
tiram mutiara.
 Bahan baku teraso, misalnya cangkang Tridacna sp.
 Mollusca digunakan untuk dekorasi dan sangat penting dalam studi ilmiah.
 Untuk kesehatan kulit, contohnya lendir yang terdapat pada bekicot
 Dapat mendegradasi polutan di perairan
Pupuk dan bahan makanan

Peran mollusca yang merugikan :

 Mollusca yang merugikan bagi manusia, misalnya bekicot dan keong


sawah yang merupakan hama dari tanaman.
 Siput air adalah perantara cacing Fasciola hepatica.
Merusak kayu

108
BAB XI
ECHINODERMATA

5.1 Pendahuluan
Echinodermata adalah kelompok hewan avertebrata (tidak bertulang
belakang) yang permukaan tubuhnya diselubungi oleh kulit yang berduri. Kata
Echinodermata berasal dari bahasa Latin, yaitu echinus (duri) dan derma (kulit).
Echinodermata hidup di laut atau air payau. Umumnya Echinodermata bergerak
dengan lambat dan tidak ada yang hidup bersifat parasit. Beberapa spesies hidup
menempel (sesil). Echinodermata dewasa memiliki tubuh berbentuk simetri radial,
yaitu bagian tubuh yang sama didistribusikan dalam susunan melingkar disekitar
poros tengah. Sedangkan larvanya memiliki tubuh simetri bilateral, yaitu bagian
tubuh yang satu berdampingan dengan bagian tubuh yang lain, dan apabila ditarik
garis dari depan ke belakang akan didapatkan bagian tubuh yang sama antara kiri
dan kanan. Larva dari hewan ini mikroskopis, transparan, bersilia, dan biasanya
berenang bebas di laut.

5.2 Klasifikasi dan Siklus Hidup Echinodermata


Dari filum ini, siklus hidup semua kelas merupakan mero-plankton. Ada
beberapa larva-larva yang bentuknya seperti larva-larva dari Chordata, dan
berhubungan dengan bersamaan bentuk larva-larva ini, ada anggapan bahwa
Chodata berasal dari keturunan Echinodermata.

Kelas dari Echinodermata yang larva-larvanya sebagai mero- plankton


adalah : Asteriodea, Echinoidea, Ophiuroidea, Crinoidea dan Holothuroidea.
Kelas yang paling terkenal adalah kelas Asteroidea, yaitu menjadi zooplankton di
tahap Bipinaria dan Brachiolarva.

a. Asteroidea

Salah satu spesies yang siklus hidupnya pernah menjadi Mero- plankton
adalah Pisaster ochraceous. Bipinnaria adalah tahap pertama dalam

109
perkembangan larva bintang laut, dan biasanya diikuti dengan tahap brachiolaria.
Gerakan serta makan dicapai oleh silia.

Ciri-ciri Bipinnaria :
1. Tubuh simetri bilateral
2. Berenang bebas
3. Tubuhnya ditutupi dengan silia
4. Belum mempunyai 5 lengan seperti pada stadia dewasa
5. Silia pada bipinnaria berfungsi untuk pergerakan dan alat bantu makan.
Brachiolaria adalah tahap kedua dari perkembangan larva bintang laut
setelah bipinnaria. Brachiolaria memiliki bentuk simetri bilateral, tidak seperti
bintang laut dewasa, yang memiliki simetri pentaradial. Sejumlah genera bintang
laut, seperti Astropecten dan Asterina, tidak memiliki tahap brachiolaria, dengan
bipinnaria yang berkembang langsung menjadi dewasa.

Larva brachiolaria yang matang mempunyai daya apung buruk sehingga turun ke
dasar laut yang biasanya langsung ke kawasan terumbu karang. Hal ini karena
larva brachiolaria menggunakan bantuan alga berkapur sebagai tanda-tanda untuk
turun menempel pada terumbu karang.

Gambar 87. Siklus Hidup Astoroidea

110
Gambar 88. Larva Bipinnaria

Gambar 89. Larva Branchiolaria

b. Echinoidea

Larva Echinoidea disebut echinopluteus, dengan ukuran larva 1 mm.


Landak laut hijau ini menggunakan silia yang luas untuk berenang dan
mensuspensi makanan. Bentuk tubuh berubah secara drastis dengan
metamorfosis. Banyak struktur larva yang selama hidup planktonik akan
menghilang kemudian digantikan oleh pelengkap yang disesuaikan dengan
gaya hidup stadia dewasa.

Echinopluteus memiliki tiga sampai empat pasang panjang "lengan,"


usus, dan tiga pasang saccules selom serta permukaan "lengan" bersilia panjang.
Dibutuhkan waktu beberapa bulan untuk menyelesaikan tahap pengembangan
echinopluteus.

111
Gambar 90. Siklus Hidup Echinoidea

Gambar 91. Larva Echinopluteus

c. Ophiuroidea

Bintang ular, atau ophioroids, memiliki bentuk larva khas yang dikenal
sebagai ophiopluteus. Seperti semua larva Echinodermata, ophiopluteus
menggunakan silia untuk memakan makanan pada partikel tersuspensi dalam air.
Larva ophiuroidea ini diperkirakan menghabiskan beberapa minggu di plankton
sebelum menetap sebagai remaja.

Sebuah ophiopluteus memiliki empat pasang lengan yang panjang, dan terdapat
kapur. Lengan ini, ditutupi dengan strip Ciliata epitel, yang memungkinkan
larva untuk berenang. Tiga kantung selom yang memperpanjang dari usus;

112
kantung anterior kiri terbuka ke luar melalui kanal interstitial. Bentuk dewasa
berkembang dari bagian anterior larva saja.

Gambar 92. Tahapan Larva Ophiopluteus

Gambar 93. Larva Ophiopluteus

d. Crinoidea

Doliolaria adalah larva dengan satu atau lebih lengan melintang


seperti Silia. Larva ini terjadi juga pada Holothuroidea, tetapi tidak jelas
apakah doliolaria dari tiga kelompok itu dapatdipisahkan dari ciri-ciri
morfologinya. Mereka biasanya hanya 2-8 hari menjadi plankton dan
bermetamorfosis menjadi stadia dewasa.

113
Gambar 94. Doliolaria larvae (Crinoidea doliolaria)

e. Holothuroidea

Larva doliolaria terjadi juga pada Holothuroidea. Contoh larva


Parastichopus californicus, mereka memulai hidupnya sebagai larva planktonik,
makan di awal musim panas. Mereka berenang dengan cara gerakan
meluncur, dan menggunakan sebuah lengan bersilia, mirip dengan larva
echinoderm lainnya. Larva ini hidup sebagai plankton hanya selama satu sampai
dua bulan, setelah itu mereka menetap subtidal, di daerah dengan aliran arus
tinggi. Larva tersebut kemudian berkembang menjadi stadia dewasa.

Gambar 95. Siklus Hidup Holothuroidea

114
Gambar 96. Doliolaria larvae (Holothuroidea doliolaria)

5.3 Ciri-ciri Umum Echinodermata


 Tripoblastik selomata
 tubuhnya bersimetri bilateral pada masa larva. tetapi pada saat
dewasabersimetri radial, berbentuk bulat dan dilengkapi dengan lengan-
lengan yangpanjang.
 mempunyai rangka dalam (endoskeleton) dari zat kapur yang
berbentuklempengan-lempengan yang berduri kecil.-
 saluran pencernaannya lengkap, kecuali Ophiuroidea tidak
beranus,makanannya berupa sampah laut sehingga disebut sebagai
organismepembersih laut.
 alat peredarannya merupakan sistem radial, tetapi mengalami reduksi
sehinggasulit diamati.
 alat pernafasannya berupa papula, insang, kaki tabung dan tentakel.
 mempunyai larvanya disebut bipinnaria.
 bergerak dengan kaki ambulakral.
 sistem syaraf dengan batang cincin (sirkum oral) yang bercapang-cabang
kearah radial.
 berkembang biak secara kawin, alat kelamin terpisah (diosius)
denganfertilisasi eksternal.

secara evolusi hubungan kekerabatan dengan Chordata lebihh dibandinghewan


lainnya, karena mempunyai kesamaan antara lain adanya

115
mesodermalendoskeleton, pada blastofor embrio terdapat anus, mulut terbentuk
darikantong ektoderm dan mesoderm berkembang membentuk kantung.

5.4 Ciri-ciri Khusus Echinodermata


 Tubuh echinodermata terdiri atas 3 lapisan dan mempunyai rongga tubuh
atau disebut dengan tripoblastik.

 Memiliki bentuk tubuh yang simetri bilateral pada saat masih larva, dan
disaat dewasa bentuk tubuhnya simteri radial.

 Mempunyai kulit tubuh yang terdiri atas zat kitin.

 Bergerak dengan ambulakral yaitu kaki tabung dengan lubang-lubang


kecil yag berfungsi untuk menghisap.

 Mempunyai sistem pencernaan sempurna kecuali bintang laut yang tidak


mempunya anus.

 Tidak memiliki sistem ekskresi.

 Perkembangbiakan secara seksual.

 Pada permukaan tubuh terdiri atas tonjolan-tonjolan yang menyerupai


duri.

 Mempunyai sistem tabung jaringan hidrolik.

5.5 Reproduksi Echinodermata


Echinodermata bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi secara
aseksual dengan pembelahan fisi, yaitu penyekatan dan pemisahan pisin pusat
(piringan kecil di pusat tubuh), kemudian masing-masing bagian tubuh yang
terpisahakan melakukan regenerasi menjadi individu yang lengkap.

Pembuahan terjadi secara eksternal yang akan menghasilkan larva berbetuk


simetri bilaterla, kemudian larva tersebut turun ke substrat dan bermetamorfosis
menjadi individu yang berbentuk simetri radial. Beberapa spesies ada yang
mengerami telurnya.

116
5.6 Habitat dan Contoh Spesies Echinodermata
Echinodermata secara eksklusif merupakan hewan laut, dengan hanya
beberapa spesies yang tinggal di air tawar bahkan payau. Di antara pengecualian
adalah beberapa holothurian tropis yang dapat menahan pengeringan parsial jika
terdampar di pantai oleh gelombang surut. Kebanyakan echinodermata tidak bisa
mentolerir perubahan yang nyata dalam salinitas, suhu, dan intensitas cahaya dan
cenderung menjauh dari daerah di mana faktor-faktor ini tidak optimal.

Perilaku sebagian besar spesies air dangkal diatur oleh cahaya; yaitu, individu
tetap bersembunyi di siang hari dan muncul dari penyembunyian di malam hari
untuk aktivitas makan.

Echinodermata dapat ditemukan di laut terpanas dan terdingin dunia;


spesies-spesies yang dapat mentolerir rentang temperatur yang luas biasanya juga
memiliki jangkauan geografis yang luas. Distribusi horizontal atau vertikal dari
banyak spesies juga diatur oleh suhu air. Pengaruh tekanan terhadap
echinodermata belum diselidiki secara menyeluruh.

Echinodermata menempati berbagai habitat. Sepanjang pantai berbatu,


bintang laut dan bulu babi dapat melekat pada batu yang di bawahnya teripang
dan bintang mengular bersembunyi. Beberapa bulu babi memiliki adaptasi khusus
untuk mengatasi surfing yang turun naik akibat batuan (misalnya, kerangka yang
sangat kuat dan kaki tabung yang berkembang dengan baik untuk melekat).

Gambar 97. Ophiopholis pluteus

Ophiopholis pluteus merupakan larva Echinodermata yang berhabitat di laut.

117
5.7 Peranan Echinodermata
Larva-larva dari echinodermata senidri tentunya merupakan makanan bagi
biota-biota laut misalnya ikan. Pada stadia dewasa, peran Echinodermata juga
merupakan langkah penting dalam rantai makanan laut. Echinodermata adalah
makanan pokok dari banyak hewan, termasuk berang-berang laut. Di sisi lain,
echinodermata makan rumput laut dan menjaga pertumbuhan terkendali. Bintang
laut mencegah pertumbuhan alga pada terumbu karang. Hal ini memungkinkan
karang untuk menyaring-makan lebih mudah. Dan banyak teripang menyediakan
habitat bagi parasit seperti kepiting, cacing, dan siput. Selain itu, teripang juga
berperan penting menjaga keseimbangan ekosistem laut, yaitu sebagai detritivor
(organisme yang memakan partikel-partikel organik atau sisa-sisa jaringan
organisme lain) pada ekosistem laut.

Echinodermata yang dimanfaatkan dalam kehidupan manusia, antara lain:

1. Bulu babi dapat diambil gonadnya untuk dikonsumsi. Jepang memilliki


peternakan bulu babi yang luas. Sedang di Indonesia, terdapat di Nusa
Tenggara Timur (NTT) dan Kendari.

2. Holothuria (mentimun laut) diperdagangkan sebagai tering kering atau


kerupuk teripang. Hongkong merupakan pusat perdangan teripang dunia.
Di negeri China, mentimun laut di keringkan dan dimanfaatkan sebagai
bahan obat-obatan.

3. Memakan bangkai-bangkai, sehingga pantai bersih.

4. Bahan penelitian mengenai fertilisasi dan perkembangan awal. Para


ilmuan biologi sering menggunakan gamet dan embrio landak laut.

Selain mempunyai manfaat dalam kehidupan manusia, Echinodermata


mempunyai peranan yang merugikan adalah :

1. Bintang laut sering memakan kerang mutiara di tempat budidaya kerang


mutiara

118
2. Achanbasther merupakan hama pada terumbu karang, karena memakan
polip Coelenterata.

BAB XII
CHORDATA

3.1 Pendahuluan
Chordata meliputi sekitar 45.000 jenis hewan yang hidup di hampir semua jenis
lingkungan. Terdapat tiga hal yang membedakan filum Chordata dengan filum
yang lainnya, yaitu dalam hal perkembangannya. Notochord, yaitu suatu tangkai
pendukung di bagian dorsal tepatnya di bawah susunan saraf. Notochord
berfungsi sebagai pendukung. Pada hewan vertebrata semua embrionya memiliki
notochord. Tali saraf (nerve cord), yaitu suatu cekungan saraf di bagian atas
notochord. Kantung insang faring (pharyngeal gill pouches).
Chordata dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Chordata yang
bertulang belakang (Chordata Vertebrata) dan Chordata yang tidak bertulang
belakang (Chordata invertebrata). Chordata yang bertulang belakang, yaitu
Vertebrata. Adapun Chordata yang tidak bertulang belakang, antara lain,
Urochordata dan Cephalochordata.

Menurut evoluti chordata merupakan keturunan dari specimen-specimen


yang hidup sebagai zoo-plankton, dan bentuk nya mirip dengan larva-larva dari
echinodermata. Dari 4 sub-phyllum dari chordata, hanya sub-phylum
Enteropneusta dan Uro-chordata yang hidup sebgai zoo-plankton dan dua lainnya
Cephalo-chordata, dimana termasuk genus Amphioxus dan vertebrata, tidak ada
yang merupakan meroplankton sejati (Sachlan 1982).

3.2 Klasifikasi Chordata


Chordata yang merupakan kelompok meroplankton yakni dari sub filum
Enteropneusta dan Urochordata. Telur dan larva ikan (Iktioplankton) juga
termasuk kedalamnya.

119
a. Enteropneusta
Larva-larva dari Enteropneusta inilah yang berbentuk seperti larva-larva dari
echinodermata yaitu seperti Tornaria-Larva
Tornaria-larva memiliki ukuran bervariasi dari 1 sampai 3 mm. Tubuh
berbentuk lonceng, bilateral simetris dan berlipat ganda. Mulut adalah ventral dan
sedikit posterior ke bidang ekuator tubuh. Anus adalah median dan pada bagian
belakang tubuh. Bagian anterior ke mulut membentuk lobus preoral.

Ujung anterior mengandung piring apikal dengan serabut saraf, sel saraf
ganglionik, sejumput silia dan sepasang bintik mata. Band bertopi tiga dan
berbeda. Band-band preoral dan postoral bergabung untuk jarak dekat di pelat
apikal.

Band sirkumanal mengelilingi anus. Band-band preoral dan postoral


mengumpulkan makanan; Band postoral dan circumoral atau tolotroch adalah
organ lokomotif utama. Kanal pencernaannya pendek dan membungkuk pada
sudut kanan dan terbagi menjadi kerongkongan, lambung dan usus.

Berikut adalah gambar tornaria-larva pada spesies Balanollossus sp.

Gambar 98. Tornaria Larva

120
Tornaria adalah larva pelagis. Ia tenggelam ke bawah dan mengalami
serangkaian perubahan. Pelat apikal dengan struktur dan pita silangnya hilang.
Bagian preoral tubuh menjadi bersilia dan berbentuk belalai, dipisahkan dari kerah
dengan penyempitan. Lonceng Gill mulai muncul, batang memanjang dan larva
mengasumsikan bentuk dewasa.

Gambar 99. Metamorfosis Tonaria Larva

b. Urochordata/Tunikata

Tunikata (tunicate), sering pula disebut Urochordata, adala anggota filum


chordata yang sangat primitif. Tunikata merupakan biota yang menarik karena
pada larvanya terdapat notokorda atau sumbu kerangka, yang menunjukkan
adanya hubungan kekerabatan yang sangat dekat dengan hewan tingkat lebih lebih
tinggi, yang mempunyai vertebra (struktur yang membentuk kerangka tulang
belakang), yang dikenal sebagai hewan vertebrata (Nontji 2008).

Hewan vertebrata memulai hidupnya sebagai larva, dan pada larva ini
telah mulai terbentuk notokorda. Ketika mencapai dewasa, notokorda pada
vertebrata ini kemudian berkembang menjadi kolom vertebra atau tulang belakan
yang menjadi struktur penunjang pokok pada hewan ini. Tetapi pada Tunikata,
notokorda ini hanya ada pada fase sebagai larva saja, tidak berkembang lebih
lanjut dan akhirnya menjadi rudimenter atau menghilang sama sekali pada saat

121
dewasa. Larva tunikata berbentuk berbentuk umum seperti kecebong yang dapat
berenang, dengan notokorda terdapat sepanjang ekornya.

Selain itu, tunikata juga mempunyai kekhasan dengan mempunyai kulit lar
(= tunik, tunic) yang mengandung bahan tipe selulosa yang sangat jarang terdapat
pada hewan tetapi jamak pada tumbuhan. Bahan ini terbuat dari tunisin, Dari
sinilah kelompok hewan ini mendapatkan namanya, tunikata.

Tunikata dapat dibagi atas tiga kelompok besar, yakni asidiasea


(Ascidiacea), Larvasea (Larvacea), dan talisea (Thaliacea) (Nontji 2008). Menurut
Sachlan (1982), dari Urochordata, larva-larvanya terkenal sebagai Salps.
Appendicularia dan Oikopleura.

1) Ascidiacea

Ascidia adalah meroplankton, karena hanya larva kecebong mereka yang


ada di plankton, sementara saat dewasa merupakan bentik.

Gambar 100. Ascidiacea

2) Larvasea

Larvasea (disebut pula Appendicularia, atau Copelata) adalah zooplankton


yang umumnya berukuran kecil (1-3 mm) dan transparan, tetapi kadang-kadang
bisa dijumpai dalam jumlah yang besar. Hewan ini tidak pernah berkembang lebih
dari berbentuk kecebong. Ia dapat berkembang biak secara seksual dari bentuk
larva, suatu proses yang disebut pedogenesis (paedogenesis). Hewan ini
hermafrodit, menghasilkan sperma yang masak lebih dulu, baru telur kemudian.

122
Bentuk umum larvasea terdiri dari dua bagian yang jelas berbeda yakni apa yang
disebut sebagai “tubuh” (atau “kepala”) yang bentuknya bulat lonjong, dan ekor
yang panjang menjuntai di bawah “tubuh”. Seluruh sistem pencernaan, sistem
saraf, dan sistem reproduksi terdapat di dalam tubuh, sedangkan notokorda
terdapat pada bagian ekor.

Keistimewaan pada larvasea (khususnya pada jenis Oikopleura) ialah


kemampuannya membangun “rumah” tempat ia berlindung di dalamnya sambil
mencari makan. “Rumah” itu sebenarnya merupakan struktur dari bahan gelatin
yang dihasilkan dari sekresi sel-sel epitelnya. Di bagian atas “rumah” ini terdapat
saringan kasar untuk meloloskan nanoplankton untuk diteruskan ke mulut. Hewan
Larvasea memang dipandang sebagai satu-satunya kelompok hewan pemakan
penyaring (filter feeder) yang struktur alat penyaringnya berada sama sekali di
luar tubuhnya.

Hanya dua marga dari larvasea ini yang umum dikenal, yakni Oikopleura dan
Fritillaria. Oikopleura mempunyai bentuk tubuh yang lebih bulat, sedangkan
ekornya melebar pada pertautan dengan tubuhnya, sedangkan Fritillaria
mempunyai tubuh yang lebih memanjang dengan ekor yang menyempit pada
pertautan dengan tubuhnya (Nontji 2008).

123
Gambar 101. Beberapa contoh tunikata yang hidup sebagai plankton di laut. (A)
“Rumah” Oikopleura. 1) Hewan Oikopleura dalam “rumah”nya. Getaran
ekornya menimbulkan arus yang membawa air dari luar masuk. 2) Air
masuk lewat saringan kasar, 3) Saringan halus, 4) Pintu air keluar atau
saluran pembuangan, 5) Pintu keluar untuk hewan; (B) Oikopleura; (C)
Fritillaria; (D) Thalia democratica, bentuk mengelompok (E) Thalia
democratica, bentuk soliter; (F) Doliolum (Sumber : Zhong, 1988;
Wickstead 1965 dalam Nontji 2008)

3) Taliasea

Taliasea (Thaliacea) yang sering dijumpai terdiri dari dua kelompok utama
yakni salpida (=Desmomyra) dan Dolioloda (= Cyclomyra). Salpida juga dikenal
dengan nama umum salp atau salpa. Ukurannya bervariasi, dari beberapa mm
hingga lebih dari 20 mm. Jenis yang paling umum di perairan tropis adalah Thalia
democratica (Gambar 27. E).

Dalam bentuk dewasa Salpa telah kehilangan hampir semua fitur yang
akan mengklasifikasikannya di chordates. Mereka memang terlihat seperti ubur-
ubur. Namun, pada tahap larva mereka, salps memiliki banyak ciri anatomi hewan
vertebrata sejati seperti ikan, burung, reptil, dan mamalia. Salap remaja memiliki

124
ekor, insang, mata primitif dan tulang punggung (disebut notochord), kabel saraf
yang ramping, dan otak yang cekung dan membesar.

Doliolida mempunyai bentuk umum seperti gendang dengan bukaan di


kedua ujungnya: bukaan mulut di satu ujungnya dan bukaan kloaka di ujung
lainnya. Di dalam tubunya terdapat delapan pita-pita otot yang melingkari seluruh
tubuhnya (Gambar 27.F) Hewan ini hidup dari fitoplankton atau partikel lain yang
ditangkapnya dengan saringan berlendir di bagian mulutnya (Nontji 2008).

c. Telur dan Larva Ikan (Iktioplankton)

Iktioplankton (icthyoplankton) adalah telur dan larva ikan yang hidup


sebagai plankton. Setelah dewasa mereka akan berubah, hidup sebagai ikan
nektonik, yang dapat berenang bebas. Jadi sebenarnya iktioplankton itu adalah
meroplankton juga (hanya sebagian dari daur hidupnya sebagai plankton). Namun
istilah Iktioplankton merujuk khusus untuk kelompok ikan.

Dari semua zooplankton, ikan adalah kerabat terdekat manusia. Meskipun


ikan meninggalkan zooplankton saat mereka memasuki masa dewasa dan menjadi
perenang bebas, larva dan telur mereka hanyut dengan arus dan karenanya
merupakan komponen penting zooplankton. Berikut adalah beberapa zooplankton
ikan yang umum ditemukan di kumpulan plankton di perairan Mid-Atlantic.

Gambar 102. Telur ikan dengan embrio dan kuning telur

125
Gambar 103. Larva Ikan

3.3 Ciri-ciri Umum Chordata


 Mempunyai chorda dorsalis, yaitu tali sumbu tubuh yang kemudian dapat
berkembang menjadi columna vertebralis (tulang belakang)
 Tubuh berbentuk simetris bilateral dan triploblastik selomata
 Adanya sistem susunan saraf berbentuk pembuluh yang terdapat di sebelah
dorsal dari notochord (kerangka berbentuk batangan keras tetapi
lentur.Notokord terletak di antara saluran pencernaan dan tali saraf,
memanjang sepanjang tubuh membentuk sumbu kerangka.)
 Adanya celah faring
 Pada dinding faring ada sulci pada keadaan embrio, atau lubang-lubang
pada keadaan larva atau seumur hidup. Lubang-lubang ini ialah celah-
celah insang.
 Di dalam pusat susunan saraf ada rongga, seumur hidup atau hanya pada
keadaan larva. Rongga ini disebut neuroceia
 Terdapat segmentasi pada susunan saraf dan otot
 Ada yang memiliki kranium dan ada yang tidak memiliki kranium (tidak
bertengkorak)
 Memiliki sistem organ yang sangat kompleks.
 Yang meurpakan meroplankton yakni dari entropneusta, urochordata, dan
larvasea

3.4 Ciri-ciri Khusus Chordata


 Adanya sefalisasi

 Tubuh simetris bilateral

 Tubuh bersegmen-segmen

 Kondisi triploblastic, selom berkembang biak

126
 Segmentasi yang bersifat metameri

 Adanya notochord (corda dorsalis) yaitu struktur penyokong pertamatubuh


Chordata

 Adanya sebuah tabung korda saraf yang terletak dorsal dari notochord

 Adanya celah-celah insang faringeal

 Fertilisasi internal atau eksternal dan secara seksual alat kelamin jantan
Berupa penis dan alat kelamin betina berupa vagina.

 Alat pencernaan lengkap mulai dari mulut, esofagus, faring, lambung,usus


halus, usus besar, rectum dan anus.

 Alat pernapasan berupa insang bagi yang hidup di air, dan paru-paru
bagiyang hidup di darat dan

 Sistem peredaran tertutup

Chordata berbeda dengan phylum lainnya, karena memiliki ciri khas, yaitu :

a. Notokord

Yaitu struktur mirip batang yang fleksibel dan memanjang, terletak diantara
saluran pencernaan dan tali syaraf. Tersusun atas sel-sel besar yang terbungkus
dalam jaringan serat agak kaku. Berfungsi menunjang/menyokong tubuh dari
dalam.

b. Tali Syaraf Berlubang

Tali syaraf tsb berkembang dari ekstodern yang menjadi suatu bentuk tabung dan
terletak di bagian dorsal notokord.

c. Kantong Insang,

Hanya terlihat pada anggota chordata tertentu saat masih embrio, terutama yang
hidup di air yang kemudian berubah menjadi insang.

127
d. Ekor di Belakang Anus

Semua chordata memiliki ekor dibelakang anus, yang dalam perkembangan


embrio, ekor dapat tumbuh atau mereduksi

3.5 Reproduksi Chordata


Alat kelamin hewan ini menyatu, artinya ovarium dan testis masih bersama-sama
terletak pada sebelah kanan kiri dalam tubuh. Lanjutan dari gonad (ovarium dan
testis) berupa saluran oviduct atau sperma yang akhirnya terbuka dekat anus. Bila
sel kelamin dihasilkan dari hewan yang berbeda akan dimasukan ke dalam mulut,
kemudian mengikuti aliran air akan tertambat di suatu saluran dalam tubuh
bersilia. Diduga bahwa kelenjar thereupon mengeluarkan sekresi yang mirip
dengan hormonn gonadrophic yang dihasilkan oleh bagian anterior dari kelenjar
pituitaria (hyphophysa).

Berikut adalah siklus hidup urochordata.

Gambar 104. Siklus hidup Urochordata

Telur yang telah dibuahi berkembang menjadi larva taclopole yang mana stadia
larva ini urochordata hidup sebagai plankton yang mengalami metamorphosis.
Larva awal mempunyai ciri seperti Chordata lainnya artinya berchorda dorsalis
pada ekor, yang selanjutnya mengalami rudimentasi, sehingga hewan yang
dewasa tidak mempunyai chorda dorsalis lagi.

128
Reproduksi pada kelas enteropneusta dapat terjadi secara seksual dan
aseksual. Secara aseksual dapat dengan cara fragmentasi bagian tubuh yang
dewas. Enteropteneusta bersifat dioecious , memiliki jenis kelamin biologis yang
terpisah , meskipun setidaknya beberapa spesies juga mampu reproduksi
aseksual . Mereka telah dipasangkan gonad , yang terletak dekat dengan faring
dan melepaskan gamet melalui pori kecil dekat ke celah insang . Betina
meletakkan sejumlah besar telur tertanam dalam massa agar-agar lendir , yang
kemudian dibuahi secara eksternal oleh jantan sebelum arus air memecah massa
dan membubarkan telur individu.

Gambar 105. Siklus hidup Enteropneusta

Pada sebagian besar spesies , telur menetas menjadi larva planktonik yang disebut
dengan larva tornaria yang hidup sebagai plankton.dengan tubuh memanjang
ditutupi silia . Pada beberapa spesies , ini berke mbang secara langsung menjadi

129
dewasa , tetapi di lain , ada tahap peralihan berenang bebas disebut sebagai larva
tornaria . Ini sangat mirip dalam penampilan dengan larva bipinnaria dari
starfishes , dengan band-band berbelit-belit silia berlarian tubuh . Karena
perkembangan embrio dari blastula dalam telur juga sangat mirip dengan
echinodermata , ini menunjukkan hubungan dekat filogenetik antara kedua
kelompok .

Setelah beberapa hari atau minggu , alur mulai terbentuk di sekitar bagian tengah
tubuh larva , dengan bagian anterior akhirnya ditakdirkan untuk menjadi belalai ,
sementara sisanya membentuk kerah dan batang . Larva akhirnya menetap dan
berubah menjadi orang dewasa kecil untuk mengambil gaya hidup menggali .
Beberapa spesies , seperti Saccoglossus kowalevskii , kekurangan bahkan tahap
larva planktonik , menetas langsung sebagai miniatur orang dewasa.

Iktioplankton memiliki beberapa stadia dalam hidupnya yang merupakan


zoo-plankton. Yakni, pada saat fase telur dan menjadi larva. Iktioplankton
memiliki siklus hidup sebgaai berukut.

Gambar 106. Siklus Hidup Iktioplankton

130
3.6 Habitat dan Contoh Spesies Chordata
Chordata yang merupakan meroplankton habitatnya sangat beragam mulai dari
laut, air payau, air tawar.

Gambar 107. Appendicularia sicula

Appendicularia sicula merupakan chordata yang terindikator sebagai plankton.

Gambar 108. Dolioletta gegenbauri

131
Gambar 109. Thalia democratica

Contoh spesies diatas merupakan larva-larva yang ditemukan pada air laut.

3.7 Peranan Chordata


Larva pada filum Chordata ini berperan sebagai makanan bagi predator-
predator biota perairan tempat dimana mereka tinggal.

132
BAB XIII
CIRRIPEDIA

4.1 Pendahuluan
Cirripedia berasal dari bahasa Latin yang berarti ”kaki bergulung”
merupakan satu-satunya hewan kelompok Crustacea yang hidup sesil (selain
Crustacea parasit) sehingga membentuk suatu kelompok yang sangat menyimpang
dari kelompok-kelompok Crustacea lainnya. Selain itu, sebagian besar anggotanya
bercangkang mirip Pelecypoda, sehingga pernah dianggap sebagai anggota filum
Mollusca. Baru dalam tahun 1830, ketika stadium-stadium larvanya ditemukan,
dapat diketahui hubungan antara teritip dengan hewan Crustacea lainnya,
sehingga teritip kemudian dikeluarkan dari filum Mollusca. Hewan-hewan teritip
semua hidup di laut, dua pertiga dari 900 jenis yang dikenal hidup bebas,
melekatkan diri pada bebatuan, cangkang moluska, karang, kayu terapung, dan
benda-benda lain. Beberapa jenis hidup komensal pada ikan paus, penyu, ikan dan
hewan lain, sedagkan sejumlah besar lainnya parasitik.

Cirripedia merupakan salah satu ordo yang termasuk dalam Entomostraca


atau Crustacea rendah. Tubuhnya terdiri dari kepala dan dada yang ditutupi
karapaks berbentuk cakram yang hidup melekat di laut. Cirripedia bersifat parasit
dengan cara hidupnya yang beranekaragam. Salahsatu diantaranya yaitu Teritip.

Teritip hidup sebagai sessile (menempel pada substrat). Hal tersebut


dikarenakan mereka memiliki lem dari kelenjar khusus yang mengandung protein,
dimana lem tersebut dapat mengeras dengan cepat di bawah air dan tekanan
tinggi. Lem tetap dapat melekat kuat meskipun teritip sudah mati. Mereka sering
ditemukan menempel di cangkang kepiting, ikan paus, batu, cangkang penyu, dan
dinding perahu. Kerak dari teritip dapat berkembang dengan cepat di dinding
kapal. Hal ini dapat mengurangi kecepatan kapal dan meningkatkan konsumsi
bahan bakar meskipun sudah dicegah dengan melapisi dinding kapal
menggunakan cat beracun. Namun, dengan cara tersebut teritip masih bisa hidup
karena mereka dapat mengakumulasi logam berat yang berguna sebagai bio-

133
indikator untuk mengukur polusi air. Meskipun beberapa spesies teritip bersifat
parasit, namun sebagian besar teritip tidak berbahaya. Hal tersebut dikarenakan
teritip feeder filter. Teritip juga tidak mengganggu dan tidak merugikan hewan
lain.

4.2 Klasifikasi Cirripedia


Cirripedia ini dibagi menjadi 4 ordo, yaitu :

a. Thoracica
Ordo ini terdiri dari teritip (barnacle) dan hidup di laut. Tubuhnya ditutupi oleh
cangkang kapur. Ada enam pasang embelan dada bercabang dua. Teritip adalah
hermafrodit, mereka tidak membuahi teiurnya sendiri tetapi menyampaikan
spermanya kepada teritip lain terdekat melalui penisnya yang dapat dijulurkan
sampai beberapa inci. Telur yang dibuahi menetas menjadi nauplius planktonik,
setelah ganti kulit beberapa kali menjadi sipris (cypris) yang bercangkang dan
mempunyai tetesan minyak. Mereka pemakan menyaring (filter feeder).
Cara makan dengan mem-buka cangkangnya dan mendepakkan kakinya untuk
menangkap makanan. Mereka makan. plankton. Kelompok hewan ini banyak
hidup di perairan pantai pada benda-benda melekat di bawah atau di atas
permukaan laut atau pada benda-benda terapung.
b. Acrothoracica
Hewan parasit, tidak mempunyai cangkang kapur dan tubuhnya ditutupi oleh
mantel besar. Contoh Alcippe lampas, jantan kecil, tak berkaki dan melekat pada
betina, melubang ke dalam cangkang Natica yang berisi kelomang.
c. Rhizocephala
Hewan parasit, tidak ada embelan tubuh, saluran pencernaan, atau pun peruasan
pada hewan dewasa; melekat dengan tangkai, dengan akar- akarnya menembus
ke jaringan inangnya. Contohnya Sacculina (carcini), parasit pada Crustacea
Decapoda yang mendegenerasi menjadi sebuah kantung melekat pada
permukaan ventral antara dada dan abdomen.

134
d. Ascothoracica
Merupakan parasit pada echinodermata dan koral coelenterata, biasanya
mempunyai antena pertama yang prehensil dan abdomen. Laura parasit pada
anthipatbaria (black coral) coelenterate.

4.3 Ciri-ciri Umum Cirripedia


 Tubuh Cirripedia yang terdiri dari kepala dan dada tertutup oleh karapas
yang berbentuk cakram. Dan ruas-ruas tubuhnya tidak terlihat jelas.
 Cirripedia ada yang bersifat parasit dan nonparasit. Mereka yang hidup
parasit akan menempel di dasar kapal, perahu, dan tiang-tiang yang
tertanam di pantai
 . Cirripedia termasuk filter feeder dengan memakan mikroplankton.
Contoh dari Cirripedia adalah Bernakel dan Sacculina.
 Fase planktonik saat menjadi larva

4.4 Ciri-ciri Khusus Cirripedia


 Tubuh dengan kepala dan dada ditutupi karapaks berbentukcakram.
 Cara hidup melekat pada benda lain atau mengapung di laut.
 Telur menetas menjadi larva nauplius. Seekor tritip dapat menghasilkan
lebih dari 13000 larva nauplius. Stadia nauplius sebanyak 6 instar, tidak
makan, kemudian menjadi larva cypris yang mirip ostracoda.
Teritip dewasa non parasit dapat dikatakan tidak mempunyai kepala,
kebanyakan tidak mempunyai abdomen, dan ruas-ruas tubuh tidak jelas. Bagian
tubuh yang utama ialah kepala dan baian anterior badan (thorax). Antena pertama
hanya tampak bekasnya saja berupa kelenjar perekat dan antena kedua tumbuh
menyatu. Yang tampak sangat jelas dan khas adalah adanya 6 pasang apendik
thorax. Eksopodit dan endopodit tiap apendik tersebut sangat panjang, beruas-ruas
dan dilengkapi setae, disebut cirri darimana asal nama cirripedia. Cirri berfungsi
untuk menangkap makanan. Dari 5 ordo hanya Thoracica yang buka parasit. Jenis
Thoracica ada dua macam, bertangkai dan tidak bertangkai. Barnacle bertangkai
mempunyai tangkai panjang (peduncle, stalk), ujung yang satu menempel pada
substrat dan diujung yang lain terletak bagian tubuh yang utama (capitulum).
Capitulum adalah bagian preoral. Capitulum dibungkus karapas (mantel). Pada

135
permukaan mantel paling sedikit terdapat 5 keping penutup. Bentuk barnacle
sessile mirip bentuk buah kelapa yang masih sebesar kelereng. Beberapa keping
cangkang tersusun seperti genteng, terletak didasar capitulum merupakan dinding,
dan dibagian atas terdapat operkulum yang terbentuk dari erga dan scuta yang
dapat digerakkan. Branacle bertangkai berukuran beberapa milimeter sampai 7
cm, termasuk tangkai. Spesies tanpa tangkai umumnya berdiameter beberapa cm,
kecuali beberapa spesies seperti Balanus psittatus di pantai Amerika Selatan
mencapai 23 cm dan berdiameter 8 cm, spesies terkecil hanya beberapa milimeter.
Sebenarnya banyak tertitip yang berwarna warni, merah, jingga, putih, kesumba,
ungu atau bergaris-garis bila tidak tertutup oleh organisme sessile yang lain.

4.5 Reproduksi Cirripedia


Teritip seperti kebanyakan binatang penempel lainnya berkembang biak
secara hermaprodit, yaitu tidak membuahi telurnya sendiri tetapi menyemprotkan
spermanya kepada teritip lain yang terdekat. Teritip melakukan fertilisasi
(pembuahan) secara internal yang terjadi dalam rongga tubuh. Pembuahan dapat
berlangsung apabila sperma membuahi sel telur. Telur yang telah dibuahi
dieramkan dalam rongga tubuh sampai menjadi larva naupli. Larva naupli
dicurahkan ke laut sebulan setelah penetasan.

Costow dan Bookhout (1957) dalam Ermaitis (1984) menyatakan stadium larva
terdiri dari naupli, enam stadium yakni naupli I-VI . Lama waktu untuk melewati
stadium naupli berbeda-beda. Naupli I membutuhkan waktu 15 menit sampai 4
jam. Naupli II berkisar antara 1-2 hari, naupli III berkisar antara 1-4 hari, stadium
IV berkisar antara 1-2 hari, stadium V membutuhkan waktu 2-4 hari dan untuk
menyelesaikan stadium VI membutuhkan 2 sampai 3 minggu. Larva naupli
berkembang menjadi larva cypris melalui pergantian kulit yang terjadi satu
sampai tiga kali dalam seminggu. Pada pergantian kulit selanjutnya akan
terbentuk larva cypris. Cypris kemudian melata dan menetap menjadi teritip muda
dan akhirnya membentuk cangkang yang keras.

136
Fase
plank
tonik

Fase
plank
tonik

Gambar 110. Siklus Hidup Cirripedia

4.6 Habitat dan Contoh Spesies Cirripedia


Cirripedia hidup sebagai parasit dan terdapat di air laut yang menempel pada
batuan, gundukan tanah, kulit kerang-kerangan atau hampir semua permukaan
benda padat yang dapat untuk berpegangan dengan erat. Kebiasaan hidup
berbeda-beda mulai dari kehidupan betul-betul bebas, komensalisme, secara
kebetulan sampai kepada parasitisme patogenik ekstrim.

Gambar 111. Larva Naupilus

Sepeti halnya crustacea, cirripedia bagian pertama hidupnya dari larva Nauplius
yang terindikasi sebagai plankton.

137
4.7 Peranan Cirripedia
Cirripedia mempunya fase hidup sebagai zooplankton, cyprid dan naupliu
smerupakan zooplankton. Mereka mempunyai peranan sebagai pakan ikan.
Cirripedia parasit pada ikan dan kura-kura.

DaftarPustaka
BAB I & BAB 2 :

Alcaraz, Miguel. 2007. Zooplankton Ecology. Spain : Institut de Ciences del Mar

138
Anonim. 2011. Protozoa.
http://staff.unila.ac.id/hasti/files/2011/11/PROTOZOA.pdf Diakses pada
tanggal 6 Mei 2017 pukul 07.14

Agin, Tama. 2014. “Kandungan Gizi Rotifera sebagai Pakan Alami”.


http://www.alamikan.com/2014/05/kandungan-gizi-rotifera-sebagai-
pakan.html Diakses pada tanggal 5 Mei 2017 pukul 20:31 WIB.

Anonim. 2015. Pengertian Protozoa, Ciri-Ciri, Klasifikasi & Reproduksi


http://www.artikelsiana.com/2015/05/pengertian-protozoa-ciri-ciri-
klasifikasi-reproduksii.html?m=1 Diakses pada tanggal 6 Mei 2017 pukul
06.23

Barnes, R. D. 1987. Invertebrate Zoologi, 5th Edition. W. B. Saunder Company.


Philadelphia. London

Djuhanda, T. 1980. Kehidupan Dalam Setetes Air. Bandung: Penerbit ITB

Fenchel, Tom, dkk. 1990. Water Column Anoxia : Vertical Zonation of Protozoa.
Denmark : Marine Ecology Progress Series.

Isnansetyo Alim dan Kurniastuty (1995), Teknik Kultur Phytoplankton


Zooplankton. Pakan Alam untuk pembenihan organism laut. Kanisius,
Yokyakarta.

Joko. 2015. Peranan Protozoa dalam Kehidupan. http://jokowarino.id/peranan-


protozoa-dalam-kehidupan/#respond Diakses pada tanggal 5 Mei 2017
pukul 22:43 WIB.

Karta. 2010. Filum Rotifera. http://kartaj09.student.ipb.ac.id/2010/09/28/filum-


rotifera/ Diakses pada tanggal 6 Mei 2017 pukul 06.54 WIB.

Mujiman, A. 1998. Makan Ikan. Jakarta: Penerbit PT. Penerbar Swadaya

Priyambodo, K & Tri. 2001. Budidaya Pakan Alami untuk Ikan. Jakarta: PT.
Penebar Swadaya.

Sachlan, M. 1980. Planktonologi. Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan dan


Perikanan UNDIP Semarang.

Willkinson, Dana. 2011. Zooplankton – A lake’s Best Friend.

BAB III- BAB V:

Anonim. Ostracods. http://www.ucl.ac.uk/GeolSci/micropal/ostracod.html


Diakses pada tanggal 14 Mei 2017 pukul 10.03 WIB

139
Anonim. Introduction to the Ostracoda.
http://www.ucmp.berkeley.edu/arthropoda/crustacea/maxillopoda/ostracoda.
html Diakses pada tanggal 14 Mei 2017 pukul 10.45 WIB

Anonim.General Morphology and Ecology of Ostracods.


http://www.nio.org/userfiles/morphology_ecology_ostracods.pdf Diakses
pada tanggal 14 Mei 2017 pukul 12.01 WIB

Arinardi, et al. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan


di Perairan Kawasan Timur Indonesia. P3O-LIPI. Jakarta.

Arinardi et al. 1997. Plankton; Fitoplankton dan Zooplankton. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Borror.J.Donald. 1982. An Introduction to the study of insect. Ohio. Rinehart and


Winston,inc.

Bougis, P. 1976. Marine Plankton Ecology. North-Holland Publishing Company,


Amsterdam - American Elsevier Publishing Company. New York.

Elsevier. 1978. Introduction to Marine Micropaleontology (edited by B.U.


Haq, A. Boersma). Elsevier Science Singapore Pte Ltd.

John A. Freeman and Michael N. Horst. 1993. The Crustacean Integument,


Morphology and Brochemistry. Alabama. University of Alabama mobile.

Lavens, P. And P. Sorgeloos. 1996. Manual on The Production and Used of Live
Food for Aquaculture .FAO Fisheries Techical

Lynne M. Witty. 2004. Practical Guide to Identifying Freshwater Crustacean


Zooplankton. Cooperative Freshwater Ecology Unit Department of Biology,
Laurentian University 935 Ramsey Lake Road Sudbury, Ontario, Canada.

Mudjiman. 2008. Makanan Ikan. Penerbit : Penebar Swadaya Jakarta

Mokoginta, I. 2003. Budidaya Pakan Alami Air Tawar. Modul Daphnia sp.
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Bidang Budidaya
Ikan Program Keahlian Budidaya Ikan Air Tawar

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia


Pustaka, Jakarta

Sachlan, M. 1980. Planktonologi. Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan dan


Perikanan UNDIP Semarang.

Sunarto. 2008. Karakteristik Biologi dan Peranan Plankton bagi Ekosistem Laut.
FPIK Unpad http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

140
content/uploads/2009/12/karakteristik_biologi_dan_peranan_plankton.pdf
Diakses pada tanggal 14 Mei 2017 pukul 12.38 WIB

Waterman, T.H. 1960. The Physiology of Crustacean Volume : Metabolism and


Growth. Academic Press. New York.

BAB VI - BAB IX :

Anonim. Scyphomedusae. http://jellieszone.com/scyphomedusae/ Diakses pada


tanggal 18 Mei 2017 pukul 16.15 WIB

Anonim. Nematoda . http://192.171.193.133/detail.php?sp=NEMATODA Diakses


pada tanggal 18 Mei 2017 pukul 16.25 WIB

Anonim. Phylum Nematoda: Classes, Characteristics, Examples.


http://study.com/academy/lesson/phylum-nematoda-classes-characteristics-
examples.html Diakses pada tanggal 18 Mei 2017 pukul 16.31 WIB

Anonim. Sagittodea . https://www.inaturalist.org/taxa/246116-Sagittoidea Diakses


pada tanggal 18 Mei 2017 pukul 16.18 WIB

Brusca, R.C., Brusca, G.J., 1990. Invertebrates. Sinauer Associates, Sunderland.

Buchmann K & Bresciani J. 2001. An Introduction to Parasitic Diseases of


Freshwater Trout. Denmark: DSR Publisher.

Hammond, G. 2009. Hydrozoa. http://animaldiversity.org/accounts/Hydrozoa/


Diakses pada tanggal 18 Mei 2017 pukul 16.07

Noga EJ. 1996. Fish Disease Diagnosis and Treatment. Boston: Mosby Year
Book.

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia


Pustaka, Jakarta

Mills, C. Hydromedusae. http://jellieszone.com/hydromedusae/. Diakses pada


tanggal 18 Mei 2017 pukul 15.06

Morris, M. and D. Fautin 2001. "Scyphozoa" (On-line), Animal Diversity Web.


Accessed May 17, 2017 at http://animaldiversity.org/accounts/Scyphozoa/

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas


Diponegoro. Semarang.

Yanong EPR.2002. Nematode infection in fish.Aquaculture.91:1-8.

141
BAB X – BAB XIII :

Anonim. Acorn worm. https://www.britannica.com/animal/acorn-


worm#ref105919 Diakses pada tanggal 21 Mei 2017 pukul 15.15 WIB

Anonim. Chordates .
http://www.natureatlas.org/zooplankton/midatlantic/chordata.php Diakses
pada tanggal 21 Mei 2017 pukul 18.31 WIB

Anonim. Filum Echinodermata : Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi, Reproduksi,


Contoh http://www.nafiun.com/2012/12/filum-echinodermata-siklus-hidup-
ciri-ciri-klasifikasi-reproduksi-contoh.html Diakses pada tanggal 21 Mei
2017 pukul 13.21 WIB

Brian Speer, 2000. The Schapopoda


http://www.ucmp.berkeley.edu/taxa/inverts/mollusca/scaphopoda.php
Diakses pada tanggal 21 Mei 2017 pukul 11.32 WIB

Goodheart. 2010. Meet the Amazing Salps.


https://goodheartextremescience.wordpress.com/2010/01/27/meet-the-
amazing-salp/ Diakses pada tanggal 21 Mei 2017 pukul 17.01 WIB

Hartono, Juni. 2016. 5 Klasifikasi Mollusca (Kelas Amphineura, Gastropoda,


Cephalopoda, Scaphopoda, Pelecypoda)
http://www.biomagz.com/2016/02/5-klasifikasi-mollusca-kelas-
amphineura.html Diakses pada tanggal 21 Mei 2017 pukul 11.56 WIB

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia


Pustaka, Jakarta

Nontji. 2008. Plankton Laut. Jakarta : LIPI Press

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas


Diponegoro. Semarang.

Shriya. Balanoglossus: Description and Digestive System | Zoology.


http://www.notesonzoology.com/phylum-hemichordata/balanoglossus-
description-and-digestive-system-zoology/6247 Diakses pada tanggal 21
Mei 2017 pukul 17.17 WIB

Sri. 2016. Ciri, Klasifikasi Filum Moluska. http://www.sridianti.com/ciri-


klasifikasi-filum-moluska.html Diakses pada tanggal 21 Mei 2017 pukul
11.43 WIB

142

Anda mungkin juga menyukai