Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ISUE ETIK KEPERAWATAN DALAM TINJAUAN ANALISA KASUS


TRANSPLANTASI ORGAN
Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan
Dosen Pengampu Ibu Neti Mustikawati,M.Kep.Ns.Sp.Kep.An

COVER

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6


1. Aziza Azzahra (202202030018)
2. Dyah Ayu Purwaningtias (202202030058)
3. Izzmi Hanifah (202202030074)
4. Nur Aisyah Fitriani (202202030101
5. Dian Pramesti Wulan (202202030102)
6. Milla Rosita (202202030117)
7. Zalfa Praningtyas (202202030129)

Kelas : 1 C
SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini

Pekalongan, 18 November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................1

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Tujuan...........................................................................................................7

C. Manfaat.........................................................................................................7

BAB 2 CONTOH KASUS....................................................................................8

BAB 3 PEMBAHASAN KASUS.......................................................................11

BAB 4 PENUTUP...............................................................................................15

A. Simpulan.....................................................................................................15

B. Saran............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

3
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Pengertian
Secara Etimologi transplantasi berasal dari Middle English transplaunten,
diambil dari Bahasa Latin Kuno transplantare, yang artinya to plant.
Definisi Transplantasi, yang diambil dari bahasa Inggris
“Transplantation” (to transplant) menurut kamus Webster Medical Dictionary
online, didefinisikan sebagai:
The grafting of a tissue from one place to another, just as in botany a bud
from one plant might be grafted onto the stem of another. The transplanting of
tissue can be from one part of the patient to another (autologous transplantation),
as in the case of a skin graft using the patient's own skin; or from one patient to
another (allogenic transplantation), as in the case of transplanting a donor kidney
into a recipient.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online transplantasi
adalah pemindahan jaringan tubuh dr suatu tempat ke tempat lain (seperti
menutup luka yg tidak berkulit dengan jaringan kulit dari bagian tubuh yg lain:
Menurut Medicastore, pencangkokan (Transplantasi) adalah pemindahan
sel, jaringan maupun organ hidup dari seseorang (donor) kepada orang lain
(resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya (misalnya
pencangkokan kulit), dengan tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang.
Menurut WHO, Transplantation is the transfer (engraftment) of human
cells, tissues or organs from a donor to a recipient with the aim of restoring
function(s) in the body. (Soetjipto, 2010)
2. Jenis – jenis Transpantasi
Transplantasi merupakan hal luar biasa ditemukan dalam dunia
kedokteran modern. Melibatkan donasi organ dari satu manusia kepada manusia
lain yang menjadikan ribuan orang diseluruh dunia setiap tahunnya terselamatkan
jiwanya.
a. Dari Segi Pemberi Organ (Pendonor)
Jika ditinjau dari sudut penyumbang atau donor atau jaringan tubuh,
maka transplantasi dapat dibedakan menjadi:

4
1) Transplantasi dengan donor hidup
Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan jaringan atau
organ tubuh seseorang yang hidup kepada orang lain atau ke bagian lain dari
tubuhnya sendiri tanpa mengancam kesehatan. Biasanya yang dilakukan adalah
transplantasi ginjal, karena memungkinkan seseorang untuk hidup dengan satu
ginjal saja. Akan tetapi mungkin bagi donor hidup juga untuk memberikan
sepotong/sebagian dari organ tubuhnya misalnya paru, hati, pankreas dan usus.
Juga donor hidup dapat memberikan jaringan atau selnya degeneratif, misalnya
kulit, darah dan sumsum tulang.
2) Transplantasi dengan donor mati atau jenazah
Transplantasi dengan donor mati atau jenazah adalah pemindahan organ
atau jaringan dari tubuh jenazah orang yang baru saja meninggal kepada tubuh
orang lain yang masih hidup. Pengertian donor mati adalah donor dari seseorang
yang baru saja meninggal dan biasanya meninggal karena kecelakaan, serangan
jantung, atau pecahnya pembuluh darah otak. Dalam kasus ini, donasi organ akan
dipertimbangkan setelah usaha penyelematan mengalami kegagalan. Pasien
mungkin meninggal dalam kamar emergensi ataupun dalam kondisi mati batang
otak. Jenis organ yang biasanya didonorkan adalah organ yang tidak memiliki
kemampuan untuk regenerasi misalnya jantung, kornea, ginjal dan pankreas, hati,
jantung dan hati.
b. Dari Penerima Organ (Resipien)
Sedangkan ditinjau dari sudut penerima organ atau resipien, maka
transplantasi dapat dibedakan menjadi:
1) Autograft
Autotransplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ ke
tempat lain dalam tubuh orang itu sendiri. Biasanya transplantasi ini dilakukan
pada jaringan yang berlebih atau pada jaringan yang dapat beregenerasi kembali.
Sebagai contoh tindakan skin graft pada penderita luka bakar, dimana kulit donor
berasal dari kulit paha yang kemudian dipindahkan pada bagian kulit yang rusak
akibat mengalami luka bakar. Kemudian dalam operasi bypass karena penyakit
jantung koroner.
2) Isograft

5
Termasuk dalam autograft adalah "syngraft" atau isograft yang
merupakan prosedur transplatasi yang dilakukan antara dua orang yang secara
genetik identik. Transplantasi model seperti ini juga selalu berhasil, kecuali jika
ada permasalahan teknis selama operasi. Operasi pertama ginja yang dilakukan
pada tahun 954 merupakan operasi transplantasi syngraft pertama antara kembar
identik.
3) Allograft
Allograft adalah pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh
seseorang ke tubuh orang lain. Misalnya pemindahan jantung dari seseorang yang
telah dinyatakan meninggal pada orang lain yang masih hidup. Kebanyakan sel
dan organ manusia adalah Allografts.
4) Xenotransplantation
Xenotransplantation adalah pemindahan suatu jaringan atau organ dari
species bukan manusia kepada tubuh manusia. Contohnya pemindahan organ dari
babi ke tubuh manusia untuk mengganti organ manusia yang telah rusak atau
tidak berfungsi baik.
5) Transplantasi Domino (Domino Transplantation)
Merupakan multiple transplantasi yang dilakukan sejak tahun 1987.
Donor memberikan organ jantung dan parunya kepada penerima donor, dan
penerima donor ini memberikan jantungnya kepada penerima donor yang lain.
Biasanya dilakukan pada penderita "cystic fibrosis" (hereditary disease) dimana
kedua parunya perlu diganti dan secara teknis lebih mudah untuk mengganti
jantung dan paru sebagai satu kesatuan. Biasanya jantung dari penderita ini masih
sehat, sehingga jantungnya dapat didonorkan kepada orang lain yang
membutuhkan.
6) Transplantasi Dibagi (Transplantation Split)
Kadangkala donor mati khususnya donor hati, hatinya dapat dibagi untuk
dua penerima, khususnya dewasa dan anak, akan tetapi transplatasi ini tidak
dipilih karena transplantasi keseluruhan organ lebih baik.
c. Dari Sel Induk (Stem Cell)
Sedangkan khusus mengenai transplantasi sel induk dibedakan menjadi:
1) Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation)

6
Sumsum tulang adalah jaringan spons yang terdapat dalam tulang-tulang
besar seperti tulang pinggang, tulang dada, tulang punggung dan tulang rusuk.
Sumsum tulang merupakan sumber yang kaya akan sel induk hematopoetik.
2) Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation)
Peredaran tepi merupakan sumber sel induk walaupun jumlah sel induk
yang terkandung tidak sebanyak pd sumsum tulang untuk jumlah sel induk
mencukupi suatu transplantasi.biasanya pada donor diberikan granulocyte-colony
stimulating factor (G-CSF). Transplantasi dilakukan dengan proses yang disebut
Aferesis.
3) Transplantasi sel induk darah tali pusat (Stem cord)
Darah tali pusat mengandung sejulah sel induk yang bermakna dan
memiliki keunggulan diatas transplantasi sel induk dari sumsum tulangatau dari
darah tepi bagi pasien-pasien tertentu.Transplantasi sel induk dari darah tali pusat
telah mengubah bahan sisa dari proses kelahiran menjadi sebuah sumber yang
dapat menyelamatkan jiwa.
Transplantasi sel induk merupakan infusi dari sel induk yang sehat
kepada tubuh pasien itu sendiri. Transplantasi sel induk dilakukan apabila
sumsum tulang berhenti memproduksi sel induk yang sehat. Sama dengan
transplantasi lainnya jenis transplantasi induk ada yang sifatnya autograft yaitu
tubuh sendiri yang menghasilkan kemudian ditransplantasi kedalam tubuh sendiri.
Allograft apabila berasal dari donor orang lain asalkan cocok, biasanya yang
masih ada hubungan darah, akan tetapi saat ini bisa juga didapatkan dari donor
orang lain. Perlakuan ini biasanya dilakukan untuk leukemias, lymphomas, dan
kelainan lain dari sumsum tulang. Yang terakhir adalah tandem transplant
merupakan Transplantasi “dobel autograft”, sel induk dikumpulkan terlebih
dahulu sebelum dilakukan dosis tinggi chemo, kemudian ditransplantasikan 2 kali
ke pasien itu sendiri biasanya dengan jarak 6 bulan. Cara ini digunakan untuk
penyakit cancer jenis tertenut, termasuk multiple myeloma, Hodgkin disease, and
nonHodgkin lymphoma. (Soetjipto, 2010)
3. Faktor Penyebab Transplantasi Organ
Penyebab transplantasi organ yaitu kegagalan organ, kerusakan sel
maupun jaringan yang harus digantikan dengan tujuan untuk mengembalikan

7
fungsi organ, sel, maupun jaringan yang telah rusak tersebut. Akan tetapi dalam
perkembangannya khusus untuk sel, dunia kedokteran khususnya di bidang
kedokteran regenerasi (regenerative medicine) saat ini pun telah memungkinkan
untuk menumbuhkan kembali sel si pasien itu sendiri dengan sel induk atau sel
yang diesktrasi. (Soetjipto, 2010)
4. Mekanisme Transplantasi Organ
Transplantasi bisa memberikan keuntungan yang sangat besar bagi
orang - orang yang menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Hal-hal
yang terkait dengan prosedur dan akibat Transplantasi adalah:
a. Pre Transplantasi
1) Persiapan dan Evaluasi Pasien
Persiapan dan evaluasi pasien yang ekstensif sangat penting setiap
transplantasi organ, jaringan, sel tertentu memiliki prosedur sendiri-sendiri yang
akan dijelaskan kemudian, akan tetapi secara umum yang harus dilakukan adalah:
Riwayat dan pemeriksaan fisik yang lengkap.
a) Evaluasi terhadap kekuatan psikologis dan emosi .
b) Pemeriksaan dengan CT (computed tomography) scan atau MRI (magnetic
resonance imaging)
c) test jantung dengan electrocardiogram (EKG) atau echocardiogram
d) Periksa paru-paru dengan photo dada (x-ray) dan pulmonary function tests
(PFTs)
e) konsultasi dengan ahli lain dalam team transplantasi misalnya dengan dokter
gigi, maupun dokter gizi .
f) test darah lengkap, hitung darah, kimia darah dan skrinning terhadap viruses
like hepatitis B, CMV, and HIV
g) Human Leukocyte Antigen (HLA)
2) Pencarian donor yang sesuai
Mengidentifikasi siapa yang akan menjadi donor utama setelah melalui
proses pencocokan donor. Pencarian donor yang cocok berguna untuk mengurangi
beratnya penolakan dari tubuh resipien terhadap organ yang didonorkan, maka
sebaiknya jaringan donor dan jaringan resipien harus memiliki kesesuaian yang
semaksimal mungkin. ABO dan HLAnya.

8
b. Saat operasi transplantasi berlangsung
1) Kemungkinan timbulnya resiko akibat pembedahan
Setiap operasi apapun selaku memiliki resiko. Resiko dapat
diminimalkan dengan
2) Pemakaian obat-obat immunosupresan yang poten
Pencangkokan organ, jaringan maupun sel merupakan suatu proses
yang rumit. Dalam keadaan normal, sistem kekebalan akan menyerang dan
menghancurkan jaringan asing (keadaan ini dikenal sebagai penolakan
transplantasi). Antigen adalah zat yang dapat merangsang terjadinya suatu reaksi
kekebalan, yang ditemukan pada permukaan setiap sel di tubuh manusia. Jika
seseorang menerima jaringan dari donor, maka antigen pada jaringan yang
dicangkokkan tersebut akan memberi peringatan kepada tubuh resipien bahwa
jaringan tersebut merupakan benda asing. Selain kesamaan golongan darah yang
hal lain yang penting adalah human leukocyte antigen (HLA) merupakan antigen
yang paling penting pada pencangkokan jaringan. Semakin sesuai antigen
HLAnya, maka kemungkinan besar pencangkokan akan berhasil.
c. Pasca Operasi
1) Kemungkinan terjadinya penolakan oleh tubuh resipien (hyperacute, acute or
chronic)
Meskipun jenis HLA agak mirip, tetapi jika system kekebalan resipien
tidak dikendalikan, maka organ yang dicangkokkan biasanya ditolak. Penolakan
biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan, tetapi mungkin juga baru
tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian. Penolakan bisa
bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif
meskipun telah dilakukan pengobatan. Penolakan tidak hanya dapat merusak
jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan demam,
menggigil, mual, lelah dan perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba - tiba.
Penemuan obat-obatan yang dapat menekan sistem kekebalan telah
meningkatkan angka keberhasilan pencangkokkan. Tetapi obat tersebut juga
memiliki resiko. Pada saat obat menekan reaksi sistem kekebalan terhadap organ
yang dicangkokkan, obat juga menghalangi perlawanan infeksi dan penghancuran
benda asing lainnya oleh sistem kekebalan. Penekanan sistem kekebalan yang

9
intensif biasanya hanya perlu dilakukan pada minggu-minggu pertama setelah
pencangkokkan atau jika terlihat tanda-tanda penolakan.
Berbagai jenis obat bisa bertindak sebagai immunosupresan adalah:
a) Cyclosporins (Neoral, Sandimmune, SangCya). Obat ini bekerja dengan cara
menghambat aktivasi T-cell, sehingga mencegah T-cells dari serangan organ
yang ditransplantasikan.
b) Azathioprines (Imuran). Obat ini mengganggu sinstesis dari DNA dan RNA
termasuk juga dari pembagian cell.
c) Monoclonal antibodies, termasuk basiliximab (Simulect), daclizumab
(Zenpax), dan muromonab (Orthoclone OKT3). Obat ini bekerja dengan cara
menghambat penyatuan interleukin-2, yang akan melambatkan produksi T-
cells dalam pasien imune sistem.
Disamping itu dapat terjadi infeksi dan sepsis akibat dari obat
immunosuppressant drugs yang diperlukan untuk menekan penolakan, kemudian
kelainan Post-transplant lymphoproliferative (bentuk dari lymphoma akibat dari
immunesuppressants), juga terjadi ketidak seimbangan elektrolite termasuk
including kalsium and fosfate yang dapat menimbulkan masalah diantaranya pada
tulang. Juga mungkin terjadi Efek lainnya gangguan pencernaan, meradang dan
bernanahnya pencernaan dan esophagus, hirsutism (pertumbuhan rambut tidak
terkendali pada pria), hair loss, kegemukan, jerawatan, diabetes mellitus type 2,
hypercholesterolemia, dan lainnya.
2) Kematian.
Akibat penekanan anti penolakan maka menyebakan penurunan
kekebalan tubuh yang berakibat dapat masuknya kuman ke dalam tubuh sehingga
menimbulkan dapat menimbulkan komplikasi hingga berakibat kematian.
(Soetjipto, 2010)
5. Aspek Hukum Transpaltasi Organ
Berikut merupakan peraturan-peraturan yang mengatur tentang larangan
jual-beli dan prosedur transplantasi organ yang diurutkan berdasarkan tahun
pembuatan peraturan yang berlaku :

10
a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Sesuai dengan adanya hak asasi manusia dalam Pasal 28A UUD 1945
bahwa “setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya”.6 Terkait dengan tindak pidana perdagangan transplantasi organ
dan/ atau jaringan tubuh dalam hal ini dijelaskan bahwa hak setiap orang untuk
mempertahankan kehidupan dan mendapat kesehatan dijunjung tinggi. Maka
diperlukan adanya peraturan yang mengatur tentang kesehatan setiap orang dalam
masyarakat.
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Di Indonesia larangan terhadap tindak pidana perdangan transplantasi
organ dan/ atau jaringan tubuh manusia yang terakhir dan lebih khusus diatur
dalam undang-undang kesehatan tahun 2009. Pasal-pasal yang terkait dengan
tindak pidana tersebut diantaranya adalah Pasal 64 ayat (1),(2), dan (3), 65 ayat
(1),(2) dan (3), Pasal 66, 67 ayat (1) dan (2), dan Pasal 192.
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Dalam Undang-Undang 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
terdapat beberapa pasal yang terkait dengan tindak pidana perdagangan
transplantasi organ dan atau jaringan tubuh manusia. Namun dalam undang-
undang ini subjek yang dilindungi adalah anak. Pasal-pasal yang terkait dengan
tindak pidana tersebut adalah Pasal 47,84 dan Pasal 85.
d. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007
Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang. Dalam undang-undang
tindak pidana orang terkait dengan masalah tindak pidana perdangan transplantasi
organ dan/ atau jaringan tubuh manusia terdapat beberapa pasal yang mengatur
tentang larangan perdagangan atau pemanfaatan organ dan/ atau jaringan tubuh
yang dikomersilkan dan dengan paksaan yang termasuk kedalam tindakan
eksploitasi. Pasal-pasal tersebut diantaranya adalah Pasal 1 angka 7 dan Pasal 2-7.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1981 Tentang Bedah Mayat Klinis dan
Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia.
Dalam peraturan pemerintah nomor 18 tahun 1981 tentang bedah mayat
klinis dan bedah mayat anatomis serta transplantasi alat atau jaringan tubuh

11
manusia mengatur tentang tindak pidana dan tata cara transplantasi organ dan/
atau jaringan tubuh manusia hanya sebagai aturan yang melibatkan donor mati
atau donor jenasah. Pengaturan tersebut terdapat dalam Pasal-pasal 10-20.
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 38 Tahun 2016 Tentang
Penyelenggaraan Transplantasi Organ
Pasal 13, Pasal 14 , Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19
(Damayanti)
6. Aspek Transplantasi Organ Menurut Agama Islam
a. Transplantasi dalam Islam
Terkait transplantasi organ, terdapat beberapa pendapat antara ulama
klasik dan modern. Ulama klasik membolehkan transplantasi selama tidak
mendapatkan organ lainnya dan tidak menimbulkan mudharat. 36 Sebagian dari
ulama memperbolehkannya transplantasi organ.Yusuf Qardhawi membolehkan,
akan tetapi sifatnya tidak mutlak melainkan bersyarat. Maka dari itu, tidak
dibenarkan mendonorkan sebagian tubuh yang akan meninggalkan darar atasnya,
tidak pula mendonorkan organ tubuh yang hanya satu-satunya dalam tubuh,
seperti hati dan jantung. 37 Mayoritas ulama memperbolehkan tranplantasi
berdasarkan argumen berikut:
1) Transplantasi yang bertujuan perbaikan (Qs. An-Nisa ayat 29)

‫ْأ‬ ٰ ٓ
ٍ ‫ٰياَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ا َمنُوْ ا اَل تَ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َجا َرةً ع َْن تَ َر‬
‫اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا‬
‫اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan hartasesamamu


dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengansuka
sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
2) Transplantasi yang didasari pada kedaruratan (Al-an’am ayat 119)

‫ص َل لَ ُكم َّما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ْم ِإاَّل َما ٱضْ طُ ِررْ تُ ْم ِإلَ ْي ِه ۗ َوِإ َّن‬ ۟ ُ‫َوما لَ ُك ْم َأاَّل تَْأ ُكل‬
َّ َ‫وا ِم َّما ُذ ِك َر ٱ ْس ُم ٱهَّلل ِ َعلَ ْي ِه َوقَ ْد ف‬ َ
•َ ‫ضلُّونَ بَِأ ْه َوٓاِئ ِهم بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم ۗ ِإ َّن َربَّكَ هُ َو َأ ْعلَ ُم بِ ْٱل ُم ْعتَ ِد‬
‫ين‬ ِ ُ‫َكثِيرًا لَّي‬

12
“Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang
disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah
menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang
terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar
benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa
pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang melampaui batas.”
3) Transplantasi didasari pada kebutuhan (Al-Maidah ayat 2)

ۤ ‫هّٰللا‬
َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تُ ِحلُّوْ ا َش َع ۤا ِٕى َر ِ َواَل ال َّش ْه َر ْال َح َرا َم َواَل ْالهَ ْد‬
َ‫ي َواَل ْالقَاَل ۤ ِٕى َد َوٓاَل ٰا ِّم ْينَ ْالبَيْتَ ْال َح َرا َم يَ ْبتَ ُغوْ ن‬
‫ص ُّدوْ ُك ْم َع ِن ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام اَ ْن‬ َ ‫فَضْ اًل ِّم ْن َّربِّ ِه ْم َو ِرضْ َوانًا ۗ َواِ َذا َحلَ ْلتُ ْم فَاصْ طَا ُدوْ ا ۗ َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشن َٰانُ قَوْ ٍم اَ ْن‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫تَ ْعتَ ُد ۘوْ ا َوتَ َع‬
ِ ‫اونُوْ ا َعلَى ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق ٰو ۖى َواَل تَ َعا َونُوْ ا َعلَى ااْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن ۖ َواتَّقُوا َ ۗاِ َّن َ َش ِد ْي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan


jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
Ada beberapa pula persoalan mengenaia transplantasi, diantaranya:
Pertama, transplantasi organ tubuh dalam keadaan sehat. Apabila transplantasi
organ diambil dari orang yang hidup dan sehat, maka hukumnya haram. Karena
perbuatan itu akan memiliki efek bagi yang mendonorkan seperti mata atau ginjal.
Ia akan menghadapi resiko dan mendatangkan bahaya dirinya dalam kebinasaan.
Pengharaman ini seperti hadis Rasulullah SAW:
“Tidak diperbolehkanya bahaya pada diri sendiri dan tidak boleh
membahayakan diri orang lain” (HR. Ibnu Majah)
Maka dari itu, tidak dibenarkan mendermakan organ tubuh seperti
mata, tangan dan kaki. Karena menimbulkan dharar yang besar pada diri sendiri.
Seseorang harus lebih mengutamakan penjagaan dirinya sendiri daripada
menolong orang lain dengan cara mengorbankan dirinya sendiri yang berakibat
fatal. Kedua, transplantasi dalam keadaan koma. Hukumnya tetap haram. Karena
ini sama halnya dengan mempercepat kematian pendonor. Maka tidak dibenarkan
melakukan transplantasi organ. Ketiga, transplantasi dalam keadaan meninggal.
Ada beberapa syarat diantaranya: penerima donor dalam keadaan darurat, yang

13
dapat mengancam jiwanya, dan pencangkokan tidak mengakibatkan penyakit
yang lebih gawat.40Kemudian firman Allah dalam Qs. Al-Maidah ayat 32:

ۤ
ِ ْ‫س اَوْ فَ َسا ٍد فِى ااْل َر‬
َ َّ‫ض فَ َكاَنَّ َما قَت ََل الن‬
‫اس‬ ٍ ‫ك ۛ َكتَ ْبنَا ع َٰلى بَنِ ْٓي اِ ْس َرا ِء ْي َل اَنَّهٗ َم ْن قَت ََل نَ ْفس ًۢا بِ َغي ِْر نَ ْف‬َ ِ‫ِم ْن اَجْ ِل ٰذل‬
ِ ‫اس َج ِم ْيعًا ۗ َولَقَ ْد َج ۤا َء ْتهُ ْم رُ ُسلُنَا بِ ْالبَيِّ ٰن‬
َ ِ‫ت ثُ َّم اِ َّن َكثِ ْيرًا ِّم ْنهُ ْم بَ ْع َد ٰذل‬
ِ ْ‫ك فِى ااْل َر‬
‫ض‬ َ َّ‫َج ِم ْيع ًۗا َو َم ْن اَحْ يَاهَا فَ َكاَنَّ َمٓا اَحْ يَا الن‬
َ‫ْرفُوْ ن‬
ِ ‫لَ ُمس‬

“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa
yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang
jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui
batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”
Menurut M. Quraish Shihab, ayat ini menyamakan antara pembunuhan
manusia yang tidak berdosa dengan membunuh sesama manusia. Karena
peraturan baik apapun yang ditetapkan Allah, pada hakiukatnya demi
kemaslahatan manusia itu sendiri. 41 Kata “menghidupkan” pada ayat diatas
bukan saja bermakna “memelihara kehidupan”, tetapi juga mencakup “
memperpanjang harapan hidup” dengan cara apapun yang tidak melanggar
hukum. Secara kontekstual ayat tersebut mengisyaratkan bahwasanya
transplantasi menjadi salah satu teknik pengobatan khidupan yang membawa
kemaslahatan, dan ini dibolehkan dalam al-Quran.
b. Tafsir Maqasidi: Transplantasi Organ
Tafsir maqasidi bertujuan membuat tafsir sesuai dengan perkembangan
zaman dengan sekaligus menjawab persoalan-persoalan zaman. Karena tidak
dapat dipungkiri bahwa problematika dan masalah kehidupan terus berkembang
secara dinamis dan al-Quran hadis tetap statis tidak berubah dan tidak pula
bertambah. Maka daripada itu, hal yang dapat diupayakan melakukan interpretasi
ulang. Abdul Mustaqim merumuskan kaidah Jalbu al-masalih wa dar’u al-mafasid

14
(yaitu merealisasikan kebaikan sekaligus menghilangkan kerusakan). Kaidah ini
digunakan sebagai basis maupun pijakan pemahaman keberagaman yang relevan
dizaman modern ini.43 Tidka terkecuali tafsir maqasidi juga merupakan sebuah
usaha merumuskan solusi atas isu-isu yang berkembang seperti transplantasi
organ.
Mufti Muhammad Syafi’i dari Pakistan mengatakan bahwasanya
transplantasi organ tidak boleh dilakukan berdasarkan tiga prinsip yaitu.
1) Kesucian hidup manusia.
2) Tubuh manusia adalah amanah.
3) Transplantasi juga dapat dikategorikan sebagai sikap yang memberlakukan
tubuh manusia sebagai bahan material.
Sedangkan menurut Yusuf Qardhawi transplantasi diperbolehkan,
selama organ tersebut bukan merupakan organ vital. Seperti mendonorkan organ
rahim. Kemudian pendapat ini didukung oleh lembaga Kajian Majelis Tarjih
Muhammadiyah dengan kesimpuan: transplantasi dengan tujuan pengobatan, jika
tidak dilakukan akan membahayakan jiwa pasien, hukumnya mubah.
Transplantasi organ dengan tujuan pengobatan cacat badan dimasukkan ke
darurat, karena sangat dihajatkan untuk tidak menimbulkan komplikasi kejiwaan
hukumnya mubah. Beberapa pandangan hukum Islam mengenai halal haramnya
transplantasi organ ini sendiri. Seperti Qs. Al-Isra’ ayat 70

ِ ‫ت َوفَض َّْل ٰنهُ ْم ع َٰلى َكثِي ٍْر ِّم َّم ْن خَ لَ ْقنَا تَ ْف‬
‫ض ْياًل‬ ِ ‫َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِ ْٓي ٰا َد َم َو َح َم ْل ٰنهُ ْم فِى ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر َو َرزَ ْق ٰنهُ ْم ِّمنَ الطَّيِّ ٰب‬

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan”.
Pada ayat diatas, Allah mengingatkan bahwa umat manusia akan nikmat
atas karunia khusus yang telah Allah berikan dan dimuliakan karena berbeda
dengan makhluk lainnya.47Sebab manusia adalah makhluk yang unik yang mana
memiliki kehormatan dan kedudukan sebagai manusia, baik itu yang taat atau
tidak. Dipahami dari ayat tersebut, anugerah Allah dari kata karramna/kami

15
memuliakan maka dari tu tidak dibenarkan bertentangan dengan hak-hak Allah
dan selalu patuh dalam koridor-Nya. Tidak dibolehkannya seseorang
mendonorkan organ kepaada orang lain juga dinyatakan Allah dalam Qs. Al-
Baqarah ayat 195:

َ‫َواَ ْنفِقُوْ ا فِ ْي َسبِي ِْل هّٰللا ِ َواَل تُ ْلقُوْ ا بِا َ ْي ِد ْي ُك ْم اِلَى التَّ ْهلُ َك ِة ۛ َواَحْ ِسنُوْ ا ۛ ِا َّن هّٰللا َ يُ ِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِ ْين‬

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu


menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
Menurut Abu Hasan asy-Syazili (ahli fikih Mesir), ayat ini melarang
manusia untuk berbuat sesuatu yang dapat mencelakakan dirinya sekalipun
dengan tujuan kemanusiaan yang luhur. Pandangan hukum Islam tentang
transplantasi organ tubuh apabila dilakukan dengan tidak ada hajat syar’i, yakni
pengobatannya haram. Jika ada hajat syar’iyyah seperti mrmulihkan
kecacatan/penyakit maka hukumnya dibolehkan.
Dalam hal ini, Abdul Mustaqim merumuskannya dalam kaidah Jalbu
al-masalih wa dar’u al-mafasid (merealisasikan kebaikan sekaligus
menghilangkan kerusakan), kebijakan ini juga relevan dizaman sekarang. Hal ini
tidak terkecuali dalam usaha merumuskan solusi atas isu-isu yang berkembang
dizaman sekarang seperti isu transplantasi organ. Transplantasi organ banyak
kebolehan dan ketidakbolehannya tergantung tujuan dan kemaslahatannya.
Namun, apabila manusia yang hidup mendonorkan bagian tubuh dan organnya,
maka akan menimbulkan kemudharatan terhadap dirinya sendiri. Maka manusia
haruslah melakukan dan menjaga dengan baik dirinya dengan hifz al-nafs
(penyelamatan jiwa) dengan tidak melakukan transplantasi organ sembarangan
yang menyebabkan kecacatan dalam dirinya sendiri. Oleh sebab itu tidak
sepatutnya manusia mendonorkan organnya sedangkan membuat dirinya sendiri
dalam kemudharatan.
Majelis Ulama Indonesia atau MUI juga menerbitkan fatwa mengenai
transplantasi organ pada tanggal 8 Maret 2019. Salah satu keputusannya ialah
seseorang tidak boleh memberikan atau menjual organ kepada orang lain.

16
Penjelasannya, organ tubuh bukan hak milik (haqqul milki). Maka dari itu,
pengambilan dan transplantasi organ tubuh tanpa adanya alasan yang dibenarkan
secara syar’i hukumnya haram. Di perbolehkan jika adanyan ketentuan-ketentuan
mendesak secara syar’i, dan tidak adanya kemudharatan bagi pendonor. Ketentuan
lainnya juga bukan merupakan organ vital yang mempengaruhi kehidupannya.
Dan tidak ada upaya medis lain untuk menyembuhkannya, kecuali dengan
transplantasi. (Sari, 2020)
Kami membuat makalah ini dikarenakan tingginya kasus transplantasi
organ akan tetapi ketersediaan organ dan ketidakcocokan dengan antara pendonor
organ dan penerima.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Untuk memenuhi tugas mata kuliah konsep dasar keperawatan dan
untuk menambah pemahaman mahasiswa tentang transplantasi organ
2. Tujuan khusus :
a. Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai konsep
transplantasi organ
b. Untuk menambah kompetensi terkait dengan transplantasi organ

C. Manfaat
1. Memberikan pemahaman tentang transplantasi organ
2. Memberikan pemahaman tentang jenis-jenis transplantasi organ
3. Memberikan pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
transplantasi organ
4. Memberikan pemahaman tentang transplantasi organ menurut pandangan
hukum dan pandangan islam

17
BAB 2 CONTOH KASUS

Para peneliti dan tim dokter dari University of Maryland School of


Medicine, Amerika Serikat, untuk pertama kali berhasil melakukan transplantasi
jantung babi ke manusia atau xenotransplantasi. Keberhasilan transplantasi organ
ini menunjukkan bahwa jantung hewan yang dimodifikasi secara genetik dapat
berfungsi seperti jantung manusia tanpa adanya penolakan langsung oleh tubuh.
Badan Administrasi Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat (FDA)
memberikan izin darurat untuk transplantasi jantung babi pada malam tahun baru
2022 bagi David Bennet (57), pasien penyakit jantung yang tengah sekarat.
Tindakan ini dilakukan karena kondisi David tidak memenuhi syarat untuk
melakukan transplantasi jantung konvensional.
”Ini merupakan operasi terobosan yang membawa kita selangkah lebih
dekat dalam memecahkan krisis kekurangan organ. Sebab, selama ini kita masih
kekurangan ketersediaan donor organ dalam manusia untuk memenuhi banyaknya
pasien,” kata Bartley P Griffith, profesor bedah transplantasi yang juga turut
terlibat dalam operasi tersebut dikutip dari situs resmi University of Maryland
School of Medicine, Selasa (11/1/2022).
Menurut Bartley, seluruh proses transplantasi dilakukan oleh tim dokter
dengan sangat hati-hati. Meski baru pertama kali dilakukan di dunia, mereka
cukup optimistis transplantasi jantung babi tersebut dapat berjalan dengan sukses
dan memberikan terobosan penting bagi penanganan pasien di masa depan.
Sebelum menerima transplantasi, David Bennett telah diberi tahu
tentang risiko operasi tersebut yang masih eksperimental. Artinya, operasi bisa
berhasil dan membawa kesembuhan bagi David atau justru menyebabkan
kematian. David menyetujui segala risiko dari operasi ini karena saat itu
kondisinya tengah kritis.
David telah dirawat di rumah sakit lebih dari enam minggu sebelumnya
dengan aritmia yang mengancam jiwa. Agar tetap hidup, tubuh David terhubung
ke mesin bypass jantung-paru yang disebut oksigenasi membran ekstrakorporeal
(ECMO). Selain tidak memenuhi syarat untuk masuk dalam daftar transplantasi,

18
ia juga dianggap tidak memenuhi syarat untuk pompa jantung buatan karena
aritmianya.
Setelah menyetujui risiko tersebut, tim dokter mulai memodifikasi
jantung babi secara genetik yang disediakan oleh perusahaan obat regeneratif
Revivicor. Tim bedah yang dipimpin oleh Bartley P Griffith dan Profesor Bedah
Muhammad Mohiuddin kemudian mengeluarkan jantung babi tersebut dan
meletakkannya di XVIVO Heart Box atau alat perfusi untuk menjaga jantung
tetap awet hingga waktu operasi tiba.
Tim dokter dan ilmuwan University of Maryland School of Medicine
juga menggunakan obat baru yang dikombinasikan dengan obat anti-penolakan
konvensional. Obat ini dirancang untuk menekan sistem kekebalan dan mencegah
tubuh menolak organ asing. Obat baru yang digunakan merupakan senyawa
percobaan buatan Kiniksa Pharmaceuticals.
Tim dokter pun akhirnya berhasil melakukan transplantasi jantung babi
ke manusia pertama di dunia setelah melewati operasi selama beberapa jam.
Tubuh David dapat menerima organ asing dengan baik setelah tiga hari pasca-
operasi. Sampai kini, tim dokter terus memantau perkembangan medis tersebut.
”Operasi ini merupakan puncak dari penelitian bertahun-tahun yang
sangat rumit. Kami mengasah teknik ini pada hewan dengan waktu bertahan hidup
mencapai lebih dari sembilan bulan. Prosedur operasi yang berhasil dapat
memberikan informasi berharga untuk membantu tenaga medis meningkatkan
metode yang berpotensi menyelamatkan pasien di masa depan,” kata Mohiuddin.
Berdasarkan statistik donasi organ AS, sebanyak 110.000 orang Amerika
saat ini tengah menunggu transplantasi organ. Namun, kurangnya ketersediaan
organ membuat lebih dari 6.000 pasien meninggal setiap tahun sebelum menjalani
transplantasi. Oleh karena itu, xenotransplantasi atau transplantasi organ hewan ke
manusia dapat menjadi jalan dalam memenuhi kebutuhan organ pasien.
Xenotransplantasi berpotensi menyelamatkan ribuan nyawa, tetapi
membawa serangkaian risiko, termasuk kemungkinan memicu respons imun yang
berbahaya. Respons ini dapat mengakibatkan penolakan langsung terhadap organ,
bahkan berpotensi menyebabkan kematian bagi pasien.

19
Xenotransplantasi pertama kali coba dilakukan pada tahun 1980-an. Akan
tetapi, xenotransplantasi dianggap gagal dan mulai ditinggalkan setelah terjadi
kasus operasi pada bayi bernama Stephanie Fae Beauclair di California. Bayi
tersebut lahir dengan kondisi jantung yang fatal dan menerima transplantasi
jantung babon. Fae kemudian meninggal dalam waktu satu bulan setelah terjadi
penolakan sistem kekebalan terhadap jantung asing.
Organ dari babi yang dimodifikasi secara genetik telah menjadi fokus dari
banyak penelitian dalam xenotransplantasi. Organ tersebut dipilih karena terdapat
kesamaan fisiologis antara babi, manusia, dan primata bukan manusia.
Bartley P Griffith dan Muhammad Mohiuddin serta tim peneliti lainnya
selama lima tahun terakhir terus menyempurnakan teknik bedah transplantasi hati
babi ke primata non-manusia. Keberhasilan xenotransplantasi bergantung pada
kombinasi yang tepat dari modifikasi genetik pada babi donor eksperimental dan
obat anti-penolakan, termasuk beberapa senyawa eksperimental. (Pandu, 2022)

20
BAB 3 PEMBAHASAN KASUS
Sebagai seorang perawat/calon perawat tentunya kita harus mengetahui
etika hukum dan aspek agama dalam profesi kita sebagai landasan kita untuk
bekerja memberikan layanan keperawatan kepada masyarakat sehingga kita
dijauhkan dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu objek etika
adalah tingkah laku manusia. Dalam pembahasan diskusi dari kelompok kami
mengenai kasus tersebut dapat disimpulkan dari pandanagn aspek moral , etika
dan aspek agama islam
1. Penerimaan prosedur transplantasi organ hewan mungkin juga menimbulkan
Kebingungan, apakah tidak keluar dari prinsip moral etika dalam keperawatan
tentunya dari pembahasan kelompok kami tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien. Contoh pada kasus tersebut ”Seorang pria AS menjadi orang pertama di
dunia yang mendapatkan transplantasi jantung dari babi yang dimodifikasi
secara genetic “.Ini adalah operasi yang sengaja dilakukan untuk penelitian
eksperimen yang membawa serta risiko besar bagi pasien. Organ donor
manusia yang cocok saja dapat ditolak setelah ditransplantasikan, dan
bagaimana dengan organ hewan, bahayanya mungkin lebih tinggi. Tetapi
Dokter telah mencoba menggunakan organ hewan untuk xenotransplantasi
selama beberapa dekade, dengan keberhasilan yang beragam. Dokter yang
menangani kasus Bennett mengatakan operasi itu dibenarkan karena dia tidak
punya pilihan pengobatan lain dan Bennett akan mati jika tidak menjalaninya.
Profesor Savulescu mengatakan sebelum melakukan operasi apa pun, prosedur
itu harus menjalani "pengujian jaringan mahluk hidup non-manusia yang
sangat ketat" untuk memastikan keamanannya.Transplantasi jantung pada
Bennett tidak dilakukan sebagai bagian dari uji klinis, seperti yang biasanya
diperlukan untuk perawatan eksperimental. Obat-obatan yang diberikan
kepadanya pun belum diuji untuk digunakan pada primata non-manusia.
Namun Dokter Christine Lau dari Fakultas Kedokteran Universitas Maryland,
yang terlibat dalam perencanaan prosedur operasi Bennett, mengatakan tidak

21
ada kesalahan saat mempersiapkan operasi."Kami telah melakukan ini selama
beberapa dekade di laboratorium, pada primata, sampai akhirnya sampai di titik
di mana menurut kami prosedur ini aman untuk ditawarkan kepada penerima
manusia," katanya kepada BBC. Jika tidak terdapat hal yang bisa merugikan
bahkan kasus tersebut sebagai terobosan medis yang dapat mempersingkat
waktu tunggu transplantasi dan mengubah kehidupan pasien di seluruh
dunia. Dan dapat menjadi bahan studi sains bagi perkembangan ilmu medis
kedepannya.
2. Penerimaan prosedur transplantasi organ hewan mungkin juga menimbulkan
kebingungan bagi mereka yang memiliki keyakinan tertentu, begitu juga segi
dari aspek hukum hal ini menimbulkan banyak kontroversi mengenai organ
hewan ditansplantasikan kepada manusia meski sudah melalui tahapan
xenotransplantasi organ. Sesuai dengan adanya hak asasi manusia dalam Pasal
28A UUD 1945 bahwa “setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya”. Terkait dengan tindak pidana
perdagangan transplantasi organ dan/ atau jaringan tubuh dalam hal ini
dijelaskan bahwa hak setiap orang untuk mempertahankan kehidupan dan
mendapat kesehatan dijunjung tinggi. Maka diperlukan adanya peraturan yang
mengatur tentang kesehatan setiap orang dalam masyarakat. Babi dipilih
karena memiliki ukuran organ yang mirip dengan manusia dan babi relatif
mudah berkembang biak serta dibesarkan di penangkaran. Namun bagaimana
jika pilihan ini menimpa pasien Yahudi atau Muslim, yang agamanya memiliki
aturan ketat tentang hewan? Meskipun hukum Yahudi melarang penganutnya
memelihara atau memakan babi, menerima jantung babi "sama sekali tidak
melanggar hukum makanan Yahudi", kata Dr Moshe Freedman, seorang rabi
senior London, bagian dari Kelompok Penasihat Moral dan Etika Departemen
Kesehatan Inggris."Karena perhatian utama dalam hukum Yahudi adalah
pelestarian kehidupan manusia, seorang pasien Yahudi diwajibkan untuk
menerima transplantasi dari hewan jika ini menawarkan peluang terbesar untuk
bertahan hidup dan kualitas hidup terbaik di masa depan," kata Rabi Freedman
kepada BBC. Dalam Islam, ada kesamaan bahwa penggunaan bahan hewani
diperbolehkan jika menyelamatkan nyawa seseorang.Dar al-Ifta, otoritas di

22
Mesir yang berwenang mengeluarkan peraturan agama, mengatakan dalam
suatu fatwa bahwa katup jantung babi diperbolehkan jika "ada kekhawatiran
menyangkut nyawa pasien, kehilangan salah satu organnya, eksaserbasi atau
perburukan penyakit, dan penurunan kondisi tubuh yang parah".Profesor
Savulescu mengatakan, bahkan jika seseorang menolak transplantasi dari
hewan dengan alasan agama atau etika, mereka tidak akan ditempatkan di
daftar tunggu paling belakang untuk mendapatkan donor organ manusia.
Sebagai Muslim, kami mungkin memiliki kendala dengan babi. Tapi untuk
seluruh dunia, babi sudah umum dikonsumsi sebagai makanan. Kami telah
sepenuhnya memetakan genom babi, dan kami tahu bagaimana babi berbeda
dari manusia dan perubahan apa yang diperlukan untuk membuat organnya
dapat diterima di tubuh manusia. Sementara itu, Dr Mohammed Ghaly seorang
profesor bidang Islam dan etika biomedis di Qatar's Hamad Bin Khalifa
University merespons kontroversi semacam ini dengan menyebutkan bahwa
pandangan utama para ulama adalah bahwa mungkin saja menggunakan bagian
tubuh babi, selama kita tidak memiliki alternatif lain yang tersedia. Kalau
sudah seseorang itu dicangkok jantungnya, sudah pasti orang itu bukan orang
sehat. Ini harus jadi catatan. ” Berarti pembahasan orang sakit, kalau orang
sakit itu adalah tidak boleh bagi orang lain menjadi boleh untuk orang sakit”.
Di dalam kasus pengobatan, kalau memang sudah tidak ada lagi sesuatu yang
suci, maka ya bisa saja dan tidak ada masalah. Apalagi kasusnya, ini adalah
orang yang darurat. Jika memang betul menurut ilmu, ahli, pakar, dokter,
bahwa jantung babi ini bermanfaat untuk dicangkokkan pada jantung manusia,
maka tidak perlu diperdebatkan. Pada salah satu kaidah cabang dari kaidah
“kemudaratan itu dapat dihilangkan”, menjelaskan bahwa seorang manusia
apabila dalam keadaan darurat maka akan menjadikan dia diperbolehkan untuk
mengkonsumsi sesuatu yang sebelumnya diharamkan. Kaidah fikih tersebut
berbunyi:

ِ ‫يح ال َمحظُو َرا‬


‫ت‬ ُ ِ‫ض ُرو َراتُ تُب‬
َّ ‫ال‬

23
“Adapun sesuatu karena kedaruratannya menyebabkan bolehnya melakukan
sesuatu yang dilarang” Batasan perkara darurat yang dimaksud dalam kaidah fikih
tersebut ialah suatu keadaan yang apabila tidak dikerjakan, maka akan
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada diri seseorang. Kerusakan tersebut, baik
berupa tambah memburuknya kesehatan seseorang maupun bisa berakibat
terhadap hilangnya nyawa. Suatu yang sebelumnya diharamkan untuk
dikonsumsi, baik yang ditetapkan dalam Al-Qur’an maupun hadis, berubah
seketika menjadi boleh atau halal dalam keadaan darurat tersebut. Tidak terkecuali
mengkonsumsi daging babi, anjing, bangkai, narkoba, dan khamar dengan
berbagai macam jenisnya.

24
BAB 4 PENUTUP
A. Simpulan
1. Bahwa seluruh agama yang dianut di Indonesia tidak ada yang melarang
praktek donasi organ, karena dasar dari semua agama yang dianut di Indonesia
adalah demi kebaikan untuk menolong sesama yang kesusahan.
2. Berdasarkan praktek di negara-negara yang telah maju maupun negara dengan
mayoritas penduduk beragama muslim, transplantasi telah menyelamatkan
banyak nyawa.
3. Bahwa budaya Indonesia yang bergotong royong merupakan nilai budaya
positif yang cocok dengan sifat dasar donasi organ yaitu kemanusiaan.
4. Bagi Indonesia perlu dipikirkan sistem yang sistematis yang dapat
mendistribusi dan mengalokasi organ keseluruh Indonesia. Kondisi geografis
Indonesia yang unik terdiri dari negara kepulauan, sehingga transportasi yang
cepat dan baik merupakan prasyarat bagi pendistribusian yang merata alokasi
organ.
5. Tidak seimbangnya antara persediaan organ dan permintaan organ di dunia ini
telah mendorong orang untuk berlomba-lomba mencari jalan bagi tersedianya
organ, dilakukan dengan berbagai cara baru.
6. Fakta bahwa Indonesia merupakan yang beresiko tinggi masyarakatnya
mengalami gagal ginjal disamping tingkat kebutaan yang tinggi.
7. Memanfaatkan besarnya jumlah penduduk dan tingginya organ sebagai sumber
penyediaan organ.
8. Hukum pelaksanaan transplantasi organ bergantung pada alasan mengapa harus
melakukan hal tersebut. jika alasannya tidak mendukung maka kegiatan
transplantasi maka sangat dilarang dan hukumnya haram serta illegal.

B. Saran
1. Praktek donasi dan transplantasi organ sebaiknya segera dituangkan kedalam
peraturan perundang-undangan Nasional dalam bentu Undang-undang, karena
menyangkut
a. hak-hak asasi manusia
b. hak dan kewajiban warga negara

25
c. pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian kekuasaan
negara
d. wilayah negara dan pembagian daerah
e. kewarganegaraan dan kependudukan
2. Bahwa Undang-undang tersebut dibuat harus sesuai dengan jiwa masyarakat
Indonesia dan disesuaikan dengan kondisi geografis wilayah Indonesia.
3. Transplantasi yang mahal sebaiknya juga termasuk dalam hal yang dibiayai
oleh Sistem Jaminan Sosial Nasional.
4. Apabila UU ini disahkan harus diikuti juga dengan pembangunan "public
awareness" dari masyarakat agar mau mendonasikan organya demi
kepentingan sesama, agar kesediaan donor organ semakin hari semakin
meningkat.

26
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, F. N. (n.d.). Paradigma Penegakan Hukum Transplantasi Organ
Berbasis. Retrieved November 18, 2022, from
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=transplantasi+organ&oq=transplatasi+#d=gs_qa
bs&t=1668757583693&u=%23p%3DFQ9M0s2vgYwJ
Pandu, P. (2022, Januari 11). Transplantasi Jantung Babi ke Manusia untuk
Pertama Kali Berhasil Dilakukan. Retrieved November 18, 2022, from
https://www.kompas.id/baca/ilmu-pengetahuan-teknologi/2022/01/11/tran
splantasi-jantung-babi-ke-manusia-pertama-di-dunia-berhasil-dilakukan
Sari, M. (2020, April). Transplantasi Organ Dalam Al-Qur'an Perspektif Tafsir
Al-Maqasidi. 22. Retrieved November 18, 2022, from
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=transportasi+organ&oq=tran#d=gs_qabs&t=16
68757978652&u=%23p%3DFQ9M0s2vgYwJ
Soetjipto, P. (2010). Naskah Akademik. Retrieved November 18, 2022, from
https://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2013/03/Contoh-NA-Tansplantasi-
Organ-Manusia.pdf

27

Anda mungkin juga menyukai