Anda di halaman 1dari 1

OPINI TENTANG TRANSFUSI DARAH

(Daniel Ferdiyanto/432019601)

Sudut Pandang Medis


Transfusi darah adalah proses pemberian darah dari seseorang (pendonor) kepada orang lain (resipien)
yang mengalami pendarahan, luka bakar, shock, dan daya tubuh yang rendah akibat infeksi. Transfusi
darah terdiri atas transfusi sel darah merah, serta transfusi trombosit dan granulosit. Dalam
pelaksanaan transfusi darah menurut medis, harus memenuhi persyaratan yaitu aman bagi pendonor
darah dan bersifat memberikan pengobatan bagi resipien. Pendonor harus diperiksa terlebih dahulu
dan memenuhi kriteria sebagai pendonor darah yang sehat jasmani dan rohani serta dari dilihat dari
segi usia, berat badan, tekanan darah, kadar hemoglobin, temperature tubuh, dan denyut nadi. Darah
yang didonorkan harus terjamin yaitu darah yang sehat dan berkualitas baik, maka darah donor harus
diseleksi terlebih dahulu seperti tidak ada indikasi penyakit seprti AIDS, hepatitis B, dan hepatitis C.
Pelayanan tentang transfusi darah di Indonesia harus sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah.
Sudut Pandang Hukum
Di Indonesia, organisasi yang menyelenggarakan kegiatan donor darah dan pengolahan darah terkait
transfusi darah disebut Unit Donor Darah (UDD) yang memiliki fungsi di bidang kepalangmerahan
dalam hal ini Palang Merah Indonesia (PMI) menurut PP No.7/2011 tentang Pelayanan Darah. PMI
biasa menyelenggarakan donor darah kepada masyarakat terlebih pada hari donor darah sedunia pada
14 Juni. Darah sendiri tidak boleh diperjualbelikan dengan alasan apapun sesuai dengan pasal 90 ayat
(3) UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang berbunyi darah dilarang diperjualbelikan dengan
dalil apapun, dan bagi orang yang dengan sengaja memperjual belikan darah akan dipidana paling lama
5 tahun dan denda paling banyak 500 juta (Pasal 195). Pada praktiknya, masyarakat melakukan donor
darah secara sukarela dan tanpa imbalan uang. Namun, ketika masyarakat membutuhkan darah justru
masyarakat diminta untuk membayar darah dengan harga 1 kantung darah berkisar 360 ribu sampai
jutaan rupiah. Hal tersebut tentu menjadi pertanyaan di tengah masyarakat. PMI menjelaskan bahwa
biaya yang dikeluarkan tersebut adalah biaya pemeliharaan dan pengolahan darah, perekrutan donor,
pengadaan kantung, bahan pakai modis dan non medis, pemeriksaan Hb, uji saring penyakit, uji cocok
serasi, penggantian alat, dan biaya penunjang lainnya. Akan tetapi, sebetulnya pelayanan darah sendiri
sudah mendapat subsidi dari pemerintah sesuai dengan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
pasal 90 yang menyebutkan pemerintah bertanggung jawab atas pelayanan darah, dan pemerintah
menjamin pembiayaan pelayanan darah (dalam bentuk subsidi dari APBN, APBD, dan lainnya.
Kemudian menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah menyebutkan bahwa pelayanan
darah sebagai upaya pelayanan Kesehatan merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintah daerah. Dengan demikian, semestinya masyarakat dapat memperoleh darah secara gratis
atas setidaknya biaya yang tidak terlalu mahal. Apabila masyarakat harus membayar 1 kantong darah
yang terbilang mahal tersebut, tentu akan memberatkan masyarakat terutama masyarakat kurang
mampu.
Sudut Pandang Iman Kristen
Alkitab menyatakan bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang diciptakan menurut gambaran-Nya
(Kejadian 1:27). Sebagai makhluk ciptaan-Nya, kita harus saling membantu antar sesama yang dapat
diwujudkan salah satunya dalam kegiatan transfusi darah. Transfusi darah dalam kaitannya dengan
iman Kristen yaitu ketika kita memberikan darah kita atau mendonorkan darah kita kepada yang
membutuhkan terutama untuk menolong nyawa orang lain, maka dapat dikatakan bahwa telah
berbuat kasih kepada sesama dan wujud mengasihi Kristus seperti yang tertulis dalam Yohanes 15:17
yang berbunyi “Inilah perintahKu kepadamu : Kasihanilah seorang akan yang lain’’, dan dalam Yohanes
14:21 yang berbunyi “Barang siapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi
Aku”. Kita dapat meneladani Yesus Kristus yang rela berkorban menumpahkan darah-Nya untuk
menebus dosa umat manusia (Matius 26:28). Kitapun sebagai manusia juga harus rela ikhlas
menumpahkan (memberikan) darah kita untuk membantu sesama yang membutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai