Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TRANSPLANTASI ORGAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KDK I

Disusun oleh:

Ariani Sukmadiwanti (191FK03030)

Dewi Asmara (191FK03026)

Hafsah (191FK03028)

Maya Permatasari (191FK03027)

Sari Damayanti (191FK03029)

Kelas: 1A- Keperawatan (kel b)

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………...………………………………………..i
DAFTAR ISI………………………………..……………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..….1
1.1 Latar Belakang………………………………………………..………………….1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..…1
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………..……………………….2
1.4 Tujuan Pembahasan……………………………………..……………………….2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………3
2.1 Pengertian Transplantasi Organ………………………………………………….3
2.2 Sejarah Perkembangan Transplantasi di Dunia…………………………………..3
2.3 Tujuan Transplantasi……………………………………………………………..4
2.4 Hukum Agama Islam terhadap Transplantasi……………………………………5
2.5 Macam – macam Transplantasi…………………………………………………..5
2.6 Undang – undang tentang Transplantasi…………………………………………6
BAB III TINJAUAN KASUS……………………………………………………...7
3.1 Kasus…………………………………………………………………………….7
3.2 Penyelesaian menurut teori kozier……………………………………………….8
BAB IV KESIMPULAN……………………………………………………………9
Kesimpulan…………………………………………………………………………..9
Saran………………………………………………………………………………….9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Allah subhanallahu wa ta’ala menurunkan ajaran Islam ke dunia untuk menjadi
rahmat bagi semua makhlukNya. Dengan mengkaji sumber-sumber khazanah Islam
(Al-Qur’an dan Sunnah Rasul), maka kita akan menemukan ajaran hidup yang sarat
pesan untuk dapat hidup bahagia, sejahtera, sehat lahir dan batin sebagai kontribusi
Islam kepada kehidupan manusia dan kerahmatannya yang universal. Islam disamping
memperhatikan kesehatan rohani sebagai jembatan menuju ketenteraman hidup
duniawi dan keselamatan ukhrawi, juga sangat menekankan pentingnya kesehatan
jasmani sebagai nikmat Allah subhanallahu wa ta’ala yang sangat mahal untuk dapat
hidup secara optimal. Sebab kesehatan jasmani disamping menjadi faktor pendukung
dalam terwujudnya kesehatan rohani, juga sebagai modal kebahagiaan lahiriah.
Keduanya saling terkait dan melengkapi tidak bisa dipisahkan bagai dua sisi mata
uang. Firman Allah subhanallahu wa ta’ala dalam yang artinya : ” Dan di bumi
terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang yakin. Dan juga pada
dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan ?” (Q.S. Ad-Dzuriyat ayat
20 - 21.)
Oleh karena itu, dengan izin Allah subhanallahu wa ta’ala, Islam sangat
memuliakan ilmu kedokteran sebagai misi kemanusiaan. Dengan bukti bahwa Allah
subhanallahu wa ta’ala memerintahkan umat manusia untuk menuntut ilmu, bahkan
hukumnya adalah fardhu ‘ain (kewajiban individual) untuk mempelajarinya secara
global dan mengenali sisi biologis di dalam diri kita sebagai media peningkatan iman
untuk semakin mengenal Allah subhanallahu wa ta’ala, di samping sebagai kebutuhan
setiap individu dalam menyelamatkan dan menjaga hidupnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah
yang akan penulis ungkapkan adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan transplantasi ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan transplantasi di dunia ?
3. Apakah tujuan dilakukannya transplantasi ?
4. Bagaimana hukum serta alasan agama Islam dalam memandang transplantasi?
5. Apa saja macam-macam Transplantasi
6. Apa sajakah dasar hukum menurut undang – undang di Indonesia tentang
transplantasi ?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disajikan di atas maka tujuan penulisan
yang akan dicapai sebagai berikut :
1. Memperluas wawasan mengenai tindakan medis dalam pandangan Islam.
2. Dapat melatih kemampuan diri dalam bidang menulis secara sistematis.
3. Melatih diri untuk kritis menanggapi permasalahan yang hukumnya masih
diperdebatkan.

1.4 Tujuan Pembahasan


Penyusunan makalah ini memiliki tujuan, yakni sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi transplantasi organ.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan transplantasi di dunia.
3. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya transplantasi.
4. Untuk mengetahui hukum serta alasan agama Islam dalam memandang
transplantasi.
5. Untuk mengetahui dasar hukum menurut undang – undang di Indonesia tentang
transplantasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Transplantasi berasal dari bahasa Inggris yaitu ‘to transplant’ yang berarti ‘to
move from one place to another’ artinya: ‘berpindah dari satu tempat ke tempat yang
lain.’ Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992, Tentang Kesehatan, Pasal 1 ayat 5
dirumuskan pengertian sebagai berikut: “Transplantasi adalah rangkaian tindakan
kedokteran untuk pemindahan alat dan atau jaringan organ tubuh manusia yang
berasal dari tubuh sendiri atau tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk
menggantikan alat atau jaringan organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.”
Dalam kaitan ini, Samil, mendefinisikan transplantasi sebagai pemindahan suatu
jaringan atau organ tertentu dari suatu tempat ke tempat lain.
H. Mahjuddin Masaīlul Fiqhiyah, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hal. 258. Undang-
undang No. 23 Tahun 1992, Tentang Kesehatan, Pasal 1 ayat 5.

2.2 Sejarah Perkembangan Transplantasi di Dunia


Transplantasi jaringan mulai dipikirkan oleh dunia sejak 4000 tahun silam
menurut manuscrip yang ditemukan di Mesir yang memuat uraian mengenai
eksperimen transplantasi jaringan yang pertama kali dilakukan.
Tatkala Islam muncul pada abad ke-7 M, ilmu bedah sudah dikenal di berbagai
negara dunia, khususnya negara-negara maju saat itu, seperti dua negara adi
daya, Romawi dan Persia. Namun pencangkokan jaringan belum mengalami
perkembangan yang berarti, meskipun sudah ditempuh berbagai upaya untuk
mengembangkannya. Selama ribuan tahun setelah melewati banyak
eksperimen, barulah berhasil pada akhir abad ke-19 M untuk pencangkokan jaringan,
dan pada pertengahan abad ke-20 M untuk pencangkokan organ manusia. Di masa
Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam, Islam telah memperhatikan masalah kesehatan
rakyat, bahkan senantiasa berupaya menjamin kesehatan dan pengobatan bagi seluruh
rakyatnya secara cuma-cuma. Ada beberapa dokter ahli bedah di masa Nabi yang
cukup terkenal seperti Al-Harth bin Kildah dan Abu Ramtah Rafa’ah, juga Rafidah Al
Aslamiyah dari kaum wanita.
Meskipun pencangkokan organ tubuh belum dikenal oleh dunia saat itu, namun
operasi plastik yang menggunakan organ buatan atau palsu sudah dikenal di masa
Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana yang diriwayatkan Imam Abu
Daud dan Tirmidzi dari Abdurrahman bin Tharfah (Sunan Abu Dawud, hadits.
no.4232) “Bahwa kakeknya ‘Arfajah bin As’ad pernah terpotong hidungnya pada
Perang Kulab, lalu ia memasang hidung (palsu) dari logam perak, namun hidung
tersebut mulai membau (membusuk), maka Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam

3
menyuruhnya untuk memasang hidung (palsu) dari logam emas”. Imam Ibnu
Sa’ad juga telah meriwayatkan dari Waqid bin Abi Yaser bahwa ‘Utsman (bin ‘Affan)
pernah memasang mahkota gigi dari emas, supaya giginya lebih kuat (tahan lama).
Pada periode Islam selanjutnya, berkat doktrin Islam tentang urgensi
kedokteran mulai bertebaran karya-karya monumental kedokteran yang banyak
memuat berbagai praktek kedokteran, termasuk transplantasi dan sekaligus
mencuatkan banyak nama besar dari ilmuwan muslim dalam bidang kesehatan dan
ilmu kedokteran, diantaranya adalah Al-Rozy (Th 251-311 H) yang telah menemukan
dan membedakan pembuluh vena dan arteri disamping banyak membahas masalah
kedokteran yang lain seperti, bedah tulang dan gips dalam bukunya Al-Athibba. Lebih
jauh dari itu, mereka bahkan telah merintis proses spesialisasi berbagai kajian dari
suatu bidang dan disiplin. Az-Zahrawi ahli kedokteran muslim telah berhasil dan
menjadi orang pertama yang memisahkan ilmu bedah dan menjadikannya subjek
tersendiri dari bidang ilmu kedokteran. Beliau telah menulis sebuah buku besar yang
monumental dalam bidang kedokteran khususnya ilmu bedah dan diberi judul At-
Tashrif. Buku ini telah menjadi referensi utama di Eropa dalam bidang kedokteran
selama kurang-lebih lima abad dan sempat diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa
dunia termasuk bahasa latin pada tabun 1497 M. Dan pada tahun 1778 M dicetak dan
diterbitkan di London dalam versi arab dan latin sekaligus. Dan masih banyak lagi
nama-nama populer lainnya seperti Ibnu Sina.
Yusuf Al-Qardawi, Fatwa fatwa Kontemporer, Jakarta: Gema Insani Press, Jilid 2,
1995.

2.3 Tujuan Transplantasi


Tujuan dari transplantasi tak lain adalah sebagai pengobatan dari penyakit
karena Islam sendiri memerintahkan manusia agar setiap penyakit diobati, karena
membiarkan penyakit bersarang dalam tubuh dapat mengakibatkan
kematian, sedangkan membiarkan diri terjerumus dalam kematian (tanpa ikhtiar)
adalah perbuatan terlarang, sebagaimana firman Allah subhanallahu wa ta’ala dalam
Al - Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 29 “Dan janganlah kamu membunuh dirimu,
sesungguhnya Allah maha penyayang kepadamu”. Maksudnya apabila sakit maka
manusia harus berusaha secara optimal untuk mengobatinya sesuai
kemampuan, karena setiap penyakit sudah ditentukan obatnya. Maka dalam hal
ini transplantasi merupakan salah satu bentuk pengobatan.
Saifuddin Mujtaba, al-Masailul Fiqhiyah, Jombang: Rausyan Fikr, 2009.

4
2.4 Transplantasi Menurut Hukum Islam
Pada dasarnya, ada beberapa persoalan yang terjadi dalam transplantasi,
sehingga memerlukan dasar hukumnya, di antaranya :
1. Transplantasi organ tubuh dalam keadaan hidup
Apabila transplantasi organ tubuh diambil dari orang yang masih dalam keadaan
hidup sehat, maka hukumnya haram dengan alasan sebagaimana firman Allah
Surat al-Baqarah 195, berbunyi: "Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan
Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan
berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik." Seseorang harus lebih mengutamakan menjaga dirinya dari kebinasaan,
daripada menolong orang lain dengan cara mengorbankan diri sendiri dan
berakibat fatal, akhirnya ia tidak mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya,
terutama tugas kewajibannya dalam melaksanakan ibadah.
2. Transplantasi donor yang telah meninggal
Sebagian ulama Maḍhab Ḥanafī, Malikī, Syafi’ī dan Ḥanbali, berpendapat bahwa
memanfaatkan organ tubuh manusia sebagai pengobatan dibolehkan dalam
keadaan darurat. Transplantasi dapat dilakukan dengan syarat si pendonor telah
mewariskan sebelum ia meninggal atau dari ahli warisnya (jika sudah wafat).
Menurut jumhur ulama kebolehan transplantasi donor yang telah meninggal
alasannya bahwa transplantasi merupakan salah satu jenis pengobatan, sedangkan
pengobatan merupakan hal yang disuruh dan disyariatkan dalam Islam. Dalam
Surat Al-Maidah ayat 32juga disinggung yang artinya adalah “Dan barang siapa
yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia memelihara
kehidupan manusia seluruhnya.”
Al-Suyuthī, al-Asybah wa al-Nazhair, (Beirut-Lebanon: Dār-al-Fikr, 1415 H/1995
M), hal. 61. Majlis Ulama Indonesia, Himpunan Keputusan dan Fatwa Majelis
Ulama Indonesia, (Jakarta: Sekretariat MUI, 1415 H/1995 M), hal. 175.
2.5 Macam-macam Transplantasi
Berdasarkan sifat pemindahan organ atau jaringan tubuh yang dipindahkan ke
tubuh yang lain, transplantasi dibedakan kepada tiga, yaitu :
1. Auto transplantasi, yaitu transplantasi yang mana pendonor dan
resipiennya masih dalam satu individu.
Contoh : Orang yang melakukan operasi pipi, untuk memulihkan
bentuk, diambilkan daging dari bagian badannya yang lain dalam badannya
sendiri.

2. Homo transplantasi, yaitu transplantasi di mana donor dan resipiennya tidak


dalam satu individu, tetapi sama jenisnya (manusia dengan manusia). Namun

5
pada homo transplantasi ini bisa jadi donor dan resipiennya dua individu yang
masih hidup; bisa juga terjadi antara donor yang telah meninggal dunia yang
disebut cadaver donor, sedangkan resipiennya masih hidup.

3. Hetero transplantasi, yaitu, donor yang resipiennya dua individu yang


berlainan jenis, seperti transplantasi yang donornya adalah hewan sedangkan
resipiennya manusia dan penggunaannya masih terbatas pada binatang percobaan.
Ratna Suprapti Samil, Etika Kedokteran Indonesia, (Jakarta: Bina Pustaka, 2001),
hal. 101.

2.6 Undang – Undang di Indonesia tentang Transplantasi.


Di Indonesia sudah ada undang – undang yang membahasnya yaitu UU No.
36 Tahun 2009 mengenai transplantasi :
Pasal 64
(1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui
transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat kesehatan,
bedah plastik dan rekonstruksi, serta penggunaan sel punca.
(2) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk dikomersialkan.
(3) Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjual belikan dengan dalih apapun.
Pasal 65
(1) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
(2) Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan kesehatan pendonor yang bersangkutan dan mendapat persetujuan
pendonot dan/atau ahli waris atau keluarganya.
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi organ
dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Soekidjo Notoatmodjo, Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010

6
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus
Seorang tuna wisma Ny. A tidak mempunyai sanak keluarga mengalami kecelakaan
mobil dan telah di rawat di RS. Badan pasien mengalami benturan hebat dengan
kendaraan lain sehingga mengenai jantungnya dan mengakibatkan kebocoran jantung.
Hasil dari pemeriksaan dokter menyatakan bahwa pasien mengalami nafas pendek dan
terengah-engah, tanda vital pasien Suhu: 36.9˚C, Nadi 50 x/mnt, Tekanan darah:
120/80 mmHg. Suara jantung S1 dan S2 menurun, S3 terdengar jelas. Pasien tampak
kesulitan bernafas. Medis mendiagnosa pasien tersebut dengan penyakit Jantung
Rematilk dan Dokter memutuskan untuk melakukan tindakan transplantasi jantung
agar bisa memperpanjang waktu hidupnya, tetapi untuk donor jantung tidak tersedia di
Rumah Sakit dan harus mencari sendiri. Dokter meminta perawat untuk menyampaikan
keputusan dokter kepada pasien dan pihak keluarga. Ny.A menyetujui tindakan dokter
karena Ny.A tidak mau mati sekarang dan ingin memperbaiki hidupnya untuk lebih
baik lagi. Pihak keluarga pasien memutuskan untuk mendonorkan jantung dari
saudaranya yang mewariskan kepada Ny.A tersebut.

7
3.2 Penyelesaian

1. Menentukan apa Dilema Etik pada kasus tersebut?


Jawaban : Transplantasi Jantung
2. Apa saja Prinsip Etik yang terdapat dalam kasus tersebut?
Jawaban : Benificien, Nonmaleficien, Veracity, Acountability
3. Penyelesaian Menurut Kozier
a. Siapa yang terlibat dalam kasus tersebut?
Jawaban : Perawat, Dokter, Pasien, Keluarga Pasien
b. Apa Tindakan yang diusulkan?
Jawaban : Mengecek keadaan umum dan fisik pendonor serta kualitas
jantungnya
c. Apa maksud tindakan yang diusulan?
Jawaban : Menyelamatkan nyawa pasien dan memperpanjang masa
hidupnya
d. Apa konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan?
Jawaban : Bisa mengakibatkan kematian dan kegagalan

8
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan kajian di atas dapat disimpulkan, yaitu: Dalam pandangan Islam,
bahwa hukum transplantasi organ tubuh dapat dilakukan dengan tujuan
menghindari kematian, untuk menyelamatkan nyawa seseorang, hal ini harus
sesuai dengan kaidah syari’i. 2. Hukum positif di Indonesia memperbolehkan
dilakukannya transplantasi organ tubuh untuk penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui transplantasi organ tubuh, implan
obat dan/atau alat kesehatan, bedah plastik dan rekonstruksi, serta penggunaan sel
punca yang sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang. 3. Dari
segi etika kedokteran, transplantasi dibolehkan hanya dalam keadaan darurat.
Seorang dokter harus melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi, untuk
melindungi hidup insani dan bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu
dan keterampilannya.

Saran
Saran dari kesimpulan di atas, dapat disarankan, yaitu: Pada prinsipnya,
transplantasi organ manusia , baik dalam pandangan Islam, hukum positif maupun
etika kedokteran diperbolehkan dengan alasan untuk menyelamatkan nyawa
seseorang dari kematian. Hal ini harus sesuai dengan kaidah hukum syar’i, hukum
positif dan etika kedokteran.

9
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf Al-Qardawi, Fatwa fatwa Kontemporer, Jakarta: Gema Insani Press, Jilid 2,
1995.
H. Mahjuddin Masaīlul Fiqhiyah, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hal. 258. Undang-
undang No. 23 Tahun 1992, Tentang Kesehatan, Pasal 1 ayat 5.
Saifuddin Mujtaba, al-Masailul Fiqhiyah, Jombang: Rausyan Fikr, 2009.
Al-Suyuthī, al-Asybah wa al-Nazhair, (Beirut-Lebanon: Dār-al-Fikr, 1415 H/1995 M),
hal. 61. Majlis Ulama Indonesia, Himpunan Keputusan dan Fatwa Majelis Ulama
Indonesia, (Jakarta: Sekretariat MUI, 1415 H/1995 M), hal. 175.
Ratna Suprapti Samil, Etika Kedokteran Indonesia, (Jakarta: Bina Pustaka, 2001), hal.
101.
Soekidjo Notoatmodjo, Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010

10

Anda mungkin juga menyukai