Anda di halaman 1dari 11

TRANSPLANTASI DAN REKONSTRUKSI WAJAH

Makalah ini disusun untuk memnuhi tugas Mata Kuliah Fiqih Kontemporer
Dosen Pengampu: Abdul Qadir, M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 11


Hisni Hasanatul Amaliyah (191210162)
Viki Maulana (191210175)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSIAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA
HASANUDDIN BANTEN
TAHUN 2021 M/1442 H
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta alam yang telah Melimpahkan
segala nikmatnya kepada kita semua, sehingga kitadapat menyelesaikan tugas Makalah ini
dengan sebaik-baiknya.
Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita, Makhluk terbaik
akhlaknya, revolusi dunia yang menjadi tauladan umat manusia, yakni Nabi Muhammad SAW.
Kepada para keluarganya, sahabatnya, serta kita selaku umatnya hingga Akhir zaman. Amin
yaa rabbal alamin.
Tujuan penulisan makalah ini, yaitu untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Masail Fiqh
Kontemporer dengan Dosen Pengampu Bapak Abdul Qodir, M. M.Pd.I. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, dan masih Membutuhkan perbaikan, maka kami
meminta maaf atas segala kesalahan yang ada di Makalah ini, dan kami masih membutuhkan
kritik dan saran untuk membangun penulisan Makalah yang baik dan benar kedepannya.

Serang, 14 Desember 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan bantuan dari manusia Lain dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kemajuan ilmu dan teknologi Dalam dunia kesehatan dan kedokteran
membawa manfaat yang begitu besar Bagi kehidupan manusia. Namun kemajuan tersebut juga
akan memberikan Dampak negatif yang mencemaskan bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Salah satunya kemajuan dalam hal transplantasi organ tubuh manusia, atau pencakokan organ
tubuh manusia. Hal ini mengundang diskusi dan Perdebatan terutama dari segi hukum agama,
terutama agama Islam. Selain Itu tidak semua kemajuan teknologi dalam bidang ilmu kesehatan
dapat Diterima dalam kehidupan masyarakat pada umumnya.
Agama Islam bukan hanya agama yang berisi pedoman-pedoman Hidup, peraturan-peraturan,
akhlak, sejarah dan lain-lain, tetapi juga berisi Pokok-pokok ilmu pengetahuan (science). Salah
satunya adalah ilmu Kesehatan. Adanya ayat-ayat Al-Qur‘ān dan hadits-hadits Nabi Saw
tentang Penciptaan manusia (embriologi), kebersihan, makanan (gizi), seks, Pemberantasan
penyakit menular, tentang sifat-sifat jiwa manusia dan Adanya obat jiwa dalam Al-Qur‘ān,
merupakan petunjuk bahwa ajaran ajaran Islam mengandung juga ilmu kedokteran dan ilmu
kesehatan.
Kesehatan di dalam diri kita merupakan salah satu rahmat Allah SWT Yang menjadi bekal
manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Hal ini Berdasarkan pada firman Allah dalam Al-
Qur‘an surat Al-Israa‘ ayat 707:

ِ ‫ع ٰلى َكثِير مِ َّمن َخلَقنَا تَف‬


‫ضي ًل‬ َ ‫ضل ٰن ُهم‬
َّ َ‫ت َوف‬ َّ ‫َولَقَد ك ََّرمنَا بَنِي ٰاد ََم َو َح َمل ٰن ُهم فِى البَ ِر َوالبَح ِر َو َرزَ ق ٰن ُهم مِنَ ال‬
ِ ‫طيِ ٰب‬
Artinya :
“ Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat
dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas
banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”.
Masalah transplantasi merupakan hal baru yang belum pernah dikaji Oleh para ahli fiqih klasik
tentang hukum-hukumnya. Karena masalah ini Adalah anak kandung dari kemajuan ilmiah
dalam bidang pencangkokan Anggota tubuh, dimana para dokter modern bisa mendatangkan
hasil yang Menakjubkan dalam memindahkan anggota badan dari orang yang masih Hidup
atau sudah mati, dan mencangkokkannya kepada orang lain yang Kehilangan anggota tubuhnya
atau rusak karena sakit, Serta mengubah Keadaan fisik seseorang yang semula sedah baik
tetapi ingin Memperbaikinya kembali hanya untuk kesenangan semata.
Transplantasi anggota tubuh ini dapat dilakukan pada sebagian besar Anggota tubuh, baik
sebatas untuk melanjutkan kehidupan manusia, maupun Untuk menjalankan tugas-tugas
mendasar pada tubuh dan sebagainya. Apabila seseorang tertimpa berbagai penyakit yang
menyebabkan dia harus Mendapatkan perawatan dan perhatian medis, orang itu dapat berhasil
Mengatasi sakit ringan dengan beristirahat, melakukan proses pengobatan Yang sesuai, dan
lain-lain.
Namun tidak menampik kemungkinan bahwa suatu saat, salah satu Organ tubuhnya tidak
berfungsi lagi dengan baik. Pada saat inilah, Tergantung pada sifat kerusakan organ, orang
tersebut harus menjalani Pembedahan atau mengganti sama sekali organ tubuhnya yang rusak
itu.
Ada 3 (tiga) tipe donor organ tubuh, dan setiap tipe mempunyai Permasalahan sendiri—sendiri,
yaitu;
1. Donor dalam keadaan hidup sehat.
2. Donor dalam hidup koma atau di duga akan meninggal segera.
3. Donor dalam keadaan mati.
Tujuan utama transplantasi organ adalah mengurangi penderitaan Dan meningkatkan kualitas
hidup pasien. Namun, transplantasi organ juga Memunculkan banyak persoalan etis-hukum,
karena tidak semua kemajuan Teknologi dalam bidang ilmu kesehatan dapat diterima dalam
kehidupan Masyarakat pada umumnya. Dengan adanya masalah tersebut, ada sebagian Ulama
ataupun organisasi masyarakat Islam memberikan pendapatnya Mengenai permasalahan
pencangkokan organ tubuh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tranparansi wajah?
2. Bagaimana dasar hukum tentang Tranparansi wajah?
3. Tujuan Transplantasi wajah
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Pengertian Tranparansi wajah
2. Mengetahui Bagaimana dasar hukum tranparansi wajah
3. Mengetahui tujuan tranparansi wajah
BAB II
PEMBEBASAN
A. REKONSTRUKSI
1. Pengertian Rekonstruksi
Operasi Plastik berasal dari dua kata, yaitu “Oprasi” yang artinya pembedahan dan “Plastik”
yang artinya berubah bentuk, didalam ilmu kedokteran dengan “Plastics of surgery” yang
artinya pembedahan plastik.
Pengertian operasi plastik secara Umum adalah berubah bentuk dengan cara Pembedahan,
sedangkan pengertian Operasi plastik menurut ilmu kedokteran Adalah pembedahan jaringan
atau organ yang akan dioperasi dengan memindahkan Jaringan atau organ dari tempat yang
satu Ke tempat lain sebagai bahan untuk menambah jaringan yang dioperasi.
Jaringan adalah kumpulan sel-sel (bagian Terkecil dari individu) yang sama dan mempunyai
fungsi tertentu, sedangkan Organ adalah kumpulan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda
sehingga merupakan satu kesatuan yang mempunyai Fungsi tertentu.
2. Tujuan Rekonstruksi
Tujuan Operasi Plastik adalah :
a. Fungsi, maksudnya adalah
Bahwa fungsi organ yang tadinya Kurang sempurna, dengan dilakukan Operasi pastik, maka
fungsi organ Tersebut dapat berfungsi lagi dengan Sempurna. Misalnya, mata yang tadinya
Buta setelah diganti korneanya menjadi dapat melihat kembali.
b. Perbaikan Bentuk
Maksudnya adalah Bahwa organ yang bentuknya kurang Menarik, setelah dilakukan operasi
Bentuk tersebut akan kelihatan lebih Menarik. Misalnya, hidung yang Tadinya pesek setelah
dioperasi menjadi Mancung, sehingga orang tersebut Tampak menarik dalam penampilan
Jasmani.
c. Pengobatan,
Yaitu anggota organ tubuh yang tadinya rusak akibat dari suatu Penyakit, dengan dilakukan
operasi Anggota organ tersebut akan kembali Normal. Misalnya, orang yang Mempunyai
penyakit ginjal, yaitu salah Satu ginjalnya tidak dapat berfungsi Lagi, dengan dilakukan operasi
Pencangkokan, ginjal tersebut akan Dapat berfungsi kembali.
3. Dasar Hukum Rekonstruksi
Pelaksanaan operasi plastik di dalam Islam belum ada ketetapan hukumnya baik di dalam Al-
Qur’an dan Al-sunnah. Untuk menetapkan hukum pelaksanaan Operasi plastik dari segi
Hukum Islam diperlukan adanya istimbath hukum, yaitu Bahwa di dalam beristimbath
diperlukan Ijtihad.
a. hukum pelaksanaan operasi Plastik
Oprasi plastik merupakan masalah Ijtihadiyah, karena hukum pelaksanaan Operasi plastik
belum ditetapkan di dalam nash maupun di dalam sunah, Karena operasi plastik belum ada
pada Masa rasul maupun pada masa sahabat, Sehingga untuk menetapkan dan Menentukan
hukumnya harus dipelajari dengan teliti dan seksama melalui Ijtihad.
Ijtihad adalah menentukan Suatu hukum berdasarkan kaidah Syara’ yang umum,sebagaimana
dasar atau Sumber pemecahan suatu masalah harus Kembali pada Al- dan As-sunah.
Kebolehan mengambil sumber hukum Ijtihad telah diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-
maidah ayat 48.
Kebolehan mengambil sumber ijtihad Juga diterangkan dalam hadist Rasulullah SAW yang
diriwayatkan dari Amr bin Ash, yang artinya:
“ seorang hakim menetapkan Hukum dengan ijtihad didalam hal itu, Kemudian ia benar maka
ia mendapatkan dua pahala, tetapi kalau ia menetapkan hukum, berijtihad dan ia Salah maka ia
mendapatkan satu ppahala saja.
Pelaksanaan operasi plastik itu Hukumnya haram, akan tetapi setelah Melihat situasi dan
keadaan yang ada, Pelaksanaan operasi plastik diperbolehkan dalam keadaan dlarurot, Seperti
telah ditegaskan dalam kaidah Ushul fiqih yaitu: “jika berkumpul dia bahaya, maka wajib
kalian mengambil Bahaya yang paling ringan.
Berdasarkan kaidah ushul fiqih ini bahwa Prinsip di dalam Islam segala sesuatu yang
Menimbulkan kemadlorotan harus Dihilangkan, tetapi apabila kita Menghadapi dua masalah
yang Mendatangkan kemadlorotan, maka Kemadlorotan yang lebih besar diusahakan agar
dihilangkan dengan menggantikan lebih menjadi kemadlorotan yang lebih ringan, Sehingga
untuk menentukan hukum Pelaksanaan operasi plastik diperlukan Kaidah-kaidah ushul fiqih
yang bertujuan Untuk memelihara roh Islam dalam Memelihara hukum dan untuk Mewujudkan
ide-ide yang tinggi baik.
Hal tersebut di atas maka dapat dipahami bahwa pelaksanaan operasi plastik, dalam Islam itu
diperbolehkan dalam bahasan Ihtihsan sebagai tindakan dlorurot, seperti Pelaksanaan operasi
plastik terhadap cacat Bawaan maupun cacat akibat kecelakaan, karena dengan pelaksanaan
operasi plastik tersebut si penderita dapat terlepas dari beban yang dideritanya, karena Allah
tidak akan merubah nasib seseorang, kecuali dengan usahanya ssendiri
Berdasarkan Firman Allah SWT dalam surat An-najm Ayat 39-41 :
‫ َوأَنَّ إِلَى َربِكَ ال ُمنتَ َهى‬. ‫ث ُ َّم يُجزَ اهُ ال َج زَ ا َء اْلَوفَى‬. ‫ف ي َُرى‬
َ ‫ َوأَنَّ َسعيَهُ َسو‬. ‫ان إِ ََّل َما َسعَى‬
ِ ‫ِْلن َس‬
ِ ‫سل‬َ ‫َوأَن لَي‬
Artinya :
Dan bahwasanya Seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya dan
bahwasannya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya)”.
4. Operasi Plastik yang Diperbolehkan Dalam Hukum Islam
Operasi plastik yang dilakukan dengan Tujuan untuk pengobatan, sesuai dengan Sebuah hadist
yang menganjurkan agar Kamu sekalian berobat, karena Allah tidak Akan merubah nasib
seseorang, kecuali dia yang mau berusaha dan berdoa.
“Berobatlah kamu wahai hamba-hamba Allah SWT, karena sesungguhnya Allah tidak
meletakkan suatu penyakit kecuali dia juga meletakkan obat Penyembuhannya, selain penyakit
yang Satu, yaitu penyakit tua”. (Hadist riwayat Ahmad in hanbal, Al-Tirmidzi).
a. Oprasi Plastik yang dilakukan dalam Keadaan dlorurot, karena jika tidak dilakukan
operasi maka akan terjadi Efek lain yang lebih besar. Sesuai dengan kaidah fiqih yaitu;
Artinya: “Keadaan dlarurat itu membolehkan (hal- hal) yang dilarang”.
b. Operasi plastik yang dilakukan akan Membawa maslahat yang lebih besar dari pada
madlorotnya, sesuai dengan Kaidah fiqih yang artinya: “Menghindari kerusakan
didahulukan atas menarik keselamatan”.
5. Plastik yang Dilarang dalam Hukum Islam.
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa Islam juga menetapkan hukum pelaksanaan Operasi
plastik yang tidak diperbolehkan. Adapun operasi plastik yang tidak Diperbolehkan dalam
Islam adalah:
1) Operasi plastik yang dilakukan Berdasarkan hawa nafsu dan pamer, Karena apabila hal
ini diperbolehkan maka akan menimbulkan rasa angkuh dan sombong, sehingga dia
akan beranggapan bahwa hidup itu hanya Sebagai tempat bersenang-senang tanpa
peduli dengan masalah yang akan timbul selanjutnya, karena masalah itu akan
membawa kerusakan Pada dirinya sendiri. Padahal Perbuatan tersebut dilarang oleh
Allah SWT yang tersebut dalam surat Al-Qashas ayat77.
2) Operasi plastik yang dilakukan pada Orang yang telah sempurna bentuk Organ
tubuhnya, karena hal ini sama Saja merubah ciptaan Allah SWT, Karena merubah
bentuk yang telah Sempurna termasuk berhias dengan Perhiasan palsu sedangkan Allah
Melarangnya, karena hal itu Berbahaya dan merupakan kebiasaan Wanita-wanita kafir,
sesuai dengan Firman Allah SWT dalam surat Al-ahzab ayat 33.

B. TRANPARANSI
1. Pengertian Tranparansi
Transplantasi berasal dari bahasa inggris transplantation bentuk noun dari Kata kerja to
transplant, yang artinya pencangkokan penanaman jaringan yang Diambil dari tubuh yang
sama atau dari individu lain. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, transplantasi adalah
pemindahan jaringan tubuh dari suatu Tempat ke tempat lain (seperti menutup luka yang tidak
berkulit dengan Jaringan kulit dari bagian tubuh yang lain).
Transplantasi menurut istilah kedokteran berarti tindakan medis untuk Memindahkan organ
dan atau jaringan tubuh manusia kepada manusia yang Lain atau tubuhnya sendiri. Orang yang
anggota tubuhnya dipindahkan Disebut donor (pen-donor), sedang yang menerima disebut
repisien.
Transplantasi merupakan solusi bagi penyembuhan organ tubuh, karena Penyembuhan /
pengobatan dengan prosedur medis biasa tidak ada harapan Kesembuhannya. Transplantasi
yang sudah berkembang dalam dunia Kedokteran tidak dapat dilakukan begitu saja, karena
harus Mempertimbangkan dari segi agama, hukum, budaya, etika, dan moral.
Transplantasi organ pertama kali dilakukan oleh Prof. Dr. Christian Bernard seorang dokter
spesialis jantung dari afrika selatan yang di kenal Lewat eksperimennya. Pada tahun 1967
dokter Christian melakukan operasi Pencangkokan jantung manusia pertama kali di dunia.
Pada saat itu pasiennya Berusia 55 tahun, dan operasi tersebut berjalan dengan baik. Dalam
beberapa Hari pasien tersebut sudah bisa duduk di tempat tidur, berbicara, bahkan Tertawa.
Sampai saat ini, transplantasi organ tubuh yang banyak dibicarakan di Kalangan ilmuwan dan
agamawan / rohaniwan adalah mengenai tiga macam Organ tubuh, yaitu mata, ginjal, dan
jantung. Hal ini dapa dimaklumi, karena Dari segi struktur anatomis manusia, ketiga organ
tubuh tersebut sangatlah Vital bagi kehidupan manusia.
Namun apa yang bisa dicapai dengan teknologi, belum tentu bisa diterima Oleh agama, dan
hukum yang hidup di masyarakat, mengingat transplantasi Organ tubuh itu termasuk masalah
ijtihad, karena tidak terdapat hukumnya Secara eksplisit dalam al-Quran dan sunnah.
Mengingat pula masalah Transplantasi merupakan masalah yang cukup kompleks, menyangkut
Berbagai bidang studi, maka seharusnya masalah ini lebih di kaji dari Berbagai biadang dan di
analisis dengan menggunakan metode pendekatan Atau motode multidisipliner.
2. Dasar Hukum Tranparansi
Apabila transplantasi mata, ginjal, atau jantung dari donor dalam keadaan Hidup sehat, islam
tidak membenarkan, karena :
1) Firman Allah dalam surah al-Baqarah 195 :

َ ٰ َّ‫ّللا َو ََل تُلقُوا بِاَيدِيكُم اِلَى التَّهلُ َك ِة ۛ َواَحسِ نُوا ۛ اِن‬


َ‫ّللا يُحِ ب ال ُمحسِ نِين‬ ِ ٰ ‫َواَن ِفقُوا فِي َسبِي ِل‬
Artinya :
“dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam Kebinasaan”.
Ayat ini mengingatkan manusia agar tidak gegabah berbuat Sesuatu yang berakibat fatal pada
dirinya, sekalipun mempunyai tujuan Kemanusiaan yang luhur.
2) Kaidah Hukum Islam :
‫ِح‬
ِ ‫صا ل‬ ِ ‫علَى َجل‬
َ ‫ب ال َم‬ َ ‫دَر ُء ال َمفَاسِ ِد ُمقَدَّم‬
Artinya :
“Menolak kerusakan lebih didahulukan dari pada meraih kemaslahatan”.
Misalnya, menolong orang dengan cara mengorbankan dirinya sendiri Yang bisa berakibat
fatal bagi dirinya, tidak dibolehkan oleh islam.

َ ‫ض َر ُر َلَيُزَ ا ُل بِا ل‬
‫ض َر ِر‬ َ ‫ال‬
Artinya :
“ Bahaya tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lainnya”
Misalnya bahaya yang mengancam jiwa si A, tidak boleh di Atasi/dilenyapkan dengan cara
yang bisa menimbulkan bahaya baru yang Mengancam jiwa orang yang menolong si A
tersebut.
3. Tujuan Tranparansi
Tujuan dari transplantasi sebagai suatu upaya unttuk Melepaskan manusia dari penderitaan
yang secara biologis mengalami ke Abnormalan, atau menderita suatu penyakit yang
mengakibatkan rusaknya Fungsi suatu organ, jaringan atau sel, pada dasarnya bertujuan :
1) Kesembuhan dari suatu penyakit, misalnya kebutaan, rusaknya
jantung, Ginjal, dan sebagainya.

2) Pemulihan kembali suatu organ, jaringan atau sel yang telah rusak atau
Mengalami kelainan tetapi sama sekali tidak terjadi kesakitan biologis,
Misalnya bibir sumbing.
Jika ditinjau dari segi tingkatan tujuannya, maka tranplantasi bermaksud:
1). Semata-mata pengobatan dari sakit atau cacat atau cacat yang kalau Tidak dilakukan
dengan pencangkokan tidak akan menimbulkan Kematian, seperti trlansplantasi cornea
dan bibir sumbing.
2). Sebagai jalan terakhir yang kalau tidak dilakukan akan menimbulkan Kematian,
seperti transplantasi ginjal, hati, dan jantung.
Dari uraian di atas tampak bahwa tujuan utama transplantasi adalah Bersifat kemanusiaan,
menghindarkan suatu kematian yang diduga akan Terjadi tanpa dilakukan transplantasi, dan
melepaskan derita kesakitan atau Kelainan biologis.
Dalam ajaran agama Islam, tujuan transplantasi tak lain adalah sebagai Pengobatan dari
penyakit karena Islam sendiri memerintahkan manusia agar Setiap penyakit
diobati,karenamembiarkan penyakit bersarang dalam tubuh Dapat mengakibatkan
kematian,sedangkan membiarkan diri terjerumus Dalam kematian (tanpa usaha) adalah
perbuatan terlarang, sebagai mana Firman Allah dalam Al-Qur‘an.
Maksudnya apabila sakit maka manusia harus berusaha secara Optimaluntuk mengobatinya
sesuai kemampuan karena setiap penyaki sudah ditentukan obatnya maka dalam hal ini
Transplantasi merupakan salah satu bentuk pengobatan.
Al-Qardhawi berpendapat bahwa kemaslahatan yang terdapat melalui Transplantasi, yaitu
telah membantu menghilangkan penderitaan dan bahaya Yang di derita ornag lain serta dalam
transplntasi tersebut ada upaya Pemeliharaan jiwa yang merupakan prinsp utama dalam
memelihara Eksistensi manusia.
Dalam pelaksanaan Transplantasi yang sudah berkembang dalam dunia Kedokteran tidak dapat
dilakukan begitu saja, karena ada nya prosedur yang Harus di penuhi berbagai pihak agar tidak
ada kesalah fahaman antara pihak Pendonor dan resipien. Selain itu prosedur dan tata cara
pelaksanaan Transplantasi juga harus di penuhi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan Pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan Sebagai
berikut:
1. Faktor penyebab dilakukannya operasi Plastik adalah adanya keinginan untuk
Menghilangkan kelainan-kelainan (cacat) Pada organ tubuh tertentu agar dapat
Berfungsi secara normal kembali. Selain Itu, faktor penyebab dilakukannya Operasi
plastik di dalam perkembangan Ilmu kedokteran (spesialis bedah/ bedah Plastik) yaitu
adanya keinginan untuk Memperindah bentuk organ tubuh yang Sempurna (normal)
agar kelihatan lebih Menarik.
2. Manfaat operasi plastik yaitu:
a) Dapat menormalkan kembali organ Tubuh yang telah rusak (cacat).
b) Dapat memperbaiki dan Menyempurnakan bentuk organ tubuh agar kelihatan lebih
bagus.
c) Dapat mengurangi beban mental dan Terlepas dari bahaya bagi penderita Yang cacat.
Hukum Islam memperbolehkan dilakukannya operasi plastik yang Bertujuan untuk
memperbaiki dan Menyempurnakan bentuk organ tubuh yang (rusak) cacat agar dapat
berfungsi Secara normal kembali, karena jika tidak dilakukan operasi dapat mengakibatkan
dampak negatif yang serius. Akan tetapi Hukum Islam secara tegas melarang Bahkan
mengharamkan operasi plastik yang bertujuan untuk memperindah Bentuk organ tubuh yang
sempurna (normal) agar kelihatan lebih menarik, Karena hal itu termasuk perbuatan Merubah
ciptaan Allah SWT.
Ditinjau dari fiqih kontemporer, maka transplantasi /pencangkokan organ Tubuh manusia
hukumnya adalah mubah dan haram. Tetapi dalam kasus yang Menimpa Siti Nur Jazilah atau
Lisa hukumnya menjadi mubah atau boleh.
Hukum tersebut diambil dari beberapa pendapat tokoh fiqih kontemporer yaitu Masjfuk
Zuhdi dan Yusuf Qardhawi yang mensyaratkan bahwa transplantasi Boleh dilakukan jika
dalam keadaan darurat atau memang sudah tidak ada Jalan lain yang bisa dilakukan untuk
menyelamatkan hidup seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang, Sunggono, Metodologi Penelitaan Hukum, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996.
Barbara, C, Long, Perawatan Medical Bedah, Bandung : Yayasan Pendidikan Keperawatan
Pajajaran, 1996.
David C. Sabiston, Buku Ajar Bedah Bagian I, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995.
Khamal, Muchtar, Ushul Fiqh, Jakarta : Dana Bakti Wakaf, 1995.
Kartini, Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung : Mandar Maju, 1996.
Mair, M.Jenkins, Plastic Surgery Nursing, London : Macmiland Co LTD, 1988.
M. Ali, Hasan, Masail Fiqhiyah, Al-Haditsah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Muhammad, Hasbi, Ash Siddiqieay, Pokok -Pokok Pegangan Imam Madzhab, Semarang : PT
Pustaka Rizki Putra, 1997
Abdurahman, Dudung. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta : Kurnia Dalam Semesta.
2003.
Al-Suyuthi, Al-Asybah wa al-Nazhair. Beirut-Lebanon: Dar-al-Fikr, 1995. Jilid II, 203
Anwar, Syahrul. Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih. Bogor : Ghalia Indonesia, 2010.
Bashori, Ahmad. Studi Analisis Keputusan Ijtima Ulama’ Komisi Fatwa Majelis Ulama
Indonesia Se Indonesia Iii Tahun 2009 Di Padangpanjang Tentang Diperbolehkaannya Donor
Kornea Mata Di Bank Mata, Iain Walisongo Semarang. 2010.
Christiawan, Rio.Aspek Hukum Kesehatan. Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
2003.
Echols. John dan Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia. 1989. Ghazali
Said dan Ansor, Ahkamul Fuqaha… .., 484-485.
Ghony, Djunaidi & Fauzan Almanshur.Metode Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media. 2012.

Anda mungkin juga menyukai