FADHILA HUSNA
1810422004
3B
fadhilahusna0905@gmail.com
ABSTRAK
Praktikum Air Sebagai Komponen Tumbuhan untuk dilaksanakan pada Selasa 3 September 2019
di Laboratorium Teaching IV Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Andalas, Padang. Tujuan praktikum ini untuk mengetahui proses plasmolisis dan
deplasmolisis, mengitung tekanan osmosis dan mengukur potensial air dengan metode
Chardakov. Hasil yang didaptkan pada perlakuan sukrosa warna pada dinding sel Rhoe discolor
mulai menghilang mengalami plasmolisis dan pada perlakuan diberi air destilata warna pada
dinding sel Rhoe discolor bewarna penuh. Konsentrasi 0,1 M sukrosa arah pergerakan melayang,
0,3M sukrosa arah pergerakan melayang, 0,5M sukrosa arah pergerakan melayang, dan 0,7M
arah pergerakannya melayang.pada larutan sukrosa 0,12M Rhoe discolor presentasienya 6,748%
larutan sukrosa 0,16M pada Rhoe discolor memiliki presentase 49,13%, larutan sukrosa 0,20M
pada epidermis memiliki presentase 34,53%, sukrosa 0,24M pada epidermis memiliki presentase
37,90%. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah hasil deplasmolisis lebih lama
saripada waktu plasmolisis saat penambahan sukrosa pada. Rhoe discolor, semakin besar
konsentrasi larutan sukrosa Rhoe discolor maka semakin besar konsentrasi tekanan osmotic,
perbedaan konsentrasi sukrosa dengan arah pergerakan berbeda menunjukkan potensial masing-
masing air berbeda pula.
Berdasarkan tabel 1 didapatkan jaringan potensial larutan lebih tinggi, air akan
epidermis Rhoe discolor mengalami bergerak dari luar ke potensial air yang
plasmolisis yang ditandai dengan lebih rendah yaitu dalam sel, bila
berkurangnya pigmen warna setelah di potensial larutan lebih rendah maka yang
tetesi larutan sukrosa pada 1 menit 2 terjadi sebaliknya, artinya sel akan
detik sel permeabilitas karena potensial kehilangan air. Apabila kehilangan air itu
air dalam sel lebih tinggi dibandingkan cukup besar, maka ada kemungkinan
cairan di luar sel sehingga air dalam sel bahwa volum sel akan menurun
terdifusi keluar sel. Dan jaringan memiliki demikian besarnya sehingga tidak dapat
pigmen penuh kembali seteh ditetesi air mengisi seluruh ruangan yang dibentuk
biasa. Hal ini sesuai dengan pendapat oleh dinding sel
Tjitrosomo (1987), yang menyatakan jika Berdasarkan gambar diatas
sel dimasukan ke dalam larutaitun gula, diperoleh bahwa jika ditetesi air sukrosa
maka arah gerak air ditentukan oleh sel mengalami plasmolisis ditandai
perbedaan nilai potensial air larutan pengurangan warna dan mengalami
dengan nilainya di dalam sel. Jika deplasmolisis saat ditetesi air destilata.
Proses plasmolisis dapat benang protoplasme yang menembus
diketahui dengan membran protoplasma lubang-lubang kecil pada dinding sel.
dan sifat permeabelnya. Permeabilitas Benang-benang tersebut dikenal dengan
dinding sel terhadap larutan gula sebutan plasmolema, dimana
diperlihatkan oleh sel-sel yang diameternya lebih besar daripada
terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan molekul tertentu sehingga molekul gula
tampak di tepi gelembung yang berwarna dapat masuk dengan mudah (Salisbury,
kebiru-biruan itu berarti ruang bening 1995).
diantara dinding dengan protoplas diisi
udara Jika isinya air murni maka sel tidak
akan mengalami plasmolisis. Molekul
gula dapat berdifusi melalui benang-
0,12 m 6,748 %
0,16 m 49,13 %
0,20 m 34,52 %
0,24m 37,90 %
Gambar 1 . jaringan epidermis Rhoe discolor setelah direndam dalam larutan sukrosa
0,12 M
Gambar 2 . jaringan epidermis Rhoe discolor setelah direndam dalam larutan sukrosa
0,16 M
Gambar 3 . jaringan epidermis Rhoe discolor setelah direndam dalam larutan sukrosa
0,20 M
Gambar 4 . jaringan epidermis rhoe discolor setelah direndam dalam larutan sukrosa
0,24 M
Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa menyebabkan penurunan turgor pada sel
tekanan osmotik yang diberikan oleh tanaman dan berakibat pada penurunan
masing-masing konsentrasi itu berbeda, proses fisiologi. Potensial turgor
diperoleh presentase plasmolisis yang menurun hingga dapat mencapai nol dan
berbeda-beda pada sayatan Rhoe mengakibatkan kelayuan bahkan
discolor, penentuan dilakukan dengan plasmolisis jika kehilangan air dari
cara menghitung jumlah sel bewarna tanaman berlangsung terus menerus di
unggu awal dan sel bewarna unggu luar batas kendalinya.
sesudah perendaman. Semakin tinggi Berdasarkan gambar dilihat nilai
konsentrasi maka semakin tinggi tertinggi didapatkan pada 0,16 M yang
plasmolisis yang terjadi ini ditandai mendekati nilai 50% ini memndakan
dengan jumlah presentase yang semakin hamper separuh selnya lepas dari
besar pada larutan yang memiliki dinding sel. Keadaan menahan volume
kosnsentrasi besar ini dilihat pada vakuola agar tetap menempel pada
konsentrasi 0,24%. Namun didapatkan dinding sel sehingga kehilangan sedikit
nilai lebih rendah hanya didapatkan air saja akan berakibat lepasnya
persentase tekanan 37,90% . Hal ini protoplasma dari dinding sel. Peristiwa
terjadi karena kemungkinan adanya plasmolisis seperti ini disebut plasmolisis
kesalahan dalam perhitungan jumlah sel. insipien. Plasmolisis insipien terjadi pada
Menurut Fitter dan Hay (1981) jaringan yang separuh jumlahnya selnya
menyatakan bahwa cekaman air mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi
karena tekanan di dalam sel = 0. osmotic larutan yang digunakan.
potensial osmotik larutan penyebab Deplasmolisis mengacu pada kebalikan
plasmolisis insipien setara dengan dari plasmolisis dimana ukuran normal
potensial osmotik di dalam sel setelah protoplasma didirikan oleh pintu masuk
keseimbangan dengan larutan tercapai air ke dalam sel oleh endosmosis.
(Salisbury and Ross, 1992) Dengan demikian, deplasmolisis adalah
Hal ini sesuai menurut Benyamin pembengkakan sel plasmolyzed. Ini
(2012) Pada dasarnya sel yang berada terjadi ketika sel ditempatkan dalam
saat insipient plasmolisis atau larutan hipotonik. Air bergerak ke dalam
konsentrasi 50% dari jumlah sel sel oleh endosmosis karena potensi air
epidermis yang terplasmolisis memiliki dari larutan sekitarnya lebih tinggi
potensial osmotik sama dengan potensial daripada sitoplasma.
Table 3. Mengukur Potensial air dengan metode Chardakov
0,1 M Melayang
0,3 M Melayang
0,5 M Melayang
0,7 M Melayang
b c d e
Gambar 1. Larutan 0,1 larutan uji melayang
Gambar 2 : b larutan 0,1 larutan uji melayang, c. larutan 0,3 larutan uji melayang, d.
larutan 0,5 larutan uji melayang e. larutan 0,7 larutan uji melayang.
Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil serta meneteskan metilen blue laruta
umbi bengkoang (Pachyrzus erosus) skurosanya tidak di homogenkan terlebih
yang ditetesi metilen blue, ternyata dahulu. Wiraatmaja,W, 2007
larutan metilen blue berada di atas mengatakan bahwa pemberian
larutan atau melayang . Hal ini terjadi perlakuan yang mengakibatkan larutan
karena kesalahan praktikan karena menjadi pekat menyebabkan tekanan
menggunakan pinset yang tidak di osmotik cairan di luar sel lebih besar
bedakan dengan pengambilan daun sehingga cairan di dalam sel akan keluar
dan terjadi plasmolisis dan juga Fitter dan Hay, 1981. Fisiologi
pemberian sukrosa yang tinggi dapat Lingkungan Tanaman.
mengakibatkan larutan menjadi pekat. Yogyakarta: Gajah
Mada Press
Menurut Srilestari (2005) media dengan
sukrosa tinggi mengerakkan difusi ke Jumin, H. B. 2002. Agroekologi: Suatu
daerah kekurangan berkonsentrasi Pendekatan Fisiologis. Jakarta.
rendah. Rajawali Press. 179 hal.