KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB 1.....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum.........................................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................................................2
1.4 Manfaat.....................................................................................................................2
BAB 2......................................................................................................................................4
ISI............................................................................................................................................4
A. KONSEP DASAR TRANSPLANTASI ORGAN.........................................................3
1. Definisi.......................................................................................................................3
2. Klarifikasi..................................................................................................................3
3. Indikasi.......................................................................................................................3
4. Tujuan........................................................................................................................3
5. Dampak......................................................................................................................4
6. Proses transplantasi organ..........................................................................................5
B. KASUNYATA...............................................................................................................6
C. LEGAL ETIK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN........................................11
1. Menurut Hukum........................................................................................................11
2.Menurut Agama.........................................................................................................13
3.Menurut Sosial Budaya..............................................................................................14
4. Menurut Kode Etik Keperawatan..............................................................................16
BAB 3...................................................................................................................................19
I
PENUTUP.............................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................iv
II
III
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa/mengetahui tentang Transplantasi Organ
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk menambah pengetahuan mahasiswa/I tentang :
a. Apa itu Transplantasi Organ
b. Klasifikasi Transplantasi Organ
c. Indikasi Transplantasi Organ
d. Tujuan Transplantasi Organ
e. Dampak Transplantasi Organ
f. Proses Transplantasi Organ
g. Menurut hukum tentang Transplantasi Organ
h. Menurut agama tentang Transplantasi Organ
i. Menurut sosial budaya tentang Transplantasi Organ
j. Menurut kode etik keperawatan
1.4 Manfaat
a. Sebagai sarana memperluas wawasan mengenai Transplantasi Organ bagi pembaca
b. Sebagai sarana mengetahui apa itu Transplantasi Organ
2
BAB 2
ISI
Transplantasi Organ merupakan tindakan medik yang sangat bermanfaat bagi pasien
dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini adalah terapi pengganti (alternatif)
yang merupakan upaya terbaik untuk menolong pasien dengan kegagalan organnya,
karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dengan terapi konservatif.
2. Klarifikasi
a. Autotransplantasi
Pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh orang itu sendiri.
b. Homotransplantasi
Pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh orang lain.
c. Heterotransplantasi
3. Indikasi
Indikasi transplantasi organ adalah untuk pasien dengan kerusakan fungsi organ.
Umumnya dialami oleh penderita penyakit ginjal kronis stadium akhir atau tumor ginjal.
Pasien ini telah mengalami akumulasi produk sisa yang bersifat toksik bagi tubuh
sehingga membutuhkan dialisis rutin selama hidupnya.
Studi menunjukkan bahwa transplantasi ginjal dapat lebih memperpanjang usia pasien
3
penyakit ginjal kronis stadium akhir jika dibandingkan dengan tindakan dialisis.
4. Tujuan
Secara legal transplantasi hanya boleh dilakukan untuk tujuan kemanusiaandan tidak
boleh dilakukan untuk tujuan komersial (pasal 33 ayat 2 UU 23/ 1992) Penjelasan pasal
tersebut menyatakan bahwa organ atau jaringan tubuhmerupakan anugerah Tuhan YME
sehingga dilarang untuk dijadikan obyek untuk mencari keuntungan atau komersial.
5. Dampak
Setiap perbuatan yang kita kerjakan pasti ada akibatnya, yang mudah kita sebut dengan
risiko. Begitu juga dengan transplantasi, transplantasi juga mempunyai beberapa risiko
yang kemungkinan terjadi baik ketika operasi berjalan maupun pasca operasi.
2. Pasca Operasi
Kendala yang kemungkinan terjadi akibat dari proses transplantasi tersebut adalah
penolakan tubuh terhadap organ tubuh yang baru dan risiko yang terbesar yaitu
komplikasi yang berujung pada kematian. Walaupun resiko kematian sangatlah
4
kecil, tapi kemungkinan itu masih ada. Dr Lye Wai Choong seorang ahli
transplantasi ginjal dari Mount Elizabeth Medical Centre dan ParkwayHealth
mengatakan “komplikasi utama yang menjurus pada risiko kematian akibat
nephrectomy donor rasionya hanya sekitar satu dari 1000 pasien”.
1. Pencangkokan Ginjal
2. Pencangkokan Hati
Pencangkokkan hati merupakan pilihan pengobatan satu- satunya apabila hati tidak
berfungsi lagi. “Angka keberhasilan transplantasi hati lebih rendah daripada
transplantasi ginjal, hanya 70-80% resipien bertahan hidup minimal selama 1
tahun.”17 Mereka yang bertahan hidup kebanyakan adalah resipien yang hatinya
telah mengalami kerusakan akibat sirosis bilier primer, hepatitis atau pemakaian obat
yang merupakan racun bagi hati. Tansplantasi hati sebagai pengobatan untuk kanker
hati jarang berhasil. Kanker biasanya kembali tumbuh pada hati yang dicangkokkan
atau pada organ lainnya dan kurang dari 20% resipien yang bertahan hidup selama 1
tahun. Yang mengejutkan adalah bahwa reaksi penolakan pada transplantasi hati
tidak sehebat reaksi penolakan pada transplantasi organ lainnya (seperti ginjal dan
jantung). Tetapi setelah pembedahan harus diberikan obat immunosupresan. Jika
resipien mengalami pembesaran hati, mual, nyeri, demam, sakit kuning atau terdapat
kelainan fungsi hati (yang diketahui dari hasil pemeriksaan darah), maka bisa
dilakukan biposi jarum. Hasil biopsi akan membantu menentukan apakah hati yang
dicangkokkan telah ditolak dan apakah dosis obat immunosupresan harus
5
ditingkatkan.
Orang yang mengalami luka bakar yang sangat luas atau kerusakan kulit luas lainnya
bisa menjalani pencangkokkan kulit (skin graft). Cara untuk melakukan skin graft yaitu
dengan mengambil kulit yang sehat dari bagian tubuh lainnya dan mencangkokkannya
pada bagian tubuh yang memerlukan. Jika hal tersebut tidak mungkin dilakukan, untuk
sementara waktu bisa diambil kulit dari donor atau hewan (misalnya babi) sampai
tumbuhnya kulit baru yang normal. Tulang rawan kadang dicangkokkan pada anak-
anak, biasanya untuk memperbaiki kelainan pada telinga atau hidung.
B. KASUS NYATA
Transplantasi ginjal dilaksanakan pertama kali di Indonesia pada tahun 1977. Sebelum
krisis moneter tahun 1998, transplantasi ginjal dilakukan di pusat transplantasi di Jakarta,
Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Medan. Pada saat ini transplantasi ginjal
dilakukan di Jakarta, Pada tahun 2015 di Indonesia terdapat 21.050 kasus baru dari gagal
ginjal dengan 89% di antaranya dikategorikan dalam stadium akhir. Dengan meningkatnya
kasus penyakit ginjal tersebut maka meningkat juga pasien yang mendapatkan terapi
pengganti ginjal dengan hemodialisis, Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)
atau dengan transplantasi ginjal. Transplantasi ginjal merupakan pilihan terapi pengganti
ginjal yang pada awalnya dipelopori oleh Almarhum Prof. Sidabutar pada tahun 1977 di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Perkembangannya hingga saat ini ada
beberapa rumah sakit yang mampu melakukan transplantasi ginjal, salah satunya adalah
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Transplantasi ginjal sejak pertama hingga tahun 2017 hanya mencakup <3% dari
penanganan pasien dengan gagal ginjal kronik tahap akhir. Sedangkan perkembangan
transplantasi ginjal di Indonesia terbilang masih jauh tertinggal dibandingkan dengan
negara maju seperti Amerika serikat yang melakukan cangkok ginjal lebih dari 190.000
pada tahun 2013 (United States Renal Data System (USRDS, 2015) yang disitasi Dewi
(2018). Adanya perkembangan teknologi kedokteran salah satunya adalah perkembangan
6
tranplantasi ginjal ini diharapkan membawa harapan baru bagi pasien yang memiliki
pilihan terapi pengganti ginjal. Masyarakat berharap agar tranplantasi ginjal ini menjadi
solusi terapi terbaik bagi pasien penderita gagal ginjal terminal.
Transplantasi ginjal dapat dilakukan pada pasien yang terdiagnosis menderita gagal
ginjal kronis stadium akhir, yaitu suatu kondisi dimana ketika terjadi fungsi ginjal sudah
sangat menurun sekali yang memberikan dampak pada penumpukkan racun di dalam tubuh.
Akibat penumpukan racun dari sisa metabolisme tubuh tersebut jika berkelanjutan tidak
diatasi akan berdampak atau memperburuk kesehatan pasien. Sebelum menjalani
transplantasi ginjal, dokter akan melakukan evaluasi dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada pasien mengenai riwayat penyakit yang pernah diderita, obat-obatan
yang digunakan, serta riwayat alergi terhadap obat bius dan obat imunosupresan.
Untuk transplantasi ginjal, ada beberapa yang secara medis dinyatakan tidak bisa
menjalani transplantasi ginjal karena memiliki risiko yang lebih jika dibandingkan dengan
terapi pengganti ginjal yang lain, misalnya dengan hemodialisis. Kondisi yang berisiko
lebih tersebut diantaranya adalah usia lanjut, penyakit jantung berat, demensia atau
gangguan jiwa yang tidak tertangani dengan baik, kebiasaan konsumsi obat-obatan atau
alkohol, penderita kanker aktif dan faktor-faktor lain yang terkait dan dapat mempengaruhi
7
prosedur dan penggunaan obat-obatan paska operasi atau tranplantasi.
Sebelum dilakukan transplantasi ginjal, maka persiapan yang matang dan tepat sangat
diperlukan untuk mencapai tingkat keberhasilan tranplantasi ginjal itu sendiri. Persiapan
yang diperlukan antara lain pemeriksaan umum yang dimulai dari pemeriksaan fisik,
pemeriksaan atau tes darah, pemeriksaan Rontgen, CT scan, atau MRI, hingga pemeriksaan
psikologi untuk memastikan kesiapan fisik dan mental pasien. Pada umumnya pemeriksaan
pada tahap ini memerlukan waktu beberapa hari. Pemeriksaan lain yang dibutuhkan adalah
tes untuk menilai dan memastikan kecocokan dengan ginjal donor hal ini bertujuan untuk
mengetahui potensi penolakan tubuh terhadap organ baru yang ditransplantasikan.
Tujuan pada pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah golongan darah
pasien dan pendonor cocok.
Apabila ada kecocokan pada golongan darah antara pendonor dan penerima
selanjutnya dapat dilakukan cek jaringan yang namanya pemeriksaan Human
Leukocyte Antigen (HLA), untuk mengetahui kecocokan jaringan pendonor dan
pasien.
Ini merupakan pemeriksaan sampel darah donor dan sampel darah pasien yang
akan mendapatkan transplantasi. Kedua sampel darah diambil kemudian
dilakukan pencampuran kedua darah tersebut (crossmatch). Pemeriksaan di
Laboratorium tersebut dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya reaksi. Jika
tidak terdapat reaksi, darah pendonor dan pasien dianggap cocok dan risiko
penolakan organ oleh tubuh rendah.
8
Beberapa Prasyarat Medis Yang Harus Terpenuhi Bagi Donor Ginjal
Untuk menjadi pemberi donor ginjal ada kriteria yang harus terpenuhi, antara
lain :
3. Donor tidak sedang menderita penyakit ginjal, misalnya batu ginjal atau gagal
ginjal
Anjuran Yang Diberikan Pada Pasien Yang Akan Menerima Donor Ginjal
Ada beberapa anjuran yang dapat diberikan pada pasien penerima donor dan pendonor
sebelum dilakukan transplantasi ginjal. Adapun yang dapat diberikan kepada mereka adalah
edukasi yang meliputi antara lain agar pendonor dan penerima organ ginjal untuk menjalani
diet yang telah disesuaikan dengan kondisi kesehatan, untuk tidak merokok, tidak minum
alkohol, untuk melakukan olahraga secara rutin sesuai dengan kemampuannya dan
dianjurkan untuk mengkonsumsi obat yang telah diresepkan oleh dokter serta selalu
berkonsultasi dengan dokter secara rutin.
Transplantasi yang dapat kita ketahui ada dua jenis dengan berdasarkan dari pendonor,
yaitu: living donor kidney transplant atau yang sering disebut dengan donor hidup dan
deceased donor kidney transplant atau yang sering disebut dengan donor orang yang sudah
meninggal (cadaver donor). Lebih lanjut untuk donor hidup lebih disarankan donor dari
9
anggota keluarga, hal tersebut lebih disarankan karena risiko penolakannya lebih kecil di
samping lebih lama waktu untuk mendapatkan donor dari orang yang meninggal untuk
mendonorkan ginjalnya.
Menurut Abramyan dan Hanlon (2021), transplantasi ginjal memiliki kontra indikasi
absolut dan kontraindikasi relatif. Kontraindikasi absolut yaitu adanya ketidakmampuan
untuk mentolerir operasi karena penyakit jantung atau paru yang yang berat, memiliki
keganasan aktif, adanya infeksi aktif, penyalahgunaan obat aktif, dan penyakit kejiwaan
yang tidak terkontrol. Sedangkan kontra indikasi relatif lebih bervariasi dan memiliki
kemungkinan yang berbeda tergantung wilayah geografis atau tempat intitusi rumah sakit.
Obesitas dengan indeks massa tubuh yang direkomendasikan (BMI) kurang dari 40 kg/m2,
riwayat dengan jadwal dialisis yang tidak patuh atau rejimen pengobatan, kelemahan,
masalah kejiwaan dan harapan hidup terbatas.
Berikut ini adalah komplikasi yang dapat terjadi akibat menjalani transplantasi ginjal
antara lain penolakan tubuh terhadap ginjal yang baru, sehingga ginjal mengalami
kegagalan fungsinya, dapat terjadi infeksi, adanya penggumpalan darah efek dari operasi,
perdarahan paska operasi, saluran yang dilalui urine dari ginjal baru ke kandung kemih
bocor atau terhambat, stroke dan dapat terjadi komplikasi adanya serangan jantung. Lebih
lanjut komplikasi yang dapat terjadi, antara lain:
1. Perdarahan
10
Jika terjadi komplikasi perdarahan akan sering mengeluh nyeri pinggang akut yang
baru timbul, dan mungkin ada massa atau tonjolan yang teraba di perut bagian bawah
samping tempat ginjal ditransplantasikan. Fenomena ini dapat bermanifestasi pada periode
awal pasca operasi dengan hematuria onset baru, oliguria/anuria onset mendadak.
2. Trombosis
Adanya trombosis merupakan fenomena yang dapat bermanifestasi pada periode awal
pasca operasi dengan adanya hematuria onset baru, oliguria/anuria onset mendadak.
3. Infeksi
Infeksi sering terjadi karena pasien diberikan imunosupresi segera setelah operasi.
Efek dari pemberian imunosupresan dapat menekan kekebalan pasien dalam 3-6 bulan
pertama pasca operasi.
4. Stenosis Arteri
Komplikasi stenosis arteri ini akibat komplikasi lanjut dan sering tanpa gejala.
Komplikasi ini sering diketemukan dari pemeriksaan ultrasonografi yang dilakukan karena
adanya fungsi cangkok yang berkurang dengan adanya peningkatan kreatinin serum.
Pada pasien yang sudah dilakukan tranplantasi ginjal pasien oleh dokter akan
mendapatkan obat-obat imunosupresan. Pengobatan dengan obat-obat imunosupresan dapat
menimbulkan komplikasi seperti timbulnya jerawat, penambahan atau kenaikan berat
badan, pengeroposan tulang (osteoporosis), diabetes, hipertensi, kadar kolesterol darah
tinggi, tremor dan pasien mudah terkena penyakit infeksi.
1. Menurut Hukum
Dari segi hukum, transplantasi organ, jaringan dan sel tubuh dipandang sebagai suatu
hal yang mulia dalam upaya menyehatkan dan mensejahterakan manusia, walaupun ini
adalah suatu perbuatan yang melawan hukum pidana yaitu tindak pidana penganiayaan,
11
tetapi mendapat pengecualian hukuman, maka perbuatan tersebut tidak lagi diancam
pidana, dan dapat dibenarkan.
a) Pasal 33
2. Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta transfusi darah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan
dilarang untuk tujuan komersial.
b) Pasal 34
1. Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan
di sarana kesehatan tertentu.
2. Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada persetujuan ahli
waris atau keluarganya.
Dalam PP No.18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis, bedah mayat anatomis dan
transplantasi alat serta jaringan tubuh manusia tercantum pasal tentang transplantasi
12
sebagai berikut:
Pasal 1 :
a) Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang dibentuk oleh
beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi) tertentu untuk tubuh
tersebut.
b) Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal (fungsi) yang
sama dan tertentu.
2. Menurut Agama
Didalam syariat Islam terdapat 3 macam hukum mengenai transplantasi organ dan
donor organ ditinjau dari keadaan si pendonor. Adapun ketiga hukum tersebut, yaitu :
Dalam syara seseorang diperbolehkan pada saat hidupnya mendonorkan sebuah organ
tubuhnya atau lebih kepada orang lain yang membutuhkan organ yang disumbangkan itu,
seperti ginjal. Akan tetapi mendonorkan organ tunggal yang dapat mengakibatkan
kematian si pendonor, seperti mendonorkan jantung, hati dan otaknya. Maka hukumnya
tidak diperbolehkan, berdasarkan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an
Sebelum kita mempergunakan organ tubuh orang yang telah meninggal, kita harus
13
mendapatkan kejelasan hukum transplantasi organ dari donor tersebut. Adapun beberapa
hukum yang harus kita tahu, yaitu :
3. Organ atau jaringan yang akan disumbangkan haruslah organ atau jaringan yang
ditentukan dapat menyelamatkan atau mempertahankan kualitas hidup manusia
lainnya.
5. Organ tubuh yang akan disumbangkan bisa juga dari korban kecelakaan lalu lintas
yang identitasnya tidak diketahui tapi hal itu harus dilakukan dengan seizin hakim.
Seorang dokter atau seorang penguasa tidak berhak memanfaatkan salah
C. Donor dalam keadaan koma atau diduga akan meninggal dengan sege
Untuk tipe ini pengambilan organ donor memrlukan alat control kehidupan misalnya
alat bantu pernafasan khusus . Alat Bantu akan dicabut setelah pengambilan organ
selesai
Upaya mempercepat kematian seseorang hanya untuk mengejar organ yang akan
ditransplantasikanBeberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah
donor hidup, jenazah dan donor mati, keluarga dan ahli waris, resipien, dokter dan
pelaksana lain, dan masyarakat. Hubungan pihak-pihak itu dengan masalah etik dan
14
moral dalam transplatasi adalah :
1. Donor Hidup
Adalah orang memberikan jaringan atau organnya kepada orang lain (resipien).
Sebelum memutuskan untuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui dan mengerti
resiko yang dihadapi, baik di bidang medis, pembedaan maupun resiko untuk
pembedahannya lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan atau organ yang telah
dipindahkan.Disamping itu, untuk menjadi donor, seseorang tidak boleh mengalami
tekanan psikologis.Hubungan psikis dan emosi harus sudah difikirkan oleh donor
hidup tersebut untuk mencegah timbulnya masalah.
Adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau berniat dengan
sungguh-sungguh untuk memberikan jaringan atau organ tubuhnya kepada yang
memerlukan apabila ia telah meninggal. Kapan seorang donor itu dapat dikatakan
meninggal secara wajar, dan apabila sebelum meninggal donor itu sakit, sudah sejauh
mana pertolongan dari dokter yang merawatnya. Semua itu untuk mencegah adanya
tuduhan dari keluarga donor atau pihak lain bahwa tim pelaksana transplantasi telah
melakukan.
4. Resipien
Adalah orang yang menerima jaringan atau organ orang lain. Pada dasarnya, seorang
penderita mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat memperpanjang
15
hidup atau meringankan penderitanya. Seorang resipien harus benar- benar mengerti
semua hal yang dijelaskan olah tim pelaksana transplantasi. Melalui tindakan
transplantasi diharapkan dapat memberikan nilai yang besar bagi kehidupan resipien.
Akan tetapi, is harus menyadari bahwa hasil transplantasi terbatas dan ada keungkinan
gagal. Juga perlu didasari bahwa jika ia menerima untuk transplantasi berarti ia dalam
percobaan yang sangat berguna bagi kepentingan orang banyak di masa yang akan
datang.
Untuk melakukan suatu transplantasi, tim pelaksana harus mendapat persetujuan dari
donor, resipien, maupun keluarga kedua belah pihak. Ia wajib menerangkan hal-hal
yang mungkin akan terjadi setelah dilakukan transplantasi sehingga gangguan
psikologis dan emosi di kemudian hari dapat dihindarkan. Tanggung jawab tim
pelaksana adalah menolong pasien dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk umat
manusia. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugas, tim pelaksana hendaknya tidak
dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan kepentingan pribadi.
6. Masyarakat
Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, Transplantasi Organ akan menjadi suatu hal
yang salah jika dilakukan secara illegal. Hal ini menilik pada kode etik keperawatan,
Pokok etik 4 pasal 2 yang mengatur tentang hubungan perawat dengan teman sejawat.
Pokok etik tersebut berbunyi “ Perawat bertindak melindungi klien dan tenaga kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal ”.
16
Seorang perawat dalam menjalankan profesinya juga diwajibkan untuk tetap mengingat
tentang prinsip-prinsip etik, antara lain :
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan
yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek
terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak
secara rasional.Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri.Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.Jika
dikaitkan dengan kasus transplantasi organ maka hal yang menjadi pertimbangan
adalah seseoranhg melakukan transplantasi tersebut tanpa adanya paksaan dari pihak
manapun dan tentu saja pasien diyakinkan bahwa keputusan yang diambilnya adalah
keputusan yang telah dipertimbangkan secara matang.
c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan
dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan.
17
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.Informasi harus ada agar menjadi
akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan
materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun
demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran
seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya
hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi,
mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya.
Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan
rahasia klien.Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan
komitmen yang dibuatnya.Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap
kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat
18
adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan. Dari prinsip-prinsip diatas berarti harus diperhatikan benar
bahwa dalam memutuskan untuk melakukan transplantasi organ harus disertai
pertimbangan yang matang dan tidak ada paksaan dari pihak manapun, adil bagi pihak
pendonor maupun resipien, tidak meruguikan pihak manapun serta berorientasi pada
kemanusiaan. Selain itu dalam praktek Transplantasi Organ juga tidak boleh melanggar
nilai-nilai dalam praktek perawat professional.Sebagai contoh nilai tersebut adalah,
keyakinan bahwa setiap individu adalah mulia dan berharga. Jika seorang perawat
menjunjung tinggi nilai tersebut dalam prakteknya, niscaya seorang perawat tidak akan
begitu mudah membantu melaksanakan praktek transplantasi organ hanya dengan
motivasi komersil.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa transplantasi adalah suatu rangkaian
tindakan medis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal
dari tubuh orang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk mengganti jaringan
dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik atau mengalami suatu kerusakan.
Transplantasi dapat diklasifikasikan dalam beberapa faktor, seperti ditinjau dari sudut si
penerima atau resipien organ dan penyumbang organ itu sendiri.
Dalam hukum, transplantasi tidak dilarang jika dalam keadaan darurat dan ada alasan
medis, tidak dilakukan secara ilegal, dilakukan oleh profesinal dan dilakukan secara sadar.
Dari segi etika keperawatan asalkan tidak melanggar prinsip-prinsip etik seperti otonomi
(Autonomy), Tidak merugikan (Nonmaleficience), Berbuat baik (Beneficience), Keadilan
(Justice), Kejujuran (Veracity) dan Menepati janji (Fidelity) transplantasi organ
diperbolehkan. Dari segi masyarakat, selama transplantasi dilakukan atas dasar medis dan
mendapat persetujuan dari anggota keluarga maka diperbolehkan. Namun disisi lain
transplantasi organ di kalangan masyarakat belum begitu dipahami secara menyeluruh
19
sehingga masih menimbulkan beberapa pertanyaan tentang Transplantasi Organ.
20
DAFTAR PUSTAKA
Jusuf M.Hanafiah, Amir Amri, 1999, Etika kedokteran & Hukum kesehatan
edisi 3, JAKARTA: PENERBIT BUKU KEDOKTERAN EGC
IV
V