Anda di halaman 1dari 20

Daftar isi

KATA PENGANTAR.................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang ............................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................... 1
1.3 Tujuan .......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Singkat Teori Evolusi................................... 3
2.2. Perkembangan Teori Evolusi..................................... 5
2.3. Ketidakrasionalan Teori Evolusi............................... 10
2.4. Bantahan-bantahan terhadap teori evolusi.............. 13
2.5. Runtuhnya Teori Evolusi.......................................... 15
BAB III PENUTUP
3.1 kesimpulan ............................................................... 17
3.2 saran ................................................................... 17
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Evolusi barangkali satu-satunya teori yang telah menyusup ke segenap aspek
ilmu pengetahuan. Begitu besar pengaruhnya, kata evolusi hampir digunakan
dalam semua cabang ilmu. Dan saat ini pembelajaran mengenai evolusi sudah
diterapkan di berbagai institusi pendidikan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
teori evolusi berkembang dengan begitu pesat. Perkembangan teori ini tidak lepas
dari peran para ahli biologi materialis. Selain materialis, mereka juga evolusionis
dan pengikut paham darwinisme. Mereka selalu berusaha untuk mengembangkan
teori evolusi dengan menggunakan berbagai cara. Bahkan kebanyakan adalah
sebuah kebohongan public. Anehnya, banyak juga para ilmuwan yang menganut
ajaran ini. Mereka justru mendukung begitu saja teori tersebut tanpamengevaluasi.
Padahal, dalam induktivisme telah dinyatakan bahwa sebuah teori harus diuji
secara berkala untuk membuktikan kebenarannya.
Saat ini banyak orang yang tertipu atau bahkan tidak tahu tentang evolusi yang
sebenarnya. Atas dasar itulah makalah ini dibuat. Agar tidak ada lagi kekeliruan
dalam mempelajari ilmu pengetahuan terutama evolusi. Dan tujuan utama
pembuatan makalah ini adalah untuk memaparkan fakta-fakta ilmiah yang
membantah teori evolusi dalam seluruh bidang ilmu, dan mengungkapkan pada
masyarakat luas apa yang disebut “ilmu pengetahuan” ini, yang ternyata tidak
lebih dari sebuah penipuan.

1.2 Rumusan masalah:


1. Apa hakekat sebenarnya tentang teori evolusi?
2. Apa saja manipulasi dalam teori evolusi?
3. Apa saja faktor pendukung perkembangan teori evolusi?
4. Apa saja fakta yang menentang teori evolusi?
5. Apayang menyebabkan keruntuhan teori evolusi?
1.3 Tujuan:
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memperkenalkan teori evolusi kepada
semua orang terutama para pelajar. Juga menjelaskan bagaimana perkembangan
teori evolusi. Dan yang paling penting adalah membahas tentang keruntuhan teori
evolusi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Singkat Teori Evolusi


Anggapan bahwa teori evolusi hanya berkaitan dengan bidang studi
biologi adalah anggapan yang keliru. Teori evolusi telah menjadi pondasi bagi
sebuah filosofi yang menyesatkan sebagian besar manusia. Filsafat tersebut adalah
“materialisme” yang mengandung berbagai kepalsuan dan kebohongan.
Materialisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu pun selain materi adalah
esensi dari segala sesuatu. Atas dasar pemikiran itulah paham materialisme tidak
mengakui adanya Tuhan.
Paham ini tidak hanya akan merusak individu tetapi bisa menyebabkan
suatu bangsa kehilangan nilai-nilai dasar yang sudah dianutnya. Kejahatan lain
dari materialisme adalah dukungannya terhadap ideologi-ideologi anarkis dan
bersifat memecah belah. Komunisme adalah salah satu konsekuensi politis alami
dari filsafat materialisme.
Teori evolusi menjadi semacam landasan ilmiah bagi materialisme. Teori
ini dapat mengubah manusia menjadi makhluk yang hanya berorientasi kepada
materi dan berpaling dari nilai-nilai moral.
Teori evolusi menyatakan bahwa makhluk hidup di muka bumi tercipta
sebagai akibat dari peristiwa kebetulan dan muncul dengan sendirinya dari kondisi
alamiah. Teori evolusi sebagaimana yang dipertahankan sampai saat ini adalah
pendapat seorang naturalis amatir dari Inggris, Charles Robert Darwin. Darwin
sebenarnya tidak pernah mengenyam pendidikan formal dalam ilmu Biologi. Ia
hanya mempunyai sedikit ketertarikan pada alam dan makluk hidup.
Minat yang dimilikinya itu mendorong dia untuk bergabung secara
sukarela dalam perjalanan kapal HMS Beagle mengarungi belahan dunia. Dalam
perjalanannya, kapal ini berhenti di sebuah tempat yang bernama kepulauan
Galapagos. Darwin sangat takjub ketika melihat keragaman makhluk hidup yang
ada, terutama spesies burung finch. Dia mengira bahwa keragaman pada burung
finch terjadi karena adaptasi yang dilakukan burung tersebut. Dia berpikir bahwa
makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi semua makhluk
hidup berasal dari satu nenek moyang yang sama.
Setelah melihat hal tersebut, Darwin kemudian menyatakan hipotesisnya
sebagai sebuah teori. Ia mengungkapkan hiotesisnya tanpa didasari sebuah
penelitian. Padahal dalam induktivisme telah dinyatakan bahwa hipotesis yang
diungkapkan oleh seseorang harus didasari oleh pengamatan dan penelitian. Jika
hipotesis itu sesuai dan relevan, barulah bisa dijadikan sebuah teori. Pendapat
yang khayal dan imajinatif tidak akan mendapat tempat dalam sains. Sedangkan
Darwin, tanpa penelitian langsung mengemukakan sebuah teori. Dan anehnya,
teori tersebut dapat berkembang pada masa itu. Teori tersebut berkembang dengan
dukungan para ahli Biologi materialis.

2.2. Perkembangan Teori Evolusi


Perkembangan ilmu ini dapat dikatakan sangat maju pada saat itu. Belum
ditemukannya alat untuk meneliti bagian tubuh makhluk hidup secara mendetail
adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh. Pada saat itu mikroskop belum
ditemukan dan struktur sel yang rumit belum diketahui sedikitpun, sehingga
pendapat Darwin diterima begitu saja tanpa diuji dengan penelitian lebih lanjut.
Teori ini kemudian dikenal di seluruh dunia. Darwin pun dianggap sebagai
orang hebat di dunia. Teori ini kokoh bukan karena fakta ilmiah, tetapi karena
tokoh evolusi berusaha selalu menutupi fakta yang ada dan terus menyokongnya.
Dalam perkembangannya, teori evolusi tidak sepenuhnya terbukti. Bahkan ada
sebagian dari teori tersebut yang justru bisa menjatuhkannya. Darwin sendiri
mengakui kalau ada kelemahan dalam teori ini. Dalam bukunya, dia menulis bab
yang berjudul “The Difficulties of Theory”.
Darwin sebenarnya tidak yakin terhadap teori yang dikemukakannya. Hal
itu dikarenakan masih banyak bagian dari teori evolusi yang belum terbukti.
Darwin berharap penemuan di kemudian hari akan membuktikan adanya evolusi.
Tetapi kenyataannya tidak seperti yang dia harapkan. Penemuan modern saat ini
justru menjatuhkan teori yang dikemukakan oleh Darwin.
Satu hal yang menjadi keanehan pada saat ini adalah masih banyak orang
yang beranggapan bahwa teori evolusi sudah terbukti kebenarannya. Bahkan
akhir-akhir ini kata “evolusi” sering digunakan dalam beberapa makna. Di
antaranya, kini ada penambahan aspek sosial, sehingga "evolusi" sekarang juga
bisa berarti kemajuan umat manusia dan perkembangan teknologi. Tak ada yang
salah dengan konsep "evolusi" bila digunakan dalam makna tersebut.

Teori evolusi sesungguhnya sangat berbeda dari apa yang diterima oleh
masyarakat saat ini. Seperti yang sudah dikemukakan di atas, teori evolusi
dilandasi oleh filsafat yang disebut materialisme. Pada umumnya, orang tidak tahu
betapa buruknya landasan berpijak teori ini; betapa teori ini sudah digagalkan oleh
bukti ilmiah pada setiap langkahnya; dan betapa para evolusionis terus berupaya
menghidupkan teori evolusi. Para tokoh evolusi hanya mengandalkan hipotesa
yang tidak terbukti, pengamatan yang penuh prasangka dan tak sesuai kenyataan,
gambar-gambar khayal, cara-cara yang mampu mempengaruhi kejiwaan, dusta
yang tak terhitung jumlahnya, serta teknik-teknik sulap.Mereka mencoba terus
memaksakan teori evolusi yang berisi kebohongan bahwa manusia tidak
diciptakan, tetapi muncul atas faktor kebetulan dan berevolusi dari jenis binatang
serta dengan segala cara, berupaya mempertahankan teori evolusi agar tetap
hidup. Mereka meninggalkan akal sehat dan nalar, serta mempertahankan
kebohongan ini di setiap kesempatan, meskipun bukti ilmiah dengan jelas telah
menggagalkan teori evolusi dan menegaskan fakta penciptaan.

2.3. Ketidakrasionalan Teori Evolusi


Teori yang di kemukakan oleh Charles Darwin ini sebenarnya sangat tidak
rasional dan bersifat khayal. Banyak bagian dari teori tersebut yang sengaja
dimanipulasi oleh tokoh evolusi. Hal tersebut dilakukan untuk menutupi
kelemahan dan menghindari pertanyaan yang akan bermunculan. Tokoh evolusi
sebenarnya tidak memiliki dasar yang kuat, sehingga mereka berusaha untuk terus
mengungkapkan pendapatnya meskipun itu tidak rasional. Ketidakrasionalan itu
belum disadari oleh para ilmuwan pada zaman itu karena keterbatasan alat yang
ada untuk penelitian. Sebenarnya jjika diteliti satu persatu, maka akan ditemukan
ketidakrasionalan hampir di setiap pendapat evolusionis. Salah satu contoh
ketidakrasionalan tersebut adalah tentang peralihan hewan dari air ke daratan.

Darwin menyatakan bahwa hewan yang ada di darat adalah hasil dari
peralihan hewan yang ada di laut. Dia mengatakan bahwa reptil yang ada di
perairan telah mengalami differensiasi jaringan dan beralih menjadi makhluk
daratan. Hal ini sangat tidak bisa diterima oleh akal sehat karena kita mengetahui
bahwa struktur morfologi hewan air dan darat sangat berbeda baik struktur umum
maupun yang lebih khusus.

Darwin beranggapan bahwa hewan-hewan tersebut mengalami mutasi gen dan


kromosom sehingga mereka mampu berpindah dari air ke darat. Padahal tidak ada
mutasi yang menguntungkan. Mutasi hanya akan menyebabkan kerugian pada
makhluk hidup yang mengalaminya. Tidak ada mutasi yang membuat makhluk
hidup itu semakin maju atau berkembang. Setiap mutasi adalah “kecelakaan” dan
merusak nukleotida-nukleotida yang membangun DNA atau mengubah posisinya.
Akibat langsung mutasi sungguh berbahaya. Perubahan akibat mutasi hanya akan
berupa kematian, cacat dan abnormalitas. Hal ini karena DNA memiliki struktur
teramat kompleks dan pengaruh yang acak hanya akan menyebabkan kerusakan
pada struktur tersebut. Tidak mengherankan, sejauh ini tidak ditemukan satu
mutasi pun yang berguna. Namun, para evolusionis berusaha mengaburkan
permasalahan, bahkan dalam buku-buku pelajaran evolusionis contoh-contoh
mutasi yang merusak ini disebut sebagai “bukti evolusi”. Tidak perlu dikatakan
lagi, sebuah proses yang menyebabkan manusia cacat atau sakit tidak mungkin
menjadi “mekanisme evolusi”.

Evolusi seharusnya menghasilkan bentuk yang lebih baik dan lebih mampu
bertahan hidup. Ada tiga alasan utama mengapa mutasi tidak dapat dijadikan bukti
yang mendukung pernyataan evolusionis.

1. Efek langsung dari mutasi membahayakan.


Mutasi terjadi secara acak, karenanya mutasi hampir selalu merusak
makhluk hidup yang mengalaminya. Logika mengatakan bahwa intervensi secara
tak sengaja pada sebuah struktur senpurna dan kompleks tidak akan memperbaiki
struktur tersebut, tetapi merusaknya. Dan memang, tidak pernah ditemukan satu
pun “mutasi yang bermanfaat”.

2. Mutasi tidak menambahkan informasi baru pada DNA suatu organisme.


Partikel-partikel penyusuun informasi genetika terenggut dari tempatnya,
rusak atau terbwa ke tempat lain. Mutasi tidak dapat memberi makhluk hidup
organ atau sifat baru. Mutasi hanya mengakibatkan ketidaknormalan seperti kaki
yang muncul di punggung atau telinga yang tumbuh di perut.

3. Agar dapat diwariskan pada generasi selanjutnya, mutasi harus terjadi


pada sel-sel reproduksi organisme tersebut.
Perubahan acak yang terjadi pada sel biasa atau organ tubuh tidak dapat
diwariskan kepada generasi selanjutnya. Sebagai contoh, mata manusia yang
berubah akibat efek radiasi atau sebab lain, tidak akan diwariskan kepada
generasi-generasi berikutnya.

Singkatnya, makhluk hidup tidak mungkin berevolusi karena di alam tidak


ada mekanisme yang menyebabkannya. Kenyataan ini sesuai dengan bukti catatan
fosil yang menunjukkan bahwa proses evolusi sangat menyimpang dari
kenyataan.

Ketidakrasionalan tersebut berasal dari banyak sisi ilmu pengetahuan.


Berikut adalah beberapa contoh pernyataan tidak rasional dalam teori evolusi:

1. Dongeng tentang transisi dari air ke darat.


Mungkin kita pernah mendengar cerita tentang transisi dari air ke darat. Itu tidak
lain hanyalah dongeng yang di buat-buat oleh para evolusionis terutama Darwin
sendiri. Evolusionis mengasumsikan invertebrata laut yang muncul pada periode
Kambirum berevolusi menjadi ikan dalam waktu puluhan juta tahun. Perlu
menjadi catatan bahwa invertebrata dan ikan memiliki perbedaan struktur yang
sangat jauh. Invertebrata memiliki jaringan keras di luar tubuh mereka, sedangkan
ikan adalah vertebrata dengan jaringan keras di dalam tubuhnya.
Evolusi sebesar itu tentu melalui miliaran tahap dan seharusnya ada
miliaran bentuk transisi yang menunjukkan tahapan-tahapan tersebut. Belum
selesaidengan kasus ini, para evolusionis menyatakan bahwa ikan yang berevolusi
dari invertebrata kemudian berubah menjadi amfibi.
Para evolusionis meyakini bahwa makhluk semacam ini benar adanya.
Mereka mengajukan sebuah makhluk yang mereka beri nama‘Coelacanth’.
Mahkluk ini adalah bentuk transisi dengan paru-paru primitif, otak yang telah
berkembang, system pencernaan dan peredaran darah yang siap untuk berfungsi di
darat, dan bahkan mekanisme berjalan yang primitif. Sebenarnya mahkluk ini
benar adanya, tetapi bukan merupakan hasil dari mekanisme evolusi. Makhluk ini
sepenuhnya adalah ikan. Banyak fosil dari hewan ini ditemukan di berbagai
penjuru dunia. Hal ini membuat para evolusionis sangat terpukul. Ini
menunjukkan seberapa besar para evolusionis berspekulasi.
Kita harus berpikir jernih mengapa transisi dari air ke darat itu sangat tidak
rasional.

Beberapa fakta yang mendukung pernyataan tersbut antara lain:

 Keharusan membawa beban tubuh.


Makhluk di dalam air sangat mudah untuk membawa tubuhnya kesana
kemari. Itu dikarenakan di dalam air kita dapat melayang seperti di udara.
Sedangkan di darat kita menghabiskan hampir 40% energy kita untuk berpindah
dari satu tempat ke tempat yang lain. Mahkluk yang berasal dari air harus
mengembangkan system otot dan kerangka baru untuk melakukannya. Suatu hal
yang tidak mungkin terjadi.

 Daya tahan terhadap panas.


Suhu di darat dan di lautan sangat jauh berbeda. Suhu di lautan mengalami
perubahan yang secara perlahan dan tidak terjadi dalam rentang yang lama.
Sedangkan suhu di daratan berubah sangat cepat dan mengalami fluktuasi yang
begitu hebat. Di siang hari terkadang sangat panas, dan di malam hari terkadang
sangat dingin. Makhluk yang berasal dari lautan tidak akan mampu bertahan
hidup pada kondisi semacam ini.

 Penggunaan air.
Air sangat dibutuhkan makhluk hidup untuk metabolisme. Dan di darat, air
harus digunakan sehemat mungkin karena keterbatasan sumber air. Makhluk
daratan memiliki rasa haus, karakteristik yang tidak dimiliki oleh makluk air. Di
samping itu, kulit tubuh hewan air tidak sesuai untuk habitat darat

2. Asal usul burung dan mamalia.


 Asal usul burung.
Para evolusionis tidak henti-hentinya membuat pernyataan palsu. Mereka
menyatakan bahwa burung berevolusi dari reptil. Salah satu bentuk transisi
hipotesis yang mereka ajukan adalah archaeopteryx.Archaeopteryxdikatakan
sebagai hasil evolusi dari reptil. Akan tetapi timbul masalah bagaimana membuat
reptil yang di darat bisa terbang sebagaimana burung yang ada saat ini. Struktur
reptil sangat jauh berbeda dengan struktur burung yang khas.

Misalnya saja sayap, sebagai ciri khas burung, merupakan masalah besar
bagi para evolusionis. Beragam pertanyaan yang muncul mengenai sayap
archaeopteryx belum mampu terjawab oleh para evolusionis. Sangatlah tidak
mungkin jika lengan yang terdapat pada reptile dapat berubah menjadi sayap
melalui mekanisme mutasi.

Jika hal itu terjadi, masih saja tidak cukup untuk membuat reptil yang ada
di darat bisa terbang. Kita ketahui bahwa burung tidak hanya membutukan sayap
untuk bisa terbang. Burung memiliki struktur khas pada tulang, paru-paru dan
system peredaran darah. Tulang burung sangatlah ringan sehingga
memudahkannya saat terbang. Burung juga memiliki paru-paru yang sangat
berbeda dibanding makhluk lain. Selain itu, terdapat system peredaran darah yang
sama pentingnya seperti sayap. Semua mekanisme itu mustahil dimiliki oleh
reptil. Karena itulah teori yang menyatakan bahwa organisme darat berevolusi
menjadi organisme terbang benar-benar menyesatkan. Kalaupun kisah ini kita
anggap benar, mengapa para evolusionis tidak menemukan fosil “bersayap
setengah” atau “bersayap tunggal” untuk mendukung kisah mereka

 Asal usul mamalia


Seperti yang sudah dijelaskan di atas, evolusionis menyatakan bahwa
reptil adalah nenek moyang dari burung. Belum selesai masalah tersbut, ternyata
para evolusionis kembali mengenmukakan “ide gila” nya. Kali ini mereka
menyatakan bahwa reptile tidak hanya menjadi nenek moyang dari burung, tetapi
juga merupakan nenek moyang dari mamalia. Dari hal tersebut, kita dapat melihat
tidak adanya peningkatan cara berpikir dari para evolusionis. Entah apa yang
mereka pikirkan sehingga masih saja mengemukakan ide-ide yang tidak dapat
diterima oleh akal sehat. Sebuah contoh perbedaan structural antara reptile dan
mamalia adalah struktur rahang mereka. Rahang mamalia hanya terdiri dari satu
tulang rahang dan gigi-gigi ditempatkan pada tulang ini. Sedangkan rahang reptil
memiliki tiga tulang kecil pada kedua sisinya. Satu lagi perbedaan mendasar,
mamalia memiliki tiga tulang pada telinga bagian tengah, sedangkan reptil hanya
memiliki satu tulang pada bagian telinga.

3. Skenario evolusi manusia


Darwinis menyatakan bahwa manusia modern saat ini berasal dari
makhluk serupa kera. Menurut para evolusionis, terdapat empat kategori dasar
pada bentuk transisi antara manusia modern dan nenek moyangnya. Empat
kategori dasar tersebut adalah:

 Australophitechus
 Homo habilis
 Homo erectus
 Homo sapiens
Evolusionis menyebut Australopithecus adalah nenek moyang pertama dari
manusia dan kera. Kemudian mereka menggolongkan tahapan evolusi manusia
selanjutnya sebagai “homo”. Menurut mereka kelompok homo ini lebih
berkembang dari australophitechus dan tidak terlalu berbeda dengan manusia
modern. Dan homo sapiens dikatakan sebagai bentuk terakhir dari tahapan evolusi
manusia.

2.4. Bantahan-bantahan terhadap teori evolusi


Pada masa modern saat ini teori evolusi tidak berkembang begitu pesat
seperti masa Darwin. Teori evolusi mengalami kemunduran, dan bahkan
kebuntuan. Pada saat ini banyak ilmuwan yang sudah menentang teori tersebut.
Hal itu dikarenakan para ilmuwan saat ini sudah memiliki pemikiran yang kritis.
Mereka melakukan berbagai penelitian untuk mengoreksi teori dan hukum yang
sudah ditemukan oleh ilmuwan pada zaman dulu.

Teori evolusi pun tidak luput dari pengoreksian para ilmuwan saat ini.
Bahkan bisa dikatakan kalau teori evolusi adalah teori yang paling sering
dikoreksi oleh para ilmuwan. Dari pengoreksian tersebut, para ilmuwan telah
menyatakan pendapat atau lebih tepatnya bantahan mereka terhadap teori evolusi.
Bukan hanya satu atau dua bagian dari teori evolusi, tetapi hampir semua bagian
dari teori tersebut telah dibantah. Bantahan-bantahan tersebut antara lain dari:

1. Catatan fosil.
Kendala utama dalam membuktikan teori evolusi selama ini adalah catatan
fosil. Catatan fosil belum pernah mengungkapkan jejak-jejak jenis peralihan
hipotesis Darwin. Ketika lapisan bumi dan catatan fosil dipelajari, terlihat bahwa
semua makhluk hidup muncul bersamaan. Lapisan bumi tertua tempat fosil
makhluk hidup ditemukan adalah Kambrium, yang diperkirakan berusia 500-550
juta tahun.

Catatan fosil memperlihatkan, makhluk hidup yang ditemukan pada


lapisan bumi periode Kambrium muncul dengan tiba-tiba. Beragam makhluk
hidup yang kompleks muncul begitu tiba-tiba, sehingga literatur geologi
menyebut kejadian ini sebagai “Ledakan Kambrium”. “Ledakan Kambrium”
adalah satu-satunya penjelasan mengenai kemunculan bentuk kehidupan yang
sempurna secara tiba-tiba di bumi ini. Catatan fosil juga membantah adanya
transisi dari air ke darat. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, transisi dari air ke
darat adalah sebuah dongeng khayal yang dibuat-buat oleh para evolusionis. Tidak
ada satu fosil pun yang menunjukkan bahwa pernah terdapat makhluk separuh
ikan-separuh amfibi. Evolusionis telah menggali lapisan fosil selama kurang lebih
140 tahun untuk mencari bentuk hipotesis yang mereka usulkan. Mereka telah
menemukan jutaan fosil invertebrata dan jutaan fosil ikan, tetapi tidak pernah
menemukan satu bentuk peralihan pun antara invertebrata dan ikan.

Selain itu, catatan fosil juga membantah asal usul burung dan mamalia.
Evolusionis mengatakan bahwa burung dan mamalia berasal dari reptil. Seperti
yang sudah dipaparkan di atas, evolusionis mengatakan bahwa terdapat seekor
burung yang dinamakan archaeopteryx. Menurut para evolusionis, archaeopteryx
adalah hasil evolusi dari reptil. Namun beberapa fosil baru yang baru ditemukan
menggugurkan rekayasa tersebut. Pada tahun 1995 ditemukan fosil burung baru
yang dinamai confuciusornis.Usia fosil burung ini sama dengan archeopteyx,
tetapi tidak bergigi. Burung ini tampak sangat mirip dengan burung modern.
Kenyataan ini menggugurkan semua anggapan evolusionis yang menyatakan
bahwa archeopteryx adalah nenek moyang dari semua burung.

2. Protein menggugat teori kebetulan


Jika kita berbicara tentang sel, maka kita tidak bisa meniggalkan satu
bahasan utama yaitu protein. Protein adalah molekul raksasa yang terdiri dari
satuan kecil yang disebut asam amino yang tersusun dalam urutan tertentu,
dengan jumlah dan struktur tertentu. Molekul ini merupakan bahan pembangun
sel hidup. Protein yang paling sederhana terdiri dari lima puluh asam amino, tetapi
ada beberapa protein yang terdiri dari ribuan asam amino.
Teori evolusi yang menyatakan bahwa semua terjadi secara kebetulan
tidak bisa menjelaskan tentang keteraturan struktur protein. Protein terlalu rumit
untuk dijelaskan dengan teori kebetulan. Pembentukan protein secara kebetulan
sangatlah tidak mungkin. Hal ini telah dibuktikan dengan perhitungan statistik.
Dan hasilnya perhitungan ini menghasilkan “probabilitas nol” atau mustahil.

2.5. Runtuhnya Teori Evolusi


Teori evolusi yang telah bertahan selama 150 tahun akhirnya runtuh.
Perkembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang biologi adalah salah
satu penyebabnya. Biologi saat ini telah berkembang begitu pesat. Bahkan dalam
perkembangannya biologi berhasil mengungkap berbagai permasalahan mengenai
makhluk hidup. Permasalahan yang pada masa Darwin belum bisa dijawab kini
telah terjawab. Tapi seperti yang sudah dijelaskan di atas, berkembangnya ilmu
biologi justru menjadikan teori evolusi semakin terpojok dan akhirnya runtuh.
Teori evolusi tidak tiba-tiba runtuh. Tetapi keruntuhan teori ini disebabkan adanya
berbagai pertanyaan yang tidak mampu terjawab oleh tokoh evolusi hingga saat
ini. Beberapa pertanyaan tersebut antara lain:

1. Mengapa pernyataan “genom manusia 99% sama dengan genom kera”


tidak benar?
Banyak sumber yang menyatakan bahwa manusia dan kera memiliki
kesamaan sebesar 99% dalam informasi genetik keduanya. Pernyataan ini adalah
pernyataan yang menyesatkan. Sebuah studi di tahun 2002 Sebuah studi di tahun
2002 mengungkapkan bahwa propaganda evolusionis dalam perihal ini adalah
sepenuhnya tidak benar. Pernyataan evolusionis ini terutama terpusat pada
simpanse, dan menyatakan bahwa jenis kera inilah yang terdekat dengan manusia,
dan oleh karena itu terdapat hubungan kekerabatan di antara keduanya.
Manusia dan simpanse tidaklah "99% sama" seperti kata dongeng
evolusionis. Kesamaan genetis ternyata tak sampai 95%.Ahli biologi dari
California Institute of Technology yang bernama Roy Britten berkata dalam
sebuah studi bahwa cara baru pembandingan gen memperlihatkan bahwa
kesamaan genetis antara manusia dan simpanse hanyalah 95%. Britten mengambil
kesimpulan ini berdasarkan sebuah program komputer yang membandingkan
780.000 dari 3 miliar pasang basa dari heliks DNA manusia dengan yang ada pada
simpanse. Ia menemukan lebih banyak ketidakcocokan daripada yang ditemukan
para peneliti sebelumnya, dan menyimpulkan bahwa sedikitnya 3,9 persen basa
DNA adalah berbeda.

2. Mengapa pernyataan bahwa dinosaurus berevolusi menjadi burung


adalah mitos tidak ilmiah?
Teori evolusi bersandar pada komentar-komentar berprasangka dan
pemutarbalikkan kebenaran untuk menjelaskan kemunculan makhluk hidup dan
seluruh keberagamannya. Teori evolusi menyatakan bahwa nenek moyang dari
burung adalah dinosaurus. Pernyataan ini memunculkan dua pertanyaan yang
harus dijawab. Pertama, "bagaimana dinosaurus mulai menumbuhkembangkan
sayap?".Kedua, "mengapa tidak ada jejak perkembangan semacam itu dalam
catatan fosil?". Ada dua teori yang diajukan oleh tokoh evolusi dalam masalah ini.
Teori yang pertama disebut teori kursorial.

Menurut teori ini, dinosaurus berubah menjadi burung dengan cara


melompat dari tanah ke udara untuk menangkap serangga terbang. Sedangkan
teori yang kedua disebut teori arboreal. Menurut teori arboreal dinosaurus yang
hidup di dahan pepohonan berubah menjadi burung karena berusaha melompat
dari dahan ke dahan. Tetapi kedua teori tersebut tetap saja tidak bisa digunakan
sebagai jawaban atas pertanyaan diatas. Untuk menutupi hal itu para tokoh evolusi
mengajukan sebuah makhluk yang disebut archaeopteryx. Seperti yang sudah
dijelaskan di atas, archaeopteryx dianggap sebagai bentuk peralihan antara burung
dan dinosaurus.

Tetapi, kajian terakhir atas fosil archaeopteryx menunjukkan bahwa


penjelasan ini tidak memiliki dasar ilmiah. Archaeopteryx bukan bentuk
peralihan, melainkan spesies burung yang sudah punah, yang tidak jauh berbeda
dengan burung modern. Studi lanjutan mengenai fosil archaeopteryxtelah
menjatuhkan landasan teori evolusi yang mengatakan bahwa dinosaurus
berevolusi menjadi burung. Kajian terbaru mengenai burung unta juga ikut
menggugurkan dongeng burung-dino.

3. Bagaimana struktur tubuh hewan purba meruntuhkan teori evolusi?


Dalam catatan fosil, makhluk hidup membentuk untaian atau rantai. Bila
kita perhatikan rantai ini dari makhluk paling purba sampai yang paling muda,
tampaklah bahwa makhluk hidup muncul dalam bentuk mikroorganisme, hewan
laut tak bertulang belakang (invertebrata), ikan, amfibi, reptil, unggas, dan
mamalia. Pendukung teori evolusi membahas rantai ini dengan penuh praduga,
sambil berupaya menyajikannya sebagai bukti teori evolusi. Mereka menyatakan
bahwa makhluk hidup berkembang dari bentuk sederhana menuju bentuk yang
lebih kompleks, dan selama proses ini berlangsung, beraneka ragam makhluk
hidup pun tercipta. Perkembangan makhluk hidup dari bentuk primitif ke bentuk
kompleks adalah praduga evolusionis yang tak benar sedikit pun. Profesor biologi
asal Amerika, Frank L. Marsh, yang mengkaji pernyataan kaum evolusionis,
dalam bukunya “Variation and Fixity in Nature” menyatakan makhluk hidup tak
dapat disusun dalam sebuah urutan yang senantiasa bersambung tanpa putus dari
bentuk sederhana ke bentuk rumit.

Banyak fosil dari hewan purba yang bisa dijadikan fakta untuk
meruntuhkan teori evolusi. Salah satu contoh hewan purba yang sangat
berpengaruh dalam keruntuhan teori evolusi adalah trilobita. Trilobita yang
termasuk filum Arthropoda, adalah makhluk sangat rumit dengan cangkang keras,
memiliki tubuh yang bersendi, dan organ-organ kompleks. Hewan ini memiliki
mata yang sangat rumit. Mata trilobita terdiri atas beratus-ratus faset kecil, yang
masing-masing terdiri atas dua lapisan lensa. Begitu juga dengan lalat yang
memiliki mata juga rumit. Dan butuh insinyur yang handal dan kreatif pada saat
ini untuk bisa mengembangkan mata seperti itu. Sehingga kedua hewan ini sudah
bisa digunakan sebagai dasar untuk meruntuhkan teori evolusi. Maka dapat
diambil kesimpulan bahwa makhluk hidup tidak berkembang dari bentuk
sederhana ke bentuk yang kompleks. Pada saat pertama kali muncul, makhluk
hidup sudah teramat kompleks.
4. Mengapa peristiwa metamorfosis bukanlah bukti kebenaran teori
evolusi?
Metamorfosis adalah proses perkembangan yang dilakukan oleh beberapa
makhkuk hidup. Metamorfosis biasanya terjadi pada serangga. Mereka yang tak
begitu memahami biologi, serta mereka yang mendukung teori evolusi, kadang-
kadang mencoba menggambarkan proses itu sebagai bukti evolusi. Sumber-
sumber yang menyatakan metamorfosis sebagai "contoh evolusi" adalah omong
kosong. Hal ini merupakan hasil propaganda dangkal dan sempit, yang bertujuan
menyesatkan mereka yang kurang paham tentang perihal ini, pendukung evolusi
yang masih baru, serta guru-guru biologi Darwinis yang tidak benar-benar tahu
masalahnya.Metamorfosis merupakan proses yang sudah direncanakan, dan tidak
ada kaitannya dengan mutasi ataupun faktor kebetulan. Metamorfosis tidaklah
disebabkan oleh kebetulan. Penyebab proses ini adalah data genetis yang sudah
menjadi bagian terpadu makhluk tersebut sejak lahir.Penelitian ilmiah terakhir
tentang metamorfosis telah menunjukkan bahwa peristiwa metamorfosis adalah
proses rumit yang dikendalikan oleh beberapa gen yang berlainan.Yang terjadi
dalam peristiwa metamorfosis adalah irreducible complexity (kerumitan tak
tersederhanakan).

Proses metamorfosis terjadi melalui keseimbangan dan pewaktuan hormon


yang sangat teliti, yang dipengaruhi oleh beragam gen. Kesalahan terkecil sekali
pun akan mengakibatkan kematian makhluk hidup tersebut. Oleh sebab itu, tidak
mungkin proses serumit ini dapat terjadi secara kebetulan dan bertahap. Karena
kesalahan sekecil apa pun akan mengakibatkan kematian hewan tersebut.
Sehingga mustahil menjelaskan peristiwa ini dengan mekanisme "trial and error"
(coba-coba) atau seleksi alam, seperti pendapat evolusionis. Tidak ada satu pun
makhluk yang dapat bertahan berjuta-juta tahun, untuk menunggu bagian tubuh
yang diperlukannya muncul secara kebetulan.

5. Mengapa DNA tidak mungkin dijelaskan sebagai sebuah “kebetulan”?


Seperti yang sudah kita ketahui, DNA adalah sebuah materi yang
membawa kode genetik. DNA berisi informasi genetik yang berperan dalam
pewarisan sifat. DNA dari satu sel manusia saja sudah berisi informasi yang
cukup untuk mengisi ensiklopedi yang terdiri dari sejuta halaman. Kita tidak
mungkin habis membacanya dalam seumur hidup. Jika seseorang mulai membaca
satu kode DNA per detik, tanpa henti, sepanjang hari, setiap hari, akan diperlukan
waktu 100 tahun. Sebab, ensiklopedia tersebut berisi hampir tiga miliar kode yang
berbeda-beda. Jika kita tulis semua informasi DNA pada kertas, maka panjangnya
akan membentang dari Garis Katulistiwa mencapai Kutub Utara. Ini berarti sekitar
1000 jilid buku, cukup untuk mengisi sebuah perpustakaan yang besar. Lebih dari
itu, semua informasi ini terkandung dalam inti setiap sel. Artinya, bila setiap
individu terdiri dari sekitar 100 triliun buah sel, maka akan terdapat 100 triliun
versi dari perpustakaan yang sama.

Sisi menarik lainnya adalah semua makhluk hidup di planet ini telah
diciptakan menurut paparan kode yang ditulis dalam bahasa yang sama ini. Tidak
ada bakteri, tumbuhan ataupun hewan yang tercipta tanpa DNA. Terlihat jelas
bahwa seluruh kehidupan muncul sebagai hasil berbagai pemaparan yang
menggunakan satu bahasa, dan berasal dari sumber pengetahuan yang sama.Hal
ini membawa kita kepada satu kesimpulan yang jelas. Semua kehidupan di bumi,
hidup dan berkembang biak menurut informasi yang diciptakan oleh satu
kecerdasan tunggal. Hal ini menjadikan teori evolusi sama sekali tak berarti.
Sebabnya, dasar teori evolusi adalah "kebetulan", sedangkan peristiwa kebetulan
tidak mampu menciptakan informasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Teori eolusi adalah sebuah paham materialisme yang berkembang pada
masa Darwin dan saat ini masih digunakan.
2. Perkembangan teori evolusi pada masa Darwin sangat pesat, tetapi saat
ini telah banyak ilmuwan yang membantah teori tersebut.
3. Terdapat banyak pernyataan yang tidak rasional dalam teori evolusi.
4. Teori evolusi telah dibantah ole banyak ilmuwan saat ini.
5. Runtuhnya teori evolusi disebabkan banyaknya pertanyan yang tidak
mampu dijawab oleh para evolusionis.

3.2 Saran
Ilmu adalah sesuatu yang sangat berharga. Setiap manusia berusaha untuk
mencari ilmu. Terdapat bermacam teori yang bsa dijadikan sebagai ilmu. Salah
satunya adalah teori evolusi. Tetapi teori evolusi ternyata menyimpan banyak
ketidakrasionalan di dalamnya. Teori ini sebenarnya tidak di dasari oleh
penelitian. Pendapat para ahli evolusi hanyalah manioulasi ilmiah. Terdapat
banyak ketidakrasionalan dalam teori evolusi. Kita sebagai seseorang yang
mencari ilmu tidak bisa boleh begitu saja menerima hal tersebut. Kita harus
meneliti sebuah teori sebelum mengaplikasikannya dalam kehidupan.
Daftar Pustaka

Bhoke, Adhyee. 2012. Keruntuhan Teori Evolusi Charles Darwin ( Bagian II ),


(online),(http://adhyee.blogspot.com/2012/03/keruntuhan-teori-evolusi-charles-
darwin_02.html), diakses 23 Maret 2013.
Gafur, Abdul. 2012. Perkembangan Evolusi, Teori Evolusi, dan Teori Darwin,
(online),(http://istanasederhana.blogspot.com/2012/07/perkembangan-evolusi-
teori-evolusi-dan.html), diakses 23 Maret 2013.
Yahya, Harun. 2004. Keruntuhan Teori Evolusi. Turkey.
Yahya, Harun. 2004. Runtuhnya Teori Evolusi dalam 20 Pertanyaan. Turkey.

Anda mungkin juga menyukai