Disusun oleh:
Hafsah (191FK03028)
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………...………………………………………..i
DAFTAR ISI………………………………..……………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..….1
1.1 Latar Belakang………………………………………………..………………….1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..…1
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………..……………………….2
1.4 Tujuan Pembahasan……………………………………..……………………….2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………3
2.1 Pengertian Transplantasi Organ………………………………………………….3
2.2 Sejarah Perkembangan Transplantasi di Dunia…………………………………..3
2.3 Tujuan Transplantasi……………………………………………………………..4
2.4 Hukum Agama Islam terhadap Transplantasi……………………………………5
2.5 Macam – macam Transplantasi…………………………………………………..5
2.6 Undang – undang tentang Transplantasi…………………………………………6
BAB III TINJAUAN KASUS……………………………………………………...7
3.1 Kasus…………………………………………………………………………….7
3.2 Penyelesaian menurut teori kozier……………………………………………….8
BAB IV KESIMPULAN……………………………………………………………9
Kesimpulan…………………………………………………………………………..9
Saran………………………………………………………………………………….9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disajikan di atas maka tujuan penulisan
yang akan dicapai sebagai berikut :
1. Memperluas wawasan mengenai tindakan medis dalam pandangan Islam.
2. Dapat melatih kemampuan diri dalam bidang menulis secara sistematis.
3. Melatih diri untuk kritis menanggapi permasalahan yang hukumnya masih
diperdebatkan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Transplantasi berasal dari bahasa Inggris yaitu ‘to transplant’ yang berarti ‘to
move from one place to another’ artinya: ‘berpindah dari satu tempat ke tempat yang
lain.’ Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992, Tentang Kesehatan, Pasal 1 ayat 5
dirumuskan pengertian sebagai berikut: “Transplantasi adalah rangkaian tindakan
kedokteran untuk pemindahan alat dan atau jaringan organ tubuh manusia yang
berasal dari tubuh sendiri atau tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk
menggantikan alat atau jaringan organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.”
Dalam kaitan ini, Samil, mendefinisikan transplantasi sebagai pemindahan suatu
jaringan atau organ tertentu dari suatu tempat ke tempat lain.
H. Mahjuddin Masaīlul Fiqhiyah, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hal. 258. Undang-
undang No. 23 Tahun 1992, Tentang Kesehatan, Pasal 1 ayat 5.
3
menyuruhnya untuk memasang hidung (palsu) dari logam emas”. Imam Ibnu
Sa’ad juga telah meriwayatkan dari Waqid bin Abi Yaser bahwa ‘Utsman (bin ‘Affan)
pernah memasang mahkota gigi dari emas, supaya giginya lebih kuat (tahan lama).
Pada periode Islam selanjutnya, berkat doktrin Islam tentang urgensi
kedokteran mulai bertebaran karya-karya monumental kedokteran yang banyak
memuat berbagai praktek kedokteran, termasuk transplantasi dan sekaligus
mencuatkan banyak nama besar dari ilmuwan muslim dalam bidang kesehatan dan
ilmu kedokteran, diantaranya adalah Al-Rozy (Th 251-311 H) yang telah menemukan
dan membedakan pembuluh vena dan arteri disamping banyak membahas masalah
kedokteran yang lain seperti, bedah tulang dan gips dalam bukunya Al-Athibba. Lebih
jauh dari itu, mereka bahkan telah merintis proses spesialisasi berbagai kajian dari
suatu bidang dan disiplin. Az-Zahrawi ahli kedokteran muslim telah berhasil dan
menjadi orang pertama yang memisahkan ilmu bedah dan menjadikannya subjek
tersendiri dari bidang ilmu kedokteran. Beliau telah menulis sebuah buku besar yang
monumental dalam bidang kedokteran khususnya ilmu bedah dan diberi judul At-
Tashrif. Buku ini telah menjadi referensi utama di Eropa dalam bidang kedokteran
selama kurang-lebih lima abad dan sempat diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa
dunia termasuk bahasa latin pada tabun 1497 M. Dan pada tahun 1778 M dicetak dan
diterbitkan di London dalam versi arab dan latin sekaligus. Dan masih banyak lagi
nama-nama populer lainnya seperti Ibnu Sina.
Yusuf Al-Qardawi, Fatwa fatwa Kontemporer, Jakarta: Gema Insani Press, Jilid 2,
1995.
4
2.4 Transplantasi Menurut Hukum Islam
Pada dasarnya, ada beberapa persoalan yang terjadi dalam transplantasi,
sehingga memerlukan dasar hukumnya, di antaranya :
1. Transplantasi organ tubuh dalam keadaan hidup
Apabila transplantasi organ tubuh diambil dari orang yang masih dalam keadaan
hidup sehat, maka hukumnya haram dengan alasan sebagaimana firman Allah
Surat al-Baqarah 195, berbunyi: "Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan
Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan
berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik." Seseorang harus lebih mengutamakan menjaga dirinya dari kebinasaan,
daripada menolong orang lain dengan cara mengorbankan diri sendiri dan
berakibat fatal, akhirnya ia tidak mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya,
terutama tugas kewajibannya dalam melaksanakan ibadah.
2. Transplantasi donor yang telah meninggal
Sebagian ulama Maḍhab Ḥanafī, Malikī, Syafi’ī dan Ḥanbali, berpendapat bahwa
memanfaatkan organ tubuh manusia sebagai pengobatan dibolehkan dalam
keadaan darurat. Transplantasi dapat dilakukan dengan syarat si pendonor telah
mewariskan sebelum ia meninggal atau dari ahli warisnya (jika sudah wafat).
Menurut jumhur ulama kebolehan transplantasi donor yang telah meninggal
alasannya bahwa transplantasi merupakan salah satu jenis pengobatan, sedangkan
pengobatan merupakan hal yang disuruh dan disyariatkan dalam Islam. Dalam
Surat Al-Maidah ayat 32juga disinggung yang artinya adalah “Dan barang siapa
yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia memelihara
kehidupan manusia seluruhnya.”
Al-Suyuthī, al-Asybah wa al-Nazhair, (Beirut-Lebanon: Dār-al-Fikr, 1415 H/1995
M), hal. 61. Majlis Ulama Indonesia, Himpunan Keputusan dan Fatwa Majelis
Ulama Indonesia, (Jakarta: Sekretariat MUI, 1415 H/1995 M), hal. 175.
2.5 Macam-macam Transplantasi
Berdasarkan sifat pemindahan organ atau jaringan tubuh yang dipindahkan ke
tubuh yang lain, transplantasi dibedakan kepada tiga, yaitu :
1. Auto transplantasi, yaitu transplantasi yang mana pendonor dan
resipiennya masih dalam satu individu.
Contoh : Orang yang melakukan operasi pipi, untuk memulihkan
bentuk, diambilkan daging dari bagian badannya yang lain dalam badannya
sendiri.
5
pada homo transplantasi ini bisa jadi donor dan resipiennya dua individu yang
masih hidup; bisa juga terjadi antara donor yang telah meninggal dunia yang
disebut cadaver donor, sedangkan resipiennya masih hidup.
6
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
Seorang tuna wisma Ny. A tidak mempunyai sanak keluarga mengalami kecelakaan
mobil dan telah di rawat di RS. Badan pasien mengalami benturan hebat dengan
kendaraan lain sehingga mengenai jantungnya dan mengakibatkan kebocoran jantung.
Hasil dari pemeriksaan dokter menyatakan bahwa pasien mengalami nafas pendek dan
terengah-engah, tanda vital pasien Suhu: 36.9˚C, Nadi 50 x/mnt, Tekanan darah:
120/80 mmHg. Suara jantung S1 dan S2 menurun, S3 terdengar jelas. Pasien tampak
kesulitan bernafas. Medis mendiagnosa pasien tersebut dengan penyakit Jantung
Rematilk dan Dokter memutuskan untuk melakukan tindakan transplantasi jantung
agar bisa memperpanjang waktu hidupnya, tetapi untuk donor jantung tidak tersedia di
Rumah Sakit dan harus mencari sendiri. Dokter meminta perawat untuk menyampaikan
keputusan dokter kepada pasien dan pihak keluarga. Ny.A menyetujui tindakan dokter
karena Ny.A tidak mau mati sekarang dan ingin memperbaiki hidupnya untuk lebih
baik lagi. Pihak keluarga pasien memutuskan untuk mendonorkan jantung dari
saudaranya yang mewariskan kepada Ny.A tersebut.
7
3.2 Penyelesaian
8
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan kajian di atas dapat disimpulkan, yaitu: Dalam pandangan Islam,
bahwa hukum transplantasi organ tubuh dapat dilakukan dengan tujuan
menghindari kematian, untuk menyelamatkan nyawa seseorang, hal ini harus
sesuai dengan kaidah syari’i. 2. Hukum positif di Indonesia memperbolehkan
dilakukannya transplantasi organ tubuh untuk penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui transplantasi organ tubuh, implan
obat dan/atau alat kesehatan, bedah plastik dan rekonstruksi, serta penggunaan sel
punca yang sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang. 3. Dari
segi etika kedokteran, transplantasi dibolehkan hanya dalam keadaan darurat.
Seorang dokter harus melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi, untuk
melindungi hidup insani dan bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu
dan keterampilannya.
Saran
Saran dari kesimpulan di atas, dapat disarankan, yaitu: Pada prinsipnya,
transplantasi organ manusia , baik dalam pandangan Islam, hukum positif maupun
etika kedokteran diperbolehkan dengan alasan untuk menyelamatkan nyawa
seseorang dari kematian. Hal ini harus sesuai dengan kaidah hukum syar’i, hukum
positif dan etika kedokteran.
9
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf Al-Qardawi, Fatwa fatwa Kontemporer, Jakarta: Gema Insani Press, Jilid 2,
1995.
H. Mahjuddin Masaīlul Fiqhiyah, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hal. 258. Undang-
undang No. 23 Tahun 1992, Tentang Kesehatan, Pasal 1 ayat 5.
Saifuddin Mujtaba, al-Masailul Fiqhiyah, Jombang: Rausyan Fikr, 2009.
Al-Suyuthī, al-Asybah wa al-Nazhair, (Beirut-Lebanon: Dār-al-Fikr, 1415 H/1995 M),
hal. 61. Majlis Ulama Indonesia, Himpunan Keputusan dan Fatwa Majelis Ulama
Indonesia, (Jakarta: Sekretariat MUI, 1415 H/1995 M), hal. 175.
Ratna Suprapti Samil, Etika Kedokteran Indonesia, (Jakarta: Bina Pustaka, 2001), hal.
101.
Soekidjo Notoatmodjo, Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010
10