Anda di halaman 1dari 13

Transplantasi Organ Tubuh

Yudhi Setiawan Majid

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah


Email: yudhisetiawan959@gmail.com

Abstract
Transplantation is the transfer of body organs that still have a healthy
vitality to replace body organs that are unhealthy and no longer
functioning properly. At this time too, there are efforts to give organs to
people who need them, even if the person is not undergoing treatment,
namely for people who are blind. This is specifically an eye donor for
blind people. In carrying out an organ transplant, there are three parties
involved: first, the donor, namely the person who donates their healthy
organs to be paired with another person whose organs are suffering from
illness or an abnormality. Second: recipient, namely a person who
receives organs from a donor who, for one reason or another, has to have
their organs replaced. Third, the expert team, namely the doctors who
handle transplant operations from the donor to the patient. Human organ
transplantation is a new problem that has never been studied by classical
jurists regarding its laws. Because this problem is the offspring of
scientific advances in the field of limb transplantation, where modern
doctors can produce amazing results in removing body organs from
living/dead people and transplanting them into other people who have lost
their organs or are damaged due to illness and disease. so on which can
function exactly as if the limb was in its place before it was taken.

Key Words: organ transplantation


A. PENDAHULUAN
Transplantasi ialah pemindahan organ tubuh yang masih
mempunyai daya hidup sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak
sehat dan tidak berfungsi lagi dengan baik . pada saat ini juga, ada upaya
untuk memberikan organ tubuh kepada orang yang memerlukan,
walaupun orang itu tidak menjalani pengobatan, yaitu untuk orang yang
buta. Hal ini khusus donor mata bagi orang buta.
Dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh ada tiga pihak
terkait dengannya: pertama,donor, yaitu orang yang menyumbangkan
organ tubuhnya yang masih sehat untuk dipasangkan pada orang lain yang
organ tubuhnya menderita sakit, atau terjadi kelainan. Kedua: resepien,
yaitu orang yang menerrima organ tubuh dari donor yang karena satu dan
lain ha, organ tubuhnya harus diganti. Ketiga, tim ahli, yaitu para dokter
yangmenangani operasi transplantasi dari pihak donor kepada pasien.
Transplantasi organ tubuh manusia merupakan masalah baru yang
belum pernah dikaji oleh para fuqaha klasik tentang hukum-hukumnya.
Karena masalah ini adalah anak kandung dari kemajuan ilmiah dalam
bidang pencangkokan anggota tubuh, dimana para dokter modern bisa
mendatangkan hasil yang menakjubkan dalam memindahkan organ tubuh
dari orang yang masih hidup/ sudah mati dan mencangkokkannnya kepada
orang lain yang kehilangan organ tubuhnya atau rusak karena sakit dan
sebagainya yang dapat berfungsi persis seperti anggota badan itu pada
tempatnya sebelum di ambil.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Transplantasi Organ Tubuh
Pencangkokan atau transplantasi adalah pemindahan organ tubuh yang
mempunyai daya hidup yang sehat untuk menggantikan organ tubuh yang
tidak sehat dan tidak berfungsi dengan baik, yang apabila diobati dengan
prosedur medis biasa, harapan penderita untuk bertahan hidupnya tidak
ada lagi.
Pencangkokan organ tubuh yang menjadi pembicaraan pada waktu ini
adalah: Mata, Ginjal dan jantung. Karena ketiga organ tubuh tersebut
sangat penting fungsinya untuk manusia, terutama sekali ginjal dan
jantung. Mengenai donor mata pada dasarnya dilakukan, karena ingin
membagi kebahagiaan kepada orang yang belum pernah melihat
keinadahan alam ciptaan Allah ini ataupun orang yang menjadi buta
karena penyakit.
Ada 3 (tiga) tipe donor organ tubuh, dan setiap tipe mempunyai
permasalahan sendiri - sendiri, yaitu;
 Donor dalam keadaan hidup sehat. Tipe ini memerlukan seleksi
cermat dan general check Up, baik terhadap donor maupun
terhadap penerima (resepient), demi menghindari kegagalan
transplantasi yang disebabkan oleh karena penolakan tubuh
resepien, dan sekaligus mencegah resiko bagi donor.
 Donor dalam hidup koma atau di duga akan meninggal segera.
Untuk tipe ini, pengambilan organ tubuh donor memerlukan alat
control dan penunjang kehidupan, misalnya dengan bantuan alat
pernapasan khusus. Kemudian alat-alat tersebut di cabut setelah
pengambilan organ tersebut selesai.
 Donor dalam keadaan mati. Tipe ini merupakan tipe yang ideal,
sebab secara medis tinggal menunggu penentuan kapan donor
dianggap meninggal secara medis dan yudiris dan harus
diperhatikan pula daya tahan organ tubuh yang mau di
transplantasi.
2. Macam-macam Cara Melakukan Transplantasi Organ Tubuh
Ada 3 (tiga) tipe donor organ tubuh, dan setiap tipe mempunyai
permasalahan sendiri, yaitu:
a. Donor dalam keadaan hidup dan sehat
Tipe ini memerlukan seleksi yang cermat dan general chek up
(pemeriksaan kesehatan yang lengkap). Baik terhadap donor
maupun terhadap penerima (resipien), demi menghindari
kegagalan transplantasi yang disebabkan oleh karena penolakan
tubuh resipien, dan sekaligus untuk mencegah risiko bagi
pendonor. Sebab menurut data statistik, 1 dari 1000 donor
meninggal, dan si donor juga bisa merasa was-was dan tidak aman
(insecure), karena menyadari bahwa dengn menyumbangkan organ
tubuhnya, maka ia tidak akan memperoleh kembali seperti sedia
kala.
Apabila melakukan donor dalam keadaan hidup, sebagaimana
menurut hemat penulis, Islam tidak membenarkan atau melarang,
alasannya yaitu sebagai berikut:
 Firman Allah SWT
‫وال تلقوا بايديكم الى التهلكه‬

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri


kedalamkebinasaan”.

Ayat ini mengingatkan manusia agar tidak gegabah dalam


berbuat sesuatu yang dapat berakibat fatal bagi dirinya, sekalipun
mempunyai tujuan kemanusiaan yang luhur.

 Kaidah hukum Islam

‫درء المفاسد مقدم على جلب المصالح‬


“Menghindari kerusakan atau risiko lebih didahulukan
atas menarik kemashlahatan”.

Misalnya menolong orang dengan cara mengorbankan diri


sendiri yang berakibat ftal, tidak diperbolehkan oleh Islam.

‫الضرر ال يزال بالضرر‬

“Bahaya tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lainnya”.

b. Donor dalam keadaan hidup koma atau diduga akan meninggal


segera
Untuk tipe ini, pengambilan organ tubuh donor memerlukan alat
control dan penunjang kehidupan, misalnya dengan bantuan alat
pernafasan khusus. Kemudian alat penunjang kehidupan tersebut
dicabut, setelah selesai proses pengambilan organ tubuhnya.
Hanya kriteria mati secara medis/klinis dan yuridis perlu
ditentukan dengan tegas dan tuntas. Aoakah criteria mati itu
ditandai dengan berhentinya denyut jantung dan pernafasan
ataukah ditandai dengan berhentinya fungsi otak. Penegasan mati
secara klinis dan yuridis itu sangat penting bagi dokter sebagai
pegangan dalam menjalankan tugasnya, sehingga ia tidak khawatir
dituntut melakukan pembunuhan berencana oleh keluarga yang
bersangkutan sehubungan dengan praktek transplantasi sebagainya
dengan penuh tenaga guna memperoleh kembali harta benda yang
lenyap selama itu akibat perjuang untuk agama. Maka ayat ini
memperingatkan kepada para sahabat agar tergoda oleh harta
sampai lengah dan lupa perjuangan yang mulila , sebab musuh-
musuh Islam masih tetap mencari dan menunggu kelengahan umat
Islam agar dengan mudah Islam dapat dihancurkan.
Lihat Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981. Sebagaimana
Rumusan Kongres IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Tahun 1985 itu
Apabila melakukan transplantasi organ oleh pendonor yang dalam
keadaan koma atau hampir meninggal, maka Islampun tidak
megizinkan, karena:

 Hadits Nabi

‫ال ضرر وال ضرار‬

“Tidak membuat madhorot pada dirinya, dan tidak boleh pula


membuat madhorot pada orang lain”.

Misalnya orang yang mengambil organ tubuh seseorang donor


yang belum meninggal secara klinis dan yuridis untuk
transplantasi berarti ia membuat madhorot kepada donor dengan
mempercepat kematiannya.

 Manusia wajib berikhtiar untuk menyembuhkan penyakitnya, demi


mempertahankan hidupnya, tetapi hidup dan mati itu ditangan
Allah,. Karena itu, manusia tidak boleh mencabut nyawanya
sendiri (bunuh diri), atau mempercepat kematian kematian orang
lain, sekalipun dilakukan oleh dokter dengan maksud untuk
mengurangi dan menghentikan penderitaan si pasien.
c. Donor dengan keadaan mati (meninggal dunia).
Tipe ini merupakan tipe yang ideal, sebab secara medis tinggal
menunggu penentuan kapan donor dianggap meninggal secara
medis dan yuridis, dan harus memperhatikan pula daya tahan organ
tubuh yang mau diambil untuk transplantasi.

Sampai saat ini transplantasi orgn tubuh yang banyak


dibicarakan dikalangan ilmuwan dan agamawan/rohaniawan
adalah mengenai tiga macam organ tubuh, yaitu mata, ginjal dan
jantung. Hal ini dapat dimaklumi, Karena dari segi struktur
anatomis manusia, ketiga organ tubuh tersebut sangatlah vital bagi
kehidupan manusia. Namun sebagai akibat perkembangan ilmu
pengetahuan modern dan teknologi yang semakin canggih, maka
di masa yang akan datang, transplantasi mungkin juga
berhasildilakukan untuk organ-organ tubuh lainnya, mulai dari
mulai dari kaki dan telapaknya sampai kepalanya, termasuk pula
organ tubuh bagian dalam seperti rahim wanita.
Namun apa yang dicapai oleh teknologi, belum tentu
diterima oleh agama, dan hukum yang hidup di masyarakat.
Karena itu,mengingat transplantasi organ tubuh itu termasuk
masalah ijtihadi, karena tidak terdapat hukumnya secara eksplisit
di dalam Al-Quran dan Sunnah, dan mengingat pula masalah
transplantasi itu termasuk masalah yang cukup kompleks,
menyangkut berbagai bidang studi, maka harusnya masalah ini
dianalisis dengan memakai pendekatan atau metode multi
disipliner,misalnya kedokteran, biologi, hukum, etika, dan agama,
agar bisa diperoleh kesimpulan berupa hukumn ijtihadi (hukum
fiqh Islam) yang proporsional dan mendasar.

3. Transplantasi Yang Diperbolehkan


a. Syarat di Perbolehkannya Melakukan Transplantasi Organ Tubuh
Apabila pencangkokan atau transplantasi organ tubuh dari donor
yang telah meninggal secara klinis dan yuridi, maka Islam
mengizinkan dengan syarat:
 Resipien atau penerima sumbangan donor, berada dalam
keadaan darurat, yang mengancam jiwanya, dan ia sudah
menempuh pengobatan secara medis dan non medis, tetapi
tidak berhasil.
 Pencangkokan tidak akan menimbulkan komplikasi
penyakit yang lebih gawat bagi resipien dibandingkan
dengan keadaannya sebelum
b. Dalil-Dalil Syar’I Yang Membolehkan Transplantasi Organ Tubuh
Adapun dalil-dalil syar’I yang dapat dijadikan dasar untuk
mebolehkan pencangkokan atau transplantasi organ tubuh, antara
lain sebagai berikut:
 Firman Allah SWT (Al-Qur’an Surah al-Baqarah Ayat 195)
Ayat tersebut secara analogis dapat dipahami bahwa Islam tidak
membenarkan pula orang yang membiarkan dirinya dalam
keadaan bahaya maut atau tidak berfungsinya organ tubuhnya
yang sangat vital, tanpa usaha-usaha penyembuhannya secara
medis dan non medis, termasuk pencangkokan organ tubuh, yang
secara medis memberi harapan kepada yang bersangkutan untuk
bisa bertahan hidup dengan baik.
 Firman Allah SWT.

‫ومن احياها فكانما احيا الناس جميع‬

“Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang


manusia maka seolah-olah ia memelihara kehidupan manusia
semuanya.”

Ayat ini menunjukan bahwa Islam sangat menghargai tindakan


kemanusiaan yang dapat menyelamatkan jiwa manusia. Misalnya
seseorang yang dengan senang hati menyumbangkan organ
tubuhnya setelah ia meninggal, maka Islam membolehkan. Dan
bahkan memandangnya sebagai amal perbuatan kemanusiaan yang
tinggi nilanya, karena menolong jiwa sesame manusia atau
membantu berfungsinya kembali organ tubuh sesamanya yang
tidak berfungsi.

 Hadits Nabi

‫تداووا عبادهللا فاءن هللا لم يضع داء اال وضع له دواء غير داء واحد الهرم‬
“Bertibatlah kamu hai hamba-hamba Allah,karena
sesungguhnya Allah tidak meletakkan suatu penyakit, kecuali Dia
juga meletakan obat penyembuhnya, selain penyakit yang satu,
yaitu penyakit tua”.

Hadits ini menunjukan bahwa umat Islam wajib bertobat ketika


menderita sakit, apapun macam penyakitnya. Sebab setiap
penyakit adalah berkah kasih sayang Allah, pasti ada obat
penyembuhnya, kecuali penyakit tua. Karena itu, penyakit yang
sangat ganas, seperti kanker dan AIDS yang telah banyak
membawa korban manusia diseluruh dunia, terutama di dunia
Barat, yang hingga kini belum diketahui obatnya, maka pada suatu
waktu akan ditemukan pula obatnya.

 Kaidah Hukum Islam

.‫الضرر يزال‬

”Bahaya itu harus dihilangkan atau di lenyapkan “

Seorang yang menderita sakit jantung atau ginjal yang


sudah mencapai stadium yang gawat, maka ia menghadapi
bahaya maut sewaktu-waktu. Maka menurut kaidah hukum
Islam diatas, bahaya maut itu harus ditanggulangi dengan
usaha pengobatan. Dan jika usaha pengobatan secara medis
tidak bisa menolong, maka demi menyelamatkan jiwanya,
pencangkokan jantung atau ginjal diperbolehkan karena
keadaan darurat. Dan ini berarti,kalau penyembuhan
penyakitnya bisa dilakukan tanpa pencangkokan, maka
pencangkokan organ tubuh tidak diperkenankan.

 Menurut Hukum Wasiat


Keluarga orang meninggal wajib melaksanakan wasiat orang yang
meninggal mengenai hartanya,dan apa saja yang bisa bermanfaat,
baik kepentingan untuk si mayat itu sendiri (melunasi utang-
utangnya), kepentingan ahli waris dan non ahli waris, maupun
untuk kepentingan agama dan umum (kepentingan sosial,
pendidikan dan sebagainya). Berhubung si donor organ tubuh telah
membuat wasiat untukmenyumbangkan organ tubuhnya untuk
kepentingan kemanusiaan, maka keluarga atau ahli warisnya wajib
membantu pelaksanaan wasiat almarhum/almarhumah.
Sebaliknya, apabila seseorang pada masa hidupnyatidak
mendaftarkan dirinya sebagai pendonor organ tubuh dan ia tidak
pula memberi wasiat kepada keluarga atau ahli warisnyauntuk
menyumbangkan organ tubuhnya apabila ia nanti meninggal, maka
keluarga atau ahli warisnya tidak berhak mengizinkan
pengambilan organ tubuh si mayat untuk pencangkokan atau untuk
penelitian isliah dan sebagainya.
4. Transplantasi Yang Tidak Diperbolehkan (Haram)
Akan tetapi Mendonorkan Organ tubuh dapat menjadi haram
hukumya apabila:Transplantasi organ tubuh diambil dari orang
yang masih dalam keadaan hidup sehat, dengan alasan : Firman
Allah dalam Alqur’an S. Al-Baqarah ayat 195, bahwa ayat tersebut
mengingatkan , agar jangan gegabah dan ceroboh dalam
melakukan sesuatu, tetapi harus memperhatikan akibatnya, yang
kemungkinan bisa berakibat fatal bagi diri donor, meskipun
perbuatan itu mempunyai tujuan kemanusiaan yang baik dan luhur.
Melakukan transplantasi dalam keadaan dalam keadaan koma.
Walaupun menurut dokter bahwa si donor itu akan segera
meninggal maka transplantasi tetap haram hukumnya karena hal
itu dapat mempercepat kematiannya dan mendahului kehendak
Allah. Dalam hadis nabi dikatakan:
“Tidak boleh membuat madharat pada diri sendiri dan tidak
boleh pula membuat madharat pada orang lain.”(HR. Ibnu Majah,
No.2331) Penjualan Organ Tubuh Sejauh mengenai praktik
penjualan organ tubuh manusia, ulama sepakat bahwa praktik
seperti itu hukumnya haram berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan berikut: Seseorang tidak boleh menjual benda-benda
yang bukan miliknya.
Sebuah hadis menyatakan, “Diantara orang-orang yang akan
dimintai pertanggungjawaban di akhirat adalah mereka yang
menjual manusia merdeka dan memakan hasilnya.” Dengan
demikian, jika seseorang menjual manusia merdeka, maka
selamanya si pembeli tidak memiliki hak apapun atas diri manusia
itu, karena sejak awal hukum transaksi itu sendiri adalah haram.
Penjualan organ manusia bisa mendatangkan penyimpangan,
dalam arti bahwa hal tersebut dapat mengakibatkan
diperdagangkannya organ-organ tubuh orang miskin dipasaran
layaknya komoditi lain.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
Transplantasi adalah pemindahan organ tubuh yang mempunyai daya
hidup yang sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan
tidak berfungsi dengan baik, yang apabila diobati dengan prosedur medis
biasa, harapan penderita untuk bertahan hidupnya tidak ada lagi.
Ada 3 (tiga) tipe donor organ tubuh, dan setiap tipe mempunyai
permasalahan sendiri, yaitu: Donor dalam keadaan hidup dan sehat, donor
dalam keadaan hidup koma atau diduga akan meninggal segera, donor
dengan keadaan mati (meninggal dunia).
Syarat di perbolehkannya melakukan transplantasi organ tubuh
Apabila pencangkokan atau transplantasi organ tubuh dari donor yang
telah meninggal secara klinis dan yuridi, maka Islam mengizinkan dengan
syarat: Resipien atau penerima sumbangan donor, berada dalam keadaan
darurat, yang mengancam jiwanya, dan ia sudah menempuh pengobatan
secara medis dan non medis, tetapi tidak berhasil. pencangkokan tidak
akan menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih gawat bagi resipien
dibandingkan dengan keadaannya sebelumnya.
Transplantasi organ yang di haramkan adalah Transplantasi organ
tubuh diambil dari orang yang masih dalam keadaan hidup sehat,
Penjualan Organ Tubuh Sejauh mengenai praktik penjualan organ tubuh
manusia, ulama sepakat bahwa praktik seperti itu hukumnya haram.
DAFTAR PUSTAKA
Zuhdi Masjfuk, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum
Islam,Jakarta: Haji Masagung, 1994.
Zuhdi Masjfuk, “Masail Fiqhiyah”. Jakarta. PT Toko Gunung
Agung. 1997.
Zuhdi Masjfuk, Inseminasi Buatan Pada Hewan dan Manusia
Ditinjau dari Hukum Islam,
Makalah pada Seminar Fakultas Peternakan UNIBRAW, Malang:
2 April 1987.
Audah Abdul Qadir, Al-Tasyri’ al-Jinani Muqoranan bil Qonun
AlWadh’I, vol 1. Departemen Agama Al Quran dan Terjemahnya.
Nata Abuddin, Masail Al-Fiqhiyah. Jakarta. Kencana Predana
Media Group. 2006.

Anda mungkin juga menyukai