0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
24 tayangan2 halaman
Dokumen ini membahas tentang transfusi darah dalam Islam dan larangan menjual darah. Transfusi darah diperbolehkan dalam Islam untuk menyelamatkan nyawa, tetapi menjual darah secara komersial tidak diperbolehkan. Hanya biaya administrasi untuk proses pendonoran dan pengolahan darah yang dapat dibebankan, namun darah itu sendiri tidak boleh diperjualbelikan karena sifatnya yang najis.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Ringkasan Makalah Transfusi dan Menjual Darah Dalam Islam
Dokumen ini membahas tentang transfusi darah dalam Islam dan larangan menjual darah. Transfusi darah diperbolehkan dalam Islam untuk menyelamatkan nyawa, tetapi menjual darah secara komersial tidak diperbolehkan. Hanya biaya administrasi untuk proses pendonoran dan pengolahan darah yang dapat dibebankan, namun darah itu sendiri tidak boleh diperjualbelikan karena sifatnya yang najis.
Dokumen ini membahas tentang transfusi darah dalam Islam dan larangan menjual darah. Transfusi darah diperbolehkan dalam Islam untuk menyelamatkan nyawa, tetapi menjual darah secara komersial tidak diperbolehkan. Hanya biaya administrasi untuk proses pendonoran dan pengolahan darah yang dapat dibebankan, namun darah itu sendiri tidak boleh diperjualbelikan karena sifatnya yang najis.
RESUME MAKALAH “TRANFUSI MENJUAL DARAH DALAM ISLAM”
1. Transfusi Darah Dalam Islam
Transfusi darah adalah prosedur menyalurkan darah ke dalam tubuh seseorang yang kekurangan darah atau dalam suatu tindakan medis, seperti operasi. Prosedur ini bahkan bisa menyelamatkan nyawa seseorang. Setiap proses transfusi mungkin membutuhkan komponen darah yang berbeda tergantung kondisinya. Ada yang butuh keseluruhan darah, ada yang butuh hanya sel darah merah saja. Ada yang perlu trombosit saja, atau sebagian dari plasma darah saja. Kata transfusi darah berasal dari bahasa Inggris “Blood Transfution” yang artinya memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah orang yang akan ditolong. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan jiwa seseorang karena kehabisan darah. Menurut Asy-Syekh Husnain Muhammad Makhluuf merumuskan definisinya sebagai berikut yang artinya ialah “Transfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia, dengan cara memindahkannya dari (tubuh) orang yang sehat kepada orang yang membutuhkannya, untuk mempertahankan hidupnya”. Adapun Rasulullah Shallahu’alaihi wasallam, beliau pernah bersabda “Siapa yang menolong saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya (anonim atau saat saudaranya tidak hadir di tempat), maka Allah akan menolongnya di dunia dan akhirat (Sunan Baihaqi Kabir no. 17130)”. Hadits ini menjelaskan bahwa jika kita membantu saudara seiman tanpa diketahui oleh orang yang kita tolong, maka Allah akan membalas kebaikan kita atas kebaikan tersebut. Majelis Ulama Indonesia sebagai salah satu lembaga dakwah tertinggi juga turut mengeluarkan fatwa untuk mengatur kegiatan donor darah. Fatwa pertama menyatakan bahwa, boleh hukumnya untuk donor darah. Akan tetapi, kegiatan donor darah ini tidak membahayakan jiwanya dalam kondisi yang dibutuhkan untuk menolong muslimin yang membutuhkannya. Fatwa yang kedua menyatakan Boleh hukumnya untuk mendirikan Bank donor darah Islam. Bank donor darah tersebut berfungsi untuk menerima orang-orang yang ingin mendonorkan darahnya guna menolong orang-orang yang membutuuhkan. Kemudian Bank donor darah tidak diperbolehkan untuk mendapatkan imbalan dari orang yang sakit beserta keluarga dan ahli warisnya. Tidak boleh pula menjadikan kegiatan tersebut sebagai bisnis untuk mencari keuntungan sendiri. Karena donor darah merupakan kegiatan yang bertujuan untuk kemaslahatan manusia. 2. Menjual Darah Dalam Islam Pada dasarnya jual beli darah dengan tujuan untuk komersial tersebut tidak diperbolehkan. Akan tetapi ada biaya yang dikenakan untuk mengganti biaya pengolahan darah tersebut, karena pemerintah dan PMI memberi subsidi atas biaya pengolahan darah tersebut, singkatnya kita hanya membayar jasa mereka yang telah membantu proses pendonoran darah kedalam tubuh kita. Biaya yang dikeluarkan bagi yang membutuhkan darah adalah hanya biaya pemeliharaan dan pengolahan darah, perekrutan donor, pengadaan kantung, bahan pakai modis dan non medis, pemeriksaan Hb, uji saring penyakit, uji cocok serasi, penggantian alat, pemeliharaan, dan biaya penunjang lainnya. Semua darah yang diperoleh dari PMI itu gratis, tidak dipungut biaya untuk mendapatkannya. Tapi, memang ada biaya yang harus dikeluarkan sebagai biaya pemrosesan darah atau yang disingkat BPD. Hal ini disebabkan karena darah tak bisa langsung disalurkan pendonor kepada penerima. Jadi biaya yang selama ini dikeluarkan bukan untuk membayar darah. Jika dilihat dari hukum asalnya, menjual barang najis itu hukumnya haram. Sedangkan memperjualbelikan barang najis yang bermanfatat bagi manusia, seperti memperjualbelikan kotoran hewan untuk keperluan pupuk, dibolehkan dalam Islam karena mengandung manfaat bagi tumbuh-tumbuhan agar tumbuh subur. Begitu pula dengan darah, darah adalah benda najis, akan tetapi darah dapat diperjualbelikan. Tepatnya barang yang mengandung unsur najis dan haram tidak boleh diperjualbelikan, tetapi kita hanya boleh memberikan upah atau jasa kepada pemilik barang tersebut, seperti proses pendonoran darah misalnya yang dilakukan pihak medis, kita haram membayar darah tersebut, tetapi kita hanya boleh membayar biaya proses saat pendonoran darah tersebut berlangsung hingga selesai kepada PMI atau Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) yang bertanggungjawab atas darah yang didonorkan kepada yang membutuhkannya.