Pandangan Hukum
Islam
Pengertian Transfusi Darah
Kata transfusi darah dari bahasa Inggris
“Blood Transfution” (memasukkan darah orang
lain ke dalam pembuluh darah orang yang akan
ditolong).
Menyelamatkan jiwa seseorang
mengembalikan darah menjadi Normal.
Asy-Syekh Husnain Muhammad Makhluuf :
“Transfusi darah adalah memanfaatkan darah
manusia, dengan cara memindahkannya dari
(tubuh) orang yang sehat kepada orang yang
membutuhkannya mempertahankan
hidupnya.
Pengertian Transfusi Darah
Transfusi darah adalah proses pemindahan
darh/komponen dari donor ke resepien (pasien)
Bentuk transplantasi seluruh sel darah atau
komponen darah dari satu individu (orang
sehat) ke individu lain (pasien).
Golongan Darah
Ada empat golongan darah yang utama
A, B, AB, dan O.
Perbedaan di antara golongan darah ini
ditentukan ada tidaknya dua zat kimia
utama (A dan B) dalam sel darah merah,
serta ada tidaknya dua unsur (yaitu anti-A
dan unsur anti-B) dalam serum darah
tersebut.
Transfusi Darah dalam
Agama Islam
Menurut ulama fikih, ; pemindahan darah
seseorang ke tubuh orang lain tidak membawa
akibat hukum apa pun dalam Islam, baik yang
berkaitan dengan masalah perkawinan maupun
yang berkaitan dengan masalah warisan.
Dalam hubungan perkawinan, yang saling
mengharamkan nikah itu hanya disebabkan
adanya hubungan nasab (keturunan),
hubungan musaharah (persemendaan), dan
hubungan rada’ah (susuan).
. Pandangan ulama Salaf
Memanfaatkan anggota badan adalah haram
baik dengan cara jual beli ataupun dengan cara
lainnya tidak diperbolehkan.
Ada yang beralasan :
a. Najis
b. Merendahkan, (Al-Fatwa Al-Hidayah).
“Tidak diperkenankan menjual rambut
manusia ataupun memanfaatkannya.
Karena manusia itu terhormat bukan
hina” (Al Murghinani)
. Pandangan ulama Salaf
Tulang dan rambut tidak boleh dijual bukan
karena najis atau suci menghormati.
Menjualnya berarti “merendahkannya” (Al
Kasani).
Menjual air susu wanita BOLEH susu itu
suci dan bermanfaat sehingga Alloh
memperbolehkkan untuk meminumnya
walaupun tidak dalam keadaan terpaksa
(Madzhab, Maliki, Hambali dan Syafi’I).
Menjual air susu (HARAM). Karena susu adalah
bagian dari anggota badan (Mazhab Hanafi).
Menurut ulama Kontemporer
a. Mengenai akibat hukum adanya hubungan
kemahraman antara donor dan resipien
Adapun hubungan antara donor dan resipien
tidak membawa akibat hukum adanya
hubungan kemahraman antara donor dan
resipien.
Sebab faktor-faktor yang dapat menyebabkan
kemahraman sudah ditentukan oleh Islam
sebagaimana tersebut dalam An-Nisa:23.
Menurut ulama Kontemporer
Mahram karena adanya hubungan nasab.
Misalnya hubungan antara anak dengan ibunya
atau saudaranya sekandung, dsb. Karena
adanya hubungan perkawinan misalnya
hubungan antara seorang dengan mertuanya
atau anak tiri dan istrinya yang telah disetubuhi
dan sebagainya, dan mahram karena adanya
hubungan persusuan, transfusi darah tidak
mengakibatkan hubungan kemahraman
Hukum menerima transfusi
darah dari non-muslim
Pada hakikatnya tubuh orang kafir
bukan benda najis.
Mereka tetap dibolehkan masuk ke dalam
masjid-masjid mana pun di dunia ini,
kecuali masjid di tanah haram.
Abu Bakar minum dari satu gelas
bersama dengan orang kafir.
Hukum menerima transfusi
darah dari non-muslim
Dalam Fiqih Thaharah, Bab Su'ur (ludah
manusia) hukumnya suci, termasuk su'ur
orang kafir.
Hukum darah orang kafir yang
dimasukkan ke dalam tubuh seorang
muslim bukan termasuk benda najis.
Darah yang dikeluarkan dari tubuh
najis kantung darah tidak boleh
dibawa untuk shalat kantung darah itu
najis.
Hukum menerima transfusi
darah dari non-muslim
Begitu darah segar itu dimasukkan ke
dalam tubuh seseorang tidak najis lagi.
Darah non muslim yang sudah masuk ke
dalam tubuh seorang muslim tidak
najis.
Hukumnya tetap boleh dan dibenarkan
ketika seorang muslim menerima transfusi
darah dari donor non muslim.