AGAMA
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Shofi insani kamilah 1121106
Dengan segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
serta hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah Agama tentang Transplantasi
Organ Tubuh Menurut Pandangan 5 Agama. Dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah
Agama.
Dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini, kami tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak. Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan mengingat
keterbatasan kemampuan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sebagai masukan bagi kami.
Akhir kata kami berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan kami sebagai penulis pada khususnya. Atas segala perhatiannya kami mengucapkan banyak
terima kasih.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................3
2.1 Pengertian transplantasi.............................................................................................3
2.2 Macam-macam transplantasi......................................................................................3
2.3 Bentuk-bentuk transplantasi.......................................................................................3
2.4 Transplantasi organ tubuh menurut pandangan agama Islam....................................3
2.5 Transplantasi organ tubuh menurut pandangan agama Kristen Protestan.................9
2.6 Transplantasi organ tubuh menurut pandangan agama Katolik.................................10
2.7 Transplantasi organ tubuh menurut pandangan agama Hindu...................................10
2.8 Transplantasi organ tubuh menurut pandangan agama Budha...................................10
BAB 3 PENUTUP........................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................12
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
2.10RUMUSAN MASALAH
2.10.1 Apa itu transplantasi?
2.10.2 Apa saja macam-macam transplantasi?
2.10.3 Apa saja bentuk-bentuk transplantasi?
2.10.4 Bagaimana transplantasi organ tubuh menurut pandangan agama Islam?
2.10.5 Bagaimana transplantasi organ tubuh menurut pandangan agama Kristen Protestan?
2.10.6 Bagaimana transplantasi organ tubuh menurut pandangan agama Katolik?
2.10.7 Bagaimana transplantasi organ tubuh menurut pandangan agama Hindu?
1
2.10.8 Bagaimana transplantasi organ tubuh menurut pandangan agama Budha?
2.11Tujuan
2.11.1 Untuk mengetahui pengertian transplantasi.
2.11.2 Untuk mengetahui macam-macam transplantasi.
2.11.3 Untuk mengetahui bentuk-bentuk transplantasi.
2.11.4 Untuk mengetahui transplantasi organ tubuh menurut pandangan agama Islam.
2.11.5 Untuk mengetahui transplantasi organ tubuh menurut pandangan agama Kristen
Protestan.
2.11.6 Untuk mengetahui transplantasi organ tubuh menurut pandangan agama Katolik.
2.11.7 Untuk mengetahui transplantasi organ tubuh menurut pandangan agama Hindu.
2.11.8 Untuk mengetahui transplantasi organ tubuh menurut pandangan agama Budha.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Tubuh merupakan properti yang tidak bisa dicabut atau dipindahtangankan. Oleh
karenanya, seorang muslim tidak bisa sembarangan mendonorkan bagian tubuhnya karena
tubuhnya merupakan titipan dari Allah, selain itu sebagai manusia juga memiliki kewajiban
untuk melestarikan kehidupan, baik manusia, hewan, dan tumbuhan. Namun, jika ditilik dari
sisi kebutuhan untuk hidup, apapun alasannya transplantasi harus bisa dilakukan.
Sementara itu, Ustadz Agung Cahyadi, Lc, MA, seorang ahli fiqh sekaligus dosen
STIDKI Ar Rahmah Surabaya memberikan pendapatnya. “Sebenarnya, dari dasar hukum
tidak boleh transplantasi itu. Karena, sama-sama menyakiti manusia dengan membedah,”
terangnya.
Selanjutnya kembali ia berpendapat, jika dihadapkan pada kebutuhan hidup seseorang
transplantasi boleh dilakukan. “Sama seperti minum khamr, jika tidak ada air tersisa di dunia
dan yang tersisa hanya minuman itu, maka boleh dikonsumsi karena terkait dengan
kebutuhan seseorang untuk hidup,” terang alumnus Universitas Islam Madinah itu.
Majelis Ulama Indonesia Menyikapi Transplantasi
Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai komisi fatwa di Indonesia juga mengambil
sikap untuk menyikapi transplantasi. Dalam fatwanya yang keluar tahun 2010 mengatur
hukum tentang cangkok organ.
Dalam fatwa tersebut ditegaskan, pencangkokan organ manusia ke dalam tubuh yang
lain diperbolehkan melalui hibah, wasiat dengan meminta, tanpa imbalan, atau dari bank
organ tubuh.
Lalu, jika organ diambil dari tubuh seseorang yang telah meninggal juga diperbolehkan
dengan syarat harus disaksikan oleh dua dokter ahli. Selanjutnya, transplantasi dihukumi
haram jika didasari bukan karena suatu kemaslahatan hidup orang.
“Transplantasi diharamkan bila didasari tujuan komersial. Tidak boleh diperjual
belikan,” terang Ketua MUI, Ma’ruf Amin dikutip dari republika.
Oleh karenanya, pencangkokan organ atau transplantasi diperbolehkan. Asal sesuai
syariat dan syaratnya terpenuhi. Selain itu, dalam melaksanakannya juga harus
memperhatikan hal-hal yang detail agar dalam pencangkokan organ tersebut memberi
kemanfaatan bagi penerima donor dan pendonornya. (ipw)
4
Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Sehat
Apabila transplantasi organ tubuh diambil dari orang yang masih dalam keadaan hidup
sehat, maka hukumnya ‘Haram’, dengan alasan :
a. Firman Allah dalam Al Quran surah Al Baqarah ayat 195 :
َ َوالَ تُ ْلقُ ْوا بَِأ ْي ِد ْي ُك ْم َإ
لى التَّ ْهلُ َك ِة
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan”.
Ayat tersebut mengingatkan manusia, agar jangan gegabah dan ceroboh dalam
melakukan sesuatu, namun tetap menimbang akibatnya yang kemungkinan bisa berakibat
fatal bagi diri donor, walaupun perbuatan itu mempunyai tujuan kemanusiaan yang baik dan
luhur. Umpamanya seseorang menyumbangkan sebuah ginjalnya atau matanya pada orang
lain yang memerlukannya karena hubungan keluarga, teman atau karena berharap adanya
imbalan dari orang yang memerlukan dengan alasan krisis ekonomi. Dalam masalah yang
terakhir ini, yaitu donor organ tubuh yang mengharap imbalan atau menjualnya, haram
hukumnya, disebabkan karena organ tubuh manusia itu adalah milik Allah (milk ikhtishash),
maka tidak boleh memperjualbelikannya. Manusia hanya berhak mempergunakannya,
walaupun organ tubuh itu dari orang lain.
Orang yang mendonorkan organ tubuhnya pada waktu masih hidup sehat kepada orang
lain, ia akan menghadapi resiko ketidakwajaran, karena mustahil Allah menciptakan mata
atau ginjal secara berpasangan kalau tidak ada hikmah dan manfaatnya bagi seorang
manusia. Maka bila ginjal si donor tidak berfungsi lagi, maka ia sulit untuk ditolong
kembali. Maka sama halnya, menghilangkan penyakit dari resipien dengan cara membuat
penyakit baru bagi si donor. Hal ini tidak diperbolehkan karena dalam qaidah fiqh
disebutkan:
َّ ِض َر ُر الَ يُ َزا ُل ب
الض َّ ال
“Bahaya (kemudharatan) tidak boleh dihilangkan dengan bahaya (kemudharatan)
lainnya”.
b. Qaidah Fiqhiyyah
ح
ِ ِصال ِ َلى َج ْل
َ ب ْال َم ِ َ د َْر ُء ْال َمفا
َ س ِد ُمقَ َّد ٌم ع
“Menghindari kerusakan/resiko, didahulukan dari/atas menarik kemaslahatan”.
5
Berkaitan transplantasi, seseorang harus lebih mengutamakan menjaga dirinya dari
kebinasaan, daripada menolong orang lain dengan cara mengorbankan diri sendiri dan
berakibat fatal, akhirnya ia tidak mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya, terutama
tugas kewajibannya dalam melaksanakan ibadah.
2. Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Koma
Melakukan transplantasi organ tubuh donor dalam keadaan koma, hukumnya tetap
haram, walaupun menurut dokter, bahwa si donor itu akan segera meninggal, karena hal itu
dapat mempercepat kematiannya dan mendahului kehendak Allah, hal tersebut dapat
dikatakan ‘euthanasia’ atau mempercepat kematian. Tidaklah berperasaan/bermoral
melakukan transplantasi atau mengambil organ tubuh dalam keadaan sekarat. Orang yang
sehat seharusnya berusaha untuk menyembuhkan orang yang sedang koma tersebut,
meskipun menurut dokter, bahwa orang yang sudah koma tersebut sudah tidak ada harapan
lagi untuk sembuh. Sebab ada juga orang yang dapat sembuh kembali walau itu hanya
sebagian kecil, padahal menurut medis, pasien tersebut sudah tidak ada harapan untuk hidup.
Maka dari itu, mengambil organ tubuh donor dalam keadaan koma, tidak boleh menurut
Islam dengan alasan sebagai berikut :
. Hadits Nabi, riwayat Malik dari ‘Amar bin Yahya, riwayat al-Hakim, al-Baihaqi dan
al-Daruquthni dari Abu Sa’id al-Khudri dan riwayat Ibnu Majah dari Ibnu ‘Abbas dan
‘Ubadah bin al-Shamit :
ار ِ َض َر َر َوال
َ ض َر َ َال
“Tidak boleh membuat madharat pada diri sendiri dan tidak boleh pula membuat
madharat pada orang lain”.
Berdasarkan hadits tersebut, mengambil organ tubuh orang dalam keadaan koma/sekarat
haram hukumnya, karena dapat membuat madharat kepada donor tersebut yang berakibat
mempercepat kematiannya, yang disebut euthanasia.
b. Manusia wajib berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya demi mempertahankan
hidupnya, karena hidup dan mati berada di tangan Allah. Oleh karena itu, manusia tidak
boleh mencabut nyawanya sendiri atau mempercepat kematian orang lain, meskipun hal itu
dilakukan oleh dokter dengan maksud mengurangi atau menghilangkan penderitaan pasien.
6
Hukum Transplantasi Organ Tubuh Donor Dalam Keadaan Meninggal
Mengambil organ tubuh donor (jantung, mata atau ginjal) yang sudah meninggal secara
yuridis dan medis, hukumnya mubah, yaitu dibolehkan menurut pandangan Islam dengan
syarat bahwa :
1. Resipien (penerima sumbangan organ tubuh) dalam keadaan darurat yang
mengancam jiwanya bila tidak dilakukan transplantasi itu, sedangkan ia sudah berobat
secara optimal baik medis maupun non medis, tetapi tidak berhasil. Hal ini berdasarkan
qaidah fiqhiyyah :
ِ ض ُر ْو َراتُ تُبِ ْي ُح ْال َم ْحظُ ْو َرا
ت َّ ال
“Darurat akan membolehkan yang diharamkan”.
Juga berdasarkan qaidah fiqhiyyah :
ض َر ُر يُزَ ا ُل
َّ ال
“Bahaya itu harus dihilangkan”.
Juga pencangkokan cocok dengan organ resipien dan tidak akan menimbulkan
komplikasi penyakit yang lebih gawat baginya dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.
Disamping itu harus ada wasiat dari donor kepada ahli warisnya, untuk menyumbangkan
organ tubuhnya bila ia meninggal, atau ada izin dari ahli warisnya.
Demikian ini sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia tanggal 29 Juni 1987,
bahwa dalam kondisi tidak ada pilihan lain yang lebih baik, maka pengambilan katup
jantung orang yang telah meninggal untuk kepentingan orang yang masih hidup, dapat
dibenarkan oleh hukum Islam dengan syarat ada izin dari yang bersangkutan (lewat wasiat
sewaktu masih hidup) dan izin keluarga/ahli waris.
Adapun fatwa MUI tersebut dikeluarkan setelah mendengar penjelasan langsung Dr.
Tarmizi Hakim kepada UPF bedah jantung RS Jantung “Harapan Kita” tentang teknis
pengambilan katup jantung serta hal-hal yang berhubungan dengannya di ruang sidang MUI
pada tanggal 16 Mei 1987. Komisi Fatwa sendiri mengadakan diskusi dan pembahasan
tentang masalah tersebut beberapa kali dan terakhir pada tanggal 27 Juni 1987.
Adapun dalil-dalil yang dapat menjadi dasar dibolehkannya transplantasi organ
tubuh, antara lain:
a. Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 195
7
yaitu bahwa Islam tidak membenarkan seseorang membiarkan dirinya dalam bahaya,
tanpa berusaha mencari penyembuhan secara medis dan non medis, termasuk upaya
transplantasi, yang memberi harapan untuk bisa bertahan hidup dan menjadi sehat kembali.
b. Al-Quran surah Al-Maidah ayat 32:
َ ََّو َمنْ َأ ْحياَهَا فَ َكَأن َّما َ َأ ْحيَا الن
ً اس َج ِم ْيعا
“Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah
ia memelihara kehidupan manusia semuanya”.
Ayat tersebut menunjukkan bahwa tindakan kemanusiaan (seperti transplantasi) sangat
dihargai oleh agama Islam, tentunya sesuai dengan syarat-syarat yang telah disebutkan
diatas.
c. Al-Quran surah Al-Maidah ayat 2
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa”. Selain itu juga ayat 195, menganjurkan agar kita berbuat baik. Artinya:
“Dan berbuat baiklah karena Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.
Menyumbangkan organ tubuh si mayit merupakan suatu perbuatan tolong-menolong
dalam kebaikan, karena memberi manfaat bagi orang lain yang sangat memerlukannya.
Pada dasarnya, pekerjaan transplantasi dilarang oleh agama Islam, karena agama Islam
memuliakan manusia berdasarkan surah al-Isra ayat 70, juga menghormati jasad manusia
walaupun sudah menjadi mayat, berdasarkan hadits Rasulullah saw. : “Sesungguhnya
memecahkan tulang mayat muslim, sama seperti memecahkan tulangnya sewaktu masih
hidup”. (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Said Ibn Mansur dan Abd. Razzaq dari
‘Aisyah).
Tetapi menurut Abdul Wahab al-Muhaimin; meskipun pekerjaan transplantasi itu
diharamkan walau pada orang yang sudah meninggal, demi kemaslahatan karena membantu
orang lain yang sangat membutuhkannya, maka hukumnya mubah/dibolehkan selama dalam
pekerjaan transplantasi itu tidak ada unsur merusak tubuh mayat sebagai penghinaan
kepadanya.Hal ini didasarkan pada qaidah fiqhiyyah :
ِب َأ َخفِّ ِه َما
ِ ارتِ َكا َ سدَتا َ ِن ُر ْو ِع َي َأ ْعظَ ُم ُه َما
ْ ض َر ًرا ِب َ إ َذا تَ َعا َر
َ ضتْ َم ْف
8
“Apabila bertemu dua hal yang mendatangkan mafsadah (kebinasaan), maka
dipertahankan yang mendatangkan madharat yang paling besar, dengan melakukan
perbuatan yang paling ringan madharatnya dari dua madharat”.
d. Hadits Nabi saw.
ِ ض َع لَهُ َد َوا ًء َغ ْي َر دَا ٍء َو
اح ٍد ْال َه َر ُم َ َتَدَا ُو ْوا ِعبَا َد هللاِ فَِإنَّ هللا َلَ ْم ي
َ ض ْع دَا ًء ِإالَّ َو
“Berobatlah kamu hai hamba-hamba Allah, karena sesungguhnya Allah tidak
meletakkan suatu penyakit kecuali dia juga telah meletakkan obat penyembuhnya, selain
penyakit yang satu, yaitu penyakit tua”.
(HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Hakim dari Usamah ibnu Syuraih)
Oleh sebab itu, transplantasi sebagai upaya menghilangkan penyakit, hukumnya mubah,
asalkan tidak melanggar norma ajaran Islam.
Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda pula :
“Setiap penyakit ada obatnya, apabila obat itu tepat, maka penyakit itu akan sembuh
atas izin Allah”. (HR. Ahmad dan Muslim dari Jabir).
9
XII pada tahun 1950-an, dan kemudian disempurnakan sesuai dengan kemajuan-kemajuan
yang berhasil dicapai dalam bidang medis.
10
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak atau tak befungsi
pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor. Donor organ dapat
merupakan orang yang masih hidup maupun telah meninggal. Agama-agama di Indonesia
memperkenankan dilakukannya transplantasi guna membantu manusia lainnya yang
bertujuan untu berbuat kebaikan.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal-asma.blogspot.com/2012/11/transplantasi-dalam-pandangan-berbagai.html?m=1
12