Anda di halaman 1dari 11

PANDANGAN ISLAM TERHADAP TRANSPLANTASI

ORGAN TUBUH MANUSIA

Disusun oleh :
Ayu Amalia
Gita Indah Cahyani
Irmayanti
Muhammad Fahreza
Rohaidah
ArieIsmail
Nurrohman

PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Transplantasi ialah pemindahan organ tubuh yang masih mempunyai daya hidup sehat untuk
menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi lagi dengan baik . pada saat ini
juga, ada upaya untuk memberikan organ tubuh kepada orang yang memerlukan, walaupun orang
itu tidak menjalani pengobatan, yaitu untuk orang yang buta. Hal ini khusus donor mata bagi orang
buta.

Dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh ada tiga pihak terkait dengannya: pertama,donor,
yaitu orang yang menyumbangkan organ tubuhnya yang masih sehat untuk dipasangkan pada orang
lain yang organ tubuhnya menderita sakit, atau terjadi kelainan. Kedua: resepien, yaitu orang yang
menerrima organ tubuh dari donor yang karena satu dan lain ha, organ tubuhnya harus diganti.
Ketiga, tim ahli, yaitu para dokter yangmenangani operasi transplantasi dari pihak donor kepada
pasien.

Transplantasi organ tubuh manusia merupakan masalah baru yang belum pernah dikaji oleh
para fuqaha klasik tentang hukum-hukumnya. Karena masalah ini adalah anak kandung dari
kemajuan ilmiah dalam bidang pencangkokan anggota tubuh, dimana para dokter modern bisa
mendatangkan hasil yang menakjubkan dalam memindahkan organ tubuh dari orang yang masih
hidup/ sudah mati dan mencangkokkannnya kepada orang lain yang kehilangan organ tubuhnya
atau rusak karena sakit dan sebagainya yang dapat berfungsi persis seperti anggota badan itu pada
tempatnya sebelum di ambil.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan transplantasi?


2. Apa macam-macam transplantasi organ?
3. Bagaimanakah transplantasi Organ yang di Perbolehkan?
4. Bagaimanakah transplantasi Organ yang tidak diperbolehkan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan transplantasi.


2. Untuk mengetahui macam-macam transplantasi organ.
3. Untuk mengetahui transplantasi organ yang diperbolehkan.
4. Untuk mengetahui transplantasi organ yang tidak diperbolehkan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Transplantasi Organ Tubuh


Pencangkokan atau transplantasi adalah pemindahan organ tubuh yang mempunyai daya
hidup yang sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi dengan
baik, yang apabila diobati dengan prosedur medis biasa, harapan penderita untuk bertahan
hidupnya tidak ada lagi.1

Pencangkokan organ tubuh yang menjadi pembicaraan pada waktu ini adalah: Mata, Ginjal
dan jantung. Karena ketiga organ tubuh tersebut sangat penting fungsinya untuk manusia,
terutama sekali ginjal dan jantung. Mengenai donor mata pada dasarnya dilakukan, karena ingin
membagi kebahagiaan kepada orang yang belum pernah melihat keinadahan alam ciptaan Allah
ini ataupun orang yang menjadi buta karena penyakit.
B. Macam-macam Cara Melakukan Transplantasi Organ Tubuh
Ada 3 (tiga) tipe donor organ tubuh, dan setiap tipe mempunyai permasalahan sendiri,
yaitu:3

1. Donor dalam keadaan hidup dan sehat.


Tipe ini memerlukan seleksi yang cermat dan general chek up (pemeriksaan kesehatan yang
lengkap). Baik terhadap donor maupun terhadap penerima (resipien), demi menghindari
kegagalan transplantasi yang disebabkan oleh karena penolakan tubuh resipien, dan sekaligus
untuk mencegah risiko bagi pendonor. Sebab menurut data statistik, 1 dari 1000 donor meninggal,
dan si donor juga bisa merasa was-was dan tidak aman (insecure), karena menyadari bahwa dengn
menyumbangkan organ tubuhnya, maka ia tidak akan memperoleh kembali seperti sedia kala.
Apabila melakukan donor dalam keadaan hidup, Islam tidak membenarkan atau melarang,
alasannya yaitu sebagai berikut:4
a. Firman Allah SWT.

‫وال تلقوا بايديكم الى التهلكه‬

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam


kebinasaan”.5
Ayat ini mengingatkan manusia agar tidak gegabah dalam berbuat
sesuatu yang dapat berakibat fatal bagi dirinya, sekalipun mempunyai
tujuan kemanusiaan yang luhur.
b. Kaidah hukum Islam

‫درء المفاسد مقدم على جلب المصالح‬

“Menghindari kerusakan atau risiko lebih didahulukan atas


menarik kemashlahatan”.

Misalnya menolong orang dengan cara mengorbankan diri sendiri


yang berakibat ftal, tidak diperbolehkan oleh Islam.

‫الضرر ال يزال بالضرر‬

“Bahaya tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lainnya”.

2. Donor dalam keadaan hidup koma atau diduga akan meninggal segera.

Untuk tipe ini, pengambilan organ tubuh donor memerlukan alat control
dan penunjang kehidupan, misalnya dengan bantuan alat pernafasan khusus.
Kemudian alat penunjang kehidupan tersebut dicabut, setelah selesai proses
pengambilan organ tubuhnya. Hanya kriteria mati secara medis/klinis dan
yuridis perlu ditentukan dengan tegas dan tuntas. Aoakah criteria mati itu
ditandai dengan berhentinya denyut jantung dan pernafasan6 ataukah ditandai
dengan berhentinya fungsi otak7.

Penegasan mati secara klinis dan yuridis itu sangat penting bagi dokter
sebagai pegangan dalam menjalankan tugasnya, sehingga ia tidak khawatir
dituntut melakukan pembunuhan berencana oleh keluarga yang bersangkutan
sehubungan dengan praktek transplantasi

itu. Apabila melakukan transplantasi organ oleh pendonor yang dalam keadaan
koma atau hampir meninggal, maka Islampun tidak megizinkan, karena:8
a. Hadits Nabi

‫ال ضرر وال ضرار‬

“Tidak membuat madhorot pada dirinya, dan tidak boleh pula


membuat madhorot pada orang lain”.9

Misalnya orang yang mengambil organ tubuh seseorang donor yang belum
meninggal secara klinis dan yuridis untuk transplantasi berarti ia membuat
madhorot kepada donor dengan mempercepat kematiannya.
b. Manusia wajib berikhtiar untuk menyembuhkan penyakitnya, demi
mempertahankan hidupnya, tetapi hidup dan mati itu ditangan Allah,. Karena
itu, manusia tidak boleh mencabut nyawanya sendiri (bunuh diri), atau
mempercepat kematian kematian orang lain, sekalipun dilakukan oleh dokter
dengan maksud untuk mengurangi dan menghentikan penderitaan si pasien.

3. Donor dengan keadaan mati (meninggal dunia).

Tipe ini merupakan tipe yang ideal, sebab secara medis tinggal menunggu
penentuan kapan donor dianggap meninggal secara medis dan yuridis, dan harus
memperhatikan pula daya tahan organ tubuh yang mau diambil untuk
transplantasi.10

Sampai saat ini transplantasi orgn tubuh yang banyak dibicarakan


dikalangan ilmuwan dan agamawan/rohaniawan adalah mengenai tiga macam
organ tubuh, yaitu mata, ginjal dan jantung. Hal ini dapat dimaklumi, Karena
dari segi struktur anatomis manusia, ketiga organ tubuh tersebut sangatlah vital
bagi kehidupan manusia. Namun sebagai akibat perkembangan ilmu
pengetahuan modern dan teknologi yang semakin canggih, maka di masa yang
akan datang, transplantasi mungkin juga berhasildilakukan untuk organ-organ
tubuh lainnya, mulai dari mulai dari kaki dan telapaknya sampai kepalanya,
termasuk pula organ tubuh bagian dalam seperti rahim wanita.
Namun apa yang dicapai oleh teknologi, belum tentu diterima oleh
agama, dan hukum yang hidup di masyarakat. Karena itu,mengingat
transplantasi organ tubuh itu termasuk masalah ijtihadi, karena tidak terdapat
hukumnya secara eksplisit di dalam Al-Quran dan Sunnah, dan mengingat pula
masalah transplantasi itu termasuk masalah yang cukup kompleks, menyangkut
berbagai bidang studi, maka harusnya masalah ini dianalisis dengan memakai
pendekatan atau metode multi disipliner,misalnya kedokteran, biologi, hukum,
etika, dan agama, agar bisa diperoleh kesimpulan berupa hukumn ijtihadi
(hukum fiqh Islam) yang proporsional dan mendasar.11

C. Transplantasi yang di perbolehkan


1. Syarat di Perbolehkannya Melakukan Transplantasi Organ Tubuh Apabila
pencangkokan atau transplantasi organ tubuh dari donor yang telah meninggal
secara klinis dan yuridi, maka Islam mengizinkan dengan syarat12:

1) n atau penerima sumbangan donor, berada dalam keadaan darurat, yang


mengancam jiwanya, dan ia sudah menempuh pengobatan secara medis dan
non medis, tetapi tidak berhasil.
2) Pencangkokan tidak akan menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih
gawat bagi resipien dibandingkan dengan keadaannya sebelum

2. Dalil-Dalil Syar’I Yang Membolehkan Transplantasi Organ Tubuh Adapun dalil-


dalil syar’I yang dapat dijadikan dasar untuk mebolehkan pencangkokan atau
transplantasi organ tubuh, antara lain sebagai berikut13:
1) Firman Allah SWT (Al-Qur’an Surah al-Baqarah Ayat 195).
Ayat tersebut secara analogis dapat dipahami bahwa Islam tidak
membenarkan pula orang yang membiarkan dirinya dalam keadaan bahaya
maut atau tidak berfungsinya organ tubuhnya yang sangat vital, tanpa usaha-
usaha penyembuhannya secara medis dan non medis, termasuk
pencangkokan organ tubuh, yang secara medis memberi harapan kepada
yang bersangkutan untuk bisa bertahan hidup dengan baik.
2) Firman Allah SWT.

‫ومن احياها فكانما احيا الناس جميع‬

“Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia maka


seolah-olah ia memelihara kehidupan manusia semuanya.”14‫ا‬

Ayat ini menunjukan bahwa Islam sangat menghargai tindakan


kemanusiaan yang dapat menyelamatkan jiwa manusia. Misalnya seseorang
yang dengan senang hati menyumbangkan organ tubuhnya setelah ia
meninggal, maka Islam membolehkan.

Dan bahkan memandangnya sebagai amal perbuatan kemanusiaan yang


tinggi nilanya, karena menolong jiwa sesame manusia atau membantu
berfungsinya kembali organ tubuh sesamanya yang tidak berfungsi.
1) Hadits Nabi

‫تداووا عبادهلال فاءن هلال لم يضع داء اال وضع له دواء غير داء واحد الهرم‬

“Bertibatlah kamu hai hamba-hamba Allah,karena sesungguhnya Allah


tidak meletakkan suatu penyakit, kecuali Dia juga meletakan obat
penyembuhnya, selain penyakit yang satu, yaitu penyakit

tua”.15.

Hadits ini menunjukan bahwa umat Islam wajib bertobat ketika


menderita sakit, apapun macam penyakitnya. Sebab setiap penyakit adalah
berkah kasih sayang Allah, pasti ada obat penyembuhnya, kecuali
penyakit tua. Karena itu, penyakit yang sangat ganas, seperti kanker dan
AIDS yang telah banyak membawa korban manusia diseluruh dunia,
terutama di dunia Barat, yang hingga kini belum diketahui obatnya, maka
pada suatu waktu akan ditemukan pula obatnya.
2) Kaidah Hukum Islam

.‫يزال‬ ‫الضرر‬

“Bahaya itu harus dihilangkan atau di lenyapkan”


Seorang yang menderita sakit jantung atau ginjal yang sudah
mencapai stadium yang gawat, maka ia menghadapi bahaya maut sewaktu-
waktu. Maka menurut kaidah hukum Islam diatas, bahaya maut itu harus
ditanggulangi dengan usaha pengobatan. Dan jika usaha pengobatan secara
medis tidak bisa menolong, maka demi menyelamatkan jiwanya,
pencangkokan jantung atau

ginjal diperbolehkan karena keadaan darurat. Dan ini berarti,kalau


penyembuhan penyakitnya bisa dilakukan tanpa pencangkokan, maka
pencangkokan organ tubuh tidak diperkenankan.

3) Menurut Hukum Wasiat


Keluarga orang meninggal wajib melaksanakan wasiat orang yang
meninggal mengenai hartanya,dan apa saja yang bisa bermanfaat, baik
kepentingan untuk si mayat itu sendiri (melunasi utang-utangnya),
kepentingan ahli waris dan non ahli waris, maupun untuk kepentingan agama
dan umum (kepentingan sosial, pendidikan dan sebagainya). Berhubung si
donor organ tubuh telah membuat wasiat untukmenyumbangkan organ
tubuhnya untuk kepentingan kemanusiaan, maka keluarga atau ahli warisnya
wajib membantu pelaksanaan wasiat almarhum/almarhumah.
Sebaliknya, apabila seseorang pada masa hidupnyatidak
mendaftarkan dirinya sebagai pendonor organ tubuh dan ia tidak pula
memberi wasiat kepada keluarga atau ahli warisnyauntuk menyumbangkan
organ tubuhnya apabila ia nanti meninggal, maka keluarga atau ahli warisnya
tidak berhak mengizinkan pengambilan organ tubuh si mayat untuk
pencangkokan atau untuk penelitian isliah dan sebagainya.
A. Transplantasi yang tidak di perbolehkan (Haram)

Akan tetapi Mendonorkan Organ tubuh dapat menjadi haram hukumya apabila:
1. Transplantasi organ tubuh diambil dari orang yang masih dalam keadaan hidup
sehat, dengan alasan : Firman Allah dalam Alqur’an
S. Al-Baqarah ayat 195, bahwa ayat tersebut mengingatkan , agar jangan
gegabah dan ceroboh dalam melakukan sesuatu, tetapi harus memperhatikan
akibatnya, yang kemungkinan bisa berakibat fatal bagi diri donor, meskipun
perbuatan itu mempunyai tujuan kemanusiaan

yang baik dan luhur. Melakukan transplantasi dalam keadaan dalam keadaan
koma. Walaupun menurut dokter bahwa si donor itu akan segera meninggal
maka transplantasi tetap haram hukumnya karena hal itu dapat mempercepat
kematiannya dan mendahului kehendak Allah. Dalam hadis nabi dikatakan:
“Tidak boleh membuat madharat pada diri sendiri dan tidak boleh pula membuat
madharat pada orang lain.”(HR. Ibnu Majah, No.2331)
2. Penjualan Organ Tubuh Sejauh mengenai praktik penjualan organ tubuh
manusia, ulama sepakat bahwa praktik seperti itu hukumnya haram berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan berikut16: Seseorang tidak boleh menjual benda-
benda yang bukan miliknya.
Sebuah hadis menyatakan, “Diantara orang-orang yang akan dimintai
pertanggungjawaban di akhirat adalah mereka yang menjual manusia merdeka
dan memakan hasilnya.” Dengan demikian, jika seseorang menjual manusia
merdeka, maka selamanya si pembeli tidak memiliki hak apapun atas diri
manusia itu, karena sejak awal hukum transaksi itu sendiri adalah haram.
Penjualan organ manusia bisa mendatangkan penyimpangan, dalam arti bahwa
hal tersebut dapat mengakibatkan diperdagangkannya organ-organ tubuh orang
miskin dipasaran layaknya komoditi lain.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Transplantasi
adalah pemindahan organ tubuh yang mempunyai daya hidup yang sehat untuk
menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi dengan baik, yang
apabila diobati dengan prosedur medis biasa, harapan penderita untuk bertahan
hidupnya tidak ada lagi.
Ada 3 (tiga) tipe donor organ tubuh, dan setiap tipe mempunyai
permasalahan sendiri, yaitu: Donor dalam keadaan hidup dan sehat, donor dalam
keadaan hidup koma atau diduga akan meninggal segera, donor dengan keadaan mati
(meninggal dunia).
Syarat di perbolehkannya melakukan transplantasi organ tubuh Apabila
pencangkokan atau transplantasi organ tubuh dari donor yang telah meninggal
secara klinis dan yuridi, maka Islam mengizinkan dengan syarat: Resipien atau
penerima sumbangan donor, berada dalam keadaan darurat, yang mengancam
jiwanya, dan ia sudah menempuh pengobatan secara medis dan non medis, tetapi
tidak berhasil. pencangkokan tidak akan menimbulkan komplikasi penyakit yang
lebih gawat bagi resipien dibandingkan dengan keadaannya sebelumnya.
Transplantasi organ yang di haramkan adalah Transplantasi organ tubuh
diambil dari orang yang masih dalam keadaan hidup sehat, Penjualan Organ Tubuh
Sejauh mengenai praktik penjualan organ tubuh manusia, ulama sepakat bahwa
praktik seperti itu hukumnya haram.
Daftar Pustaka

Zuhdi Masjfuk, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam,Jakarta: Haji


Masagung, 1994.

Zuhdi Masjfuk, “Masail Fiqhiyah”. Jakarta. PT Toko Gunung Agung.


1997.
Zuhdi Masjfuk, Inseminasi Buatan Pada Hewan dan Manusia Ditinjau
dari Hukum Islam, Makalah pada Seminar Fakultas Peternakan UNIBRAW, Malang: 2
April 1987.

Audah Abdul Qadir, Al-Tasyri’ al-Jinani Muqoranan bil Qonun Al-


Wadh’I, vol 1.
Departemen Agama Al Quran dan Terjemahnya.
Nata Abuddin, Masail Al-Fiqhiyah. Jakarta. Kencana Predana Media Group. 2006.

Anda mungkin juga menyukai