Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB 1.....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum.........................................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................................................2
1.4 Manfaat.....................................................................................................................2
BAB 2......................................................................................................................................4
ISI............................................................................................................................................4
A. KONSEP DASAR TRANSPLANTASI ORGAN.........................................................3
1. Definisi.......................................................................................................................3
2. Klarifikasi..................................................................................................................3
3. Indikasi.......................................................................................................................3
4. Tujuan........................................................................................................................3
5. Dampak......................................................................................................................4
6. Proses transplantasi organ..........................................................................................5
B. KASUNYATA...............................................................................................................6
C. LEGAL ETIK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN........................................11
1. Menurut Hukum........................................................................................................11
2.Menurut Agama.........................................................................................................13
3.Menurut Sosial Budaya..............................................................................................14
4. Menurut Kode Etik Keperawatan..............................................................................16
BAB 3...................................................................................................................................19

I
PENUTUP.............................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................iv

II
III
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


 Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, dunia juga mengalami
perkembangannya di berbagai bidang. Salah satunya adalah kemajuan di bidang
kesehatan yaitu teknik Transplantasi Organ. Transplantasi Organ merupakan suatu
teknologi medis untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan
organ dari individu yang lain. Sampai sekarang penelitian tentang Transplantasi Organ
masih terus dilakukan.
Sedangkan transplantasi organ yang lazim dikerjakan di Indonesia adalah
pemindahan suatu jaringan atau organ antar manusia, bukan antara hewan ke manusia,
sehingga menimbulkan pengertian bahwa transplantasi adalah pemindahan seluruh
atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain atau dari satu tempat ke tempat
yang lain di tubuh yang sama. Transplantasi ini ditunjukkan untuk mengganti organ
yang rusak atau tak berfungsi pada penerima.
Saat ini di Indonesia, transplantasi organ ataupun jaringan diatur dalam UU No.23
tahun 1992 tentang Kesehatan. Sedangkan peraturan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis
serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia. Hal ini tentu sajamenimbulkan
suatu pertanyaan tentang relevansi antara Peraturan Pemerintah dan Undang-
Undang dimana Peraturan Pemerintah diterbitkan jauh sebelum Undang-Undang.
Penulis mengambil tema makalah Transplantasi Organ dikarenakan maraknya kasus
transplantasi di Indonesia serta masih adanya pro dan kontra di kalangan masyarakat
maupun dunia kesehaan tentang etis dan tidaknya praktek transplantasi organ.

1.2 Rumusan Masalah


a. Transplantasi Organ di Indonesia?
b. Apakah menurut hukum Transplantasi Organ diperbolehkan?
c. Bagaimana pandangan agama dan sosial budaya mengenai Transplantasi Organ?

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa/mengetahui tentang Transplantasi Organ
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk menambah pengetahuan mahasiswa/I tentang :
a. Apa itu Transplantasi Organ
b. Klasifikasi Transplantasi Organ
c. Indikasi Transplantasi Organ
d. Tujuan Transplantasi Organ
e. Dampak Transplantasi Organ
f. Proses Transplantasi Organ
g. Menurut hukum tentang Transplantasi Organ
h. Menurut agama tentang Transplantasi Organ
i. Menurut sosial budaya tentang Transplantasi Organ
j. Menurut kode etik keperawatan

1.4 Manfaat
a. Sebagai sarana memperluas wawasan mengenai Transplantasi Organ bagi pembaca
b. Sebagai sarana mengetahui apa itu Transplantasi Organ

2
BAB 2

ISI

A. KONSEP DASAR TRANSPLATASI ORGAN


1. Definisi

Transplantasi Organ merupakan tindakan medik yang sangat bermanfaat bagi pasien
dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini adalah terapi pengganti (alternatif)
yang merupakan upaya terbaik untuk menolong pasien dengan kegagalan organnya,
karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dengan terapi konservatif.

2. Klarifikasi

a. Autotransplantasi

Pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh orang itu sendiri.

b. Homotransplantasi

Pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh orang lain.

c. Heterotransplantasi

Pemindahan organ atau jaringan dari satu spesies ke spesies lainnya.

3. Indikasi

Indikasi transplantasi organ adalah untuk pasien dengan kerusakan fungsi organ.
Umumnya dialami oleh penderita penyakit ginjal kronis stadium akhir atau tumor ginjal.
Pasien ini telah mengalami akumulasi produk sisa yang bersifat toksik bagi tubuh
sehingga membutuhkan dialisis rutin selama hidupnya.

Studi menunjukkan bahwa transplantasi ginjal dapat lebih memperpanjang usia pasien

3
penyakit ginjal kronis stadium akhir jika dibandingkan dengan tindakan dialisis.

4. Tujuan

Transplantasi organ merupakan suatu tindakan medis memindahkan sebagiantubuh


atau organ yang sehat untuk menggantikan fungsi organ sejenis yang tidak dapat
berfungsi lagi. Transplantasi dapat dilakukan pada diri orang yang
sama(autotransplantasi) pada orang yang berbeda (homotransplantasi) ataupun antar
spesies yang berbeda (xeno-transplantasi). Transplantasi organ biasanya dilakukan pada
stadium terminal suatu penyakit dimana organ yang ada tidak dapat lagi menanggung
beban karena fungsinya yang nyaris hilang karena suatu penyakit.Pasal 33 UU No
23/1992 menyatakan bahwa transplantasi merupakansalah satu pengobatan yang dapat
dilakukan untuk penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Secara legal transplantasi hanya boleh dilakukan untuk tujuan kemanusiaandan tidak
boleh dilakukan untuk tujuan komersial (pasal 33 ayat 2 UU 23/ 1992) Penjelasan pasal
tersebut menyatakan bahwa organ atau jaringan tubuhmerupakan anugerah Tuhan YME
sehingga dilarang untuk dijadikan obyek untuk mencari keuntungan atau komersial.

5. Dampak

Setiap perbuatan yang kita kerjakan pasti ada akibatnya, yang mudah kita sebut dengan
risiko. Begitu juga dengan transplantasi, transplantasi juga mempunyai beberapa risiko
yang kemungkinan terjadi baik ketika operasi berjalan maupun pasca operasi.

1. Saat Transplantasi Berlangsung

Kemungkinan yang terjadi pada saat transplantasi berlangsung adalah pendarahan


akibat pembedahan.

2. Pasca Operasi

Kendala yang kemungkinan terjadi akibat dari proses transplantasi tersebut adalah
penolakan tubuh terhadap organ tubuh yang baru dan risiko yang terbesar yaitu
komplikasi yang berujung pada kematian. Walaupun resiko kematian sangatlah

4
kecil, tapi kemungkinan itu masih ada. Dr Lye Wai Choong seorang ahli
transplantasi ginjal dari Mount Elizabeth Medical Centre dan ParkwayHealth
mengatakan “komplikasi utama yang menjurus pada risiko kematian akibat
nephrectomy donor rasionya hanya sekitar satu dari 1000 pasien”.

6. Proses Transplastasi Organ

1. Pencangkokan Ginjal

Untuk orang-orang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi, pencangkokan ginjal


merupakan alternatif pengobatan selain dialisa dan telah berhasil dilakukan pada
semua golongan umur, setidaknya seseorang diatas umur 18 tahun.16 Ginjal yang
dicangkokkan kadang berfungsi sampai lebih dari 30 tahun. Orang- orang yang telah
berhasil menjalani pencangkokkan ginjal biasanya bisa hidupsecara normal dan
aktif.

2. Pencangkokan Hati

Pencangkokkan hati merupakan pilihan pengobatan satu- satunya apabila hati tidak
berfungsi lagi. “Angka keberhasilan transplantasi hati lebih rendah daripada
transplantasi ginjal, hanya 70-80% resipien bertahan hidup minimal selama 1
tahun.”17 Mereka yang bertahan hidup kebanyakan adalah resipien yang hatinya
telah mengalami kerusakan akibat sirosis bilier primer, hepatitis atau pemakaian obat
yang merupakan racun bagi hati. Tansplantasi hati sebagai pengobatan untuk kanker
hati jarang berhasil. Kanker biasanya kembali tumbuh pada hati yang dicangkokkan
atau pada organ lainnya dan kurang dari 20% resipien yang bertahan hidup selama 1
tahun. Yang mengejutkan adalah bahwa reaksi penolakan pada transplantasi hati
tidak sehebat reaksi penolakan pada transplantasi organ lainnya (seperti ginjal dan
jantung). Tetapi setelah pembedahan harus diberikan obat immunosupresan. Jika
resipien mengalami pembesaran hati, mual, nyeri, demam, sakit kuning atau terdapat
kelainan fungsi hati (yang diketahui dari hasil pemeriksaan darah), maka bisa
dilakukan biposi jarum. Hasil biopsi akan membantu menentukan apakah hati yang
dicangkokkan telah ditolak dan apakah dosis obat immunosupresan harus

5
ditingkatkan.

3. Transplantasi Organ Lainnya

Orang yang mengalami luka bakar yang sangat luas atau kerusakan kulit luas lainnya
bisa menjalani pencangkokkan kulit (skin graft). Cara untuk melakukan skin graft yaitu
dengan mengambil kulit yang sehat dari bagian tubuh lainnya dan mencangkokkannya
pada bagian tubuh yang memerlukan. Jika hal tersebut tidak mungkin dilakukan, untuk
sementara waktu bisa diambil kulit dari donor atau hewan (misalnya babi) sampai
tumbuhnya kulit baru yang normal. Tulang rawan kadang dicangkokkan pada anak-
anak, biasanya untuk memperbaiki kelainan pada telinga atau hidung.

B. KASUS NYATA

Transplantasi ginjal dilaksanakan pertama kali di Indonesia pada tahun 1977. Sebelum
krisis moneter tahun 1998, transplantasi ginjal dilakukan di pusat transplantasi di Jakarta,
Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Medan. Pada saat ini transplantasi ginjal
dilakukan di Jakarta, Pada tahun 2015 di Indonesia terdapat 21.050 kasus baru dari gagal
ginjal dengan 89% di antaranya dikategorikan dalam stadium akhir. Dengan meningkatnya
kasus penyakit ginjal tersebut maka meningkat juga pasien yang mendapatkan terapi
pengganti ginjal dengan hemodialisis, Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)
atau dengan transplantasi ginjal. Transplantasi ginjal merupakan pilihan terapi pengganti
ginjal yang pada awalnya dipelopori oleh Almarhum Prof. Sidabutar pada tahun 1977 di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Perkembangannya hingga saat ini ada
beberapa rumah sakit yang mampu melakukan transplantasi ginjal, salah satunya adalah
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Transplantasi ginjal sejak pertama hingga tahun 2017 hanya mencakup <3% dari
penanganan pasien dengan gagal ginjal kronik tahap akhir. Sedangkan perkembangan
transplantasi ginjal di Indonesia terbilang masih jauh tertinggal dibandingkan dengan
negara maju seperti Amerika serikat yang melakukan cangkok ginjal lebih dari 190.000
pada tahun 2013 (United States Renal Data System (USRDS, 2015) yang disitasi Dewi
(2018). Adanya perkembangan teknologi kedokteran salah satunya adalah perkembangan

6
tranplantasi ginjal ini diharapkan membawa harapan baru bagi pasien yang memiliki
pilihan terapi pengganti ginjal. Masyarakat berharap agar tranplantasi ginjal ini menjadi
solusi terapi terbaik bagi pasien penderita gagal ginjal terminal.

Perkembangan transplantasi ginjal di RSUP Dr Sarjito Yogyakarta di awali pada tahun


1991 dan hingga tahun 2020 sudah tercatat 70 kasus tindakan transplantasi ginjal di RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta dengan tim yang solid yang terdiri dari beberapa dokter spesialis
diantaranya penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi, dokter bedah urologi, dokter
anestesi, dokter radiologi, dokter patologi klinik, dokter patologi anatomi dan berkolaborasi
dengan ahli dari bidang lain untuk menangani kondisi tertentu dari donor maupun resipien
(penerima ginjal). Selain dukungan tim yang solid, layanan transplantasi ginjal juga tidak
terlepas dari dukungan fasilitas yang memadai, sistem jaminan kesehatan dan untuk hasil
yang optimal sistem pelayanannya dilakukan secara komprehensif dan terpadu.

Apakah Ada Indikasi Untuk Transplantasi Ginjal?

Transplantasi ginjal dapat dilakukan pada pasien yang terdiagnosis menderita gagal
ginjal kronis stadium akhir, yaitu suatu kondisi dimana ketika terjadi fungsi ginjal sudah
sangat menurun sekali yang memberikan dampak pada penumpukkan racun di dalam tubuh.
Akibat penumpukan racun dari sisa metabolisme tubuh tersebut jika berkelanjutan tidak
diatasi akan berdampak atau memperburuk kesehatan pasien. Sebelum menjalani
transplantasi ginjal, dokter akan melakukan evaluasi dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada pasien mengenai riwayat penyakit yang pernah diderita, obat-obatan
yang digunakan, serta riwayat alergi terhadap obat bius dan obat imunosupresan.

Yang Tidak Bisa Menjalani Transplantasi Ginjal

Untuk transplantasi ginjal, ada beberapa yang secara medis dinyatakan tidak bisa
menjalani transplantasi ginjal karena memiliki risiko yang lebih jika dibandingkan dengan
terapi pengganti ginjal yang lain, misalnya dengan hemodialisis. Kondisi yang berisiko
lebih tersebut diantaranya adalah usia lanjut, penyakit jantung berat, demensia atau
gangguan jiwa yang tidak tertangani dengan baik, kebiasaan konsumsi obat-obatan atau
alkohol, penderita kanker aktif dan faktor-faktor lain yang terkait dan dapat mempengaruhi

7
prosedur dan penggunaan obat-obatan paska operasi atau tranplantasi.

Persiapan Apa Yang Dibutuhkan Pada Tranplantasi Ginjal

Sebelum dilakukan transplantasi ginjal, maka persiapan yang matang dan tepat sangat
diperlukan untuk mencapai tingkat keberhasilan tranplantasi ginjal itu sendiri. Persiapan
yang diperlukan antara lain pemeriksaan umum yang dimulai dari pemeriksaan fisik,
pemeriksaan atau tes darah, pemeriksaan Rontgen, CT scan, atau MRI, hingga pemeriksaan
psikologi untuk memastikan kesiapan fisik dan mental pasien. Pada umumnya pemeriksaan
pada tahap ini memerlukan waktu beberapa hari. Pemeriksaan lain yang dibutuhkan adalah
tes untuk menilai dan memastikan kecocokan dengan ginjal donor hal ini bertujuan untuk
mengetahui potensi penolakan tubuh terhadap organ baru yang ditransplantasikan.

Pemeriksaan tersebut diantaranya adalah:

1. Tes Golongan darah antara pasien dan pendonor

Tujuan pada pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah golongan darah
pasien dan pendonor cocok.

2. Tes kecocokan jaringan antara donor dan pasien penerima

Apabila ada kecocokan pada golongan darah antara pendonor dan penerima
selanjutnya dapat dilakukan cek jaringan yang namanya pemeriksaan Human
Leukocyte Antigen (HLA), untuk mengetahui kecocokan jaringan pendonor dan
pasien.

3. Tes kecocokan darah (crossmatch)

Ini merupakan pemeriksaan sampel darah donor dan sampel darah pasien yang
akan mendapatkan transplantasi. Kedua sampel darah diambil kemudian
dilakukan pencampuran kedua darah tersebut (crossmatch). Pemeriksaan di
Laboratorium tersebut dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya reaksi. Jika
tidak terdapat reaksi, darah pendonor dan pasien dianggap cocok dan risiko
penolakan organ oleh tubuh rendah.

8
Beberapa Prasyarat Medis Yang Harus Terpenuhi Bagi Donor Ginjal

Untuk menjadi pemberi donor ginjal ada kriteria yang harus terpenuhi, antara
lain :

1. Donor harus memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik

2. Memiliki kesamaan golongan darah dengan penerima

3. Donor tidak sedang menderita penyakit ginjal, misalnya batu ginjal atau gagal
ginjal

4. Donor tidak sedang menderita penyakit menular (HIV/AIDS), tidak sedang


menderita penyakit jantung, hipertensi, kanker, gangguan pembekuan darah,
penyakit paru, diabetes, gangguan elektrolit, dan gangguan pembekuan darah,
tidak merokok, tidak menggunakan obat-obatan terlarang atau alkohol dan
sebaiknya memiliki berat badan yang ideal (indeks massa tubuh kurang dari
23)

Anjuran Yang Diberikan Pada Pasien Yang Akan Menerima Donor Ginjal

Ada beberapa anjuran yang dapat diberikan pada pasien penerima donor dan pendonor
sebelum dilakukan transplantasi ginjal. Adapun yang dapat diberikan kepada mereka adalah
edukasi yang meliputi antara lain agar pendonor dan penerima organ ginjal untuk menjalani
diet yang telah disesuaikan dengan kondisi kesehatan, untuk tidak merokok, tidak minum
alkohol, untuk melakukan olahraga secara rutin sesuai dengan kemampuannya dan
dianjurkan untuk mengkonsumsi obat yang telah diresepkan oleh dokter serta selalu
berkonsultasi dengan dokter secara rutin.

Jenis Transplantasi Ginjal Yang Perlu Kita Ketahui

Transplantasi yang dapat kita ketahui ada dua jenis dengan berdasarkan dari pendonor,
yaitu: living donor kidney transplant atau yang sering disebut dengan donor hidup dan
deceased donor kidney transplant atau yang sering disebut dengan donor orang yang sudah
meninggal (cadaver donor). Lebih lanjut untuk donor hidup lebih disarankan donor dari

9
anggota keluarga, hal tersebut lebih disarankan karena risiko penolakannya lebih kecil di
samping lebih lama waktu untuk mendapatkan donor dari orang yang meninggal untuk
mendonorkan ginjalnya.

Sedangkan untuk di Indonesia transplantasi ginjal masih mengacu pada transplantasi


dengan donor hidup. Donor ginjal dapat dikategorikan juga sebagai donor yang memiliki
hubungan keluarga (related) ataupun tidak (emotionally-related). Donor ginjal hidup bisa
didapat dari mereka yang mempunyai hubungan keluarga dengan pasien (related donor)
atau mereka yang tidak mempunyai hubungan keluarga namun memiliki keterikatan
emosional (emotionally-related) dengan pasien yang dapat berupa pasangan, teman,
saudara ipar, orangtua/anak/saudara angkat dan lain sebagainya.

Apakah Ada Kontraindikasi Pada Transplantasi Ginjal?

Menurut Abramyan dan Hanlon (2021), transplantasi ginjal memiliki kontra indikasi
absolut dan kontraindikasi relatif. Kontraindikasi absolut yaitu adanya ketidakmampuan
untuk mentolerir operasi karena penyakit jantung atau paru yang yang berat, memiliki
keganasan aktif, adanya infeksi aktif, penyalahgunaan obat aktif, dan penyakit kejiwaan
yang tidak terkontrol. Sedangkan kontra indikasi relatif lebih bervariasi dan memiliki
kemungkinan yang berbeda tergantung wilayah geografis atau tempat intitusi rumah sakit.
Obesitas dengan indeks massa tubuh yang direkomendasikan (BMI) kurang dari 40 kg/m2,
riwayat dengan jadwal dialisis yang tidak patuh atau rejimen pengobatan, kelemahan,
masalah kejiwaan dan harapan hidup terbatas.

Apakah Ada Komplikasi Transplantasi Ginjal Yang Bisa Terjadi?

Berikut ini adalah komplikasi yang dapat terjadi akibat menjalani transplantasi ginjal
antara lain penolakan tubuh terhadap ginjal yang baru, sehingga ginjal mengalami
kegagalan fungsinya, dapat terjadi infeksi, adanya penggumpalan darah efek dari operasi,
perdarahan paska operasi, saluran yang dilalui urine dari ginjal baru ke kandung kemih
bocor atau terhambat, stroke dan dapat terjadi komplikasi adanya serangan jantung. Lebih
lanjut komplikasi yang dapat terjadi, antara lain:

1. Perdarahan

10
Jika terjadi komplikasi perdarahan akan sering mengeluh nyeri pinggang akut yang
baru timbul, dan mungkin ada massa atau tonjolan yang teraba di perut bagian bawah
samping tempat ginjal ditransplantasikan. Fenomena ini dapat bermanifestasi pada periode
awal pasca operasi dengan hematuria onset baru, oliguria/anuria onset mendadak.

2. Trombosis

Adanya trombosis merupakan fenomena yang dapat bermanifestasi pada periode awal
pasca operasi dengan adanya hematuria onset baru, oliguria/anuria onset mendadak.

3. Infeksi

Infeksi sering terjadi karena pasien diberikan imunosupresi segera setelah operasi.
Efek dari pemberian imunosupresan dapat menekan kekebalan pasien dalam 3-6 bulan
pertama pasca operasi.

4. Stenosis Arteri

Komplikasi stenosis arteri ini akibat komplikasi lanjut dan sering tanpa gejala.
Komplikasi ini sering diketemukan dari pemeriksaan ultrasonografi yang dilakukan karena
adanya fungsi cangkok yang berkurang dengan adanya peningkatan kreatinin serum.

5. Efek dari penggunaan obat-obatan imunosupresan paska tranplantasi ginjal

Pada pasien yang sudah dilakukan tranplantasi ginjal pasien oleh dokter akan
mendapatkan obat-obat imunosupresan. Pengobatan dengan obat-obat imunosupresan dapat
menimbulkan komplikasi seperti timbulnya jerawat, penambahan atau kenaikan berat
badan, pengeroposan tulang (osteoporosis), diabetes, hipertensi, kadar kolesterol darah
tinggi, tremor dan pasien mudah terkena penyakit infeksi.

C. LEGAL ETIK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1. Menurut Hukum

Dari segi hukum, transplantasi organ, jaringan dan sel tubuh dipandang sebagai suatu
hal yang mulia dalam upaya menyehatkan dan mensejahterakan manusia, walaupun ini
adalah suatu perbuatan yang melawan hukum pidana yaitu tindak pidana penganiayaan,

11
tetapi mendapat pengecualian hukuman, maka perbuatan tersebut tidak lagi diancam
pidana, dan dapat dibenarkan.

Peraturan transplantasi organ termuat dalam :

1. Pasal 33 dan 34 UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

a) Pasal 33

1. Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan


transplantasi organ dan atau jaringan tubuh, transfusi darah , implant obat dan
atau alat kesehatan, serta bedah pastik dan rekonstruksi.

2. Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta transfusi darah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan
dilarang untuk tujuan komersial.

b) Pasal 34

1. Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan
di sarana kesehatan tertentu.

2. Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada persetujuan ahli
waris atau keluarganya.

3. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah

2. PP No. 18 Tahun 1981

Dalam PP No.18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis, bedah mayat anatomis dan
transplantasi alat serta jaringan tubuh manusia tercantum pasal tentang transplantasi

12
sebagai berikut:

Pasal 1 :

a) Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang dibentuk oleh
beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi) tertentu untuk tubuh
tersebut.

b) Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal (fungsi) yang
sama dan tertentu.

2. Menurut Agama

Didalam syariat Islam terdapat 3 macam hukum mengenai transplantasi organ dan
donor organ ditinjau dari keadaan si pendonor. Adapun ketiga hukum tersebut, yaitu :

A. Transplantasi Organ Dari Donor Yang Masih Hidup

Dalam syara seseorang diperbolehkan pada saat hidupnya mendonorkan sebuah organ
tubuhnya atau lebih kepada orang lain yang membutuhkan organ yang disumbangkan itu,
seperti ginjal. Akan tetapi mendonorkan organ tunggal yang dapat mengakibatkan
kematian si pendonor, seperti mendonorkan jantung, hati dan otaknya. Maka hukumnya
tidak diperbolehkan, berdasarkan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an

1) Surat Al- Baqorah Ayat 195

”dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan”

2) An- Nisa ayat 29

” dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri”

3) Al- Maidah ayat 2

” dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.“

B. Transplantasi Organ dari Donor yang Sudah meninggal

Sebelum kita mempergunakan organ tubuh orang yang telah meninggal, kita harus

13
mendapatkan kejelasan hukum transplantasi organ dari donor tersebut. Adapun beberapa
hukum yang harus kita tahu, yaitu :

1. Dilakukan setelah memastikan bahwa si penyumbang ingin menyumbangkan


organnya setelah dia meninggal. Bisa dilakukan melalui surat wasiat atau
menandatangani kartu donor atau yang lainnya.

2. Jika terdapat kasus si penyumbang organ belum memberikan persetujuan terlebih


dahulu tentang menyumbangkan organnya ketika dia meninggal maka persetujuan
bisa dilimpahkan kepada pihak keluarga penyumbang terdekat yang dalam posisi
dapat membuat keputusan atas penyumbang.

3. Organ atau jaringan yang akan disumbangkan haruslah organ atau jaringan yang
ditentukan dapat menyelamatkan atau mempertahankan kualitas hidup manusia
lainnya.

4. Organ yang akan disumbangkan harus dipindahkan setelah dipastikan secara


prosedur medis bahwa si penyumbang organ telah meninggal dunia.

5. Organ tubuh yang akan disumbangkan bisa juga dari korban kecelakaan lalu lintas
yang identitasnya tidak diketahui tapi hal itu harus dilakukan dengan seizin hakim.
Seorang dokter atau seorang penguasa tidak berhak memanfaatkan salah

C. Donor dalam keadaan koma atau diduga akan meninggal dengan sege

Untuk tipe ini pengambilan organ donor memrlukan alat control kehidupan misalnya
alat bantu pernafasan khusus . Alat Bantu akan dicabut setelah pengambilan organ
selesai

3. Menurut Sosial Budaya

Upaya mempercepat kematian seseorang hanya untuk mengejar organ yang akan
ditransplantasikanBeberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah
donor hidup, jenazah dan donor mati, keluarga dan ahli waris, resipien, dokter dan
pelaksana lain, dan masyarakat. Hubungan pihak-pihak itu dengan masalah etik dan

14
moral dalam transplatasi adalah :

1. Donor Hidup

Adalah orang memberikan jaringan atau organnya kepada orang lain (resipien).
Sebelum memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui dan mengerti
resiko yang dihadapi, baik di bidang medis, pembedaan maupun resiko untuk
pembedahannya lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan atau organ yang telah
dipindahkan.Disamping itu, untuk menjadi donor, seseorang tidak boleh mengalami
tekanan psikologis.Hubungan psikis dan emosi harus sudah difikirkan oleh donor
hidup tersebut untuk mencegah timbulnya masalah.

2. Jenazah dan Donor Mati

Adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau berniat dengan
sungguh-sungguh untuk memberikan jaringan atau organ tubuhnya kepada yang
memerlukan apabila ia telah meninggal. Kapan seorang donor itu dapat dikatakan
meninggal secara wajar, dan apabila sebelum meninggal donor itu sakit, sudah sejauh
mana pertolongan dari dokter yang merawatnya. Semua itu untuk mencegah adanya
tuduhan dari keluarga donor atau pihak lain bahwa tim pelaksana transplantasi telah
melakukan.

3. Keluarga donor dan ahli waris

Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk menciptakan


saling pengertian dan menghindari konflik semaksimal mungkin ataupun tekanan
psikis dan emosi di kemudian hari.Dari keluarga resipien sebenarnya hanya dituntut
suatu pengargaan kepada donor dan keluarganya dengan tulus.Alangkah baiknya
apabila dibuat suatu ketentuan untuk mencegah timbulnya rasa tidak puas kedua belah
pihak.

4. Resipien

Adalah orang yang menerima jaringan atau organ orang lain. Pada dasarnya, seorang
penderita mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat memperpanjang

15
hidup atau meringankan penderitanya. Seorang resipien harus benar- benar mengerti
semua hal yang dijelaskan olah tim pelaksana transplantasi. Melalui tindakan
transplantasi diharapkan dapat memberikan nilai yang besar bagi kehidupan resipien.
Akan tetapi, is harus menyadari bahwa hasil transplantasi terbatas dan ada keungkinan
gagal. Juga perlu didasari bahwa jika ia menerima untuk transplantasi berarti ia dalam
percobaan yang sangat berguna bagi kepentingan orang banyak di masa yang akan
datang.

5. Dokter dan tenaga pelaksana lain

Untuk melakukan suatu transplantasi, tim pelaksana harus mendapat persetujuan dari
donor, resipien, maupun keluarga kedua belah pihak. Ia wajib menerangkan hal-hal
yang mungkin akan terjadi setelah dilakukan transplantasi sehingga gangguan
psikologis dan emosi di kemudian hari dapat dihindarkan. Tanggung jawab tim
pelaksana adalah menolong pasien dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk umat
manusia. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugas, tim pelaksana hendaknya tidak
dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan kepentingan pribadi.

6. Masyarakat

Secara tidak sengaja masyarakat turut menentukan perkembangan transplantasi.


Kerjasama tim pelaksana dengan para cendekiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka
agama diperlukan untuk mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan
tujuan luhur usaha transplantasi. Dengan adanya pengertian ini kemungkinan
penyediaan organ yang segera diperlukan, atas tujuan luhur akan terpenuhi

4. Menurut Kode Etik Keperawatan

Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, Transplantasi Organ akan menjadi suatu hal
yang salah jika dilakukan secara illegal. Hal ini menilik pada kode etik keperawatan,
Pokok etik 4 pasal 2 yang mengatur tentang hubungan perawat dengan teman sejawat.
Pokok etik tersebut berbunyi “ Perawat bertindak melindungi klien dan tenaga kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal ”.

16
Seorang perawat dalam menjalankan profesinya juga diwajibkan untuk tetap mengingat
tentang prinsip-prinsip etik, antara lain :

a. Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan
yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek
terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak
secara rasional.Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri.Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.Jika
dikaitkan dengan kasus transplantasi organ maka hal yang menjadi pertimbangan
adalah seseoranhg melakukan transplantasi tersebut tanpa adanya paksaan dari pihak
manapun dan tentu saja pasien diyakinkan bahwa keputusan yang diambilnya adalah
keputusan yang telah dipertimbangkan secara matang.

b. Berbuat baik (Beneficience)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan


pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan
kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

c. Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan
dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan.

17
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)

Prinsip ini berarti dalam pelaksanaan transplantasi organ, harus diupayakan


semaksimal mungkin bahwa praktek yang dilaksanakan tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

e. Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.Informasi harus ada agar menjadi
akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan
materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun
demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran
seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya
hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi,
mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya.
Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.

f. Menepati janji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan
rahasia klien.Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan
komitmen yang dibuatnya.Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap
kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat

18
adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan. Dari prinsip-prinsip diatas berarti harus diperhatikan benar
bahwa dalam memutuskan untuk melakukan transplantasi organ harus disertai
pertimbangan yang matang dan tidak ada paksaan dari pihak manapun, adil bagi pihak
pendonor maupun resipien, tidak meruguikan pihak manapun serta berorientasi pada
kemanusiaan. Selain itu dalam praktek Transplantasi Organ juga tidak boleh melanggar
nilai-nilai dalam praktek perawat professional.Sebagai contoh nilai tersebut adalah,
keyakinan bahwa setiap individu adalah mulia dan berharga. Jika seorang perawat
menjunjung tinggi nilai tersebut dalam prakteknya, niscaya seorang perawat tidak akan
begitu mudah membantu melaksanakan praktek transplantasi organ hanya dengan
motivasi komersil.

BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa transplantasi adalah suatu rangkaian
tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal
dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk mengganti jaringan
dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik atau mengalami suatu kerusakan.
Transplantasi dapat diklasifikasikan dalam beberapa faktor, seperti ditinjau dari sudut si
penerima atau resipien organ dan penyumbang organ itu sendiri.

Dalam hukum, transplantasi tidak dilarang jika dalam keadaan darurat dan ada alasan
medis, tidak dilakukan secara ilegal, dilakukan oleh profesinal dan dilakukan secara sadar.
Dari segi etika keperawatan asalkan tidak melanggar prinsip-prinsip etik seperti otonomi
(Autonomy), Tidak merugikan (Nonmaleficience), Berbuat baik (Beneficience), Keadilan
(Justice), Kejujuran (Veracity) dan Menepati janji (Fidelity) transplantasi organ
diperbolehkan. Dari segi masyarakat, selama transplantasi dilakukan atas dasar medis dan
mendapat persetujuan dari anggota keluarga maka diperbolehkan. Namun disisi lain
transplantasi organ di kalangan masyarakat belum begitu dipahami secara menyeluruh

19
sehingga masih menimbulkan beberapa pertanyaan tentang Transplantasi Organ.

20
DAFTAR PUSTAKA

Jusuf M.Hanafiah, Amir Amri, 1999, Etika kedokteran & Hukum kesehatan
edisi 3, JAKARTA: PENERBIT BUKU KEDOKTERAN EGC

Zuhdi Masifuk, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam,Jakarta:Haji


Masagung, 1994

Dewi, M. 2018. Kebijakan Transplantasi Ginjal Di Indonesia Renal


Transplant Policy in Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 21 No.
1 JANUARI 2018: 32–40.

Abramyan, S dan Hanlon, M. 2021. Kidney Transplantation. NCBI, Stat Pearls


Publishing LLC. USA. Di akses dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK567755/ pada tanggal 20 SEPTEMBER
2021 pukul 16.56.

Susilowati, dkk. 2019. Kesintasan Transplantasi Ginjal Berdasarkan


Hubungan Keluarga antara Resipien dan Donor di RSUPN Cipto Mangunkusumo
Tahun 2010-2015. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, Vol. 6, No. 2, JUNI 2019.

IV
V

Anda mungkin juga menyukai