Anda di halaman 1dari 15

TRANSPLANTASI ORGAN

DALAM PERSPEKTIF AGAMA ISLAM


disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu:
Chandra Bagus Ropyanto, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.MB
Disusun oleh:
Kelas A22.2/Kelompok 6
1. Siti Khotimah (22020122120004)
2. Nazwa Aulia Destya Putri (22020122120017)
3. Divia Antika Putri (22020122120034)
4. Nida Maulidia (22020122120038)
5. Maharani Syifa Safitri (22020122120039)
6. Nadia Pramudita Dewi (22020122120043)
7. Alifah Nurul Kamila (22020122140161)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Manfaat Penulisan ......................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5
2.1 PengertianTransplantasi Organ ..................................................................... 5
2.2 Syarat Pelaksanaan Transplantasi Organ Menurut Islam.............................. 6
2.3 Perspektif Transplantasi Organ dalam Hukum Islam ................................... 8
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu hal yang paling diinginkan dan juga
menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Semakin
berkembangnya zaman, semakin berkembang pula ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tidak ada yang mengira bahwa organ tubuh akan dapat dipindahkan
dari satu tubuh ke tubuh yang lain (Pinem, 2020). Dengan perkembangan
IPTEK hal ini pada dasarnya dapat dilakukan dan pada kenyataannya banyak
yang berhasil melakukannya (Pinem, 2020). Namun jika dikaji berdasarkan
hukum islam apakah pemindahan organ tubuh atau yang lebih dikenal dengan
transplantasi organ halal dilakukan?

Antara kebutuhan yang mendesak untuk kesehatan atau melaksanakan


ibadah, tranplantasi organ ini telah menjadi banyak perdebatan, banyak
pendapat yang menyebutkan bahwa tindakan ini haram dilakukan karena tidak
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, tapi apabila ini dijadikan sebagai
sebuah alasan, maka banyak hal di bidang kesehatan yang tidak pernah ada di
zaman Nabi (Pinem, 2020).

Transplantasi organ telah menjadi sutu kebutuhan bagi orang yang telah
diberikan pilihan antara hidup dan mati, ketika seseorang membutuhkan donor
organ dari orang lain, maka mau tidak mau hal itu harus dilakukan untuk
menunjang kehidupannya (Pinem, 2020).

Islam adalah agama yang tidak menghambat perkembangan ilmu


pengetahuan khususnya kesehatan, namun ada beberapa permasalahan yang
membuat transplantasi organ menjadi perdebatan seperti: bolehkah seorang
berwasiat untuk mendonorkan organ tubuhnya? Apakah perbuatan ini
termasuk ibadah? Apakah organ tubuh bisa dianggap sebagai “barang”
sehingga boleh dimiliki atau “bukan barang” sehingga tidak sah dimiliki,
apakah dokter harus meminta izin dari pendonor untuk pengambilan anggota

3
tubuh atau dokter boleh mengambil anggot atubuh orang yang telah meninggal
dunia tanpa izin dan dengan secara bebas mencangkoknya pada orang lain
(Pinem, 2020).

Hukum islam merupakan aturan yang telah ditetapkan Allah SWT untuk
mengatur kehidupan manusia, semakin berkembangnya zaman semakin
banyak pula permasalahan-permasalahan baru yang harus segera mendapatkan
jawaban berdasarkan hukum islam (Pinem, 2020).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu transplantasi organ?
2. Bagaimana syarat pelaksanaan transplantasi organ menurut Islam?
3. Bagaimana perspektif transplantasi organ dalam hukum Islam?

1.3 Manfaat Penulisan


1. Menegetahui apa itu transplantasi organ.
2. Mengetahui syarat pelaksanaan transplantasi organ menurut Islam.
3. Mengetahui perspektif transplantasi organ dalam hukum Islam.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PengertianTransplantasi Organ


Transplantasi dalam bahasa Inggris yaitu to take up plant to another,
dalam bahasa Indonesia transplantasi diberi istilah pencangkokan. Secara
bahasa, transplantasi adalah pemindahan jaringan dari suatu tempat ke tempat
lain (seperti menutup luka yang tidak berkulit dengan jaringan kulit dari bagian
tubuh yang lain). Secara istilah transplantasi merupakan suatu pekerjaan medis
untuk memindahkan salah satu organ tubuh manusia atau jaringan yang berasal
dari tubuh seseorang atau sendiri dalam rangka pencegahan atau pengobatan
untuk penggantian organ tubuh yang tidak berfungsi atau rusak. Menurut
kesepakatan beberapa ulama menjelaskan pengertian dari transplantasi organ
yaitu mengambil salah satu organ tubuh manusia yang masih hidup maupun
yang sudah meninggal, yang didalamnya terdapar harapan untuk meneruskan
kehidupan dan menanam ke tubuh atau jasad orang lain. Dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian transplantasi atau cangkok
organ tubuh merupakan salah satu tindakan medis untuk memindahkan atau
mencangkokan dari seseorang sebagai pendonor, untuk mengambil salah satu
organ dan mengganti ke organ tubuh orang lain yang sudah rusak atau tidak
mampu berfungsi sesuai sedia kala. Dalam tidakan pencangkokan terdapat 3
pihak yang terlibat, yaitu dokter, pendonor, dan recipient (penerima).

Donor merupakan kegiatan atau tindakan seseorang yang mendonasikan


organ tubuh kepada seseorang yang membutuhkan untuk kebutuhan seseorang
dalam hal kesehatan. Recipient merupakan seseorang yang mendapatkan atau
penerima organ atau anggota tubuh dari orang lain sebagai pendonor untuk
pencegahan dan pengobatan dalam kesehatan. Sebagian besar yang dapat
dicangkok organnya adalah pendonor yang sudah meninggal. Akan tetapi
beberapa penelitian menunjukan organ atau anggota tubuh yang masih hidup
dapat didonorkan. Dari penelitian sebelumnya yang memungkinkan adalah dari

5
pendonor yang sedang mati otak. Seiring perkembangan zaman, keperluan
dalam hal transplantasi untuk organ meningkat, sehingga donor kerika donor
masih hidup menjadi alternatif untuk yang tidak bisa dihindari.

2.2 Syarat Pelaksanaan Transplantasi Organ Menurut Islam


Menyumbangkan organ tubuh diperbolehkan dalam islam selama hal itu

dilakukan berdasarkan batasan-batasan yang telah ditentukan oleh syariat.

Dengan demikian, Sheikh Ahmad Kutty (dalam artikel Islam.ca) menuturkan

beberapa syarat-syarat yang membolehkan transplantasi organ, yaitu:

a) Syarat bagi orang yang hendak menyumbangkan organ dan masih hidup:

1. Orang yang akan menyumbangkan organ adalah orang yang memiliki

kepemilikan penuh atas miliknya sehingga dia mampu untuk membuat

keputusan sendiri.

2. Orang yang akan menyumbangkan organ harus seseorang yang dewasa

atau usianya mencapai dua puluh tahun.

3. Harus dilakukan atas keinginannya sendiri tanpa tekanan atau paksaan

dari siapapun.

4. Organ yang disumbangkan tidak boleh organ vital yang mana kesehatan

dan kelangsungan hidup tergantung dari itu.

5. Tidak diperbolehkan mencangkok organ kelamin.

6
b) Syarat bagi mereka yang menyumbangkan organ tubuh jika sudah

meninggal:

1. Dilakukan setelah memastikan bahwa si penyumbang ingin

menyumbangkan organnya setelah dia meninggal. Bisa dilakukan

melalui surat wasiat atau menandatangani kartu donor atau yang

lainnya.

2. Jika terdapat kasus si penyumbang organ belum memberikan

persetujuan terlebih dahulu tentang menyumbangkan organnya ketika

dia meninggal maka persetujuan bisa dilimpahkan kepada pihak

keluarga penyumbang terdekat yang dalam posisi dapat membuat

keputusan atas penyumbang.

3. Organ atau jaringan yang akan disumbangkan haruslah organ atau

jaringan yang ditentukan dapat menyelamatkan atau mempertahankan

kualitas hidup manusia lainnya.

4. Organ yang akan disumbangkan harus dipindahkan setelah dipastikan

secara prosedur medis bahwa si penyumbang organ telah meninggal

dunia.

5. Organ tubuh yang akan disumbangkan bisa juga dari korban kecelakaan

lalu lintas yang identitasnya tidak diketahui tapi hal itu harus dilakukan

dengan seizin hakim.

7
2.3 Perspektif Transplantasi Organ dalam Hukum Islam
Dalam Al-Qur’an dan Hadist hampir sama sekali ditemukan yang
membahasa secara detail tentang hukum donor anggota tubuh seseorang untuk
transplantasi. Namun ada beberapa ayat maupun hadist yang menyinggung
sedikit atau qiyash dalam membahas hukum yang berkenaan dengan
transplantasi atau cangkok anggota tubuh.

“Sesungguhnya Allah Swt, selain menciptakan penyakit, menciptakan


pula obat (untuk penyakit tersebut) maka berobatlah (HR Ahmad).”

Apabila kita perhatikan hadits di atas maka berobat ketika sakit sangat
dianjurkan, akan tetapi tidak dengan sesuatu yang haram. Seiring
berkembangnya zaman, sampai saat ini masih ada beberapa penyakit yang
obatnya belum ditemukan, misal penyakit kanker atau genetik yang mengalami
kelainan. Beberapa penelitian dalam dunia medis yang terdahulu belum ada
yang berhasil menemukan obat atau solusi, sehingga transplantasi organ
menjadi alternatif dalam penyembuhan penyakit tersebut. Transplantasi hanya
ditujukan untuk mengobati beberapa penyakit yang susah atau mustahil untuk
disembuhkan. Agama islam memerintahkan apabila seseorang terkena suatu
macam penyakit untuk diobati, bilamana terkena penyakit dan membiarkannya
maka akan mengarah kepada kematian, dan itu sesuatu yang dibenci bahkan
diharamkan dalam agama Islam, sebagaimana firman Allah:

‫َو َل ت َق ت ُل ُ وا أ َن ف ُ س َ ك ُ م إ ِ َن ّللاَ َ ك َا َن ب ِ ك ُ م َر ِح يم ا‬

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah


Maha Penyayang kepadamu.”

Dilihat dari hukum islam, negara Arab yang memiliki penduduk 100%
muslim bisa dijadikan referensi karena bisa dipastikan mereka melaksanakan
hukum Islam sebagai pondasi dan pedoman dalam mua’malah mereka. Gul
Cooperation Council (GCC) ialah gabungan dari beberapa negara Arab yaitu,
UEA, Kuwait, Qatar, Bahrain, Oman, Arab Saudi menyusun (NOTC) National
Organ Transplant Committee atau komite nasional transplantasi organ,

8
berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 1045 pada tahun 2009, anggota terdiri
dari dokter sektor kesehatan dan ahli hukum Islam dan Syari’ah. Beberapa
peraturan yang ditetapkan oleh Komiter tersebut ialah:

a) Diperbolehkan seseorang untuk menjadi pendonor dengan syarat sehat


secara mental dan fisik, umur 21 keatas, dengan catatan organ yang mau
didonasikan tidak boleh membuat pendonor dalam keadaan bahaya.
b) Bagi pendonor dalam kondisi mati, dari mayat tersebut bisa didonorkan
seperti ginjal, paru, pancreas, dan jantung yang bertujuan sebagai
penyelamat seseorang yang membutuhkan. Dengan catatan pendonor
memwasiatkan diperkuat hitam diatas putih dan disertai 2 wali sebagai
saksi, apabila mau membatalkan maka diperbolehkan.
c) Seseorang diperbolehkan untuk mendonasikan satu atau lebih dalam kondisi
berbeda sebagao pemenuhan organ Internasional.

Untuk diketahui, bahwa hukum donor dan transplantasi organ tubuh itu
sma, artinya jika ada pendapat yang menyatakan bahwa donor organ tubuh itu
dilarang, maka transplantasi juga dilarang. Dan jika ada pendapat yang
memperbolehkan donor organ tubuh, maka transplantasi diperbolehkan.

Sebagian ulama (konservatif) berpendapat bahwa mengambil bola mata


mayat untuk mengganti bola mata orang but aitu haram, walaupun mayat itu
tidak terhormat (muhtaram) seperti mayatnya orang murtad, karena bahayanya
but aitu tidak melebihi bahayanya merusak kehormatan mayat. Hal ini
didasarkan pada sabda Nabi SAW:

“Mematahkan tulang mayit seperti mematahkan tulangnya saat hidup


(riwayat Abu Dawud dengan sanad sesuai syarat Muslim).”

Demikian pula haram melakukan cangkok mata ginjal dan jantung atau
menyambung anggota tubuh seseorang dengan anggota tubuh seseorang
lainnya.

9
Pendapat ulama yang melarang karena sesungguhnya manusia tidak
mempunyai hak untuk memindahkan bagian dari organ jasadnya, meskipun itu
berupa sumbangan atau pemberian, karena manusia sebagai ciptaan Allah, dan
tiada siapapun selain-Nya yang menciptakan. Didalam QS. Az-Zumar: 26 dan
At-Tiin:4, Itu merupakan dalil yang jelas untuk pelarangan mengambil organ
sebagai tranplantasi atau cangkok ke jasad selain dirinya meskipun sebagai
pengobatan atau lainnya. Ada beberapa alasan dilarangnya transplantasi organ
tubuh, yaitu:

a) Diharamkan bagi siapapun untuk merusak ataupun menghancurkan dan


memotong dari beberapa organ manusia, untuk menjaga keselamatan
hidupnya, dan untuk meninggalkan segala sesuatu yang menyebabkan
kepada kerusakan, yang mana sesuai dengan ayat Al Baqarah ayat 195.
‫َو َل تُلقُوا ِباَيدِي ُكم اِلَى التَهلُ َك ِة‬
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah”
b) Kebanyakan transplantasi organ yang terjadi membuat si pendonor dalam
keadaan bahaya, Nabi bersabda, yang sesuai dengan Qaidah Fiqhiyyah:
“Bahaya (kemudharatan) tidak bisa dihilangkan dengan bahaya
(kemudharatan) lainnya.”
c) Pemindahan organ dan penanaman ke jasad atau tubuh yang lain,
menyebabkan rasa sakit kepada si pendonor. Allah berfirman QS. Al-
Ahsab: 58.
‫سبُوا فَقَ ِد ٱحتَ َملُوا بُه َٰتَنا َوإِثما ُّمبِينا‬ ِ َ‫َوٱلَذِينَ يُؤذُونَ ٱل ُمؤ ِمنِينَ َوٱل ُمؤ ِم َٰن‬
َ َ‫ت بِغَي ِر َما ٱكت‬
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan
mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya
mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.”
d) Memindahkan organ tubuh, apabila kondisi pendonor masih hidup maka
akan menyiksanya. Dan Nabi pun bersabda:
“Dan janganlah diantara kalian saling menyakiti”

10
e) Memindahkah organ tubuh seseorang kepada orang lain, membuat
kehormatan manusia berkurang.
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam”
Pendapat kedua dari sebagian besar ulama (modern) berpendapat bahwa
pencangkokan organ tubuh manusia itu diperbolehkan dengan syarat: karena
diperlukan dan tidak ditemukan selain organ tubuh manusia itu. Didalam QS.
Argumentasi paling asasi mengenai hal ini adalah al-maslahah (adanya
kemaslahatan) dan tidak adanya larangan secara eksplisit dan khusus mengenai
hal ini, baik ayat maupun hadits. Hadits di atas: Mematahkan tulang mayit
seperti mematahkan tulangnya saat hidup, dan ayat Al-Baqarah.
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah”
Tidak dapat serta merta dijadikan dasar pelarangan donor organ tubuh,
karena donor yang diperbolehkan hanyalah jika tidak membahayakan bagi
pendonor.
Oleh karena itu, pendapat ini juga dapat berlindung di bawah payung
kaidah fiqhiyyah yang amat masyhur terkait muamalah kemasyarakatan, yaitu
“Segala sesuatu yang pada dasarnya boleh, kecuali bila ada dalil yang
mengharamkanya”
Madzhab Syafi'i membolehkan dengan pendapat apabila transplantasi
dari organ orang lain, dalam keadaan yang sangat diperlukan untuk
menyelamatkan seseorang dari dibutuhkan kehancuran atau kerugian. Masalah
transplantasi organ tubuh ini juga dapat dirujukkan pada pendapat para Ulama
dalam beberapa kitab, antara lain:
“Selama tidak ditemukan sesuatu yang layak (cocok), maka
dimungkinkan bolehna menyambung dengan tulang orang mati sebagaimana
orang yang terpaksa boleh makan bangkai. Dan walaupun kekhwatirannya
sebatas orang yang diperbolehkan tayamum. Al-Mudabighy menetapkan
bolehnya, seraya menyatakan: jika tidak ada yang layak (cocok) selain tulang
manusia, maka diutamakan (tulangnya) kafir musuh seperti orang murtad,

11
kemudian (tulangnya) kafir yang dilindungi, kemudian (tulangnya) orang
islam.” (fathul jawwad).
“Dan bila dibutuhkan menyambung tulang karena patah dengan tulang
yang najis lantaran tidak ditemukannya yang suci dan cocok untuk
menyambungnya, maka Dalam hal ini dianggap cukup beralasan,
diperbolehkan.” (Al-Qalyuby).
Bahkan jika terpaksa, transplantasi dengan organ binatang ynag najis pun
diperbolehkan, Muktamar NU ke XXIX 1994 menetapkan: “transplantasi babi
untuk mengganti organ sejenis atau lainnya pada manusia hukumnya tidak
boleh, kecuali sangat diperlukan dan tidak ada yang lebih efektif maka boleh
(diberikan dispensasi hukum/dima’fu). Rujukan pendapat ini adalah pendapat
An-Nawawi dalam al Majmu’:
“Apabila seseorang patah tulang, maka seyogyanya disambung dengan
tulang yang suci... tidak boleh menyambung dengan yang najis bila dapat
memperoleh yang suci untuk menggantikannya. Bila menyambung dengan
yang najis, maka dipertimbanhkan, jika diperlukan menyambungnya
sementara yang suce tidak diperoleh untuk menggantikannya, maka dianggap
berhalangan (diperbolehkan). Tetapi kalau tidak dibutuhkan menyambungnya
atau memperoleh yang suci untuk menggantikannya, maka berdosa dan wajib
melepasnya bila tidak dikhawatirkan terjadinya bahaya (al-Majmu’).

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Transplantasi merupakan hal yang sangat rumit dalam pengambilan

tindakan yang tepat, karena banyak pendapat yang menentang dan mendukung

tentang pelaksanaan transplantasi dengan berbagai alasan yang berbeda-beda.

dari uraian pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hukum

pelaksanaan transplantasi organ itu bergantung pada alasana mengapa harus

melakukan hal tersebut. jika alasannya tidak mendukung maka kegiatan

transplantasi tesebut sangat dilarang dan hukumnya haram serta ilegal.

Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Transplantasi

organ hukumnya mubah dan dapat berubah hukumnya sesuai dengan situasi

dan kondisi yang dihadapi. Transplantasi ini dapat di qiyaskan dengan donor

darah dengan illat bahwa donor darah dan organ tubuh dapat dipindahkan

tempatnya, keduannya suci dan tidak dapat diperjual belikan. Tentu saja setelah

perpindahan itu terjadi maka tanggungjawab atas organ itu menjadi tanggungan

orang yang menyandangnya. Kaidah-kaidah hukum wajib dijunjung dalam

melakukan trasnplantasi ini antaranya:

Tidak boleh menghilangkan bahaya dengan menimbulkan bahaya

lainnya artinya:

- Organ tidak boleh diambil dari orang yang masih memerlukannnya.

13
- Sumber organ harus memiliki kepemilikan yang penuh atas organ yang

diberikannnya, berakal, baligh, ridho dan ikhlas dan tidak mudharat bagi

dirinya.

- Tindakan transplantasi mengandung kemungkinan sukses yang lebih besar

dari kemungkinan gagal.

- Organ manusia tidak boleh diperjualbelikan sebab manusia hanya

memperoleh hak memanfaatkan dan tidak sampai memiliki secara mutlak.

14
DAFTAR PUSTAKA

Jamali, L. L. (2019). Transplantasi organ tubuh manusia perspektif Al-


Qur’an. Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis, 7(01), 113-
128.
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/diya/article/view/4531

Pinem, R. K. Br. (2020). Donor anggota tubuh (transplantasi) menurut hukum islam
(upaya mengidentifikasi masalah dan mencari dalil-dalilnya. Jurnal Ilmu
Hukum, 5(1), 67-78. DOI: 10.30596/dll.v5i1.3449

Sari, M. (2020). Transplantasi organ dalam al-quran perspektif tafsir Al-


Maqasidi. Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 22(1), 61-72.
https://www.academia.edu/download/63963169/6758-17043-1-
PB20200719-30758-1bvvbsd.pdf

Usman, M. (2020). Transplantasi organ tubuh dalam pandangan Islam. Jurnal


Studi Islam: Pancawahana, 15(1), 154-162.
http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/pwahana/article/view/
3882

15

Anda mungkin juga menyukai