0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
21 tayangan17 halaman
1. Dokumen tersebut membahas tentang pandangan Islam terhadap kloning manusia dan penggunaan sel punca, serta etika dalam profesi kedokteran menurut perspektif Islam.
1. Dokumen tersebut membahas tentang pandangan Islam terhadap kloning manusia dan penggunaan sel punca, serta etika dalam profesi kedokteran menurut perspektif Islam.
1. Dokumen tersebut membahas tentang pandangan Islam terhadap kloning manusia dan penggunaan sel punca, serta etika dalam profesi kedokteran menurut perspektif Islam.
2. Bela Rahma Hanani 3. Dhita Andana Marapita 4. Erdya Ning Pradikta 5. Fayola Amalberga 6. Herlynda Cholishiati 7. Iqlima Mindaniati 8. Miftahul Jannah 9. Moh. Irsyad Hanif 10. M.M Anwar Utama 11. Novia Astriyani 12. Salma Qatrunnada Sayuti Dari bahasa inggris kloning berasal dari kata cloning, diartikan sebagai suatu usaha untuk menciptakan duplikat suatu organisme melalui proses yang aseksual Roslin Institute, Edinburgh, Skotlandia, pada 1996 yang berhasil mengkloning domba yang diberi nama Dolly BAGAIMANA SIH PANDANGAN ISLAM TERHADAP KLONING (?)
YUK MARI KITA SIMAK BERSAMA-SAMA!
Salah satu yang mengatur tentang kloning di Indonesia yaitu Keputusan Fatwa Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia (nomor : 3/MUNAS VI/MUI/25-29 Juli 2000 M) menetapkan bahwa kloning terhadap manusia dengan cara bagaimanapun yang berakibat pada pelipatgandaan manusia hukumnya adalah haram. Firman Allah SWT :’’Dan Kami telah memuliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas makhluk yang telah Kami ciptakan” (QS al-Isra’ (17): 70) Firman AIIah SWT:”Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (QS. alMu’minun (23J: 12-14). Stem = batang , cell = sel Stem cell adalah sel yang menjadi awal mula dari pertumbuhan sel lain yang menyusun keseluruhan tubuh organisme, termasuk manusia Stem cell merupakan sel dari embrio, fetus, atau sel dewasa yang berkemampuan untuk memperbanyak diri sendiri dalam jangka waktu yang lama, belum memiliki fungsi spesifik, dan mampu berdiferensasi menjadi tipe sel tertentu yang membangun sistem jaringan dan organ dalam tubuh 1. Sel Punca untuk Diabetes penderita diabetes terjadi karena adanya kerusakan sel pulau langerhans. Pada 10 th terkahir dilakukan transplantasi sel pulau langerhans, akan tetapi tidak berhasil. Belum lama ini James Shapiro dkk di kanada berhasil transplatasi sel pulau langerhans dalam jumlah banyak dengan metode imunosupresu yang berbeda 2. Sel Punca untuk Skin Replacement membuat epidermis dar keratinosit yang diperoleh dari folikel rambut yang dicabut. Bermanfaat untuk pasien yang terkena luka bakar 3. Sel Punca Untuk Penyakit Jantung Penelitian sel punca terkini membuktikan bahwa adult stem cell dan embryonic stem cell dapat menggantikan sel otot jantung yang rusak dan memberikan pembuluh darah baru Diperbolehkan.
Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang haram.” Kitab al-Wajiz Fi Idlahi Waqa’id al-Fiqh al-Kulliyah karya Syaikh Dr. Muhammad Shiddiq bin Ahmad al- Burnu kaidah Fiqh berbunyi “Dalam keadaan darurat memperbolehkan melakukan sesuatu yang dilarang” Muraqabah artinya merasa selalu diawasi oleh Allah SWT sehingga dengan kesadaran ini mendorong manusia senantiasa rajin melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Sesungguhnya manusia hakikinya selalu berhasrat dan ingin kepada kebaikan dan menjunjung nilai kejujuran dan keadilan, meskipun tidak ada orang yang melihatnya. Syeikh Ahmad bin Muhammad Ibnu Al Husain Al Jurairy mengatakan:
“Jalan kesuksesan itu dibangun di atas dua bagian.
Pertama, hendaknya engkau memaksa jiwamu muraqabah (merasa diawasi) oleh Allah SWT. Kedua, hendaknya ilmu yang engkau miliki tampak di dalam perilaku lahiriahmu sehari-hari.” Niat (yang ikhlas) dan mengharapkan pahala dari Allah. Amanah dan profesional dalam bekerja. Ihsan dan muraqabah (merasa diawasi oleh Allah). Tazkiyatun-nafs (pembesihan jiwa) dan muhasabah (introspeksi diri). Menuntut ilmu berkesinambungan dan berkelanjutan. Kepribadian yang istimewa dan akhlak yang baik; tawaddu’, jujur, penyayang, adil, tolong menolong dan menyukai kebaikan bagi orang lain, malu berbuat dosa, santun dan lemah lembut. Menghormati hak-hak pasien. Tafaqquh fid-din (Mempelajari dan memahami hukum- hukum agama), terutama dalam permasalahan khusus yang terkait dengan kedokteran. Memberikan kepada setiap orang haknya masing-masing. Sesungguhnya seorang yang belajar ilmu kedokteran hendaknya mengintrospeksi kembali niatnya. Hal ini merupakan perkara yang sangat penting dan seyogyanya mendapatkan perhatian. Niat adalah pondasi amal. Baiknya suatu amal ditentukan oleh dua syarat, yaitu; Ikhlas karena Allah ‘Azza wa Jalla, dan mengikuti sunnah Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Niat yang ikhlas karena Allah akan membawa amal-amal yang bersifat duniawi menjadi ibadah kepada Allah, di mana seorang muslim senantiasa mengharapkan pahala dan dan ganjaran dari Allah baik di dunia maupun di akhirat. Dari Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal-amal itu tergantung dengan niat,
dan sesungguhnya hanyalah bagi setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu karena Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin diperolehnya, atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya untuk apa yang dia niatkan itu.” (Muttafaqun ‘alaih) Sesungguhnya seorang dokter yang mencari wajah Allah dengan profesinya, maka Anda akan menemukannya sebagai orang yang sangat mementingkan pasiennya. Dia mencurahkan apa yang dimiliki dan dimampuinya demi kesehatan dan kebaikan pasien. Dia mengobati pasien dengan ilmu yang benar, tidak memberatkan pasien mengeluarkan uang banyak, seperti melakukan pemeriksaan atau memberikan obat yang sebenarnya tidak diperlukan berdasarkan ilmu kedokteran. Juga tidak memetingkan keterkenalan tapi lebih kepelayanan yang baik.