Anda di halaman 1dari 3

Gejala

1. Demam

Tubuh yang terinfeksi virus corona biasanya menunjukkan gejala yang


mirip layaknya terkena virus flu, seperti demam atau batuk. Namun,
banyak orang yang tidak menunjukkan gejala ini sehingga tidak sadar
dirinya sudah terinfeksi virus corona dan menularkannya ke orang lain.

Anda berisiko terinfeksi virus corona jika memiliki suhu tubuh lebih dari
100,4 derajat Fahrenheit atau 38 derajat Celcius setelah 2-14 hari terpapar
virus. Tak hanya demam, Anda pun bisa merasakan nyeri otot, mual, dan
muntah.

2. Batuk

Batuk kering jadi gejala Covid-19 selanjutnya yang perlu Anda waspadai.
Melansir Eatthis.com, frekuensi batuk berulang yang terjadi selama satu
jam bisa dikategorikan sebagai gejala tubuh terinfeksi virus.

Jika Anda mengalami hal itu, segera lakukan isolasi mandiri selama
beberapa hari. Terus pantau kondisi tubuh Anda. Bila kondisi tubuh
semakin buruk dan muncul gejala yang lain, segera hubungi tenaga
kesehatan.

3. Sesak napas

Yang membedakan apakah sesak napas ini merupakan gejala dari Covid-19 atau bukan
adalah terjadinya penurunan saturasi oksigen secara tiba-tiba. Sesak napas yang disertai
dengan demam dan batuk menjadi kunci lain bahwa ini merupakan gejala dari Covid-19.
CDC melaporkan, 31-40 persen penderita Covid-19 mengalami sesak napas. Jumlah ini
sebenarnya masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan gejala lain yang lebih banyak
terjadi pada penderita Covid-19. Misalnya, demam (83-99 persen), batuk (59-82 persen),
atau kelelahan (44-70 persen). Hasil studi lain dari CDC, sesak napas pada penderita Covid-
19 sebanyak 43 persen terjadi pada pasien dewasa bergejala, dan 13 persen pada pasien
anak-anak bergejala.
Pada kondisi normal di mana paru-paru sehat, oksigen akan melintasi alveoli dan memasuki
pembuluh darah kecil yang dikenal sebagai pembuluh kapiler, tempat sebelum oksigen
dialirkan ke seluruh tubuh. Namun, pada mereka yang menderita Covid-19, transfer oksigen
akan terganggu oleh respons imun yang muncul. Sel darah putih melepaskan molekul
inflamasi yang disebut kemokin atau sitokin. Mereka akan mengumpulkan lebih banyak sel
kekebalan demi membunuh sel yang terinfeksi virus corona. Proses tersebut menyisakan
nanah yang merupakan campuran dari cairan dan sel-sel mati di dalam paru-paru.
Keberadaan nanah tersebut menyebabkan terjadinya sesak napas, batuk, juga demam.
Namun, khusus untuk gejala sesak napas pada Covid-19, risiko terjadinya jauh lebih tinggi
pada mereka yang berusia di atas 65 tahun, perokok, punya riwayat diabetes, dan penyakit
kardiovaskular, serta sistem kekebalan tubuh yang lemah.
rapid

Prosedur pemeriksaan rapid test antibodi dimulai dengan mengambil sampel darah dari


ujung jari yang kemudian diteteskan ke alat rapid test. Selanjutnya, cairan untuk
menandai antibodi akan diteteskan di tempat yang sama. Hasilnya akan berupa garis
yang muncul 10–15 menit setelahnya.
Hasil rapid test positif (reaktif) menandakan bahwa orang yang diperiksa pernah
terinfeksi virus Corona. Meski begitu, orang yang sudah terinfeksi virus Corona dan
memiliki virus ini di dalam tubuhnya bisa saja mendapatkan hasil rapid test negatif (non-
reaktif), karena tubuhnya belum membentuk antibodi terhadap virus Corona.
Oleh karena itu, jika hasilnya negatif, pemeriksaan rapid test perlu diulang sekali lagi 7–
10 hari setelahnya. Anda juga tetap disarankan untuk melakukan isolasi mandiri selama
14 hari walaupun tidak mengalami gejala sama sekali dan merasa sehat.
Bila hasil rapid test Anda positif, jangan panik dulu. Antibodi yang terdeteksi pada rapid
test bisa saja merupakan antibodi terhadap virus lain atau coronavirus jenis lain, bukan
yang menyebabkan COVID-19 atau SARS-CoV-2.
Sementara untuk rapid test antigen, pemeriksaannya cukup berbeda. Sampel yang
digunakan untuk pemeriksaan tes ini adalah hasil swab hidung dan tenggorokan atau
bisa juga air liur. Tes ini dapat mendeteksi ada atau tidaknya antigen virus penyebab
COVID-19 dalam waktu 15 menit.
Bila hasil rapid test antigen negatif, Anda tetap harus menjalani isolasi mandiri, apalagi
jika mengalami gejala saluran pernapasan. Sementara bila hasilnya positif, masih ada
kemungkinan bahwa antigen tidak berasal dari virus penyebab COVID-19.
Oleh karena itu, baik menggunakan rapid test antibodi maupun antigen, perlu dilakukan
pengambilan swab untuk tes PCR guna memastikan apakah benar terdapat infeksi
SARS-CoV-2. Sebelum melakukan tes PCR atau selama menunggu hasilnya, Anda
harus menjalani isolasi mandiri di rumah minimal 14 hari.
Selama isolasi, hindari berpergian dan kontak dengan orang lain yang tinggal serumah,
sambil menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Terapkan physical distancing, yaitu
menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang lain dan memakai masker saat harus
berinteraksi dengan orang lain.

Rapid-test (antibody IgM, IgG) COVID-19 bukan penentu diagnosIs COVID-19 karena antibodi seseorang
baru muncul sekitar 7-10 hari setelah terinfeksi virus.
2) Pemeriksaan ini masih digunakan karena rapid test lebih mudah dilakukan dan lebih aksesibel.
3) Pemeriksaan diagnosis yang utama untuk COVID-19 adalah real time-PCR (RT-PCR) dengan melalui
pengambilan sampel virus prosedur swab/usapan pada rongga hidung dan tenggorokan.
4) Hasil positif (+) pada rapid test tidak serta merta seseorang dianggap positif COVID-19, mesti diikuti
dengan diagnosis RT-PCR.
5) Hasil negatif (-) pada rapid test bukan juga berarti bebas COVID-19. Diulang rapid kembali setelah 10
hari. Bila (-), maka benar-benar bebas COVID-19. Bila (+) harus diikuti pemeriksaan RT-PCR.
6) Baik hasil rapid test positif maupun negatif tetap prosedur isolasi diri.

Anda mungkin juga menyukai