Anda di halaman 1dari 29

PSA 21

LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI DAN FISIOLOGI MAKHLUK HIDUP
SISTEM ORGAN HEWAN MARMUT

Kelompok 4:
Silvia Aprillita E.P (21030654007)
Fia Mara Gama W. (21030654010)
Anita Septi Amanda (21030654014)
Novitasari R. (21030654026)
Arifa Billa (21030654074)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SAINS
2022
SISTEM ORGAN HEWAN MARMUT
ABSTRAK
Pada percobaan yang berjudul “Sistem Organ Hewan Marmut”
dilaksanakan di Laboratorium IPA ruang 1 lantai 2 Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya
pada hari Senin, 31 Oktober 2022 pukul 13.00-15.00 WIB. Pengamatan ini
bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan ciri morfologi dan anatomi
hewan marmut. Metode yang digunakan pada percobaan ini yaitu pengamatan
karena tidak ada variabel yang dimanipulasi dan langkah kerjanya pun hanya
mengamati awetan marmut. Ciri morfologi atau ciri yang terlihat dari luar hewan
marmut yaitu matanya berjumlah 2 dan berbentuk bulat, gigi serinya yang panjang,
tangan dan kaki masing-maisng berjumlah dua, dll. Sedangkan ciri anatomi atau
ciri yang berada di dalam tubuh hewan marmut ialah ginjal yang berjumlah 2 dan
berbentuk seperti biji kacang, proses pencernaan yang dimulai dari mulut,
kerongkongan, lambung, usus, lalu anus, jantung, sistem reproduksi, dll.

Kata kunci: marmut, morfologi, anatomi

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v

DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Pertanyaan Pengamatan ............................................................................... 2

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 3

A. Morfologi & Anatomi Marmut .................................................................... 3

B. Organ Hewan ............................................................................................... 5

C. Sistem Organ ................................................................................................ 6

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 9

A. Metode Penelitian......................................................................................... 9

B. Tanggal, Waktu, dan Tempat Penelitian ...................................................... 9

C. Alat dan Bahan ............................................................................................. 9

D. Variabel dan Definisi Operasional ............................................................... 9

E. Rancangan Penelitian ................................................................................. 10

F. Langkah Kerja ............................................................................................ 10

G. Alur Penelitian ........................................................................................... 10

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN .............................................................. 11

A. Data ............................................................................................................ 11

B. Analisis....................................................................................................... 13

C. Pembahasan ................................................................................................ 13

iii
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 20

A. Simpulan .................................................................................................... 20

B. Saran ........................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

LAMPIRAN ......................................................................................................... 23

A. Dokumentasi .............................................................................................. 23

B. Laporan Sementara..................................................................................... 24

C. Lembar Kerja Mahasiswa .......................................................................... 25

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Rancangan Percobaan Sistem Organ Hewan Marmut ..................... 10

v
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Morfologi Sistem Organ Hewan Marmut ............... 11

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Anatomi Sistem Organ Hewan Marmut.................. 11

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mamalia merupakan kelompok tertinggi dalam dunia hewan. Ciri
khas mamalia adanya kelenjar mammae (glandula mammae) pada hewan
betina yang bersifat aprokin untuk menyusui anaknya. Anggota gerak depan
pada mamalia dapat bermodifikasi untuk berlari, menggali, berenang, dan
terbang. Salah satu contoh hewan mamalia adalah Marmut (C. porcellus).
C. porcellus merupakan anggota mamalia yang berordo Rodentia, yaitu ordo
hewan pengerat seperti tikus dan kelinci yang mempunyai gigi pemotong
seperti pahat dan berguna untuk memotong dan mengerat, tetapi
makanannya adalah tumbuhan. Marmut mempunyai badan pendek, kuat,
dan bertelinga pendek. Hewan ini ketika dalam mengandung menghabiskan
waktu yang cukup lama yaitu sembilan minggu. (Permatasari, 2021).
Marmut merupakan salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh manusia
serta mengandung protein hewani yang berguna bagi pertumbuhan tubuh.
Marmut mempunyai glandula mammae yang menghasilkan air susu yang
diberikan kepada anak-anaknya. Hewan ini paling banyak makan sayur-
sayuran tetapi ada juga yang makan rumput.
Marmut mempunyai suhu tubuh tetap, tidak terpengaruh terhadap
lingkungan luar (homoitermis) dimana dapat mempertahankan suhu
tubuhnya apabila suhu lingkungan tidak kurang dari 180 ͦ C dan tidak lebih
dari 400 ͦ C karena didukung oleh rambut yang tumbuh diseluruh tubuhnya.
Kulit banyak mengandung kelenjar yaitu kelenjar sebacius, keringat, bau,
dan susu. Tubuhnya terdiri dari caput, truncus, dan cauda yang dapat
dibedakan dengan nyata. Caput dihubungkan oleh truncus dan leher. Hewan
ini mempunyai kaki depan yang berjari lima, kaki belakang dengan empat
jari dan bercakar, namun tidak memiliki taring. C. porcellus mempunyai
badan pendek, kuat, dan bertelinga pendek. (Kusumawardani, 2016).
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai anatomi dan fisiologi
mahluk hidup sistem organ marmut maka dilakukanlah pengamatan dengan
menggunakan awetan basah pada organ hewan marmut.

1
B. Pertanyaan Pengamatan
Adapun pertanyaan pengamatan pada praktikum sistem organ
hewan marmut yaitu:
1. Bagaimana hasil pengamatan sistem organ pada hewan marmut ?
2. Bagaimana deskripsi dari sistem organ pada hewan marmut ?
C. Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum sistem organ hewan marmut yaitu :
1. Mengamati sistem organ pada hewan marmut.
2. Mendeskripsikan sistem organ pada hewan marmut.

2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Morfologi & Anatomi Marmut
Marmut (Cavia porcellus) merupakan hewan dari kelas mamalia
yang berdarah panas (homoioterm). Marmut mempunyai suhu tubuh tetap,
tidak terpengaruh terhadap lingkungan luar dimana mereka dapat
mempertahankan suhu tubuhnya karena didukung oleh rambut yang tumbuh
diseluruh tubuhnya. Marmut merupakan anggota mamalia yang berordo
rodentia, yaitu ordo hewan pengerat seperti tikus dan kelinci yang
mempunyai gigi pemotong seperti pahat dan berguna untuk memotong dan
mengerat (Brotowijoyo, 1993). Storer dan Usinger (1997),
mengklasifikasikan Marmut (Cavia porcellus) sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Familia : Cavidae
Genus : Cavia
Spesies : Cavia porcellus
Marmut (Cavia porcellus) mempunyai badan pendek, kuat dengan
kaki dan telinga yang pendek. Marmut biasanya tinggal di lubang-lubang
dalam tanah atau dalam sarang diantara rumput tinggi. Hidupnya
membentuk kelompok kecil tetapi juga kadang membentuk kelompok
besar. Badan marmut gemuk, pendek, dan mudah menyimpan panas dengan
baik pada suhu rendah dari pada suhu tinggi (Walter, H, 2003).
Marmut mempunyai suhu tubuh tetap, tidak terpengaruh terhadap
lingkungan luar (homoitermis) yaitu mereka dapat mempertahankan suhu
tubuhnya apabila suhu lingkungan tidak kurang dari 180 ͦ C dan tidak lebih
dari 400 ͦ C karena didukung oleh rambut yang tumbuh diseluruh tubuhnya.
Kulit banyak mengandung kelenjar yaitu kelenjar sebacius, keringat, bau,
dan susu. Hewan ini mempunyai kaki depan yang berjari lima, kaki
belakang dengan empat jari dan bercakar, namun tidak memiliki taring.

3
Cavia porcellus mempunyai badan pendek, kuat, dan bertelinga pendek
(Brotowidjoyo, 1993). Marmut sebagai hewan pengerat yang memakan dan
memotong. Membran nictionas struktur kelenjar susu yang terletak di
lipatan paha, alat kelamin luar dan tungkai terdapat pada badannya. Tungkai
depan berjari empat dan tungkai berjala tiga (Niraj, 2012).
Cavia porcellus termasuk ordo rodentia, yang jumlahnya kira-kira
3000 jenis. Telinga marmut dilengkapi daun telinga (pina auricula), pada
mulut terdapat labium inferior dan labium superior. Cavia porcellus
termasuk ordo rodentia yang merupakan anggota mamalia yang bagian
caecumnya berkembang lebih baik dari semua mamalia yang ada dalam satu
spesies. Ordo Rodentia mempunyai ciri-ciri antara lain pentadactyl atau jari-
jari dengan cakar, berbentuk pahat dan dapat tumbuh terus, tidak ada dentis
kanini. Jumlah dentis premoralis variable, mulut sebelah depannya dibatasi
oleh bibir atas dan bawah. Bibir atas ditengah-tengahnya bercelah sehingga
gigi-giginya terlihat. Gigi marmut pada masing-masing rahang ada dua.
Lengan bawah dapat pronasi dan supinasi, sedangkan khususnya untuk
genus Cavia memiliki ciri tidak berekor. Uterusnya bertipe duplex,
merupakan tipe yang paling primitif dimana bagian kanan dan kiri uterus
terpisah oleh adanya vagina pada hewan betina (Walker et al, 2014).
Lidah marmut dilapisi oleh selaput lendir dan tonjolan-tonjolan kecil
yang banyak mengandung sel-sel indra perasa yang berhubungan dengan
saraf. Caecum marmut berfungsi untuk cadangan makanan sementara,
sedangkan pankreas berfungsi sebagai kelenjar cerna dan kelenjar buntu
yang menghasilkan hormon insulin. Tubuh mamalia pada umumnya dapat
dibedakan secara jelas antara caput, cervix, truncus, dan cauda. Mulut,
lubang hidung, mata dan lubang telinga pada marmut terdapat pada bagian
caput. Telinga marmut dilengkapi daun telinga (pina auricula), pada mulut
terdapat labium inferior dan labium superior (Radiopoetro, 2006).
Marmut termasuk dari reptil Sinodon (periodik Triassik) yang
giginya berdiferensiasi. Ordo paling besar adalah rodentia, misalnya tandir
beaver, tikus dan hewan-hewan kecil yang mempunyai gigi seri sebagai gigi
pengerat. Kelenjar pada kulit mamalia antara lain sebacius, kelenjar

4
keringat, kelenjar bau, dan kelenjar mamae. Pernafasan dengan pulmo,
laring mempunyai tali suara, muscullus diafragmaticus sempurna
memisahkan pulmo dan cor dengan rongga abdominalis. Ordo rodentia
mempunyai tubuh kecil, beranggota badan, berjari lima dan berkuku (Satoh,
2007).
B. Organ Hewan
Sama halnya dengan manusia dan tumbuhan, hewan juga memiliki
organ-organ penyusun untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Organ adalah
kumpulan atau golongan jarigan yang memiliki fungsi (Kasiyati, 2014).
Organ hewan secara umum mencakup jantung, paru-paru, otak, mata,
lambung, limpa, pankreas, ginjal, hati, usus, kulit, uterus, aliran urin, dll.
Begitu pula pada marmut, ia juga memiliki organ-organ penyusunnya.
Tubuh marmut terdiri dari caput (kepala), cervix (leher), truncus
(badan), extremitas anterior, extremitas posterior dan cauda (ekor) yang
tumbuh rudimenter. Caput marmut menunjang sebuah mulut yang lebar
untuk mengambil makanan. Terdapat dua lubang hidung, dua mata
berbentuk bola, dan di sebelah posterior mata terdapat gendang telinga atau
membran timpani. Akhir dari badan terdapat anus sebagai alat pengeluaran
(Djuhanda, 1982).
Marmut mempunyai anggota badan bersifat pentadactyl, jari-jarinya
mempunyai cakar. Hewan ini memiliki satu gigi incisivus pada tiap rahang
dan dapat tumbuh terus (Radiopoetro,1986). Kepala C. porcellus terdapat
mulut yang sebelah depannya dibatasi oleh bibir atas dan bawah. Bibir atas
di tengahnya bercelah sehingga gigi serinya dapat terlihat dari luar. Mulut
marmut pada bagian atasnya terdapat lubang hidung dan di sekitar mulut.
Pada hidung terdapat rambut-rambut perabu (vibrikae). Mata marmut ada
sepasang yang dilengkapi dengan kelopak mata (Djuhanda, 1982).
Tubuh marmut dilindungi oleh rambut, kulit banyak mengandung
bermacam macam kelenjar, tengkorak mempunyai dua kondil oksipital,
pada rahang tertanam gigi di dalam kanteng gigi (alveolar) yang berbentuk
dan besarnya berbeda-beda dalam satu individu (heterodon), kaki
teradaptasi untuk berjalan, memanjat, menggali tanah, berenang, atau

5
terbang. Jantung beruang empat dengan sekat-sekat yang sempurna,
lengkung aorta hanya satu yaitu pada sebelah kiri, paru-paru relatif besar
dan kenyal terdapat di rongga dada. Antara rongga dada dan perut terdapat
sekat rongga tubuh yang dinamakan difragma. Pernapasan menggunakan
pulmo, larink mempunyai tali suara, mempunyai diafragma anticus
sempuma yang memisahkan pulmo dan cor dengan rongga abdominalis
(Djuhanda, 1982) .
Rambut pada mamalia termasuk C. porcellus menutupi hampir
seluruh tubuh kecuali telapak kaki, kuku, glans penis, hubungan
mukocutaneus dan putting susu pada beberapa spesies. Kuku bersifat lentur
menghasilkan bentuk keratin oleh folikel rambut. Folikel rambut terbentuk
dari pertumbuhan ecroderm ke mesoderm embrio dibawahnya.
Pertumbuhan ke bawah pada epitel terbentuk saluran dari sel-sel sekitarnya
berdiferensiasi menjadi beberapa lapis atau selubung yang mengelilingi akar
rambut (Dellman & Ester, 1992).
Marmut memiliki jantung beruang empat, yakni dua atrium dan dua
ventrikel dengan sekat pemisah yang sudah sempurna dan paru-paru hewan
ini terdiri dari tujuh lobi, memiliki diafragma yang merupakan pembatas
rongga dada dan perat (Kimball, 1991). Marmut atau C. porcellas
merupakan hewan pengerat, makanannya tumbuh-tumbuhan dan
mempunyai gigi pemotong seperti pahat yang berguna untuk pemotong dan
mengerat (Djuhanda, 1982).
C. Sistem Organ
Sistem Organ marmut terdiri dari :
1. Sistem pernafasan
Sistem pernafasan marmut terdiri dari trakea, bronkus, bronkioli,
dan paru-paru. Trakea disokong oleh cincin-cincin rawa yang terbuka
pada bagian dorsalnya, bekerja sebagai jalan nafas. Pangkal dari trakea
berupa rongga yang disebut laring. Cabang dari trakea adalah bronkus
yang kemudian membentuk percabangan lagi disebut bronkioli. Paru-
paru terdiri dari beberapa lobi yang terdapat dalam rongga pleural.
Selaput yang membungkusnya yang disebut pleura.

6
2. Sistem pencernaan
Sisitem pencernaan marmut terdiri dari cavum oris, faring,
oesophagus gastrum, intestinum, caecum, colon, rectum,dan anus.
Caecum pada marmut berkembang dengan baik. Cavia porcellus
mempunyai kelenjar-kelenjar pencernaan yaitu hati dan pankreas. Hati
merupakan suatu kelenjar yang besar dan berwarna merah kecokelatan
yang terbagi atas beberapa lobi. Tiap lobi terdapat ductus hepaticus
yang mengeluarkan sekresi ke vesica felea (kantong empedu). Pankreas
terletak antara pars ascendens dan pars descendens dari duodenum
berwarna merah mudadan bersaluran membentuk ductus pancreaticus,
dimana didalamnya terdapat selyang disebut insulae langerhensi (Island
of Langerhans) yang menghasilkansekresi (hormon) berupa insulin
yang langsung masuk ke pembuluh darah.
3. Sistem urogenitalia
Sistem urogenitalia pada marmut meliputi sistem ekskresi atau
urinaria dan sistem genitalia. Sistem ekskresi pada marmut pada
umumnya terdiri atas ginjal, ureter, vesica urinaria, dan urethra. Sistem
genitalia marmut jantan meliputi sepasang testis, ductus defferens,
epididimis yang tersusun atas caput, corpus, caudal, glandula
vesiculosa, glandula prostate, dan glandula bulbo urethra. Sistem
genitalia jantan yaitu berupa testis. Testis pada marmut berjumlah
sepasang, bentuknya bulat telur dan terletak di dalam skrotum,
dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa, tunica albuginea. Jika testis
tidak turun ke skrotum disebut Cryptorchydism yang menyebabkan
sterilitas. Lintasan antara rongga abdomen dan rongga skrotum disebut
saluran inguinal. Saluran reproduksi pada marmut berupa tubulus
mesonephros berkembang menjadi ductusefferens kemudian akan
menuju epididymis. Epididymis terletak di sekelilingtestis. Epididymis
anterior (caput epididymis) lalu ke arah posterior corpus dancauda yang
berbatasan dengan ductus defferens. Ductus wolf menjadi epididymis,
ductus defferens, dan vesikula seminalis. Sistem genitalia betina yaitu
berupa ovarium. Ovarium pada marmut berjumlah sepasang,

7
merupakan organ yang kompak, dan terletak di dalam rongga pelvis.
Ductus muller pada mamalia yang lain dapat membentuk oviduct,
uterus,dan vagina. Bagian anterior oviduct (tuba falopii) membentuk
infundibulum yangterbuka kearah rongga selom.
4. Sistem Otot
Sistem otot pada mamalia ada 3 macam, otot lurik, otot polos dan
otot jantung. Otot lurik memiliki miofibril yang tampak memamntulkan
cahaya berselang-seling, gelap terang berjejer teratur membentuk
seperti pita vertikal terhadap pros otot, sehingga disebut otot lurik. Sel
otot polos berbentuk gelendong. Sel bertetangga yang dihubungkan
dengan junctional kompleks, sekeliling sel ada selaput jaringan
pengikat endomisium. Otot jantung dibina atas otot lurik bercabang
cabang dan bertemu dengan serat tetangga, sehingga secara
keseluruhan terbentuk jalinan serat otot. Terdapat pada jantung.
Persyaratan : autonom, tak dibawah kesadaran atau kemauan
(involounter) (Kusumawardani, 2016).

8
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian pada praktikum sistem organ hewan marmut
adalah pengamatan atau observasi. Hal tersebut diketahui dari tidak adanya
variabel yang dimanipulasi pada percobaan. Sehingga dalam percobaan
hanya melakukan pengamatan atau observasi pada awetan basah hewan
marmut.
B. Tanggal, Waktu, dan Tempat Penelitian
Pada percobaan sistem organ hewan dilaksanakan pada Hari Senin,
tanggal 31 Oktober 2022 pukul 13.00 – 15.00 WIB yang bertempat di
Laboratorium IPA ruang C12.02.01 Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya.
C. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum sistem organ hewan
adalah :
Alat :
1. Awetan basah organ hewan marmut
2. Discetting board
Bahan :
1. Sarung tangan
2. Masker
D. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel Kontrol : Awetan basah hewan marmut
Definisi Operasional : Pada percobaan kali ini yang menjadi
variabel control adalah awetan basah pada
hewan marmut
Variabel Respon : Sistem organ vetebrata marmut
Definisi Operasional : Pada percobaan kali ini yang menjadi hasil
pengamatan adalah sistem organ vetebrata
marmut

9
E. Rancangan Penelitian

Gambar 3.1 Rancangan Percobaan Sistem Organ Hewan Marmut


Sumber : Dokumentasi Pribadi
F. Langkah Kerja
Langkah kerja pada percobaan sistem organ hewan adalah :
1. Mengambil sediaan atau awetan basah sistem organ hewan
2. Meletakkan awetan pada dissecting board
3. Mengamati sediaan awetan basah
4. Menggambar sediaan sesuai tabel pengamatan
5. Memberikan keterangan bagian-bagian penyusun sistem organ
6. Mendeskripsikan ciri-ciri organ yang diamati: nama, bentuk,
letak/posisi, jumlah

G. Alur Penelitian
Awetan Basah Marmut

- Ambil awetan basah hewan marmut


- Letakkan awetan pada dissecting
board
- Amati sistem organ pada marmut
- Gambar sediaan pada tabel
- Identifikasi organ yang diamati
Hasil Pengamatan

10
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
A. Data
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Morfologi Sistem Organ Hewan Marmut
Gambar Keterangan
1. Kepala (Caput)
2. Daun telinga
(Auriculae)
3. Mata (Organon
Visus)
4. Hidung (Nares)
5. Celah mulut
(Rima Oris)
6. Leher (Collum)
Sumber : (Mustofa,dkk, 2014)
7. Perut
(Abdomen)
8. Kaki depan
9. Kaki belakang
10. Anus
11. Penis

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Anatomi Sistem Organ Hewan Marmut


Nama
Gambar Deskripsi
Organ
Bentuk seperti biji
kacang berwarna
kehitaman. Letaknya
Ginjal
didekat dengan hati dan
dibalik lampung yang
berjumlah dua.

11
Jantung beruang empat,
yaitu dua atrium dan dua
Jantung ventrikel dengan sekat
pemisah letaknya didekat
dengan paru-paru.
Sistem pencernaan
makanan pada hewan
marmut terdiri atas
saluran pencernaan
3 5
6 makanan dan kelenjar
pencernaan. Saluran
pencernaan terdiri atas:
Organ 1. rongga mulut,
Pencernaan 2. esophagus,
3. faring,
1 2 4 8 7 9
4. kerongkongan,
5. lambung,
6. usus halus,
7. usus besar,
8. usus dua belas jari,
9. anus.
Organ reproduksi marmut
terdiri atas testis yang
berjumlah dua dan penis.
Organ Testis berbentuk bulat
Reproduksi seperti telur. Bentuk
penis memanjang dengan
keadaan sedikit
menonjol.

12
Organ paru-paru
berbentuk seperti
gelendong dengan ukuran
Paru-paru
sedang terdapat pada
rongga dada berjumlah
dua.

B. Analisis
Pada hasil pengamatan sistem organ hewan marmut jantan diketahui
bahwa letak organ hewan berbeda-beda dengan karakteristik yang berbeda.
Pada organ ginjal yang berbentuk seperti biji kacang berwarna kehitaman,
letaknya di dekat dengan hati dan dibalik lambung dan ginjal berjumlah
satu. Pada organ jantung beruang empat, yaitu dua atrium dan dua ventrikel
dengan sekat pemisah dan letaknya didekat paru-paru yang berwarna putih
kecoklatan muda. Pada organ pencernaan hewan marmut memiliki sistem
pencernaan makanan oada marmut terdiri atas saluran pencernaan makanan
dan kelenjar pencernaan. Pada saluran pencernaan terdiri atas rongga mulut,
esofagus, faring, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar usus dua
belas jari yang berbentuk kantung besar terjadi sistem pencernaan sehingga
keluar melalui anus. Pada organ reproduksi hewan marmut terdiri atas testis
dan penis. Pada testis hewan marmut berjumlah dua sedangkan penis hewan
marmut berjumlah satu. Testis hewan marmut berbentuk bulat seperti telur.
Bentuk penis memanjang dengan keadaan sedikit menonjol. Pada organ
paru-paru berbentuk seperti gelendong dengan ukuran sedang yang terletak
pada rongga dada berjumlah dua.
C. Pembahasan
Morfologi artinya struktur kata suatu bahasa atau cabang linguistic
yang mempelajari struktur kata suatu bahasa (Trask, 2007). Morfologi
hewan bisa diartikan sebagai bentuk tubuh atau salah satu organ tubuh
hewan yang memiliki bentuk struktur atau bentuk luar dari sebuah
organisme. Pada morfologi hewan marmut, tubuhnya terdiri atas kepala
(caput). Dimana hal itu sesuai dengan pernyataan Djuhanda (1982), bahwa

13
tubuh Marmut dibagi menjadi caput (kepala), cervix (leher), truncus
(badan), extremitas anterior, extremitas posterior, serta cauda (ekor) yang
tumbuh rudimenter. Caput Marmut berfungsi untuk menunjang sebuah
mulut yang lebar untuk mengambil makanan. Caput dihubungkan dengan
truncus oleh leher (cervix). Leher (cervix) berfungsi sebagai penghubung
antara daerah kepala dengan tubuh pada marmut. Pada daerah kepala
marmut yang terdiri atas rima oris (mulut), nares (hidung), mata (organon
visus), dan telinga (auriculae). Mulut marmut terdapat pada bagian atasnya
terdapat lubang hidup di sekitar mulut yang berfungsi sebagai membantu
menelan dan memasukkan makanan ke lidah. Pada hidung marmut terdapat
rambut-rabut peraba (vibrissae) untuk pernafasan keluar masuknya oksigen.
Mata (organon visus) marmut terdiri atas sepasang mata yang dilengkapi
dengan kelopak mata yang berfungsi sebagai alat bantu untuk melihat dan
mengamati makanan yang akan menjadi asupan pada hewan marmut.
Telinga marmut berada disamping atas bagian daerah kepala hewan
marmut, yang digunakan sebagai alat pendengaran untuk menganalisa
keadaan sekitar terdapat mangsa atau tidak (Mustofa,dkk, 2014). Tubuh
marmut dilindungi oleh rambut yang sangat banyak di luar tubuh, kulit
banyak mengandung bermacam-macam kelenjar, tengkorak mempunyai
dua kondil oksipital, pada rahang tertanam gigi di dalam kantung gigi
(alveolar) yang berbentuk dengan besar yang berbeda-beda dalam satu
individu (heterodon) (Hikamah, 2022). Pada bagian badan marmut yang
terdiri atas kaki depan, kaki belakang, anus, serta penis memiliki fungsi
yang berbeda-beda. Kaki depan maupun belakang pada hewan marmut
berguna untuk berjalan, memanjat, menggali tanah, berenang, atau
terbang.Sedangkan pada bagian anus digunakan untuk mengeluarkan feses
akibat proses pencernaan di dalam perut hewan marmut (Djuhanda, 1982).
Pada anatomi marmut, terdapat beberapa sistem organ seperti sistem
pencernaan, sistem pernapasan, sistem reproduksi, sistem ekskresi, dan
sistem peredaran darah, dll. Sistem pencernaan makanan pada marmut
terdiri atas saluran pencernaan makanan dan kelenjar pencernaan. Saluran
pencernaan terdiri atas rongga mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus

14
halus, (terdiri atas jejenum dan ileum ), usus dua belas jari (caecum)
berbentuk kantung besar yang di dalamnya terjadi pencernaan selulosa oleh
bakteri, dan usus besar. Kelenjar pencernaan terdiri atas kelenjar ludah,
kelenjar pada mucosa usus halus, pancreas, hepar, dan empedu. Sistem
pencernaan Marmut dimulai dari rima oris, dalam rima oris bermuara
kelenjar saliva, diantaranya yang terbesar adalah glandula parotis. Sistem
pencernaan marmut di mulai dari rima oris, esophagus, gastrum, jejunum,
ileum, caecum, colon rectum, dan berakhir di anus (Djuhanda, 1982).
Gastrum mempunyai kelenjar yang menghasilkan HCL dan pepsin, gastrum
terdiri dari tiga bagian yaitu: pars cardiac, fundus, dan pars pylorica
(Kimball, 1991). Gastrum pada marmut berbentuk cembung dan cekung.
Bagian cembung gastrum biasanya disebut curvatura mayor sedangkan
yang cekung disebut curvatura minor. Intestinum terdiri dari duodenum
(berbentuk U terdapat pada ductus pancreaticus dan glandula
pancreaticus), jejunum, ileum, caecum yang tumbuh dengan sempurna,
bagian yang berbentuk sedangkan yang cekung disebut curvatura minor,
Intestinum terdiri dari duodenum (berbentuk U terdapat pada ductus
pancreaticus dan glandula pancreaticus), jejunum, ileum, caecum yang
tumbuh dengan sempurna, bagian yang berbentuk seperti kantung-kantung
disebut haustrae, sedangkan lapisan yang membatasinya disebut incisura
(Dellman & Ester, 1992). Colon (ascenden, transversum, descenden, dan
sigmoideum), rectum yang merupakan muara keluar melalui anus terletak
terminal pada ujung cauda humerus. Hepar merupakan penghasil empedu
yang disimpan dalan vesica felea (Kimball, 1991).
Ventrikulus merupakan suatu pelebaran traktus digestivus yang
berungsi untuk penyimpanan sementara makanan sebelum masuk ke
intestinum. Ventrikulus pada marmut terbagi menjadi bagian cardiac yang
terletak berbatasan dengan esofagus, fundus yaitu bagian yang membesar,
body yang merupakan bagian tengah ventrikulus dan pylorus yaitu bagian
yang berbatasan dengan intestinum tenue. Struktur mikro anatomis
ventrikulus terdiri dari 4 lapisan yaitu lapisan mukosa, submukosa,
muskularis, dan serosa (Kasiyati, 2014).

15
Sistem urogenitalia marmut yang terdiri dari sistem urinaria yaitu
sepasang ren yang berwarna merah tua dan berbentuk seperti kacang
terletak di daerah lumbo dorsal dan rongga abdomen. Sepasang ureter yang
tertanam dan hillus dari ren berperan untuk mengalirkan urin. Vesica
urinaria berfungsi sebagai tempat penampungan urin sementara (Kimball,
1991). Ren mamalia bertipe metanephros dengan dua ureter yang
mengeluarkan kemih langsung ke kandung kemih. Tidak ada veza portal
renal, dan sekretnya berbentuk cairan. Lubang genital dan anus terpisah,
baik jantan maupun betina. Fertilisasi terjadi secara internal.
Menurut Radiopoetro (1986), sistem genitalia pada marmut jantan
maupun betina sudah berkembang dengan sempurna, kedua bagian kiri dan
kanan sudah berkembang dan sama-sama produktif. Sistem reproduksinya
terdiri atas kelenjar kelamin atau gonad dan saluran kelamin. Gonad betina
dinamakan ovarium, dan gonad jantan disebut testis. Oogenesis terjadi di
dalam ovarium yang diakhiri dengan terjadinya ovulasi.
Sistem reproduksi marmut berupa tubulus mesonefrus berkembang
menjadi ductus eferen kemudian akan menuju epididimis. Epididimis
terletak di sekeliling testis. Epididimis anterior (caput epididymis) lalu ke
arah posterior corpus dan cauda yang berbatasan dengan ductus defferens.
Ductus Wolfi menjadi epididimis, ductus defferens, dan vesikula seminalis
(Nemeth et al., 2017).
Sistem ekskresi marmut terdiri dari sepasang ginjal (ren) dan
menempel pada dinding dorsal perut di daerah pinggang. Sistem ini terjadi
dari metanephros. Mulai dari ren berjalan ureter yang bermuara ke dalam
vesica urinaria. Vesica urinaria terdapat di dalam cavum pelvis, dari vesica
urinaria berjalan satu urethra yang bermuara keluar (Radiopoetro, 1986).
Marmut bernafas menggunakan paru-paru. Hal itu sesuai dengan
pernyataan Manter & Miller (1959), bahwa mamalia bernafas dengan paru-
paru yang terdapat dalam rongga dada. Percabangan paru-paru mengalami
percabangan lagi sehingga percabangan terkecil tidak lagi diperkuat oleh
cincin tulang rawan, tetapi berakhir pada ujung buntu yang disebut alveolas
yang berfungsi memperluas permukaan paru-paru, sehingga memperbesar

16
kemungkinan pertukaran udara oleh kapiler kapiler pada dinding alveolus.
Selain itu, diantara rongga dada dan perut terdapat sekat rongga tubuh yang
dinamakan diafragma. Pernapasan menggunakan pulmo. larink mempunyai
tali suara, mempunyai diafragma anticus sempuma yang memisahkan
pulmo dan cor dengan rongga abdominalis (Djuhanda, 1982).
Sistem peredaran darah terjadi di jantung marmut terdiri dari empat
ruang, dua serambi (atrium) dan dua bilik (ventrikel). Sama halnya dengan
jantung yang juga merupakan salah satu organ di dalam tubuh manusia yang
terdiri dari empat bagian, yaitu atrium (serambi) kanan, atrium kiri, ventrikel
(bilik) kanan, serta ventrikel kiri (Sahoo, 2012). Jantung dibentuk terutama
oleh tiga jenis otot jantung yaitu otot serambi, otot bilik serta serabut otot
perangsang dan pengantar khusus (Jacob, 2018). Pada dasarnya, fungsi
serambi adalah sebagai tempat lewatnya darah dari luar jantung ke bilik.
Sistem konduksi listrik dari jantung terdiri dari nodal sinoatrial (SA), nodal
atrioventrikular (AV), dan sistem his – purkinje. Proses depolarisasi diawali
di nodus SA. Arus dari nodus SA ini kemudian melewati bidang internodal
menuju nodus AV. Impuls listrik ini disebarkan kedalam kumpulan serabut-
serabut di kanan dan kiri jantung sampai pada bagian serat purkinje yang
berada di ventrikel kanan dan kiri hingga ke dua buah ventrikel bergerak
secara bersamaan (Manihuruk, 2015).
Marmut dan manusia terdapat perbedaan dan persamaan jika ditinjau
dari bentuk tubuh dan sistem organnya. Pada bentuk tubuh hewan marmut
dibagian kakinya, marmut terdiri dari akstrimitas anterior (kaki depan)
denagn empat buah digiti, ekstrimtas posterior ( kaki belakang) dengan lima
digiti sedangkan pada manusia memiliki dua kaki dan masing masing kaki
terdapat 5 jari. Selain itu perbedaan marmut dan manusia terletas pada
rongga badan. Pada marmut rongga badan terdiri dari Cavum obdimis yang
dindingnya dilapisi pleura dan cavum pericardi yang dindingnya dilapisi
pericardium. Sedangkan rongga badan pada manusia terdiri dari rongga
tubuh ventral dan rongga tubuh dorsal . Di rongga tubuh dorsal otak dan
sumsum tulang belakang berada. (Purnomo, 2019).
Pada sistem organ marmut dengan manusia sebagian terdapat

17
persamaan yaitu pada sistem pencernaan dimana pada marmut dan manusia
sam asam melibatkan cavum oris, faring, oesophagus gastrum, intestinum,
caecum, colon, rectum,dan anus. Selanjutnya pada sistem reproduksi
marmut dan manusia memliki perbedaan . Pada sistem reproduksi manusia,
organ reproduksi laki-laki terdiri dari organ reproduksi eksternal yaitu
skroturn dan penis, dan organ reproduksi internal yaitu testis, kelenjar
aksesoris, dan sekumpulan duktus. Sedangkan pada sisitem reproduksi
marmut jantan sepasang testis, ductus defferens, epididimis yang tersusun
atas caput, corpus, caudal, glandula vesiculosa, glandula prostate, dan
glandula bulbo urethra. Sedangkan pada marmut betina terdiri dari ovarium,
oviduct, uterus,dan vagina. Kemudian pada sisitem ekresi marmut juga
memiliki perbedaan dengan sisitem ekresi manusia . Sistem ekskresi pada
manusia tersusun atas ginjal, ureter, kantung kemih, hati, usus besar, kulit,
serta paru-paru. Sedangkan sistem ekskresi pada Marmut tersusun atas
ginjal, ureter, vesica urinaria, dan urethra. Pada sistem pernapasan marmut
juga memiliki perbedaan dengan sistem pernapasan manusia. Sistem
pernafasan pada manusia tersusun atas faring, epigglotis, laring, trakea,
bronkiolus, paru-paru, alveolus dan diafragma. Sedangkan sistem
pernafasan pada marmut terdiri dari trakea, bronkus, bronkioli, dan paru-
paru (Kusumawardani, 2016).
Perbedaan yang paling jelas antara jantan dan betina adalah alat
kelamin yang berbeda dan puting susu yang terdapat pada marmot betina.
Hal ini sesuai dengan pembahasan menurut Schuamer (2013), alat kelamin
jika dipencet keluar berarti jantan, sedangkan untuk betina tidak demikian
,untuk jenis kelamin betina memiliki ciri khusus dengan jumlah puting susu
2 sampai 4 buah hal ini perlu dipahami karena marmut yang produktif bisa
melahirkan anakan lebih dari 2 ekor sehingga jumlah payudara mencukupi
untuk mensuplay susu.
Setiap organ mempunyai fungsi nya masing-masing. Hati berfungsi
untuk menetralisir racun dalam tubuh, Jantung berfungsi untuk memompa
darah, Paru-paru sebagai sistem pernapasan, pergantian O2 dan H2O, Ginjal
berfungsi sebagai alat eksresi, penyerapan dan penyaringan darah, Usus

18
halus berfungsi untuk pengenceran dan penyerapan makanan yang masuk
ke dalam tubuh, Usus besar berfungsi untuk memproses sisa-sisa makanan
yang idak dapat dicerna atau diserap, Lambung sebagai salah satu organ
pencernaan, Kantung kemih berfungi untuk menampung urine sementara,
Uretra berfungsi sebagai tabung fibroskular yang mengeluarkan urine dari
kandung kemih, Alat kelamin jantan berfungsi sebagai organ dalam
reproduksi jantan, Alat kelamin betina berfungsi sebagai organ reproduksi
betina, untuk memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon.

19
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Adapun simpulan pada praktikum kali ini adalah :
1. Hasil pengamatan pada sistem organ marmut terdiri atas ; ginjal,
jantung, paru-paru, organ-organ pencernaan yaitu mulut, esofagus,
farink, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, usus 12 jari, dan
anus, serta organ-organ reproduksi yaitu testis dan penis.
2. Sistem organ pada marmut terdiri dari : Sistem reproduksi marmut
berupa tubulus mesonefrus berkembang menjadi ductus eferen
kemudian akan menuju epididimis. Sistem ekresi marmut terdiri dari
sepasang ginjal dan menempel pada dinding dorsal perut didaerah
pinggang. Sistem peredaran darah pada marmut terdiri dari 4 ruang dua
serambi (antrium) dan dua bilik (ventrikel). Dan pada sistem pernafasan
Marmut bernafas menggunakan paru-paru yang terdapat dalam rongga
dada.
B. Saran
Pada percobaan pengamatan sistem organ hewan marmut, sangat
bermanfaat untuk kelompok 4 PSA 2021. Namun, terdapat beberapa saran
agar kedepannya lebih baik lagi saat pelaksanaan praktikum yaitu:
1. Dalam melakukan praktikum sebaiknya sarung tangan yang diberikan
sejumlah mahasiswa, sehingga tidak perlu bergantian untuk memegang
marmut pada saat mengamati sistem organ dari marmut.
2. Menyiapkan masker lebih yang digunakan pada saat praktikum.
Semoga kendala pada praktikum kali ini, menjadi evaluasi dan
pertimbangan untuk praktikum selanjutnya agar lebih belajar dan
mempersiapkan hal-hal yang diperlukan saat praktikum.

20
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo, M. D. 1993. Zoologi Dasar. Erlangga.Jakarta.
Dellman, H. D. & Ester, M. B,. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Jakarta: UI-
Press.
Djuhanda, T.(1982). Anatomi Dari Empat Spesies Hewan Vertebrata. Jakarta: UI-
Press
Djuhanda, T., 1982. Anatomi dari Empat Spesies Hewan Vertebrata. Banung:
Armico.
Hikamah, S. R. (2022). Petunjuk Praktikum Zoologi Vertebrata.
Jacob, S.. 2018. Animal Anatomy: A Clinically Orientated Approach. New York :
Churchill Livingstone, Inc.
Kasiyati, H.M,. 2014. Perubahan Tinggi Sel Epitalium Villi Ventrikulus Marmut
(C. Porcellus) setelah Pemberian Teh Hijau. Buletin Anatomi dan Fisiologi,
26(1), pp. 30-45.
Kimball, J.W,. 1991. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Kusumawardani, D. (2016). Anatomi Marmut (Cavia Parcellus ).
Manihuruk, A. S. 2015. Rancangan Akuisisi Data Frekuensi Detak Jantung
Berbasis Mikrokontroller AT 89S51 Sebagai Pengukur Denyut Jantung.
Manter, H. W. &Miler. 1959. Introduction to Zoology. New York: Harpers and
Brothers.
Mustofa, Romi Faisal. (2014). Penuntun Praktikum Struktur Hewan Tasikmalaya
Nemeth, Millesi, E., Siutz, C., Wagner, K., Quint, R. & Wallner, B. 2017.
Reprodutive Perfomance and Gestional Effort in Relation to Dietary Fatty
Acids in Guinea Pigs. Journal of Animal Science and Biothechnology, 8(1),
pp.28019.
Niraj, C. B. & Vardhan, H. B. 2012. Impact Of Moringa Leaves On Erythrocytes
Maturation In A Mammal Caviaporcellus. Department Of Zoology Veer
Kunwar Singh University Ara Bhojpur Bihar. India.
Permatasari, K. (2021). Modul Pembelajaran Taksonomi Vertebrata Kelas
Mamalia.
Purnomo, E. (2019). Anatomi Fungsional.https://staffnew.uny.ac.id
Radiopoetro., 1986. Zoology. Jakarta: Erlangga.manter
Radiopoetro.2006. Zoologi. Erlangga. Jakarta.
Sahoo, J. P. 2012. Analysis of ECG signal for Detection of Cardiac Arrhytmias.
India: Thesis National Institute of Technology India.
Satoh, Kazuhiko. 2007. Comparative Functional Morphology Of Mandibular
Forward Movement During Mastication Of Two Murid Rodents, Apodemus
Speciosus (Murinae) And Clethrionomys Rufocanus (Arvicolinae). Journal
Of Morphplogy. 231 (2) : 131-142.
Schuamer, James. 2013. Equine Medicine, Surgery, and Reproduction Second
Edition. Sunders elsvier. New York.
Storer, T. I. & Usinger, R. L. 1997. General Zoology. Mc Graw-Hill Company Inc.
New York.

21
Trask, R.L. (2007). Language and linguistics: The key concepts (2nd edition). New
York: Routledge.
Walker, L. I., Soto, M. A. & Spotorno, Á. E. 2014. Similarities And Differences
Among The Chromosomes Of The Wild Guinea Pig Cavia Tschudii And
The Domestic Guinea Pig Cavia Porcellus (Rodentia, Caviidae). Journal Of
The American Animal Hospital Association. 33 (3) : 197-204.
Walter, H. E, Leonard P. Sayles. 2003. Biology Of The Vertebrates. The Macmilan
Company. New York.

22
LAMPIRAN
A. Dokumentasi

Gambar 1. Alat dan bahan Gambar 2. Mengambil sediaan atau


Sumber : Dokumentasi Pribadi awetan basah sistem organ hewan
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 3. Meletakkan awetan pada


dissecting board

23

Anda mungkin juga menyukai