Anda di halaman 1dari 4

Nama : Shabrina Assyifa

Nim : 20220510173

RESUME JURNAL
Analisis Peraturan Medicolegal Mengenai Konsep Pengambilan Donor Darah

Jurnal medicolegal tentang konsep dasar pengambilan darah donor menekankan bahwa
pengambilan darah harus dilakukan dengan tepat dan benar dalam menjamin keamanan dan
kualitas darah. Hal ini terkait dengan beberapa peraturan yang mengatur tentang pengambilan
darah, seperti:

1.Persyaratan identitas donor

2.Persyaratan kesehatan donor

3.Prosedur sterilisasi alat pengambilan darah

4.Prosedur pengambilan darah yang benar

5.Penanganan darah setelah pengambilan

6.Pencatatan dan pelacakan darah

Keseluruhan peraturan tersebut bertujuan untuk menjaga keamanan dan kualitas darah sebagai
sumber dari donor dan mencegah risiko infeksi dan transmisi penyakit

Donor darah adalah suatu tindakan medis yang memerlukan persetujuan dan
pemahaman yang benar dari pasien yang bersedia menyumbangkan darahnya. Dalam hal ini,
peraturan medikolegal sangat penting untuk menjamin keamanan dan kualitas dari donor darah
dan penerimanya.

Menurut jurnal medikolegal, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam konsep donor
darah adalah:

1.Persyaratan usia dan kondisi kesehatan donor. Usia minimum donor adalah 17 tahun dan
kondisi kesehatan donor harus memenuhi syarat tertentu.

2.Persyaratan identitas dan informasi donor. Donor harus menyediakan identitas dan informasi
yang benar dan dapat diverifikasi.
3.Persetujuan donor. Donor harus memberikan persetujuan yang sukarela dan informasi yang
memadai sebelum melakukan tindakan pendonoran.

4.Pertolongan pertama dan penanganan darurat. Tindakan pendonoran harus dilakukan dengan
prosedur medis yang aman dan penanganan darurat harus tersedia jika diperlukan.

5.Pemantauan dan pengawasan. Donor darah harus diamati dan diawasi secara berkala untuk
memastikan kualitas dan keamanan.

Peraturan medikolegal tentang konsep donor darah adalah undang-undang atau regulasi
yang mengatur tentang donor darah, termasuk pembuangan darah, pemeriksaan darah, dan
penggunaan darah. Ini mencakup hal-hal seperti siapa yang diperbolehkan menjadi donor,
bagaimana darah harus diambil, dan bagaimana darah harus disimpan dan digunakan. Tujuan
dari peraturan ini adalah untuk memastikan bahwa donor darah diterima dan digunakan dengan
aman dan memenuhi standar kualitas yang tinggi.

Tidak ada definisi khusus secara hukum mengenai donor darah, tetapi jika dikaitkan
dengan definisi pendonor darah dalam Pasal 1 angka 6 PP 7/2011, donor darah dapat
didefinisikan sebagai kegiatan menyumbangkan darah atau komponennya kepada pasien untuk
tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Pelayanan darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan darah


manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial.
Darah pada pelayanan darah diperoleh dari pendonor darah sukarela yang sehat dan memenuhi
kriteria seleksi pendonor dengan mengutamakan kesehatan pendonor.Kegiatan donor darah ada
di dalam suatu pelayanan transfusi darah yaitu upaya pelayanan kesehatan yang meliputi
perencanaan, pengerahan dan pelestarian pendonor darah, penyediaan darah, pendistribusian
darah, dan tindakan medis pemberian darah kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan

Darah diperoleh dari pendonor darah sukarela yang sehat dan memenuhi kriteria seleksi
pendonor dengan mengutamakan kesehatan pendonor yang dilakukan melalui pemeriksaan
laboratorium terlebih dahulu guna mencegah penularan penyakit.Fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan donor darah, penyediaan darah, dan pendistribusian darah disebut
dengan Unit Transfusi Darah (“UTD”). UTD dapat diselenggarakan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau organisasi sosial yang tugas pokok dan fungsinya di bidang
kepalangmerahan
Dalam UU Kesehatan disebutkan pelayanan transfusi darah, yang meliputi
perencanaan, pengerahan pendonor darah, penyediaan, pendistribusian darah, dan tindakan
medis pemberian darah kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Cara pelaksanaan pelayanan transfusi darah dilakukan dengan menjaga keselamatan
dan kesehatan penerima darah dan tenaga kesehatan dari penularan penyakit melalui transfusi
darah.Dari penjelasan di atas, dapat kita pahami bahwa ada 3 pihak dalam donor darah, yaitu:
pendonor darah sebagai pendonor, UTD sebagai penyelenggara donor darah, dan pasien
sebagai penerima donor darah. Adapun donor darah yang dimaksud menurut hukum disebut
sebagai pelayanan darah.Sebagai informasi dalam rangka menyelenggarakan pelayanan darah
ini, pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan pelayanan darah yang aman, mudah
diakses, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pemerintah menjamin pembiayaan dalam
penyelenggaraan pelayanan darah. Penting juga untuk diketahui bahwa darah dilarang
diperjualbelikan dengan dalih apapun.

Selain itu, guna menjamin ketersediaan darah untuk pelayanan kesehatan, jaminan
pemerintah diwujudkan dalam bentuk pemberian subsidi kepada UTD yang bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD) dan bantuan lainnya
REFERENSI

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rincka Cipta

Depkes RI, 2009 Manfaat Donor Darah: Universitas Sumatra Utara. Diakses tanggal 23
Oktober 2015

Depdinkes, 2007.Pengertian Donor Darah: Universitas Sumatra Utara.Diakses tanggal 23


Oktober 2015

Herdiana, Ike, dkk. 2013. Hubungan Antara Self-Esteem Dengan Intensi Perilaku Prososial
Donor Darah Pada Donor di Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia Surabaya.
Surabaya

Komandoko Gamal. 2013. Donor Darah Terbukti Menurunkan Risiko Penyakit Jantung dan
Stroke. Yogyakarta: Media Pressindo

Masser, 2008 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendonor Darah Sukarela:Universitas


Sumatra Utara. Diakses tanggal 23 Oktober 2015

Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2014.Jakarta Selatan

Suminar,2011. Analisis Hukum Terhadap Pemberian Tranfusi Darah di Rumah Sakit


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Bandung

Wawan, Dewi. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai